SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 8
Baixar para ler offline
Surtikanti : Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung



                                 PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG




                                                      Surtikanti
                                         Balai Penelitian Tanaman Serealia
                                        Jln. DR.Ratulangi 274, Maros 90514




                                                       ABSTRAK
Penyakit bulai yang disebabkan oleh cedawan Peronosclerospora sp. merupakan penyakit utama pada pertanaman
jagung. Menyerang pada tanaman umur muda atau pada masa vegetatif, dengan gejala daun yang berklorotik dan di
bawah permukaan daun akan terlihat lapisan beledu putih yang terlihat jelas pada pagi hari. Kerugian akibat penyakit
bulai sangat bervariasi, pada daerah-daerah tertentu dapat mengalami kerugian sampai 90%. Pengendalian penyakit
ini ditahun 1973 sampai akhir tahun 1999 dapat menggunakan fungisida saromil yang berbahan aktif metalaksil
dengan cara seed treatment. Pada awal tahun 2000-an pada daerah-daerah tertentu pemakaian metalaksil .sudah
tidak efektif lagi, seperti di Jawa-Timur dan Kal-Bar. Di Sul-Sel khususnya di Maros masih efektif.

Kata Kunci : Penyakit bulai, jagung




                                                       ABSTRACT
Downy mildew disease caused by fungi Peronosclerospora sp. is a major disease in maize. Attack at the young age of
the plant or the vegetative period, with symptoms of chlorotic leaf and below the leaf surface will appear white velvet
lining is clearly visible in the morning. Losses due to downy mildew disease greatly varies, in certain areas may lose up
to 90%. Control of this disease in the year 1973 until the end of 1999 can use a fungicide with active saromil metalaksil
by seed treatment. At the beginning of the 2000s in certain areas the use metalaksil. Was no longer effective, such as
in East Java and Kal-Bar. In Sul-Sel especially in Maros is still effective.

Key words : downy mildew, metalaksil




                                                    PENDAHULUAN
         Penyakit bulai masih mendominasi penyebab kegagalan panen pada pertanaman jagung. Akhir-akhir ini
banyak dilaporkan terjadinya ledakan penyakit bulai pada tanaman jagung seperti yang terjadi di Kediri (Jawa Timur),
Simalungun (Sumatera Utara) , dan Bengkayang (Kalimantan Barat). Penyakit bulai yang sudah mewabah akan
menyebabkan kehilangan hasil minimal 30 % bahkan tanaman tidak akan menghasilkan sama sekali. (Anonim)
http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/index. php?option=com_content&view=article&id=100:waspadai-penyakit-
bulai-dan-infeksi-aflatoksin-pada-tanaman-jagung&catid=47:informasi-singkat-populer&Itemid=162 (Diakses Januari
2011).
         Penyakit bulai pada jagung yang disebabkan oleh cendawan jenis Peronosclerospora sp. sangat merusak
pertanaman jagung di Indonesia. Penyakit ini dilaporkan dapat menyebabkan penurunan hasil hingga 100 % pada
varietas yang rentan. Pada fase vegetatif (0 – 14 hari setelah tanam) adalah masa riskan pada tanaman jagung
diserang bulai. Di Indonesia ada 2 jenis cendawan yang dapat menyebabkan penyakit bulai yaitu P. maydis (Rac.)
                                                           41
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.2.,No.1.,2012


Shaw di Jawa ( Gambar 1) dan P. philippinensis (Westo Shaw di Minahasa Gambar 2) (Semangun,2004). Namun pada
tahun 2003 telah ditemukan P. sorghi di Dataran Tinggi Karo, Sumatera Utara (Gambar 3) (Wakman dan Hasanuddin,
2003).
Gejala penyakit bulai (Maspary, 2010).
        1. Ada bercak berwarna klorotik memanjang searah tulang daun dengan batas yang jelas
        2. Adanya tepung berwarna putih pada bercak tersebut (terlihat lebih jelas saat pagi hari)
        3. Daun yang terkena bercak menjadi sempit dan kaku
        4. Tanaman menjadi terhambat petumbuhannya bahkan bisa tak bertongkol
        5. Tanaman muda yang terserang biasanya akan mati (umur tanaman dibawah 1 bulan)
        6. Kadang-kadang terbentuk anakan yang banyak, daun menggulung dan terpuntir




         Gambar 1. P. maydis                   Gambar 2. P. philippinensis           Gambar 3. P. sorghi

         Gejala yang disebabkan P. philippinensis berbeda dengan P. maydis daun berklorotik cenderung lebih
bergaris-gsris (Gbr.2), batang sangat kurang memanjang sehingga tanaman sering berbentuk kipas (Semangun, 1968
dalam Semangun, 2004).
         Pada waktu permukaan daun berembun, miselium membentuk konidiofor yang keluar melalui mulut kulit.
Dari satu mulut kulit dapat keluar satu konidiofor atau lebih. Mula-mula konidiofor berbentuk batang,dan segera
membentuk cabang-cabang dikotom, yang maing-masing membentuk cabang lagi.
         Penyakit bulai dapat menimbulkan gejala sistemik yang meluas keseluruh badan tanaman dan dapat
menimbulkan gejala lokal (setempat). Ini tergantung dari meluasnya cendawan penyebab penyakit di dalam tanaman
yang terinfeksi. Gejala sistemik hanya terjadi bila cendawan dari daun yang terinfeksi dapat mencapai titik tumbuh
sehingga dapat menginfeksi semua daun yang dibentuk oleh titik tumbuh itu. Pada tanaman yang masih muda, daun-
daun yang baru saja membuka mempunyai bercak klorotis kecil-kecil. Bercak ini akan berkembang menjadi jalur yang
sejajar dengan tulang induk, sehingga cendawan penyebab penyakit berkembang menuju kepangkal daun.Pada
umumnya daun di atas daun yang berbecak itu tidak bergejala. Daun-daun yang berkembang sesudah itu mempunyai
daun klorotis merata atau bergaris-garis. Di waktu pagi haripada sisi bawah daun terdapat lapisan beledu putih yang
terdiri dari konidiofordan konidium. Konidium yang masih muda berbentuk bulat, dan yang sudah masak dapat
menjadi jorong, dengan ukuran 12 – 19 x 10 – 23 µm dengan rata-rata 19,2 x 17,0 µm untuk P. maydid sedangkan
untuk P. philippinensis ukuran konidiofornya 260 – 580 µm, konidiumnya berukuran 14 – 55 x 8 – 20 µm dengan rata-
rata 33,0 x 13,3 µm. Adanya benang-benang cendawan dalam ruang antarselnya maka daun-daun tampak kaku, agak
menutup, dan lebih tegak (Semangun, 2004). Tanaman waktu terinfeksi masih sangat muda, biasanya tanaman tidak
membentuk buah, tetapi bila terjadi pada tanaman yang lebih tua tanaman dapat tumbuh terus dan membentuk
buah. Buah yang terbentuk sering mempunyai tangkai yang panjang, dengan kelobot yang tidak menutup pada
ujungnya, dan hanya membentuk sedikit biji. Bila cendawan didaun terinfeksi pertama kali tidak dapat mencapai titik
tumbuh, gejala hanya terdapat pada daun-daun sebagai garis-garis klorotik, yang disebut juga sebagai gejala lokal
(Semangun,1968 dalam Semangun, 2004).




