"Perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, bisa jadi penjual minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan mendapatkan bau wanginya sedangkan pandai besi hanya akan membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan bau tidak sedapnya."
1. Seri 066
Taujihat Pekanan Takaful Indonesia
بسم اهلل الرمحن الرحيم
Teman Yang Baik & Teman Yang Buruk
ِ ِ ِ َ ِ ْ ِ ِ ِ َ َ ِ ْ َّ َ ِ َّ ِ َ ُ َ َ َ َ َ ِ َ
عن أَِب موسى رضي اللَّوُ عنْوُ عن النَِّب صلَّى اللَّوُ علَْيو وسلَّم قَال مثَل الْجلِيس الصالِح والسوء كحامل الْمسك ونَافخ الْكِير فَحامل
ِ
ُ َ ِ َ ِّ ِ ْ َ َ َ َ َ ُ َْ
ِ
ِ ِ ِ
ًالْمسك إِما أَن يُحذيَك وإِما أَن تَ بتَاع منهُ وإِما أَن تَجد منهُ ريحا طَيِّبَةً ونَافِخ الْكِير إِما أَن يُحرق ثِيَابَك وإِما أَن تَجد ريحا خبِيثَة
ِ
َ ً ِ َ ِ ْ َّ َ َ َ ِ ْ ْ َّ ِ ُ َ ً ِ ْ َ ْ َّ َ ْ َ ْ ْ َّ َ َ ْ ْ َّ ْ
ِ ِ
)(متفق عليو
Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra, dari Nabi Muhammad Saw bahwasanya beliau bersabda:
"Perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk adalah bagaikan
penjual minyak wangi dengan pandai besi. Bisa jadi penjual minyak wangi itu akan
menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan
mendapatkan bau wanginya sedangkan pandai besi hanya akan membakar bajumu
atau kamu akan mendapatkan bau tidak sedapnya." (Muttafaqun Alaih)
Terdapat beberapa hikmah yang dapat dipetik dari hadits di atas, diantara hikmah-hikmahnya
adalah sebagai berikut :
1. Bahwa orang-orang shaleh memiliki keutamaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh
orang-orang yang tidak shaleh. Diantara keutamaannya adalah bahwa orang yang
shaleh, yang selalu dekat dengan Allah SWT akan memancarkan energi positif (baca : nur),
dan sekaligus memberikan pengaruh positif bagi siapapun yang berada di dekatnya.
Minimal sekali kita akan mendapatkan ketenangan apabila berada diantara orang-orang
yang shaleh. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman :
*ًهىَّ ِيَأن َل السكََِي ُىبُْ ْ ِنيَِ َْاُواَِاناَّعَِِنِم ََّه ُىد ا ََّاَات ْ َ ْض َ َان اَُّ ِيمً ح ِيم
َُ الذ زَ َّ ِينة ف ُل ِ المؤِن َ ليزد د إمي ً مَ إميا ه ْ ِلِ ُن ُ لسم و ِ َاألر ِ وك َ لله َل ا َك ا
ع و ول ج م ق
Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mu'min supaya keimanan
mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara
langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Fath : 4)
2. Oleh karena itulah, Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk memilih teman yang
shaleh dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari. Bahkan dalam hadits di atas
digambarkan bahwa teman yang shaleh adalah ibarat penjual minyak wangi, yang apabila
kita dekat dengan penjual minyak wangi tersebut, maka minimal kita akan mencium baru
harum dari minyak wangi yang dijualnya tersebut. Dan lebih dari itu, penjual minyak wangi
pun bisa memberikan minyak wangi yang dioleskan ke badan atau pakaian kita, atau
bahkan juga memberikan satu botol minyak wangi ketika ia mendapatkan banyak
keuntungan dari minyak wangi yang dijualnya. Seperti itulah orang yang shaleh, ia telah
memiliki “bau” harum berupa citra baik atau reputasi baik yang selama ini melekat pada
dirinya. Sehingga apabila kita dekat dengan mereka, minimal sekali kita akan “kecipratan”
citra positifnya orang shaleh tersebut. Dan bahkan terkadang, orang shaleh dengan
keikhlasan hatinya suka memberikan sesuatu kepada kita, baik berupa materi maupun non
materi. Berupa materi umpamanya memberikan makanan, minuman, buku, suvenir dsb.
