Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Penelitian menguji 15 aksesi tembakau Kasturi terhadap resistensi mereka terhadap virus Tobacco Leaf Curl (TLCV)
2) Hasilnya menunjukkan 5 aksesi (S 2242, S 2243, S 2245, S 2246, S 2293) memiliki kriteria agak tahan, sedangkan 10 aksesi lain rentan terhadap TLCV
3) Masa inkubasi TLCV pada 15 aksesi bervariasi antara 5,47
1. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011
RESPON KETAHANAN TEMBAKAU KASTURI TERHADAP
SERANGAN Tobacco Leaf Curl Virus (TLCV)
Andi Muhammad Amir
Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat Malang
e-mail: andimohamir@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian respon ketahanan tembakau Kasturi terhadap serangan tobacco leaf curl virus (TLCV),
telah di laksanakan secara semi lapang di rumah kasa Laboratorium Entomologi dan Fitopatologi Balai
Penelitian Tanaman Tembakau Dan Serat (BALITTAS) Malang, Jawa Timur, mulai bulan Mei sampai
dengan Desember 2010, bertujuan untuk mengetahui kriteria ketahanan aksesi tembakau Kasturi
terhadap serangan TLCV. Perlakuan terdiri atas aksesi-aksesi tembakau Kasturi yaitu, S 2153; S
2154; S 2155; S 2156; S 2242; S 2243; S 2245; S 2246; S 2247; S 2248; S 2249; S 2254; S 2255;
S 2256; dan S 2293. Metode penularan secara mekanis dengan menggunakan serangga Bemisia tabaci
Genn. sebagai vektor TLCV, disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) diulang tiga kali.
Parameter pengamatan meliputi masa inkubasi, luas serangan, intensitas serangan TLCV dan jumlah
trichoma/rambut daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 aksesi tembakau Kasturi yang
diuji ketahanannya terhadap TLCV, 5 aksesi yang mempunyai kriteria agak tahan yaitu S 2242, S
2243, S 2245, S 2246, dan S 2293, sedang 10 aksesi lainnya mempunyai kriteria ketahanan rentan
yaitu S 2153, S 2154, S 2155, S 2156, S 2247, S 2248, S 2249, S 2254, S 2255, S 2256
Kata kunci: Tembakau Kasturi, tobacco leaf curl virus (TLCV) dan ketahanan.
ABSTRACT
The research of response resistence of tobacco line Kasturi againts viral pathogens tobacco leaf curl
virus (TLCV) was contucted in the Pest and Diseases Laboratry and Green Hoese Indonesia Tobacco
and Fibre Crops Research Institute (IToFCRI) Malang form May to December 2010, to test the
resisntences of some Kasturi tobacco line to TLCV as a genetic resourses on crossing to new prime.
The treatment consisted of fefteen Kasturi line that is, S 2153; S 2154; S 2155; S 2156; S 2242; S
2243; S 2245; S 2246; S 2247; S 2248; S 2249; S 2254; S 2255; S 2256; and S 2293, compiled in a
randomized completely block Design (RCBD) replicated 3 times. Parameters of observation is the
incubation period, attack wide, the intensity of attack pathogens TLCV and number of trichom. The
results showed that of the 15 line tested tobacco Kasturi, 5 line that have a moderate resistance
criteria of S 2242, S 2243, S 2245, S 2246, S 2293, currently has 10 other line S 2153, S 2154, S
2155, S 2156, S 2247, S 2248, S 2249, S 2254, S 2255, S 2256 criteria virus resistance of
pathogens susceptible against TLCV.
Key words: Kasturi Tobacco, Tobacco Leaf Curl Virus (TLCV) and resistences.
