SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 14
EKSAMINASI TERHADAP PUTUSAN
MUCHDI PURWOPRANJONO
PUTUSAN NO.1488/PID.B/2008/PN.JKT.SEL.
ANGGOTA KELOMPOK:
1. Muhammad Nurhidayat (B1A020080)
2. Husin Habudin (B1A020082)
3. Nur Ramadhanayla Chairunnisa (B1A020090)
4. Selvi Christina Situmeang (B1A020092)
5. Agung Rajuka
(B1A020100)
I. PENGANTAR
Indonesia adalah negara hukum
berdasarakan pasal 1 ayat (3) Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945 sebagai mana tujuan utama hukum
di indonesia yaitu untuk terwujudnya
keadilan, kemanfaatan, dan kepastian
hukum.
Untuk mewujudkan keadilan,
kemanfaatan, dan kepastian hukum maka
dibentuklah lembaga peradilan. Di
Indonesia perwujudan ini dibentuk dalam
lembaga peradilan yaitu Mahkamah
Agung, Mahkamah Konstitusi, dan
lembaga peradilan lain dibawah
naungannya.
Faktanya penegakan hukum di Indonesia
itu sendiri masih banyak serangkaian
putusan hakim yang menyebabkan
terjadinya ketidakadilan dan menarik
perhatian masyarakat . Akibat dari
ketidakadilan ini maka terjadi kerugian di
dalam masyarakat, sehingga menyebabkan
kepercayaan terhadap penegak hukum itu
menjadi menurun.
Ternyata tidak selamanya berjalan lurus
sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan
sering kali penegakan hukum itu
mempertontonkan fakta yang sebaliknya,
yaitu terlanggarnya kaidah-kaidah hukum
yang dilakukan oleh penegak hukum itu
sendiri.
Salah satu kasus tindak pidana yang pernah terjadi di Indonesia dan menarik
perhatian masyarakat adalah peristiwa kematian seorang aktivis HAM dan
Lembaga Swadaya Masyarakat pada tahun 2004 yaitu MUNIR. S.H melibatkan
beberapa pihak salah satunya H . Muchdi Purwopranjono yang pada saat itu
menjabat Dan Jen Kopassus merasa sangat tidak suka terhdap korban Alm, Munir
S.H karena terdakwa H. Muchdi purwonjono diberhentikan jabatannya sebagai
komandan jenderal kopasus yang baru menjabat selama 52 hari dan hal ini
merupakan pukulan yang sangat berat karena telah menamatkan kariernya
sebagai militer sehingga sakit hati dan dendam kepada korban Munir S.H.
II. POSISI KASUS
 H. Muchdi purwopranjono pada bulan juni
sampai bulan september tahun 2004
menyalahgunakan kekuasaannya dan
menjanjikan sesuatu kepada saksi
Pollycarpus Budihari Priyanto dengan
sengaja merencanakan untuk melakukan
pembunuhan terhadap alm MUNIR, SH.
 Pollycarpus Budihari Priyanto merupakan
terpidana dalam perkara pembunuhan
berencana terhadap korban alm. Munir, SH
dan Melakukan pemalsuan surat,
berdasarkan putusan Mahkamah Agung RI
09 PK/Pid/2007 tanggal 25 Januari 2008).
 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
membentuk Tim Pencari Fakta (TPF)
Kasus Munir dengan Keppres Nomor
111 Tahun 2004.
 Hubungan antara Muchdi Pr dengan
terpidana Pollycarpus sebagai
pelaku pembunuhan terhadap Munir
ini terbukti dalam persidangan
Peninjauan Kembali (PK)
Pollycarpus pada tanggal 22
Agustus 2007
 Budi Santoso menyatakan bahwa status
Pollycarpus adalah pegawai PT Garuda
yang menjadi jaringan non organik BIN di
mana Muchdi PR pada saat itu menjabat
sebagai Deputi V BIN adalah handler dari
Pollycarpus.
 Kerjasama antara Pollycarpus dan Muchdi PR dibuktikan dengan adanya pemberian uang
dari Muchdi PR kepada Pollycarpus melalui Budi Santoso, yang rinciannya adalah sebagai
berikut:
 Pemberian uang sejumlah Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) pada
tanggal 14 Juni 2004 di ruang kerja terdakwa di Kantor BIN;
 Pemberian uang sejumlah Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) sebanyak 2
(dua) kali sebelum peristiwa dibunuhnya Munir, bahkan Pollycarpus
menerima pemberian uang sejumlah Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah) pada
saat Pollycarpus diperiksa oleh Penyidik Bareskrim Mabes Polri
sehubungan dengan peristiwa kematian Munir di halaman parkir Carefour
Pasar Jum’at, Jakarta Selatan.
 Dalam proses persidangan atas nama
terdakwa Indra Setiawan, terdakwa Indra
mengaku bahwa sekitar bulan Oktober -
November 2004 meminta kepada
Pollycarpus untuk dapat bertemu dengan M.
As’ad Said Ali, Wakil Kepala Badan
Intelijen Negara (WakaBIN).
LANJUTAN
 Berdasarkan temuan-temuan fakta di atas dan setelah melalui proses
penyelidikan dan pemberkasan perkara di tingkat kepolisian dan
kejaksaan, tepat pada tanggal 21 Agustus 2008, berkas perkara Muchdi Pr
akhirnya disidangkan di PN Jakarta Selatan.
 PU mendakwa Muchdi Pr dengan dakwaan yang disusun secara alternatif,
di mana dakwaan pertama adalah melanggar :
