SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 113
Baixar para ler offline
i
PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BELAJAR IPA TENTANG GAYA BAGI
SISWA KELAS IV SDN KARANGASEM IV
LAWEYAN SURAKARTA TAHUN 2012
SKRIPSI
Disusun Oleh :
AAN WIDIYONO
X7110001
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : AAN WIDIYONO
NIM : X7110001
Jurusan/Program Study : FKIP / PGSD
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENERAPAN MODEL QUANTUM
TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR IPA
TENTANG GAYA BAGI SISWA KELAS IV SDN KARANGASEM IV
LAWEYAN SURAKARTA TAHUN 2012” ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
iii
PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BELAJAR IPA TENTANG GAYA BAGI
SISWA KELAS IV SDN KARANGASEM IV
LAWEYAN SURAKARTA TAHUN 2012
Oleh :
AAN WIDIYONO
X7110001
Skripsi
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang :
Ketua : Drs. Kartono, M. Pd
Sekretaris : Drs. Chumdari, M. Pd
Anggota I : Prof. Dr. St. Y. Slamet, M. Pd
Anggota II : Drs. Muh. Ismail Sriyanto, M. Pd
Tanda Tangan
…………………
…………………
…………………
…………………
Disahkan Oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
a.n. Dekan
Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si
NIP 19660415 199103 1 002
vi
ABSTRAK
Aan Widiyono, “PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR IPA TENTANG
GAYA BAGI SISWA KELAS IV SDN KARANGASEM IV LAWEYAN
SURAKARTA TAHUN 2012 “. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk meningkatkan kemampuan
belajar IPA tentang gaya melalui model quantum teaching bagi siswa kelas
IV SDN Karangasem IV. (2) untuk meningkatkan proses pembelajaran IPA
tentang gaya melalui model quantum teaching bagi siswa kelas IV SDN
Karangasem IV Laweyan Surakarta Tahun 2012.
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SDN
Karangasem IV Kecamatan Laweyan Kota Surakarta yang berjumlah 40
siswa. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian ini adalah
kemampuan belajar IPA tentang gaya, sedangkan variabel tindakan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model Quantum Teaching. Bentuk
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang berlangsung 2 siklus.
Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
tes, observasi, dan dokumentasi. Validitasi data yang digunakan adalah
trianggulasi data dan trianggulasi metode. Teknik analisis data yang
digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah
komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan yang pertama bahwa
ada peningkatan kualitas proses pembelajaran tentang sifat-sifat gaya dan
macam-macam gaya setelah diadakan tindakan kelas dengan Model
Quantum Teaching. Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai
rata-rata kegiatan guru pada siklus I nilainya 2,85 dengan kriteria baik dan
meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,5 dengan kriteria sangat baik.
Nilai rata-rata kegiatan siswa pada siklus I nilainya 2,55 dengan kriteria baik
dan meningkat pada siklus II menjadi 3,45 dengan kriteria sangat baik. Hal
itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya konsep pemahaman siswa
tentang IPA materi gaya dengan nilai rata-rata siswa sebelum dan sesudah
tindakan. Pada pra tindakan nilai rata-rata kelas 51 dengan ketuntasan
klasikal 27,50%. Pada siklus I menunjukkan nilai rata-rata kelas mencapai
62,25 dengan ketuntasan klasikal 52,50%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas
meningkat menjadi 75,43 dan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 87,50
%.
Kata Kunci : Quantum Teaching, kemampuan belajar
vii
ABSTRACT
Aan Widiyono, "APPLICATION OF QUANTUM TEACHING MODEL TO
IMPROVE SCIENCE LEARNING ABILITY OF THE CONCEPT OF
FORCE ON THE FOUR GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY
SCHOOL IN FOUR SDN KARANGASEM LAWEYAN SURAKARTA
YEAR 2012". Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education
March Twelve University of Surakarta.
Action research objectives to be achieved are (1) to improve science
learning about concept the force with quantum teaching model on the four
grade of elementary school in Four SDN Karangasem Laweyan Surakarta
Year 2012. (2) to improve learning process science the force with quantum
teaching model on the four grade of elementary school in Four SDN
Karangasem Laweyan Surakarta Year 2012.
Research subjects of this classroom action reseach is on the four grade
students of elementary school in Four SDN Karangasem Laweyan Surakarta
Year 2012 consists 40 students. Variables were targeted changes in this study
is understanding the science learning ability of the concept of style, while the
variable action used in this study is a model of Quantum Teaching. Form of
research is action research class lasts 2 cycles. Each cycle consists of four
stages include planning, implementation of the action, observation and
reflection. Data collection techniques used were tests, observation, and
documentation. The validity of the data is used triangulation data and
triangulation methods. Data analysis technique used is an interactive
analytical data model which has three components, namely reduction data,
data presentation, and conclusion drawing or verification.
Based on the results of research can be concluded first that that there
was an increase in the quality of the learning process on the properties of a
variety of styles and style after a class action with the Model Quantum
Teaching. It can be demonstrated by the increasing value of the average
activities of teachers in the cycle I value 2.85 with good criteria and increase
in value 3.5 second cycle with the criteria very well. The average value of
students' activities in the cycle I value is 2.55 cycles with good criteria and
increase in value to 3.45 second cycle with the criteria very well. It can be
shown by increasing students' understanding of science concepts style
material with an average value of students before and after the action. In the
pre measures the average value of 51 classes with classical exhaustiveness
27.50%. In cycle I shows the average grade achieved 62.25 and
exhaustiveness classical increased to 52.50%. In cycle II, the class average
rose to 75.43 and the class of classical completeness increased to 87.50%.
Key word : Quantum Teaching, achievment
viii
MOTTO
Kesabaran kunci ketenangan dan ketulusan memberikan kepuasan hati.
(Widiyono)
Memecahkan masalah itu sulit, mengenal masalah itu lebih sulit, tetapi
menemukan masalah itu lebih sulit (Albert Einstein)
Pengetahuan adalah warisan yang mulia, budi pekerti ibarat pakaian yang baru
dan pikiran ibarat cermin yang bening (Ali Bin Abi Thalib)
Keberhasilan tidak diukur dengan apa yang kita raih. Akan tetapi kegagalan yang
kita hadapi, dan keberanian dapat membuat kita tetap berjuang melawan rintangan
yang datang bertubi-tubi. (Schimmel)
Kehidupan bermakna jika ada perbedaan (live is difference). Keingann tercapai
jika ada usaha yang disertai doa. (Widiyono)
Teacher is sprit me and entrepreneurship is desire me. (Aan Widiyono)
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN
 Ayah, Ibu dan saudara yang selalu memberikan dorongan baik secara materiel
maupun spirituil.
 Keluarga Besar FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, almameter tercinta
kampus tempat kutimba aneka ilmu.
 Keluarga besar SDN Karangasem IV
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat atas rahmat dan karuniaNya sehingga
skripsi penelitian ini dapat diselesaikan oleh penulis dengan baik.
Skripsi penelitian dengan judul “Penerapan Model Quantum Teaching
Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar IPA Tentang Gaya Bagi Siswa Kelas IV
SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta Tahun 2012” diajukan untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan gelar sarjana pada Program Studi PGSD Jurusan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari
berbagai pihak maka hambatan dapat diatasi. Oleh sebab itu pada kesempatan yang
baik ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta (UNS).
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).
3. Ketua Program Studi PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).
4. Pembimbing Sekripsi yang telah tulus ikhlas dan sabar meluangkan waktu,
tenaga, pikiran serta pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Kepala SDN Karangasem IV yang telah memberikan ijin penelitian.
6. Bapak/Ibu Guru SDN Karangasem IV yang telah memberikan banyak bantuan.
7. Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas doa dan dorongan motivasi yang selalu
diberikan hingga saat ini.
8. Teman-teman PGSD angakatan 2010 terutama kelas A Transfer SI terimakasih
atas dukungan dan kerjasamanya selama ini.
xi
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, yang secara langsung
berperan dalam penyusunan Skripsi ini.
Semoga bantuan yang diberikan pada peneliti mendapat balasan yang
setimpal dari serta kebahagiaan dunia dan akhirat.
Peneliti sadar bahwa Skripsi ini kurang sempurna, namun harapan peneliti
semoga Skripsi ini memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan
pendidikan dan ilmu pengetahuan khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi
pembaca semua.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………….………………………………
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN …………………....
HALAMAN PERSETUJUAN ……………...………………………………
HALAMAN PENGESAHAN …………….……………………….…….....
HALAMAN ABSTRAK ....………………….……………………….….....
HALAMAN ABSTRACT ………………………………………………….
HALAMAN MOTTO ……………………..……………………….….........
HALAMAN PERSEMBAHAN …………..………………………………..
KATA PENGANTAR ……………….…………………………….…….....
DAFTAR ISI ………………………….………………………….…………
DAFTAR TABEL ……………………..……………………………………
DAFTAR GAMBAR ……………….………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN ……………….………….…………………………
BAB I PENDAHULUAN ………….………………………………….....
A Latar Belakang Masalah ………………………………….....
B Rumusan Masalah …………………………………………...
C Tujuan Penelitian ……………………………………………
D Manfaat Penelitian ………………………………………......
BAB II LANDASAN TEORI …………..………………………………...
A Tinjauan Pustaka …………………………………………….
1. Hakikat Kemampuan Belajar Gaya IPA …….…………..
a. Pengertian Kemampuan...................………………….
b. Pengertian Belajar ..................………………………..
c. Pengertian Kemampuan Belajar .....…………...…......
d. Tinjauan Materi Gaya .....................………….....……
e. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ................................
i
ii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xii
xv
xvi
xvii
1
1
4
5
5
6
6
6
6
6
7
8
13
xiii
2. Tinjauan Model Quantum Teaching ................................
a. Pengertian Model Pembelajaran ...........………….....
b. Pengertian Model Quantum Teaching .......................
c. Ciri-ciri Quantum Teaching .......…………..………..
d. Langkah-langkah Model Quantum Teaching IPA .....
e. Pelaksanaan Model Quantum Teaching IPA .............
f. Kelebihan Model Quantum Teaching ........................
g. Kelemahan Model Quantum Teaching........................
h. Kualitas Proses Pembelajaran Quantum Teaching .....
B Penelitian Yang Relevan ....................................................
C Kerangka Berfikir ……………………………………….....
D Hipotesis Tindakan ………………….………………........
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………..
A Tempat dan Waktu Penelitian ……………………….……....
B Subjek Penelitian ……………………………………………
C Bentuk dan Strategi Penelitian ………………………………
D Sumber Data ………………………………………..............
E Teknik Pengumpulan Data ………………………….……….
F Validitas Data ……………………………………………….
G Teknik Analisis Data ……………………………………......
H Indikator Keberhasilan ……………......…………………….
I Prosedur Penelitian ………………………………………….
BAB IV HASIL PENELITIAN …………………………….……..…….....
A Diskripsi Permasalahan Penelitian …………….………….....
1. Deskripsi Lokasi Penelitian .............................................
2. Deskripsi Permasalahan Penelitian ..................................
B Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ……………….....
16
16
17
18
19
20
23
24
24
25
27
29
30
30
31
32
33
34
35
37
40
40
46
46
46
48
83
xiv
1. Temuan Hasil Observasi Kegiatan Proses Pembelajaran
dengan Model Quantum Teaching ...................................
2. Hasil Belajar Pemahaman Konsep Gaya dengan Model
Quantum Teaching ...........................................................
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ………...…………….
A Simpulan …………………………………………………….
B Implikasi …………………………………………………….
C Saran ………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….….…..
LAMPIRAN ……………….……………………………………….……….
83
88
92
92
93
96
97
101
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1
Tabel 2
Langkah-langkah Model Quantum Teaching .............................
Jadwal kegiatan pelaksanaan tindakan .......................................
19
31
Tabel 3 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai IPA Pada Kondisi Awal ....... 50
Tabel 4 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai IPA Siklus I ………............... 65
Tabel 5 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai IPA Siklus II ..……………... 81
Tabel 6 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Observasi Guru Siklus I dan
Siklus II ……………................................................................... 84
Tabel 7 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Observasi Siswa Siklus I dan
Siklus II ……………................................................................... 86
Tabel 8 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Pemahaman Konsep Gaya ... 88
Tabel 9 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa ...................................... 89
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Contoh gaya berupa tarikan dan dorongan ............................. 9
Gambar 2 Contoh gaya dapat mengubah bentuk benda ........................... 9
Gambar 3 Contoh gaya dapat mengubah arah gerak benda ..................... 9
Gambar 4 Contoh gaya dapat mengubah benda bergerak menjadi diam . 10
Gambar 5 Contoh gaya mengubah keadaan benda di dalam air ......…… 11
Gambar 6 Contoh gaya gesek ………………........................................... 11
Gambar 7 Contoh gaya magnet …............................................................ 11
Gambar 8 Contoh gaya pegas …………………….................................. 12
Gambar 9 Contoh gaya listrik statis …….................................................. 12
Gambar 10
Gambar 11
Gambar 12
Gambar 13
Gambar 14
Gambar 15
Gambar 16
Gambar 17
Gambar 18
Gambar 19
Gambar 20
Gambar 21
Gambar 22
Contoh gaya gravitasi ………………………………………...
Contoh gaya otot ......................................................................
Gambar Kerangka Berfikir ......................................................
Gambar Model Peneltian Tindakan .........................................
Gambar Bagan Siklus Analisis Interaktif Milles Huberman ...
Gambar Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin ..........
Grafik Nilai IPA Materi Gaya Pada Kondisi Awal .................
Grafik Nilai IPA Materi Gaya Pada Siklus I ...........................
Grafik Nilai IPA Materi Gaya Pada Siklus II ..........................
Grafik Peningkatan Rata-rata hasil Observasi Guru Siklus I
dan Siklus II ............................................................................
Grafik Peningkatan Rata-rata hasil Observasi Siswa Siklus I
dan Siklus II .............................................................................
Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Pada Kondisi Awal,
Siklus I, dan Siklus II ..............................................................
Grafik Peningkatan Ketuntasan Pada Kondisi Awal,
Siklus I, dan Siklus II ..............................................................
10
13
28
32
39
40
51
66
82
85
87
89
90
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian 101
Lampiran 2
Lampiran 3
Soal dan Kunci Jawaban Pada Tes Kondisi Awal
Silabus Pembelajaran Siklus I Pertemuan I ..........................
102
104
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus I
Pertemuan I ……………………………………………….. 111
Lampiran 5 LKS Siklus I Pertemuan I .................................................... 118
Lampiran 6
Lampiran 7
Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan I .......................
Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan I ......................................
124
125
Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus I
Pertemuan II .......................................................................... 127
Lampiran 9 LKS Siklus I Pertemuan II …………………......………….. 133
Lampiran 10 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan II .……………. 139
Lampiran 11 Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan II ...…………………….. 140
Lampiran I2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus II
Pertemuan I ........................................................................... 142
Lampiran 13 LKS Siklus II Pertemuan I .................................................... 149
Lampiran 14 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan I ....................... 155
Lampiran 15 Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan I ...................................... 156
Lampiran 16 Silabus Pembelajaran Siklus II Pertemuan II ........................ 158
Lampiran 17 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus II
Pertemuan II .......................................................................... 164
Lampiran 18 LKS Siklus II Pertemuan II .....................................…….…. 171
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21
Lampiran 22
Lampiran 23
Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan II …………......
Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan II ....................................
Nilai IPA Materi Gaya Pada Kondisi Awal ........................
Nilai IPA Materi Gaya Pada Siklus I ...................................
Nilai IPA Materi Gaya Pada Siklus II ..................................
177
178
180
181
182
xviii
Lampiran 24
Lampiran 25
Lampiran 26
Lampiran 27
Lampiran 28
Lampiran 29
Lampiran 30
Lampiran 31
Lampiran 32
Lampiran 33
Lampiran 34
Lampiran 35
Lampiran 36
Lampiran 37
Lembar Pengamatan Kinerja Guru Siklus I Pertemuan I ......
Lembar Pengamatan Kinerja Guru Siklus I Pertemuan II ....
Lembar Pengamatan Kinerja Guru Siklus II Pertemuan I ....
Lembar Pengamatan Kinerja Guru Siklus II Pertemuan I ....
Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran Siswa Siklus I
Pertemuan I ...........................................................................
Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran Siswa Siklus I
Pertemuan II ..........................................................................
Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran Siswa Siklus II
Pertemuan I ...........................................................................
Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran Siswa Siklus II
Pertemuan II ..........................................................................
Dokumentasi .....................................................................
Surat Keterangan Ijin Pelaksanaan Penelitian ......................
Surat Keterangan Bukti Pelaksanakan Penelitian .................
Surat Keputusan Ijin Penyusunan Sekripsi .........................
Surat Keterangan Ijin Penyusunan Sekripsi .........................
Surat Ijin Penyusunan Sekripsi ke Gubernur ........................
183
186
189
192
195
198
201
204
207
210
211
212
213
214
1
BAB I
PENDAHUUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran di
Sekolah Dasar. Terkait dengan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD), IPA
merupakan salah satu tujuan pembelajaran untuk mengembangkan pengetahuan
dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. (Permendiknas No.22,23, dan 24, 2006: 152). IPA
merupakan mata pelajaran yang memberikan kesempatan untuk berfikir kritis,
menarik kesimpulan dari serangkaian percobaan juga merupakan latihan berfikir
logis. Karena IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan, tidak hanya merupakan
pelajaran menghafal belaka.
Pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini tetapi
sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa
depan. Berdasarkan hal tersebut salah satu tugas guru selaku pelaksana pendidikan
dalam mengelola proses belajar mengajar adalah perencanaan pembelajaran
termasuk di dalamnya pemilihan model. Masih rendahnya kualitas hasil
pembelajaran siswa dalam pemahaman konsep gaya pada pembelajaran IPA
merupakan indikasi bahwa tujuan yang ditentukan dalam kurikulum IPA tentang
sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya belum tercapai secara optimal. Secara
umum kenyataan ini dapat dilihat dari hasil rata-rata nilai ulangan harian dan nilai
akhir semester khusunya pada materi gaya IPA tentang sifat-sifat gaya dan macam-
macam gaya yang sangat memprihatinkan. Pada siswa sekolah dasar masih sulit
untuk menguasai sebuah pemahaman konsep gaya tentang sifat-sifat gaya dan
macam-macam gaya pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Oleh karena itu
berbagai upaya terus dilakukan untuk dapat meningkatkkan pemahaman konsep
gaya pada mata pelajaran IPA. Upaya itu di antaranya dengan pemilihan model
yang tepat sesuai dengan materi gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam
gaya pada mata pelajaran IPA.
1
2
Salah satu standar kompetensi pada mata pelajaran IPA kelas IV Sekolah
Dasar adalah memahami gaya dapat mengubah gerak dan bentuk suatu benda,
dengan kompetensi dasar yaitu menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya
(dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda. Materi pokok adalah
konsep gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya (Depdiknas, 2008:
51). Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi awal pada siswa kelas IV SDN
Karangasem IV diperoleh hasil bahwa pada pemahaman konsep gaya pembelajaran
IPA cenderung didominasi oleh guru. Kebanyakan guru dalam pembelajaran gaya
IPA masih bersifat konvensional. Pembelajaran yang bersifat konvensional dapat
berupa guru dalam proses belajar mengajar hanya menggunakan metode ceramah
sehingga pemahaman siswa masih kurang. Selain itu guru hanya memberikan tugas
berupa soal untuk dikerjakan tatapi guru tidak membimbing siswa dalam
pembelajaran. Pembelajaran konvensional tidak memfasilitasi untuk menuangkan
ide, kreatifitas serta keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Kondisi yang masih terjadi di SD Negeri Karangasem IV masih
menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional. Dimana dipandang dari
segi guru, guru cenderung menggunakan metode ceramah bervariasi dan
eksperimen, namun dalam bereksperimen guru menggunakan kegiatan eksperimen
sesuai dengan contoh dibuku, untuk itu pembelajaran terkesan terpusat pada guru.
Guru sudah menggunakan berbagai macam metode bervariasi dan sudah
menggunakan model pembelajaran inovatif yaitu jigsaw tipe struktural untuk
memudahkan siswa belajar, tetapi dalam kenyataannya siswa masih kurang
termotivasi, terkadang bingung dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini
disebabkan karena guru tidak melakukan metode tersebut secara rutin sehingga
hasil yang diperoleh siswa kurang maksimal. Keadaan seperti ini membuat siswa
beranggapan bahwa pelajaran IPA tentang gaya merupakan pelajaran yang
membosankan akibatnya siswa tidak termotivasi untuk mempelajari materi gaya
dengan baik sehingga pemahaman konsep gaya pada siswa yang dicapai masih
rendah. Dari 40 siswa kelas IV di SDN Karangasem IV hanya 11 siswa atau 27,5%
siswa berhasil mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 65. Sedangkan
29 siswa atau 72,5% siswa masih memperoleh nilai di bawah KKM (65), sehingga
3
nilai rata-rata kelas rendah yaitu 51 (lampiran 21 hal. 180). Dari pengamatan yang
dilakukan ternyata hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut
yaitu : siswa tidak pernah serius dalam pembelajaran, siswa kebanyakan ramai
sendiri, semangat belajar siswa kurang, banyaknya ceramahan dari guru
menyebabkan siswa menjadi bosan. Dari faktor-faktor tersebut mengakibatkan
siswa tidak dapat menangkap materi dengan jelas sehingga pemahaman konsep
gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya pada pelajaran IPA masih
rendah.
Dari hasil observasi dan dokumentasi di atas menunjukkan bahwa
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang konsep gaya perlu diperbaiki
guna peningkatan kualitasnya. Pemahaman konsep gaya pada pelajaran IPA masih
sangat rendah, maka peneliti ingin berusaha meningkatkan kualitas proses
pembelajaran dan pemahamam konsep gaya pada pelajaran IPA siswa kelas IV
SDN Karangasem Laweyan Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.
Untuk mengatasi masalah tersebut penulis menggunakan model quantum
teaching untuk meningkatkan kemampuan belajar IPA tentang Gaya yang dapat
membangkitkan kreatifitas siswa, pembelajaran yang menyenangkan sekaligus
tidak membosankan. Guru kelas IV tertarik untuk mencoba melakukan model
quantum teaching tersebut karena mengetahui keuntungan yang diperoleh akan
baik dan terpusat pada siswa dan guru bisa menjadi fasilitator. Apabila guru
menjelaskan dengan model quantum teaching kemampuan siswa belum mengalami
grafik peningkatan pada kemampuan belajar IPA tentang Gaya, guru bisa
menambahkan strategi dengan menggunakan multimedia pembelajaran interaktif
IPA, sehingga membuat pembelajaran lebih efektif. Proses belajar akan terlaksana
dengan aktif, partisipatif, konstruktif, komunikatif dan berorientasi pada tujuan.
Dengan adanya konsep TANDUR pada model quantum teaching yang merupakan
akronim dari, tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan,
kegiatan belajar sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses
pembelajaran.
Diharapkan pada SD Negeri Karangasem IV ini mengubah metode
pembelajaran yaitu dengan model quantum teaching dalam mata pelajaran Ilmu
4
Pengetahuan Alam tentang konsep gaya karena dalam pembelajaran siswa dituntut
menumbuhklan konsep AMBAK (Apa Manfaat Bagiku) yaitu dalam pembelajaran
siswa dituntut aktif, kreatif, mandiri, dan dapat memecahkan masalah sebuah
persoalan. Berdasarkan tujuan pembelajaran Ilmu pengetahuan Alam (IPA) guru
dapat menerapkan model quantum teaching sebagai strategi pemecahan
masalahnya untuk memberdayakan karakteristik siswa itu sendiri. Dipandang dari
kualitas hasil yang akan diperoleh siswa maka model quantum teaching akan
memiliki kontribusi yang lebih baik dari pada metode ceramah yang menerapkan
satu arah dari guru saja.
Dalam model pembelajaran quantum teaching pembelajaran didasarkan
pada permasalahan yang membutuhkan penyelidikan dan penyelesaian nyata
sehingga siswa termotivasi untuk berusaha menyelesaikan masalah secara mandiri.
Dengan pengalaman tersebut siswa dapat memecahkan masalah serupa dalam
kehidupan sehari-hari. Salah satu penyebab rendahnya pemahaman konsep dalam
pembelajaran adalah adanya pemilihan model pembelajaran yang kurang
memberikan pemberdayaan dari potensi murid dan karakteristik bidang itu sendiri
sehingga kemampuan belajar siswa masih rendah
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul ” PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR IPA TENTANG
GAYA BAGI SISWA KELAS IV SDN KARANGASEM IV LAWEYAN
SURAKARTA TAHUN 2012 ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1) Apakah model quantum teaching dapat meningkatkan kemampuan belajar IPA
tentang Gaya pada siswa kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta
Tahun 2012 ?
5
2) Apakah model quantum teaching dapat meningkatkan proses pembelajaran IPA
tentang Gaya pada siswa kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta
Tahun 2012 ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah
1) Untuk meningkatkan kemampuan belajar IPA tentang gaya melalui model
quantum teaching bagi siswa kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta
Tahun 2012.
2) Untuk meningkatkan proses pembelajaran IPA tentang gaya melalui model
quantum teaching bagi siswa kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta
Tahun 2012.
D. Manfaat Penhelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Diterapkannya pembelajaran dengan model quantum teaching dapat untuk
meningkatkan kemampuan belajar IPA siswa kelas IV SDN Karangasem IV
Laweyan Surakarta Tahun 2012.
b. Model quantum teaching dapat memusatkan perhatian pada interaksi yang
bermutu dan bermakna, sehingga sangat menekankan pada pencapaian
pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
c. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Guru
 Untuk menambah pengalaman guru dengan model quantum teaching.
b. Siswa
 Meningkatkan kemampuan belajar IPA tentang gaya dan pemahaman
nyata siswa terhadap materi gaya dalam pelajaran IPA.
c. Sekolah
 Dapat menjadikan dasar pelaksanaan pendidikan melalui model
quantum teaching di sekolah guna meningkatkan kemampuan siswa.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Kemampuan Belajar Gaya IPA
a. Pengertian Kemampuan
Setiap melakukan kegiatan memerlukan suatu kemampuan, namun apa arti
kemampuan itu sendiri sering tidak diketahui. Menurut Lukmanul Hakiim (2007:
32) kemampuan diartikan bakat dan kecerdasan. Dalam hal ini bakat merupakan
potensi yang dimiliki siswa, sedangkan sikap adalah perilaku siswa dalam
menerima proses pembelajaran. Sedangkan menurut Anggiat M.Sinaga dan Sri
Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang
dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau
sangat berhasil.
Sementara itu, Robbin (2007:57) kemampuan berarti kapasitas seseorang
individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. lebih lanjut
Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini
atas apa yang dapat dilakukan seseorang.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
(Ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai
keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan
atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.
b. Pengertian Belajar
Mengenai istilah belajar, sebenarnya hampir setiap orang mengenal dan
mengetahui istilah itu. Karena setiap manusia pasti mengalami yang namanya
belajar. Namun apa itu sebenarnya belajar, masing-masing orang mempunyai
persepsi yang berbeda. Oemar Hamalik (2010: 7) menyatakan bahwa: “Belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungan”.
6
7
Nana Sudjana (1991: 9) mengemukakan bahwa “Seseorang dapat dikatakan
belajar apabila pada dirinya terjadi perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh
hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya, yang dihasilkan
pengalamannya tersebut dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperoleh
pegalaman baru”.
Menurut Abin Syamsudin (2009:157) mengemukakan bahwa belajar
merupakan proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik
atau pengalaman tertentu.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian belajar adalah suatu
kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah
laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan ketrampilan; perubahan
yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu.
c. Pengertian Kemampuan Belajar
Kemampuan/kompetensi belajar adalah kemampuan bersikap, berfikir dan
bertindak secara konsistensi sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang dimiliki (Udin Syaefudin, 2009 : 67).
Sudjana, (2004 : 22) mengemukakan bahwa kemampuan belajar adalah
sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang
mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak
pada diri individu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak
pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.
Sedangkan Gagne dan Briggs (1979:52) menyatakan bahwa kemampuan
