Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai laporan audit, termasuk:
1. Unsur-unsur laporan audit bentuk baku yang wajar tanpa syarat
2. Kondisi-kondisi yang harus terpenuhi agar laporan bisa dikeluarkan dalam bentuk wajar tanpa syarat
3. Penyebab-penyebab tambahan penjelasan atau modifikasi dalam laporan audit
1. PEMERIKSAAN AKUNTANSI I
( AUDITING I )
MODUL 3
LAPORAN AUDIT
RATNA MAPPANYUKKI, SE, Msi, Ak
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERCUBUANA
2008
2. LAPORAN AUDIT
LAPORAN AUDIT BENTUK BAKU
Standar pelaporan yang keempat mengharuskan laporan audit berisi suatu petunjuk
yang jelas tentang sifat pekerjaan auditor serta tingkat tanggung jawab yang diembannya atas
laporan keuangan. Agar para pengguna laporan dapat memahami laporan audit, maka profesi
telah menyediakan standar kalimat yang digunakan dalam laporan auditor.
Laporan audit bentuk baku (standar unqualified audit report)- adalah laporan yang
diterbitkan oleh seorang auditor ketika seluruh kondisi audit terpenuhi, tidak diketemukan
kesalahan saji yang signifikan yang tergeletak tak diperbaiki, serta laporan ini berisi pendapat
auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan GAAP/PSAK.
Unsur-Unsur Laporan Audit Bentuk Baku
1. Judul laporan. Standar auditing mewajibkan setiap laporan diberi judul laporan, dan
dalam judul tersebut tercantum pula kata independen. Sebagai contoh, judul yang
tepat adalah “laporan auditor independen,” “laporan dari auditor independen,” atau
“pendapat akuntan independen.” Kewajiban untuk mencantumkan kata independen
dimaksudkan untuk memberitahu para pengguna laporan bahwa audit tersebut dalam
segala aspeknya dilaksanakan secara objektif/tidak memihak.
2. Alamat laporan audit. Laporan ini umumnya ditujukan kepada perusahaan, para
pemegang saham atau dewan direksi perusahaan. Dalam tahun-tahun terakhir ini,
telah menjadi suatu kebiasaan untuk mengalamatkan laporan ini kepada para
pemegang saham untuk menunjukkan bahwa auditor itu independen terhadap
perusahaan dan dewan direksi perusahaan yang diaudit.
3. Paragraf pendahuluan. Paragraf pertama laporan menunjukkan tiga hal: Pertama,
membuat suatu pernyataan sederhana bahwa kantor akuntan publik telah
melaksanakan audit. Paragraf scope (lihat unsur ke-4) akan menjelaskan maksud dari
kata audit. Kedua, paragraf ini menyatakan laporan keuangan yang telah diaudit,
termasuk pencantuman tanggal neraca serta periode akuntansi dari laporan laba rugi
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB RATNA MAPPANYUKKI, SE, Msi, Ak
AUDITING 1
3. dan laporan arus kas. Ketiga, paragraf pendahuluan menyatakan bahwa laporan
keuangan merupakan tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab auditor
terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pelaksanaan
audit. Tujuan dari pernyataan-pernyataan ini adalah untuk mengkomunikasikan
bahwa manajemen bertanggung jawab atas pemilihan prinsip akuntansi yang tepat,
atas keputusan mereka memilih ukuran yang digunakan serta pengungkapan mereka
tentang penggunaan prinsip-prinsip tersebut serta untuk mengklarifikasikan peran
manajemen dan auditor.
4. Paragraf scope. Paragraf scope ini berisi pernyataan faktual tentang apa yang
dilakukan auditor selama proses audit. Sesuai dengan SAS 93 mewajibkan bahwa
negara asal prinsip akuntansi itu digunakan dalam mempersiapkan laporan keuangan
dan standar audit yang diikuti oleh auditor yang identifikasikan dalam laporan audit.
