SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 17
1 
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang umum dijumpai di masyarakat 
yang terkait dengan sistem kardiovaskuler. Hipertensi bukan penyakit menular, 
namun kita juga tidak bisa menganggapnya sepele. Tekanan Darah tinggi atau 
Hipertesi dan arterosclerosis (pengerasan arteri) adalah dua kondisi pokok yang 
mendasari banyak bentuk penyakit kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan 
darah tinggi juga menyebabkan gangguan ginjal. Sampai saat ini, usaha-usaha baik 
untuk mencegah maupun mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya, 
hal ini dikarenakan banyak faktor penghambat yang mempengaruhi seperti kurang 
pengetahuan tentang hipertensi (pengertian, klasifikasi, tanda dan gejala, sebab 
akibat, komplikasi) dan juga perawatannya. 
Angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Hipertensi 
merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni 
mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hasil Riset 
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi 
hipertensi secara nasional mencapai 31,7% (Kementerian Kesehatan Republik 
Indonesia). Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. 
Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. 
B. Rumusan Masalah 
Berikut ini adalah rumusan masalah mengenai hipertensi: 
1. Apa definisi hipertensi? 
2. 
C. Tujuan Penulisan 
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
2 
1. Mampu mengetahui definisi hipertensi. 
2. Mampu mengetahui etiologi hipertensi 
3. Mampu mengetahui manifestasi klinis hipertensi 
4. Mampu mengetahui pemeriksaan penunjang hipertensi 
5. Mampu mengetahui penatalaksanaan medis hipertensi.
3 
BAB II 
ISI 
A. Pengertian Hipertensi 
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik  140 mmHg dan tekanan darah 
diastolik  90 mmHg. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi 
peningkatan tekanan darah baik sistole dan diastole karena adanya gangguan 
peredaran darah tepi dengan tanda dan gejala yang khas. Klasifikasi hipertensi 
menurut JNC VII : 
Sistolik Diastolik 
1. Normotensi 
2. Pre hipertensi 
3. Hipertensi tahap I 
4. hipertensi tahap II 
< 130 
130 – 140 
140 – 160 
> 160 
< 80 
80 – 90 
91 – 100 
> 100 
B. Etiologi 
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi 2 golongan yaitu : 
a. Hipertensi primer atau essensial yang tidak diketahui penyebabnya atau 
idiopatik terdapat sekitar 90% kasus dan banyak penderita tidak menunjukkan 
gejala atau keluhan. Berbagai hal seperti faktor genetik, aktivitas saraf simpatis, 
faktor hemodinamik, metabolisme natrium dalam ginjal, gangguan mekanisme 
pompa Na (sodium pump) dan faktor renin, angiotensin, aldosteron serta faktor 
yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok dan polisetimia 
mempunyai kaitan erat dengan peningkatan tekanan darah esensial. 
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab 
spesifiknya diketahui seperti glomerulonefritis, penggunaan estrogen, penyakit 
ginjal, hipertensi vaskularrenal, hiperaldisteronisme primer, sindrom chusing,
feotromositoma, koarktasioaorta, hipertensi yang berhubungan dengan 
kehamilan dan lain-lain. 
4 
C. Patofisiologi 
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak 
di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula pada 
sistem saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari 
kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan 
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui 
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. 
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan 
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan 
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Individu 
dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui 
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. 
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah 
sebagai respons rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan 
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epineprin, yang 
menyebabkan vasokonstriksi. 
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan streroid lainnya, yang dapat 
memperkuat respons vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi yang 
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. 
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi 
angiotensin II, suatu vasokonstrikstriktor kuat. Yang pada gilirannya merangsang 
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. hormon ini menyebabkan retensi natrium dan 
air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua 
faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. 
Pertimbangan gerontologis. Perubahan struktur dan fungsional pada sistem 
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisistas jaringan 
ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya 
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, 
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume 
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan 
curah jantung dan peningkatan tahanan parifer (Bruner dan Suddarth, 2001). 
5 
D. Manifestasi Klinis 
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi ( Edward K Chung, 1995 ) 
1. Tidak ada gejala 
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan 
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal 
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri 
tidak terukur. 
2. Gejala yang lazim 
Bila ada biasanya menunjukkan kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang 
khas sesuai system organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang 
bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling 
menyertai hipertensi. Hipertofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan 
beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang 
meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja 
maka terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat 
bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan 
azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan kretinin). Keterlibatan pembuluh 
darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik trasien yang 
termanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau 
gangguan ketajaman penglihatan. 
Gejala dan tanda yang biasa timbul pada penyakit hipertensi adalah
6 
 Nyeri kepala yang menjalar sampai kekuduk 
 Pandangan kabur 
 Terjadi peningkatan tekanan darah yang nyata 
 Mata berkunang-kunang 
 Jantung berdebar-debar 
 Badan terasa lemah 
 Perubahan emosi (mudah marah) 
 Telinga sering berdenging 
 Rasa pegel di bahu hingga tengkuk 
E. Pemeriksaan Diagnostik 
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh 
b. Pemeriksaan retina 
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan 
jantung 
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri 