belajar merupakan kemampuan internal (capability) yang meliputi pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan
memungkinkan orang itu melakukan sesuatu.
8
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan belajar adalah
kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia
menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan
pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
d. Tinjauan Gaya
a. Pengertian Gaya
Gaya dalam sains berarti tarikan dan dorongan. Yosapath Sumardi dkk
(2006: 2.43) menyatakan dalam bahasa sehari hari gaya diartikan sebagai
tarikan/ dorongan terutama yang dilakukan oleh otot-otot kita. Gaya adalah
tarikan atau dorongan yang dapat menyebabkan benda yang diam menjadi
bergerak, merubah bentuk suatu benda, benda yang bergerak dapat menjadi :
berubah arah, berhenti, semakin cepat, atau semakin lambat.
Newton dalam Yosapath Sumardi dkk (2006 : 2.43) menyatakan bahwa
setiap benda akan tetap berada dalam keadaan diam/ bergerak lurus beraturan,
kecuali jika ia dipaksakan untuk mengubah keadaan itu oleh gaya yang
mempengaruhinya.
Dalam Qanita Alya ( 2010 : 340 ) gaya adalah dorongan atau tarikan
yang akan menggerakkan benda bebas, suatu interaksi yang bila bekerja
sendiri menyebabkan perubahan keadaan gerak benda.
Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan bahwa gaya adalah tarikan/
dorongan yang menyebabkan perubahan gerak dan bentuk suatu benda.
b. Bentuk Gaya
Menurut Choiril Azmiyawati (2008: 81-93) dan Haryanto (2004: 111-
130) uraian singkat materi pokok pembelajaran IPA tentang Gaya dalam
pembelajaran IPA di kelas IV adalah bentuk gaya yang terdiri dari :
a) Gaya Dapat Berupa Tarikan
Gaya yang berupa tarikan misalnya orang yang menarik meja, orang yang
membuka pintu, menimba air di sumur, dan olahraga tarik tambang.
9
b) Gaya Dapat Berupa Dorongan.
Gaya yang berupa dorongan misalnya mendorong meja, mendorong mobil
yang mogok, memencet bel dan menendang bola. (Lihat gambar 1)
Gambar. 1
c) Gaya Dapat Mengubah Bentuk Suatu Benda.
Kayu besar dapat berubah menjadi kecil-kecil karena adanya gaya. Telur
dipukul berubah bentuk karena pengaruh gaya. Dalam kehidupan sehari
hari perubahan gaya digunakan untuk membuat bermacam-macam bentuk
mainan yang terbuat dari lilin mainan (plastisin), kaleng yang dipukul akan
penyok. Selain itu, juga untuk membuat bermacam-macam bentuk
kerajinan tangan dari tanah liat. (Lihat Gambar 2)
Gambar. 2
d) Gaya Dapat Mengubah Arah Gerak Suatu Benda.
Jika bola dilempar kearah selatan, bola akan bergerak ke selatan. Jika bola
yang sedang bergerak itu dilempar lagi ke barat maka bola tersebut akan
bergerak ke arah barat. Perubahan arah gerak bola dari selatan ke barat
karena ada pengaruh gaya luar yang mempengaruhi gerak benda. (Lihat
Gambar 3)
Gambar. 3
10
e) Gaya Dapat Mengubah Benda Diam Menjadi Bergerak
Benda diam akan bergerak jika diberi gaya. Contohnya, bola akan
melambung ke udara jika kita tendang. Lemari akan bergeser jika kita
dorong. Sepeda akan berjalan jika kita kayuh. (Lihat Gambar 4)
Gambar. 4
f) Gaya Dapat Mengubah Benda Bergerak Menjadi Diam
Contoh benda yang bergerak adalah sepeda yang dikayuh, sepeda motor
yang sedang bergerak, kelereng yang menggelinding dan sebagainya.
Benda-benda yang bergerak tersebut dapat berhenti atau diam jika diberi
gaya. Sepeda yang bergerak akan berhenti jika direm.
g) Gaya Dapat Mengubah Kecepatan Benda
Ketika jalan lengang, pengemudi akan menginjak gasnya. Akibatnya,
mobil akan melaju kencang. Namun, ketika ada mobil yang lain di
depannya, pengemudi akan menginjak rem. Akibatnya, laju mobil akan
melambat. Injakan gas dan injakan rem termasuk bentuk gaya. Oleh karena
itu, gaya dapat mempengaruhi kecepatan gerak benda.
h) Gaya Dapat Mengubah Keadaan Benda Di Dalam Air
Jika benda dimasukkan ke air, benda tersebut dapat terapung, tenggelam,
atau melayang.
(1) Terapung, jika sebagian benda berada di atas permukaan air dan
sebagian lagi di bawah permukaan air.
(2) Tenggelam, jika seluruh bagian benda berada di dalam air dan
menyentuh dasar wadah.
11
(3) Melayang, jika seluruh bagian benda berada di dalam air. Namun, tidak
ada bagian benda yang menyentuh dasar wadah. (Lihat gambar 5)
Gambar. 5
c. Macam-Macam Gaya
a) Gaya Gesek
Adalah gaya yang ditimbulkan oleh pergesekan antara dua permukaan
benda. Gaya gesek dapat terjadi jika dua permukaan benda saling
bersentuhan. Untuk memperkecil gaya gesek maka kedua permukaan yang
bergesekan diperluas atau dipasangi bantalan peluru. Contohnya adalah
gesekan roda pada jalan beraspal. (Lihat gambar 6)
Gambar. 6
b) Gaya Magnet
Adalah gaya yang ditimbulkan oleh benda yang memiliki sifat
kemagnetan. Magnet memiliki dua kutub yaitu kutub utara dan kutub
selatan. (Lihat gambar 7)
Gambar. 7
12
c) Gaya Pegas
Adalah gaya yang yang ditimbulkan oleh sifat elastisitas benda.
Misalnya ketapel, busur, anak panah, dan karet yang digunakan untuk
membuat tali rambut. Dalam kehidupan sehari-hari elastis benda misalnya
menarik busur panah. (Lihat gambar 8)
Gambar. 8
d) Gaya Listrik Statis
Adalah gaya yang ditimbulkan oleh listrik. Misalnya kipas angin
dihidupkan menggunakan listrik. (Lihat gambar 9)
Gambar. 9
e) Gaya Gravitasi
Adalah gaya yang ditimbulkan oleh gaya tarik bumi. Contohnya buah
mangga yang jatuh dari pohonnya, daun-daun berguguran di tanah, segala
sesuatu pasti jatuh ke bumi. (Lihat gambar 10)
Gambar. 10
13
f) Gaya Otot
Adalah gaya yang ditimbulkan oleh gerakan otot-otot. Contohnya pada saat
kita menendang bola ke atas. (Lihat gambar 11)
Gambar. 11
g) Gaya dorong
Gaya dapat berupa dorongan. Misalnya mendorong meja, melempar bola.
h) Gaya tarik
Gaya berupa tarikan. Misalnya kuda menarik pedati, menimba air dengan
ember disumur.
e. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains (science) diambil dari kata latin
Scientia yang artinya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang
menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains. Sund dan
Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan
proses. Mengenai pengertian Ilmu Pengetahuan Alam, Srini M. Iskandar
(2001: 2) mengemukakan IPA adalah “Ilmu Pengetahuan Alam (science) yang
mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam”.
Selain itu pendapat ahli lain, Krajcik S. Joseps, Czerniak M. Charlene
dan Berger Carl dalam Srini M. Iskandar (2001: 2) menyatakan “Science was
created by humans to predict and explain event and fenomena”, yang artinya
ilmu pengetahuan merupakan hasil pengamatan yang dilakukan oleh manusia
dan peristiwa alam yang terjadi.
Leo Sutrisno (2007: 19) juga berpendapat “IPA merupakan usaha
manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat
14
(correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar dan dijelaskan
dengan penelaran yang valid sehingga dihasilkan kesimpulan yang benar”.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA
merupakan kumpulan pengetahuan dan proses yang didapat dengan cara
pengamatan yang dilakukan dengan prosedur yang benar sehingga diperoleh
kesimpulan yang benar pula.
2) Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (2006 : 151),
menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD atau
MI adalah :
a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaaNya.
b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,
dan melestarikan lingkungan alam.
f) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/ MTs.
3) Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (2006: 152)
menjelaskan ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI adalah sebagai
berikut :
a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan,
interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
15
b) Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi : cair, padat, dan gas.
c) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana.
d) Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
4) Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA
Standar kompetensi mata pelajaran IPA atau sains di kelas IV
semester II pada konsep gaya adalah :
a) Memahami gaya dapat mengubah gerak dan atau bentuk suatu benda.
b) Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam
kehidupan sehari-hari.
c) Memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit.
d) Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan.
e) Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
Adapun materi yang dikaji dalam penelitian ini adalah adalah
mengenai “memahami gaya dapat mengubah gerak dan bentuk benda” dengan
materi yaitu sifat-sifat gaya (gaya dapat mengubah bentuk benda, mengubah
arah gerak benda, gaya berupa dorongan, gaya berupa tarikan, gaya membuat
benda diam menjadi bergerak, gaya membuat benda bergerak menjadi diam,
gaya mengubah kecepatan benda, gaya mempengaruhi keadaan benda di dalam
air) dan macam-macam gaya (gaya dorong, gaya tarik, gaya magnet, gaya
gravitasi, gaya listrik, gaya pegas, gaya gerak, dan gaya gesek).
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA atau sains
beroriantasi pada siswa. Peran guru bergeser dari menentukan apa yang akan
dipelajari ke bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar
siswa. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk
mengeksploitasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan,
dan nara sumber lain.
16
2. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Quantum Teaching
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum,
dan lain-lain pendapat dari Joyce dalam (Trianto, 2007:5).
Menurut Arrend dalam (Agus Suprijono, 2009:46) model pembelajaran
mengacu pada pendekatan yang akan digunakan termasuk di dalamnya tujuan-
tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan
sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengoraganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk
meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu
berpikir kritis, memiliki ketrampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran
yang lebih optimal dalam (Isjoni, 2008: 146)
Menurut pendapat Toeti Sukamto dan Udin Saripudin Winataputra
dalam (Anton Sukarno, 2006: 144) model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang, pembelajar dan para pengajar
dalam merencanakan dan melaksanakan belajar mengajar. Pengertian model
pembelajaran mengandung unsur (1) pedoman, (2) pengelolaan pembelajaran,
(3) kerangka konseptual.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah model yang berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar
dalam merencanakan aktivitas dalam pembelajarn untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
17
b. Pengertian Model Quantum Teaching
Kata Quantum ini berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
Jadi Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara
menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui
interaksi yang terjadi di dalam kelas. (Miftahul A’la, 2011 : 21).
Charlotte Shelton (1998 : 1) menjelaskan tentang pengertian Quantum.
Dalam buku tersebut dituliskan sebagai berikut :
“The word quantum literally means “a quantity of something”, mechanics
refers to “the study of motion”. Quantum mechanic is, therefore, the study
of sub atomic particles in motion. It is however, erroneous to think of these
subatomic particle as quantities of “something”. Subatomic particles are
not material things, rather, they are probability tendencies-energy with
potentiality. The energy, as the term mechanics implies, is never static. It is
always in continous motion, uncceasingly changing from wave to particle
and particle to wave, forming the atoms and molecules that subsequently
create a material world. It is really quite amazing that those seemingly
stable and stationary things we observe in the material world ore composed
solely of energy”.
“Kata quantum dalam literatur berarti banyaknya sesuatu, secara mekanik
berarti studi tentang gerakan”. Jadi mekanika kuantum adalah ilmu yang
mempelajari tentang partikel-partikel sub atom yang bergerak. Namun
demikian kekeliruan berpikir tentang partikel sub atom ini merupakan
banyaknya benda. Partikel sub atom bukan merupakan kecenderungan
energi dengan potensial. Energi sebagai implikasi dalam istilah mekanika
tidak pernah statis. Energi selalu bergerak secara terus menerus, tidak
pernah berhenti berubah dari gelombang menjadi partikel dan dari partikel
menjadi gelombang, membentuk atom-atom dan molekul yang seterusnya
membentuk dunia materi. Ini benar-benar hal yang menakjubkan yang
terlihat stabil dan statis, apabila kita cermati ternyata dunia materi ini
tersusun energi”
Menurut De porter. B (2004 : 62), quantum teaching dalam
pembelajaran merupakan interaksi yang terjadi di dalam kelas antara siswa
dengan lingkungan belajar yang efektif. Quantum Teaching berfokus pada
hubungan dinamis dalam lingkungan kelas. Interaksi yang menjadikan landasan
dan kerangka untuk belajar.
Menurut Miftahul A’la (2011 : 19) model quantum teaching adalah
pembelajaran yang menawarkan ide baru tentang bagimana menciptakan
18
lingkungan yang jauh lebih baik serta menjanjikan bagi pelajar dan mendukung
mereka dalam proses pembelajaran agar tidak terjadi ketidakseimbangan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa quantum teaching
merupakan kegiatan yang menciptakan suasana belajar yang lebih menarik,
menggairahkan serta memberi pengalaman bagi siswa agar lebih berkesan
untuk meningkatkan kemampuan dalam berprestasi sehingga pada akhirnya
akan melejitkan kemampuan guru.
c. Ciri-ciri Quantum Teaching
Miftahul A’la (2011 : 29) mengemukakan bahwa ada empat macam ciri-ciri
yang membangun sosok pembelajaran quantum teaching. Keempat ciri-ciri yang
dimaksud sebagai berikut :
1) Segalanya berbicara
Dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dari kertas yang guru bagikan
hingga rancangan pelajaran guru, keseluruhannya mengirim pesan tentang
belajar yang akan disampaikan dalam pengajaran tersebut.
2) Memilki tujuan
Semua yang terjadi karena guru mempunyai tujuan seperti seorang guru yang
harus secara hati-hati menyusun pelajaran.
3) Mengakui setiap usaha
Dalam belajar mengandung resiko yang besar dan terkadang keluar dari rasa
nyaman. Murid dalam hal ini berhak untuk mengambil resiko dan membangun
kompetensi dan kepercayaan diri mereka sendiri.
4) Layak dipelajari maka layak dirayakan (diberi rewerd)
Perayaan atau memberikan sesuatu sebagai reward adalah suatu umpan balik
mengenai kemajuan murid dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan
belajar.
d. Langkah-langkah Model Quantum Teaching dalam IPA
Sama seperti model pembelajaran yang seringkali dipakai, quantum
teaching menurut Miftahul A’la (2011 : 27), mengemukakan bahwa prinsip dasar
19
model quantum teaching adalah “bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan
dunia kita ke dunia mereka”. Bobbi De Porter (2010 : 40) dalam pelaksanannya
quantum teaching melakukan langkah-langkah pengajaran dengan enam langkah
yang tercermin dalam istilah TANDUR (tumbuhkan, alami, namai, demostrasikan,
ulangi dan rayakan). (Lihat Tabel 1)
Tabel 1
Langkah-langkah Model Quantum Teaching
Fase Tahap Laku Guru
Fase-1 (Tumbuhkan)
(Guru menumbuhkan
semangat siswa)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
memberikan salam dengan semangat dan
bertepuk tangan, memberikan contoh konkrit
tentang kegiatan yang akan dilakukan, dan
menyanyikan lagu sesuai dengan materi yang
dilakukan.
Fase-2 (Alami)
(Mencipatakan dan
mendatangkan pengalaman
umum yang dimengeri
siswa)
Guru memberikan pertanyaan dengan kata kunci
untuk menjelajah kemampuan siswa tentang
penguasaan materi, dan guru bercerita tentang
pengalaman yang berkaitan dengan materi
pelajaran.
Fase-3 (Namai)
(Menamai setiap kegiatan
yang dilakukan disaat
KBM)
Guru dan siswa menamai setiap kegiatan diskusi,
eksperimen, atau kegiatan pembelajaran sehingga
dapat menguasai materi dengan sempurna.
Fase-4 (Demonstrasikan)
(Guru dan siswa
mendemonstrasikan
kegiatan yang dilakukan
disaat KBM sehingga siswa
tahu dan merasakan
Guru memberikan contoh cara
mendemonstrasikan hasil eksperimen. Guru
mendorong siswa untuk melaksanakan diskusi
dan eksperimen sehingga mendapatakan
penjelasan, guru membantu siswa dalam
melakukan eksperimen dan memberikan
20
pengalaman yang sudah
dialami)
penegasan tentang kesimpulan yang didiskusikan
kelompok.
Fase-5 (Ulangi )
(Guru dan siswa
mengulangi materi yang
belum di kuasai siswa
sehingga benar-benar
mengerti)
Pada setiap kegiatan guru membantu siswa agar
lebih menguasai materi yang sudah dilaksanakan
dengan cara guru mengulangi kegiatan / materi
yang belum di kuasai siswa. Misalnya menarik
kesimpulan bahwa gaya dapat mengubah keadaan
benmda di dalam air.
Fase-6 (Rayakan)
Memberikan reward dan
perayaan bagi siswa
Guru memberikan semangat dan menilai tingkat
keberhasilan siswa dengan memberikan perayaan
sebuah tepuk tangan atau hadiah pada siswa.
e. Pelaksanaan Model Pembelajaran Quantum Teaching
1) Tugas-tugas perencanaan
Model Quantum Teaching membutuhkan banyak perencanaan seperti
halnya model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.
a) Penetapan tujuan
Model pembelajaran Quantum Teaching dirancang untuk
mencapai tujuan-tujuan seperti ketrampilan berdiskusi,
bereksperimen, menyampaikan pendapat, dan membantu siswa
menjadi pelajar mandiri, sehingga mampu meningkatkan kemampuan
dalam berprestasi yang dirahkan dalam kehidupan sehari-hari.
b) Merancang situasi masalah
Guru dalam pembelajaran quantum teaching memberikan
permasalahan nyata tentang kehidupan sehari-hari yan g dipadukan
dengan materi yang sedang dipelajari siswa, sehingga siswa akan
melakukan penelitian dan penilaian terhadap permasalahan yang ada.
Situasi masalah yang baik seharusnya memungkinkan untuk
bekerjasama dalam menarik sebuah pemecahan masalah sehingga bagi
siswa dapat memotivasi dalam kehidupan belajar.
21
c) Organisasi sumber daya dan rencana logistik.
Guru dalam melaksanakan tugas mengorganisir setiap
kelompok yang ada di kelas dengan membagi kelompok secara
heterogen sesuai kemampuan yang dimiliki siswa dan berdasarkan
jenis kelamin. Pelaksanaan eksperimen dilakukan dengan diskusi
kelompok dalam memecahkan masalah yang ada sehingga dapat
ditarik kesimpulan yang benar.
2) Tugas Interaktif
a) Orientasi pada permasalahan.
b) Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
c) Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.
d) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
3) Lingkungan Kelas Quantum Teaching.
Siswa adalah tamu bagi guru yang diundang untuk acara penting
yaitu belajar. Lingkungan kelas mempengaruhi kemampuan siswa untuk
berfokus dan menyerap informasi, bila benda-benda di kelas tidak menarik
pandang siswa, mungkin pesannya akan berbunyi “ belajar itu kuno,
melelahkan dan usang “, akan tetapi bila lingkungan ditata untuk
mendukung belajar, maka dapat berkata, “ belajar itu, hidup, penuh
semangat,”/ datang dan jelajahilah”! segala sesuatu dalam lingkungan jelas
menyampaikan pesan yang memacu/ menghambat belajar ( Dhority, 1991)
ingatlah : segalanya berbicara, segalanya , selalu !
a) Lingkungan kelas pada model quantum teaching adalah menggunakan
video visual yang ada pada program-program power point, animasi
dengan warna-warna yang terang dan menarik.
b) Alat bantu adalah benda yang dapat mewakili suatu benda. Alat yang
digunakan sesuai dengan materi kegiatan pembelajaran. Contohnya:
plastisin dan balon.
c) Pengaturan bangku
Pengaturan bangku mempunyai peranan penting dalam konsentrasi
belajar siswa. Pengaturan bangku dapat dilakukan secara fleksible
22
dengan memposisikan berhadap-hadapan saat kerja kelompok atau
menghadap ke depan untuk tetap fokus ke depan saat pemutaran video,
presentasi siswa, ajaran guru dan lain-lain.
4) Asesmen dan Evaluasi
Hein dan Price dalam Harun Rasyid (2009:61) menyatakan bahwa,
apapun yang dikerjakan seorang siswa di dalam kelas dapat digunakan
untuk objek penilaian.
Tugas asesmen dan evaluasi yang sesuai dalam pembelajaran
quantum teaching dengan menggunakan (1) tes tertulis : di antaranya
adalah guru menilai hasil kerja siswa secara individu dan kelompok
kemudian dilanjutkan penilaian akhir dalam proses pembelajaran. (2) tes
lisan : guru memberikan pertanyaan untuk mengeksplore pengetahuan
siswa tentang materi gaya dalam kegiatan awal (apersepsi). (3) observasi :
guru menilai kegiatan eksperimen/praktik siswa secara individu maupun
secara berkelompok. (4) demonstrasi : guru mengamati dan menilai
langsung kegiatan eksperimen/praktik yang dilakukan siswa. (5) penugasan
: guru menilai tugas-tugas diskusi kelompok siswa.
f. Kelebihan Model Quantum Teaching
Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kelebihan model
quantum teaching antara lain :
1) Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif.
2) Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis dan bersifat
konstruktivis(tis).
3) Pembelajaran kuantum berupaya memadukan, menyinergikan, dan
mengolaborasikan faktor potensi siswa selaku pembelajar dengan
lingkungan pembelajaran.
4) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu
dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna.
5) Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan
pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
23
6) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran
proses pembelajaran.
7) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan
kebermutuan proses pembelajaran.
8) Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi
pembelajaran.
9) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan
keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau
material.
10) Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian
penting proses pembelajaran.
11) Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan,
bukan keseragaman dan ketertiban. Keberagaman dan kebebasan dapat
dikatakan sebagai kata kunci selain interaksi.
12) Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam
proses pembelajaran.
g. Kelemahann Model Quantum Teaching
Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kelemahan
model quantum teaching antara lain :
1) Waktu yang diperlukan dalam proses belajar mengjar cenderung lebih
banyak.
2) Rasa malu, ragu, pasif, tidak percaya diri pada siswa akan mengakibatkan
model quantum teaching tidak berjalan baik
h. Kualitas Proses Pembelajaran Quantum Teaching
Kualitas proses pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Subroto, 2002:
21).
24
Kualitas proses pembelajaran quantum teaching dapat memberikan
kemudahan dalam proses belajar mengajar lewat pemanduan seni dan pencapaian-
pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan. Dengan
menggunakan metode quantum teaching, guru akan menggabungkan keistimewaan
belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan meningkatkan prestasi
siswa.
Kualitas model quantum teaching merangkaikan yang paling baik dari yang
terbaik menjadi sebuah paket multi sensorik, multi kecerdasan, dan kompatibel
dengan otak, yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan guru untuk dapat
merangsang anak untuk berprestasi. Cara ini dapat memaksimalkan usaha
pengajaran guru melalui perkembangan hubungan, pengubahan belajar, dan
penyampaian kurikulum serta menciptakan lingkungan belajar yang efektif,
merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar.
Quantum teaching dapat mengajari pendidik bagaimana orang belajar dan mengapa
siswa bertindak dan bereaksi terhadap sesuatu sebagaimana yang terjadi di dalam
kelas. Guru dapat meningkatkan kesuksesan siswa dengan mencatat “apa saja” di
dalam kelas yang berkaitan dengan lingkungan belajar, desain kurikulum dan
bagaimana cara mempresentasikannya. Hasilnya adalah kualitas quantum teaching
merupakan cara yang efektif dalam mengajar siapa saja, dapat menawarkan ide baru
tentang bagaimana menciptakan lingkungan yang baik yang menjanjikan bagi
pelajar dan mendukung mereka dalam proses pembelajaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas model quantum
teaching adalah untuk memberikan kemudahan dalam proses belajar mengajar
pendidik untuk memahami perbedaan gaya pembelajaran para siswa di dalam kelas
sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil-hasil
peneltian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai dengan
substansi yang diteliti. Fungsinya untuk memposisikan peneliti yang sudah ada
dengan penelitian yang akan dilakukan.
25
Berikut ini merupakan penelitian yang relevan yang pernah dilakukan :
1. Skripsi Nuur Aji Sandi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Materi
Gaya Peserta Didik Kelas V SDN 01 Kepatihan Kec. Selogiri. Kab. Wonogiri
Tahun Pelajaran 2010 / 2011”. Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan
hasil dan aktivitas belajar siswa. Indikasi adanya dampak yang baik terhadap
hasil belajar adalah adanya kenaikan rata-rata skor dari nilai siswa yang
sebelumnya mencapai 62,2 meningkat menjadi 76,5. selain itu dampak tersebut
dapat dilihat dari hasil nilai tes evaluasi pada siklus I mencapai 52%, meningkat
pada siklus II menjadi 65%, meningkat pada siklus III menjadi 78%, pada siklus
IV sama dengan siklus III yaitu 78%, dan meningkat pada siklus V menjadi
91%.
2. Skripsi Rika Yuni Ambarsari dengan judul “Penerapan Model Problem Based
Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Gaya Magnet Pada
Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SD Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri Tahun
Pelajaran 2010 / 2011”. Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil
dan aktivitas belajar siswa. Indikasi adanya dampak yang baik terhadap hasil
belajar adalah pemahaman konsep gaya magnet tersebut dapat dibuktikan
dengan meningkatnya nilai pemahaman konsep gaya magnet siswa 61, siklus I
nilai rata-rata pemahaman konsep gaya magnet siswa 66,25 dan siklus II nilai
rata-rata pemahaman konsep gaya magnet siswa 77,98.
Tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal sebanyak 8 siswa atau 36,36
%, pada siklus I yaitu 14 siswa atau 63,63 %, dan pada siklus II sebanayak 18
siswa atau 81,81 %.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian dari penulis adalah terletak
pada materi yaitu Gaya. Akan tetapi dalam materi tersebut penulis meneliti pada
kelas IV SD, sedangkan penelitian yang terdahulu melaksanakan penelitian di
kelas V dengan konsep pembelajaran Gaya Magnet.
Sedangkan perbedaan penelitian tersebut, penelitian yang terdahulu
menggunakan model pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan PBL, sedangkan
penelitian sekarang menggunggunakan model pembelajaran Quantum Teaching.
26
Tujuan yang ingin dicapai oleh penelitian sekarang dengan yang terdahulu juga
berbeda. Jika penelitaian yang terdahulu yaitu penulis menekankan pada
peningkatan hasil belajar, sedangkan penelitian yang sekarang menekankan pada
peningkatan proses pembelajaran dengan model Quantum Teaching dan
meningkatkan kemampuan belajar IPA dengan model Quantum Teaching.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah diungkapkan di atas dapat
diketahui bahwa proses kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan berbagai
model pembelajaran tidaklah mudah banyak taktik yang dipergunakan. Maka dari
itu diperlukan model pembelajaran yang dianggap paling cocok dalam
meningkatkan proses pembelajaran dan meningkatkan kemampuan belajar IPA.
Model pembelajaran Quantum Teaching dianggap paling cocok karena dapat
berinteraksi dengan mencakup unsur-unsur belajar efektif seperti TANDUR
(tumbuhkan, alami, namai, demostrasikan, ulangi dan rayakan) sehingga
kesuksesan pembelajaran dapat tercapai.
C. Kerangka Berfikir
Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh
siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan. Keberhasilan proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan
pembelajaran dapat dilihat dari pemahaman yang dimiliki siswa dan motivasi
belajar tinggi. Dengan pemahaman dan motivasi belajar yang tinggi, maka siswa
akan dapat menguasai pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan mata
pelajaran, terutama mata pelajaran IPA. Pembelajaran IPA masih menekankan
konsep-konsep yang terdapat pada buku, dan juga belum memanfaatkan
pendekatan lingkungan dalam pembelajaran secara maksimal.
Dalam pembelajaran IPA kelas IV dengan salah satu standar kompetensi
pada mata pelajaran IPA kelas IV Sekolah Dasar adalah memahami gaya dapat
mengubah gerak dan bentuk suatu benda, dengan kompetensi dasar yaitu
menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat
mengubah gerak suatu benda. Materi pokok adalah Gaya sedangkan sub pokok
bahasan tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya.
27
Pembelajaran pada materi gaya pada kondisi awal guru hanya
menyampaikan dengan metode ceramah dengan diskusi sederhana dan guru belum
menerepkan model quantum teaching, sehingga berakibat kemampuan belajar IPA
rendah dalam materi gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya dan
ketrampilan sosial peserta didik rendah.
Dalam melakukan tindakan guru menerapkan model quantum teaching
dengan menggunakan strategi model siklus yang terdiri dua siklus dan tiap siklus
terdapat dua kali pertemuan. Pembelajaran pada siklus I menggunakan model
quantum teaching secara berkelompok dengan melalui tahapan perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Jika siklus I pada pertemuan satu dan dua
kemampuan belajar IPA tentang materi gaya masih rendah, penulis dapat
merefleksikan kekurangan dan kelemahan pada siklus I untuk dilanjutkan ke siklus
II dengan tujuan agar siswa dapat meningkatkan kemampuan belajar IPA dan
kualitas proses pembelajaran IPA.
Pada kondisi akhir model quantum teaching pada pembelajaran IPA diduga
dapat meningkatkan kemampuan belajar IPA dan kualitas proses pembelajaran IPA
dapat meningkat dibandingkan menggunakan model konvensional. Pembelajarn
quantum teaching merupakan kegiatan yang menciptakan suasana belajar yang
lebih menarik, menggairahkan serta memberi pengalaman bagi siswa agar lebih
berkesan untuk meningkatkan kemampuan dalam berprestasi sehingga pada
akhirnya akan melejitkan kemampuan guru.
Untuk menerapkan pembelajaran ilmu pengetahuan alam di kelas IV
memang sangat sulit. Siswa diharapkan dapat berpikir secara sistematis, logis,
kritis, kreatif dan konsisten sesuai perkembangan kemampuan dan lingkungan anak
berada. Dalam pelaksanaan anak benar-benar ditekankan agar dapat melaksanakan
pemecahan masalah yang dihadapinya. Dengan model pembelajaran Quantum
Teaching konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam harus jelas, sehingga siswa dapat
belajar secara mudah dan alami sesuai dengan tujuan pembelajaran quantum
teaching adalah tumbuhkan, alami, namai, demostrasikan, ulangi dan rayakan
(tandur). Dengan konsep yang jelas melalui percobaan, akan menumbuhkan
motivasi dan minat dalam pembelajaran sehingga hasil belajar akan meningkat.
28
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
model quantum teaching akan meningkatkan kemampuan belajar IPA dan
meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPA. Untuk memperjelas kerangka
pemikiran tersebut, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran pada gambar
bagan 12 berikut ini : (Lihat gambar bagan 12)
Kondisi
Awal
Tindakan
Kondisi
Akhir
Bagan. 12 Kerangka Berfikir
Guru menerapkan
model pembelajaran
Quantum Teaching
Penggunaan metode
ceramah dan diskusi
sederhana
 Kemampuan Belajar IPA
rendah
 Keterampilan sosial peserta
didik rendah
Siklus I
Pembelajaran menggunakan
model Quantum Teaching
secara kelompok
1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Obsevasi
4. Refleksi
Siklus II
Pembelajaran menggunakan
model Quantum Teaching
secara kelompok
1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Obsevasi
4. Refleksi
Di duga dengan menerapkan
model pembelajaran
Quantum Teaching dapat
meningkatkan kemampuan belajar
IPA tentang Gaya
Di duga dengan menerapkan
model pembelajaran
Quantum Teaching dapat
meningkatkan proses pembelajaran
IPA tentang Gaya
29