 Pasal 340 KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) ke-2 KUHP
(Muchdi diposisikan sebagai membujuk/
menggerakkan) dan
 dakwaan alternatif kedua adalah melanggar Pasal
340 KUHP jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP
(Muchdi diposisikan sebagai turut serta melakukan
atau menyuruh melakukan).
LANJUTAN
 Setelah menjalani proses persidangan yang cukup lama, yaitu sebanyak 21 kali
persidangan, pada tanggal 31 Desember 2008, Majelis Hakim membacakan Putusan
No.1488/Pid.B/2008/PN.Jkt.Sel.
 Hakim menyatakan bahwa Muchdi PR tidak terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana sebagaimana yang didakwakan kepadanya, baik
dakwaan alternatif pertama maupun kedua.
 Dalam amarnya, Hakim menyatakan bahwa Muchdi PR
bebas dari segala dakwaan yang didakwakan terhadap
dirinya
 Penuntut Umum mengajukan kasasi dan memori kasasi telah
diserahkan kepada MA melalui kepaniteraan PN Jakarta
Selatan pada tanggal 12 Februari 2009.
LANJUTAN
III. HASIL EKSAMINASI
1. JPU mencantumkan motif dalam surat dakwaan
2. Dakwaan harusnya berisi fakta bukan kesimpulan
3. Khusus dakwaan alternatif kedua, tidak jelas menguraikan tentang “peran”
atau perbuatan materil masing-masing Terdakwa.
4. Pengadilan Negeri yang berwenang mengadili dakwaan alternatif kedua,
seharusnya adalah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
5. Penyebutan kata “saksi” yang dilekatkan pada nama “Pollycarpus” tidaklah
benar
I. TERHADAP SURAT DAKWAAN PENUNTUT UMUM
 Tidak semua surat yang disebutkan pada
halaman 227 atau 228 surat tuntutan
merupakan alat bukti surat, kecuali yang dibuat
atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan
sumpah
 Bahwa petunjuk yang dimaksud pada Pasal 188
Ayat (1) KUHAP dan tanda pada Pasal 310
H.I.R adalah alat bukti menurut Pasal 184 Ayat
(1) huruf d KUHAP
 Dalam membuktikan unsur “barang siapa”,
seharusnya bukan membuktikan apakah
Terdakwa dapat dipertanggung jawabkan
dengan membuktikan bahwa Terdakwa sehat
ketika ia memberikan keterangan di sidang
pengadilan.
 Unsur “sengaja” dan unsur “dengan
direncanakan terlebih dahulu”
adalah unsur yang terpisah dan
karenanya harus dibuktikan sendiri-
sendiri pula.
II. TERHADAP SURAT TUNTUTAN PENUNTUT UMUM
 Penuntut Umum tidak secara tegas membuktikan apakah
yang terbukti unsur memberi, menjanjikan,
menyalahgunakan kekuasaan, atau memberi kesempatan,
sarana atau keterangan yang merupakan sarana
penganjuran.
 Penuntut Umum keliru menyebut klasifikasi delik yang
terbukti. Mestinya berbunyi: melakukan tindak pidana
“penganjuran melakukan pembunuhan berencana”, dan
bukan seperti dalam tuntutan yang menunjukkan
kemungkinan-kemungkinan
LANJUTAN
III. TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN
 Tentang substansi
 Ada fakta yang jelas tapi justru
dilemahkan oleh hakim
 Tentang keabsahan alat bukti elektronik,
 Tentang surat rekomendasi, hakim
mengakui bahwa surat perintah yang
dikloning merupakan alat bukti yang sah,
namun hakim melemahkan kekuatan
pembuktiannya
 Tentang penyalahgunaan melalui uang
 Ada fakta yang jelas tapi justru dilemahkan
oleh hakim
 Tentang keabsahan alat bukti elektronik,
 Tentang surat rekomendasi, hakim
mengakui bahwa surat perintah yang
dikloning merupakan alat bukti yang sah,
namun hakim melemahkan kekuatan
pembuktiannya
LANJUTAN
 Tentang Motif pembunuhan
 Berpendapat bahwa motif atau latar
belakang yang mendahului tindak pidana
bukan “bagian inti delik”, sehingga kalau
motif tidak dibuktikan tidak serta merta
delik yang didakwakan tidak terbukti.
 Tentang terhadap Putusan dan Proses
Persidangan
 Adanya keterangan 2 orang saksi yaitu
Budi Santoso dan Asád, tetapi tidak
dimasukkan sebagai fakta persidangan
oleh hakim
 Hakim dalam putusannya cenderung
mengabaikan alat bukti lain apabila alat
bukti lain tersebut dibantah oleh
terdakwa
KESIMPULAN
 Tentang Motif pembunuhan
 Analisis yuridis atas surat dakwaan , dan
surat tuntutan.
 Penuntut umum tidak maksimal dalam Menyusun surat dakwaan maupun
dalam membuktikan dakwaannya dalam surat tuntutan pidana.
 Majelis hakim tidak memposisikan dirirnya sbagai hakim yang tidak aktif
baik dalam mencari keberanran materil dengan tidak memerintahkannya
yang berwenang untuk memproses 5 orang saksi yang menghindari
keterangan dalam BAP dengan dakwaan sumpah palsu maupun dalam
menerapkan hukum pembuktian saksi.
 Sekirannya majelis hakim menerapkan hukum pembuktian secara benaar
maka tindak pidana penganjuran pembunuhan berencana telah terbukti
secara sah dan meyakinkan.
TERIMA
KASIH