                                                            42
Surtikanti : Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung



Siklus hidup :
         Cendawan tidak dapat bertahan hidup secara saprofitik, tidak terdapat tanda-tanda bahwa cendawan
bertahan dalam tanah.Pertanaman dibekas pertanaman yang terserang berat oleh bulai dapat sehat sama sekali. Oleh
karena itu cendawan harus bertahan dari musim ke musim pada tanaman hidup.
Epidemiologi
            Pembentukan konidia jamur ini menghendaki air bebas, gelap, dan suhu tertentu, P. maydis di bawah suhu
    o                          o
24 C, P. philippinensis 21-26 C. Ada beberapa faktor yang mendorong percepatan perkembangan penyakit bulai
yaitu, suhu udara yang relatif tinggi yang disertai kelembaban tinggi.
Tanaman Inang.
         Beberapa jenis serealia yang dilaporkan sebagai inang lain dari patogen penyebab bulai jagung adalah Avena
sativa (oat), Digitaria spp. (jampang merah), Euchlaena spp. (jagung liar), Heteropogon contartus, Panicum spp.(millet,
jewawut), Setaria spp.(pokem/seperti gandum), Saccharum spp.(tebu), Sorghum spp., Pennisetum spp. (rumput
gajah), dan Zea mays (jagung). (Wasmo danBurhanuddin, 2007: Azis, 2010).
Komponen pengendalian penyakit bulai pada jagung ada lima yaitu :
      1. perlakuan fungisida metalaksil pada benih jagung
      2. menanam varietas jagung tahan penyakit bulai;
      3. eradikasi tanaman jagung terserang penyakit bulai;
      4. penanaman jagung secara serempak dan
      5. periode bebas tanaman jagung (Wakman dkk, 2008).

                                   PENYAKIT BULAI DI KABUPATEN BENGKAYANG
        Luas panen jagung di propinsi Kalimantan Barat dapat dilihat pada Tabel 1.

                      Tabel 1. Luas panen jagung di tiap kabupaten se Propinsi Kal-Bar tahun 2006
                No.                    Kabupaten                              Luas panen (ha)
                 1                     Bengkayang                                 23.213
                 2                     Pontianak 1                                7.047
                 3                        Landak                                  3.767
                 4                       Sanggau                                   953
                 5                       Sintang                                   893
                 6                       Sekadau                                   610
                 7                     Kapuas Hulu                                 539
                 8                     Singkawang                                  463
                 9                      Ketapang                                   360
                 10                      Sambas                                    256
                 11                      Melawai                                    93
                 12                    Pontianak 2                                  77
                                         Jumlah                                   37.771
             Sumber : Wakman et al, 2007

        Pengamatan organisme pengganggu tanaman (OPT) jagung telah dilakukan di empat kecamatan yaitu Kecam.
Monterado, Kecam. Sungai Betung, Kecam. Sanggau Ledo, dan Kecam. Tujuh Belas, pada 12 lokasi sampel
pengamatan. Pada empat sampel pengamatan di dua kecamatan yaitu Kecam. Monterado dan Kecam Sungai Betung
tidak ada serangan penyakit bulai pada tanaman jagung. Sebaliknya pada delapan sampel pengamatan di dua
kecamatan yaitu Kecam. Sanggau Ledo dan Tujuh Belas tingkat serangan penyakit bulai cukup tinggi pada kisaran 26 –
100% (Tabel 2). Dari hasil identifikasi di bawah mikroskop terlihat konidia dari cendawan yang menyebabkan bulai di
pertanaman jagung di daerah Bengkayang berbentuk bulat (Gambar 4 ) sehingga dapat dikatakan bahwa bulai di
daerah tersebut disebabkan P. maydis.




                                                          43
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.2.,No.1.,2012




                                Gambar 4. Konidia P maydis (Sumber : Wasmo et al.,2007)

          Tabel 2. Persentase tanaman jagung terserang penyakit bulai dari 12 lokasi sampel pengamatan
                   pada empat Kecamatan di Kabupaten Bengkayang, Kal-Bar
                 Kecamatan                       Desa                   Bulai (%)              Varietas
                 Monterado                   Mekar Baru                     0                     (?)
                Sungai Betung               Sukamaju (1)                    0                     (?)
                                            Sukamaju (2)                    0                     (?)
                                              Cipta Karya                   0                     (?)
                Sanggau Ledo                 Lembang (1)                 52 – 75                Jaya-1
                                             Lembang (2)                 95 – 100                 C-7
                                             Lembang (3)                 26 – 34              Pioner-12
                                             Lembang (4)                 28 – 34                  (?)
                                                 Bange                   90 – 90                 Bisi-9
                 Tujuh Belas              Sinar Tebudak (1)              30 – 40                  (?)
                                          Sinar Tebudak (2)              64 – 84                 Lokal
                                                Kamuh                    55 – 71                  (?)
          Sumber : Wakman et al, 2007

         Telah dicobakan penelitian skrining varietas di Kab. Bengkayang terhadap ketahanan penyakit bulai dengan
hasil dapat dilihat pada Tabel 3.

                             Tabel 3. Uji Varietas Jagung Terhadap Ketahanan Penyakit Bulai
                                                   Persenrase Tanaman Terinfeksi Penyakit Bulai
            Varietas
                                     Fungisida saromil           Tanpa Fungisida                Rata-rata
           Bisi-8-16                         1                          2                          1,5
            BMD-2                            7                          6                          6,5
            Bima-3                          15                          9                         12,0
             R-01                           27                         10                         18,5
            Bisma                           29                         21                         25,0
          Sukmaraga                         35                         35                         35,0
             N-35                           52                         21                         36,7
            NT-10                           56                         19                         37,5
            Bisi-12                         74                         41                         57,5
           Lamuru                           85                         34                         59,5
 Sumber : Azri,2009


                                                              44
Surtikanti : Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung



          Dari 10 varietas jagung yang diuji ketahanannya, varietas/galur BISI-8-16, BMD-2 dan BIMA-3 memiliki
persentase serangan penyakit bulai yang terendah yaitu berturut-turut 1,5; 6,5 dan 12,0%. Sedangkan ketujuh varietas
jagung lainnya memiliki persentase serangan penyakit bulai lebih tinggi berkisar antara 18,5-59,5%.
          Pada percobaan lain dengan ditingkatkannya pemberian fungisida saromil ternyata pemberian seromil tidak
berpengaruh terhadap serangan penyakit bulai pada tanaman jagung, di mana dengan ditingkatkan pemberian dosis
seromil justru dapat meningkatkan serangan penyakit bulai. Hal ini diduga pemberian fungisida tidak efektif lagi karena
varietas jagung yang ditanam memang memiliki ketahanan yang sangat rendah terhadap serangan penyakit bulai
(Tabel 4).
          Dilihat dari Tabel 3 dan 4 bahwa di Kab. Bengkayang (Kal-Bar) penggunaan fungisida saromil untuk seed
treatment sudah tidak effektif lagi, walaupun dengan meningkatkan dosis fungisida.Ini berarti bahwa cendawan yang
menyebabkan penyakit bulai di daerah ini sudah resisten.

                                       PENYAKIT BULAI DI SULAWESI SELATAN
         Hasil penelitian Rahamma et al., (1998) , menunjukkan bahwa di Sulawesi selatan (Kab. Maros dan Sidrap)
serangan penyakit bulai pada jagung disebabkan oleh cendawan P. maydis karena setelah dilihat di mikroskop
konidiumnya berbentuk bulat , yang membuktikan bahwa pathogen bulai yang menyerang tanaman jagung masih
tetap sama dengan yang dilaporkan oleh Semangun (1991) yaitu P. maydis. Hasil percobaan di rumah kawat untuk
melihat reaksi ketahanan varietas terhadap serangan bulai dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6.

                        Tabel 4. Persentase Penyakit Bulai Pada Empat Takaran Fungisida Saromil

                    Perlakuan Takaran Saomil                           Persentase Serangan Bulai
                          Tanpa fungisida                                         86,57
                          2,5 g /kg benih                                         91,94
                           5 g /kg benih                                          95,83
                          7,5 g /kg benih                                         97,94

       Sumber : Azri, 2009.

