REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
SEO_Language_Policy
1. Language Policy Vision School
1. Untuk meningkatkan atmosfir bilingual guna mendukung penguatan kompetensi siswa dalam
berbahasa Inggris, maka seluruh Guru dan Staf sangat diharapkan untuk berinteraksi dalam Bahasa
Inggris dalam kapasitas kemampuan terbaiknya masing-masing di seluruh area sekolah, terutama
sekali di dalam kelas.
To improve the bilingual atmosphere to support the strengthening of student competence in English
language, all teachers and staff are expected to interact in English in their best capacity of each school in
all areas, particularly in the classroom.
2. Bahasa Inggris juga adalah bahasa akademik dalam karya siswa atau hasil akademik lainnya
termasuk ujian tulis, kecuali untuk mata ajaran Bahasa Indonesia, Agama, PKN, Bahasa Daerah, dan
Mandarin.
English is also the language in the academic work of the student or other academic results including
written test, except for Bahasa Indonesia, Religion, PKN, Bahasa Jawa, and Mandarin.
3. Dalam komunikasi verbal dengan Wali Murid, penggunaan Bahasa Indonesia diutamakan, namun
diusahakan semaksimal mungkin diberi attachment Bahasa Inggris (terjemahannya). Yang menjadi
prioritas adalah keselarasan pemaknaan Wali Murid terhadap niatan Sekolah.
In verbal communication with Parents, the use of Indonesian precedence, butas much as possible the
attachments of English translation is attached. The priority is Parents understand the intention of the
School.
4. Dalam mengkomunikasikan hasil belajar siswa kepada Wali Murid, poin nomor 3 berlaku.
In communicating to the student learning outcomes Guardians, point number 3 applies.
5. Guru dan Staf masih diperbolehkan menggunakan bahasa Indonesia dalam konteks pribadi tapi
tidak di hadapan anak didik. Bila terpaksa harus berbahasa Indonesia karena takut ada
kesalahpahaman, maka lakukan di ruang tertutup dan hindari keberadaan anak didik.
2. Teachers and staff are still allowed to use Indonesian in a personal context but not in the presence of
students. When forced to speak Indonesian for fear of misunderstanding, then do in a confined space and
avoid the presence of students.
6. Konteks yang sama berlaku di dalam interaksi dalam pertemuan-pertemuan atau rapat-rapat internal
sekolah. Gunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dan bahasa Indonesia sebagai exit
language untuk menghindari kesalahpahaman.
The same applies in the context of the interaction in meetings or internal school meetings. Use English as
the language of instruction and Indonesian as the language to avoid misunderstandings exit.
7. Bila di dalam kelas, ada anak didik yang sangat kurang penguasaan Bahasa Inggrisnya dan masih
cenderung berinteraksi dalam Bahasa Indonesia, maka Guru harus tetap menjawab atau merespons
anak tersebut dalam Bahasa Inggris (dengan bantuan gesture untuk menjelaskan maksud dari
komunikasi tersebut). Bila masih sangat tidak bisa, dan ada kekhawatiran kesalahpahaman maka
Bahasa Indonesia sebagai exit language diperbolehkan.
When in the classroom, there are students that mastery of English is very less and still tend to interact in
Indonesian, then the teacher must still answer or respond to the child in English (with the help of gestures
to explain the purpose of the communication). If still cannot, and there are fears of misunderstanding the
Indonesian language as the exit is allowed.
8. Guru dan Staf wajib mengikuti pengembangan Bahasa Inggris yang sudah disediakan Sekolah untuk
meningkatkan kompetensi agar bisa dipraktekkan dan diimplementasikan di Sekolah sehari-hari.
Teachers and staff are required to follow the development of English language school that has been
provided to improve the competencies to be practiced and implemented in school everyday.