Mais conteúdo relacionado

Semelhante a PPT Kelompok-3 Studi Kasus Pidana.pptx

Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01
Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01
Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01
pebrianazril6478
 
Media Indonesia 7 Maret 2014
Media Indonesia 7 Maret 2014Media Indonesia 7 Maret 2014
Media Indonesia 7 Maret 2014
hastapurnama
 
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaSurat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Izzatul Ulya
 
Tugas kumpul tanggal 1 5-2012 hk tata negara
Tugas kumpul tanggal 1 5-2012 hk tata negaraTugas kumpul tanggal 1 5-2012 hk tata negara
Tugas kumpul tanggal 1 5-2012 hk tata negara
Topan Freeman
 
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
Panji Setiawan
 

Semelhante a PPT Kelompok-3 Studi Kasus Pidana.pptx (20)

1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf
1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf
1406-Article Text-3277-1-10-20180328.pdf
 
Pendidikan anti korupsi - Alat bukti dalam Tipikor (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Alat bukti dalam Tipikor (Idik Saeful Bahri)Pendidikan anti korupsi - Alat bukti dalam Tipikor (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Alat bukti dalam Tipikor (Idik Saeful Bahri)
 
Hasil Pemantauan Kejaksaan Periode 2003-2004
Hasil Pemantauan Kejaksaan Periode 2003-2004Hasil Pemantauan Kejaksaan Periode 2003-2004
Hasil Pemantauan Kejaksaan Periode 2003-2004
 
Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01
Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01
Hukumacaraperdata 120110132115-phpapp01
 
Bantuan hukum perdata
Bantuan hukum perdataBantuan hukum perdata
Bantuan hukum perdata
 
Media Indonesia 7 Maret 2014
Media Indonesia 7 Maret 2014Media Indonesia 7 Maret 2014
Media Indonesia 7 Maret 2014
 