                    Tabel 5. Reaksi Sembilan varietas jagung terhadap P. maydis isolat asal Maros
                                                        Isolat Maros
            Varietas                               Intensitas serangan (%)                                Reaksi
                                       2 MST                3 MST                4 MST
   Semar-2                             20,00                23,33                23,33                       R
   Jagung Manis                        40,00                83,33                86,33                       S
   Bisma                               10,00                20,00                20,00                       R
   Semar-3                             13,33                20,00                20,00                       R
   Arjuna                              16,66                23,33                23,33                       R
   Rama                                36,66                66,66                73,33                       S
   Lagaligo                             6,66                 6,66                16,66                       R
   Wisanggeni                          13,33                56,66                66,66                       S
   PulutLokal Takalar                  23,33                90,00                93,33                       S
 Keterangan : MST = Minggu Setelah Tanam
                R = resisten (intensitas serangan≤30%)
                S = peka (intensitas serangan ≥ 50%
                Sumber : Rahamma et al., 1998

Hasil penelitian Yasin,HG et al.,(2009) evaluasi ketahanan calon hibrida QPM terhadap serangan bulai pada musim
hujan 2008/2009 di Maros ada enam entri F1 yang menunjukan serangan bulai lebih rendah dari Anoman
(59%) yakni MSQ.K1CO.8-1-1 x Mr14Q, Mr4Q x Mr14Q, MSQ.K1CO.45-1-1 x Mr14Q, MSQ.K1CO.61-1-1 x Mr14Q,
MSQ.K1CO.76-1-1 x Mr14Q, MSQ.K1CO.153-1-1 x Mr14Q, dan CML161xCML165 (Tabel 7).
                                                          45
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.2.,No.1.,2012


                     Tabel 6. Reaksi Sembilan varietas jagung terhadap P. maydis isolat asal Sidrap
                                                           Isolat Maros
             Varietas                                 Intensitas serangan (%)                             Reaksi
                                        2 MST                  3 MST              4 MST
   Semar-2                               16,66                 16,66              16,66                     R
   Jagung Manis                         100,00                100,00              100,00                    S
   Bisma                                 6,66                  16,66              16,66                     R
   Semar-3                               10,00                 10,00              10,00                     R
   Arjuna                                13,33                 16,33              20,00                     R
   Rama                                  60,00                 76,66              83,33                     S
   Lagaligo                              13,33                 16,66              16,66                     R
   Wisanggeni                            23,33                 30,00              33,33                     S
   PulutLokal Takalar                    96,66                 96,66              100,00                    S
 Keterangan : MST = Minggu Setelah Tanam
                R = resisten (intensitas serangan≤30%)
                S = peka (intensitas serangan ≥ 50%
                Sumber : Rahamma et al., 1998

                  Tabel 7. Rata-rata persentase serangan bulai (Peronosclerospora sp.) MH 2008/2009
                                                                                Serangan
   Perlakuan
                                                              Aktual                       Transformasi arcsin √x
   MSQ.K1CO.3-1-1 x Mr14Q                                      67,5                                55,4
   MSQ.K1CO.8-1-1 x Mr14Q                                      53,0                                47,7
   MSQ.K1CO.15-2-1 x Mr14Q                                     85,5                                73,7
   Mr14Q x Mr14Q                                               37,0                                37,4
   MSQ.K1CO.14-4-2-1 x Mr14Q                                   84,0                                66,7
   MSQ.K1CO.18-1-1 x Mr14Q                                     64,0                                53,1
   MSQ.K1CO.22-1-1 x Mr14Q                                     78,0                                62,2
   MSQ.K1CO.24-3-1-1 x Mr14Q                                   71,0                                58,1
   MSQ.K1CO.24-3-1-2 x Mr14Q                                   82,5                                66,1
   MSQ.K1CO.43-1-1 x Mr14Q                                     72,5                                66,0
   MSQ.K1CO.45-1-1 x Mr14Q                                     35,5                                36,1
   MSQ.K1CO.61-1-1 x Mr14Q                                     23,0                                28,4
   MSQ.K1CO.76-1-1 x Mr14Q                                     35,0                                36,4
   MSQ.K1CO.153-1-1 x Mr14Q                                    27,0                                30,7
   CML161 x CML165                                             25,0                                28,6
   Pembanding :
   Lagaligo (toleran)                                            0,0                               0,0
   Anoman (rentan)                                               59,0                              50,6
   KK(%)                                                         32,7                              29,7
   Simpangan baku                                                12,2                              9,5
   BNT 5%                                                        25,2                              20,2
 Sumber : Yasin,HG et al.,2009

        Hasil penelitian Surtikanti (2009) di Maros penggunaan Saromil yang berbahan aktif metalaksil sebagai seed
treatment masih efektif untuk pengendalian penyakit bulai (Tabel 8 dan 9).




                                                            46
Surtikanti : Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung



                     Tabel 8. Persentase serangan penyakit bulai pada tanaman jagung. Maros, 2009
                                                                                Persentase Serangan bulai
      Perlakuan
                                Konsentrasi (g/kg benih)                                 (MST)
       varietas
                                                                        3            4            5            6
 Anoman-1                             2,5g Saromil               0               0           1,34         1,79
 Anoman-1                                   -                    31,85           80,74       92,76        93,72


Angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji jarak berganda
Duncan. Data diolah

                    Tabel 9. Persentase serangan penyakit bulai pada tanaman jagung. Maros, 2009

                                                                            Persentase Serangan Bulai
            Perlakuan                 Konsentrasi
             Varietas                 (g/kg benih)                                    (MST)
                                                              3                 4                5                    6
     S.Kuning -1                      2,5 Saromil            0b                0b               0b                   0b
     S.Kuning -1                           -               13,15a            39,63a           48,22a               57.37a


    Angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji jarak berganda
    Duncan. Data diolah

                                        PENYAKIT BULAI DI JAWA TIMUR
         Walaupun ke delapan entri telah dilakukan seed treatment dengan menggunakan metalaksil, serangan bulai
berkisar 37% - 66.30% pada pengamatan 30 HST dan pada 50 HST berkisar antara 46.50% - 71,50% (Tabel 10).

                            Tabel 10. Persentase serangan bulai di, KP. Muneng, Probolinggo 2009

                                                                       Serangan Penyakit Bulai (%)
                    Entri
                                                            (30 Hst)                                    (50 Hst)
                   19/Mr4                                  58,50 ab                                    66,30 ab
                   27/Mr4                                  61,40 ab                                    61,90 ab
                   36/Mr4                                  60,30 ab                                    67,80 ab
                   37/Mr4                                  44,00ab                                     49,80 ab
                   40/Mr4                                   63,40 a                                     71,50 a
                   Bima-1                                   66,30 a                                     69,70 a
                   Bima-3                                   37,00 b                                     46,50 b
              Gumarang                                     55,10ab                                     63,50 ab

 Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda
 Duncan. Sumber : Surtikanti dan Roy Efendi (2011)

                                                       KESIMPULAN
         Penggunaan metalaksil sebagai seed treatment di Kab. Bengkayang (Kal-Bar) dan di Probolinggo (KP Muneng)
tidak efektif lagi, sebaliknya penggunaan metalaksil sebagai seed treatment di Maros (Sul-Sel) masih efektif.