Adapun non materi bisa berupa nasehat, wejangan atau pelajaran kehidupan yang dapat
kita petik dari dirinya.
3. Sebaliknya, orang yang tidak baik (baca ; tidak shaleh) akan memberikan dampak
negatif dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari. Hadits di atas menggambarkan
bahwa perumpamaan orang yang tidak baik adalah seperti si pandai besi. Umumnya si
pandai besi, bergelut dengan pekerjaan yang relatif kasar dan panas sehingga
mengeluarkan aroma yang mungkin tidak sedap karena keringat yang dikeluarkannya.
Belum lagi “suasana kerja” si pandai besi yang umumnya kotor, berisik (dengan suara besi
yang dipanaskan dan atau suara besi yang ditempa untuk dibentuk). Sehingga suasana
seperti itu, bisa berdampak buruk bagi kita minimal menimbulkan kekurangnyamanan,
aroma keringat yang tidak sedap, suara keras yang ditimbulkan dari pembakaran dan dari
penempaan besi yang telah dipanaskan, dsb. Dampak negatif yang lebih besar bahkan bisa
terjadi seperti serpihan api dari pembakaran besi yang terlontar kemudian mengenai diri
kita atau pakaian kita. Gambaran ini merupakan gambaran teman yang tidak shaleh, dan
sama sekali bukan gambaran pekerjaan si pandai besi yang negatif. Teman yang tidak
shaleh, umumnya memiliki citra yang negatif, reputasi negatif dan relatif “dibenci” dan
2. Seri 066
Taujihat Pekanan Takaful Indonesia
diwaspadai oleh masyarakat luas. Belum lagi kebiasaan negatif orang yang tidak shaleh,
seperti suka mengumpat, kurang sopan santun, atau bahkan mencuri, menghina orang,
membuat permusuhan dsb, tentunya juga akan memberikan dampak negatif kepada kita.
Sehigga orang-orang akan “mencap” kita dengan stempel yang negatif pula sama seperti
yang mereka “stempelkan” kepada orang-orang yang tidak shaleh tersebut.
4. Teman itu adalah cerminan dari kadar “agama” kita yang sesungguhnya. Baik
atau buruknya keimanan kita, sesungguhnya dapat diukur dengan siapa kita
bergaul. Orang-orang yang shaleh, dekat dengan masjid, suka berinfak dan berpuasa
sunnah, mudah menolong orang dsb, akan bergaul dengan orang yang “sejiwa” dengan
dirinya, atau dengan yang kurang lebih sama tingkat “keber-agama-annya”. Pun
sebaliknya, orang-orang yang jauh dari masjid, suka melalaikan perintah dan aturan Allah
SWT, gemar berbuat maksiat, dsb tentulah akan berteman dengan orang-orang yang “se-
level” dengannya. Sehingga apabila kita ingin melihat atau mengukur secara umum,
seperti apakah “agama” seseorang, maka kita dapat melihatnya dari teman-teman
pergaulannya. Jika ia berteman dan bergaul dengan orang-orang shaleh dan baik maka
insya Allah seperti itulah kadar keber-agama-annya. Demikianlah yang disabdakan
Rasulullah SAW dalam sebuah riwayat berikut :
)عن أَِب ىريْرة رضي اللُ عْنوُ قَال رسول اللَّو صلَّى اللَّوُ علَْيو وسَّم الرجل علَى دين خلِيلِه فَ لْيَ نظُر أَحدكم من يُخالِل (رواه الرتمذي
ُ َ ْ َ ْ ُُ َ ْ ْ
ِ َ ِ ِ َ َّ ِ ل
ُُ َ ََ َ َ
ِ ُ َ
َُ
ِ
َ َ َ ََ َ ُ ِ ْ َ
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Seseorang itu berdasarkan
(akan mengikuti) agama teman baiknya, karena itu hendaklah salah seorang diantara
kalian mencermati dengan siapa ia berteman." (HR. Turmudzi)