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaSurat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
 
hfib1349588837.pptx
hfib1349588837.pptxhfib1349588837.pptx
hfib1349588837.pptx
 
Tugas kumpul tanggal 1 5-2012 hk tata negara
Tugas kumpul tanggal 1 5-2012 hk tata negaraTugas kumpul tanggal 1 5-2012 hk tata negara
Tugas kumpul tanggal 1 5-2012 hk tata negara
 
peradilan khusus pemilu
peradilan khusus pemiluperadilan khusus pemilu
peradilan khusus pemilu
 
Kumpulan Hasil Legal Anotasi oleh Eksaminator
Kumpulan Hasil Legal Anotasi oleh EksaminatorKumpulan Hasil Legal Anotasi oleh Eksaminator
Kumpulan Hasil Legal Anotasi oleh Eksaminator
 
Menghapuskan berbagai praktek impunitas
Menghapuskan berbagai praktek impunitasMenghapuskan berbagai praktek impunitas
Menghapuskan berbagai praktek impunitas
 
Bahan Kejaksaan.pptx
Bahan Kejaksaan.pptxBahan Kejaksaan.pptx
Bahan Kejaksaan.pptx
 
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara PerdataHukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
 
10 surat dakwaan
10 surat dakwaan10 surat dakwaan
10 surat dakwaan
 
Independensi Anggaran Dan Personel Ri
Independensi Anggaran Dan Personel RiIndependensi Anggaran Dan Personel Ri
Independensi Anggaran Dan Personel Ri
 
Dasar Hukum Tata Usaha Negara (TUN)
Dasar Hukum Tata Usaha Negara (TUN)Dasar Hukum Tata Usaha Negara (TUN)
Dasar Hukum Tata Usaha Negara (TUN)
 
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
 
Apa Itu TIPIKOR
Apa Itu TIPIKORApa Itu TIPIKOR
Apa Itu TIPIKOR
 
Kumpulan Putusan Uji Materi UU 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
Kumpulan Putusan Uji Materi UU 22/2001 tentang Minyak dan Gas BumiKumpulan Putusan Uji Materi UU 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
Kumpulan Putusan Uji Materi UU 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
 

Último

UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
Sumardi Arahbani
 
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptxPPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
muhammadrezza14
 
Permendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBD
Permendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBDPermendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBD
Permendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBD
Sumardi Arahbani
 

Último (9)

Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapanPotensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
 
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niagaaspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
aspek hukum ttg kepailitan, pkpu, pengadilan niaga
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
 
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptxPPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
 
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forumpilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
 
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahamateri hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
 
interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptx
 
Permendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBD
Permendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBDPermendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBD
Permendagri No 15 Tahun 2023 Pedoman Penyusunan APBD
 