                                                     DAFTAR PUSTAKA
Anonim.(http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=100:waspadai-
        penyakit-bulai-dan-infeksi-aflatoksin-pada-tanaman-jagung&catid=47:informasi-singkat-populer&Itemid=162
        ) Diakses tanggal 21 Januari 2011
                                                          47
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.2.,No.1.,2012


Azri. 2009. Teknologi Pengendalian Penyakit Bulai Tanaman Jagung. Tabloid Sinar Tani, 7 Januari 2009.
Azis,R. 2010. Penyakit bulai pada tanaman jagung.http://azisrifianto.blogspot.com/2010/ 08/penyakit-bulai-downey-
         mildew-pada.html. Diakses Januari 2011.
Maspary, 2010. http://gerbangtani.blogspot.com/2010/06/mengendalikan-penyakit-bulai-pada.html. Diakses Januari
       2011.
Rahamma, S., Pakki,S dan Wakman,W. 1998. Identifikasi Ras Penyakit Bulai (Peronossclerospora maydis) Pada
      Tanaman Jagung. Risalah Penelitian Jagung dan Serealia Lain , vol.2. Hal. 45 – 48.
Semangun,H. 2004. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah Mada University Press. 449 hal.
Surtikanti. 2009. Efikasi fungisida Nordox%^WP terhadap serangan penyakit bulai, Tidak dipublikasi. 14 hal.
Surtikanti dan Roy Efendi. 2009. PENAMPILAN KETAHANAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG TERHADAP SERANGAN
         PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora sp). Prosiding Seminar Nasional Serealia, Maros,27-28 Juli 2010. Hal.363-
         366.
Wasmo,W., dan A.Hasanuddin. 2003. Penyakit bulai (Peronosclerospora sorghi) pada jagung di Dataran Tinggi Karo,
      Sumatera Utara. 10 hal. (Belum dipublikasikan).
Wasmo,W. dan A.Buhanuddin, 2007. Pengelolaan Penyakit Prapanen Jagung. Buku
         Jagung. Teknik Produksi. Badan Litbang Pert. Hal. 305 – 308.
Wasmo, W., A.H.Talanca, dan Surtikanti. 2007. Penyakit bulai pada tanaman jagung di Kab. Bengkayang Provinsi Kal-
       Bar. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI ke XVIII. Hal. 174 – 178.
Wasmo,W., A,H,Talanca, Surtikanti dan Azri. 2007.Pengamatan Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung Di Lokasi Prima
      Tani Di Kabupaten Bengkayang Propinsi Kalimantan Barat Pada Tanggal 26 – 27 Juni 2007.Disampaikan pada
      Seminar Prima Tani Di BPTP Kal-Bar. 6 hal.
Wasmo,W., A.H.Talanca. 2008. Downy Mildew Disease Outbreak in West Kalimantan Province , Indonesia in 2007. 4
      pp.
Yasin,H.G., Wasmo,W., Syasuddin, dan A.Patah. 2009. Evaluasi ketahanan penyakit bulai, becak daun, dan karat pada
         jagung calon hibrida QPM di dataran rendah tropis. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI,PFI
         Komisariat Daerah Sulsel ke XIX. Hal. 55 - 65




                                                           48

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik PengendaliannyaAnkardiansyah Pandu Pradana
 
Penyimpanan kemasan
Penyimpanan kemasanPenyimpanan kemasan
Penyimpanan kemasanRuliana Umar
 
Laporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benihLaporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benihTidar University
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANdyahpuspita73
 
3 Penyakit Bibit Kelapa Sawit
3 Penyakit Bibit Kelapa Sawit3 Penyakit Bibit Kelapa Sawit
3 Penyakit Bibit Kelapa Sawitsat rahayuwati
 
Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)tochi run
 
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit TanamanLaporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit TanamanNurma Fauzaniar
 
Bakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanamanBakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanamanAli Babang
 
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGARESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGAJosua Sitorus
 
1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan
1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan
1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluansat rahayuwati
 
IMPLEMENTASI PHT PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays_1.pptx
IMPLEMENTASI PHT PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays_1.pptxIMPLEMENTASI PHT PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays_1.pptx
IMPLEMENTASI PHT PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays_1.pptxJeonJungkook434518
 
7 Penyakit Kelapa Sawit Eksotik
7 Penyakit Kelapa Sawit Eksotik7 Penyakit Kelapa Sawit Eksotik
7 Penyakit Kelapa Sawit Eksotiksat rahayuwati
 
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Issuchii Liescahyani
 
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGENPERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGENJosua Sitorus
 
Penyakit Utama Tanaman Jagung
Penyakit Utama Tanaman JagungPenyakit Utama Tanaman Jagung
Penyakit Utama Tanaman JagungMuliadin Forester
 
Gulma Pada Tanaman Hortikultura
Gulma Pada Tanaman HortikulturaGulma Pada Tanaman Hortikultura
Gulma Pada Tanaman HortikulturaNovayanti Simamora
 
Penyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik PengendaliannyaAnkardiansyah Pandu Pradana
 

Mais procurados (20)

Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit dan Teknik Pengendaliannya
 
Penyimpanan kemasan
Penyimpanan kemasanPenyimpanan kemasan
Penyimpanan kemasan
 
Laporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benihLaporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benih
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
 
3 Penyakit Bibit Kelapa Sawit
3 Penyakit Bibit Kelapa Sawit3 Penyakit Bibit Kelapa Sawit
3 Penyakit Bibit Kelapa Sawit
 
Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)
 
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit TanamanLaporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman
 
Bakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanamanBakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanaman
 
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGARESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
RESISTENSI PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGGA
 
Seminar proposal
Seminar proposalSeminar proposal
Seminar proposal
 
1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan
1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan
1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan
 
IMPLEMENTASI PHT PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays_1.pptx
IMPLEMENTASI PHT PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays_1.pptxIMPLEMENTASI PHT PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays_1.pptx
IMPLEMENTASI PHT PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays_1.pptx
 
7 Penyakit Kelapa Sawit Eksotik
7 Penyakit Kelapa Sawit Eksotik7 Penyakit Kelapa Sawit Eksotik
7 Penyakit Kelapa Sawit Eksotik
 
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
Kemunduran benih (materi analisis mutu benih)
 
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGENPERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
 
Penyakit Utama Tanaman Jagung
Penyakit Utama Tanaman JagungPenyakit Utama Tanaman Jagung
Penyakit Utama Tanaman Jagung
 
Gulma Pada Tanaman Hortikultura
Gulma Pada Tanaman HortikulturaGulma Pada Tanaman Hortikultura
Gulma Pada Tanaman Hortikultura
 
Dormansi biji gulma
Dormansi biji gulmaDormansi biji gulma
Dormansi biji gulma
 
Pengendalian hama
Pengendalian hamaPengendalian hama
Pengendalian hama
 
Penyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Tebu dan Teknik Pengendaliannya
 

Semelhante a 9 surtikanti - penyakit bulai 2

6 burhanuddin-jurnal identifikasi
6 burhanuddin-jurnal identifikasi6 burhanuddin-jurnal identifikasi
6 burhanuddin-jurnal identifikasixie_yeuw_jack
 
5 ramlan-pengendalian karat kedelai
5 ramlan-pengendalian karat kedelai5 ramlan-pengendalian karat kedelai
5 ramlan-pengendalian karat kedelaixie_yeuw_jack
 
4 rahayu-embun tepun kedelai
4 rahayu-embun tepun kedelai4 rahayu-embun tepun kedelai
4 rahayu-embun tepun kedelaixie_yeuw_jack
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---okxie_yeuw_jack
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacanganxie_yeuw_jack
 
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik PengendaliannyaAnkardiansyah Pandu Pradana
 
patogen pada jamur bulai jagung
patogen pada jamur bulai jagungpatogen pada jamur bulai jagung
patogen pada jamur bulai jagungDesti Diana Putri
 
