1. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS - BIOAUTOGRAFI
Bioautografi
Bioautografi merupakan suatu metode yang spesifik untuk mendeteksi bercak pada
kromatogram hasil kromatografi lapis tipis atau kromatografi kertas yang mempunyai
aktivitas sebagai antibakteri, antifungi, dan anti viral. Bioautografi juga merupakan
suatu metode yang cepat untuk mendeteksi antibiotik yang belum diketahui yang mana
metode kimia atau fisika yang terbatas untuk substansi yang murni. Sementara deteksi
kimia reaksi warna hanya spesifik digunakan sebagai pembanding hasil bioautografi
sehingga kedua meode tersebut saling melengkapi (Stahl, 1965). Analisis Obat Secara
Kromatografi dan Mikroskopi, Stahl, Egon, I TB Bandung, 1985
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan uji bioautografi antara
lain :
1.Sterilisasi alat dan proses pengerjaannya
2.Ada media yang cocok untuk menumbuhkan mikroba uji
3.Ada mikroba uji yang digunakan untuk menguji aktivitas antibakteri senyawa uji
4.Senyawa yang akan dianalisis diduga memiliki aktivitas membunuh atau menghambat
bakteri (Wagmon & Wenstein, 1983).
Ada 3 metode bioautografi :
• Bioautografi langsung / direct : mikroorganisme tumbuh secara langsung di atas
lempeng KLT
• Bioautografi kontak / contact : senyawa dipindahkan dari lempeng KLT ke medium
• Bioautografi pencelupan / overlay : medium agar yang telah diinokulasikan dengan
mikroorganisme dituang di atas lempeng KLT (Mulyaningsih, 2004)
Metode uji pada bercak hasil KLT disebut dengan bioautografi (Ahmad et al., 2006).
Bioautografi dalam uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan berbagai metode,
yaitu bioautografi kontak, bioautografi agar overlay, dan bioautografi langsung (Choma,
2005).
a) Bioautografi kontak
Bioautografi kontak dilakukan dengan meletakkan lempengan kromatogram hasil elusi
dari senyawa uji di atas media padat yang telah diinokulasi dengan bakteri uji. Adanya
aktivitas antibakteri dari senyawa uji ditandai dengan adanya zona bening.
2. b) Bioautografi agar overlay
Bioautografi agar overlay dilakukan dengan melapisi lempeng kromatogram hasil elusi
senyawa uji dengan media agar cair yang telah diinokulasi dengan bakteri uji. Setelah
agar mengeras, lempengan kromatogram diinkubasi dan diwarnai dengan tetrazolium
dye. Penghambatan dapat dideteksi dengan terbentuknya pita (band).
c) Bioautografi langsung
Bioautografi langsung dilakukan dengan menyemprot lempeng kromatogram hasil elusi
senyawa uji dengan mikroba uji dan diinkubasi. Zona hambat yang terbentuk
divisualisasikan dengan menyemprot lempeng kromatogram dengan tetrazolium dye.
Ketiga metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Menurut Kusumaningtyas et al. (2008) bioautografi agar overlay memiliki sensitivitas
lebih baik dari pada metode yang lain. Akan tetapi, bioautografi kontak lebih mudah
dilakukan dan hasilnya telah jelas terlihat. Sedangkan bioautografi langsung merupakan
bioautografi yang jarang digunakan karena dilaporkan tidak dapat digunakan untuk
sampel tertentu. Oleh karena itu, kombinasi bioautografi kontak dengan langsung
menghasilkan bioautografi agar overlay (Kusumaningtyas et al., 2008).
Metode bioautografi dalam mendeteksi komponen yang aktif sebagai antibakteri
memiliki beberapa keuntungan dan kerugian :
Keuntungan :
- Dapat mendeteksi bercak pada kromatogram hasil KLT yang mempunyai
aktivitas sebagai antibakteri, antifungi, antibiotik, dan antiviral.
- Dapat digunakan untuk mendeteksi antibiotik yang belum diketahui
mekanismenya.
- Merupakan metode yang sederhana dan mudah dilakukan.
- Cepat dalam pengerjaannya.
Kerugian:
- Tidak bisa digunakan untuk senyawa yang tidak mempunyai aktivitas
membunuh ataupun menghambat mikroorganisme.
- Hasil tidak valid karena kemungkinan adanya kontaminan dari luar atau karena
zat yang diidentifikasikan tidak mengandung khasiat bakteri antibakteri.
- Mempunyai faktor kesalahan yang besar
4. Kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi kertas (KKt) adalah metode
kromatografi cair yang paling sederhana yang akan disajikan. Karena di sebagian besar
laboratorium KKt telah diganti dengan KLT. KLT dapat dipakai dengan dua tujuan.
Pertama, dipakai selayaknya sebagai metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif,
atau preparative. Kedua, dipakai untuk menjajaki system pelarut dan system penyangga
yang akan dipakai dalam kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi
(Gritter, Roy J., 1991,Pengantar Kromatografi, Penerbit ITB, Bandung,. Hal.186 – 280.
Johnson, E. L.,)