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
 

PPT Kelompok-3 Studi Kasus Pidana.pptx

  • 1. EKSAMINASI TERHADAP PUTUSAN MUCHDI PURWOPRANJONO PUTUSAN NO.1488/PID.B/2008/PN.JKT.SEL. ANGGOTA KELOMPOK: 1. Muhammad Nurhidayat (B1A020080) 2. Husin Habudin (B1A020082) 3. Nur Ramadhanayla Chairunnisa (B1A020090) 4. Selvi Christina Situmeang (B1A020092) 5. Agung Rajuka (B1A020100)
  • 2. I. PENGANTAR Indonesia adalah negara hukum berdasarakan pasal 1 ayat (3) Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 sebagai mana tujuan utama hukum di indonesia yaitu untuk terwujudnya keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum. Untuk mewujudkan keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum maka dibentuklah lembaga peradilan. Di Indonesia perwujudan ini dibentuk dalam lembaga peradilan yaitu Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan lembaga peradilan lain dibawah naungannya. Faktanya penegakan hukum di Indonesia itu sendiri masih banyak serangkaian putusan hakim yang menyebabkan terjadinya ketidakadilan dan menarik perhatian masyarakat . Akibat dari ketidakadilan ini maka terjadi kerugian di dalam masyarakat, sehingga menyebabkan kepercayaan terhadap penegak hukum itu menjadi menurun. Ternyata tidak selamanya berjalan lurus sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan sering kali penegakan hukum itu mempertontonkan fakta yang sebaliknya, yaitu terlanggarnya kaidah-kaidah hukum yang dilakukan oleh penegak hukum itu sendiri.
  • 3. Salah satu kasus tindak pidana yang pernah terjadi di Indonesia dan menarik perhatian masyarakat adalah peristiwa kematian seorang aktivis HAM dan Lembaga Swadaya Masyarakat pada tahun 2004 yaitu MUNIR. S.H melibatkan beberapa pihak salah satunya H . Muchdi Purwopranjono yang pada saat itu menjabat Dan Jen Kopassus merasa sangat tidak suka terhdap korban Alm, Munir S.H karena terdakwa H. Muchdi purwonjono diberhentikan jabatannya sebagai komandan jenderal kopasus yang baru menjabat selama 52 hari dan hal ini merupakan pukulan yang sangat berat karena telah menamatkan kariernya sebagai militer sehingga sakit hati dan dendam kepada korban Munir S.H.
  • 4. II. POSISI KASUS  H. Muchdi purwopranjono pada bulan juni sampai bulan september tahun 2004 menyalahgunakan kekuasaannya dan menjanjikan sesuatu kepada saksi Pollycarpus Budihari Priyanto dengan sengaja merencanakan untuk melakukan pembunuhan terhadap alm MUNIR, SH.  Pollycarpus Budihari Priyanto merupakan terpidana dalam perkara pembunuhan berencana terhadap korban alm. Munir, SH dan Melakukan pemalsuan surat, berdasarkan putusan Mahkamah Agung RI 09 PK/Pid/2007 tanggal 25 Januari 2008).  Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) Kasus Munir dengan Keppres Nomor 111 Tahun 2004.  Hubungan antara Muchdi Pr dengan terpidana Pollycarpus sebagai pelaku pembunuhan terhadap Munir ini terbukti dalam persidangan Peninjauan Kembali (PK) Pollycarpus pada tanggal 22 Agustus 2007  Budi Santoso menyatakan bahwa status Pollycarpus adalah pegawai PT Garuda yang menjadi jaringan non organik BIN di mana Muchdi PR pada saat itu menjabat sebagai Deputi V BIN adalah handler dari Pollycarpus.
  • 5.  Kerjasama antara Pollycarpus dan Muchdi PR dibuktikan dengan adanya pemberian uang dari Muchdi PR kepada Pollycarpus melalui Budi Santoso, yang rinciannya adalah sebagai berikut:  Pemberian uang sejumlah Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) pada tanggal 14 Juni 2004 di ruang kerja terdakwa di Kantor BIN;  Pemberian uang sejumlah Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) sebanyak 2 (dua) kali sebelum peristiwa dibunuhnya Munir, bahkan Pollycarpus menerima pemberian uang sejumlah Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah) pada saat Pollycarpus diperiksa oleh Penyidik Bareskrim Mabes Polri sehubungan dengan peristiwa kematian Munir di halaman parkir Carefour Pasar Jum’at, Jakarta Selatan.  Dalam proses persidangan atas nama terdakwa Indra Setiawan, terdakwa Indra mengaku bahwa sekitar bulan Oktober - November 2004 meminta kepada Pollycarpus untuk dapat bertemu dengan M. As’ad Said Ali, Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (WakaBIN). LANJUTAN