5. Paragraf pendapat. Paragraf terakhir dalam laporan audit bentuk baku menyajikan
kesimpulan auditor berdasarkan hasil dari proses audit yang telah dilakukan. Bagian
ini merupakan bagian terpenting dari keseluruhan laporan audit, sehingga seringkali
seluruh laporan audit dinyatakan secara sederhana sebagai pendapat auditor.
6. Nama KAP. Nama tersebut akan mengidentifikasikan kantor akuntan publik atau
praktisi mana yang telah melaksanakan proses audit. Umumnya yang dituliskan
adalah nama kantor akuntan publik karena seluruh bagian dari kantor akuntan publik
tersebut bertanggung jawab, baik secara hukum maupun secara profesi, dalam
memastikan agar kualitas pekerjaan audit memenuhi standar profesi.
7. Tanggal laporan audit. Tanggal yang tepat untuk dicantumkan dalam laporan audit
adalah tanggal pada saat auditor menyelesaikan prosedur audit terpenting di lokasi
pemeriksaan.
Kondisi-Kondisi bagi laporan Audit Wajar tanpa Syarat
Laporan wajar tanpa syarat dengan paragraf penjelasan atau modifikasi kalimat- adalah
suatu laporan wajar tanpa syarat untuk suatu penyajian laporan keuangan yang wajar, tetapi
auditor menyakini bahwa merupakan hal yang penting, atau wajib, untuk memberikan
tambahan informasi.
Laporan audit bentuk baku (laporan audit wajar tanpa syarat) diterbitkan bila kondisi-kondisi
berikut ini terpenuhi:
1. Seluruh laporan keuangan-neraca, laporan laba rubi, laporan laba ditahan, dan laporan
arus kas-telah lengkap.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB RATNA MAPPANYUKKI, SE, Msi, Ak
AUDITING 1
4. 2. Semua aspek dari ketiga standar umum GAAS/SPAP telah dipatuhi dalam penugasan
audit tersebut.
3. Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan sang auditor telah
melaksanakan pengugasan audit ini dengan sedemikian rupa sehingga membuatnya
mampu menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan telah dipatuhi.
4. Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Hal tersebut berarti bahwa pengungkapan informatif yang cukup telah
tercantum dalam catatan atas laporan keuangan serta bagian-bagian lainnya dari
laporan keuangan tersebut.
5. Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan
sebuah paragraf penjelasan atau memodifikasi kalimat dalam laporan audit.
Gambar 3-2 Empat Kategori Laporan Audit
Wajar tanpa syarat Kelima kondisi yang dinyatakan pada halaman 47 telah terpenuhi
Wajar tanpa Syarat Suatu proses audit telah dilaksanakan dengan hasil yang memuaskan
dengan Paragraf serta laporan keuangan telah disajikan dengan wajar, tetapi auditor
Penjelasan atau dengan merasa perlu memberikan informasi tambahan.
Modifikasi Kalimat
Wajar dengan Auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan memang
Pengecualian telah disajikan dengan wajar, tetapi lungkup audit telah dibatasi secara
material atau terjadi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku
umum pada saat penyiapan laporan keuangan.
Auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara
Tidak Wajar (Adverse)
wajar (adverse), auditor tidak dapat memberikan opininya mengenai
atau menolak
apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar (disclaimer),
Memberikan Pendapat
atau auditor berada dalam posisi yang tidak independent (disclaimer).
(Disclaimer)
Berikut ini adalah penyebab-penyebab utama ditambahkannya suatu paragraf
penjelasan atau modifikasi kalimat pada laporan audit bentuk baku:
• Tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
• Ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan (going concern)
• Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
• Penekanan pada suatu masalah.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB RATNA MAPPANYUKKI, SE, Msi, Ak
AUDITING 1
5. • Laporan yang melibatkan auditor lainnya.