Makalah_69 laporan kel 5 hama dan penyakit tanaman wortel
Makalah_69 laporan kel  5 hama dan penyakit tanaman wortelMakalah_69 laporan kel  5 hama dan penyakit tanaman wortel
Makalah_69 laporan kel 5 hama dan penyakit tanaman wortelBondan the Planter of Palm Oil
 
Hama Penyakit Tanaman Padi
Hama Penyakit Tanaman PadiHama Penyakit Tanaman Padi
Hama Penyakit Tanaman PadiSupianto Anto
 
Makalah_25 Laporan praktikum tek ben uji pemecahan dormansi benih saga
Makalah_25 Laporan praktikum  tek ben uji pemecahan dormansi benih sagaMakalah_25 Laporan praktikum  tek ben uji pemecahan dormansi benih saga
Makalah_25 Laporan praktikum tek ben uji pemecahan dormansi benih sagaBondan the Planter of Palm Oil
 
Teknis budidaya padi
Teknis budidaya padiTeknis budidaya padi
Teknis budidaya padisujononasa
 
Bahan penyampaian makalah pada pelatian kursus tani bpp janurata
Bahan penyampaian makalah pada pelatian kursus tani bpp janurataBahan penyampaian makalah pada pelatian kursus tani bpp janurata
Bahan penyampaian makalah pada pelatian kursus tani bpp janurata3116190
 
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...Repository Ipb
 
Dpt (penyakit pnting pada lada)
Dpt (penyakit pnting pada lada)Dpt (penyakit pnting pada lada)
Dpt (penyakit pnting pada lada)edhie noegroho
 
Hama dan penyakit jagung(1)
Hama dan penyakit jagung(1)Hama dan penyakit jagung(1)
Hama dan penyakit jagung(1)Andrew Hutabarat
 
hamapenyakittanamanpadi-161204123330.pptx
hamapenyakittanamanpadi-161204123330.pptxhamapenyakittanamanpadi-161204123330.pptx
hamapenyakittanamanpadi-161204123330.pptxAriffatchurFauzi3
 

Semelhante a 9 surtikanti - penyakit bulai 2 (20)

Makalah_6 Makalah laporan praktikum perlintan
Makalah_6 Makalah laporan praktikum perlintanMakalah_6 Makalah laporan praktikum perlintan
Makalah_6 Makalah laporan praktikum perlintan
 
6 burhanuddin-jurnal identifikasi
6 burhanuddin-jurnal identifikasi6 burhanuddin-jurnal identifikasi
6 burhanuddin-jurnal identifikasi
 
5 ramlan-pengendalian karat kedelai
5 ramlan-pengendalian karat kedelai5 ramlan-pengendalian karat kedelai
5 ramlan-pengendalian karat kedelai
 
4 rahayu-embun tepun kedelai
4 rahayu-embun tepun kedelai4 rahayu-embun tepun kedelai
4 rahayu-embun tepun kedelai
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
 
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
 
Jurnal kultur jaringan
Jurnal kultur jaringanJurnal kultur jaringan
Jurnal kultur jaringan
 
virus pada pepaya, jagung, kakao
virus pada pepaya, jagung, kakaovirus pada pepaya, jagung, kakao
virus pada pepaya, jagung, kakao
 
patogen pada jamur bulai jagung
patogen pada jamur bulai jagungpatogen pada jamur bulai jagung
patogen pada jamur bulai jagung
 
Makalah_69 laporan kel 5 hama dan penyakit tanaman wortel
Makalah_69 laporan kel  5 hama dan penyakit tanaman wortelMakalah_69 laporan kel  5 hama dan penyakit tanaman wortel
Makalah_69 laporan kel 5 hama dan penyakit tanaman wortel
 
Hama Penyakit Tanaman Padi
Hama Penyakit Tanaman PadiHama Penyakit Tanaman Padi
Hama Penyakit Tanaman Padi
 
Makalah_25 Laporan praktikum tek ben uji pemecahan dormansi benih saga
Makalah_25 Laporan praktikum  tek ben uji pemecahan dormansi benih sagaMakalah_25 Laporan praktikum  tek ben uji pemecahan dormansi benih saga
Makalah_25 Laporan praktikum tek ben uji pemecahan dormansi benih saga
 
Teknis budidaya padi
Teknis budidaya padiTeknis budidaya padi
Teknis budidaya padi
 
Bahan penyampaian makalah pada pelatian kursus tani bpp janurata
Bahan penyampaian makalah pada pelatian kursus tani bpp janurataBahan penyampaian makalah pada pelatian kursus tani bpp janurata
Bahan penyampaian makalah pada pelatian kursus tani bpp janurata
 
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
 
Dpt (penyakit pnting pada lada)
Dpt (penyakit pnting pada lada)Dpt (penyakit pnting pada lada)
Dpt (penyakit pnting pada lada)
 
Hama dan penyakit jagung(1)
Hama dan penyakit jagung(1)Hama dan penyakit jagung(1)
Hama dan penyakit jagung(1)
 
9088 16554-2-pb
9088 16554-2-pb9088 16554-2-pb
9088 16554-2-pb
 
hamapenyakittanamanpadi-161204123330.pptx
hamapenyakittanamanpadi-161204123330.pptxhamapenyakittanamanpadi-161204123330.pptx
hamapenyakittanamanpadi-161204123330.pptx
 

Mais de xie_yeuw_jack

Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwDukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwxie_yeuw_jack
 
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagarxie_yeuw_jack
 
11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisan11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisanxie_yeuw_jack
 
10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puru10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puruxie_yeuw_jack
 
9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccanixie_yeuw_jack
 
8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabatixie_yeuw_jack
 
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang baranganxie_yeuw_jack
 
6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning tehxie_yeuw_jack
 
5 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 20115 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 2011xie_yeuw_jack
 
10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisan10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisanxie_yeuw_jack
 
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabacixie_yeuw_jack
 
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanahxie_yeuw_jack
 
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigeraxie_yeuw_jack
 

Mais de xie_yeuw_jack (20)

Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwDukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
 
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
 
11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisan11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisan
 
10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puru10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puru
 
9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani
 
8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati
 
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
 
6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh
 
3 daftar isi-4
3 daftar isi-43 daftar isi-4
3 daftar isi-4
 
2 dewan penyunting
2 dewan penyunting2 dewan penyunting
2 dewan penyunting
 
1 sampul depan
1 sampul depan1 sampul depan
1 sampul depan
 
12 sampul belakang
12 sampul belakang12 sampul belakang
12 sampul belakang
 
5 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 20115 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 2011
 
10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisan10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisan
 