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran tersebut, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1) Penerapan model quantum teaching dapat meningkatkan kemampuan belajar
IPA tentang Gaya pada siswa kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta
Tahun 2012 ?
2) Penerapan model quantum teaching dapat meningkatkan proses pembelajaran
IPA tentang Gaya pada siswa kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta
Tahun 2012 ?
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Karangasem IV Kecamatan Laweyan
Kota Surakarta. Memiliki 6 ruang kelas, 1 kantor kepala sekolah dan guru, 1 ruang
perpustakaan, dengan tenaga kependidikan sejumlah 13 orang yang terdiri dari
kepala sekolah, guru, dan penjaga. Alasan yang mendasari penelitian dilaksanakan
di SDN Karangasem IV, yaitu :
a. Pengajaran dengan model Quantum Teaching belum pernah diteliti di SDN
Karangasem IV.
b. Peneliti ingin meningkatkan kemampuan belajar mata pelajaran IPA khususnya
dalam materi gaya semester genap tahun pelajaran 2011/ 2012.
c. Peneliti ingin meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada mata pelajaran
IPA khususnya dalam materi gaya semester genap tahun pelajaran 2011/ 2012.
d. Penghematan waktu dan biaya, karena lokasi jaraknya tidak jauh dari kos
peneliti ± 1 km. Peneliti juga merupakan Guru WB di sekolah tersebut.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan yaitu dari Januari sampai dengan
Juni. Penelitian dilakukan pada semester (genap) tahun pelajaran 2011/2012
berdasarkan pada masalah kemampuan belajar dan kualitas proses pembelajaran
pada kondisi awal peserta didik dalam mata pelajaran IPA rendah (pada tabel 2 pada
halaman 31)
30
31
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian
NO
KEGIAT
AN
MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Mengu-
rus
perijinan
X
2
Pelaksa-
naan
peneliti-
an
X X X X
3
Analisis
data
X X X X
4
Penyu-
sunan
laporan
X X X X X X X X X
5
Pelaksa-
naan
ujian
skripsi
X
6 Revisi X X
7
Pengesah
-an
X
8
Pengiri-
man
laporan
X
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian guru dan peserta didik kelas IV SDN Karangasem IV
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta yang berjumlah 40 anak. Dengan rincian 20
peserta didik putra, 20 peserta didik putri.
32
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Berdasarklan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini lebih
menekankan pada masalah proses. Sedangkan data yang akan diperoleh berupa
data yang langsung tercatat dari kegiatan lapangan, maka bentuk pendekatan
yang perlu digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif dan jenis
penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research).
Suharsimi Arikunto (2001 : 2) penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan
dari Classroom Action Research yang berarti satu action research yang
dilakukan di kelas.
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di
dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru. Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan
yang riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar.
2. Strategi Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan strategi model siklus. Adapun
langkah-langkah pelaksanaan PTK dilakukan melalui 4 tahap yaitu perencanaan
(planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting)
dalam (St. Y Slamet, 2007 : 65). Secara jelas langkah-langkah tersebut dapat
digambarkan pada gambar 13. Sebagai berikut :
Gambar 13. Model Peneltian Tindakan dari Kurt Lewin dalam
St. Y Slamet & Suwarto (2007 : 65)
33
Rancangan Penelitiannya sebagai berikut :
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan ini meliputi :
1) Membuat perencanaan pengajaran.
2) Membuat lembar observasi.
3) Membuat alat evaluasi
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
c. Observasi
Tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan.
d. Refleksi
Pada tahap ini data-data yang diperoleh melalui pengamatan dikumpulkan dan
dianalisa guna mengetahui perubahan yang terjadi.
D. Sumber Data
“Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data diperoleh”
(Suharsimi Arikunto, 2006 : 129). Adapun sumber data penelitian ini diperoleh dari
: nilai tes (kognitif) peserta didik, nilai aspek afektif dan psikomotorik peserta didik
SDN Karangasem IV kelas IV dalam proses pembelajaran IPA.
Sumber data penelitian ini adalah:
1. Informan atau nara sumber, yaitu guru dan siswa SDN Karangasem IV
Surakarta.
2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam.
3. Dokumen atau arsip antara lain berupa kurikulum, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, hasil belajar siswa, dan buku penilaian.
4. Kemampuan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran.
34
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi
pengamatan/observasi tes, dan dokumentasi yang masing-masing secara singkat
diuraikan sebagai berikut :
1. Teknik Observasi
Observasi meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek
dengan menggunakan seluruh alat indra. ”Observasi adalah kegiatan pengamatan
(pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai
sasaran” (Suharsimi Arikunto, 2008 : 127). Observasi meliputi observasi sistematis
dan observasi non sistematis. Pada penelitian ini menggunakan observasi
sistematis. Observasi sistematis adalah observasi yang dilakukan oleh peneliti
dengan menggunakan instrumen pengamatan dan dilakukan pada waktu kegiatan
belajar berlangsung. Observasi langsung adalah observasi yang dilakukan tanpa
perantara (langsung) terhadap objek yang diamati. Observasi langsung dilakukan
pada guru dan siswa kelas IV SDN Karangaem IV Surakarta untuk mengetahui
pemahaman dan perkembangan siswa dalam proses pembelajaran yang sedang
berlangsung sesuai dengan siklus yang ada.
Observasi ini bertujuan untuk memantau dan mengamati proses
pembelajaran IPA mengenai materi gaya yang dilakukan guru dan siswa di dalam
kelas sejak sebelum melaksanakan tindakan, saat pelaksanaan tindakan sampai
akhir tindakan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan
efisien.
Teknik pengumpulan data dengan observasi pada penelitian ini ditujukan
untuk mengambil data nilai afektif dan psikomotorik peserta didik. Dalam
melakukan observasi, peneliti menggunakan pedoman berupa format observasi.
Adapun format observasi terdiri dari nomor, nama, komponen indikator dan hasil.
Hasil pengamatan dicatat untuk digunakan sebagai bahan evaluasi dan refleksi
untuk mengetahui hasil dari tindakan siklus yang sudah dilakukannya dan untuk
menentukan perlu dan tidaknya untuk melakukan siklus berikutnya.
35
2. Teknik Tes
Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang
ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu (
Pupuh & Sorby, 2007 : 77). “Tes adalah serentetan pertanyaan atau alat yang
digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi kemampuan
atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok” (Suharsimi Arikunto, 2002: 127).
Tes ini diberikan pada awal penelitian untuk mengidentifikasi kekurangan atau
kelemahan siswa dalam pembelajaran konsep gaya. Selain itu, tes ini dilakukan
setiap akhir pertemuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep gaya
pada siswa. Dengan kata lain tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui
perkembangan pemahaman konsep gaya pada siswa kelas IV SDN Karangasem
IV, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 yang ditandai
dengan nilai tes yang diperoleh siswa seusai dengan siklus yang ada.
3. Teknik Dokumentasi
Dokumen merupakan bahan tertulis ataupun film yang digunakan sebagai
sumber data. Dokumen sudah sejak lama digunakan sebagai sumber data dapat
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. (St. Y.
Slamet, 2007: 52). Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan peneliti
untuk memperoleh daftar nilai, daftar hadir siswa, daftar nama siswa kelas IV dan
arsip-arsip lain yang dimilki guru kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan
Surakarta.
F. Validitas Data
Untuk menjamin mengembangkan validitas data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan trianggulasi. Sebelum suatu informasi
dijadikan data penelitian, informasi tersebut perlu diuji validitasnya sehingga data
yang diperoleh benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dipergunakan
sebagai dasar yang kuat untuk mengambil kesimpulan. Pada penelitian ini teknik
yang dipergunakan untuk uji validitas data yaitu dengan trianggulasi.
36
Slamet dan Suwarto, (2007: 54) mengemukakan bahwa trianggulasi
merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multi
perspektif. Artinya, untuk menarik kesimpulan yang mantap diperlukan tidak hanya
dari satu cara pandang, melainkan bisa dipertimbangkan dengan fenomena yang
muncul, dan selanjutnya dapat ditarik kesimpulan yang lebih mantap dan lebih bisa
diterima kebenarannya.
Adapun dari trianggulasi yang ada hanya menggunakan 2 teknik yaitu
Trianggulasi data dan Trianggulasi metode (St. Y. Slamet, 2007 : 54) :
1. Trianggulasi Data
Trianggulasi data (sumber) dengan cara mengumpulkan data sejenis dari
sumber berbeda. Dengan teknik ini diharapkan dapat memberikan informasi
yang lebih tepat sesuai keadaan siswa. Dalam penelitian ini membandingkan
hasil pengamatan dengan data isi dokumen yang terkait misalnya arsip nilai,
absen, dan lainnya.
Pada penelitian ini peneliti mendapatkan data perbandingan hasil
pengamatan pembelajaran nilai mata pelajaran IPA tentang pemahaman konsep
gaya dengan data hasil wawancara dari guru kelas IV SDN Karangasem IV
Surakarta. Peneliti juga membandingkan data nilai dari pre test konsep gaya
dengan nilai ulangan harian konsep gaya siswa kelas IV, selain itu juga
beberapa dokumen/data informasi dari Kepala Sekolah SDN Karangasem IV
Surakarta tentang konsep gaya siswa kelas IV SDN Karangasem IV Surakarta
dengan dibandingkan hasil wawancara dari guru kelas IV SDN Karangasem IV
Surakarta. Dari sumber data yang berbeda-beda ini, pemahaman konsep gaya
dibandingkan kemudian diuji kemantapan dan kebenarannya.
2. Trianggulasi Metode
Jenis trianggulasi metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data
sejenis tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda dan
bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama
untuk menguji kemantapan informasinya. Yang ditekankan adalah penggunaan
teknik atau metode pengumpulan data dengan metode wawancara, observasi,
37
dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang akurat dan gambaran
yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti menggunakan metode
wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya.
Peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa observasi terhadap
kegiatan pembelajaran guru dan partisipasi siswa kelas IV SDN Karangasem IV
Surakarta kemudian diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan
menggunakan teknik dokumentasi pada pelaku kegiatan pembelajaran gaya.
Selain itu, peneliti menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek
kebenaran informasi tersebut. Dari beberapa data yang diperoleh melalui teknik
pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat
ditarik kesimpulan agar diperoleh data yang lebih kuat validitasnya.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah cara mengolah data yang sudah diperoleh dari
dokumen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
model interaktif (Milles dan Huberman, 2007 : 20). Kegiatan pokok analisis model
ini meliputi reduksi data, penyajian data, kesimpulan-kesimpulan
penarikan/verifikasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini digunakan untuk
menganalisis data-data yang berhasil dikumpulkan.
1. Reduksi Data
Pada penelitian ini data yang direduksi yaitu nilai hasil belajar peserta didik
yang mencakup nilai kognitif (tes), nilai afektif, dan nilai psikomotorik. Pengertian
reduksi data yaitu proses pemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan tranformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan, reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian mungkin sehingga kesimpulan-
kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Pemilihan data yang dilakukan
yaitu memilih data-data yang sesuai sehingga dapat digunakan untuk menarik
simpulan.
38
2. Penyajian Data
Setelah data reduksi langkah selanjutnya yaitu diadakan penyajian data.
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Untuk menampilkan data
nilai hasil belajar yang mencakup nilai kognitif (tes), afektif, dan psikomotor agar
lebih menarik maka diperlukan penyajian yang menarik pula. Dalam penyajian data
hasil belajar, peneliti menjelaskan/menyajikan data melalui berbagai macam cara
visual misalnya gambar, grafik, chart network, diagram, matrik, dan sebagainya.
3. Kesimpulan/ verifikasi
Setelah data hasil belajar direduksi, disajikan langkah terakhir yaitu
dilakukannya penarikan kesimpulan / verifikasi. Data-data yang telah di dapat dari
hasil penelitian kemudian diuji kebenarannya. Penarikan simpulan ini merupakan
bagian dari konfigurasi utuh, sehingga kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi
selama penelitian berlanggsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar
dan tidaknya hasil laporan penelitian. Sedang kesimpulan adalah tinjauan ulang
pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat diuji kebenarannya, kekokohannya
merupakan validitasnya.
Berdasarkan uraian di atas maka reduksi data, penyajian data, dan penarikan
simpulan/ verifikasi sebagai suatu jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan
sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan
umum yang disebut analisis. Kegiatan pengumpulan data itu sendiri merupakan
siklus dan interaktif.
Oleh karena itu penelitian ini sifatnya kualitatif maka diperlukan adanya
objektifitas, subyektifitas, dan kesepakatan intersubyektifitas dari peneliti agar hasil
penelitian tersebut mudah dipahami bagi para pembaca secara mendalam. Untuk
lebih jelasnya, proses analisis interaktif dapat digambarkan pada gambar 14 berikut
ini:
39
Gambar 14. Bagan Siklus Analisis Interaktif Milles Huberman (2000: 20)
Langkah-langkah analisis :
a. Melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah cukup maka
dapat dikumpulkan.
b. Mengembangkan bentuk sajian data, dengan menyusun coding dan matrik yang
berguna untuk penelitian lanjut.
c. Melakukan analisis data di kelas dan mengembangkan matrik antar kasus.
d. Melakukan verifikasi, pengayaan dan pendalaman data apabila dalam persiapan
analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau kurang jelas, maka
perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara terfokus.
e. Melakukan analisis antar kasus, dikembangkan struktur sajian datanya bagi
susunan laporan.
f. Merumuskan kesimpulan akhir sebagai temuan penelitian.
g. Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pengembangan sarana
dalam laporan akhir penelitian.
H. Indikator Keberhasilan.
Sebagai indikator yang dijadikan tolok ukur dalam menyatakan bahwa suatu
proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil :
1. Meningkatkan kemampuan belajar siswa yaitu 75% dari seluruh siswa
memperoleh nilai rata-rata lebih dari atau sama dengan 65.
2. Meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran yaitu mencapai
75%.
Pengumpulan
Data
Reduksi Data Sajian Data
Penarikan Kesimpulan
40
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus yang masing-
masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Secara singkat prosedur penelitian tindakan kelas dapat digambarkan pada gambar
15 berikut ini :
Gambar 15. Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin
Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pembelajaran yang dalam
satu siklus ada dua kali tatap muka yang masing-masing 2X35 menit. Tiap
siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah
didesain. Untuk mengetahui pemahaman konsep gaya pada pelajaran IPA siswa
kelas IV SDN Karangasem IV Surakarta diadakan observasi terhadap
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Berdasarakan hasil temuan di kelas, maka penelitian berusaha
meningkatkan pemahaman konsep gaya pada pelajaran IPA siswa kelas IV
dengan menerapkan model Quantum Teaching dan menghubungkan dengan
konsep lain yang telah dikuasai siswa.
Adapun prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini secara rinci diuraikan
sebagai berikut :
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan
identifikasi pada tahap sebelumnya. Tahap ini bersifat diagnostik untuk
menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap
selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan.
Rencana I
Refleksi
Observasi
Tindakan
Rencana II
Refleksi
Siklus
I
Siklus
II
Observasi
Tindakan
Siklus
Rekomendasi
41
Formulasi rencana tindakan ini mencakup pihak yang dilibatkan,
strategi dan sarana yang digunakan. Pada tahap ini juga disusun rencana
observasi terhadap perubahan yang akan dilakukan serta teknik dan
instrument yang digunakan.
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah.
1) Menentukan pokok bahasan materi gaya.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
model Quantum Teaching
3) Mengembangkan skenario pembelajaran.
4) Menginformasikan masalah pada siswa.
5) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi percobaan
tentang materi gaya.
6) Menyiapkan sumber belajar seperti buku, lingkungan sekitar.
7) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran.
8) Menyiapkan lembar penilaian.
9) Menyiapkan lembar observasi.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah
direncanakan pada tahap perencanaan. Tahap ini bersifat terapiks yaitu
upaya perbaikan melalui implementasi tindakan yang telah ditetapkan
pada tahap sebelumnya. Dalam penelitian tindakan sering terjadi
belokan-belokan kecil dari rencana yang telah disusun, karena itu
peneliti akan selalu mencatat perubahan-perubahan kecil tersebut dan
alasan perubahan itu terjadi. Rincian dalam tahap ini meliputi :
1) Guru menerapkan model Quantum Teaching dalam pembelajaran
IPA materi gaya sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), yaitu dengan membagi siswa secara kelompok terlebih
dahulu, lalu mengorientasikan masalah kepada siswa mengenai
materi gaya dan menyajikan lembar kerja siswa yang kemudian
meminta masing-masing kelompok mendiskusikan permasalahan
tersebut.
42
2) Siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing
anggota, kemudian siswa diminta untuk mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas dan kelompok lain menanggapi, sesudah
melakukan eksperimen, siswa berkewajiban untuk merayakannya
dengan antusias.
c. Tahap Observasi
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran
IPA mengenai kegiatan guru dan siswa dengan menarapkan model
Quantum Teaching. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam
pedoman yang telah disiapkan peneliti yang meliputi beberapa aspek
dan indikator.
1) Aspek keberhasilan guru yang ingin dinilai antara lain :
a) Mengkondisikan siswa kearah pembelajaran yang kondusif.
b) Melakukan apersepsi
c) Menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami
d) Memberikan kesempatan untuk bertanya.
e) Mengarahkan siswa untuk bekerjasama dengan kelompok.
f) Membimbing siswa dalam kegiatan kelompok.
g) Memberikan tes akhir
h) Mengevaluasi hasil siswa dalam diskusi kelompok.
i) Memberikan umpan balik pada siswa.
2) Aspek keberhasilan siswa yang ingin dicapai antara lain :
a) Aktif memperhatikan penjelasan guru.
b) Kemauan untuk menerima pelajaran.
c) Aktif mengerjakan tugas
d) Aktif memanfaatkan media yang digunakan.
e) Kesungguhan siswa mengerjakan tugas individu maupun
kelompok.
f) Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat.
g) Keaktifan untuk membuat kesimpulan pelajaran
h) Keaktifan dalam proses pembelajaran
43
i) Kesungguhan mengerjakan tes.
d. Tahap Refleksi
Refleksi dilakukan setelah mengadakan pengamatan. Pada
pembelajaran siklus I tentang gaya didapatkan kendala yaitu siswa
belum memahami materi dan siswa mendapatkan nilai yang belum
sesuai dengan harapan atau tindakan yang dilakukan belum tercapai
secara optimal, maka perlu adanya perbaikan pada siklus II.
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah :
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif
pemecahan masalah.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model
Quantum Teaching.
3) Mengembangkan skenario pembelajaran.
4) Menginformasikan masalah pada siswa.
5) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi percobaan tentang
materi gaya.
6) Menyiapkan sumber belajar seperti buku, lingkungan sekitar.
7) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran.
8) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran.
9) Menyiapkan lembar penilaian.
10) Menyiapkan lembar observasi.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Rincian dalam tahap ini meliputi :
1) Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang
telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
2) Guru mengadakan percobaan yang bervariasi dengan menerapkan
model Quantum Teaching.
3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran mengenai gaya dengan
44
langkah-langkah pada siklus I dengan menerapkan model Quantum
Teaching.
4) Memantau perkembangan pemahaman siswa dalam konsep gaya.
5) Guru memberikan soal tes kepada siswa.
c. Tahap Observasi
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran
IPA mengenai kegiatan guru dan siswa dengan menarapkan model
Quantum Teaching.
Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah
disiapkan peneliti yang meliputi beberapa aspek dan indikator.
1) Aspek keberhasilan guru yang ingin dinilai antara lain :
a) Mengkondisikan siswa kearah pembelajaran yang kondusif.
b) Memberikan motivasi.
c) Melakukan apersepsi.
d) Menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami.
e) Memberikan kesempatan untuk bertanya.
f) Mengarahkan siswa untuk bekerjasama dengan kelompok.
g) Membimbing siswa dalam kegiatan kelompok.
h) Memberikan tes akhir.
i) Mengevaluasi hasil siswa dalam diskusi kelompok.
j) Memberikan umpan balik pada siswa.
2) Aspek keberhasilan siswa yang ingin dicapai antara lain :
a) Aktif memperhatikan penjelasan guru.
b) Kemauan untuk menerima pelajaran.
c) Aktif mengerjakan tugas.
d) Aktif memanfaatkan media yang digunakan.
e) Kesungguhan siswa mengerjakan tugas individu maupun
kelompok.
f) Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat.
g) Keaktifan untuk membuat kesimpulan pelajaran.
h) Keaktifan dalam proses pembelajaran.
45
i) Kesungguhan mengerjakan tes.
d. Tahap Refleksi
Hasil analisis data dari siklus II digunakan sebagai acuan untuk
menetukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru dalam
meningkatkan pemahaman konsep gaya malalui penerapan model
Quantum Teaching pada siswa kelas IV SDN Karangasem IV
Laweyan Surakarta. Pada siklus II sudah diperoleh hasil yang optimal
sehinga siklus dihentikan.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
SD Negeri Karangasem IV yang dipergunakan sebagai tempat penelitian
terletak di desa Karangasem, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Propinsi Jawa
Tengah. Sekolah ini merupakan sekolahan yang berada langsung diperbatasan
Kabupaten Karanganyar yang letaknya berdekatan dengan Kecamatan Colomadu.
SD Negeri Karangasem IV tergolong SD perkotaan tapi terletak dipinggiran. Oleh
karena itu, dari keseluruhan jumlah siswa di SD Negeri Karangasem IV 50% siswa
berasal dari luar kota. SD Negeri Karangasem IV dipimpin oleh seorang Kepala
Sekolah yang membawahi 6 guru kelas, 1 guru mata pelajaran Agama Islam, 1 guru
olahraga, 1 guru bahasa inggris, 1 guru kesenian tari, 1 petugas perpus, 1 guru
wiyata bakti sekaligus administrasi sekolah, dan 1 penjaga sekolah. Dengan jumlah
guru dan karyawan tersebut, proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik
dan lancar karena terpenuhinya jumlah tenaga pendidik dan kependidikan, di SD
Negeri Karangasem IV terdapat 237 siswa, dari siswa kelas I sebanyak 36 siswa,
siswa kelas II sebanyak 38 siswa, siswa kelas III sebanyak 41 siswa, siswa kelas IV
sebanyak 40 siswa, kelas V sebanyak 43 siswa, dan siswa kelas VI sebanyak 39
siswa.
Fasilitas yang ada di sekolah ini cukup memadai karena dapat bantuan Dana
Alokasi Khusus (DAK) perpustakaan tahun 2008. Akan tetapi pada tahun 2008
sampai tahun 2011 tidak maksimal pemanfaatannya karena tidak adanya petugas
perpustakaan sehingga buku-buku belum dimanfaatkan dengan maksimal. Pada
tahun 2012 perpustakaan di SDN Karangasem IV sudah berjalan lancar dengan
adanya petugas perpustakaan baru, penataan buku di ruang perpustakaan sangat
baik karena buku ditata menurut sistem program perpustakaan DAK dari
pemerintahan kota Surakarta. Untuk tahun 2011 di SDN Karangasem IV mendapat
bantuan DAK tahun 2010 yaitu tentang sarana dan prasarana sekolah senilai 80
juta rupiah yang berwujud komputer, laptop dell, printer dan scan hp, buku
46
47
perpustakaan, media dan alat peraga, sound sistem, dll. Adanya media dan alat
peraga belum dimanfaatkan maksimal bagi guru yang ada di SDN Karangasem IV.
Selain itu, alat peraga yang sudah ada di SDN Karangasem IV belum ada tempat
khusus untuk menyimpan sehingga alat peraga banyak yang berdebu, akan tetapi
alat peraga yang ada dikelas keadaannya masih bagus dan layak untuk digunakan.
Bulan januari dilaksanakannya jadwal penataan ruangan perpustakaan, semua alat
peraga, media dan buku-buku, sudah ditempatkan diruang perpustakaan dengan
penataan yang rapi, teratur, dan indah. Dalam kegiatan penelitian, peneliti dalam
hal ini sebagai guru di SDN Karangasem IV memiliki kesempatan langsung untuk
menggunakan sarana dan prasarana yang ada untuk penunjang keberhasilan dalam
penelitian tindakan kelas dikelas IV SDN Karangasem IV tentang konsep gaya
yaitu sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya. Fasilitas lain yang dimiliki di SDN
Karangasem adalah sebuah musholla yang digunakan murid untuk beribadah setiap
duhur dengan kamar mandi/wc yang ditunjang dengan adanya rumah dinas sekolah
yang dihuni oleh penjaga sekolah.
Penelitian ini dikhususkan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) materi gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya, karena sebelum
penelitian ini dilaksanakan, peneliti mendapat informasi dari guru kelas IV, jika
hasil belajar IPA materi gaya dari tiap tahun tidak mengalami peningkatan (statis
nilai rata-rata tetap seperti tahun sebelumnya). Berdasarkan informasi dari guru
kelas IV, sebelum melaksanakan proses penelitian, peneliti terlebih dahulu
melakukan kegiatan survei awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata
yang ada dilapangan. Proses ini dilakukan melalui observasi/pengamatan pada
pembelajaran IPA materi gaya pada kelas IV di SDN Karangasem IV. Peneliti
masuk ke ruang kelas IV dan menanyakan tentang pengertian gaya, sifat-sifat gaya,
macam-macam gaya, semua siswa diam dan tidak ada yang menjawab. Dari
observasi secara singkat, peneliti membuat dugaan sementara bahwa siswa tidak
aktif dalam pelajaran dikarenakan bingung pada materi, sehingga mereka diam dan
tenang sehingga tidak mau menjawab pertanyaan dari peneliti.
Siswa kelas IV di SDN Karangasem IV ini mempunyai karakter yang tidak
jauh beda dengan kelas lain dalam pembelajaran IPA. Kebanyakan siswa
48
menganggap pelajaran IPA tentang materi gaya sebagai suatu mata pelajaran yang
sulit, sehingga pemahaman konsep gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam
gaya pada IPA belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang
ditentukan sekolah pada awal semester. Partisipasi siswa dalam pembelajaran IPA
tentang gaya juga kurang optimal. Siswa masih banyak tergantung pada guru dalam
memecahkan masalah tentang gaya. Hal ini menyebabkan rendahnya pemahaman
konsep gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, peneliti mengadakan penelitian dikelas IV dengan
menggunakan model pembelajaran yang dapat menyertakan segala kaitan interaksi
dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar sehingga dapat meningkatkan
pemahaman IPA tentang konsep gaya yaitu sifat-sifat gaya dan macam-macam
gaya dengan penerapan model Quantum Teaching.
Dengan penelitian ini diharapkan siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri
Karangasem IV lebih tertarik dan termotivasi untuk belajar IPA pada materi gaya
tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya, sehingga pemahaman konsep
gaya IPA dapat meningkat.
2. Deskripsi Permasalahan Penelitian
a. Deskripsi Data Awal
SD Negeri Karangasem IV yang dipergunakan sebagai tempat penelitian
terletak di desa Karangasem, kecamatan Laweyan, kota Surakarta, propinsi Jawa
Tengah. Sebelum melaksanakan tindakan penelitian, peneliti terlebih dahulu
melaksanakan observasi dan tes awal di kelas IV SDN Karangasem IV untuk
mengetahui keadaan nyata yang ada di tempat penelitian.
Berdasarkan hasil obeservasi sebelum melakukan tindakan, masih terdapat
permasalahan yang ditemui pada diri siswa, antara lain :
1) Pada saat pembelajaran berlangsung.
a) Siswa masih ragu-ragu untuk bertanya dan menjawab pertanyaan.
b) Tidak berani tampil di depan kelas.
c) Kurang antusias saat merespon tindakan guru.
49
d) Menunjukkan sikap jenuh saat pembelajaran yang ditunjukkan dengan
mengobrol sendiri, bermain alat tulis, dan mengantuk.
e) Anak sering berbicara sendiri pada saat pelajaran.
2) Rendahnya pemahaman konsep gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-
macam gaya yang ditunjukkan dari nilai tes awal yaitu dari 40 siswa hanya 11
siswa atau 27,5 % yang mendapat nilai di atas KKM, sedangkan 29 siswa atau
72,5 % mendapat nilai di bawah KKM dengan nilai rata-rata kelas yaitu 51.
Agar lebih jelas, hasil tes awal tersebut dapat dilihat pada lampiran 21 halaman
180.
Data di atas dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk
memudahkan pengamatan tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya dapat
dilihat pada tabel 3 (halaman 50) berikut ini:
Tabel 3. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai IPA Materi Gaya Siswa kelas IV
SDN Karangasem IV pada kondisi awal
No
Interva
l Nilai
Nilai
Batas
Bawah
Nilai
Batas
Atas
Frekuensi
Persentas
i (%)
Keteranga
n
1. 30 - 41 29,5 41,5 12 30 % Tidak
Tuntas
2. 42 - 53 41,5 53,5 13 32,50 % Tidak
Tuntas
3. 54 - 65 53,5 65,5 4 10 %
Tidak
Tuntas
4. 66 - 77 65,5 77,5 10 25 % Tuntas
5. 78 - 89 77,5 89,5 1 2,5 % Tuntas
6.
90 -
101
89,5 101,5 - - -
Jumlah 40
Ketidaktuntasan = (29 : 40) x 100 % = 72,5 %
Ketuntasan Klasikal = (11 : 40) x 100 % = 27,5 %
50
Dari data tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai IPA materi
gaya (lampiran 21 halaman 180) yang dicapai siswa pada kondisi awal sebelum
tindakan masih rendah yaitu 65 yaitu masih di bawah KKM. Dari 40 siswa, yang
memperoleh nilai 30-41 ada 12 siswa, dan yang memperoleh nilai 42-53 ada 13
siswa. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai 54-65 ada 4 siswa. Adapun anak
yang tuntas nilainya di atas KKM yaitu yang mendapat nilai 66-77 ada 10 siswa.
Sedangkan yang mendapat nilai 78-89 ada 1 siswa. Dari data di atas dapat dilihat
siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 29 siswa atau 72,5 %
sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM hanya ada 11 siswa atau 27,5
%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketuntasan nilai IPA materi gaya
tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya pada siswa kelas IV SDN
Karangasem IV pada kondisi awal sebanyak 27,50 %.
Hasil tersebut sesuai dengan tabel 3 yang disajikan pada gambar 16 halaman
51 dengan grafik berikut ini :
Gambar 16. Grafik Nilai IPA materi Gaya Kelas IV di SDN Karangasem IV
Pada Kondisi Awal
12
13
4
10
1
0
2
4
6
8
10
12
14
29,5 42,5 54,5 66,5 78,5 90,5
Frekuensi
Interval Nilai
Daftar Distribusi Materi Gaya Kondisi Awal
29,5 41,5 53,5 65,5 77,5 89, 5
TIDAK TUNTAS 72,5 % TUNTAS 27,5 %
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD
SKRIPSI PGSD