Tidak Adanya Konsistensi dalam Penerapan GAAP/PSAK
Standar pelaporan kedua mewajibkan auditor untuk menaruh perhatian pada kondisi-
kondisi yang membuat prinsip akuntansi tidak diberlakukan secara konsisten antara prinsip
akuntansi yang digunakan pada tahun sebelumnya. GAAP/PSAK menghendaki agar
perubahan dalam prinsip atau metode akuntansi yang digunakan serta sifat dan pengaruh
perubahan tersebut diungkapkan secukupnya. Materialitas perubahan prinsip akuntansi
dievaluasi berdasarkan efek perubahan prinsip akuntansi tersebut pada tahun berjalan.
Konsistensi versus Komparabilitas Auditor harus dapat menentukan perbedaan antara
perubahan yang dapat mempengaruhi konsistensi pelaporan serta perubahan yang dapat
mempengaruhi komparabilitas tetapi tidak mempengaruhi konsistensi pelaporan. Berikut ini
adalah contoh-contoh perubahan yang dapat mempengaruhi konsistensi pelaporan dan
memerlukan suatu paragraf penjelasan saat perubahan tersebut bersifat material:
1. Perubahan prinsip akuntansi, seperti perubahan metode penilaian persediaan dari
FIFO menjadi LIFO.
2. Perubahan dalam entitas pelaporan, seperti penambahan suatu perusahaan baru dalam
laporan keuangan gabungan.
3. Perbaikan kesalahan yang melibatkan prinsip-prinsip akunatnsi, yaitu dengan
melakukan perubahan dari prinsip akuntansi yang tidak diterima secara umum pada
prinsip akuntansi yang diterima secara umum, termasuk di dalamnya perbaikan atas
akibat dari kesalahan penggunaan prinsip akuntansi tersebut.
Termasuk dalam perubahan yang mempengaruhi komparabilitas tetapi tidak
mempengaruhi konsistensi pelaporan sehingga tidak perlu dicantumkan dalam laporan
audit adalah sebagai berikut:
1. Perubahan estimasi, seperti penurunan umur ekonomis suatu aktiva untuk tujuan
perhitungan depresiasi.
2. Perbaikan kesalahan yang tidak melibatkan prinsip akuntansi, misalnya kesalahan
perhitungan matematis dalam laporan keuangan terdahulu.
3. Variasi format dan penyajian informasi keuangan.
4. Perubahan yang terjadi akibat transaksi atau peristiwa yang sangat berbeda, seperti
suatu proyek penelitian dan pengembangan yang baru atau penjualan sebuah anak
perusahaan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB RATNA MAPPANYUKKI, SE, Msi, Ak
AUDITING 1
6. SAS 59 (AU 341) membahas masalah ini di bawah judul Pertimbangan Hidupnya. Contoh
keberadaan satu atau lebih dari faktor-faktor berikut ini dapat menimbulkan ketidakpastian
atas kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya:
1. Terjadinya kerugian operasional atau kekurangan modal kerja yang signifikan.
2. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jatuh temponya.
3. Kehilangan pelanggan-pelanggan utama, terjadi bencana yang tak dijamin oleh
asuransi seperti gempa bumi atau banjir, atau suatu masalah ketenagakerjaan yang
tidak umum.
4. Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal lainnya yang serupa yang dapat
mengancam kemampuan operasional perusahaan.
SAS 59 mengijinkan tetapi tidak mewajibkan suatu penolakan pemberian pendapat ketika
terdapat suatu ketidakpastian akan kelangsungan hidup perusahaan. Suatu contoh tentang
penolakan pemberian pendapat terjadi ketika suatu lembaga pengatur, seperti Badan
Perlindungan Lingkungan, telah memutuskan untuk membebankan sejumlah denda yang
sangat besar kepada sebuah perusahaan, dan jika hal tersebut mengakibatkan suatu hasil akhir
yang kurang menyenangkan, maka perusahaan mungkin terpaksa dilikuidasi.