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa 
f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan 
fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin. 
g. Foto dada dan CT scan 
F. Penatalaksanaan 
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas 
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan 
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit 
hipertensi meliputi : 
1.) Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan 
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini 
meliputi : 
7 
a. Diet, diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah : 
a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr 
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh 
c) Penurunan berat badan 
d) Penurunan asupan etanol 
e) Menghentikan merokok 
f) Diet tinggi kalium 
b. Latihan Fisik 
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk 
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu : 
a) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, 
bersepeda, berenang dan lain-lain 
b) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik 
atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. 
Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur 
c) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona 
latihan 
d) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x 
perminggu 
c. Edukasi Psikologis 
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi : 
a) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada 
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh 
subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama 
dipakai untuk mengatasi 
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk 
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan. 
8 
b) Tehnik relaksasi 
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk 
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita 
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks. 
c) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ) 
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan 
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien 
dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut. 
d. Terapi dengan Obat 
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja 
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar 
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu 
dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh 
Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON 
DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD 
PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat 
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai 
obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan 
penyakit lain yang ada pada penderita. 
Pengobatannya meliputi :
9 
a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, 
ACE inhibitor . 
b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan 
1) Dosis obat pertama dinaikan 
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama 
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta 
blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator 
c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh 
1) Obat ke-2 diganti 
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain 
d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya 
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4 
2) Re-evaluasi dan konsultasi 
e. Follow Up untuk mempertahankan terapi 
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan 
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan( perawat, 
dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang 
harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan 
adalah sebagai berikut : 
a) Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran 
tekanan darahnya 
b) Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai 
tekanan darahnya 
c) Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, 
namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan 
mortilitas
d) Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan 
tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan 
darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat 
tensimeter 
e) Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih 
10 
dahulu 
f) Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup 
penderita 
g) Ikut sertakan keluarga penderita dalam proses terapi 
h) Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau 
keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah 
i) Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 
x sehari atau 2 x sehari 
j) Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek 
samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi 
k) Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau 
mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas 
maksimal 
l) Usahakan biaya terapi seminimal mungkin 
m) Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering 
n) Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang 
ditentukan. 
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat 
diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan 
pelaksanaan pengobatan hipertensi. 
G. Diagnosa Keperawatan 
Diagnosa keperawatan untuk klien hipertensi mencakup :
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, 
11 
vaskonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular 
b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vasculer serebral 
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan 
kebutuhan oksigen 
H. Intervensi Keperawatan 
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, 
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventrikelar 
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan 
masalah penurunan curah jantung dapat teratasi dengan kriteria hasil: 
1) mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima 
2) berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau kerja 
jantung 
3) memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal 
pasien 
INTERVENSI RASIONAL 
Pantau tekanan darah. Ukur pada 
kedua tangan/paha untuk evaluasi 
awal. Gunakan ukuran manset yang 
tepat dan teknik yang akurat. 
Perbandingan dari tekanan 
memberikan gambaran yang lebih 
langkap tentang keterlibatan/bidang 
masalah vaskuler. Hipertensi berat 
diklasifikasikan pada orang dewasa 
sebagai peningkatan tekanan diastolik 
sampai 130 mmHg, hasil pengukuran 
diastolik di atas 130 mmHg 
dipertimbangkan sebagai peningkatan 
pertama, kemudian maligna. 
Hipertensi sistolit juga merupakan
faktor risiko yang ditentukan untuk 
penyakit serebrovaskular dan 
penyakit iskemi jantung bila tekanan 
diastolik 90-115 
12 
Catat keberadaan, kualitas denyutan 
sentral dan parifer 
Denyutan karotis,jugularis, radialis 
dan femoralis mungkin 