PENDAHULUAN
Salah satu hambatan yang dapat menurunkan produktifitas tanaman tembakau (Nicotiana
tabaccum L.) adalah adanya organisme pengganggu tanaman (OPT) baik hama mapun penyakit (jamur,
cendawan dan virus). Penyakit khususnya virus tembakau umumnya masih kurang disadari
keberadaannya dan kerugian yang ditimbulkan oleh petani, karena tanaman yang terserang virus tidak
8
2. Andi Muhammad Amir : Respon Ketahanan Tembakau Kasturi Terhadap Serangan Tobacco Leaf Curl Virus (Tlcv)
menimbulkan kematian tanaman sehingga masih dapat memberikan hasil, tetapi kerugian yang
ditimbulkan cukup banyak. Daun tembakau yang terinfeksi virus pada umumnya menunjukkan gejala
mosaik, berkerut atau menggulung, ukuran daun lebih kecil, rapuh, elastisitas dan daya bakarnya
menurun. Besarnya kerugian tersebut bervariasi tergantung dari jenis virus yang menyerang, jenis
tembakau dan waktu terjadinya infeksi (Sitepu dan Susilowati, 1985). Khususnya untuk tembakau jenis
cerutu, disamping dapat mengurangi kuantum produksi, juga sangat menurunkan mutu daun (Sismadi,
1987).
Dari hasil identifikasi Saleh et al. (1992), patogen virus yang banyak ditemukan pada tanaman
tembakau antara lain adalah virus mosaik mentimun (Cucumber Mozaic Virus /CMV), virus mosaik
tembakau (Tobacco Mozaic Virus/TMV, virus bethok tembakau (Tobacco Etch Virus/TEV) dan virus
keriting tembakau atau biasa dikenal penyakit krupuk (Tobacco Leaf Curl Virus/TLCV).
Dibandingkan dengan penyakit akibat patogen virus tersebut diatas, TLCV ini relatif jarang
ditemukan, tetapi pada kondisi yang mendukung perkembangan serangga vektornya yaitu Myzus persicae
Sulz. dan/atau Bemisia tabaci Genn. yang menularkan secara persisten (Harris and Maramorosh, 1980),
penyakit virus ini dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar.
Agensia pengendali yang efektif untuk mengendalikan penyakit akibat serangan patogen virus
TLCV ini belum ditemukan. Tanaman yang terinfeksi virus ini tidak mungkin lagi untuk disembuhkan,
sehingga dapat menjadi tanaman sumber infeksi bagi tanaman sehat sekitarnya. Penyebaran patogen
virus ini sangat dipengaruhi oleh mobilitas serangga vektor yang mengambil makanan dengan cara
menusuk dan mengisap menggunakan stylet (Kalshoven, 1991).
Dalam usaha pengendalian patogen virus ini, diperlukan pengetahuan yang memadai tentang
beberapa sifat karaktarestik, bioekologi virus dan serangga vektor yang menentukan penyebaran serta
perkembangan penyakit virus di lapang.
Plasma nutfah tembakau Kasturi mempunyai berbagai aksesi yang belum diuji sehingga evaluasi
ketahanan terhadap patogen virus TLCV perlu dilakukan untuk mencari sumber ketahanan dalam merakit
varietas yang tahan terhadap penyakit virus tersebut dengan kualitas yang sesuai dengan permintaan
konsumen. Informasi ketahanan terhadap penyakit merupakan salah satu syarat pelepasan suatu
varietas (release).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kriteria ketahanan aksesi tembakau Kasturi
terhadap serangan TLCV yang nantinya akan dijadikan sebagai sumber genetik untuk persilangan dalam
merakit varietas unggul baru.
METODOLOGI
Penelitian telah dilakukan secara semi lapang di rumah kasa Laboratorium Entomologi dan
Fitopatologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau Dan Serat (BALITTAS) Malang, Jawa Timur, mulai
bulan Januari sampai dengan Desember 2010.
Perlakuan terdiri atas 15 aksesi tembakau Kasturi yaitu S 2153; S 2154; S 2155; S 2156; S
2242; S 2243; S 2245; S 2246; S 2247; S 2248; S 2249; S 2254; S 2255; S 2256; dan S 2293,
disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) diulang 3 kali. Sumber inokulum patogen virus TLCV
diambil dari areal sentra-sentra pertanaman tembakau Kasturi yang telah endemik patogen penyakit
tersebut, dengan cara mencabut tanaman yang terserang kemudian di tanam pada polybag yang
berukuran besar, atau pada pertanaman cabe, tomat (Lycopersicun esculentum) yang terserang patogen
virus TLCV. Sedangkan serangga vektor berasal dari tanaman kacang tanah ( Arachis hypogea) kemudian
diperbanyak di laboratorium pada tempat yang tertutup agar supaya serangga vektor tidak dapat
menyebar ke tanaman lainnya dan diberi pakan tanaman yang sehat (tidak terinfeksi dengan patogen
virus TLCV dan virus lainnya.