Auditor Menyetujui Terjadinya Penyimpangan dari Perinsip Akuntansi yang Berlaku
Umum
Aturan 203dari Kode Etik Profesional AICPA menyatakan dari prinsip akuntasi yang
telah disusun sebuah lembaga untuk digunakan oleh AICPA sebagai panduan prinsip
akuntansi, barangkali tidak memerlukan suatu pendapat wajar dengan pengecualian atau
pendapat tidak wajar. Bagaimanapun, agar memperoleh pendapat wajar tanpa syarat, auditor
harus merasa puas serta harus menyatakan dan menjelaskan. Prinsip akuntansi yang dapat
menimbulkan suatu hasil yang menyesatkan pada situasi tersebut.
Penekanan Masalah
Dalam beberapa situasi, akuntan publik barangkali ingin memberikan penekanan pada
beberapa masalah tertentu yang terkait dengan laporan keuangan,walaupun ia bermaksud
untuk memberikan suatu pendapat wajar tanpa syarat. Biasanya, beberapa informasi
tambahan yang menjelaskan masalah tersebut harus dinyatakan pada suatu paragraf terpisah
dalam laporan audit. Berikut adalah contoh-contoh kasus yang menyebabkan seorang auditor
berpikir bahwa ia harus menjelaskan permasalahan yang terjadi : terdapat transaksi dengan
pihak terkait yang bernilai sangat besar, peristiwa penting yang terjadi setelah tanggal neraca,
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB RATNA MAPPANYUKKI, SE, Msi, Ak
AUDITING 1
7. penjelasan masalah akutansi yang mempengaruhi komparabilitas laporan keuangan tahun
berjalan dengan laporan keuangan tahun sebelumnya, serta ketidakpastian material yang
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Laporan yang Melibatkan Auditor Lainnya
Ketika auditor menyandarkan dirinya pada sebuah kantor akuntan publik lain untuk
melaksanakan sebagian proses audit, yang biasa terjadi bila klien memiliki sejumlah cabang
atau subdivisi yang tersebar letaknya, maka kantor akuntan publik utama memiliki tiga
alternatif pilihan.
1. Tidak Memberikan Referensi dalam Laporan Audit Ketika tak ada referensi
yang dibuat untuk auditor lainnya, maka suatu pendapat wajar tanpa syarat yang
diberikan kecuali terdapat kondisi lain yang mengharuskan dikeluarkannya pendapat
lain di luar pendapat wajar tanpa syarat. Pendekatan ini dilakukan pada saat auditor
lain mengaudit laporan keuangan dengan proporsi yang tidak material, auditor lain
sangat dikenal atau disupervisi secara ketat oleh auditor utama, atau auditor utama
telah melakukan review yang mendalam pada pekerjaan yang dilakukan oleh auditor
lain.
2. Memberikan Referensi dalam Laporan (Modifikasi Kalimat) Jenis laporan ini
disebut pula sebagai suatu laporan atau pendapat bersama. Suatu laporan bersama
wajar tanpa syarat merupakan laporan yang tepat untuk diterbitkan bila merupakan
hal yang tidak praktis untuk mereview kembali pekerjaan auditor lain atau ketika
proporsi laporan keuangan yang diaudit oleh auditor lain material terhadap
keseluruhan laporan keuangan.
3. Mengeluarkan Pendapat Wajar dengan Pengecualian Auditor utama dapat
menyimpulkan bahwa perlu diterbitkan suatu pendapat wajar dengan pengecualian.
Suatu pendapat wajar tanpa syarat atau tidak memberikan pendapat (disclaimer),
tergantung pada materialitasnya, diperlukan jika auditor utama tidak menginginkan
untuk mengambil tanggung jawab apapun atas pekerjaan auditor lainnya.
PENYIMPANGAN DARI LAPORAN AUDIT BENTUK BAKU
Merupakan hal yang penting bagi para auditor dan pembaca laporan audit untuk
memahami kapan kondisi-kondisi yang tidak tepat untuk menerbitkan suatu laporan audit
bentuk baku serta jenis laporan audit yang harus diterbitkan dalam setiap kondisi tersebut.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB RATNA MAPPANYUKKI, SE, Msi, Ak
AUDITING 1