5. Perlunya bersabar untuk senantiasa bergaul dengan orang-orang yang shaleh.
Karena bisa jadi bergaul dengan orang-orang shaleh tidak terlalu menyenangkan,
sebagaimana bergaul dengan orang-orang yang jauh dari agama, yang kehidupannya
dipenuhi oleh kesenangan dan syahwat. Bisa jadi bergaul dengan orang-orang shaleh
“memaksa” kita untuk sederhana, taat ibadah, jujur, menjauhi syahwat dsb. Dan hal-hal
seperti ini merupakan hal-hal yang relatif tidak terlalu menyenangkan bagi sebahagian
orang. Allah SWT berfirman, “Dan bersabarlah kamu besama-sama dengan orang-orang
yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya..” (QS
Al-Kahfi : 28) Oleh karenanya Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk senantiasa
berteman dan bersahabat dengan orang-orang yang shaleh, bahkan sekiranya pun kita
memiliki makanan hendaknya tidak memakan makan kita, kecuali orang-orang yang shaleh
pula. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW :
ِ َّ ِ ٍ
)عن أَِب سعِيد رضي اللُ عْنوُ، عن النَِّب صلَّى اللَّوُ علَْيو وسلَّم قَال َل تُصاحب إَِل مؤمنًا وَل يَأْكل طَعامك إَِل تَقي (رواه أبو داود
ّ َ َ َ ْ ُ ََ ِ ْ ُ َّ ْ ِ َ َ َ َ َ َ ِ َ َ ِّ ِ ْ َ َ َ َ َ ِ ْ َ
Dari Abu Sa'id Al-Khudri ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kalian berkawan
kecuali dengan seorang mukmin, dan jangan sampai memakan makananmu kecuali orang yang
bertakwa." (HR. Abu Daud)
6. Orang-orang yang bersahabat karena Allah SWT, dan mereka adalah orang-orang
yang shaleh dimana mereka bertemu dan berpisah karena Allah SWT, dijanjikan
akan mendapatkan naungan di hari tiada naungan kecuali naungan dari Allah
SWT. Sungguh hal ini merupakan kemuliaan yang Allah berikan kepada orang-orang yang
shaleh yang tidak Allah berikan kepada selain mereka. Dalam sebuah riwayat Rasulullah
SAW bersabda tentang tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah, dihari tiada
naungan kecuali naungan dari-Nya, dan salah satunya adalah dua orang yang saling
mencintai karena Allah;
َ َ ُ ِ َ ُ َ ِْ ِ َّ َّ ِ َ َ ْ ِ ِ ِ
ْ ُ َ َ َل َ َ َ ة
ِ ِ
ٌّ عن أَِِب ىريْرة رضي اللُ عنْوُ، عن النَِّب صلَّى اللَّوُ علَْيو وسَّم قَال سبْ عَ ٌ يُظلُّهم اللَّوُ ِِف ظلِّو يَوم َل ظل إَِل ظلُّوُ اْمام الْعادل وَا
َ ِّ ِ ْ َ َ َ َ ََ َ ُ ْ ْ َ
ِ َّ َ ِ
َ َ َ ََ ْ
ِ َ ِ َ ُ ََ ِ ِ َ َ
)نَشأَ ِِف عِبَادةِ ربِّو ورجل قَلْبُوُ معلَّق ِِف الْمساجد ورجَلن َتَابَّا ِِف اللَّو اجتَمعا علَْيو وتَفرقَا علَْيو...(متفق عليو
ٌ َُ
ِ
ٌ ُ ََ َ َ َ
Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda, "Ada tujuh golongan manusia
yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya;
pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan 'ibadah kepada Rabbnya,
seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang laki-laki yang saling mencintai
karena Allah; mereka tidak bertemu kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah… (Muttafaqun
Alaih)
Wallahu A’lam bis Shawab
By. Rikza Maulan, Lc., M.Ag