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
 
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
 
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
 
3 daftar isi-4
3 daftar isi-43 daftar isi-4
3 daftar isi-4
 
2 dewan penyunting
2 dewan penyunting2 dewan penyunting
2 dewan penyunting
 
1 sampul depan
1 sampul depan1 sampul depan
1 sampul depan
 

9 surtikanti - penyakit bulai 2

  • 1. Surtikanti : Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG Surtikanti Balai Penelitian Tanaman Serealia Jln. DR.Ratulangi 274, Maros 90514 ABSTRAK Penyakit bulai yang disebabkan oleh cedawan Peronosclerospora sp. merupakan penyakit utama pada pertanaman jagung. Menyerang pada tanaman umur muda atau pada masa vegetatif, dengan gejala daun yang berklorotik dan di bawah permukaan daun akan terlihat lapisan beledu putih yang terlihat jelas pada pagi hari. Kerugian akibat penyakit bulai sangat bervariasi, pada daerah-daerah tertentu dapat mengalami kerugian sampai 90%. Pengendalian penyakit ini ditahun 1973 sampai akhir tahun 1999 dapat menggunakan fungisida saromil yang berbahan aktif metalaksil dengan cara seed treatment. Pada awal tahun 2000-an pada daerah-daerah tertentu pemakaian metalaksil .sudah tidak efektif lagi, seperti di Jawa-Timur dan Kal-Bar. Di Sul-Sel khususnya di Maros masih efektif. Kata Kunci : Penyakit bulai, jagung ABSTRACT Downy mildew disease caused by fungi Peronosclerospora sp. is a major disease in maize. Attack at the young age of the plant or the vegetative period, with symptoms of chlorotic leaf and below the leaf surface will appear white velvet lining is clearly visible in the morning. Losses due to downy mildew disease greatly varies, in certain areas may lose up to 90%. Control of this disease in the year 1973 until the end of 1999 can use a fungicide with active saromil metalaksil by seed treatment. At the beginning of the 2000s in certain areas the use metalaksil. Was no longer effective, such as in East Java and Kal-Bar. In Sul-Sel especially in Maros is still effective. Key words : downy mildew, metalaksil PENDAHULUAN Penyakit bulai masih mendominasi penyebab kegagalan panen pada pertanaman jagung. Akhir-akhir ini banyak dilaporkan terjadinya ledakan penyakit bulai pada tanaman jagung seperti yang terjadi di Kediri (Jawa Timur), Simalungun (Sumatera Utara) , dan Bengkayang (Kalimantan Barat). Penyakit bulai yang sudah mewabah akan menyebabkan kehilangan hasil minimal 30 % bahkan tanaman tidak akan menghasilkan sama sekali. (Anonim) http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/index. php?option=com_content&view=article&id=100:waspadai-penyakit- bulai-dan-infeksi-aflatoksin-pada-tanaman-jagung&catid=47:informasi-singkat-populer&Itemid=162 (Diakses Januari 2011). Penyakit bulai pada jagung yang disebabkan oleh cendawan jenis Peronosclerospora sp. sangat merusak pertanaman jagung di Indonesia. Penyakit ini dilaporkan dapat menyebabkan penurunan hasil hingga 100 % pada varietas yang rentan. Pada fase vegetatif (0 – 14 hari setelah tanam) adalah masa riskan pada tanaman jagung diserang bulai. Di Indonesia ada 2 jenis cendawan yang dapat menyebabkan penyakit bulai yaitu P. maydis (Rac.) 41
  • 2. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.2.,No.1.,2012 Shaw di Jawa ( Gambar 1) dan P. philippinensis (Westo Shaw di Minahasa Gambar 2) (Semangun,2004). Namun pada tahun 2003 telah ditemukan P. sorghi di Dataran Tinggi Karo, Sumatera Utara (Gambar 3) (Wakman dan Hasanuddin, 2003). Gejala penyakit bulai (Maspary, 2010). 1. Ada bercak berwarna klorotik memanjang searah tulang daun dengan batas yang jelas 2. Adanya tepung berwarna putih pada bercak tersebut (terlihat lebih jelas saat pagi hari) 3. Daun yang terkena bercak menjadi sempit dan kaku 4. Tanaman menjadi terhambat petumbuhannya bahkan bisa tak bertongkol 5. Tanaman muda yang terserang biasanya akan mati (umur tanaman dibawah 1 bulan) 6. Kadang-kadang terbentuk anakan yang banyak, daun menggulung dan terpuntir Gambar 1. P. maydis Gambar 2. P. philippinensis Gambar 3. P. sorghi Gejala yang disebabkan P. philippinensis berbeda dengan P. maydis daun berklorotik cenderung lebih bergaris-gsris (Gbr.2), batang sangat kurang memanjang sehingga tanaman sering berbentuk kipas (Semangun, 1968 dalam Semangun, 2004). Pada waktu permukaan daun berembun, miselium membentuk konidiofor yang keluar melalui mulut kulit. Dari satu mulut kulit dapat keluar satu konidiofor atau lebih. Mula-mula konidiofor berbentuk batang,dan segera membentuk cabang-cabang dikotom, yang maing-masing membentuk cabang lagi. Penyakit bulai dapat menimbulkan gejala sistemik yang meluas keseluruh badan tanaman dan dapat menimbulkan gejala lokal (setempat). Ini tergantung dari meluasnya cendawan penyebab penyakit di dalam tanaman yang terinfeksi. Gejala sistemik hanya terjadi bila cendawan dari daun yang terinfeksi dapat mencapai titik tumbuh sehingga dapat menginfeksi semua daun yang dibentuk oleh titik tumbuh itu. Pada tanaman yang masih muda, daun- daun yang baru saja membuka mempunyai bercak klorotis kecil-kecil. Bercak ini akan berkembang menjadi jalur yang sejajar dengan tulang induk, sehingga cendawan penyebab penyakit berkembang menuju kepangkal daun.Pada umumnya daun di atas daun yang berbecak itu tidak bergejala. Daun-daun yang berkembang sesudah itu mempunyai daun klorotis merata atau bergaris-garis. Di waktu pagi haripada sisi bawah daun terdapat lapisan beledu putih yang terdiri dari konidiofordan konidium. Konidium yang masih muda berbentuk bulat, dan yang sudah masak dapat menjadi jorong, dengan ukuran 12 – 19 x 10 – 23 µm dengan rata-rata 19,2 x 17,0 µm untuk P. maydid sedangkan untuk P. philippinensis ukuran konidiofornya 260 – 580 µm, konidiumnya berukuran 14 – 55 x 8 – 20 µm dengan rata- rata 33,0 x 13,3 µm. Adanya benang-benang cendawan dalam ruang antarselnya maka daun-daun tampak kaku, agak menutup, dan lebih tegak (Semangun, 2004). Tanaman waktu terinfeksi masih sangat muda, biasanya tanaman tidak membentuk buah, tetapi bila terjadi pada tanaman yang lebih tua tanaman dapat tumbuh terus dan membentuk buah. Buah yang terbentuk sering mempunyai tangkai yang panjang, dengan kelobot yang tidak menutup pada ujungnya, dan hanya membentuk sedikit biji. Bila cendawan didaun terinfeksi pertama kali tidak dapat mencapai titik tumbuh, gejala hanya terdapat pada daun-daun sebagai garis-garis klorotik, yang disebut juga sebagai gejala lokal (Semangun,1968 dalam Semangun, 2004). 42