Penanaman bibit tembakau dilakukan di polybag berukuran 10 liter yang telah berisi campuran
tanah, pasir dan pupuk kandang dengan populasi satu tanaman/polybag. Setiap unit perlakuan terdiri
9
3. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011
atas 10 tanaman. Penanaman bibit tembakau pada polybag dari pesemaian diambil bersama-sama dengan
tanahnya kemudian ditanam dalam lubang tanam, kemudian disiram untuk mempertahankan kelembaban.
Pemeliharaan tanaman disesuaikan dengan baku teknis agronomi tanaman tembakau Kasturi,
sehingganya akhir akan diperoleh tanaman yang pertumbuhannya relatif baik. Penyiangan dilakukan di
sekitar polybag dan mencabut rumput yang tumbuh di polybag sambil menggemburkan tanahnya. Untuk
pemupukan digunakan pupuk majemuk NPK (15:15:15) dilakukan pada 7-10 HST sebanyak 5 g/polybag.
Setelah serangga vektor yang telah mencukupi untuk perlakuan baik jumlah maupun
fase/stadianya (dewasa), serangga vektor tersebut kemudian dipuasakan (tidak diberi makan) terlebih
dahulu selama 30-60 menit, selanjutnya diberi pakan daun tembakau jenis Kasturi yang telah terinfeksi
patogen virus TLCV selama ± 30 menit dan kemudian dipindahkan ke tanaman tembakau yang sehat
(tidak terinfeksi patogen virus TLCV dan virus lainnya dengan populasi 5 ekor/tanaman dan dibiarkan
makan/mengisap cairan daun selama 48 jam. Setelah mencapai waktu makan/mengisap, serangga vektor
tersebut dimatikan dengan cara menyemprotkan insektisida dan tanaman yang telah terinfeksi
selanjutnya dipelihara di lapang dengan menutup tanaman tersebut dengan kerodong.
Pengamatan dilakukan pada 5 tanaman sampel mulai 24 jam setelah inokulasi dengan interval
waktu pengamatan 7 hari sekali. Parameter pengamatan meliputi;
1. Masa inkubasi patogen virus TLCV;
2. Luas serangan patogen virus TLCV, dengan menggunakan persamaan:
a
R = ------- x 100 %
b
dimana, R = luas serangan;
a = Jumlah tanaman terserang;
b = Jumlah tanaman yang diamati.
3. Intensitas serangan patogen virus TLCV, dengan menggunakan nilai skore. Nilai skor terdiri
atas:
Skor 0 = sehat/tidak ada serangan
Skor 1 = 1-25% daun terserang
Skor 2 = 26-50% daun keriting
Skor 3 = 51-75% daun keriting
Skor 4 = 76-100% daunkeriting dan telah melengkung
Intensitas kerusakan tanaman dihitung dengan menggunakan persamaan dari Hunter et al.,
(1998).
(n x v)
I = ---------- x 100 %
N x V
dimana, I = Intensitas serangan
n = Banyaknya daun yang diamati untuk setiap kategori serangan
v = Nilai skala dari setiap kategori serangan
N = Jumlah daun yang diamati
V = Nilai skala dari kategori serangan tertinggi
10
4. Andi Muhammad Amir : Respon Ketahanan Tembakau Kasturi Terhadap Serangan Tobacco Leaf Curl Virus (Tlcv)
Pengelompokan kriteria ketahanan diadpsi dari Mandal (1988), yaitu: sangat tahan (ST) = < 1%;
tahan = 1-10%; moderat = 10,1-20%; rentan = 20,1-50%; sangat rentan = > 50%.
4. Jumlah trichom/bulu daun setiap 1 cm2.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Masa inkubasi patogen virus Tobacco Leaf Curl Virus (TLCV) pada beberapa aksesi tembakau
Kasturi disajikan pada Gambar 1.
