SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 13
Baixar para ler offline
Cicu : Pengelolaan Penyakit Tular Tanah Melalui Solarisasi



           PENGELOLAAN PENYAKIT TULAR TANAH MELALUI SOLARISASI



                                                               Cicu
           Satker Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Barat, Jalam Martadinata No. 16 Mamuju




                                                  ABSTRAK
Faktor yang paling penting dalam pengelolaan penyakit tanaman yang disebabkan oleh patogen tular tanah adalah
mengurangi tingkat inokulumnya di bawah ambang ekonomi sebelum tanaman yang peka ditanam. Salah satu cara
untuk mengurangi inokulum awal patogen adalah perlakuan tanah dengan solarisasi. Solarisasi sebagai disinfestasi
tanah alternatif merupakan proses pemanasan tanah di bawah mulsa plastik transparan untuk meningkatkan suhu
tanah yang dapat mempengaruhi patogen baik dengan secara fisik, kimia atau biologi yang dilakukan sebelum tanam.
Dengan cara tersebut dapat mengendalikan patogen, hama, dan gulma. Metode ini tidak meninggalkan toksisitas
residu dan dapat digunakan dengan muda pada skala kecil atau skala luas, meperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah, serta dapat dipadukan dengan metode pengelolaan penyakit tanaman lainnya.

Kata kunci: Solarisasi, Patogen tular tanah, Pengelolaan penyakit



                                                             ABSTRACT

The important factor in managing plant disease caused by soilborne pathogens is reduced their inoculum levels
below the economic threshol before the sensitive crops are planted. One of methods to decrease the initial
inoculum of pathogens is soil solarization treatment. Soil solarization, as an alternative soil disinfestation, is a
process of heating soil under transparent plastic tarps to improve soil temperature that may affect the
pathogens either by physical, chemical, or biological applied before planting, in this way controlling pathogens,
pests, and weeds. This method leaves no residual toxicity and may easily be applied on a small or large scale, may
improve physical, chemical, and biological properties of soil, and can be combined with other methods of plant
disease management.

Key words: soil solarization, soilborne pathogens, disease management



                                                             PENDAHULUAN
         Patogen (penyebab penyakit) tular tanah menyebabkan kerusakan yang berat pada tanaman
pertanian pada umumnya dan menurunkan baik kuantitas maupun kualitas produksi.hal ini terjadi,
terutama pada areal yang ditanami tanaman yang sama secara terus menerus. Oleh karena itu
diperlukan metode pengelolaan penyakit yang efektif dan ekonomis untuk menjamin produksi yang tinggi
dan menguntungkan secara konsisten.
         Kerusakan tanaman karena patogen tular tanah dapat diperkecil dengan memanipulasi satu atau
lebih komponen yang terlibat dalam timbulnya suatu penyakit, yaitu patogen, tanaman inang, dan
mikroorganisme tanah. Faktor yang paling penting dalam pengelolaan penyakit yang disebabkan oleh
patogen tular tanah ini adalah mengurangi tingkat inokulumnya di bawah ambang ekonomi sebelum
tanaman yang peka di tanam. Pada tahun 1950-an, untuk mengurangi inokulum awal patogen dilakukan
sterilisasi tanah dengan menggunakan bahan kimia. Penggunaan bahan kimia dalam pengendalian patogen,
selain harganya cukup mahal, pengaruh negatif terhadap manusia, binatang, dan lingkungan, juga adanya
kecenderungan meningkatnya minat atau permintaan produk pertanian organik yang bebas dari bahan
                                                                29                                                  
 
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.4.,2011



kimia, dan akhir-akhir ini disinfestasi tanah (sterilisasi tanah) dengan bahan kimia diakui tidak sesuai
dengan pertanian berkelanjutan dan penggunaannya dibatasi.
         Solarisasi adalah salah satu alternatif disinfestasi tanah nonkimia yang aman, simpel, dan
efektif pada berbagai kondisi yang kini banyak diupayakan untuk mengendalikan berbagai jenis patogen
tular tanah (DeVay et al. 1990; Stapleton et al. 1987); suatu metode pengendalian patogen tular tanah
dengan menggunakan lembaran plastik bening yang ditutupkan pada tanah selama periode suhu yang
tinggi, tidak meninggalkan toksisitas residu dan dapat digunakan dengan mudah pada skala kecil atau
skala luas, memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan ketersediaan N dan nutrisi esensial tanaman
lainnya. Menurut Chen et al. (1991), solarisasi tanah merupakan salah satu teknik pengendalian patogen
tular tanah dengan memodifikasi lingkungan tumbuh patogen, yaitu untuk meningkatkan suhu tanah.
Peningkatan suhu tanah karena solarisasi dapat mempengaruhi patogen baik dengan secara fisik, kimia
atau biologi. Selain itu salah satu cara untuk merangsang aktivitas mikroorganisme antagonis indogeneus
(yang ada di dalam tanah) sehingga dapat menekan populasi patogen dalam tanah secara alami. Beberapa
keberhasilan solarisasi tanah dalam pengendalian patogen tular tanah telah dilaporkan pada berbagai
jenis tanaman (Katan et al. 1976; Gonzales-Torres et al. 1993; Widodo dan Suheri 1995; Cicu 2005).
Makalah ini menguraikan tentang patogen tular tanah dan kaitannya dengan solarisasi tanah.

                                      OPERASIONALISASI PEKERJAAN DILAPANGAN
        Lahan atau areal yang akan disolarisasi sebaiknya rata dan bebas dari bongkahan/gumpalan-
gumpalan dan puing-puing sisa-sisa tanaman yang besar. Gumpalan-gumpalan tanah yang besar
dihancurkan kemudian permukaan tanah dihaluskan. Batu besar, gulma, sisa-sisa tanaman, atau objek-
objek lain yang dapat menyebabkan kebocoran plastik sebaiknya dibuang. Pemanasan tanah maksimum
terjadi apabila plastik dekat dengan tanah karena itu kantong-kantong udara akibat gumpalan-gumpalan
tanah atau kerutan-kerutan plastik seharusnya dihindari (Stapleton et al. 1997; Strausbaugh;
http://www.aces.edu/pubs/ docs/A/ANR.0713). jika tanah kering sebaiknya diairi, tetapi tidak jenuh,
hanya lembab remah seperti tanah yang siap tanam.
        Lembaran plastik dapat dipasang dengan tangan (Gambar 1) atau dengan mesin (Gambar 2).
Plastik dapat dipasang dengan cara penutupan penuh atau strip. Pada penutupan penuh, lembaran plastik
dibentangkan di atas permukaan tanah sampai menutupi seluruh areal yang akan ditanami. Lembaran
plastik dapat digabung dengan cara merekatkan satu sama lainnya dengan menggunakan lem yang tahan
UV, kemudian dipasang dengan cara membenamkan tepi plastik pada parit yang dangkal sedalam 1 kaki
(30 cm) (Strausbaugh, http://www.uiweb.uidaho.edu/ag/plantdisease/soilsol.htm) pada lahan solarisasi;
atau plastik tidak digabung, tetapi dipasang dengan cara membentangkan plastik strip secara
berdekatan atau bersebelahan dan membenamkan kedua pinggirnya di dalam tanah (Gambar 3).
Penutupan lahan penuh dianjurkan pada tanah yang terinfestasi berat dengan patogen atau gulma
tahunan karena dapat mengurangi reinfestasi tanah (Stapleton et al. 1997). Pada penutupan strip,
lembaran plastik hanya dipasang pada bedengan atau bagian areal tertentu, yang telah dibuat
sebelumnya (Gambar 4). Lebar strip/bedengan 0,75-1,5 m adalah ukuran yang disenangi karena dapat
ditanami beberapa baris tanaman dalam satu bedengan. Pada beberapa kasus strip lebih praktis dan
ekonomis dari pada penutupan penuh karena lebih sedikit plastik yang dibutuhkan dan tidak perlu
menggabung pinggiran plastik satu sama lain. Meskipun demikian untuk pengendalian jangka panjang,
tanah yang tidak kena solarisasi dapat mencemari dan menginfestasi kembali areal yang telah
disolarisasi.




                                                           30
Cicu : Pengelolaan Penyakit Tular Tanah Melalui Solarisasi




               Gambar 1. Lembaran plastik bening atau transparan yang dipasang dengan tangan




              Gambar 2. Lembaran plastik bening atau transparan yang dipasang dengan
                       mesin pada bedengan yang berukuran 105 cm (Sumber: Stapleton
                       et al. 1997)




                                                             31                                 
 
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.4.,2011




             Gambar 3. Solarisasi tanah dengan penutupan penuh dengan memasang plastik
                      strip secara berdekatan atau bersebelahan dengan membenamkan
                      kedua penggirnya di dalam tanah (Sumber: Stapleton et al. 1997).




                  Gambar 4. Solarisasi tanah penutupan strip, lembaran plastik dipasang pada
                            bedengan (76 cm) dengan mesin (Sumber: Stapleton et al. 1997)




                                                           32
Cicu : Pengelolaan Penyakit Tular Tanah Melalui Solarisasi



        Untuk meningkatkan efektivitas solarisasi, tanah di bawah lembaran plastik sebaiknya dibasahi
hingga 70 % kapasitas lapang pada lapisan atas dan lembab hingga kedalaman 60 cm (Stapleton et al.
1997). Tanah dapat diairi sebelum atau setelah plastik dipasang. Lembaran plastik dibiarkan selama 4-
6 minggu untuk memberikan panas pada tanah sedalam mungkin. Untuk memperoleh suhu tanah yang
dibutuhkan untuk mengendalikan patogen tular tanah, hama, dan biji-biji gulma dibutuhkan hari-hari
yang panjang, cerah, dan panas. Lebih lama tanah dipanasi lebih baik dan memungkinkan efek
pengendalian pada lapisan tanah yang lebih dalam lebih besar. Solarisasi paling efektif dilakukan pada
bulan Juni dan Juli, meskipun demikian solarisasi juga efektif dilakukan pada bulan Mei, Agustus dan
September            tergantung          pada           letak         geografis         (Strausbaugh,
http://www.uiweb.uidaho.edu/ag/plantdisease /soilsol.htm). pada areal dekat pantai, waktu yang paling
baik untuk solarisasi adalah bulan Agustus-September atau Mei-Juni, periode-periode transisi ketika
angin atau kabut kemungkinan sedikit (Stapleton et al. 1997).
        Setelah solarisasi tanah selesai lembaran plastik dapat dibuka sebelum tanam, atau plastik
dibiarkan di tanah sebagai mulsa. Plastk bening ini dapat dicat putih atau perak untuk mendinginkan
tanah dan menolak serangga-serangga hama yang terbang (Stapleton et al.1997).