  • 3. Surtikanti : Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung Siklus hidup : Cendawan tidak dapat bertahan hidup secara saprofitik, tidak terdapat tanda-tanda bahwa cendawan bertahan dalam tanah.Pertanaman dibekas pertanaman yang terserang berat oleh bulai dapat sehat sama sekali. Oleh karena itu cendawan harus bertahan dari musim ke musim pada tanaman hidup. Epidemiologi Pembentukan konidia jamur ini menghendaki air bebas, gelap, dan suhu tertentu, P. maydis di bawah suhu o o 24 C, P. philippinensis 21-26 C. Ada beberapa faktor yang mendorong percepatan perkembangan penyakit bulai yaitu, suhu udara yang relatif tinggi yang disertai kelembaban tinggi. Tanaman Inang. Beberapa jenis serealia yang dilaporkan sebagai inang lain dari patogen penyebab bulai jagung adalah Avena sativa (oat), Digitaria spp. (jampang merah), Euchlaena spp. (jagung liar), Heteropogon contartus, Panicum spp.(millet, jewawut), Setaria spp.(pokem/seperti gandum), Saccharum spp.(tebu), Sorghum spp., Pennisetum spp. (rumput gajah), dan Zea mays (jagung). (Wasmo danBurhanuddin, 2007: Azis, 2010). Komponen pengendalian penyakit bulai pada jagung ada lima yaitu : 1. perlakuan fungisida metalaksil pada benih jagung 2. menanam varietas jagung tahan penyakit bulai; 3. eradikasi tanaman jagung terserang penyakit bulai; 4. penanaman jagung secara serempak dan 5. periode bebas tanaman jagung (Wakman dkk, 2008). PENYAKIT BULAI DI KABUPATEN BENGKAYANG Luas panen jagung di propinsi Kalimantan Barat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas panen jagung di tiap kabupaten se Propinsi Kal-Bar tahun 2006 No. Kabupaten Luas panen (ha) 1 Bengkayang 23.213 2 Pontianak 1 7.047 3 Landak 3.767 4 Sanggau 953 5 Sintang 893 6 Sekadau 610 7 Kapuas Hulu 539 8 Singkawang 463 9 Ketapang 360 10 Sambas 256 11 Melawai 93 12 Pontianak 2 77 Jumlah 37.771 Sumber : Wakman et al, 2007 Pengamatan organisme pengganggu tanaman (OPT) jagung telah dilakukan di empat kecamatan yaitu Kecam. Monterado, Kecam. Sungai Betung, Kecam. Sanggau Ledo, dan Kecam. Tujuh Belas, pada 12 lokasi sampel pengamatan. Pada empat sampel pengamatan di dua kecamatan yaitu Kecam. Monterado dan Kecam Sungai Betung tidak ada serangan penyakit bulai pada tanaman jagung. Sebaliknya pada delapan sampel pengamatan di dua kecamatan yaitu Kecam. Sanggau Ledo dan Tujuh Belas tingkat serangan penyakit bulai cukup tinggi pada kisaran 26 – 100% (Tabel 2). Dari hasil identifikasi di bawah mikroskop terlihat konidia dari cendawan yang menyebabkan bulai di pertanaman jagung di daerah Bengkayang berbentuk bulat (Gambar 4 ) sehingga dapat dikatakan bahwa bulai di daerah tersebut disebabkan P. maydis. 43
  • 4. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.2.,No.1.,2012 Gambar 4. Konidia P maydis (Sumber : Wasmo et al.,2007) Tabel 2. Persentase tanaman jagung terserang penyakit bulai dari 12 lokasi sampel pengamatan pada empat Kecamatan di Kabupaten Bengkayang, Kal-Bar Kecamatan Desa Bulai (%) Varietas Monterado Mekar Baru 0 (?) Sungai Betung Sukamaju (1) 0 (?) Sukamaju (2) 0 (?) Cipta Karya 0 (?) Sanggau Ledo Lembang (1) 52 – 75 Jaya-1 Lembang (2) 95 – 100 C-7 Lembang (3) 26 – 34 Pioner-12 Lembang (4) 28 – 34 (?) Bange 90 – 90 Bisi-9 Tujuh Belas Sinar Tebudak (1) 30 – 40 (?) Sinar Tebudak (2) 64 – 84 Lokal Kamuh 55 – 71 (?) Sumber : Wakman et al, 2007 Telah dicobakan penelitian skrining varietas di Kab. Bengkayang terhadap ketahanan penyakit bulai dengan hasil dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Uji Varietas Jagung Terhadap Ketahanan Penyakit Bulai Persenrase Tanaman Terinfeksi Penyakit Bulai Varietas Fungisida saromil Tanpa Fungisida Rata-rata Bisi-8-16 1 2 1,5 BMD-2 7 6 6,5 Bima-3 15 9 12,0 R-01 27 10 18,5 Bisma 29 21 25,0 Sukmaraga 35 35 35,0 N-35 52 21 36,7 NT-10 56 19 37,5 Bisi-12 74 41 57,5 Lamuru 85 34 59,5 Sumber : Azri,2009 44
  • 5. Surtikanti : Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung Dari 10 varietas jagung yang diuji ketahanannya, varietas/galur BISI-8-16, BMD-2 dan BIMA-3 memiliki persentase serangan penyakit bulai yang terendah yaitu berturut-turut 1,5; 6,5 dan 12,0%. Sedangkan ketujuh varietas jagung lainnya memiliki persentase serangan penyakit bulai lebih tinggi berkisar antara 18,5-59,5%. Pada percobaan lain dengan ditingkatkannya pemberian fungisida saromil ternyata pemberian seromil tidak berpengaruh terhadap serangan penyakit bulai pada tanaman jagung, di mana dengan ditingkatkan pemberian dosis seromil justru dapat meningkatkan serangan penyakit bulai. Hal ini diduga pemberian fungisida tidak efektif lagi karena varietas jagung yang ditanam memang memiliki ketahanan yang sangat rendah terhadap serangan penyakit bulai (Tabel 4). Dilihat dari Tabel 3 dan 4 bahwa di Kab. Bengkayang (Kal-Bar) penggunaan fungisida saromil untuk seed treatment sudah tidak effektif lagi, walaupun dengan meningkatkan dosis fungisida.Ini berarti bahwa cendawan yang menyebabkan penyakit bulai di daerah ini sudah resisten. PENYAKIT BULAI DI SULAWESI SELATAN Hasil penelitian Rahamma et al., (1998) , menunjukkan bahwa di Sulawesi selatan (Kab. Maros dan Sidrap) serangan penyakit bulai pada jagung disebabkan oleh cendawan P. maydis karena setelah dilihat di mikroskop konidiumnya berbentuk bulat , yang membuktikan bahwa pathogen bulai yang menyerang tanaman jagung masih tetap sama dengan yang dilaporkan oleh Semangun (1991) yaitu P. maydis. Hasil percobaan di rumah kawat untuk melihat reaksi ketahanan varietas terhadap serangan bulai dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6. Tabel 4. Persentase Penyakit Bulai Pada Empat Takaran Fungisida Saromil Perlakuan Takaran Saomil Persentase Serangan Bulai Tanpa fungisida 86,57 2,5 g /kg benih 91,94 5 g /kg benih 95,83 7,5 g /kg benih 97,94 Sumber : Azri, 2009. Tabel 5. Reaksi Sembilan varietas jagung terhadap P. maydis isolat asal Maros Isolat Maros Varietas Intensitas serangan (%) Reaksi 2 MST 3 MST 4 MST Semar-2 20,00 23,33 23,33 R Jagung Manis 40,00 83,33 86,33 S Bisma 10,00 20,00 20,00 R Semar-3 13,33 20,00 20,00 R Arjuna 16,66 23,33 23,33 R Rama 36,66 66,66 73,33 S Lagaligo 6,66 6,66 16,66 R Wisanggeni 13,33 56,66 66,66 S PulutLokal Takalar 23,33 90,00 93,33 S Keterangan : MST = Minggu Setelah Tanam R = resisten (intensitas serangan≤30%) S = peka (intensitas serangan ≥ 50% Sumber : Rahamma et al., 1998 Hasil penelitian Yasin,HG et al.,(2009) evaluasi ketahanan calon hibrida QPM terhadap serangan bulai pada musim hujan 2008/2009 di Maros ada enam entri F1 yang menunjukan serangan bulai lebih rendah dari Anoman (59%) yakni MSQ.K1CO.8-1-1 x Mr14Q, Mr4Q x Mr14Q, MSQ.K1CO.45-1-1 x Mr14Q, MSQ.K1CO.61-1-1 x Mr14Q, MSQ.K1CO.76-1-1 x Mr14Q, MSQ.K1CO.153-1-1 x Mr14Q, dan CML161xCML165 (Tabel 7). 45