  • 6.  Berdasarkan temuan-temuan fakta di atas dan setelah melalui proses penyelidikan dan pemberkasan perkara di tingkat kepolisian dan kejaksaan, tepat pada tanggal 21 Agustus 2008, berkas perkara Muchdi Pr akhirnya disidangkan di PN Jakarta Selatan.  PU mendakwa Muchdi Pr dengan dakwaan yang disusun secara alternatif, di mana dakwaan pertama adalah melanggar :  Pasal 340 KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) ke-2 KUHP (Muchdi diposisikan sebagai membujuk/ menggerakkan) dan  dakwaan alternatif kedua adalah melanggar Pasal 340 KUHP jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP (Muchdi diposisikan sebagai turut serta melakukan atau menyuruh melakukan). LANJUTAN
  • 7.  Setelah menjalani proses persidangan yang cukup lama, yaitu sebanyak 21 kali persidangan, pada tanggal 31 Desember 2008, Majelis Hakim membacakan Putusan No.1488/Pid.B/2008/PN.Jkt.Sel.  Hakim menyatakan bahwa Muchdi PR tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan kepadanya, baik dakwaan alternatif pertama maupun kedua.  Dalam amarnya, Hakim menyatakan bahwa Muchdi PR bebas dari segala dakwaan yang didakwakan terhadap dirinya  Penuntut Umum mengajukan kasasi dan memori kasasi telah diserahkan kepada MA melalui kepaniteraan PN Jakarta Selatan pada tanggal 12 Februari 2009. LANJUTAN
  • 8. III. HASIL EKSAMINASI 1. JPU mencantumkan motif dalam surat dakwaan 2. Dakwaan harusnya berisi fakta bukan kesimpulan 3. Khusus dakwaan alternatif kedua, tidak jelas menguraikan tentang “peran” atau perbuatan materil masing-masing Terdakwa. 4. Pengadilan Negeri yang berwenang mengadili dakwaan alternatif kedua, seharusnya adalah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. 5. Penyebutan kata “saksi” yang dilekatkan pada nama “Pollycarpus” tidaklah benar I. TERHADAP SURAT DAKWAAN PENUNTUT UMUM
  • 9.  Tidak semua surat yang disebutkan pada halaman 227 atau 228 surat tuntutan merupakan alat bukti surat, kecuali yang dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah  Bahwa petunjuk yang dimaksud pada Pasal 188 Ayat (1) KUHAP dan tanda pada Pasal 310 H.I.R adalah alat bukti menurut Pasal 184 Ayat (1) huruf d KUHAP  Dalam membuktikan unsur “barang siapa”, seharusnya bukan membuktikan apakah Terdakwa dapat dipertanggung jawabkan dengan membuktikan bahwa Terdakwa sehat ketika ia memberikan keterangan di sidang pengadilan.  Unsur “sengaja” dan unsur “dengan direncanakan terlebih dahulu” adalah unsur yang terpisah dan karenanya harus dibuktikan sendiri- sendiri pula. II. TERHADAP SURAT TUNTUTAN PENUNTUT UMUM
  • 10.  Penuntut Umum tidak secara tegas membuktikan apakah yang terbukti unsur memberi, menjanjikan, menyalahgunakan kekuasaan, atau memberi kesempatan, sarana atau keterangan yang merupakan sarana penganjuran.  Penuntut Umum keliru menyebut klasifikasi delik yang terbukti. Mestinya berbunyi: melakukan tindak pidana “penganjuran melakukan pembunuhan berencana”, dan bukan seperti dalam tuntutan yang menunjukkan kemungkinan-kemungkinan LANJUTAN
  • 11. III. TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN  Tentang substansi  Ada fakta yang jelas tapi justru dilemahkan oleh hakim  Tentang keabsahan alat bukti elektronik,  Tentang surat rekomendasi, hakim mengakui bahwa surat perintah yang dikloning merupakan alat bukti yang sah, namun hakim melemahkan kekuatan pembuktiannya  Tentang penyalahgunaan melalui uang  Ada fakta yang jelas tapi justru dilemahkan oleh hakim  Tentang keabsahan alat bukti elektronik,  Tentang surat rekomendasi, hakim mengakui bahwa surat perintah yang dikloning merupakan alat bukti yang sah, namun hakim melemahkan kekuatan pembuktiannya
  • 12. LANJUTAN  Tentang Motif pembunuhan  Berpendapat bahwa motif atau latar belakang yang mendahului tindak pidana bukan “bagian inti delik”, sehingga kalau motif tidak dibuktikan tidak serta merta delik yang didakwakan tidak terbukti.  Tentang terhadap Putusan dan Proses Persidangan  Adanya keterangan 2 orang saksi yaitu Budi Santoso dan Asád, tetapi tidak dimasukkan sebagai fakta persidangan oleh hakim  Hakim dalam putusannya cenderung mengabaikan alat bukti lain apabila alat bukti lain tersebut dibantah oleh terdakwa
  • 13. KESIMPULAN  Tentang Motif pembunuhan  Analisis yuridis atas surat dakwaan , dan surat tuntutan.  Penuntut umum tidak maksimal dalam Menyusun surat dakwaan maupun dalam membuktikan dakwaannya dalam surat tuntutan pidana.  Majelis hakim tidak memposisikan dirirnya sbagai hakim yang tidak aktif baik dalam mencari keberanran materil dengan tidak memerintahkannya yang berwenang untuk memproses 5 orang saksi yang menghindari keterangan dalam BAP dengan dakwaan sumpah palsu maupun dalam menerapkan hukum pembuktian saksi.  Sekirannya majelis hakim menerapkan hukum pembuktian secara benaar maka tindak pidana penganjuran pembunuhan berencana telah terbukti secara sah dan meyakinkan.