        PENGARUH SOLARISASI TANAH TERHADAP PENINGKATAN TEMPERATUR TANAH
        Efek pemanasan pada tanah yang disolarisasi paling tinggi diperoleh pada permukaan tanah, dan
menurun dengan bertambahnya kedalaman tanah. Temperatur tanah yang meningkat akibat solarisasi
tanah dapat menurunkan populasi gulma dan patogen tanaman, termasuk cendawan, bakteri, dan
nematoda serta mengendalikan berbagai penyakit tanaman (DeVay 1991;Katan 1981). Organisme sasaran
dari solarisasi tanah adalah organisme mesofilik, pada umumnya termasuk patogen dan hama tanaman,
tanpa merusak cendawan termofilik dan Bacillus spp. (Stapleton & DeVay 1982) Pengaruh langsung
temperatur terhadap patogen dalam proses solarisasi bervariasi tergantung pada warna dan struktur
tanah, suhu udara, panjang hari, lama perlakuan, letak patogen di dalam tanah, serta jenis patogen
(Katan 1981; DeVay & Katan 1991). Temperatur maksimum tanah yang disolarisasi pada kedalaman 5 cm,
yaitu 42-550 C dan pada kedalaman 45 cm adalah 32-370 C. Pengendalian yang baik terjadi pada
kedalaman 10-30 cm (Stapleton et al. 1997). Menurut DeVay dan Katan (1991), ambang temperatur yang
dapat mematikan beberapa cendawan mesofilik adalah 370 C selama 2-4 jam secara terus menerus.
Untuk mematikan 90 % Rhizoctonia solani diperlukan waktu sekitar 10 jam pada suhu 430 C. Dalam
percobaan Kartini dan Widodo (2000), sclerotia Sclerotium rolfsii yang diletakkan pada kedalaman 0,5
cm dari permukaan tanah dan diberi perlakuan solarisasi selama 3-4 minggu (temperatur rata-rata
43,6-44,50 C), daya kecambahnya menurun, masing-masing hanya 12,0 % dan 12,7 % dan
pertumbuhannya terhenti (mati); sedangkan yang diletakkan pada kedalaman 15 cm dan diberi perlakuan
solarisasi perkecambahannya tidak terganggu dan dapat tumbuh dengan baik. Cicu (2005) melaporkan
bahwa solarisasi tanah selama 6 minggu menyebabkan peningkatan temperatur tanah harian pada
kedalaman 15 cm, yaitu temperatur tertinggi yang dicapai 30,320 C atau 4,820 C lebih tinggi dari pada
tanah tanpa solarisasi. Meskipun temperatur maksimum yang dicapai pada penelitian tersebut
kemungkinan tidak berpengaruh langsung terhadap patogen, tetapi dapat meningkatkan kepadatan
populasi mikroba rizosfer bibit kubis yang diyakini dapat memproteksi akar dari infeksi patogen.

                PENGARUH SOLARISASI TANAH TERHADAP PATOGEN TULAR TANAH
       Efikasi solarisasi tanah untuk pengendalian patogen tular tanah dan hama adalah peran dari
hubungan antara waktu dan temperatur. Panas berpengaruh langsung atau berperan dalam mematikan
patogen dalam proses solarisasi, pengaruhnya bervariasi tergantung pada warna tanah dan struktur
tanah, temperatur udara, panjang hari, lama perlakuan, letak patogen di dalam tanah, serta jenis
patogen (Katan 1981; DeVay & Katan 1991). Misalnya suhu 37o C selama 2-4 minggu dibutuhkan untuk
                                                             33                                       
 
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.4.,2011



membunuh 90 % populasi cendawan mesofilik (organisme yang tumbuh dengan baik pada temperatur
moderat, 25-40 oC) pada umunya, sedangkan untuk memperoleh hasil yang sama pada temperatur yang
tinggi         (47o        C)        hanya        diperlukan        1-6         jam         pemanasan
(http://www.ext.colostate.edu/pubs/crops/00505.html). Menurut Pullman et al. (1981), untuk
mematikan 90 % Rhizoctonia solani diperlukan waktu sekitar 10 jam pada temperatur 43o C. Kemudian
Kartini dan Widodo (2000) melaporkan bahwa sclerotia Sclerotium rolfsii yang diletakkan pada
kedalaman 0,5 cm dari permukaan tanah dan diberi perlakuan solarisasi selama 3-4 minggu (temperatur
rata-rata 43,6-44,5o C), daya kecambahnya menurun, masing-masing hanya 12,0 % dan 12,7 % dan
pertumbuhannya terhenti (mati); sedangkan yang diletakkan pada kedalaman 15 cm dan diberi perlakuan
solarisasi perkecambahannya tidak terganggu dan dapat tumbuh dengan baik (Tabel 1).
        Selama solarisasi berlangsung, temperatur yang dapat dicapai 35-60o C tergantung pada tipe
tanah, musim, lokasi, kedalaman tanah dan faktor-faktor lain. Temperatur tinggi tersebut menyebabkan
perubahan senyawa volatil di dalam tanah yang bersifat toksik terhadap organisme patogen yang sudah
lemah karena pengaruh temperatur tinggi (http://www.ext.colostate.edu/ pubs/crops/00505.html;
Stapleton et al. 1997). Solarisasi tanah efektif mengendalikan cendawan patogen, seperti Verticillium
spp.(Wilt); Fusarium spp. (pada beberapa penyakit); dan Phytophthora cinnamomi (root rot), bakteri
patogen, seperti Streptomyces scabies (potato scab); Agrobacterium tumefaciens (crown gall); dan
Clavibacter michiganensis (tomato canker), nematoda parasitik, khususnya Meloidogyne spp. (root-knot)
dan Pratylenchus thornei (root lesion); and Xiphinema (dagger) (http://www.ext.colostate.edu/
pubs/crops/00505.html). Menurut Stapleton et al. (1997) meskipun pada umunya hama/patogen mati
pada kisaran temperatur di atas 30–33o C, patogen tanaman, gulma dan organisme tanah lainnya memiliki
kepekaan yang berbeda terhadap pemanasan tanah. Beberapa organisme tanah yang sulit dikendalikan
dengan fumigan tetapi dengan mudah dikendalikan dengan solarisasi tanah (Tabel 2), dan organisme-
organisme tanah lainnya ada yang tidak dapat diprediksi pengendaliannya (Tabel 3), sehingg memerlukan
pengendalian tambahan.

         Tabel 1. Pengaruh solarisasi tanah terhadap perkecambahan dan pertumbuhan S. rolfsii
                      Perlakuan                            Perkecambahan (%)   Diameter pertumbuhan (mm)
         Faktor lama solarisasi
         0 minggu (K)                                           100,0 b                 42,5 a
         3 minggu (S3)                                           56,0 a                 41,3 a
         4 minggu (S4)                                           56,3 a                 40,6 a
         Faktor letak
         0,5 cm                                                  41,6 a                 11,9 a
         15 cm                                                  100,0 b                 71,0 b
         Kombinas 1)
         K-0,5                                                  100,0 b                 35,7 ab
         S3-0,5                                                  12,0 a                  0,0 a
         S4-0,5                                                  12,7 a                  0,0 a
         K-15                                                   100,0 b                 49,3 ab
         S3-15                                                  100,0 b                 82,5 b
         S4-15                                                  100,0 b                  81,2 b

        Keterangan :
            K: solarisasi 0 minggu, S3: solarisasi 3 minggu, S4: solarisasi 4 minggu, 0,5: seklerotia
            diletakkan pada kedalaman 0,5 cm dari permukaan, 15: seklerotia diletakkan pada
            kedalaman 15 cm dari permukaan. Angka dalam satu kolom dengan huruf yang sama
            tidak berbeda nyata pada uji Turkey taraf 5 % (Sumber : Kartini dan Widodo, 2000).



                                                               34
Cicu : Pengelolaan Penyakit Tular Tanah Melalui Solarisasi



                            Tabel 2. Patogen dan hama yang dikendalikan oleh solarisasi

        Cendawan                                             Penyakit yang disebabkan (tanaman)
        Nama Ilmiah
        Didymella lycopersici                                Didymello sterm rot (tomato)
        Fusarium oxysporum f.sp.conglutinans                 Fusarium wilt (cucumber)
        Fusarium oxysporum f.sp.lycopersici                  Fusarium wilt (strawbery)
        Fusarium oxysporum f.sp.vasinfectum                  Fusarium wilt (tomato)
        Plosmodiophora brassicae                             Fusarium wilt (cotton)
        Phoma terrestris                                     Club root (cruciferae)
        Phytopthora cinnamomi                                Pink root (onion)
        Pyrenochaeta lycopersici                             Phytopthora root rot (many crops)
        Pythium ultimum, Pythium spp                         Croky root (tomato)
        Pythium myrotehcium                                  Seed rot or seedling disease (many crops)
        Rhizoctonia solani                                   Drop (lettuce)
        Scletinia minor                                      White rot (arlic and onions)
        Sclerotium cepivorom                                 Southem bight (many crops)
        Sclerotium rollsii                                   Black root rot (many crops)
        Thielaviopsis basicola                               Verticulum wilt (many crops)
        Verticillium dahliae
        Bakteri                                              Penyakit yang disebabkan (tanaman)
        Nama Ilmiah
        Agrobocterium tumefaciens                            Crown gall (many crops)
        Clavibacter michiganensis                            Canker (tomato)
        Streptomyces scabies                                 Scap (potato)
        Nematoda                                             Nama umum
        Nama Ilmiah
        Criconemella xenoplax                                Ring nematoda
        Ditylenchus dipsaci                                  Stem and bulb nematoda
        Globodera rosthociensis                              Potato cyst nematoda
        Helicotylenchus dogonicus                            Spiral nematoda
        Heterodera schactii                                  Sugarbeet cyst nematoda
        Meliodogyne hapla                                    Northem root knot nematoda
        Meliodoghne javanica                                 Javanese root knot nematoda
        Paratylenchus hamatus                                Pin nematoda
        Pratylencus penetrans                                Lesion nematoda
        Pratylenhus thornei                                  Lesion nematoda
        Pratylenhus vulnus                                   Lesion nematoda
        Tylenchulus semipenetrans                            Citrus nematoda
        Xiphinema spp                                        Dagger nematoda

       Sumber: Stapleton et al. (1997)




                                                             35                                           
 
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.4.,2011



                         Tabel 3. Patogen atau hama yang sulit dikendalikan oleh solarisasi

                         Cendawan                               Penyakit yang disebabkan (tanaman)
                        Nama Ilmiah
           Fusarium oxysporum f.sp. pini                    Fusarium wilt (pines)
           Macrophomina phaseolina                          Charcoal rot (many crops)

           Bakteri                                          Penyakit yang disebabkan (tanaman)
           Nama Ilmiah
           Pseudomonas solanacearum                         Bacterial wilt (several crops)

           Nematoda                                         Nama umum
           Nama Ilmiah
           Meloidogyne incognita                            Southem root knot nematoda


          Sumber: Stapleton et al. (1997)

                              PENGARUH SOLARISASI TANAH TERHADAP GULMA
Solarisasi tanah selama 2-4 minggu dengan temperatur 370 C efektif mencegah munculnya gulma-gulma
tahunan khususnya pada lapisan tanah bagian atas karena peningkatan temperatur pada lapisan yang
lebih dalam lebih lambat. Solarisasi tanah efektif mengendalikan Orobanche spp dan gulma-gulma lain,
tetapi tidak efektif terhadap Cuscuta sp, Convolvulus arvensis (bindweed), Cyperus esculentus (yellow
nutsedge) (http://www.ext.colostate.edu/ pubs/crops/00505.html). Lebih lanjut dijelaskan bahwa
efikasi solarisasi tanah untuk pengendalian gulma di lahan dapat ditingkatkan dengan perbaikan irigasi,
paling sedikit 2-3 minggu sebelum tanah disolarisasi, membiarkan gulma tumbuh dan membenamkan
gulma tersebut ke dalam tanah sebelum perlakuan solarisasi berlangsung. Beberapa spesies gulma
sangat peka terhadap solarisasi tanah, dan spesies lainnya resisten dan memerlukan kondisi optimum
(kelembabab tanah yang baik, plastik yang sesuai, radiasi matahari yang tinggi) untuk pengendaliannya
(Tabel 4) (Stapleton et al. 1997). Solarisasi tanah umumnya tidak dapat mengendalikan gulma-gulma
musiman seperti halnya dalam mengendalikan gulma tahunan dengan baik karena gulma musiman struktur
vegetatifnya terbenam dengan dalam di bawah permukaan tanah seperti akar, rizome yang kemungkinan
dapat tumbuh kembali.