teramati/terpalpasi. Denyut pada 
tungkai mungkin menurun, 
mencerminkan efek dari 
vasokonstriksi (peningkatan SVR) 
dan kongesti vena 
Auskultasi tonus jantung dan bunyi 
napas 
S4 umum terdengar pada pasien 
hipertensi berat karena adanya 
hipertropi atrium (peningkatan 
volume/tekanan atrium). Perkemba-ngan 
S3 menunjukkan hipertropi 
ventrikel dan kerusakan fungsi. 
Adanya krakles, mengindikasikan 
kongesti paru sekunder terhadap 
terjadinya atau gagal jantung kronik. 
Amati warna kulit, kelembaban, suhu, 
dan masa pengisian kapiler 
Adanya pucat, dingin, kulit lembab 
dan masa pengisian kapiler lambat 
mungkin berkaitan dengan 
vasokonstriksi atau mencerminkan 
dekompensasi/penurunan curah 
jantung. 
Catat edema umum/tertentu Dapat mengindikasi gagal jantung, 
kerusakan ginjal atau vaskular
13 
Berikan lingkungan tenang, nyaman, 
kurangi aktivitas/keributan 
lingkungan. Batasi jumlah 
pengunjung dan lamanya tinggal 
Membantu menurunkan rangsang 
simpatis meningkatkan relaksasi 
Pertahankan pembatasan aktivitas, 
seperti: istirahat di tempat tidur/kursi, 
jadwalperiode istirahat tanpa 
gangguan, bantu pasien melakukan 
aktivitas perawatan diri sesuai 
kebutuhan 
Menurunkan stres dan ketegangan 
yang mempengaruhi tekanna darah 
dan perjalanan peyakit hipertensi 
Lakukan tindakan-tindakan yang 
nyaman, seperti: pijatan punggung 
dan leher, meninggikan kepala tempat 
tidur 
Mengurangi ketidaknyamanan dan 
dapat menurunkan rangsang simpatis 
Anjurkan teknik relaksasi, panduan 
imajinasi, aktivitas pengalihan 
Dapat menurunkan rangsangan yang 
menimbulkan stres, membuat efek 
tenang, sehingga akan menurunkan 
TD 
Pantau respon terhadap obat untuk 
mengontrol takanan darah 
Respon terhadap terapi obat 
“stepped” (yang terdiri dari atas 
diuretik, inhibitor simpatis dan 
vasodilator) tergantung pada individu 
dan efek sinergis obat. Karena efek 
samping tersebut, maka penting untuk 
menggunakan obat dalam jumlah 
paling sedikit dan dosis paling rebdah 
Kolaborasi: 
Berikan obat-obat sesuai indikasi, 
Tiazid mungkin digunakan sendiri 
atau dicampur dengan obat lain untuk
14 
contoh: 
Diuretic tiazin, misalnya: 
kortikosteroid (diuri), hidroklorotiazid 
(esidrix/hidroDIURIL), 
bendroflumentiazid (Naturetin) 
menurunkan TD pada pasien dengan 
fungsi ginjal yang relative normal. 
Diuretic ini memperkuan agen-agen 
antihipertensif lain dengan membatasi 
retensi cairan. 
Berikan pembatasan cairan dan diit 
natrium sesuai indikasi 
Pembatasan ini dapat menangani 
retensi cairan respon hipertensif, 
dengan demikian menurunkan kerja 
jantung 
b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekan vasculer serebral 
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan 
masalah nyeri teratasi dengan kriteria hasil: 
1) Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan terkontrol 
2) Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan 
INTERVENSI RASIONAL 
Mempertahankan tirah baring selama fase 
akut 
Meminimalkan 
stimulasi/meningkatkan 
relaksasi 
Berikan tindakan nonfarmakologi untuk 
menghilangkan sakit kepala, missal: 
kompres dingin pada dahi, pijat punggung 
dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, 
teknik relaksasi (panduan imajinasi, 
distraksi) dan aktivitas waktu senggang 
Tindakan yang menurunkan 
tekanan vaskular serebral 
dan yang memperlambat 
atau memblok respon 
simpatis efektif dalam 
menghilangkan sakit kepala 
dan komplikasinya 
Hilangkan/minimalkan aktivitas 
vasokonstriksi yang dapat meningkatkan 
Aktivitas yang meningkatkan 
vasokonstriksi menyebabkan
15 
sakit kepala, misalnya mengejan saat BAB, 
batuk panjang, membungkuk 
sakit kepala pada adanya 
peningkatan tekanan 
vaskularserebral 
Bantu pasien dalam ambulasi sesuai 
kebutuhan 
Pusing dan penglihatan kabur 
sering berhubungan dengan 
sakit kepala. Pasien juga 
dapat mengalami episode 
hipotensi postural 
Berikan cairan, makanan lunak, perawatan 
mulut yang teratur bila terjadi perdarahan 
hidung atau kompres hidung telah dilakukan 
untuk menghentikan perdarahan 
Meningkatkan kenyamanan 
umum. Kompres hidung dan 
mengganggu menelan atau 
membutuhkan napas dengan 
mulut, menimbulkan stagnasi 
sekresi oral dan menger 
membran mukosa 
Kilaborasi: 
Berikan sesuai indikasi: analgesik 
Menurunkan/mengontrol 
nyeri dan menurunkan 
rangsang sistem saraf 
simpatis 
Antiansieta, missal lorazepam (ativan), 
diazepam (valium) 
Dapat mengurangi tegangan 
dan ketidaknyamanan 
diperberat oleh stres 
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan 
kebutuhan oksigen 
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan 
masalah intoleransi aktivitas teratasi dengan kriteria hasil: 
1) Peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
16 
2) Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi 
3) Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan 
INTERVENSI RASIONAL 
Kaji respons pasien terhadap 
aktivitas, perhatikan frekuensi nadi 
lebih dari 20 kali permenit di atas 
frekuensi istirahat, peningkatan TD 
yang nyata selama/sesudah aktivitas 
(tekanan sistolik meningkat 40 mmHg 
atau tekanan diastolik meningkat 20 
mmHg), dispnea atau nyeri dada, 
keletihan dan kelemahan yang 
berlebihan, diaphoresis, pusing atau 
pingsan 
Menyebutkan parameter membantu 
dalam mengkaji respons fisiologi 
terhadap stress aktivitas dan bila ada 
merupakan indikator dari kelebihan 
kerja yang berkaitan dengan tingkat 
aktivitas 
Instruksikan pasien tentang teknik 
penghematan energi, missal: 
menggunakan kursi saat mandi, 
duduk saat menyisir rambut atau 
menyikat gigi, melakukan aktivitas 
dengan perlahan 
Teknik menghemat energi 
mengurangi penggunaan energi, 
juga membantu keseimbangan 
antara suplai dan kebutuhan oksigen 
Berikan dorongan untuk melakukan 
aktivitas/perawatan diri terhadap jika 
dapat ditoleransi. Berikan bantuan 
sesuai kebutuhan. 
Kemajuan aktivitas bertahap 
mencegah peningkatan kerja jantung 
tiba-tiba. Memberikan bantuan 
hanya sebatas kebutuhan akan 
mendorong kemandirian dalam 
melakukan aktivitas.
17 
BAB III 
PENUTUP 
a. Simpulan 
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan sistolik sedikitnya 140 mmHg dan 
diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 
Faktor genetik, Usia, keadaan emosi seseorang, konsumsi Na terlalu tinggi, Obat, 
Hormonal, Neurologik ,dll. 
Orang yang sugah terkena hipertensi dapat juga mengalami banyak 
komplikasi yang diderita, diantaranya Stroke, kebutaan, angina pectoris, CHF, gagal 
ginjal, infark miokard, dll. 
b. Saran 
Untuk menghindari terjadinya hipertensi, maka sebaiknya kita selaku petugas 
medis sebaiknya memberi contoh masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup 
bersih dan sehat, dan juga tidak mengkonsumsi makanan sembarangan yang belum 
teruji kesehatannya.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Mais procurados (20)

ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODOASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
 
Pathways ggk
Pathways ggkPathways ggk
Pathways ggk
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
Makalah asuhan hiv aids
Makalah asuhan hiv aidsMakalah asuhan hiv aids
Makalah asuhan hiv aids
 
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
Asuhan Keperawatan Leukimia-Power Point
Asuhan Keperawatan Leukimia-Power PointAsuhan Keperawatan Leukimia-Power Point
Asuhan Keperawatan Leukimia-Power Point
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
Trend dan Issue dalam SIK (telenursing)
Trend dan Issue dalam SIK (telenursing)Trend dan Issue dalam SIK (telenursing)
Trend dan Issue dalam SIK (telenursing)
 
Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri
 
Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)
Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)
Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)
 
Lk
LkLk
Lk
 
Dkmb kelompok 2 kelas d
Dkmb kelompok 2 kelas dDkmb kelompok 2 kelas d
Dkmb kelompok 2 kelas d
 
Askep campak
Askep campak Askep campak
Askep campak
 
LP CHF.doc
LP CHF.docLP CHF.doc
LP CHF.doc
 
Santi askep dm
Santi askep dmSanti askep dm
Santi askep dm
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemik
 
Askep herpes zoster
Askep herpes zosterAskep herpes zoster
Askep herpes zoster
 
Asuhan keperawatan kesehatan kerja
Asuhan keperawatan kesehatan kerjaAsuhan keperawatan kesehatan kerja
Asuhan keperawatan kesehatan kerja
 