8
7.53 7.53
7.13
Masa inkubasi (hari)
7 6.67 6.8 6.73 6.8 6.67
6.4 6.57 6.33
6.2 6.2
6
5.47 5.6
5
4
3
2
1
0
S S S S S S S S S S S S S S S
215322452249224621562154224322552256225421552248229322472242
Aksesi tembakau kasturi
Gambar 1. Rata-rata masa inkubasi patogen virus tobacco leaf
curl virus (TLCV) pada 15 aksesi tembakau Kasturi.
Masa inkubasi yaitu saat mulai timbulnya gejala setelah tanaman tersebut terinfeksi suatu
patogen baik berupa patogen cendawan, jamur maupun virus, penularannya secara teknis maupun dengan
melalui perantaraan serangga vektor seperti patogen virus TLCV yang dapat ditularkan oleh serangga
vektor B. tabaci.
Dari gambar tersebut diatas terlihat bahwa masa inkubasi patogen virus TLCV pada 15 aksesi
aksesi tembakau Kasturi cukup bervariasi. Secara statistik masa inkubasi patogen virus tersebut
diantara aksesi-aksesi tembakau Kasturi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, yaitu rata-rata
antara 5,47 sampai dengan 7,53 hari. Masa inkubasi tercepat pada aksesi S 2254 dan S 2256 dengan
waktu rata-rata 5,47 hari dan 5,60 hari, sedangkan aksesi lainnya antara 6,47 hari sampai dengan 7,53
hari.
Munculnya gejala pada tanaman tembakau Kasturi yang diuji diduga karena patogen virus mampu
menghambat proses metabolisme tanaman sehingga menyebabkan berkurangnya klorofil tanaman.
Menurut Boss (1983), menyatakan bahwa munculnya gejala sebagai akibat berkurangnya konsentrasi
klorofil tanaman karena terinfeksi virus sehingga pigmen daun menjadi berkurang. Patogen virus sangat
tergantung pada pertumbuhan sel tanaman inang untuk replikasinya, sehingga perbedaan fase
pertumbuhan tanaman dan faktor-faktor lain akan berpengaruh terhadap perkembangan pathogen virus
yang diekspresikan dalam bentuk gejala.
Adanya perbedaan masa inkubasi pada setiap aksesi dimungkinkan oleh keberhasilan virus dalam
memperbanyak diri atau bermultiplikasi dalam jaringan tanaman, selain itu juga tingkat ketahanan
tanaman yang berbeda dapat menghambat virus untuk memperbanyak diri. Kemampuan virus untuk
menyerang tanaman inang tergantung pada sikap keagresifan virus dan kerentanan inang. Selanjutnya
(Sastrahidayat, 1990), menyatakan bahwa periode inkubasi yang bervariasi dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan inang, suhu dan kelembaban lingkungan serta kombinasi antara inang dan patogen virus.
Pada suhu yang tinggi perkembangan virus sangat cepat, hal ini disebabkan oleh bertambahnya aliran
protoplasma dan makin cepatnya aktivitas sel inang
11
5. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011
Kejadian penyakit patogen virus TLCV dengan menggunakan serangga vektor B. tabaci yang
parameternya terdiri atas luas serangan dan intensitas serangan pada 15 aksesi tembakau Kasturi
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1.Rata-rata persentase luas serangan, intensitas serangan, kriteria ketahanan dan
nilai skore 15 aksesi tembakau Kasturi terhadap patogen virus Tobacco Leaf Curl
Virus (TLCV).