             PENGARUH SOLARISASI TANAH TERHADAP MIKROBA YANG BERMANFAAT
Peningkatan temperatur tanah subletal selama solarisasi tanah berlangsung sangat selektif terhadap
mikroba     tanah yang termofilik dan termotoleran (di atas 450C), termasuk aktinomisetes.
Mikroorganisme tersebut dapat bertahan dan bahkan tumbuh dengan baik pada saat solarisasi
berlangsung, tetapi kompetitor-kompetitor tanah yang buruk seperti pada umumnya patogen terbunuh
karena solarisasi tanah. Pada mulanya solarisasi tanah dapat menurunkan populasi mikroorganisme yang
bermanfaat (bakteri dan cendawan rizosfer; dan bakeri dan cendawan antagonis), tetapi populasinya
dengan         cepat         mengolonisasi         kembali       tanah        yang        disolarisasi
(http://www.ext.colostate.edu/pubs/crops/00505.html; Stapleton et al. 1997). Bakteri Rhizobium yang
menfiksasi Nitrogen juga peka terhadap temperatur tanah yang tinggi dan bintil akar menurun pada
tanaman legum seperti tanaman pir atau tanaman kacang polong pada tanah yang disolarisasi adalah
juga bersifat sementara. Aplikasi inokulum pada legum yang ditanam pada tanah solarisasi dapat
bermanfaat.


                                                           36
Cicu : Pengelolaan Penyakit Tular Tanah Melalui Solarisasi



                  Tabel 4. Gulma yang dapat dan yang sulit dikendalikan oleh solarisasi tanah

                  Gulma yang dapat dikendalikan                             Nama umum
                          Nama Ilmiah
           Abutilon theophrasti                               Velvetleaf
           Amoranthus albus                                   Tumble pigweed
           Amoranthus retrotroflexus                          Redroot pigweed
           Amsinckia douglasiana                              Fiddleneck
           Avena fatua                                        Wild oat
           Brossica nigra                                     Black mustard
           Capsella bursa-pastoris                            Shepherd’s purse
           Chenopodium album                                  Lambsquarters
           Claytonia perfoliata                               Minerslettuce
           Convolvulus arvensis (seed)                        Field bindweed
           Conyza canadensis                                  Horseweed
           Cynodon dactylon (seed)                            Bermudagrass
           Digitaria sanguinalis                              Large crabgrass
           Echinochloa crus-galli                             Barnyardgrass
           Eleusine indica                                    Goosegrass
           Lamium amplexicaule                                Henbit
           Malva palvillora                                   Cheeseweed
           Orobanche ramosa                                   Brandched broomrape
           Oxalis pes-caprae                                  Bermuda buttercup
           Poo annua                                          Annual bluegrass
           Portulaca oleraceae                                Purslane
           Senecio vulgaris                                   Common groundsel
           Sida spinosa                                       Rickly sida
           Solarium nigrum                                    Lack nightshade
           Solarium sarrochoides                              Hairy nighthade
           Sochus oleraceus                                   Sowthistle
           Sorghum halepense (seed)                           Johnsongross
           Stelloria media                                    Common chickeweed
           Trianthema portulacastrum                          Horse purslane
           Xanthium strumarium                                Common cocklebur
           Gulma yang suli dikendalikan                       Nama umum
           Nama Ilmiah
           Convolvulus ar venis                               Field bindweed (plant)
           Cynodon dactylon (plant)                           Bermudagrass (plant)
           Cyperus esculentus                                 Yellow nutsedge
           Cyperus rotundus                                   Purple nutsedge
           Eragrostis sp                                      Lovegrass
           Malva niceansis                                    Bull mallow
           Melilotus alba                                     White sweetdover
           Sorghum halepense (plant)                          Johnsongrass (plant)


            Sumber: Stapleton et al. (1997)


                                                             37                                  
 
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.4.,2011



        Pinkerton et al. (2000) melaporkan bahwa kepadatan populasi Bacillus spp. dan Pseudomonas
flourescens menurn karena metil bromida, tetapi tidak berubah karena pengaruh solarisasi. Diantara
mikroba-mikroba penting yang bermanfaat adalah cendawan mikoriza, dan cendawan dan bakteri yang
memparasit patogen tanaman dan membantu pertumbuhan tanaman. Perubahan populasi mikroorganisme
tersebut pada tanah yang disolarisasi dapat membuat tanah-tanah yang diberi perlakuan solarisasi
resisten terhadap patogen dari pada tanah tanpa solarisasi atau tanah fumigasi.
        Proses mikrobiologi yang diinduksi oleh solarisasi tanah telah diketahui memberikan peran yang
penting dalam pengendalian penyakit tanaman, disamping pengaruh fisik oleh panas yang ditimbulkannya
yang dapat merusak struktur istirahat patogen (Katan et al. 1976; Gamliel & Katan 1991). Cendawan
patogen yang sudah lemah karena temperatur tanah yang tinggi sangat peka terhadap antagonis, seperti
temperatur subletal yang dihasilkan oleh solarisasi tanah dapat menyebabkan retaknya kulit sklerotia
dari S. rolfsii sehingga meningkatkan bocornya beberapa senyawa, sklerotia yang dalam kondisi lemah
ini akhirnya mudah terserang oleh Trichoderma harzianum dan mikroorganisme lainnya (Lifahitz et al.
dalam DeVay 1991).
        Solarisasi tanah selama 5-7 minggu sebelum tanam dapat menekan kejadian dan indeks penyakit
akar gada serta meningkatkan produksi tanaman kubis (Widodo & Suheri 1995). Penekanan penyakit
tersebut tidak disebabkan oleh pengaruh langsung dari peningkatan temperatur tanah, tetapi karena
efek kumulatif dari temperatur tanah harian selama solarisasi berlangsung. Efek temperatur ini
meningkatkan populasi mikroba rizosfer terutama aktinomisetes yang diyakini berperan langsung
menekan P. brassicae. hal yang sama dilaporkan oleh Cicu (2005), bahwa solarisasi tanah pembibitan
yang dikombinasikan dengan pemberian pupuk kandang ayam 5 kg/m2 selama 6 minggu dapat
menurunkan indeks penyakit akar gada dan meningkatkan produksi kubis di lapangan. Dalam hal ini,
penurunan indeks penyakit diduga berkaitan dengan peningkatan mikroflora tanah (bakteri, cendawan,
dan aktinomisetes) akibat kumulatif dari peningkatan temperatur tanah (yang populasinya lebih tinggi
dari pada tanah tanpa solarisasi). Organisme tersebut mengolonisasi akar bibit kubis sebelum
dipindahkan di lapangan. Hal ini dapat mengurangi kontak antara tanaman kubis dengan P. brassicae di
dalam tanah, atau dengan kata lain penekanan P. brassicae oleh mikroflora tanah kemungkinan terjadi
secara alami melalui proteksi pada akar yang menyebabkan atau meningkatkan ketahanan tanaman inang
terhadap infeksi patogen dan selanjutnya meningkatkan produksi tanaman kubis di lapangan.

    PENGARUH SOLARISASI TANAH TERHADAP PENINGKATAN PERTUMBUHAN TANAMAN
        Solarisasi tanah memprakarsai perubahan sifat fisik dan kimia tanah yang dapat meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Solarisasi mempercepat perombakan bahan organik di dalam
tanah, yang melepaskan nutrisi yang dapat larut seperti Nitrogen (NO3-, NH4+); Kalsium (Cu++);
Magnesium (Mg++); Kalium (K+), dan asam sulfit sehingga tersedia untuk tanaman. Ketersediaan nutrisi
tanaman yang meningkat dan peningkatan populasi bakteri rizosfer seperti Bacillus spp. berperan
meningkatkan pertumbuhan, perkembangan, dan hasi tanaman yang ditanam pada tanah solarisasi
merupakan             komponen           penting            dari          proses           solarisasi
(http://www.ext.colostate.edu/pubs/crops/00505.html; Stapleton et al. 1997).
        Penomena meningkatnya pertumbuhan tanaman yang lebih cepat dan peningkatan kuantitas dan
kualitas hasil produksi yang diperoleh pada tanah solarisasi dibanding tanah tanpa solarisasi, dapat
dianggap sebagai suatu kombinasi mekanisme dari faktor-faktor yang terlibat; pertama, karena patogen
dan hama utama dikendalikan, dan kemungkinan hama dan patogen-patogen minor yang lain juga
dikendalikan; kedua, beberapa nutrisi yang larut seperti nitrogen (NO3- ; NH4+), kalsium (Ca++), dan
magnesium (Mg++) meningkat dan tersedia untuk tanaman pada tanah yang disolarisasi; ketiga,
mikroorganisme yang bermanfaat seperti cendawan mikoriza, Trichoderma sp., aktinomisetes dan
beberapa bakteri yang bermanfaat dapat bertahan hidup pada proses solarisasi atau dengan cepat


                                                           38
Cicu : Pengelolaan Penyakit Tular Tanah Melalui Solarisasi



mengolonisasi tanah kembali. Hal ini memberikan kontribusi terhadap pengendalian hama dan patogen
secara biologi dan menstimulir pertumbuhan tanaman (Stapleton et al. 1997).

          FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN SOLARISASI TANAH
        Karakteristik tanah seperti warna, struktur, dan kedalaman tanah berpengaruh terhadap
efektivitas solarisasi. Tanah yang berwarna gelap cenderung mengasorbsi radiasi matahari lebih besar
dibandingkan dengan tanah yang berwarna terang. Tanah-tanah yang remah memungkinkan panas
ditransmisi melalui tanah dan meneruskannya masuk ke lapisan tanah yang lebih dalam. Tingkat
pengendalian yang dapat dicapai tergantung pada kombinasi dari waktu pelaksanaan, lamanya proses
solarisasi berlangsung, temperatur tinggi yang dihasilkan, dan kepekaan spesies patogen, hama dan
gulma yang akan dikendalikan. Lebih lama tanah dipanasi lebih baik dan lebih dalam pengendalian akan
terjadi. Selama musim panas di Alabama, periode solarisasi 4-6 minggu efektif mengendalikan nematoda
dan patogen-patogen tular tanah lainnya, sedang untuk pengendalian gulma yang efektif hanya
dibutuhkan 2 minggu. Pada musim semi dan musim gugur, periode solarisasi tanah dibutuhkan 6-8
minggu untuk menjamin efektivitas pengendalian hama dan patogen tanaman (31 Januari 2008, ACES
Publication: ANR-0713). Menurut Stapleton et al. (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas
solarisasi adalah lokasi, cuaca, waktu solarisasi, periode waktu solarisasi, persiapan tanah, kelembaban
tanah, warna tanah, dan orientasi bedengan yang disolarisasi.