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

FORMAT REMEDIAL DAN PENGAYAAN - AISYAH SAFITRI HAYATI.pdf
FORMAT REMEDIAL DAN PENGAYAAN - AISYAH SAFITRI HAYATI.pdfFORMAT REMEDIAL DAN PENGAYAAN - AISYAH SAFITRI HAYATI.pdf
FORMAT REMEDIAL DAN PENGAYAAN - AISYAH SAFITRI HAYATI.pdfAisyah Safitri Hayati
 
Topik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptx
Topik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptxTopik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptx
Topik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptxNantaAgga1
 
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...Arif Winahyu
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 BAB 4 KURIKULUM MERDEKA.docx
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 BAB 4 KURIKULUM MERDEKA.docxMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 BAB 4 KURIKULUM MERDEKA.docx
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 BAB 4 KURIKULUM MERDEKA.docxModul Guruku
 
Laporan PPL PPG Pasca SM-3T MUHAMAD YOGI SMAN 7 BANDUNG
Laporan PPL PPG Pasca SM-3T MUHAMAD YOGI SMAN 7 BANDUNGLaporan PPL PPG Pasca SM-3T MUHAMAD YOGI SMAN 7 BANDUNG
Laporan PPL PPG Pasca SM-3T MUHAMAD YOGI SMAN 7 BANDUNGMuhamad Yogi
 
Topik 1-3 Ruang Kolaborasi Proyek Kepemimpinan (1).doc
Topik 1-3 Ruang Kolaborasi Proyek Kepemimpinan (1).docTopik 1-3 Ruang Kolaborasi Proyek Kepemimpinan (1).doc
Topik 1-3 Ruang Kolaborasi Proyek Kepemimpinan (1).docRawindyAuliiaHapsari
 
Kelompok 5_TBPP_Ruang Kolaborasi (Topik 1) (1).pdf
Kelompok 5_TBPP_Ruang Kolaborasi (Topik 1) (1).pdfKelompok 5_TBPP_Ruang Kolaborasi (Topik 1) (1).pdf
Kelompok 5_TBPP_Ruang Kolaborasi (Topik 1) (1).pdfzhenkekamahendra
 
02-Desain Pembelajaran PPG-Kategori 1-2022-(versi1).pptx
02-Desain Pembelajaran PPG-Kategori 1-2022-(versi1).pptx02-Desain Pembelajaran PPG-Kategori 1-2022-(versi1).pptx
02-Desain Pembelajaran PPG-Kategori 1-2022-(versi1).pptxMarsi Bani
 
Modul 3. pengembangan asesmen alternatif
Modul 3. pengembangan asesmen alternatifModul 3. pengembangan asesmen alternatif
Modul 3. pengembangan asesmen alternatifNaita Novia Sari
 
Kelas 01 sd_tematik_1_diriku_guru
Kelas 01 sd_tematik_1_diriku_guruKelas 01 sd_tematik_1_diriku_guru
Kelas 01 sd_tematik_1_diriku_guruabdmuiz78
 
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1 KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1 LilyCarmelia
 
PPT Ruang Kolaborasi Teaching at The Right Level Kelompok 3.pdf
PPT Ruang Kolaborasi Teaching at The Right Level Kelompok 3.pdfPPT Ruang Kolaborasi Teaching at The Right Level Kelompok 3.pdf
PPT Ruang Kolaborasi Teaching at The Right Level Kelompok 3.pdfFitriAni964827
 
Topik 2 ppt ruang kolaborasi prinsip pembelajaran dan asesmen.pptx
Topik 2 ppt ruang kolaborasi prinsip pembelajaran dan asesmen.pptxTopik 2 ppt ruang kolaborasi prinsip pembelajaran dan asesmen.pptx
Topik 2 ppt ruang kolaborasi prinsip pembelajaran dan asesmen.pptxWika Usiana
 
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docx
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docxPortofolio UKIN PPG Dlajab.docx
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docxRatnaSarum
 

Mais procurados (20)

Sri anjani (pgsd) proposal (umt)
Sri anjani (pgsd) proposal (umt)Sri anjani (pgsd) proposal (umt)
Sri anjani (pgsd) proposal (umt)
 