No. Aksesi Luas serangan Intensitas Kriteria Nilai
(%) serangan (%) ketahanan skore
1. S 2153 95,55 ab 21,67 abcd Rentan >2
2. S 2154 91,11 abc 25,33 abc Rentan >2
3. S 2155 98,83 a 21,50 abcd Rentan >2
4. S 2156 88,89 abc 25,00 abc Rentan >2
5. S 2242 92,22 abc 17,33 de Agak Tahan >2
6. S 2243 91,11 abc 18,06 cde Agak Tahan 1-2
7. S 2245 87,79 abc 19,67 bcde Agak tahan 1-2
8. S 2246 76,67 c 12,65 e Agak tahan 1-2
9. S 2247 95,55 ab 28,72 a Rentan >2
10. S 2248 95,55 ab 23,11 abcd Rentan >2
11. S 2249 81,11 bc 25,61 ab Rentan >2
12. S 2254 95,55 ab 22,72 abcd Rentan >2
13. S 2255 91,11 abc 23,22 abcd Rentan >2
14. S 2256 100,00 a 23,33 abcd Rentan >2
15. S 2293 90,00 abc 19.39 bcde Agak Tahan 1-2
Pada tabel tersebut, diketahui bahwa hasil pengamatan kejadian penyakit pada masing-masing
aksesi tembakau Kasturi mempunyai respon yang berbeda-beda. Rata-rata persentase luas serangan
yaitu antara 76,67-100%, penghitungan secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata
antara semua aksesi tembakau Kasturi yang diuji. Luas serangan terendah terjadi pada aksesi S 2246,
sedangkan tertinggi pada aksesi S 2256. Berturut-turut rata-rata luas serangan adalah S 2155 yaitu
98,89%, S 2247 yaitu 95,56%, S 2135, S 2254 dan S 2248 yaitu 95,55% kemudian S S 2242 yaitu
92,22%, S 2154, S 2243, dan S 2255 yaitu 91,11%, S 2293 yaitu 90% S 2156 yaitu 88,89%, S 2245
yaitu 87,78% dan S 2249 yaitu 81,11%. Perbedaan luas serangan dimungkinkan karena masa inkubasi
yang berbeda dan faktor lingkungan seperti suhu dan curah hujan, dimana pada saat penelitian
dilaksanakan curah hujan dengan intensitas yang cukup tinggi terjadi setiap saat. Menurut Semangun
(1996), patogen penyakit baik berupa cendawan, jamur maupun virus akan menyerang jika 1) tanaman
rentan, 2) patogen yang virulen dan 3) lingkungan yang mendukung.
Tingkat intensitas serangan atau serangan penyakit khususnya virus merupakan tanaman atau
bagian tanaman yang menunjukkan gejala penyakit. Seperti pada tanaman tembakau, yang terserang
adalah daun. Selanjutnya rata-rata persentase intensitas serangan pada berbagai aksesi tembakau
Kasturi juga cukup bervariasi mulai dari 12,67% pada aksesi S 2246 sampai dengan 28,72% pada aksesi
S 2247. Berturut-turut rata-rata intensitas serangan patogen virus TLCV adalah S 2249 yaitu 25,61%,
S 2154 yaitu 25,33%, S 2156 yaitu 25,00%, S 2153 yaitu 21,67%, S 2255 yaitu 23,22%, S 2256 yaitu
23,22%, S 2254 yaitu 22,72%, S 2155 yaitu 21,50% dan S 2248 yaitu 23,11%. Intensitas serangan
dipengaruhi oleh fase pertumbuhan tanaman serta konsentrasi dan virulensi virus. Bila tanaman berada
pada fase generatif intensitas serangan cukup ringan dibanding dengan intensitas serangan pada fase
vegetatif. Masa vegetatif merupakan masa yang sangat peka terhadap setiap gangguan serangan viurs
12
6. Andi Muhammad Amir : Respon Ketahanan Tembakau Kasturi Terhadap Serangan Tobacco Leaf Curl Virus (Tlcv)
dan dapat berlangsung hingga tanaman masa reproduktif. Semakin tinggi konsentrasi dan virulensi virus
maka semakin tinggi pula intensitas serangan penyakit khususnya virus (Horsfall and Cowling, 1978).
Jumlah trichom/bulu daun pada 15 aksesi tembakau Kasturi dsajikan pada Gambar 2. Pada
Gambar 2, menunjukkan bahwa rata-rata jumlah trichom/bulu daun yang terbanyak ditemukan aksesi S
2246 yaitu 1106,33 helai, kemudian berturut-turut adalah S 2243 yaitu 1013,00 helai, S 2245 yaitu
1008,67 helai, S 2242 yaitu 988,33 helai, S 2293 yaitu 972,67 helai, S 2154 yaitu 899,00 helai, S
2256 yaitu 851,67 helai, S 2248 yaitu 848,67, S 2156 yaitu 831,00 helai, S 2254 yaitu 824,33 helai, S
2155 yaitu 792,67 helai, S 2153 yaitu 789,67 helai, S 2274 yaitu 785,67 helai.