        KOMBINASI SOLARISASI TANAH DENGAN METODE PENGENDALIAN YANG LAIN
        Solarisasi tanah yang dikombinasikan dengan aplikasi pestisida, pupuk organik, dan agens hayati
dapat meningkatkan efek jangka panjang dari solarisasi. Aplikasi fungisida, fumigan, atau herbisida
dosis rendah dengan solarisasi tanah dapat meningkatkan efektivitas pengendalian. Bahan kimia
tersebut dapat diaplikasikan baik sebelum atau setelah solarisasi. Meskipun demikian kemungkinan
kelemahan dari solarisasi tanah yang dikombinasi dengan aplikasi bahan kimia dapat juga mengurangi
efek jangka panjang solarisasi. Solarisasi juga dapat dikombinasi dengan aplikasi sisa-sisa tanaman,
pupuk hijau dan pupuk kandang, serta pupuk anorganik. Bahan-bahan organik seperti pupuk kandang
atau bahan organik lainnya yang diaplikasikan pada tanah sebelum disolarisasi dapat melepaskan senyawa
volatil di dalam tanah yang dapat membunuh patogen dan membantu menstimulir pertumbuhan
mikroorganisme bermanfaat. Aplikasi bahan organik yang dkombinasi dengan solarisasi tanah dapat
menurunkan populasi patogen seperti Fusarium oxysporum f.sp. asparagi, Risoctonia solani, dan
Verticillium dahliae dengan nyata dibanding dengan kontrol, dan aplikasi tunggal solarisasi atau bahan
organik penurunannya tidak berbeda nyata dengan kontrol (Blok et al. 2000). Hal yang sama dilaporkan
oleh Cicu (2005), bahwa solarisasi tanah pembibitan yang dikombinasikan dengan pemberian pupuk
kandang ayam 5 kg/m2minggu selama 6 minggu dapat meningkatkan populasi mikroorganisme rizosfer,
menurunkan indeks penyakit akar gada dan meningkatkan produksi kubis di lapangan berbeda nyata
dengan kontrol.

                                                         KESIMPULAN
         Solarisasi tanah merupakan suatu metode disinfestasi tanah alternatif yang sederhana, aman,
efektif, tidak meninggalkan residu, dapat dengan mudah diaplikasikan pada skala kecil atau skala luas,
dan dapat dikombinasikan dengan metode pengendalian yang lain seperti aplikasi pestisida dosis rendah,
aplikasi pupuk (pupuk hijau, pupuk organik, atau pupuk buatan), dan agens hayati, serta mempunyai efek
pengendalian jangka panjang. Efektif mengontrol patogen-patogen tanaman tular tanah (nematoda
parasit, cendawan, dan beberapa bakteri) dan gulma, memperbaiki kesuburan tanah, meningkatkan
pertumbuhan tanaman meningkatkan ketersediaan nutrisi esensial di dalam tanah dan menstimulir

                                                             39                                         
 
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.4.,2011



pertumbuhan mikroflora tanah. Efektivitas pengendalian yang dapat dicapai dipengaruhi oleh lokasi;
cuaca; karakteristik tanah seperti warna, struktur, kelembaban, dan kedalaman tanah; persiapan tanah
dan orientasi bedengan; dan kombinasi dari waktu pelaksanaan, lamanya proses solarisasi berlangsung,
temperatur tinggi yang dihasilkan, dan kepekaan spesies patogen, hama dan gulma yang akan
dikendalikan.

                                                      DAFTAR PUSTAKA
Blok WJ., JG. Lamers, AJ. Termorshuizen, and GJ. Bollen. 2000. Control of soilborne plant pathogens
      by incorporating fresh organic amendments followed by tarping. The American
      Phytopathological Society 90(3):253-259.
Chen Y., A. Gamliel, JJ. Stapleton, and T. Aviad. 1991. Chemical, physical, and microbial changes related
        to plant growth in disinfected soil. In Soil Solarization, J. Katan, JE. DeVay (editor). Boca
        Ratoom: CRC Pr.
Cicu. 2005. Penekanan penyakit akar gada pada tanaman kubis melalui perlakuan tanah pembibitan.
       Jurnal Hortikultura 15(1): 58-66.
DeVay JE., JJ. Stapleton, and CL. Elmore. 1990. Soil solarization. Food and Agricultural Organization,
      United Nations. FAO Report # 109. Rome, Italy.
DeVay JE. 1991. Historical review and principles of soil solarization. Pages 1-15 In Soil Solarization,
      DeVay JE, JJ. Stapleton, CL. Elmore, editor. FAO Plant Prot.Bull
DeVay JE., and J. Katan. 1991. Mechanisms of pathogen control in solarized soils. Pages 87-101. In J.
      Katan and JE. DeVay (eds). Soil Solarization. Boca Raton, FL.CRC.Press.
Horiuchi S., M. Hori, S. Takahashi, and K. Shimizu. 1982. Factors responsible for development of
       clubroot suppressing effect in soil solarization. Bull. Chugoku Natl. Agrric. 20: 25-48.
Kartini dan Widodo. 2000. Pengaruh Solarisasi Tanah terhadap Pertumbuhan Sclerotium rolfsii Sacc.
        dan Patogenitasnya pada Kacang Tanah. Bull. HPT 12(2): 53-59.
Katan J. 1981. Solar heating (solarization) of soil for control of soilborne pests. Annu Rev Phytopathol
       19: 211-236.
Katan J., A. Greenberger, H. Alon, and Grastein. 1976. Solar heating by polyethylene mulching for the
       control of disease caused by soilborne pathogens. Phytopathology 66: 683-688.
Pinkerton JN., KL. Ivors, PW. Reeser, PR. Bristow, and GE. Windom. 2002. The use of soil solarization
       for the management of soilborne plant pathogens in strawberry and red raspberry production.
       Plant Disease 86(6): 645-651.
Pullman GS., JE. DeVay, RH. Garber, and AR. Weinhold. 1981. Soil solarization: effects on Verticillium
        of cotton and soil borne populations of Verticillium dahliae, Pythium spp., Rhizoctonia solani, and
        Thielaviopsis basicola. Phytopathology 71: 954-959.
Gamliel A., and J. Katan . 1991. Involvement of flourescent pseudomonas and other microorganisms in
        increased growth response of plant in solarized soils. Phytopathology 81: 494-502.
Stapleton JJ., and J. Katan. 1982. Effct of soil solarization on populations of selected soilborne
       microorganisms and growth of deciduous fruit tree seedlings. Phytopathology 72: 323-326.
Stapleton JJ., and JE. DeVay. 1984. Thermal components of soil solarization as related to changes in
       soil and root microflora and increased growth response. Phytopathology 74: 255-259.


                                                            40
Cicu : Pengelolaan Penyakit Tular Tanah Melalui Solarisasi



Stapleton JJ., B. Lear and JE. DeVay. 1987. Effect of combining soil solarization with sertain
       nematicides on target and non-target organisms and plant growth. Ann.Appl.Nematology 1: 107-
       112.
Stapleton JJ., CE. Bell, and JE. DeVay. 1997. Soil solarization a nonpestisidal method for controlling
       diseases, nematodes, and weeds. Publication 21377. Printed in the United States of America
       1997 by the Regents of the University of California Division of Agriculture and natural
       resources. 17 pp.
Widodo and Suheri. 1995. Suppression of clubroot disease of cabbage by soil solarization. Bull HPT
      8(2):49-55.




                                                             41                                           
 

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Degradasi Lahan dan Dampaknya terhadap Kehidupan
Degradasi Lahan dan Dampaknya terhadap KehidupanDegradasi Lahan dan Dampaknya terhadap Kehidupan
Degradasi Lahan dan Dampaknya terhadap Kehidupan
Indriati Dewi
 
Degradasi lahan(presentasi)
Degradasi lahan(presentasi)Degradasi lahan(presentasi)
Degradasi lahan(presentasi)
Nurul Wulandari
 
Sifat Kimia Entisol Pada Sistem Pertanian Organik
Sifat  Kimia  Entisol Pada Sistem  Pertanian OrganikSifat  Kimia  Entisol Pada Sistem  Pertanian Organik
Sifat Kimia Entisol Pada Sistem Pertanian Organik
Materi Kuliah Online
 
Laporan fieldtrip pertanian berlanjut
Laporan fieldtrip pertanian berlanjutLaporan fieldtrip pertanian berlanjut
Laporan fieldtrip pertanian berlanjut
fahmiganteng
 
Pengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhan
Pengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhanPengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhan
Pengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhan
muhammad123syafii
 
Pengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhan
Pengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhanPengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhan
Pengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhan
dewiagotek
 
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar EkologiAcara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Ainal Chaza
 
Pengantar Ilmu Tanaman
Pengantar Ilmu Tanaman Pengantar Ilmu Tanaman
Pengantar Ilmu Tanaman
Bagas Yanuar
 
Sejarah an-teknologi-tanaman-sayuran-dan-hiasan
Sejarah an-teknologi-tanaman-sayuran-dan-hiasanSejarah an-teknologi-tanaman-sayuran-dan-hiasan
Sejarah an-teknologi-tanaman-sayuran-dan-hiasan
Tan C.EAN
 

Mais procurados (20)

Degradasi Lahan dan Dampaknya terhadap Kehidupan
Degradasi Lahan dan Dampaknya terhadap KehidupanDegradasi Lahan dan Dampaknya terhadap Kehidupan
Degradasi Lahan dan Dampaknya terhadap Kehidupan
 
Degradasi lahan(presentasi)
Degradasi lahan(presentasi)Degradasi lahan(presentasi)
Degradasi lahan(presentasi)
 
Rpkps pengelolaan tanah 2013
Rpkps pengelolaan tanah 2013Rpkps pengelolaan tanah 2013
Rpkps pengelolaan tanah 2013
 
Pengaruh iklim terhadap pola tanam
Pengaruh iklim terhadap pola tanamPengaruh iklim terhadap pola tanam
Pengaruh iklim terhadap pola tanam
 
Proses
ProsesProses
Proses
 
degradasi tanah
degradasi tanahdegradasi tanah
degradasi tanah
 
Sifat Kimia Entisol Pada Sistem Pertanian Organik
Sifat  Kimia  Entisol Pada Sistem  Pertanian OrganikSifat  Kimia  Entisol Pada Sistem  Pertanian Organik
Sifat Kimia Entisol Pada Sistem Pertanian Organik
 
faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman tropis (
faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman tropis (faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman tropis (
faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman tropis (
 
Dasar ilmu tanaman
Dasar ilmu tanamanDasar ilmu tanaman
Dasar ilmu tanaman
 
RADIASI MATAHARI
RADIASI MATAHARIRADIASI MATAHARI
RADIASI MATAHARI
 
Laporan fieldtrip pertanian berlanjut
Laporan fieldtrip pertanian berlanjutLaporan fieldtrip pertanian berlanjut
Laporan fieldtrip pertanian berlanjut
 
GEOGRAFI - Penyebab kerusakan tanah dan cara mengatasinya (SMA kurtilas)
GEOGRAFI - Penyebab kerusakan tanah dan cara mengatasinya (SMA kurtilas)GEOGRAFI - Penyebab kerusakan tanah dan cara mengatasinya (SMA kurtilas)
GEOGRAFI - Penyebab kerusakan tanah dan cara mengatasinya (SMA kurtilas)
 
Eliezar
EliezarEliezar
Eliezar
 
Pengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhan
Pengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhanPengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhan
Pengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhan
 
Pengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhan
Pengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhanPengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhan
Pengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhan
 