FORMAT REMEDIAL DAN PENGAYAAN - AISYAH SAFITRI HAYATI.pdf
FORMAT REMEDIAL DAN PENGAYAAN - AISYAH SAFITRI HAYATI.pdfFORMAT REMEDIAL DAN PENGAYAAN - AISYAH SAFITRI HAYATI.pdf
FORMAT REMEDIAL DAN PENGAYAAN - AISYAH SAFITRI HAYATI.pdf
 
Topik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptx
Topik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptxTopik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptx
Topik 2 Kelompok 4 - Ruang Kolaborasi.pptx
 
Topik 6 Koneksi Antar Materi
Topik 6 Koneksi Antar MateriTopik 6 Koneksi Antar Materi
Topik 6 Koneksi Antar Materi
 
ptk 2.pdf
ptk 2.pdfptk 2.pdf
ptk 2.pdf
 
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 BAB 4 KURIKULUM MERDEKA.docx
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 BAB 4 KURIKULUM MERDEKA.docxMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 BAB 4 KURIKULUM MERDEKA.docx
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 BAB 4 KURIKULUM MERDEKA.docx
 
Laporan PPL PPG Pasca SM-3T MUHAMAD YOGI SMAN 7 BANDUNG
Laporan PPL PPG Pasca SM-3T MUHAMAD YOGI SMAN 7 BANDUNGLaporan PPL PPG Pasca SM-3T MUHAMAD YOGI SMAN 7 BANDUNG
Laporan PPL PPG Pasca SM-3T MUHAMAD YOGI SMAN 7 BANDUNG
 
Topik 1-3 Ruang Kolaborasi Proyek Kepemimpinan (1).doc
Topik 1-3 Ruang Kolaborasi Proyek Kepemimpinan (1).docTopik 1-3 Ruang Kolaborasi Proyek Kepemimpinan (1).doc
Topik 1-3 Ruang Kolaborasi Proyek Kepemimpinan (1).doc
 
Kelompok 5_TBPP_Ruang Kolaborasi (Topik 1) (1).pdf
Kelompok 5_TBPP_Ruang Kolaborasi (Topik 1) (1).pdfKelompok 5_TBPP_Ruang Kolaborasi (Topik 1) (1).pdf
Kelompok 5_TBPP_Ruang Kolaborasi (Topik 1) (1).pdf
 
02-Desain Pembelajaran PPG-Kategori 1-2022-(versi1).pptx
02-Desain Pembelajaran PPG-Kategori 1-2022-(versi1).pptx02-Desain Pembelajaran PPG-Kategori 1-2022-(versi1).pptx
02-Desain Pembelajaran PPG-Kategori 1-2022-(versi1).pptx
 
Modul 3. pengembangan asesmen alternatif
Modul 3. pengembangan asesmen alternatifModul 3. pengembangan asesmen alternatif
Modul 3. pengembangan asesmen alternatif
 
Kelas 01 sd_tematik_1_diriku_guru
Kelas 01 sd_tematik_1_diriku_guruKelas 01 sd_tematik_1_diriku_guru
Kelas 01 sd_tematik_1_diriku_guru
 
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1 KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1
 
Kel 1 Menjelaskan.pdf
Kel 1 Menjelaskan.pdfKel 1 Menjelaskan.pdf
Kel 1 Menjelaskan.pdf
 
PPT Ruang Kolaborasi Teaching at The Right Level Kelompok 3.pdf
PPT Ruang Kolaborasi Teaching at The Right Level Kelompok 3.pdfPPT Ruang Kolaborasi Teaching at The Right Level Kelompok 3.pdf
PPT Ruang Kolaborasi Teaching at The Right Level Kelompok 3.pdf
 
Topik 2 ppt ruang kolaborasi prinsip pembelajaran dan asesmen.pptx
Topik 2 ppt ruang kolaborasi prinsip pembelajaran dan asesmen.pptxTopik 2 ppt ruang kolaborasi prinsip pembelajaran dan asesmen.pptx
Topik 2 ppt ruang kolaborasi prinsip pembelajaran dan asesmen.pptx
 
Penilaian Afektif
Penilaian AfektifPenilaian Afektif
Penilaian Afektif
 
Presentasi PTK
Presentasi PTKPresentasi PTK
Presentasi PTK
 
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docx
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docxPortofolio UKIN PPG Dlajab.docx
Portofolio UKIN PPG Dlajab.docx
 

Semelhante a SKRIPSI PGSD

Implementasi moving class untuk meningkatkan karakter disiplin dan tanggung j...
Implementasi moving class untuk meningkatkan karakter disiplin dan tanggung j...Implementasi moving class untuk meningkatkan karakter disiplin dan tanggung j...
Implementasi moving class untuk meningkatkan karakter disiplin dan tanggung j...ningrumintan
 
SRI AZIARTIYA.pdf
SRI  AZIARTIYA.pdfSRI  AZIARTIYA.pdf
SRI AZIARTIYA.pdfaapdoank
 
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasContoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasMuh Yusuf Manguluang
 
Karya ilmiah sitti fajar surya ningsih
Karya ilmiah sitti fajar surya ningsihKarya ilmiah sitti fajar surya ningsih
Karya ilmiah sitti fajar surya ningsihSeptian Muna Barakati
 
Contoh artikel Tes
Contoh artikel TesContoh artikel Tes
Contoh artikel Tesanggadiyan
 
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains SiswaMeningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains SiswaHeru Supanji
 
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014Kornea Situraja
 
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014Kornea Situraja
 
Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1
Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1
Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1Kornea Situraja
 

Semelhante a SKRIPSI PGSD (20)

Proposal skripsi
Proposal skripsiProposal skripsi
Proposal skripsi
 
Implementasi moving class untuk meningkatkan karakter disiplin dan tanggung j...
Implementasi moving class untuk meningkatkan karakter disiplin dan tanggung j...Implementasi moving class untuk meningkatkan karakter disiplin dan tanggung j...
Implementasi moving class untuk meningkatkan karakter disiplin dan tanggung j...
 
5464 17940-1-pb
5464 17940-1-pb5464 17940-1-pb
5464 17940-1-pb
 
SRI AZIARTIYA.pdf
SRI  AZIARTIYA.pdfSRI  AZIARTIYA.pdf
SRI AZIARTIYA.pdf
 
Ipi22489
Ipi22489Ipi22489
Ipi22489
 
1401409017
14014090171401409017
1401409017
 
Cover Skripsi
Cover SkripsiCover Skripsi
Cover Skripsi
 
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasContoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
 
PBL.pdf
PBL.pdfPBL.pdf
PBL.pdf
 
Jp kim ia121redhana
Jp kim ia121redhanaJp kim ia121redhana
Jp kim ia121redhana
 
Jp kim ia211
Jp kim ia211Jp kim ia211
Jp kim ia211
 
Karya ilmiah sitti fajar surya ningsih
Karya ilmiah sitti fajar surya ningsihKarya ilmiah sitti fajar surya ningsih
Karya ilmiah sitti fajar surya ningsih
 
Journal lks inkuiri
Journal lks inkuiriJournal lks inkuiri
Journal lks inkuiri
 
Karil yuliana nim. 822177824
Karil yuliana nim. 822177824Karil yuliana nim. 822177824
Karil yuliana nim. 822177824
 
Contoh artikel Tes
Contoh artikel TesContoh artikel Tes
Contoh artikel Tes
 
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains SiswaMeningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa
 
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
 
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
 
Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1
Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1
Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1
 
08. chapter i
08. chapter i08. chapter i
08. chapter i
 

Mais de Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara

Mais de Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara (20)

Materi evaluasi pendidikan
Materi evaluasi pendidikanMateri evaluasi pendidikan
Materi evaluasi pendidikan
 
Karya Tulis Ilmiah Ke-2
Karya Tulis Ilmiah Ke-2Karya Tulis Ilmiah Ke-2
Karya Tulis Ilmiah Ke-2
 
Karya Tulis Ilmiah Ke-1
Karya Tulis Ilmiah Ke-1Karya Tulis Ilmiah Ke-1
Karya Tulis Ilmiah Ke-1
 
Laporan kewirausahaan telor asin
Laporan kewirausahaan telor asinLaporan kewirausahaan telor asin
Laporan kewirausahaan telor asin
 
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Pedoman Penulisan Karya IlmiahPedoman Penulisan Karya Ilmiah
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
 
Jenis Karangan
Jenis KaranganJenis Karangan
Jenis Karangan
 
Pengantar Statistika 1
Pengantar Statistika 1Pengantar Statistika 1
Pengantar Statistika 1
 
Pengantar Statistika 2
Pengantar Statistika 2Pengantar Statistika 2
Pengantar Statistika 2
 
Teori dan Psikologi Belajar
Teori dan Psikologi Belajar Teori dan Psikologi Belajar
Teori dan Psikologi Belajar
 
Filsafat Ilmu
Filsafat IlmuFilsafat Ilmu
Filsafat Ilmu
 
Manajemen Pendidikan
Manajemen PendidikanManajemen Pendidikan
Manajemen Pendidikan
 
Proposal Hibah PPM 2013
Proposal Hibah PPM 2013Proposal Hibah PPM 2013
Proposal Hibah PPM 2013
 
PPM Kurikulum 2013
PPM Kurikulum 2013PPM Kurikulum 2013
PPM Kurikulum 2013
 
Pembelajaran Gaya SD III
Pembelajaran Gaya SD IIIPembelajaran Gaya SD III
Pembelajaran Gaya SD III
 
Pembelajaran Gaya SD II
Pembelajaran Gaya SD IIPembelajaran Gaya SD II
Pembelajaran Gaya SD II
 
Pembelajaran Gaya SD I
Pembelajaran Gaya SD IPembelajaran Gaya SD I
Pembelajaran Gaya SD I
 
Review Artikel Metopen
Review Artikel MetopenReview Artikel Metopen
Review Artikel Metopen
 
SDA (Air) Presentasi
SDA (Air) PresentasiSDA (Air) Presentasi
SDA (Air) Presentasi
 
Tugas Makalah SDA (Air)
Tugas Makalah SDA (Air)Tugas Makalah SDA (Air)
Tugas Makalah SDA (Air)
 
Konsep dasar ipa prof. zuhdan
Konsep dasar ipa prof. zuhdanKonsep dasar ipa prof. zuhdan
Konsep dasar ipa prof. zuhdan
 

Último

Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 

Último (20)

Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 

SKRIPSI PGSD

  • 1. i PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR IPA TENTANG GAYA BAGI SISWA KELAS IV SDN KARANGASEM IV LAWEYAN SURAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI Disusun Oleh : AAN WIDIYONO X7110001 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
  • 2. ii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : AAN WIDIYONO NIM : X7110001 Jurusan/Program Study : FKIP / PGSD menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR IPA TENTANG GAYA BAGI SISWA KELAS IV SDN KARANGASEM IV LAWEYAN SURAKARTA TAHUN 2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
  • 3. iii PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR IPA TENTANG GAYA BAGI SISWA KELAS IV SDN KARANGASEM IV LAWEYAN SURAKARTA TAHUN 2012 Oleh : AAN WIDIYONO X7110001 Skripsi Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
  • 4. iv PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
  • 5. v PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada Hari : Tanggal : Tim Penguji Skripsi : Nama Terang : Ketua : Drs. Kartono, M. Pd Sekretaris : Drs. Chumdari, M. Pd Anggota I : Prof. Dr. St. Y. Slamet, M. Pd Anggota II : Drs. Muh. Ismail Sriyanto, M. Pd Tanda Tangan ………………… ………………… ………………… ………………… Disahkan Oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta a.n. Dekan Pembantu Dekan I Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si NIP 19660415 199103 1 002
  • 6. vi ABSTRAK Aan Widiyono, “PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR IPA TENTANG GAYA BAGI SISWA KELAS IV SDN KARANGASEM IV LAWEYAN SURAKARTA TAHUN 2012 “. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk meningkatkan kemampuan belajar IPA tentang gaya melalui model quantum teaching bagi siswa kelas IV SDN Karangasem IV. (2) untuk meningkatkan proses pembelajaran IPA tentang gaya melalui model quantum teaching bagi siswa kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta Tahun 2012. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SDN Karangasem IV Kecamatan Laweyan Kota Surakarta yang berjumlah 40 siswa. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian ini adalah kemampuan belajar IPA tentang gaya, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Quantum Teaching. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang berlangsung 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, dan dokumentasi. Validitasi data yang digunakan adalah trianggulasi data dan trianggulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan yang pertama bahwa ada peningkatan kualitas proses pembelajaran tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya setelah diadakan tindakan kelas dengan Model Quantum Teaching. Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kegiatan guru pada siklus I nilainya 2,85 dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,5 dengan kriteria sangat baik. Nilai rata-rata kegiatan siswa pada siklus I nilainya 2,55 dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II menjadi 3,45 dengan kriteria sangat baik. Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya konsep pemahaman siswa tentang IPA materi gaya dengan nilai rata-rata siswa sebelum dan sesudah tindakan. Pada pra tindakan nilai rata-rata kelas 51 dengan ketuntasan klasikal 27,50%. Pada siklus I menunjukkan nilai rata-rata kelas mencapai 62,25 dengan ketuntasan klasikal 52,50%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 75,43 dan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 87,50 %. Kata Kunci : Quantum Teaching, kemampuan belajar
  • 7. vii ABSTRACT Aan Widiyono, "APPLICATION OF QUANTUM TEACHING MODEL TO IMPROVE SCIENCE LEARNING ABILITY OF THE CONCEPT OF FORCE ON THE FOUR GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL IN FOUR SDN KARANGASEM LAWEYAN SURAKARTA YEAR 2012". Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education March Twelve University of Surakarta. Action research objectives to be achieved are (1) to improve science learning about concept the force with quantum teaching model on the four grade of elementary school in Four SDN Karangasem Laweyan Surakarta Year 2012. (2) to improve learning process science the force with quantum teaching model on the four grade of elementary school in Four SDN Karangasem Laweyan Surakarta Year 2012. Research subjects of this classroom action reseach is on the four grade students of elementary school in Four SDN Karangasem Laweyan Surakarta Year 2012 consists 40 students. Variables were targeted changes in this study is understanding the science learning ability of the concept of style, while the variable action used in this study is a model of Quantum Teaching. Form of research is action research class lasts 2 cycles. Each cycle consists of four stages include planning, implementation of the action, observation and reflection. Data collection techniques used were tests, observation, and documentation. The validity of the data is used triangulation data and triangulation methods. Data analysis technique used is an interactive analytical data model which has three components, namely reduction data, data presentation, and conclusion drawing or verification. Based on the results of research can be concluded first that that there was an increase in the quality of the learning process on the properties of a variety of styles and style after a class action with the Model Quantum Teaching. It can be demonstrated by the increasing value of the average activities of teachers in the cycle I value 2.85 with good criteria and increase in value 3.5 second cycle with the criteria very well. The average value of students' activities in the cycle I value is 2.55 cycles with good criteria and increase in value to 3.45 second cycle with the criteria very well. It can be shown by increasing students' understanding of science concepts style material with an average value of students before and after the action. In the pre measures the average value of 51 classes with classical exhaustiveness 27.50%. In cycle I shows the average grade achieved 62.25 and exhaustiveness classical increased to 52.50%. In cycle II, the class average rose to 75.43 and the class of classical completeness increased to 87.50%. Key word : Quantum Teaching, achievment
  • 8. viii MOTTO Kesabaran kunci ketenangan dan ketulusan memberikan kepuasan hati. (Widiyono) Memecahkan masalah itu sulit, mengenal masalah itu lebih sulit, tetapi menemukan masalah itu lebih sulit (Albert Einstein) Pengetahuan adalah warisan yang mulia, budi pekerti ibarat pakaian yang baru dan pikiran ibarat cermin yang bening (Ali Bin Abi Thalib) Keberhasilan tidak diukur dengan apa yang kita raih. Akan tetapi kegagalan yang kita hadapi, dan keberanian dapat membuat kita tetap berjuang melawan rintangan yang datang bertubi-tubi. (Schimmel) Kehidupan bermakna jika ada perbedaan (live is difference). Keingann tercapai jika ada usaha yang disertai doa. (Widiyono) Teacher is sprit me and entrepreneurship is desire me. (Aan Widiyono)
  • 9. ix HALAMAN PERSEMBAHAN  Ayah, Ibu dan saudara yang selalu memberikan dorongan baik secara materiel maupun spirituil.  Keluarga Besar FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, almameter tercinta kampus tempat kutimba aneka ilmu.  Keluarga besar SDN Karangasem IV
  • 10. x KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat atas rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi penelitian ini dapat diselesaikan oleh penulis dengan baik. Skripsi penelitian dengan judul “Penerapan Model Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar IPA Tentang Gaya Bagi Siswa Kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta Tahun 2012” diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pada Program Studi PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan dapat diatasi. Oleh sebab itu pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada : 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). 2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). 3. Ketua Program Studi PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). 4. Pembimbing Sekripsi yang telah tulus ikhlas dan sabar meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Kepala SDN Karangasem IV yang telah memberikan ijin penelitian. 6. Bapak/Ibu Guru SDN Karangasem IV yang telah memberikan banyak bantuan. 7. Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas doa dan dorongan motivasi yang selalu diberikan hingga saat ini. 8. Teman-teman PGSD angakatan 2010 terutama kelas A Transfer SI terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya selama ini.
  • 11. xi 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, yang secara langsung berperan dalam penyusunan Skripsi ini. Semoga bantuan yang diberikan pada peneliti mendapat balasan yang setimpal dari serta kebahagiaan dunia dan akhirat. Peneliti sadar bahwa Skripsi ini kurang sempurna, namun harapan peneliti semoga Skripsi ini memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca semua. Surakarta, Juni 2012 Penulis
  • 12. xii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ……………………….……………………………… HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………………….... HALAMAN PERSETUJUAN ……………...……………………………… HALAMAN PENGESAHAN …………….……………………….……..... HALAMAN ABSTRAK ....………………….……………………….…..... HALAMAN ABSTRACT …………………………………………………. HALAMAN MOTTO ……………………..……………………….…......... HALAMAN PERSEMBAHAN …………..……………………………….. KATA PENGANTAR ……………….…………………………….……..... DAFTAR ISI ………………………….………………………….………… DAFTAR TABEL ……………………..…………………………………… DAFTAR GAMBAR ……………….……………………………………… DAFTAR LAMPIRAN ……………….………….………………………… BAB I PENDAHULUAN ………….…………………………………..... A Latar Belakang Masalah …………………………………..... B Rumusan Masalah …………………………………………... C Tujuan Penelitian …………………………………………… D Manfaat Penelitian ………………………………………...... BAB II LANDASAN TEORI …………..………………………………... A Tinjauan Pustaka ……………………………………………. 1. Hakikat Kemampuan Belajar Gaya IPA …….………….. a. Pengertian Kemampuan...................…………………. b. Pengertian Belajar ..................……………………….. c. Pengertian Kemampuan Belajar .....…………...…...... d. Tinjauan Materi Gaya .....................………….....…… e. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ................................ i ii iv v vi vii viii ix x xii xv xvi xvii 1 1 4 5 5 6 6 6 6 6 7 8 13
  • 13. xiii 2. Tinjauan Model Quantum Teaching ................................ a. Pengertian Model Pembelajaran ...........…………..... b. Pengertian Model Quantum Teaching ....................... c. Ciri-ciri Quantum Teaching .......…………..……….. d. Langkah-langkah Model Quantum Teaching IPA ..... e. Pelaksanaan Model Quantum Teaching IPA ............. f. Kelebihan Model Quantum Teaching ........................ g. Kelemahan Model Quantum Teaching........................ h. Kualitas Proses Pembelajaran Quantum Teaching ..... B Penelitian Yang Relevan .................................................... C Kerangka Berfikir ………………………………………..... D Hipotesis Tindakan ………………….………………........ BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………….. A Tempat dan Waktu Penelitian ……………………….…….... B Subjek Penelitian …………………………………………… C Bentuk dan Strategi Penelitian ……………………………… D Sumber Data ……………………………………….............. E Teknik Pengumpulan Data ………………………….………. F Validitas Data ………………………………………………. G Teknik Analisis Data ……………………………………...... H Indikator Keberhasilan ……………......……………………. I Prosedur Penelitian …………………………………………. BAB IV HASIL PENELITIAN …………………………….……..……..... A Diskripsi Permasalahan Penelitian …………….…………..... 1. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................. 2. Deskripsi Permasalahan Penelitian .................................. B Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ………………..... 16 16 17 18 19 20 23 24 24 25 27 29 30 30 31 32 33 34 35 37 40 40 46 46 46 48 83
  • 14. xiv 1. Temuan Hasil Observasi Kegiatan Proses Pembelajaran dengan Model Quantum Teaching ................................... 2. Hasil Belajar Pemahaman Konsep Gaya dengan Model Quantum Teaching ........................................................... BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ………...……………. A Simpulan ……………………………………………………. B Implikasi ……………………………………………………. C Saran ………………………………………………………... DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….….….. LAMPIRAN ……………….……………………………………….………. 83 88 92 92 93 96 97 101
  • 15. xv DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Tabel 2 Langkah-langkah Model Quantum Teaching ............................. Jadwal kegiatan pelaksanaan tindakan ....................................... 19 31 Tabel 3 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai IPA Pada Kondisi Awal ....... 50 Tabel 4 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai IPA Siklus I ………............... 65 Tabel 5 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai IPA Siklus II ..……………... 81 Tabel 6 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Observasi Guru Siklus I dan Siklus II ……………................................................................... 84 Tabel 7 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Observasi Siswa Siklus I dan Siklus II ……………................................................................... 86 Tabel 8 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Pemahaman Konsep Gaya ... 88 Tabel 9 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa ...................................... 89
  • 16. xvi DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Contoh gaya berupa tarikan dan dorongan ............................. 9 Gambar 2 Contoh gaya dapat mengubah bentuk benda ........................... 9 Gambar 3 Contoh gaya dapat mengubah arah gerak benda ..................... 9 Gambar 4 Contoh gaya dapat mengubah benda bergerak menjadi diam . 10 Gambar 5 Contoh gaya mengubah keadaan benda di dalam air ......…… 11 Gambar 6 Contoh gaya gesek ………………........................................... 11 Gambar 7 Contoh gaya magnet …............................................................ 11 Gambar 8 Contoh gaya pegas …………………….................................. 12 Gambar 9 Contoh gaya listrik statis …….................................................. 12 Gambar 10 Gambar 11 Gambar 12 Gambar 13 Gambar 14 Gambar 15 Gambar 16 Gambar 17 Gambar 18 Gambar 19 Gambar 20 Gambar 21 Gambar 22 Contoh gaya gravitasi ………………………………………... Contoh gaya otot ...................................................................... Gambar Kerangka Berfikir ...................................................... Gambar Model Peneltian Tindakan ......................................... Gambar Bagan Siklus Analisis Interaktif Milles Huberman ... Gambar Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin .......... Grafik Nilai IPA Materi Gaya Pada Kondisi Awal ................. Grafik Nilai IPA Materi Gaya Pada Siklus I ........................... Grafik Nilai IPA Materi Gaya Pada Siklus II .......................... Grafik Peningkatan Rata-rata hasil Observasi Guru Siklus I dan Siklus II ............................................................................ Grafik Peningkatan Rata-rata hasil Observasi Siswa Siklus I dan Siklus II ............................................................................. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II .............................................................. Grafik Peningkatan Ketuntasan Pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II .............................................................. 10 13 28 32 39 40 51 66 82 85 87 89 90
  • 17. xvii DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian 101 Lampiran 2 Lampiran 3 Soal dan Kunci Jawaban Pada Tes Kondisi Awal Silabus Pembelajaran Siklus I Pertemuan I .......................... 102 104 Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus I Pertemuan I ……………………………………………….. 111 Lampiran 5 LKS Siklus I Pertemuan I .................................................... 118 Lampiran 6 Lampiran 7 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan I ....................... Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan I ...................................... 124 125 Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus I Pertemuan II .......................................................................... 127 Lampiran 9 LKS Siklus I Pertemuan II …………………......………….. 133 Lampiran 10 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan II .……………. 139 Lampiran 11 Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan II ...…………………….. 140 Lampiran I2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus II Pertemuan I ........................................................................... 142 Lampiran 13 LKS Siklus II Pertemuan I .................................................... 149 Lampiran 14 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan I ....................... 155 Lampiran 15 Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan I ...................................... 156 Lampiran 16 Silabus Pembelajaran Siklus II Pertemuan II ........................ 158 Lampiran 17 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus II Pertemuan II .......................................................................... 164 Lampiran 18 LKS Siklus II Pertemuan II .....................................…….…. 171 Lampiran 19 Lampiran 20 Lampiran 21 Lampiran 22 Lampiran 23 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan II …………...... Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan II .................................... Nilai IPA Materi Gaya Pada Kondisi Awal ........................ Nilai IPA Materi Gaya Pada Siklus I ................................... Nilai IPA Materi Gaya Pada Siklus II .................................. 177 178 180 181 182
  • 18. xviii Lampiran 24 Lampiran 25 Lampiran 26 Lampiran 27 Lampiran 28 Lampiran 29 Lampiran 30 Lampiran 31 Lampiran 32 Lampiran 33 Lampiran 34 Lampiran 35 Lampiran 36 Lampiran 37 Lembar Pengamatan Kinerja Guru Siklus I Pertemuan I ...... Lembar Pengamatan Kinerja Guru Siklus I Pertemuan II .... Lembar Pengamatan Kinerja Guru Siklus II Pertemuan I .... Lembar Pengamatan Kinerja Guru Siklus II Pertemuan I .... Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran Siswa Siklus I Pertemuan I ........................................................................... Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran Siswa Siklus I Pertemuan II .......................................................................... Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran Siswa Siklus II Pertemuan I ........................................................................... Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran Siswa Siklus II Pertemuan II .......................................................................... Dokumentasi ..................................................................... Surat Keterangan Ijin Pelaksanaan Penelitian ...................... Surat Keterangan Bukti Pelaksanakan Penelitian ................. Surat Keputusan Ijin Penyusunan Sekripsi ......................... Surat Keterangan Ijin Penyusunan Sekripsi ......................... Surat Ijin Penyusunan Sekripsi ke Gubernur ........................ 183 186 189 192 195 198 201 204 207 210 211 212 213 214
  • 19. 1 BAB I PENDAHUUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar. Terkait dengan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD), IPA merupakan salah satu tujuan pembelajaran untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (Permendiknas No.22,23, dan 24, 2006: 152). IPA merupakan mata pelajaran yang memberikan kesempatan untuk berfikir kritis, menarik kesimpulan dari serangkaian percobaan juga merupakan latihan berfikir logis. Karena IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan, tidak hanya merupakan pelajaran menghafal belaka. Pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Berdasarkan hal tersebut salah satu tugas guru selaku pelaksana pendidikan dalam mengelola proses belajar mengajar adalah perencanaan pembelajaran termasuk di dalamnya pemilihan model. Masih rendahnya kualitas hasil pembelajaran siswa dalam pemahaman konsep gaya pada pembelajaran IPA merupakan indikasi bahwa tujuan yang ditentukan dalam kurikulum IPA tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya belum tercapai secara optimal. Secara umum kenyataan ini dapat dilihat dari hasil rata-rata nilai ulangan harian dan nilai akhir semester khusunya pada materi gaya IPA tentang sifat-sifat gaya dan macam- macam gaya yang sangat memprihatinkan. Pada siswa sekolah dasar masih sulit untuk menguasai sebuah pemahaman konsep gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Oleh karena itu berbagai upaya terus dilakukan untuk dapat meningkatkkan pemahaman konsep gaya pada mata pelajaran IPA. Upaya itu di antaranya dengan pemilihan model yang tepat sesuai dengan materi gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya pada mata pelajaran IPA. 1
  • 20. 2 Salah satu standar kompetensi pada mata pelajaran IPA kelas IV Sekolah Dasar adalah memahami gaya dapat mengubah gerak dan bentuk suatu benda, dengan kompetensi dasar yaitu menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda. Materi pokok adalah konsep gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya (Depdiknas, 2008: 51). Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi awal pada siswa kelas IV SDN Karangasem IV diperoleh hasil bahwa pada pemahaman konsep gaya pembelajaran IPA cenderung didominasi oleh guru. Kebanyakan guru dalam pembelajaran gaya IPA masih bersifat konvensional. Pembelajaran yang bersifat konvensional dapat berupa guru dalam proses belajar mengajar hanya menggunakan metode ceramah sehingga pemahaman siswa masih kurang. Selain itu guru hanya memberikan tugas berupa soal untuk dikerjakan tatapi guru tidak membimbing siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran konvensional tidak memfasilitasi untuk menuangkan ide, kreatifitas serta keaktifan siswa dalam pembelajaran. Kondisi yang masih terjadi di SD Negeri Karangasem IV masih menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional. Dimana dipandang dari segi guru, guru cenderung menggunakan metode ceramah bervariasi dan eksperimen, namun dalam bereksperimen guru menggunakan kegiatan eksperimen sesuai dengan contoh dibuku, untuk itu pembelajaran terkesan terpusat pada guru. Guru sudah menggunakan berbagai macam metode bervariasi dan sudah menggunakan model pembelajaran inovatif yaitu jigsaw tipe struktural untuk memudahkan siswa belajar, tetapi dalam kenyataannya siswa masih kurang termotivasi, terkadang bingung dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini disebabkan karena guru tidak melakukan metode tersebut secara rutin sehingga hasil yang diperoleh siswa kurang maksimal. Keadaan seperti ini membuat siswa beranggapan bahwa pelajaran IPA tentang gaya merupakan pelajaran yang membosankan akibatnya siswa tidak termotivasi untuk mempelajari materi gaya dengan baik sehingga pemahaman konsep gaya pada siswa yang dicapai masih rendah. Dari 40 siswa kelas IV di SDN Karangasem IV hanya 11 siswa atau 27,5% siswa berhasil mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 65. Sedangkan 29 siswa atau 72,5% siswa masih memperoleh nilai di bawah KKM (65), sehingga
  • 21. 3 nilai rata-rata kelas rendah yaitu 51 (lampiran 21 hal. 180). Dari pengamatan yang dilakukan ternyata hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut yaitu : siswa tidak pernah serius dalam pembelajaran, siswa kebanyakan ramai sendiri, semangat belajar siswa kurang, banyaknya ceramahan dari guru menyebabkan siswa menjadi bosan. Dari faktor-faktor tersebut mengakibatkan siswa tidak dapat menangkap materi dengan jelas sehingga pemahaman konsep gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya pada pelajaran IPA masih rendah. Dari hasil observasi dan dokumentasi di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang konsep gaya perlu diperbaiki guna peningkatan kualitasnya. Pemahaman konsep gaya pada pelajaran IPA masih sangat rendah, maka peneliti ingin berusaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan pemahamam konsep gaya pada pelajaran IPA siswa kelas IV SDN Karangasem Laweyan Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Untuk mengatasi masalah tersebut penulis menggunakan model quantum teaching untuk meningkatkan kemampuan belajar IPA tentang Gaya yang dapat membangkitkan kreatifitas siswa, pembelajaran yang menyenangkan sekaligus tidak membosankan. Guru kelas IV tertarik untuk mencoba melakukan model quantum teaching tersebut karena mengetahui keuntungan yang diperoleh akan baik dan terpusat pada siswa dan guru bisa menjadi fasilitator. Apabila guru menjelaskan dengan model quantum teaching kemampuan siswa belum mengalami grafik peningkatan pada kemampuan belajar IPA tentang Gaya, guru bisa menambahkan strategi dengan menggunakan multimedia pembelajaran interaktif IPA, sehingga membuat pembelajaran lebih efektif. Proses belajar akan terlaksana dengan aktif, partisipatif, konstruktif, komunikatif dan berorientasi pada tujuan. Dengan adanya konsep TANDUR pada model quantum teaching yang merupakan akronim dari, tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan, kegiatan belajar sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran. Diharapkan pada SD Negeri Karangasem IV ini mengubah metode pembelajaran yaitu dengan model quantum teaching dalam mata pelajaran Ilmu
  • 22. 4 Pengetahuan Alam tentang konsep gaya karena dalam pembelajaran siswa dituntut menumbuhklan konsep AMBAK (Apa Manfaat Bagiku) yaitu dalam pembelajaran siswa dituntut aktif, kreatif, mandiri, dan dapat memecahkan masalah sebuah persoalan. Berdasarkan tujuan pembelajaran Ilmu pengetahuan Alam (IPA) guru dapat menerapkan model quantum teaching sebagai strategi pemecahan masalahnya untuk memberdayakan karakteristik siswa itu sendiri. Dipandang dari kualitas hasil yang akan diperoleh siswa maka model quantum teaching akan memiliki kontribusi yang lebih baik dari pada metode ceramah yang menerapkan satu arah dari guru saja. Dalam model pembelajaran quantum teaching pembelajaran didasarkan pada permasalahan yang membutuhkan penyelidikan dan penyelesaian nyata sehingga siswa termotivasi untuk berusaha menyelesaikan masalah secara mandiri. Dengan pengalaman tersebut siswa dapat memecahkan masalah serupa dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu penyebab rendahnya pemahaman konsep dalam pembelajaran adalah adanya pemilihan model pembelajaran yang kurang memberikan pemberdayaan dari potensi murid dan karakteristik bidang itu sendiri sehingga kemampuan belajar siswa masih rendah Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul ” PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR IPA TENTANG GAYA BAGI SISWA KELAS IV SDN KARANGASEM IV LAWEYAN SURAKARTA TAHUN 2012 ”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1) Apakah model quantum teaching dapat meningkatkan kemampuan belajar IPA tentang Gaya pada siswa kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta Tahun 2012 ?
  • 23. 5 2) Apakah model quantum teaching dapat meningkatkan proses pembelajaran IPA tentang Gaya pada siswa kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta Tahun 2012 ? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah 1) Untuk meningkatkan kemampuan belajar IPA tentang gaya melalui model quantum teaching bagi siswa kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta Tahun 2012. 2) Untuk meningkatkan proses pembelajaran IPA tentang gaya melalui model quantum teaching bagi siswa kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta Tahun 2012. D. Manfaat Penhelitian 1. Manfaat Teoritis a. Diterapkannya pembelajaran dengan model quantum teaching dapat untuk meningkatkan kemampuan belajar IPA siswa kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta Tahun 2012. b. Model quantum teaching dapat memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, sehingga sangat menekankan pada pencapaian pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. c. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Guru  Untuk menambah pengalaman guru dengan model quantum teaching. b. Siswa  Meningkatkan kemampuan belajar IPA tentang gaya dan pemahaman nyata siswa terhadap materi gaya dalam pelajaran IPA. c. Sekolah  Dapat menjadikan dasar pelaksanaan pendidikan melalui model quantum teaching di sekolah guna meningkatkan kemampuan siswa.
  • 24. 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Kemampuan Belajar Gaya IPA a. Pengertian Kemampuan Setiap melakukan kegiatan memerlukan suatu kemampuan, namun apa arti kemampuan itu sendiri sering tidak diketahui. Menurut Lukmanul Hakiim (2007: 32) kemampuan diartikan bakat dan kecerdasan. Dalam hal ini bakat merupakan potensi yang dimiliki siswa, sedangkan sikap adalah perilaku siswa dalam menerima proses pembelajaran. Sedangkan menurut Anggiat M.Sinaga dan Sri Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil. Sementara itu, Robbin (2007:57) kemampuan berarti kapasitas seseorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (Ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang. b. Pengertian Belajar Mengenai istilah belajar, sebenarnya hampir setiap orang mengenal dan mengetahui istilah itu. Karena setiap manusia pasti mengalami yang namanya belajar. Namun apa itu sebenarnya belajar, masing-masing orang mempunyai persepsi yang berbeda. Oemar Hamalik (2010: 7) menyatakan bahwa: “Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. 6
  • 25. 7 Nana Sudjana (1991: 9) mengemukakan bahwa “Seseorang dapat dikatakan belajar apabila pada dirinya terjadi perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya, yang dihasilkan pengalamannya tersebut dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperoleh pegalaman baru”. Menurut Abin Syamsudin (2009:157) mengemukakan bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian belajar adalah suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan ketrampilan; perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. c. Pengertian Kemampuan Belajar Kemampuan/kompetensi belajar adalah kemampuan bersikap, berfikir dan bertindak secara konsistensi sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki (Udin Syaefudin, 2009 : 67). Sudjana, (2004 : 22) mengemukakan bahwa kemampuan belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri individu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif. Sedangkan Gagne dan Briggs (1979:52) menyatakan bahwa kemampuan belajar merupakan kemampuan internal (capability) yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu.