Perbedaan jumlah trichoma/bulu daun pada setiap aksesi tanaman tembakau Kasturi merupakan
parameter untuk mengukur ketahanan suatu tanaman. Menurut Kasumbogo (1993), hubungan serangga
dengan tanaman inang selain dilihat dari segi fisiologi serangga, juga dilihat dari sifat morfologi dan
fisiologis tanaman sebagai sumber rangsangan utama. Ciri morfologi tanaman tertentu dapat
menimbulkan rangsangan fisik untuk kegiatan makan serangga. Variasi dalam ukuran daun, bentuk,
warna, kekerasan jaringan tanaman, adanya trichoma/bulu daun dan tonjolan menentukan seberapa jauh
derajat penerimaan serangga terhadap tanaman tertentu.
1200
Jumlah trichom/bulu daun (helai)
1106. 33
1008. 67 1013
1000 972. 67 988. 33
899
831 851. 67 848. 67
819 824. 33
800 789. 67 788. 33 795. 33 785. 67
600
400
200
0
S 2153 S 2245 S 2249 S 2246 S 2156 S 2154 S 2243 S 2255 S 2256 S 2254 S 2155 S 2248 S 2293 S 2247 S 2242
Aksesi tembakau Kasturi
Gambar 2. Rata-rata jumlah trichom/bulu daun per cm2
pada 15 aksesi tembakau Kasturi.
KESIMPULAN
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 15 aksesi tembakau Kasturi yang diuji, 5 aksesi
yang mempunyai kriteria agak tahan yaitu S 2242, S 2243, S 2245, S 2246, dan S 2293, sedang 10
aksesi lainnya yaitu S 2153, S 2154, S 2155, S 2156, S 2247, S 2248, S 2249, S 2254, S 2255, S 2256
mempunyai kriteria ketahanan rentan tehadap patogen virus Tobacco Leaf Curl Virus (TLCV).
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Sdr. Yunita Mahtutik (Mahasiswa Jurusan Hama dan
Penyakit Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang) atas bantuan yang telah diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Boss. L. 1983. Introduction To Plant Virology. Centre For Agricultur Publishing And Documentation.
Wageningen. P.225.
Harris, K.E. and K. Maramorosh. 1980. Vector of Plant Patogens. Academic Press New York. USA.
P.257-372.
13
7. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011
Horsfall, JG., EB. Cowling 1978. The Measurementof Plant Disease. Plant Disease and Advanced. Vol.II.
Ac Press Inc. London. Pp. 119-196.
Hunter, WB., E. Hiebert, SE. Webb, JH. Tsai, JE. Polston. 1988. Location of Geminivirus In The
Whitefly Bemisia tabaci Genn. Plant Desease No. 82:1147-1151. The American Pytophatological
Society.
Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops In Indonesia. PT. Ichtiar Baru van Hoeve. Jakarta. 635 hal.
Kasumbogo U. 1993. Pengantar pengelolaan hama terpadu. Gajah mada press Jogyakarta
Mandal, N. 1988. Evaluation of Germplasm or Diseases Resitence in Jute. Paper presented for
International of “Jute and Kenaf Breeding Varietal Improvement” IJO/JARI (ICAR).
Barrackpore. India. 9p.
Saleh N., S.E. Susuilowati, Soerjono dan B. Hari Adi, 1992. Pengendalian Penyakit Virus Tanaman
Tembakau Prosiding Diskusi II Tembakau Besuki Na Oosgt. Tgl. 6 Oktober 1990 di Malang.
Hal.9-14.
Sismadi. 1987. Pengaruh infeksi mosaik tembakau terhadap produksi tembakau Vorstenlanden. Risalah
Seminar Ilmiah PFI tanggal 29-31 Oktober 1985 di Jakarta. Hal. 219-221.
Sitepu dan S. E. Susilowati. 1985. Penyakit Keriting Tembakau. Lokakarya Peningkatan Produksi dan
Kualitas Tembakau Virginia Di Kabupaten Bojonegoro. Tgl.27-28 Februari 1985. 7 hal.
14