Bab v konservasi tanah dan air
Bab v konservasi tanah dan airBab v konservasi tanah dan air
Bab v konservasi tanah dan air
 
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar EkologiAcara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
 
Pengantar Ilmu Tanaman
Pengantar Ilmu Tanaman Pengantar Ilmu Tanaman
Pengantar Ilmu Tanaman
 
Sejarah an-teknologi-tanaman-sayuran-dan-hiasan
Sejarah an-teknologi-tanaman-sayuran-dan-hiasanSejarah an-teknologi-tanaman-sayuran-dan-hiasan
Sejarah an-teknologi-tanaman-sayuran-dan-hiasan
 
Pencemaran tanah {hafizh yg bikin}
Pencemaran tanah {hafizh yg bikin}Pencemaran tanah {hafizh yg bikin}
Pencemaran tanah {hafizh yg bikin}
 

Semelhante a 8 cicu-pengel. peny. tular tanah, cicu

Konservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaKonservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimia
Nurul Aulia
 
Kaedah Penanaman Sayur
Kaedah Penanaman SayurKaedah Penanaman Sayur
Kaedah Penanaman Sayur
Juradi Durjari
 
Agroteknologi tanaman perkebunan i
Agroteknologi tanaman perkebunan iAgroteknologi tanaman perkebunan i
Agroteknologi tanaman perkebunan i
Febrina Tentaka
 
Agroteknologi tanaman perkebunan i
Agroteknologi tanaman perkebunan iAgroteknologi tanaman perkebunan i
Agroteknologi tanaman perkebunan i
Febrina Tentaka
 
Makalah konservasi
Makalah konservasiMakalah konservasi
Makalah konservasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Teknis budidaya kacang tanah
Teknis budidaya kacang tanahTeknis budidaya kacang tanah
Teknis budidaya kacang tanah
sujononasa
 
Keseimbangan Lingkungan
Keseimbangan LingkunganKeseimbangan Lingkungan
Keseimbangan Lingkungan
Nurul Izzah
 

Semelhante a 8 cicu-pengel. peny. tular tanah, cicu (20)

W3 a2
W3 a2W3 a2
W3 a2
 
Metode konservasi tanah secara vegetatif
Metode konservasi tanah secara vegetatifMetode konservasi tanah secara vegetatif
Metode konservasi tanah secara vegetatif
 
Surjan kelompok 5
Surjan kelompok 5Surjan kelompok 5
Surjan kelompok 5
 
Makalah_63 Makalah agroforestry alley cropping
Makalah_63 Makalah agroforestry alley croppingMakalah_63 Makalah agroforestry alley cropping
Makalah_63 Makalah agroforestry alley cropping
 
Presentasi agroklimatologi kelompok 3
Presentasi agroklimatologi kelompok 3Presentasi agroklimatologi kelompok 3
Presentasi agroklimatologi kelompok 3
 
Surjan kelompok 5
Surjan kelompok 5Surjan kelompok 5
Surjan kelompok 5
 
Konservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaKonservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimia
 
Kaedah Penanaman Sayur
Kaedah Penanaman SayurKaedah Penanaman Sayur
Kaedah Penanaman Sayur
 
Agroteknologi tanaman perkebunan i
Agroteknologi tanaman perkebunan iAgroteknologi tanaman perkebunan i
Agroteknologi tanaman perkebunan i
 
Agroteknologi tanaman perkebunan i
Agroteknologi tanaman perkebunan iAgroteknologi tanaman perkebunan i
Agroteknologi tanaman perkebunan i
 
Aklimatisasi
AklimatisasiAklimatisasi
Aklimatisasi
 
Papaer agt tan pangan ii
Papaer agt tan pangan iiPapaer agt tan pangan ii
Papaer agt tan pangan ii
 
Bab 1. pendahuluan agroklimatologi
Bab 1. pendahuluan agroklimatologiBab 1. pendahuluan agroklimatologi
Bab 1. pendahuluan agroklimatologi
 
Makalah konservasi
Makalah konservasiMakalah konservasi
Makalah konservasi
 
Makalah konservasi
Makalah konservasiMakalah konservasi
Makalah konservasi
 
manfaat mempelajari agroklimatologi dan efek rumah kaca
manfaat mempelajari agroklimatologi dan efek rumah kacamanfaat mempelajari agroklimatologi dan efek rumah kaca
manfaat mempelajari agroklimatologi dan efek rumah kaca
 
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTIBENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
 
POLA TANAM AGROFORESTI
POLA TANAM AGROFORESTIPOLA TANAM AGROFORESTI
POLA TANAM AGROFORESTI
 
Teknis budidaya kacang tanah
Teknis budidaya kacang tanahTeknis budidaya kacang tanah
Teknis budidaya kacang tanah
 
Keseimbangan Lingkungan
Keseimbangan LingkunganKeseimbangan Lingkungan
Keseimbangan Lingkungan
 

Mais de xie_yeuw_jack

4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
xie_yeuw_jack
 
11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisan11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisan
xie_yeuw_jack
 
10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puru10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puru
xie_yeuw_jack
 
9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani
xie_yeuw_jack
 
8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati
xie_yeuw_jack
 
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
xie_yeuw_jack
 
6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh
xie_yeuw_jack
 
5 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 20115 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 2011
xie_yeuw_jack
 
10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisan10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisan
xie_yeuw_jack
 
9 surtikanti - penyakit bulai 2
9 surtikanti - penyakit bulai 29 surtikanti - penyakit bulai 2
9 surtikanti - penyakit bulai 2
xie_yeuw_jack
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
xie_yeuw_jack
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
xie_yeuw_jack
 
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
xie_yeuw_jack
 
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
xie_yeuw_jack
 
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
xie_yeuw_jack
 

Mais de xie_yeuw_jack (20)

Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwDukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
 
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
 
11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisan11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisan
 
10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puru10 indiati - pengendalian tungau puru
10 indiati - pengendalian tungau puru
 
9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani
 
8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati
 
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
 
6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh
 
3 daftar isi-4
3 daftar isi-43 daftar isi-4
3 daftar isi-4
 
2 dewan penyunting
2 dewan penyunting2 dewan penyunting
2 dewan penyunting
 
1 sampul depan
1 sampul depan1 sampul depan
1 sampul depan
 
12 sampul belakang
12 sampul belakang12 sampul belakang
12 sampul belakang
 
5 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 20115 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 2011
 
10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisan10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisan
 
9 surtikanti - penyakit bulai 2
9 surtikanti - penyakit bulai 29 surtikanti - penyakit bulai 2
9 surtikanti - penyakit bulai 2
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
 