  • 6. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.2.,No.1.,2012 Tabel 6. Reaksi Sembilan varietas jagung terhadap P. maydis isolat asal Sidrap Isolat Maros Varietas Intensitas serangan (%) Reaksi 2 MST 3 MST 4 MST Semar-2 16,66 16,66 16,66 R Jagung Manis 100,00 100,00 100,00 S Bisma 6,66 16,66 16,66 R Semar-3 10,00 10,00 10,00 R Arjuna 13,33 16,33 20,00 R Rama 60,00 76,66 83,33 S Lagaligo 13,33 16,66 16,66 R Wisanggeni 23,33 30,00 33,33 S PulutLokal Takalar 96,66 96,66 100,00 S Keterangan : MST = Minggu Setelah Tanam R = resisten (intensitas serangan≤30%) S = peka (intensitas serangan ≥ 50% Sumber : Rahamma et al., 1998 Tabel 7. Rata-rata persentase serangan bulai (Peronosclerospora sp.) MH 2008/2009 Serangan Perlakuan Aktual Transformasi arcsin √x MSQ.K1CO.3-1-1 x Mr14Q 67,5 55,4 MSQ.K1CO.8-1-1 x Mr14Q 53,0 47,7 MSQ.K1CO.15-2-1 x Mr14Q 85,5 73,7 Mr14Q x Mr14Q 37,0 37,4 MSQ.K1CO.14-4-2-1 x Mr14Q 84,0 66,7 MSQ.K1CO.18-1-1 x Mr14Q 64,0 53,1 MSQ.K1CO.22-1-1 x Mr14Q 78,0 62,2 MSQ.K1CO.24-3-1-1 x Mr14Q 71,0 58,1 MSQ.K1CO.24-3-1-2 x Mr14Q 82,5 66,1 MSQ.K1CO.43-1-1 x Mr14Q 72,5 66,0 MSQ.K1CO.45-1-1 x Mr14Q 35,5 36,1 MSQ.K1CO.61-1-1 x Mr14Q 23,0 28,4 MSQ.K1CO.76-1-1 x Mr14Q 35,0 36,4 MSQ.K1CO.153-1-1 x Mr14Q 27,0 30,7 CML161 x CML165 25,0 28,6 Pembanding : Lagaligo (toleran) 0,0 0,0 Anoman (rentan) 59,0 50,6 KK(%) 32,7 29,7 Simpangan baku 12,2 9,5 BNT 5% 25,2 20,2 Sumber : Yasin,HG et al.,2009 Hasil penelitian Surtikanti (2009) di Maros penggunaan Saromil yang berbahan aktif metalaksil sebagai seed treatment masih efektif untuk pengendalian penyakit bulai (Tabel 8 dan 9). 46
  • 7. Surtikanti : Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung Tabel 8. Persentase serangan penyakit bulai pada tanaman jagung. Maros, 2009 Persentase Serangan bulai Perlakuan Konsentrasi (g/kg benih) (MST) varietas 3 4 5 6 Anoman-1 2,5g Saromil 0 0 1,34 1,79 Anoman-1 - 31,85 80,74 92,76 93,72 Angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji jarak berganda Duncan. Data diolah Tabel 9. Persentase serangan penyakit bulai pada tanaman jagung. Maros, 2009 Persentase Serangan Bulai Perlakuan Konsentrasi Varietas (g/kg benih) (MST) 3 4 5 6 S.Kuning -1 2,5 Saromil 0b 0b 0b 0b S.Kuning -1 - 13,15a 39,63a 48,22a 57.37a Angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji jarak berganda Duncan. Data diolah PENYAKIT BULAI DI JAWA TIMUR Walaupun ke delapan entri telah dilakukan seed treatment dengan menggunakan metalaksil, serangan bulai berkisar 37% - 66.30% pada pengamatan 30 HST dan pada 50 HST berkisar antara 46.50% - 71,50% (Tabel 10). Tabel 10. Persentase serangan bulai di, KP. Muneng, Probolinggo 2009 Serangan Penyakit Bulai (%) Entri (30 Hst) (50 Hst) 19/Mr4 58,50 ab 66,30 ab 27/Mr4 61,40 ab 61,90 ab 36/Mr4 60,30 ab 67,80 ab 37/Mr4 44,00ab 49,80 ab 40/Mr4 63,40 a 71,50 a Bima-1 66,30 a 69,70 a Bima-3 37,00 b 46,50 b Gumarang 55,10ab 63,50 ab Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan. Sumber : Surtikanti dan Roy Efendi (2011) KESIMPULAN Penggunaan metalaksil sebagai seed treatment di Kab. Bengkayang (Kal-Bar) dan di Probolinggo (KP Muneng) tidak efektif lagi, sebaliknya penggunaan metalaksil sebagai seed treatment di Maros (Sul-Sel) masih efektif. DAFTAR PUSTAKA Anonim.(http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=100:waspadai- penyakit-bulai-dan-infeksi-aflatoksin-pada-tanaman-jagung&catid=47:informasi-singkat-populer&Itemid=162 ) Diakses tanggal 21 Januari 2011 47
  • 8. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.2.,No.1.,2012 Azri. 2009. Teknologi Pengendalian Penyakit Bulai Tanaman Jagung. Tabloid Sinar Tani, 7 Januari 2009. Azis,R. 2010. Penyakit bulai pada tanaman jagung.http://azisrifianto.blogspot.com/2010/ 08/penyakit-bulai-downey- mildew-pada.html. Diakses Januari 2011. Maspary, 2010. http://gerbangtani.blogspot.com/2010/06/mengendalikan-penyakit-bulai-pada.html. Diakses Januari 2011. Rahamma, S., Pakki,S dan Wakman,W. 1998. Identifikasi Ras Penyakit Bulai (Peronossclerospora maydis) Pada Tanaman Jagung. Risalah Penelitian Jagung dan Serealia Lain , vol.2. Hal. 45 – 48. Semangun,H. 2004. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah Mada University Press. 449 hal. Surtikanti. 2009. Efikasi fungisida Nordox%^WP terhadap serangan penyakit bulai, Tidak dipublikasi. 14 hal. Surtikanti dan Roy Efendi. 2009. PENAMPILAN KETAHANAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora sp). Prosiding Seminar Nasional Serealia, Maros,27-28 Juli 2010. Hal.363- 366. Wasmo,W., dan A.Hasanuddin. 2003. Penyakit bulai (Peronosclerospora sorghi) pada jagung di Dataran Tinggi Karo, Sumatera Utara. 10 hal. (Belum dipublikasikan). Wasmo,W. dan A.Buhanuddin, 2007. Pengelolaan Penyakit Prapanen Jagung. Buku Jagung. Teknik Produksi. Badan Litbang Pert. Hal. 305 – 308. Wasmo, W., A.H.Talanca, dan Surtikanti. 2007. Penyakit bulai pada tanaman jagung di Kab. Bengkayang Provinsi Kal- Bar. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI ke XVIII. Hal. 174 – 178. Wasmo,W., A,H,Talanca, Surtikanti dan Azri. 2007.Pengamatan Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung Di Lokasi Prima Tani Di Kabupaten Bengkayang Propinsi Kalimantan Barat Pada Tanggal 26 – 27 Juni 2007.Disampaikan pada Seminar Prima Tani Di BPTP Kal-Bar. 6 hal. Wasmo,W., A.H.Talanca. 2008. Downy Mildew Disease Outbreak in West Kalimantan Province , Indonesia in 2007. 4 pp. Yasin,H.G., Wasmo,W., Syasuddin, dan A.Patah. 2009. Evaluasi ketahanan penyakit bulai, becak daun, dan karat pada jagung calon hibrida QPM di dataran rendah tropis. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI,PFI Komisariat Daerah Sulsel ke XIX. Hal. 55 - 65 48