  • 26. 8 Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. d. Tinjauan Gaya a. Pengertian Gaya Gaya dalam sains berarti tarikan dan dorongan. Yosapath Sumardi dkk (2006: 2.43) menyatakan dalam bahasa sehari hari gaya diartikan sebagai tarikan/ dorongan terutama yang dilakukan oleh otot-otot kita. Gaya adalah tarikan atau dorongan yang dapat menyebabkan benda yang diam menjadi bergerak, merubah bentuk suatu benda, benda yang bergerak dapat menjadi : berubah arah, berhenti, semakin cepat, atau semakin lambat. Newton dalam Yosapath Sumardi dkk (2006 : 2.43) menyatakan bahwa setiap benda akan tetap berada dalam keadaan diam/ bergerak lurus beraturan, kecuali jika ia dipaksakan untuk mengubah keadaan itu oleh gaya yang mempengaruhinya. Dalam Qanita Alya ( 2010 : 340 ) gaya adalah dorongan atau tarikan yang akan menggerakkan benda bebas, suatu interaksi yang bila bekerja sendiri menyebabkan perubahan keadaan gerak benda. Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan bahwa gaya adalah tarikan/ dorongan yang menyebabkan perubahan gerak dan bentuk suatu benda. b. Bentuk Gaya Menurut Choiril Azmiyawati (2008: 81-93) dan Haryanto (2004: 111- 130) uraian singkat materi pokok pembelajaran IPA tentang Gaya dalam pembelajaran IPA di kelas IV adalah bentuk gaya yang terdiri dari : a) Gaya Dapat Berupa Tarikan Gaya yang berupa tarikan misalnya orang yang menarik meja, orang yang membuka pintu, menimba air di sumur, dan olahraga tarik tambang.
  • 27. 9 b) Gaya Dapat Berupa Dorongan. Gaya yang berupa dorongan misalnya mendorong meja, mendorong mobil yang mogok, memencet bel dan menendang bola. (Lihat gambar 1) Gambar. 1 c) Gaya Dapat Mengubah Bentuk Suatu Benda. Kayu besar dapat berubah menjadi kecil-kecil karena adanya gaya. Telur dipukul berubah bentuk karena pengaruh gaya. Dalam kehidupan sehari hari perubahan gaya digunakan untuk membuat bermacam-macam bentuk mainan yang terbuat dari lilin mainan (plastisin), kaleng yang dipukul akan penyok. Selain itu, juga untuk membuat bermacam-macam bentuk kerajinan tangan dari tanah liat. (Lihat Gambar 2) Gambar. 2 d) Gaya Dapat Mengubah Arah Gerak Suatu Benda. Jika bola dilempar kearah selatan, bola akan bergerak ke selatan. Jika bola yang sedang bergerak itu dilempar lagi ke barat maka bola tersebut akan bergerak ke arah barat. Perubahan arah gerak bola dari selatan ke barat karena ada pengaruh gaya luar yang mempengaruhi gerak benda. (Lihat Gambar 3) Gambar. 3
  • 28. 10 e) Gaya Dapat Mengubah Benda Diam Menjadi Bergerak Benda diam akan bergerak jika diberi gaya. Contohnya, bola akan melambung ke udara jika kita tendang. Lemari akan bergeser jika kita dorong. Sepeda akan berjalan jika kita kayuh. (Lihat Gambar 4) Gambar. 4 f) Gaya Dapat Mengubah Benda Bergerak Menjadi Diam Contoh benda yang bergerak adalah sepeda yang dikayuh, sepeda motor yang sedang bergerak, kelereng yang menggelinding dan sebagainya. Benda-benda yang bergerak tersebut dapat berhenti atau diam jika diberi gaya. Sepeda yang bergerak akan berhenti jika direm. g) Gaya Dapat Mengubah Kecepatan Benda Ketika jalan lengang, pengemudi akan menginjak gasnya. Akibatnya, mobil akan melaju kencang. Namun, ketika ada mobil yang lain di depannya, pengemudi akan menginjak rem. Akibatnya, laju mobil akan melambat. Injakan gas dan injakan rem termasuk bentuk gaya. Oleh karena itu, gaya dapat mempengaruhi kecepatan gerak benda. h) Gaya Dapat Mengubah Keadaan Benda Di Dalam Air Jika benda dimasukkan ke air, benda tersebut dapat terapung, tenggelam, atau melayang. (1) Terapung, jika sebagian benda berada di atas permukaan air dan sebagian lagi di bawah permukaan air. (2) Tenggelam, jika seluruh bagian benda berada di dalam air dan menyentuh dasar wadah.
  • 29. 11 (3) Melayang, jika seluruh bagian benda berada di dalam air. Namun, tidak ada bagian benda yang menyentuh dasar wadah. (Lihat gambar 5) Gambar. 5 c. Macam-Macam Gaya a) Gaya Gesek Adalah gaya yang ditimbulkan oleh pergesekan antara dua permukaan benda. Gaya gesek dapat terjadi jika dua permukaan benda saling bersentuhan. Untuk memperkecil gaya gesek maka kedua permukaan yang bergesekan diperluas atau dipasangi bantalan peluru. Contohnya adalah gesekan roda pada jalan beraspal. (Lihat gambar 6) Gambar. 6 b) Gaya Magnet Adalah gaya yang ditimbulkan oleh benda yang memiliki sifat kemagnetan. Magnet memiliki dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. (Lihat gambar 7) Gambar. 7
  • 30. 12 c) Gaya Pegas Adalah gaya yang yang ditimbulkan oleh sifat elastisitas benda. Misalnya ketapel, busur, anak panah, dan karet yang digunakan untuk membuat tali rambut. Dalam kehidupan sehari-hari elastis benda misalnya menarik busur panah. (Lihat gambar 8) Gambar. 8 d) Gaya Listrik Statis Adalah gaya yang ditimbulkan oleh listrik. Misalnya kipas angin dihidupkan menggunakan listrik. (Lihat gambar 9) Gambar. 9 e) Gaya Gravitasi Adalah gaya yang ditimbulkan oleh gaya tarik bumi. Contohnya buah mangga yang jatuh dari pohonnya, daun-daun berguguran di tanah, segala sesuatu pasti jatuh ke bumi. (Lihat gambar 10) Gambar. 10
  • 31. 13 f) Gaya Otot Adalah gaya yang ditimbulkan oleh gerakan otot-otot. Contohnya pada saat kita menendang bola ke atas. (Lihat gambar 11) Gambar. 11 g) Gaya dorong Gaya dapat berupa dorongan. Misalnya mendorong meja, melempar bola. h) Gaya tarik Gaya berupa tarikan. Misalnya kuda menarik pedati, menimba air dengan ember disumur. e. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam 1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang artinya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Mengenai pengertian Ilmu Pengetahuan Alam, Srini M. Iskandar (2001: 2) mengemukakan IPA adalah “Ilmu Pengetahuan Alam (science) yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam”. Selain itu pendapat ahli lain, Krajcik S. Joseps, Czerniak M. Charlene dan Berger Carl dalam Srini M. Iskandar (2001: 2) menyatakan “Science was created by humans to predict and explain event and fenomena”, yang artinya ilmu pengetahuan merupakan hasil pengamatan yang dilakukan oleh manusia dan peristiwa alam yang terjadi. Leo Sutrisno (2007: 19) juga berpendapat “IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat
  • 32. 14 (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar dan dijelaskan dengan penelaran yang valid sehingga dihasilkan kesimpulan yang benar”. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan proses yang didapat dengan cara pengamatan yang dilakukan dengan prosedur yang benar sehingga diperoleh kesimpulan yang benar pula. 2) Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (2006 : 151), menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD atau MI adalah : a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaaNya. b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. f) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/ MTs. 3) Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (2006: 152) menjelaskan ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI adalah sebagai berikut : a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
  • 33. 15 b) Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi : cair, padat, dan gas. c) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. d) Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. 4) Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA Standar kompetensi mata pelajaran IPA atau sains di kelas IV semester II pada konsep gaya adalah : a) Memahami gaya dapat mengubah gerak dan atau bentuk suatu benda. b) Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. c) Memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit. d) Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan. e) Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Adapun materi yang dikaji dalam penelitian ini adalah adalah mengenai “memahami gaya dapat mengubah gerak dan bentuk benda” dengan materi yaitu sifat-sifat gaya (gaya dapat mengubah bentuk benda, mengubah arah gerak benda, gaya berupa dorongan, gaya berupa tarikan, gaya membuat benda diam menjadi bergerak, gaya membuat benda bergerak menjadi diam, gaya mengubah kecepatan benda, gaya mempengaruhi keadaan benda di dalam air) dan macam-macam gaya (gaya dorong, gaya tarik, gaya magnet, gaya gravitasi, gaya listrik, gaya pegas, gaya gerak, dan gaya gesek). Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA atau sains beroriantasi pada siswa. Peran guru bergeser dari menentukan apa yang akan dipelajari ke bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksploitasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber lain.
  • 34. 16 2. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Quantum Teaching a. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain pendapat dari Joyce dalam (Trianto, 2007:5). Menurut Arrend dalam (Agus Suprijono, 2009:46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan termasuk di dalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengoraganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu berpikir kritis, memiliki ketrampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal dalam (Isjoni, 2008: 146) Menurut pendapat Toeti Sukamto dan Udin Saripudin Winataputra dalam (Anton Sukarno, 2006: 144) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang, pembelajar dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan belajar mengajar. Pengertian model pembelajaran mengandung unsur (1) pedoman, (2) pengelolaan pembelajaran, (3) kerangka konseptual. Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah model yang berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencanakan aktivitas dalam pembelajarn untuk mencapai tujuan pembelajaran.
  • 35. 17 b. Pengertian Model Quantum Teaching Kata Quantum ini berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Jadi Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas. (Miftahul A’la, 2011 : 21). Charlotte Shelton (1998 : 1) menjelaskan tentang pengertian Quantum. Dalam buku tersebut dituliskan sebagai berikut : “The word quantum literally means “a quantity of something”, mechanics refers to “the study of motion”. Quantum mechanic is, therefore, the study of sub atomic particles in motion. It is however, erroneous to think of these subatomic particle as quantities of “something”. Subatomic particles are not material things, rather, they are probability tendencies-energy with potentiality. The energy, as the term mechanics implies, is never static. It is always in continous motion, uncceasingly changing from wave to particle and particle to wave, forming the atoms and molecules that subsequently create a material world. It is really quite amazing that those seemingly stable and stationary things we observe in the material world ore composed solely of energy”. “Kata quantum dalam literatur berarti banyaknya sesuatu, secara mekanik berarti studi tentang gerakan”. Jadi mekanika kuantum adalah ilmu yang mempelajari tentang partikel-partikel sub atom yang bergerak. Namun demikian kekeliruan berpikir tentang partikel sub atom ini merupakan banyaknya benda. Partikel sub atom bukan merupakan kecenderungan energi dengan potensial. Energi sebagai implikasi dalam istilah mekanika tidak pernah statis. Energi selalu bergerak secara terus menerus, tidak pernah berhenti berubah dari gelombang menjadi partikel dan dari partikel menjadi gelombang, membentuk atom-atom dan molekul yang seterusnya membentuk dunia materi. Ini benar-benar hal yang menakjubkan yang terlihat stabil dan statis, apabila kita cermati ternyata dunia materi ini tersusun energi” Menurut De porter. B (2004 : 62), quantum teaching dalam pembelajaran merupakan interaksi yang terjadi di dalam kelas antara siswa dengan lingkungan belajar yang efektif. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas. Interaksi yang menjadikan landasan dan kerangka untuk belajar. Menurut Miftahul A’la (2011 : 19) model quantum teaching adalah pembelajaran yang menawarkan ide baru tentang bagimana menciptakan
  • 36. 18 lingkungan yang jauh lebih baik serta menjanjikan bagi pelajar dan mendukung mereka dalam proses pembelajaran agar tidak terjadi ketidakseimbangan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa quantum teaching merupakan kegiatan yang menciptakan suasana belajar yang lebih menarik, menggairahkan serta memberi pengalaman bagi siswa agar lebih berkesan untuk meningkatkan kemampuan dalam berprestasi sehingga pada akhirnya akan melejitkan kemampuan guru. c. Ciri-ciri Quantum Teaching Miftahul A’la (2011 : 29) mengemukakan bahwa ada empat macam ciri-ciri yang membangun sosok pembelajaran quantum teaching. Keempat ciri-ciri yang dimaksud sebagai berikut : 1) Segalanya berbicara Dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dari kertas yang guru bagikan hingga rancangan pelajaran guru, keseluruhannya mengirim pesan tentang belajar yang akan disampaikan dalam pengajaran tersebut. 2) Memilki tujuan Semua yang terjadi karena guru mempunyai tujuan seperti seorang guru yang harus secara hati-hati menyusun pelajaran. 3) Mengakui setiap usaha Dalam belajar mengandung resiko yang besar dan terkadang keluar dari rasa nyaman. Murid dalam hal ini berhak untuk mengambil resiko dan membangun kompetensi dan kepercayaan diri mereka sendiri. 4) Layak dipelajari maka layak dirayakan (diberi rewerd) Perayaan atau memberikan sesuatu sebagai reward adalah suatu umpan balik mengenai kemajuan murid dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar. d. Langkah-langkah Model Quantum Teaching dalam IPA Sama seperti model pembelajaran yang seringkali dipakai, quantum teaching menurut Miftahul A’la (2011 : 27), mengemukakan bahwa prinsip dasar
  • 37. 19 model quantum teaching adalah “bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Bobbi De Porter (2010 : 40) dalam pelaksanannya quantum teaching melakukan langkah-langkah pengajaran dengan enam langkah yang tercermin dalam istilah TANDUR (tumbuhkan, alami, namai, demostrasikan, ulangi dan rayakan). (Lihat Tabel 1) Tabel 1 Langkah-langkah Model Quantum Teaching Fase Tahap Laku Guru Fase-1 (Tumbuhkan) (Guru menumbuhkan semangat siswa) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikan salam dengan semangat dan bertepuk tangan, memberikan contoh konkrit tentang kegiatan yang akan dilakukan, dan menyanyikan lagu sesuai dengan materi yang dilakukan. Fase-2 (Alami) (Mencipatakan dan mendatangkan pengalaman umum yang dimengeri siswa) Guru memberikan pertanyaan dengan kata kunci untuk menjelajah kemampuan siswa tentang penguasaan materi, dan guru bercerita tentang pengalaman yang berkaitan dengan materi pelajaran. Fase-3 (Namai) (Menamai setiap kegiatan yang dilakukan disaat KBM) Guru dan siswa menamai setiap kegiatan diskusi, eksperimen, atau kegiatan pembelajaran sehingga dapat menguasai materi dengan sempurna. Fase-4 (Demonstrasikan) (Guru dan siswa mendemonstrasikan kegiatan yang dilakukan disaat KBM sehingga siswa tahu dan merasakan Guru memberikan contoh cara mendemonstrasikan hasil eksperimen. Guru mendorong siswa untuk melaksanakan diskusi dan eksperimen sehingga mendapatakan penjelasan, guru membantu siswa dalam melakukan eksperimen dan memberikan
  • 38. 20 pengalaman yang sudah dialami) penegasan tentang kesimpulan yang didiskusikan kelompok. Fase-5 (Ulangi ) (Guru dan siswa mengulangi materi yang belum di kuasai siswa sehingga benar-benar mengerti) Pada setiap kegiatan guru membantu siswa agar lebih menguasai materi yang sudah dilaksanakan dengan cara guru mengulangi kegiatan / materi yang belum di kuasai siswa. Misalnya menarik kesimpulan bahwa gaya dapat mengubah keadaan benmda di dalam air. Fase-6 (Rayakan) Memberikan reward dan perayaan bagi siswa Guru memberikan semangat dan menilai tingkat keberhasilan siswa dengan memberikan perayaan sebuah tepuk tangan atau hadiah pada siswa. e. Pelaksanaan Model Pembelajaran Quantum Teaching 1) Tugas-tugas perencanaan Model Quantum Teaching membutuhkan banyak perencanaan seperti halnya model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya. a) Penetapan tujuan Model pembelajaran Quantum Teaching dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan seperti ketrampilan berdiskusi, bereksperimen, menyampaikan pendapat, dan membantu siswa menjadi pelajar mandiri, sehingga mampu meningkatkan kemampuan dalam berprestasi yang dirahkan dalam kehidupan sehari-hari. b) Merancang situasi masalah Guru dalam pembelajaran quantum teaching memberikan permasalahan nyata tentang kehidupan sehari-hari yan g dipadukan dengan materi yang sedang dipelajari siswa, sehingga siswa akan melakukan penelitian dan penilaian terhadap permasalahan yang ada. Situasi masalah yang baik seharusnya memungkinkan untuk bekerjasama dalam menarik sebuah pemecahan masalah sehingga bagi siswa dapat memotivasi dalam kehidupan belajar.
  • 39. 21 c) Organisasi sumber daya dan rencana logistik. Guru dalam melaksanakan tugas mengorganisir setiap kelompok yang ada di kelas dengan membagi kelompok secara heterogen sesuai kemampuan yang dimiliki siswa dan berdasarkan jenis kelamin. Pelaksanaan eksperimen dilakukan dengan diskusi kelompok dalam memecahkan masalah yang ada sehingga dapat ditarik kesimpulan yang benar. 2) Tugas Interaktif a) Orientasi pada permasalahan. b) Mengorganisasikan siswa untuk belajar. c) Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok. d) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. 3) Lingkungan Kelas Quantum Teaching. Siswa adalah tamu bagi guru yang diundang untuk acara penting yaitu belajar. Lingkungan kelas mempengaruhi kemampuan siswa untuk berfokus dan menyerap informasi, bila benda-benda di kelas tidak menarik pandang siswa, mungkin pesannya akan berbunyi “ belajar itu kuno, melelahkan dan usang “, akan tetapi bila lingkungan ditata untuk mendukung belajar, maka dapat berkata, “ belajar itu, hidup, penuh semangat,”/ datang dan jelajahilah”! segala sesuatu dalam lingkungan jelas menyampaikan pesan yang memacu/ menghambat belajar ( Dhority, 1991) ingatlah : segalanya berbicara, segalanya , selalu ! a) Lingkungan kelas pada model quantum teaching adalah menggunakan video visual yang ada pada program-program power point, animasi dengan warna-warna yang terang dan menarik. b) Alat bantu adalah benda yang dapat mewakili suatu benda. Alat yang digunakan sesuai dengan materi kegiatan pembelajaran. Contohnya: plastisin dan balon. c) Pengaturan bangku Pengaturan bangku mempunyai peranan penting dalam konsentrasi belajar siswa. Pengaturan bangku dapat dilakukan secara fleksible
  • 40. 22 dengan memposisikan berhadap-hadapan saat kerja kelompok atau menghadap ke depan untuk tetap fokus ke depan saat pemutaran video, presentasi siswa, ajaran guru dan lain-lain. 4) Asesmen dan Evaluasi Hein dan Price dalam Harun Rasyid (2009:61) menyatakan bahwa, apapun yang dikerjakan seorang siswa di dalam kelas dapat digunakan untuk objek penilaian. Tugas asesmen dan evaluasi yang sesuai dalam pembelajaran quantum teaching dengan menggunakan (1) tes tertulis : di antaranya adalah guru menilai hasil kerja siswa secara individu dan kelompok kemudian dilanjutkan penilaian akhir dalam proses pembelajaran. (2) tes lisan : guru memberikan pertanyaan untuk mengeksplore pengetahuan siswa tentang materi gaya dalam kegiatan awal (apersepsi). (3) observasi : guru menilai kegiatan eksperimen/praktik siswa secara individu maupun secara berkelompok. (4) demonstrasi : guru mengamati dan menilai langsung kegiatan eksperimen/praktik yang dilakukan siswa. (5) penugasan : guru menilai tugas-tugas diskusi kelompok siswa. f. Kelebihan Model Quantum Teaching Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kelebihan model quantum teaching antara lain : 1) Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif. 2) Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis dan bersifat konstruktivis(tis). 3) Pembelajaran kuantum berupaya memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi siswa selaku pembelajar dengan lingkungan pembelajaran. 4) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna. 5) Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
  • 41. 23 6) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran. 7) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran. 8) Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. 9) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau material. 10) Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. 11) Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. Keberagaman dan kebebasan dapat dikatakan sebagai kata kunci selain interaksi. 12) Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. g. Kelemahann Model Quantum Teaching Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kelemahan model quantum teaching antara lain : 1) Waktu yang diperlukan dalam proses belajar mengjar cenderung lebih banyak. 2) Rasa malu, ragu, pasif, tidak percaya diri pada siswa akan mengakibatkan model quantum teaching tidak berjalan baik h. Kualitas Proses Pembelajaran Quantum Teaching Kualitas proses pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Subroto, 2002: 21).
  • 42. 24 Kualitas proses pembelajaran quantum teaching dapat memberikan kemudahan dalam proses belajar mengajar lewat pemanduan seni dan pencapaian- pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan. Dengan menggunakan metode quantum teaching, guru akan menggabungkan keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan meningkatkan prestasi siswa. Kualitas model quantum teaching merangkaikan yang paling baik dari yang terbaik menjadi sebuah paket multi sensorik, multi kecerdasan, dan kompatibel dengan otak, yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan guru untuk dapat merangsang anak untuk berprestasi. Cara ini dapat memaksimalkan usaha pengajaran guru melalui perkembangan hubungan, pengubahan belajar, dan penyampaian kurikulum serta menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar. Quantum teaching dapat mengajari pendidik bagaimana orang belajar dan mengapa siswa bertindak dan bereaksi terhadap sesuatu sebagaimana yang terjadi di dalam kelas. Guru dapat meningkatkan kesuksesan siswa dengan mencatat “apa saja” di dalam kelas yang berkaitan dengan lingkungan belajar, desain kurikulum dan bagaimana cara mempresentasikannya. Hasilnya adalah kualitas quantum teaching merupakan cara yang efektif dalam mengajar siapa saja, dapat menawarkan ide baru tentang bagaimana menciptakan lingkungan yang baik yang menjanjikan bagi pelajar dan mendukung mereka dalam proses pembelajaran. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas model quantum teaching adalah untuk memberikan kemudahan dalam proses belajar mengajar pendidik untuk memahami perbedaan gaya pembelajaran para siswa di dalam kelas sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa. B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil-hasil peneltian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai dengan substansi yang diteliti. Fungsinya untuk memposisikan peneliti yang sudah ada dengan penelitian yang akan dilakukan.
  • 43. 25 Berikut ini merupakan penelitian yang relevan yang pernah dilakukan : 1. Skripsi Nuur Aji Sandi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Materi Gaya Peserta Didik Kelas V SDN 01 Kepatihan Kec. Selogiri. Kab. Wonogiri Tahun Pelajaran 2010 / 2011”. Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil dan aktivitas belajar siswa. Indikasi adanya dampak yang baik terhadap hasil belajar adalah adanya kenaikan rata-rata skor dari nilai siswa yang sebelumnya mencapai 62,2 meningkat menjadi 76,5. selain itu dampak tersebut dapat dilihat dari hasil nilai tes evaluasi pada siklus I mencapai 52%, meningkat pada siklus II menjadi 65%, meningkat pada siklus III menjadi 78%, pada siklus IV sama dengan siklus III yaitu 78%, dan meningkat pada siklus V menjadi 91%. 2. Skripsi Rika Yuni Ambarsari dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Gaya Magnet Pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SD Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri Tahun Pelajaran 2010 / 2011”. Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil dan aktivitas belajar siswa. Indikasi adanya dampak yang baik terhadap hasil belajar adalah pemahaman konsep gaya magnet tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai pemahaman konsep gaya magnet siswa 61, siklus I nilai rata-rata pemahaman konsep gaya magnet siswa 66,25 dan siklus II nilai rata-rata pemahaman konsep gaya magnet siswa 77,98. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal sebanyak 8 siswa atau 36,36 %, pada siklus I yaitu 14 siswa atau 63,63 %, dan pada siklus II sebanayak 18 siswa atau 81,81 %. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian dari penulis adalah terletak pada materi yaitu Gaya. Akan tetapi dalam materi tersebut penulis meneliti pada kelas IV SD, sedangkan penelitian yang terdahulu melaksanakan penelitian di kelas V dengan konsep pembelajaran Gaya Magnet. Sedangkan perbedaan penelitian tersebut, penelitian yang terdahulu menggunakan model pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan PBL, sedangkan penelitian sekarang menggunggunakan model pembelajaran Quantum Teaching.
  • 44. 26 Tujuan yang ingin dicapai oleh penelitian sekarang dengan yang terdahulu juga berbeda. Jika penelitaian yang terdahulu yaitu penulis menekankan pada peningkatan hasil belajar, sedangkan penelitian yang sekarang menekankan pada peningkatan proses pembelajaran dengan model Quantum Teaching dan meningkatkan kemampuan belajar IPA dengan model Quantum Teaching. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah diungkapkan di atas dapat diketahui bahwa proses kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan berbagai model pembelajaran tidaklah mudah banyak taktik yang dipergunakan. Maka dari itu diperlukan model pembelajaran yang dianggap paling cocok dalam meningkatkan proses pembelajaran dan meningkatkan kemampuan belajar IPA. Model pembelajaran Quantum Teaching dianggap paling cocok karena dapat berinteraksi dengan mencakup unsur-unsur belajar efektif seperti TANDUR (tumbuhkan, alami, namai, demostrasikan, ulangi dan rayakan) sehingga kesuksesan pembelajaran dapat tercapai. C. Kerangka Berfikir Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Keberhasilan proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran dapat dilihat dari pemahaman yang dimiliki siswa dan motivasi belajar tinggi. Dengan pemahaman dan motivasi belajar yang tinggi, maka siswa akan dapat menguasai pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan mata pelajaran, terutama mata pelajaran IPA. Pembelajaran IPA masih menekankan konsep-konsep yang terdapat pada buku, dan juga belum memanfaatkan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran secara maksimal. Dalam pembelajaran IPA kelas IV dengan salah satu standar kompetensi pada mata pelajaran IPA kelas IV Sekolah Dasar adalah memahami gaya dapat mengubah gerak dan bentuk suatu benda, dengan kompetensi dasar yaitu menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda. Materi pokok adalah Gaya sedangkan sub pokok bahasan tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya.
  • 45. 27 Pembelajaran pada materi gaya pada kondisi awal guru hanya menyampaikan dengan metode ceramah dengan diskusi sederhana dan guru belum menerepkan model quantum teaching, sehingga berakibat kemampuan belajar IPA rendah dalam materi gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya dan ketrampilan sosial peserta didik rendah. Dalam melakukan tindakan guru menerapkan model quantum teaching dengan menggunakan strategi model siklus yang terdiri dua siklus dan tiap siklus terdapat dua kali pertemuan. Pembelajaran pada siklus I menggunakan model quantum teaching secara berkelompok dengan melalui tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Jika siklus I pada pertemuan satu dan dua kemampuan belajar IPA tentang materi gaya masih rendah, penulis dapat merefleksikan kekurangan dan kelemahan pada siklus I untuk dilanjutkan ke siklus II dengan tujuan agar siswa dapat meningkatkan kemampuan belajar IPA dan kualitas proses pembelajaran IPA. Pada kondisi akhir model quantum teaching pada pembelajaran IPA diduga dapat meningkatkan kemampuan belajar IPA dan kualitas proses pembelajaran IPA dapat meningkat dibandingkan menggunakan model konvensional. Pembelajarn quantum teaching merupakan kegiatan yang menciptakan suasana belajar yang lebih menarik, menggairahkan serta memberi pengalaman bagi siswa agar lebih berkesan untuk meningkatkan kemampuan dalam berprestasi sehingga pada akhirnya akan melejitkan kemampuan guru. Untuk menerapkan pembelajaran ilmu pengetahuan alam di kelas IV memang sangat sulit. Siswa diharapkan dapat berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten sesuai perkembangan kemampuan dan lingkungan anak berada. Dalam pelaksanaan anak benar-benar ditekankan agar dapat melaksanakan pemecahan masalah yang dihadapinya. Dengan model pembelajaran Quantum Teaching konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam harus jelas, sehingga siswa dapat belajar secara mudah dan alami sesuai dengan tujuan pembelajaran quantum teaching adalah tumbuhkan, alami, namai, demostrasikan, ulangi dan rayakan (tandur). Dengan konsep yang jelas melalui percobaan, akan menumbuhkan motivasi dan minat dalam pembelajaran sehingga hasil belajar akan meningkat.
  • 46. 28 Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model quantum teaching akan meningkatkan kemampuan belajar IPA dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPA. Untuk memperjelas kerangka pemikiran tersebut, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran pada gambar bagan 12 berikut ini : (Lihat gambar bagan 12) Kondisi Awal Tindakan Kondisi Akhir Bagan. 12 Kerangka Berfikir Guru menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching Penggunaan metode ceramah dan diskusi sederhana  Kemampuan Belajar IPA rendah  Keterampilan sosial peserta didik rendah Siklus I Pembelajaran menggunakan model Quantum Teaching secara kelompok 1. Perencanaan 2. Tindakan 3. Obsevasi 4. Refleksi Siklus II Pembelajaran menggunakan model Quantum Teaching secara kelompok 1. Perencanaan 2. Tindakan 3. Obsevasi 4. Refleksi Di duga dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan kemampuan belajar IPA tentang Gaya Di duga dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan proses pembelajaran IPA tentang Gaya