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
 
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
 
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
 

8 cicu-pengel. peny. tular tanah, cicu

  • 1. Cicu : Pengelolaan Penyakit Tular Tanah Melalui Solarisasi PENGELOLAAN PENYAKIT TULAR TANAH MELALUI SOLARISASI Cicu Satker Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Barat, Jalam Martadinata No. 16 Mamuju ABSTRAK Faktor yang paling penting dalam pengelolaan penyakit tanaman yang disebabkan oleh patogen tular tanah adalah mengurangi tingkat inokulumnya di bawah ambang ekonomi sebelum tanaman yang peka ditanam. Salah satu cara untuk mengurangi inokulum awal patogen adalah perlakuan tanah dengan solarisasi. Solarisasi sebagai disinfestasi tanah alternatif merupakan proses pemanasan tanah di bawah mulsa plastik transparan untuk meningkatkan suhu tanah yang dapat mempengaruhi patogen baik dengan secara fisik, kimia atau biologi yang dilakukan sebelum tanam. Dengan cara tersebut dapat mengendalikan patogen, hama, dan gulma. Metode ini tidak meninggalkan toksisitas residu dan dapat digunakan dengan muda pada skala kecil atau skala luas, meperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, serta dapat dipadukan dengan metode pengelolaan penyakit tanaman lainnya. Kata kunci: Solarisasi, Patogen tular tanah, Pengelolaan penyakit ABSTRACT The important factor in managing plant disease caused by soilborne pathogens is reduced their inoculum levels below the economic threshol before the sensitive crops are planted. One of methods to decrease the initial inoculum of pathogens is soil solarization treatment. Soil solarization, as an alternative soil disinfestation, is a process of heating soil under transparent plastic tarps to improve soil temperature that may affect the pathogens either by physical, chemical, or biological applied before planting, in this way controlling pathogens, pests, and weeds. This method leaves no residual toxicity and may easily be applied on a small or large scale, may improve physical, chemical, and biological properties of soil, and can be combined with other methods of plant disease management. Key words: soil solarization, soilborne pathogens, disease management PENDAHULUAN Patogen (penyebab penyakit) tular tanah menyebabkan kerusakan yang berat pada tanaman pertanian pada umumnya dan menurunkan baik kuantitas maupun kualitas produksi.hal ini terjadi, terutama pada areal yang ditanami tanaman yang sama secara terus menerus. Oleh karena itu diperlukan metode pengelolaan penyakit yang efektif dan ekonomis untuk menjamin produksi yang tinggi dan menguntungkan secara konsisten. Kerusakan tanaman karena patogen tular tanah dapat diperkecil dengan memanipulasi satu atau lebih komponen yang terlibat dalam timbulnya suatu penyakit, yaitu patogen, tanaman inang, dan mikroorganisme tanah. Faktor yang paling penting dalam pengelolaan penyakit yang disebabkan oleh patogen tular tanah ini adalah mengurangi tingkat inokulumnya di bawah ambang ekonomi sebelum tanaman yang peka di tanam. Pada tahun 1950-an, untuk mengurangi inokulum awal patogen dilakukan sterilisasi tanah dengan menggunakan bahan kimia. Penggunaan bahan kimia dalam pengendalian patogen, selain harganya cukup mahal, pengaruh negatif terhadap manusia, binatang, dan lingkungan, juga adanya kecenderungan meningkatnya minat atau permintaan produk pertanian organik yang bebas dari bahan 29    
  • 2. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.4.,2011 kimia, dan akhir-akhir ini disinfestasi tanah (sterilisasi tanah) dengan bahan kimia diakui tidak sesuai dengan pertanian berkelanjutan dan penggunaannya dibatasi. Solarisasi adalah salah satu alternatif disinfestasi tanah nonkimia yang aman, simpel, dan efektif pada berbagai kondisi yang kini banyak diupayakan untuk mengendalikan berbagai jenis patogen tular tanah (DeVay et al. 1990; Stapleton et al. 1987); suatu metode pengendalian patogen tular tanah dengan menggunakan lembaran plastik bening yang ditutupkan pada tanah selama periode suhu yang tinggi, tidak meninggalkan toksisitas residu dan dapat digunakan dengan mudah pada skala kecil atau skala luas, memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan ketersediaan N dan nutrisi esensial tanaman lainnya. Menurut Chen et al. (1991), solarisasi tanah merupakan salah satu teknik pengendalian patogen tular tanah dengan memodifikasi lingkungan tumbuh patogen, yaitu untuk meningkatkan suhu tanah. Peningkatan suhu tanah karena solarisasi dapat mempengaruhi patogen baik dengan secara fisik, kimia atau biologi. Selain itu salah satu cara untuk merangsang aktivitas mikroorganisme antagonis indogeneus (yang ada di dalam tanah) sehingga dapat menekan populasi patogen dalam tanah secara alami. Beberapa keberhasilan solarisasi tanah dalam pengendalian patogen tular tanah telah dilaporkan pada berbagai jenis tanaman (Katan et al. 1976; Gonzales-Torres et al. 1993; Widodo dan Suheri 1995; Cicu 2005). Makalah ini menguraikan tentang patogen tular tanah dan kaitannya dengan solarisasi tanah. OPERASIONALISASI PEKERJAAN DILAPANGAN Lahan atau areal yang akan disolarisasi sebaiknya rata dan bebas dari bongkahan/gumpalan- gumpalan dan puing-puing sisa-sisa tanaman yang besar. Gumpalan-gumpalan tanah yang besar dihancurkan kemudian permukaan tanah dihaluskan. Batu besar, gulma, sisa-sisa tanaman, atau objek- objek lain yang dapat menyebabkan kebocoran plastik sebaiknya dibuang. Pemanasan tanah maksimum terjadi apabila plastik dekat dengan tanah karena itu kantong-kantong udara akibat gumpalan-gumpalan tanah atau kerutan-kerutan plastik seharusnya dihindari (Stapleton et al. 1997; Strausbaugh; http://www.aces.edu/pubs/ docs/A/ANR.0713). jika tanah kering sebaiknya diairi, tetapi tidak jenuh, hanya lembab remah seperti tanah yang siap tanam. Lembaran plastik dapat dipasang dengan tangan (Gambar 1) atau dengan mesin (Gambar 2). Plastik dapat dipasang dengan cara penutupan penuh atau strip. Pada penutupan penuh, lembaran plastik dibentangkan di atas permukaan tanah sampai menutupi seluruh areal yang akan ditanami. Lembaran plastik dapat digabung dengan cara merekatkan satu sama lainnya dengan menggunakan lem yang tahan UV, kemudian dipasang dengan cara membenamkan tepi plastik pada parit yang dangkal sedalam 1 kaki (30 cm) (Strausbaugh, http://www.uiweb.uidaho.edu/ag/plantdisease/soilsol.htm) pada lahan solarisasi; atau plastik tidak digabung, tetapi dipasang dengan cara membentangkan plastik strip secara berdekatan atau bersebelahan dan membenamkan kedua pinggirnya di dalam tanah (Gambar 3). Penutupan lahan penuh dianjurkan pada tanah yang terinfestasi berat dengan patogen atau gulma tahunan karena dapat mengurangi reinfestasi tanah (Stapleton et al. 1997). Pada penutupan strip, lembaran plastik hanya dipasang pada bedengan atau bagian areal tertentu, yang telah dibuat sebelumnya (Gambar 4). Lebar strip/bedengan 0,75-1,5 m adalah ukuran yang disenangi karena dapat ditanami beberapa baris tanaman dalam satu bedengan. Pada beberapa kasus strip lebih praktis dan ekonomis dari pada penutupan penuh karena lebih sedikit plastik yang dibutuhkan dan tidak perlu menggabung pinggiran plastik satu sama lain. Meskipun demikian untuk pengendalian jangka panjang, tanah yang tidak kena solarisasi dapat mencemari dan menginfestasi kembali areal yang telah disolarisasi.   30
  • 3. Cicu : Pengelolaan Penyakit Tular Tanah Melalui Solarisasi Gambar 1. Lembaran plastik bening atau transparan yang dipasang dengan tangan Gambar 2. Lembaran plastik bening atau transparan yang dipasang dengan mesin pada bedengan yang berukuran 105 cm (Sumber: Stapleton et al. 1997) 31    
  • 4. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.4.,2011 Gambar 3. Solarisasi tanah dengan penutupan penuh dengan memasang plastik strip secara berdekatan atau bersebelahan dengan membenamkan kedua penggirnya di dalam tanah (Sumber: Stapleton et al. 1997). Gambar 4. Solarisasi tanah penutupan strip, lembaran plastik dipasang pada bedengan (76 cm) dengan mesin (Sumber: Stapleton et al. 1997)   32
  • 5. Cicu : Pengelolaan Penyakit Tular Tanah Melalui Solarisasi Untuk meningkatkan efektivitas solarisasi, tanah di bawah lembaran plastik sebaiknya dibasahi hingga 70 % kapasitas lapang pada lapisan atas dan lembab hingga kedalaman 60 cm (Stapleton et al. 1997). Tanah dapat diairi sebelum atau setelah plastik dipasang. Lembaran plastik dibiarkan selama 4- 6 minggu untuk memberikan panas pada tanah sedalam mungkin. Untuk memperoleh suhu tanah yang dibutuhkan untuk mengendalikan patogen tular tanah, hama, dan biji-biji gulma dibutuhkan hari-hari yang panjang, cerah, dan panas. Lebih lama tanah dipanasi lebih baik dan memungkinkan efek pengendalian pada lapisan tanah yang lebih dalam lebih besar. Solarisasi paling efektif dilakukan pada bulan Juni dan Juli, meskipun demikian solarisasi juga efektif dilakukan pada bulan Mei, Agustus dan September tergantung pada letak geografis (Strausbaugh, http://www.uiweb.uidaho.edu/ag/plantdisease /soilsol.htm). pada areal dekat pantai, waktu yang paling baik untuk solarisasi adalah bulan Agustus-September atau Mei-Juni, periode-periode transisi ketika angin atau kabut kemungkinan sedikit (Stapleton et al. 1997). Setelah solarisasi tanah selesai lembaran plastik dapat dibuka sebelum tanam, atau plastik dibiarkan di tanah sebagai mulsa. Plastk bening ini dapat dicat putih atau perak untuk mendinginkan tanah dan menolak serangga-serangga hama yang terbang (Stapleton et al.1997). PENGARUH SOLARISASI TANAH TERHADAP PENINGKATAN TEMPERATUR TANAH Efek pemanasan pada tanah yang disolarisasi paling tinggi diperoleh pada permukaan tanah, dan menurun dengan bertambahnya kedalaman tanah. Temperatur tanah yang meningkat akibat solarisasi tanah dapat menurunkan populasi gulma dan patogen tanaman, termasuk cendawan, bakteri, dan nematoda serta mengendalikan berbagai penyakit tanaman (DeVay 1991;Katan 1981). Organisme sasaran dari solarisasi tanah adalah organisme mesofilik, pada umumnya termasuk patogen dan hama tanaman, tanpa merusak cendawan termofilik dan Bacillus spp. (Stapleton & DeVay 1982) Pengaruh langsung temperatur terhadap patogen dalam proses solarisasi bervariasi tergantung pada warna dan struktur tanah, suhu udara, panjang hari, lama perlakuan, letak patogen di dalam tanah, serta jenis patogen (Katan 1981; DeVay & Katan 1991). Temperatur maksimum tanah yang disolarisasi pada kedalaman 5 cm, yaitu 42-550 C dan pada kedalaman 45 cm adalah 32-370 C. Pengendalian yang baik terjadi pada kedalaman 10-30 cm (Stapleton et al. 1997). Menurut DeVay dan Katan (1991), ambang temperatur yang dapat mematikan beberapa cendawan mesofilik adalah 370 C selama 2-4 jam secara terus menerus. Untuk mematikan 90 % Rhizoctonia solani diperlukan waktu sekitar 10 jam pada suhu 430 C. Dalam percobaan Kartini dan Widodo (2000), sclerotia Sclerotium rolfsii yang diletakkan pada kedalaman 0,5 cm dari permukaan tanah dan diberi perlakuan solarisasi selama 3-4 minggu (temperatur rata-rata 43,6-44,50 C), daya kecambahnya menurun, masing-masing hanya 12,0 % dan 12,7 % dan pertumbuhannya terhenti (mati); sedangkan yang diletakkan pada kedalaman 15 cm dan diberi perlakuan solarisasi perkecambahannya tidak terganggu dan dapat tumbuh dengan baik. Cicu (2005) melaporkan bahwa solarisasi tanah selama 6 minggu menyebabkan peningkatan temperatur tanah harian pada kedalaman 15 cm, yaitu temperatur tertinggi yang dicapai 30,320 C atau 4,820 C lebih tinggi dari pada tanah tanpa solarisasi. Meskipun temperatur maksimum yang dicapai pada penelitian tersebut kemungkinan tidak berpengaruh langsung terhadap patogen, tetapi dapat meningkatkan kepadatan populasi mikroba rizosfer bibit kubis yang diyakini dapat memproteksi akar dari infeksi patogen. PENGARUH SOLARISASI TANAH TERHADAP PATOGEN TULAR TANAH Efikasi solarisasi tanah untuk pengendalian patogen tular tanah dan hama adalah peran dari hubungan antara waktu dan temperatur. Panas berpengaruh langsung atau berperan dalam mematikan patogen dalam proses solarisasi, pengaruhnya bervariasi tergantung pada warna tanah dan struktur tanah, temperatur udara, panjang hari, lama perlakuan, letak patogen di dalam tanah, serta jenis patogen (Katan 1981; DeVay & Katan 1991). Misalnya suhu 37o C selama 2-4 minggu dibutuhkan untuk 33    
  • 6. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.4.,2011 membunuh 90 % populasi cendawan mesofilik (organisme yang tumbuh dengan baik pada temperatur moderat, 25-40 oC) pada umunya, sedangkan untuk memperoleh hasil yang sama pada temperatur yang tinggi (47o C) hanya diperlukan 1-6 jam pemanasan (http://www.ext.colostate.edu/pubs/crops/00505.html). Menurut Pullman et al. (1981), untuk mematikan 90 % Rhizoctonia solani diperlukan waktu sekitar 10 jam pada temperatur 43o C. Kemudian Kartini dan Widodo (2000) melaporkan bahwa sclerotia Sclerotium rolfsii yang diletakkan pada kedalaman 0,5 cm dari permukaan tanah dan diberi perlakuan solarisasi selama 3-4 minggu (temperatur rata-rata 43,6-44,5o C), daya kecambahnya menurun, masing-masing hanya 12,0 % dan 12,7 % dan pertumbuhannya terhenti (mati); sedangkan yang diletakkan pada kedalaman 15 cm dan diberi perlakuan solarisasi perkecambahannya tidak terganggu dan dapat tumbuh dengan baik (Tabel 1). Selama solarisasi berlangsung, temperatur yang dapat dicapai 35-60o C tergantung pada tipe tanah, musim, lokasi, kedalaman tanah dan faktor-faktor lain. Temperatur tinggi tersebut menyebabkan perubahan senyawa volatil di dalam tanah yang bersifat toksik terhadap organisme patogen yang sudah lemah karena pengaruh temperatur tinggi (http://www.ext.colostate.edu/ pubs/crops/00505.html; Stapleton et al. 1997). Solarisasi tanah efektif mengendalikan cendawan patogen, seperti Verticillium spp.(Wilt); Fusarium spp. (pada beberapa penyakit); dan Phytophthora cinnamomi (root rot), bakteri patogen, seperti Streptomyces scabies (potato scab); Agrobacterium tumefaciens (crown gall); dan Clavibacter michiganensis (tomato canker), nematoda parasitik, khususnya Meloidogyne spp. (root-knot) dan Pratylenchus thornei (root lesion); and Xiphinema (dagger) (http://www.ext.colostate.edu/ pubs/crops/00505.html). Menurut Stapleton et al. (1997) meskipun pada umunya hama/patogen mati pada kisaran temperatur di atas 30–33o C, patogen tanaman, gulma dan organisme tanah lainnya memiliki kepekaan yang berbeda terhadap pemanasan tanah. Beberapa organisme tanah yang sulit dikendalikan dengan fumigan tetapi dengan mudah dikendalikan dengan solarisasi tanah (Tabel 2), dan organisme- organisme tanah lainnya ada yang tidak dapat diprediksi pengendaliannya (Tabel 3), sehingg memerlukan pengendalian tambahan. Tabel 1. Pengaruh solarisasi tanah terhadap perkecambahan dan pertumbuhan S. rolfsii Perlakuan Perkecambahan (%) Diameter pertumbuhan (mm) Faktor lama solarisasi 0 minggu (K) 100,0 b 42,5 a 3 minggu (S3) 56,0 a 41,3 a 4 minggu (S4) 56,3 a 40,6 a Faktor letak 0,5 cm 41,6 a 11,9 a 15 cm 100,0 b 71,0 b Kombinas 1) K-0,5 100,0 b 35,7 ab S3-0,5 12,0 a 0,0 a S4-0,5 12,7 a 0,0 a K-15 100,0 b 49,3 ab S3-15 100,0 b 82,5 b S4-15 100,0 b 81,2 b Keterangan : K: solarisasi 0 minggu, S3: solarisasi 3 minggu, S4: solarisasi 4 minggu, 0,5: seklerotia diletakkan pada kedalaman 0,5 cm dari permukaan, 15: seklerotia diletakkan pada kedalaman 15 cm dari permukaan. Angka dalam satu kolom dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Turkey taraf 5 % (Sumber : Kartini dan Widodo, 2000).   34
  • 7. Cicu : Pengelolaan Penyakit Tular Tanah Melalui Solarisasi Tabel 2. Patogen dan hama yang dikendalikan oleh solarisasi Cendawan Penyakit yang disebabkan (tanaman) Nama Ilmiah Didymella lycopersici Didymello sterm rot (tomato) Fusarium oxysporum f.sp.conglutinans Fusarium wilt (cucumber) Fusarium oxysporum f.sp.lycopersici Fusarium wilt (strawbery) Fusarium oxysporum f.sp.vasinfectum Fusarium wilt (tomato) Plosmodiophora brassicae Fusarium wilt (cotton) Phoma terrestris Club root (cruciferae) Phytopthora cinnamomi Pink root (onion) Pyrenochaeta lycopersici Phytopthora root rot (many crops) Pythium ultimum, Pythium spp Croky root (tomato) Pythium myrotehcium Seed rot or seedling disease (many crops) Rhizoctonia solani Drop (lettuce) Scletinia minor White rot (arlic and onions) Sclerotium cepivorom Southem bight (many crops) Sclerotium rollsii Black root rot (many crops) Thielaviopsis basicola Verticulum wilt (many crops) Verticillium dahliae Bakteri Penyakit yang disebabkan (tanaman) Nama Ilmiah Agrobocterium tumefaciens Crown gall (many crops) Clavibacter michiganensis Canker (tomato) Streptomyces scabies Scap (potato) Nematoda Nama umum Nama Ilmiah Criconemella xenoplax Ring nematoda Ditylenchus dipsaci Stem and bulb nematoda Globodera rosthociensis Potato cyst nematoda Helicotylenchus dogonicus Spiral nematoda Heterodera schactii Sugarbeet cyst nematoda Meliodogyne hapla Northem root knot nematoda Meliodoghne javanica Javanese root knot nematoda Paratylenchus hamatus Pin nematoda Pratylencus penetrans Lesion nematoda Pratylenhus thornei Lesion nematoda Pratylenhus vulnus Lesion nematoda Tylenchulus semipenetrans Citrus nematoda Xiphinema spp Dagger nematoda Sumber: Stapleton et al. (1997) 35    
  • 8. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.4.,2011 Tabel 3. Patogen atau hama yang sulit dikendalikan oleh solarisasi Cendawan Penyakit yang disebabkan (tanaman) Nama Ilmiah Fusarium oxysporum f.sp. pini Fusarium wilt (pines) Macrophomina phaseolina Charcoal rot (many crops) Bakteri Penyakit yang disebabkan (tanaman) Nama Ilmiah Pseudomonas solanacearum Bacterial wilt (several crops) Nematoda Nama umum Nama Ilmiah Meloidogyne incognita Southem root knot nematoda Sumber: Stapleton et al. (1997) PENGARUH SOLARISASI TANAH TERHADAP GULMA Solarisasi tanah selama 2-4 minggu dengan temperatur 370 C efektif mencegah munculnya gulma-gulma tahunan khususnya pada lapisan tanah bagian atas karena peningkatan temperatur pada lapisan yang lebih dalam lebih lambat. Solarisasi tanah efektif mengendalikan Orobanche spp dan gulma-gulma lain, tetapi tidak efektif terhadap Cuscuta sp, Convolvulus arvensis (bindweed), Cyperus esculentus (yellow nutsedge) (http://www.ext.colostate.edu/ pubs/crops/00505.html). Lebih lanjut dijelaskan bahwa efikasi solarisasi tanah untuk pengendalian gulma di lahan dapat ditingkatkan dengan perbaikan irigasi, paling sedikit 2-3 minggu sebelum tanah disolarisasi, membiarkan gulma tumbuh dan membenamkan gulma tersebut ke dalam tanah sebelum perlakuan solarisasi berlangsung. Beberapa spesies gulma sangat peka terhadap solarisasi tanah, dan spesies lainnya resisten dan memerlukan kondisi optimum (kelembabab tanah yang baik, plastik yang sesuai, radiasi matahari yang tinggi) untuk pengendaliannya (Tabel 4) (Stapleton et al. 1997). Solarisasi tanah umumnya tidak dapat mengendalikan gulma-gulma musiman seperti halnya dalam mengendalikan gulma tahunan dengan baik karena gulma musiman struktur vegetatifnya terbenam dengan dalam di bawah permukaan tanah seperti akar, rizome yang kemungkinan dapat tumbuh kembali. PENGARUH SOLARISASI TANAH TERHADAP MIKROBA YANG BERMANFAAT Peningkatan temperatur tanah subletal selama solarisasi tanah berlangsung sangat selektif terhadap mikroba tanah yang termofilik dan termotoleran (di atas 450C), termasuk aktinomisetes. Mikroorganisme tersebut dapat bertahan dan bahkan tumbuh dengan baik pada saat solarisasi berlangsung, tetapi kompetitor-kompetitor tanah yang buruk seperti pada umumnya patogen terbunuh karena solarisasi tanah. Pada mulanya solarisasi tanah dapat menurunkan populasi mikroorganisme yang bermanfaat (bakteri dan cendawan rizosfer; dan bakeri dan cendawan antagonis), tetapi populasinya dengan cepat mengolonisasi kembali tanah yang disolarisasi (http://www.ext.colostate.edu/pubs/crops/00505.html; Stapleton et al. 1997). Bakteri Rhizobium yang menfiksasi Nitrogen juga peka terhadap temperatur tanah yang tinggi dan bintil akar menurun pada tanaman legum seperti tanaman pir atau tanaman kacang polong pada tanah yang disolarisasi adalah juga bersifat sementara. Aplikasi inokulum pada legum yang ditanam pada tanah solarisasi dapat bermanfaat.   36
  • 9. Cicu : Pengelolaan Penyakit Tular Tanah Melalui Solarisasi Tabel 4. Gulma yang dapat dan yang sulit dikendalikan oleh solarisasi tanah Gulma yang dapat dikendalikan Nama umum Nama Ilmiah Abutilon theophrasti Velvetleaf Amoranthus albus Tumble pigweed Amoranthus retrotroflexus Redroot pigweed Amsinckia douglasiana Fiddleneck Avena fatua Wild oat Brossica nigra Black mustard Capsella bursa-pastoris Shepherd’s purse Chenopodium album Lambsquarters Claytonia perfoliata Minerslettuce Convolvulus arvensis (seed) Field bindweed Conyza canadensis Horseweed Cynodon dactylon (seed) Bermudagrass Digitaria sanguinalis Large crabgrass Echinochloa crus-galli Barnyardgrass Eleusine indica Goosegrass Lamium amplexicaule Henbit Malva palvillora Cheeseweed Orobanche ramosa Brandched broomrape Oxalis pes-caprae Bermuda buttercup Poo annua Annual bluegrass Portulaca oleraceae Purslane Senecio vulgaris Common groundsel Sida spinosa Rickly sida Solarium nigrum Lack nightshade Solarium sarrochoides Hairy nighthade Sochus oleraceus Sowthistle Sorghum halepense (seed) Johnsongross Stelloria media Common chickeweed Trianthema portulacastrum Horse purslane Xanthium strumarium Common cocklebur Gulma yang suli dikendalikan Nama umum Nama Ilmiah Convolvulus ar venis Field bindweed (plant) Cynodon dactylon (plant) Bermudagrass (plant) Cyperus esculentus Yellow nutsedge Cyperus rotundus Purple nutsedge Eragrostis sp Lovegrass Malva niceansis Bull mallow Melilotus alba White sweetdover Sorghum halepense (plant) Johnsongrass (plant) Sumber: Stapleton et al. (1997) 37    