  • 47. 29 D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : 1) Penerapan model quantum teaching dapat meningkatkan kemampuan belajar IPA tentang Gaya pada siswa kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta Tahun 2012 ? 2) Penerapan model quantum teaching dapat meningkatkan proses pembelajaran IPA tentang Gaya pada siswa kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta Tahun 2012 ?
  • 48. 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Karangasem IV Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Memiliki 6 ruang kelas, 1 kantor kepala sekolah dan guru, 1 ruang perpustakaan, dengan tenaga kependidikan sejumlah 13 orang yang terdiri dari kepala sekolah, guru, dan penjaga. Alasan yang mendasari penelitian dilaksanakan di SDN Karangasem IV, yaitu : a. Pengajaran dengan model Quantum Teaching belum pernah diteliti di SDN Karangasem IV. b. Peneliti ingin meningkatkan kemampuan belajar mata pelajaran IPA khususnya dalam materi gaya semester genap tahun pelajaran 2011/ 2012. c. Peneliti ingin meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada mata pelajaran IPA khususnya dalam materi gaya semester genap tahun pelajaran 2011/ 2012. d. Penghematan waktu dan biaya, karena lokasi jaraknya tidak jauh dari kos peneliti ± 1 km. Peneliti juga merupakan Guru WB di sekolah tersebut. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan yaitu dari Januari sampai dengan Juni. Penelitian dilakukan pada semester (genap) tahun pelajaran 2011/2012 berdasarkan pada masalah kemampuan belajar dan kualitas proses pembelajaran pada kondisi awal peserta didik dalam mata pelajaran IPA rendah (pada tabel 2 pada halaman 31) 30
  • 49. 31 Tabel 2. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian NO KEGIAT AN MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Mengu- rus perijinan X 2 Pelaksa- naan peneliti- an X X X X 3 Analisis data X X X X 4 Penyu- sunan laporan X X X X X X X X X 5 Pelaksa- naan ujian skripsi X 6 Revisi X X 7 Pengesah -an X 8 Pengiri- man laporan X B. Subjek Penelitian Subjek penelitian guru dan peserta didik kelas IV SDN Karangasem IV Kecamatan Laweyan Kota Surakarta yang berjumlah 40 anak. Dengan rincian 20 peserta didik putra, 20 peserta didik putri.
  • 50. 32 C. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Berdasarklan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini lebih menekankan pada masalah proses. Sedangkan data yang akan diperoleh berupa data yang langsung tercatat dari kegiatan lapangan, maka bentuk pendekatan yang perlu digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif dan jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Suharsimi Arikunto (2001 : 2) penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research yang berarti satu action research yang dilakukan di kelas. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru. Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan yang riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar. 2. Strategi Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan strategi model siklus. Adapun langkah-langkah pelaksanaan PTK dilakukan melalui 4 tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) dalam (St. Y Slamet, 2007 : 65). Secara jelas langkah-langkah tersebut dapat digambarkan pada gambar 13. Sebagai berikut : Gambar 13. Model Peneltian Tindakan dari Kurt Lewin dalam St. Y Slamet & Suwarto (2007 : 65)
  • 51. 33 Rancangan Penelitiannya sebagai berikut : a. Perencanaan Tindakan Kegiatan ini meliputi : 1) Membuat perencanaan pengajaran. 2) Membuat lembar observasi. 3) Membuat alat evaluasi b. Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran. c. Observasi Tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. d. Refleksi Pada tahap ini data-data yang diperoleh melalui pengamatan dikumpulkan dan dianalisa guna mengetahui perubahan yang terjadi. D. Sumber Data “Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data diperoleh” (Suharsimi Arikunto, 2006 : 129). Adapun sumber data penelitian ini diperoleh dari : nilai tes (kognitif) peserta didik, nilai aspek afektif dan psikomotorik peserta didik SDN Karangasem IV kelas IV dalam proses pembelajaran IPA. Sumber data penelitian ini adalah: 1. Informan atau nara sumber, yaitu guru dan siswa SDN Karangasem IV Surakarta. 2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. 3. Dokumen atau arsip antara lain berupa kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, hasil belajar siswa, dan buku penilaian. 4. Kemampuan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran.
  • 52. 34 E. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi pengamatan/observasi tes, dan dokumentasi yang masing-masing secara singkat diuraikan sebagai berikut : 1. Teknik Observasi Observasi meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. ”Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran” (Suharsimi Arikunto, 2008 : 127). Observasi meliputi observasi sistematis dan observasi non sistematis. Pada penelitian ini menggunakan observasi sistematis. Observasi sistematis adalah observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan instrumen pengamatan dan dilakukan pada waktu kegiatan belajar berlangsung. Observasi langsung adalah observasi yang dilakukan tanpa perantara (langsung) terhadap objek yang diamati. Observasi langsung dilakukan pada guru dan siswa kelas IV SDN Karangaem IV Surakarta untuk mengetahui pemahaman dan perkembangan siswa dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung sesuai dengan siklus yang ada. Observasi ini bertujuan untuk memantau dan mengamati proses pembelajaran IPA mengenai materi gaya yang dilakukan guru dan siswa di dalam kelas sejak sebelum melaksanakan tindakan, saat pelaksanaan tindakan sampai akhir tindakan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Teknik pengumpulan data dengan observasi pada penelitian ini ditujukan untuk mengambil data nilai afektif dan psikomotorik peserta didik. Dalam melakukan observasi, peneliti menggunakan pedoman berupa format observasi. Adapun format observasi terdiri dari nomor, nama, komponen indikator dan hasil. Hasil pengamatan dicatat untuk digunakan sebagai bahan evaluasi dan refleksi untuk mengetahui hasil dari tindakan siklus yang sudah dilakukannya dan untuk menentukan perlu dan tidaknya untuk melakukan siklus berikutnya.
  • 53. 35 2. Teknik Tes Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu ( Pupuh & Sorby, 2007 : 77). “Tes adalah serentetan pertanyaan atau alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok” (Suharsimi Arikunto, 2002: 127). Tes ini diberikan pada awal penelitian untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan siswa dalam pembelajaran konsep gaya. Selain itu, tes ini dilakukan setiap akhir pertemuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep gaya pada siswa. Dengan kata lain tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui perkembangan pemahaman konsep gaya pada siswa kelas IV SDN Karangasem IV, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 yang ditandai dengan nilai tes yang diperoleh siswa seusai dengan siklus yang ada. 3. Teknik Dokumentasi Dokumen merupakan bahan tertulis ataupun film yang digunakan sebagai sumber data. Dokumen sudah sejak lama digunakan sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. (St. Y. Slamet, 2007: 52). Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan peneliti untuk memperoleh daftar nilai, daftar hadir siswa, daftar nama siswa kelas IV dan arsip-arsip lain yang dimilki guru kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta. F. Validitas Data Untuk menjamin mengembangkan validitas data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan trianggulasi. Sebelum suatu informasi dijadikan data penelitian, informasi tersebut perlu diuji validitasnya sehingga data yang diperoleh benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dipergunakan sebagai dasar yang kuat untuk mengambil kesimpulan. Pada penelitian ini teknik yang dipergunakan untuk uji validitas data yaitu dengan trianggulasi.
  • 54. 36 Slamet dan Suwarto, (2007: 54) mengemukakan bahwa trianggulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multi perspektif. Artinya, untuk menarik kesimpulan yang mantap diperlukan tidak hanya dari satu cara pandang, melainkan bisa dipertimbangkan dengan fenomena yang muncul, dan selanjutnya dapat ditarik kesimpulan yang lebih mantap dan lebih bisa diterima kebenarannya. Adapun dari trianggulasi yang ada hanya menggunakan 2 teknik yaitu Trianggulasi data dan Trianggulasi metode (St. Y. Slamet, 2007 : 54) : 1. Trianggulasi Data Trianggulasi data (sumber) dengan cara mengumpulkan data sejenis dari sumber berbeda. Dengan teknik ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih tepat sesuai keadaan siswa. Dalam penelitian ini membandingkan hasil pengamatan dengan data isi dokumen yang terkait misalnya arsip nilai, absen, dan lainnya. Pada penelitian ini peneliti mendapatkan data perbandingan hasil pengamatan pembelajaran nilai mata pelajaran IPA tentang pemahaman konsep gaya dengan data hasil wawancara dari guru kelas IV SDN Karangasem IV Surakarta. Peneliti juga membandingkan data nilai dari pre test konsep gaya dengan nilai ulangan harian konsep gaya siswa kelas IV, selain itu juga beberapa dokumen/data informasi dari Kepala Sekolah SDN Karangasem IV Surakarta tentang konsep gaya siswa kelas IV SDN Karangasem IV Surakarta dengan dibandingkan hasil wawancara dari guru kelas IV SDN Karangasem IV Surakarta. Dari sumber data yang berbeda-beda ini, pemahaman konsep gaya dibandingkan kemudian diuji kemantapan dan kebenarannya. 2. Trianggulasi Metode Jenis trianggulasi metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya. Yang ditekankan adalah penggunaan teknik atau metode pengumpulan data dengan metode wawancara, observasi,
  • 55. 37 dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang akurat dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti menggunakan metode wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa observasi terhadap kegiatan pembelajaran guru dan partisipasi siswa kelas IV SDN Karangasem IV Surakarta kemudian diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik dokumentasi pada pelaku kegiatan pembelajaran gaya. Selain itu, peneliti menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Dari beberapa data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan agar diperoleh data yang lebih kuat validitasnya. G. Teknik Analisis Data Analisis data adalah cara mengolah data yang sudah diperoleh dari dokumen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model interaktif (Milles dan Huberman, 2007 : 20). Kegiatan pokok analisis model ini meliputi reduksi data, penyajian data, kesimpulan-kesimpulan penarikan/verifikasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis data-data yang berhasil dikumpulkan. 1. Reduksi Data Pada penelitian ini data yang direduksi yaitu nilai hasil belajar peserta didik yang mencakup nilai kognitif (tes), nilai afektif, dan nilai psikomotorik. Pengertian reduksi data yaitu proses pemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan, reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian mungkin sehingga kesimpulan- kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Pemilihan data yang dilakukan yaitu memilih data-data yang sesuai sehingga dapat digunakan untuk menarik simpulan.
  • 56. 38 2. Penyajian Data Setelah data reduksi langkah selanjutnya yaitu diadakan penyajian data. Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Untuk menampilkan data nilai hasil belajar yang mencakup nilai kognitif (tes), afektif, dan psikomotor agar lebih menarik maka diperlukan penyajian yang menarik pula. Dalam penyajian data hasil belajar, peneliti menjelaskan/menyajikan data melalui berbagai macam cara visual misalnya gambar, grafik, chart network, diagram, matrik, dan sebagainya. 3. Kesimpulan/ verifikasi Setelah data hasil belajar direduksi, disajikan langkah terakhir yaitu dilakukannya penarikan kesimpulan / verifikasi. Data-data yang telah di dapat dari hasil penelitian kemudian diuji kebenarannya. Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi utuh, sehingga kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlanggsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil laporan penelitian. Sedang kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat diuji kebenarannya, kekokohannya merupakan validitasnya. Berdasarkan uraian di atas maka reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan/ verifikasi sebagai suatu jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis. Kegiatan pengumpulan data itu sendiri merupakan siklus dan interaktif. Oleh karena itu penelitian ini sifatnya kualitatif maka diperlukan adanya objektifitas, subyektifitas, dan kesepakatan intersubyektifitas dari peneliti agar hasil penelitian tersebut mudah dipahami bagi para pembaca secara mendalam. Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dapat digambarkan pada gambar 14 berikut ini:
  • 57. 39 Gambar 14. Bagan Siklus Analisis Interaktif Milles Huberman (2000: 20) Langkah-langkah analisis : a. Melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah cukup maka dapat dikumpulkan. b. Mengembangkan bentuk sajian data, dengan menyusun coding dan matrik yang berguna untuk penelitian lanjut. c. Melakukan analisis data di kelas dan mengembangkan matrik antar kasus. d. Melakukan verifikasi, pengayaan dan pendalaman data apabila dalam persiapan analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau kurang jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara terfokus. e. Melakukan analisis antar kasus, dikembangkan struktur sajian datanya bagi susunan laporan. f. Merumuskan kesimpulan akhir sebagai temuan penelitian. g. Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pengembangan sarana dalam laporan akhir penelitian. H. Indikator Keberhasilan. Sebagai indikator yang dijadikan tolok ukur dalam menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil : 1. Meningkatkan kemampuan belajar siswa yaitu 75% dari seluruh siswa memperoleh nilai rata-rata lebih dari atau sama dengan 65. 2. Meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran yaitu mencapai 75%. Pengumpulan Data Reduksi Data Sajian Data Penarikan Kesimpulan
  • 58. 40 I. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus yang masing- masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Secara singkat prosedur penelitian tindakan kelas dapat digambarkan pada gambar 15 berikut ini : Gambar 15. Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pembelajaran yang dalam satu siklus ada dua kali tatap muka yang masing-masing 2X35 menit. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain. Untuk mengetahui pemahaman konsep gaya pada pelajaran IPA siswa kelas IV SDN Karangasem IV Surakarta diadakan observasi terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Berdasarakan hasil temuan di kelas, maka penelitian berusaha meningkatkan pemahaman konsep gaya pada pelajaran IPA siswa kelas IV dengan menerapkan model Quantum Teaching dan menghubungkan dengan konsep lain yang telah dikuasai siswa. Adapun prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini secara rinci diuraikan sebagai berikut : 1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Tindakan Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan identifikasi pada tahap sebelumnya. Tahap ini bersifat diagnostik untuk menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan. Rencana I Refleksi Observasi Tindakan Rencana II Refleksi Siklus I Siklus II Observasi Tindakan Siklus Rekomendasi
  • 59. 41 Formulasi rencana tindakan ini mencakup pihak yang dilibatkan, strategi dan sarana yang digunakan. Pada tahap ini juga disusun rencana observasi terhadap perubahan yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan. Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah. 1) Menentukan pokok bahasan materi gaya. 2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model Quantum Teaching 3) Mengembangkan skenario pembelajaran. 4) Menginformasikan masalah pada siswa. 5) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi percobaan tentang materi gaya. 6) Menyiapkan sumber belajar seperti buku, lingkungan sekitar. 7) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran. 8) Menyiapkan lembar penilaian. 9) Menyiapkan lembar observasi. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah direncanakan pada tahap perencanaan. Tahap ini bersifat terapiks yaitu upaya perbaikan melalui implementasi tindakan yang telah ditetapkan pada tahap sebelumnya. Dalam penelitian tindakan sering terjadi belokan-belokan kecil dari rencana yang telah disusun, karena itu peneliti akan selalu mencatat perubahan-perubahan kecil tersebut dan alasan perubahan itu terjadi. Rincian dalam tahap ini meliputi : 1) Guru menerapkan model Quantum Teaching dalam pembelajaran IPA materi gaya sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu dengan membagi siswa secara kelompok terlebih dahulu, lalu mengorientasikan masalah kepada siswa mengenai materi gaya dan menyajikan lembar kerja siswa yang kemudian meminta masing-masing kelompok mendiskusikan permasalahan tersebut.
  • 60. 42 2) Siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing anggota, kemudian siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dan kelompok lain menanggapi, sesudah melakukan eksperimen, siswa berkewajiban untuk merayakannya dengan antusias. c. Tahap Observasi Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran IPA mengenai kegiatan guru dan siswa dengan menarapkan model Quantum Teaching. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti yang meliputi beberapa aspek dan indikator. 1) Aspek keberhasilan guru yang ingin dinilai antara lain : a) Mengkondisikan siswa kearah pembelajaran yang kondusif. b) Melakukan apersepsi c) Menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami d) Memberikan kesempatan untuk bertanya. e) Mengarahkan siswa untuk bekerjasama dengan kelompok. f) Membimbing siswa dalam kegiatan kelompok. g) Memberikan tes akhir h) Mengevaluasi hasil siswa dalam diskusi kelompok. i) Memberikan umpan balik pada siswa. 2) Aspek keberhasilan siswa yang ingin dicapai antara lain : a) Aktif memperhatikan penjelasan guru. b) Kemauan untuk menerima pelajaran. c) Aktif mengerjakan tugas d) Aktif memanfaatkan media yang digunakan. e) Kesungguhan siswa mengerjakan tugas individu maupun kelompok. f) Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat. g) Keaktifan untuk membuat kesimpulan pelajaran h) Keaktifan dalam proses pembelajaran
  • 61. 43 i) Kesungguhan mengerjakan tes. d. Tahap Refleksi Refleksi dilakukan setelah mengadakan pengamatan. Pada pembelajaran siklus I tentang gaya didapatkan kendala yaitu siswa belum memahami materi dan siswa mendapatkan nilai yang belum sesuai dengan harapan atau tindakan yang dilakukan belum tercapai secara optimal, maka perlu adanya perbaikan pada siklus II. 2. Siklus II a. Tahap Perencanaan Tindakan Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah : 1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah. 2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model Quantum Teaching. 3) Mengembangkan skenario pembelajaran. 4) Menginformasikan masalah pada siswa. 5) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi percobaan tentang materi gaya. 6) Menyiapkan sumber belajar seperti buku, lingkungan sekitar. 7) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran. 8) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran. 9) Menyiapkan lembar penilaian. 10) Menyiapkan lembar observasi. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Rincian dalam tahap ini meliputi : 1) Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. 2) Guru mengadakan percobaan yang bervariasi dengan menerapkan model Quantum Teaching. 3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran mengenai gaya dengan
  • 62. 44 langkah-langkah pada siklus I dengan menerapkan model Quantum Teaching. 4) Memantau perkembangan pemahaman siswa dalam konsep gaya. 5) Guru memberikan soal tes kepada siswa. c. Tahap Observasi Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran IPA mengenai kegiatan guru dan siswa dengan menarapkan model Quantum Teaching. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti yang meliputi beberapa aspek dan indikator. 1) Aspek keberhasilan guru yang ingin dinilai antara lain : a) Mengkondisikan siswa kearah pembelajaran yang kondusif. b) Memberikan motivasi. c) Melakukan apersepsi. d) Menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami. e) Memberikan kesempatan untuk bertanya. f) Mengarahkan siswa untuk bekerjasama dengan kelompok. g) Membimbing siswa dalam kegiatan kelompok. h) Memberikan tes akhir. i) Mengevaluasi hasil siswa dalam diskusi kelompok. j) Memberikan umpan balik pada siswa. 2) Aspek keberhasilan siswa yang ingin dicapai antara lain : a) Aktif memperhatikan penjelasan guru. b) Kemauan untuk menerima pelajaran. c) Aktif mengerjakan tugas. d) Aktif memanfaatkan media yang digunakan. e) Kesungguhan siswa mengerjakan tugas individu maupun kelompok. f) Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat. g) Keaktifan untuk membuat kesimpulan pelajaran. h) Keaktifan dalam proses pembelajaran.
  • 63. 45 i) Kesungguhan mengerjakan tes. d. Tahap Refleksi Hasil analisis data dari siklus II digunakan sebagai acuan untuk menetukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru dalam meningkatkan pemahaman konsep gaya malalui penerapan model Quantum Teaching pada siswa kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta. Pada siklus II sudah diperoleh hasil yang optimal sehinga siklus dihentikan.
  • 64. 46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Lokasi Penelitian SD Negeri Karangasem IV yang dipergunakan sebagai tempat penelitian terletak di desa Karangasem, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Propinsi Jawa Tengah. Sekolah ini merupakan sekolahan yang berada langsung diperbatasan Kabupaten Karanganyar yang letaknya berdekatan dengan Kecamatan Colomadu. SD Negeri Karangasem IV tergolong SD perkotaan tapi terletak dipinggiran. Oleh karena itu, dari keseluruhan jumlah siswa di SD Negeri Karangasem IV 50% siswa berasal dari luar kota. SD Negeri Karangasem IV dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang membawahi 6 guru kelas, 1 guru mata pelajaran Agama Islam, 1 guru olahraga, 1 guru bahasa inggris, 1 guru kesenian tari, 1 petugas perpus, 1 guru wiyata bakti sekaligus administrasi sekolah, dan 1 penjaga sekolah. Dengan jumlah guru dan karyawan tersebut, proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar karena terpenuhinya jumlah tenaga pendidik dan kependidikan, di SD Negeri Karangasem IV terdapat 237 siswa, dari siswa kelas I sebanyak 36 siswa, siswa kelas II sebanyak 38 siswa, siswa kelas III sebanyak 41 siswa, siswa kelas IV sebanyak 40 siswa, kelas V sebanyak 43 siswa, dan siswa kelas VI sebanyak 39 siswa. Fasilitas yang ada di sekolah ini cukup memadai karena dapat bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK) perpustakaan tahun 2008. Akan tetapi pada tahun 2008 sampai tahun 2011 tidak maksimal pemanfaatannya karena tidak adanya petugas perpustakaan sehingga buku-buku belum dimanfaatkan dengan maksimal. Pada tahun 2012 perpustakaan di SDN Karangasem IV sudah berjalan lancar dengan adanya petugas perpustakaan baru, penataan buku di ruang perpustakaan sangat baik karena buku ditata menurut sistem program perpustakaan DAK dari pemerintahan kota Surakarta. Untuk tahun 2011 di SDN Karangasem IV mendapat bantuan DAK tahun 2010 yaitu tentang sarana dan prasarana sekolah senilai 80 juta rupiah yang berwujud komputer, laptop dell, printer dan scan hp, buku 46
  • 65. 47 perpustakaan, media dan alat peraga, sound sistem, dll. Adanya media dan alat peraga belum dimanfaatkan maksimal bagi guru yang ada di SDN Karangasem IV. Selain itu, alat peraga yang sudah ada di SDN Karangasem IV belum ada tempat khusus untuk menyimpan sehingga alat peraga banyak yang berdebu, akan tetapi alat peraga yang ada dikelas keadaannya masih bagus dan layak untuk digunakan. Bulan januari dilaksanakannya jadwal penataan ruangan perpustakaan, semua alat peraga, media dan buku-buku, sudah ditempatkan diruang perpustakaan dengan penataan yang rapi, teratur, dan indah. Dalam kegiatan penelitian, peneliti dalam hal ini sebagai guru di SDN Karangasem IV memiliki kesempatan langsung untuk menggunakan sarana dan prasarana yang ada untuk penunjang keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas dikelas IV SDN Karangasem IV tentang konsep gaya yaitu sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya. Fasilitas lain yang dimiliki di SDN Karangasem adalah sebuah musholla yang digunakan murid untuk beribadah setiap duhur dengan kamar mandi/wc yang ditunjang dengan adanya rumah dinas sekolah yang dihuni oleh penjaga sekolah. Penelitian ini dikhususkan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) materi gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya, karena sebelum penelitian ini dilaksanakan, peneliti mendapat informasi dari guru kelas IV, jika hasil belajar IPA materi gaya dari tiap tahun tidak mengalami peningkatan (statis nilai rata-rata tetap seperti tahun sebelumnya). Berdasarkan informasi dari guru kelas IV, sebelum melaksanakan proses penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan kegiatan survei awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada dilapangan. Proses ini dilakukan melalui observasi/pengamatan pada pembelajaran IPA materi gaya pada kelas IV di SDN Karangasem IV. Peneliti masuk ke ruang kelas IV dan menanyakan tentang pengertian gaya, sifat-sifat gaya, macam-macam gaya, semua siswa diam dan tidak ada yang menjawab. Dari observasi secara singkat, peneliti membuat dugaan sementara bahwa siswa tidak aktif dalam pelajaran dikarenakan bingung pada materi, sehingga mereka diam dan tenang sehingga tidak mau menjawab pertanyaan dari peneliti. Siswa kelas IV di SDN Karangasem IV ini mempunyai karakter yang tidak jauh beda dengan kelas lain dalam pembelajaran IPA. Kebanyakan siswa
  • 66. 48 menganggap pelajaran IPA tentang materi gaya sebagai suatu mata pelajaran yang sulit, sehingga pemahaman konsep gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya pada IPA belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan sekolah pada awal semester. Partisipasi siswa dalam pembelajaran IPA tentang gaya juga kurang optimal. Siswa masih banyak tergantung pada guru dalam memecahkan masalah tentang gaya. Hal ini menyebabkan rendahnya pemahaman konsep gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya. Untuk mengantisipasi hal tersebut, peneliti mengadakan penelitian dikelas IV dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat menyertakan segala kaitan interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar sehingga dapat meningkatkan pemahaman IPA tentang konsep gaya yaitu sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya dengan penerapan model Quantum Teaching. Dengan penelitian ini diharapkan siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri Karangasem IV lebih tertarik dan termotivasi untuk belajar IPA pada materi gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya, sehingga pemahaman konsep gaya IPA dapat meningkat. 2. Deskripsi Permasalahan Penelitian a. Deskripsi Data Awal SD Negeri Karangasem IV yang dipergunakan sebagai tempat penelitian terletak di desa Karangasem, kecamatan Laweyan, kota Surakarta, propinsi Jawa Tengah. Sebelum melaksanakan tindakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melaksanakan observasi dan tes awal di kelas IV SDN Karangasem IV untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di tempat penelitian. Berdasarkan hasil obeservasi sebelum melakukan tindakan, masih terdapat permasalahan yang ditemui pada diri siswa, antara lain : 1) Pada saat pembelajaran berlangsung. a) Siswa masih ragu-ragu untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. b) Tidak berani tampil di depan kelas. c) Kurang antusias saat merespon tindakan guru.
  • 67. 49 d) Menunjukkan sikap jenuh saat pembelajaran yang ditunjukkan dengan mengobrol sendiri, bermain alat tulis, dan mengantuk. e) Anak sering berbicara sendiri pada saat pelajaran. 2) Rendahnya pemahaman konsep gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam- macam gaya yang ditunjukkan dari nilai tes awal yaitu dari 40 siswa hanya 11 siswa atau 27,5 % yang mendapat nilai di atas KKM, sedangkan 29 siswa atau 72,5 % mendapat nilai di bawah KKM dengan nilai rata-rata kelas yaitu 51. Agar lebih jelas, hasil tes awal tersebut dapat dilihat pada lampiran 21 halaman 180. Data di atas dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk memudahkan pengamatan tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya dapat dilihat pada tabel 3 (halaman 50) berikut ini: Tabel 3. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai IPA Materi Gaya Siswa kelas IV SDN Karangasem IV pada kondisi awal No Interva l Nilai Nilai Batas Bawah Nilai Batas Atas Frekuensi Persentas i (%) Keteranga n 1. 30 - 41 29,5 41,5 12 30 % Tidak Tuntas 2. 42 - 53 41,5 53,5 13 32,50 % Tidak Tuntas 3. 54 - 65 53,5 65,5 4 10 % Tidak Tuntas 4. 66 - 77 65,5 77,5 10 25 % Tuntas 5. 78 - 89 77,5 89,5 1 2,5 % Tuntas 6. 90 - 101 89,5 101,5 - - - Jumlah 40 Ketidaktuntasan = (29 : 40) x 100 % = 72,5 % Ketuntasan Klasikal = (11 : 40) x 100 % = 27,5 %
  • 68. 50 Dari data tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai IPA materi gaya (lampiran 21 halaman 180) yang dicapai siswa pada kondisi awal sebelum tindakan masih rendah yaitu 65 yaitu masih di bawah KKM. Dari 40 siswa, yang memperoleh nilai 30-41 ada 12 siswa, dan yang memperoleh nilai 42-53 ada 13 siswa. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai 54-65 ada 4 siswa. Adapun anak yang tuntas nilainya di atas KKM yaitu yang mendapat nilai 66-77 ada 10 siswa. Sedangkan yang mendapat nilai 78-89 ada 1 siswa. Dari data di atas dapat dilihat siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 29 siswa atau 72,5 % sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM hanya ada 11 siswa atau 27,5 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketuntasan nilai IPA materi gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya pada siswa kelas IV SDN Karangasem IV pada kondisi awal sebanyak 27,50 %. Hasil tersebut sesuai dengan tabel 3 yang disajikan pada gambar 16 halaman 51 dengan grafik berikut ini : Gambar 16. Grafik Nilai IPA materi Gaya Kelas IV di SDN Karangasem IV Pada Kondisi Awal 12 13 4 10 1 0 2 4 6 8 10 12 14 29,5 42,5 54,5 66,5 78,5 90,5 Frekuensi Interval Nilai Daftar Distribusi Materi Gaya Kondisi Awal 29,5 41,5 53,5 65,5 77,5 89, 5 TIDAK TUNTAS 72,5 % TUNTAS 27,5 %