  • 10. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.4.,2011 Pinkerton et al. (2000) melaporkan bahwa kepadatan populasi Bacillus spp. dan Pseudomonas flourescens menurn karena metil bromida, tetapi tidak berubah karena pengaruh solarisasi. Diantara mikroba-mikroba penting yang bermanfaat adalah cendawan mikoriza, dan cendawan dan bakteri yang memparasit patogen tanaman dan membantu pertumbuhan tanaman. Perubahan populasi mikroorganisme tersebut pada tanah yang disolarisasi dapat membuat tanah-tanah yang diberi perlakuan solarisasi resisten terhadap patogen dari pada tanah tanpa solarisasi atau tanah fumigasi. Proses mikrobiologi yang diinduksi oleh solarisasi tanah telah diketahui memberikan peran yang penting dalam pengendalian penyakit tanaman, disamping pengaruh fisik oleh panas yang ditimbulkannya yang dapat merusak struktur istirahat patogen (Katan et al. 1976; Gamliel & Katan 1991). Cendawan patogen yang sudah lemah karena temperatur tanah yang tinggi sangat peka terhadap antagonis, seperti temperatur subletal yang dihasilkan oleh solarisasi tanah dapat menyebabkan retaknya kulit sklerotia dari S. rolfsii sehingga meningkatkan bocornya beberapa senyawa, sklerotia yang dalam kondisi lemah ini akhirnya mudah terserang oleh Trichoderma harzianum dan mikroorganisme lainnya (Lifahitz et al. dalam DeVay 1991). Solarisasi tanah selama 5-7 minggu sebelum tanam dapat menekan kejadian dan indeks penyakit akar gada serta meningkatkan produksi tanaman kubis (Widodo & Suheri 1995). Penekanan penyakit tersebut tidak disebabkan oleh pengaruh langsung dari peningkatan temperatur tanah, tetapi karena efek kumulatif dari temperatur tanah harian selama solarisasi berlangsung. Efek temperatur ini meningkatkan populasi mikroba rizosfer terutama aktinomisetes yang diyakini berperan langsung menekan P. brassicae. hal yang sama dilaporkan oleh Cicu (2005), bahwa solarisasi tanah pembibitan yang dikombinasikan dengan pemberian pupuk kandang ayam 5 kg/m2 selama 6 minggu dapat menurunkan indeks penyakit akar gada dan meningkatkan produksi kubis di lapangan. Dalam hal ini, penurunan indeks penyakit diduga berkaitan dengan peningkatan mikroflora tanah (bakteri, cendawan, dan aktinomisetes) akibat kumulatif dari peningkatan temperatur tanah (yang populasinya lebih tinggi dari pada tanah tanpa solarisasi). Organisme tersebut mengolonisasi akar bibit kubis sebelum dipindahkan di lapangan. Hal ini dapat mengurangi kontak antara tanaman kubis dengan P. brassicae di dalam tanah, atau dengan kata lain penekanan P. brassicae oleh mikroflora tanah kemungkinan terjadi secara alami melalui proteksi pada akar yang menyebabkan atau meningkatkan ketahanan tanaman inang terhadap infeksi patogen dan selanjutnya meningkatkan produksi tanaman kubis di lapangan. PENGARUH SOLARISASI TANAH TERHADAP PENINGKATAN PERTUMBUHAN TANAMAN Solarisasi tanah memprakarsai perubahan sifat fisik dan kimia tanah yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Solarisasi mempercepat perombakan bahan organik di dalam tanah, yang melepaskan nutrisi yang dapat larut seperti Nitrogen (NO3-, NH4+); Kalsium (Cu++); Magnesium (Mg++); Kalium (K+), dan asam sulfit sehingga tersedia untuk tanaman. Ketersediaan nutrisi tanaman yang meningkat dan peningkatan populasi bakteri rizosfer seperti Bacillus spp. berperan meningkatkan pertumbuhan, perkembangan, dan hasi tanaman yang ditanam pada tanah solarisasi merupakan komponen penting dari proses solarisasi (http://www.ext.colostate.edu/pubs/crops/00505.html; Stapleton et al. 1997). Penomena meningkatnya pertumbuhan tanaman yang lebih cepat dan peningkatan kuantitas dan kualitas hasil produksi yang diperoleh pada tanah solarisasi dibanding tanah tanpa solarisasi, dapat dianggap sebagai suatu kombinasi mekanisme dari faktor-faktor yang terlibat; pertama, karena patogen dan hama utama dikendalikan, dan kemungkinan hama dan patogen-patogen minor yang lain juga dikendalikan; kedua, beberapa nutrisi yang larut seperti nitrogen (NO3- ; NH4+), kalsium (Ca++), dan magnesium (Mg++) meningkat dan tersedia untuk tanaman pada tanah yang disolarisasi; ketiga, mikroorganisme yang bermanfaat seperti cendawan mikoriza, Trichoderma sp., aktinomisetes dan beberapa bakteri yang bermanfaat dapat bertahan hidup pada proses solarisasi atau dengan cepat   38
  • 11. Cicu : Pengelolaan Penyakit Tular Tanah Melalui Solarisasi mengolonisasi tanah kembali. Hal ini memberikan kontribusi terhadap pengendalian hama dan patogen secara biologi dan menstimulir pertumbuhan tanaman (Stapleton et al. 1997). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN SOLARISASI TANAH Karakteristik tanah seperti warna, struktur, dan kedalaman tanah berpengaruh terhadap efektivitas solarisasi. Tanah yang berwarna gelap cenderung mengasorbsi radiasi matahari lebih besar dibandingkan dengan tanah yang berwarna terang. Tanah-tanah yang remah memungkinkan panas ditransmisi melalui tanah dan meneruskannya masuk ke lapisan tanah yang lebih dalam. Tingkat pengendalian yang dapat dicapai tergantung pada kombinasi dari waktu pelaksanaan, lamanya proses solarisasi berlangsung, temperatur tinggi yang dihasilkan, dan kepekaan spesies patogen, hama dan gulma yang akan dikendalikan. Lebih lama tanah dipanasi lebih baik dan lebih dalam pengendalian akan terjadi. Selama musim panas di Alabama, periode solarisasi 4-6 minggu efektif mengendalikan nematoda dan patogen-patogen tular tanah lainnya, sedang untuk pengendalian gulma yang efektif hanya dibutuhkan 2 minggu. Pada musim semi dan musim gugur, periode solarisasi tanah dibutuhkan 6-8 minggu untuk menjamin efektivitas pengendalian hama dan patogen tanaman (31 Januari 2008, ACES Publication: ANR-0713). Menurut Stapleton et al. (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas solarisasi adalah lokasi, cuaca, waktu solarisasi, periode waktu solarisasi, persiapan tanah, kelembaban tanah, warna tanah, dan orientasi bedengan yang disolarisasi. KOMBINASI SOLARISASI TANAH DENGAN METODE PENGENDALIAN YANG LAIN Solarisasi tanah yang dikombinasikan dengan aplikasi pestisida, pupuk organik, dan agens hayati dapat meningkatkan efek jangka panjang dari solarisasi. Aplikasi fungisida, fumigan, atau herbisida dosis rendah dengan solarisasi tanah dapat meningkatkan efektivitas pengendalian. Bahan kimia tersebut dapat diaplikasikan baik sebelum atau setelah solarisasi. Meskipun demikian kemungkinan kelemahan dari solarisasi tanah yang dikombinasi dengan aplikasi bahan kimia dapat juga mengurangi efek jangka panjang solarisasi. Solarisasi juga dapat dikombinasi dengan aplikasi sisa-sisa tanaman, pupuk hijau dan pupuk kandang, serta pupuk anorganik. Bahan-bahan organik seperti pupuk kandang atau bahan organik lainnya yang diaplikasikan pada tanah sebelum disolarisasi dapat melepaskan senyawa volatil di dalam tanah yang dapat membunuh patogen dan membantu menstimulir pertumbuhan mikroorganisme bermanfaat. Aplikasi bahan organik yang dkombinasi dengan solarisasi tanah dapat menurunkan populasi patogen seperti Fusarium oxysporum f.sp. asparagi, Risoctonia solani, dan Verticillium dahliae dengan nyata dibanding dengan kontrol, dan aplikasi tunggal solarisasi atau bahan organik penurunannya tidak berbeda nyata dengan kontrol (Blok et al. 2000). Hal yang sama dilaporkan oleh Cicu (2005), bahwa solarisasi tanah pembibitan yang dikombinasikan dengan pemberian pupuk kandang ayam 5 kg/m2minggu selama 6 minggu dapat meningkatkan populasi mikroorganisme rizosfer, menurunkan indeks penyakit akar gada dan meningkatkan produksi kubis di lapangan berbeda nyata dengan kontrol. KESIMPULAN Solarisasi tanah merupakan suatu metode disinfestasi tanah alternatif yang sederhana, aman, efektif, tidak meninggalkan residu, dapat dengan mudah diaplikasikan pada skala kecil atau skala luas, dan dapat dikombinasikan dengan metode pengendalian yang lain seperti aplikasi pestisida dosis rendah, aplikasi pupuk (pupuk hijau, pupuk organik, atau pupuk buatan), dan agens hayati, serta mempunyai efek pengendalian jangka panjang. Efektif mengontrol patogen-patogen tanaman tular tanah (nematoda parasit, cendawan, dan beberapa bakteri) dan gulma, memperbaiki kesuburan tanah, meningkatkan pertumbuhan tanaman meningkatkan ketersediaan nutrisi esensial di dalam tanah dan menstimulir 39    
  • 12. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.4.,2011 pertumbuhan mikroflora tanah. Efektivitas pengendalian yang dapat dicapai dipengaruhi oleh lokasi; cuaca; karakteristik tanah seperti warna, struktur, kelembaban, dan kedalaman tanah; persiapan tanah dan orientasi bedengan; dan kombinasi dari waktu pelaksanaan, lamanya proses solarisasi berlangsung, temperatur tinggi yang dihasilkan, dan kepekaan spesies patogen, hama dan gulma yang akan dikendalikan. DAFTAR PUSTAKA Blok WJ., JG. Lamers, AJ. Termorshuizen, and GJ. Bollen. 2000. Control of soilborne plant pathogens by incorporating fresh organic amendments followed by tarping. The American Phytopathological Society 90(3):253-259. Chen Y., A. Gamliel, JJ. Stapleton, and T. Aviad. 1991. Chemical, physical, and microbial changes related to plant growth in disinfected soil. In Soil Solarization, J. Katan, JE. DeVay (editor). Boca Ratoom: CRC Pr. Cicu. 2005. Penekanan penyakit akar gada pada tanaman kubis melalui perlakuan tanah pembibitan. Jurnal Hortikultura 15(1): 58-66. DeVay JE., JJ. Stapleton, and CL. Elmore. 1990. Soil solarization. Food and Agricultural Organization, United Nations. FAO Report # 109. Rome, Italy. DeVay JE. 1991. Historical review and principles of soil solarization. Pages 1-15 In Soil Solarization, DeVay JE, JJ. Stapleton, CL. Elmore, editor. FAO Plant Prot.Bull DeVay JE., and J. Katan. 1991. Mechanisms of pathogen control in solarized soils. Pages 87-101. In J. Katan and JE. DeVay (eds). Soil Solarization. Boca Raton, FL.CRC.Press. Horiuchi S., M. Hori, S. Takahashi, and K. Shimizu. 1982. Factors responsible for development of clubroot suppressing effect in soil solarization. Bull. Chugoku Natl. Agrric. 20: 25-48. Kartini dan Widodo. 2000. Pengaruh Solarisasi Tanah terhadap Pertumbuhan Sclerotium rolfsii Sacc. dan Patogenitasnya pada Kacang Tanah. Bull. HPT 12(2): 53-59. Katan J. 1981. Solar heating (solarization) of soil for control of soilborne pests. Annu Rev Phytopathol 19: 211-236. Katan J., A. Greenberger, H. Alon, and Grastein. 1976. Solar heating by polyethylene mulching for the control of disease caused by soilborne pathogens. Phytopathology 66: 683-688. Pinkerton JN., KL. Ivors, PW. Reeser, PR. Bristow, and GE. Windom. 2002. The use of soil solarization for the management of soilborne plant pathogens in strawberry and red raspberry production. Plant Disease 86(6): 645-651. Pullman GS., JE. DeVay, RH. Garber, and AR. Weinhold. 1981. Soil solarization: effects on Verticillium of cotton and soil borne populations of Verticillium dahliae, Pythium spp., Rhizoctonia solani, and Thielaviopsis basicola. Phytopathology 71: 954-959. Gamliel A., and J. Katan . 1991. Involvement of flourescent pseudomonas and other microorganisms in increased growth response of plant in solarized soils. Phytopathology 81: 494-502. Stapleton JJ., and J. Katan. 1982. Effct of soil solarization on populations of selected soilborne microorganisms and growth of deciduous fruit tree seedlings. Phytopathology 72: 323-326. Stapleton JJ., and JE. DeVay. 1984. Thermal components of soil solarization as related to changes in soil and root microflora and increased growth response. Phytopathology 74: 255-259.   40
  • 13. Cicu : Pengelolaan Penyakit Tular Tanah Melalui Solarisasi Stapleton JJ., B. Lear and JE. DeVay. 1987. Effect of combining soil solarization with sertain nematicides on target and non-target organisms and plant growth. Ann.Appl.Nematology 1: 107- 112. Stapleton JJ., CE. Bell, and JE. DeVay. 1997. Soil solarization a nonpestisidal method for controlling diseases, nematodes, and weeds. Publication 21377. Printed in the United States of America 1997 by the Regents of the University of California Division of Agriculture and natural resources. 17 pp. Widodo and Suheri. 1995. Suppression of clubroot disease of cabbage by soil solarization. Bull HPT 8(2):49-55. 41