Destaque

Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensiMakalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensiOperator Warnet Vast Raha
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI pjj_kemenkes
 
hipertensi dalam kehamilan
hipertensi dalam kehamilanhipertensi dalam kehamilan
hipertensi dalam kehamilanRahayu Pratiwi
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI pjj_kemenkes
 
แรงเชื่อมแน่นและแรงยึดติด
แรงเชื่อมแน่นและแรงยึดติดแรงเชื่อมแน่นและแรงยึดติด
แรงเชื่อมแน่นและแรงยึดติดณัฐพล แสงทวี
 
99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensi99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensiBriliant Nissa
 
Penatalaksanaan medis hidronefrosis
Penatalaksanaan medis hidronefrosisPenatalaksanaan medis hidronefrosis
Penatalaksanaan medis hidronefrosisMiranti Nur Fitriana
 
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensiMakalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensiWarnet Raha
 
Asuhan keperawatan hipertensi
Asuhan keperawatan hipertensiAsuhan keperawatan hipertensi
Asuhan keperawatan hipertensiHilda Lamtia
 
PPT Asuhan Keperawatan Jiwa
PPT Asuhan Keperawatan JiwaPPT Asuhan Keperawatan Jiwa
PPT Asuhan Keperawatan JiwaFerdiansah Umar
 
Hipertensi dan faktor faktor resikonya
Hipertensi dan faktor faktor resikonyaHipertensi dan faktor faktor resikonya
Hipertensi dan faktor faktor resikonyaMaul_N
 
Laporan pendahuluan pasien dengan
Laporan pendahuluan pasien denganLaporan pendahuluan pasien dengan
Laporan pendahuluan pasien denganYabniel Lit Jingga
 
Asuhan keperawatan hipertiroid
Asuhan keperawatan hipertiroidAsuhan keperawatan hipertiroid
Asuhan keperawatan hipertiroidyudi petrucci
 

Destaque (20)

Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensiMakalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
 
Tugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensiTugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensi
 
Ppt askep
Ppt askepPpt askep
Ppt askep
 
Power point
Power pointPower point
Power point
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
 
hipertensi dalam kehamilan
hipertensi dalam kehamilanhipertensi dalam kehamilan
hipertensi dalam kehamilan
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI
 
แรงเชื่อมแน่นและแรงยึดติด
แรงเชื่อมแน่นและแรงยึดติดแรงเชื่อมแน่นและแรงยึดติด
แรงเชื่อมแน่นและแรงยึดติด
 
Makalah hipertensi
Makalah hipertensiMakalah hipertensi
Makalah hipertensi
 
99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensi99905517 hipertensi-urgensi
99905517 hipertensi-urgensi
 
Penatalaksanaan medis hidronefrosis
Penatalaksanaan medis hidronefrosisPenatalaksanaan medis hidronefrosis
Penatalaksanaan medis hidronefrosis
 
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensiMakalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
 
Asuhan keperawatan hipertensi
Asuhan keperawatan hipertensiAsuhan keperawatan hipertensi
Asuhan keperawatan hipertensi
 
PPT Asuhan Keperawatan Jiwa
PPT Asuhan Keperawatan JiwaPPT Asuhan Keperawatan Jiwa
PPT Asuhan Keperawatan Jiwa
 
Hipertensi dan faktor faktor resikonya
Hipertensi dan faktor faktor resikonyaHipertensi dan faktor faktor resikonya
Hipertensi dan faktor faktor resikonya
 
Laporan pendahuluan pasien dengan
Laporan pendahuluan pasien denganLaporan pendahuluan pasien dengan
Laporan pendahuluan pasien dengan
 
Makalah hipertensi
Makalah hipertensiMakalah hipertensi
Makalah hipertensi
 
Asuhan keperawatan hipertiroid
Asuhan keperawatan hipertiroidAsuhan keperawatan hipertiroid
Asuhan keperawatan hipertiroid
 

Semelhante a Askep Hipertensi

Asuhan keperawatan hipertensi aplikasi nanda
Asuhan keperawatan hipertensi aplikasi nandaAsuhan keperawatan hipertensi aplikasi nanda
Asuhan keperawatan hipertensi aplikasi nandapuskesmas sambaliung
 
Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2Warnet Raha
 
Makalah Hiperternsi Pada Lansia
Makalah Hiperternsi Pada LansiaMakalah Hiperternsi Pada Lansia
Makalah Hiperternsi Pada LansiaJeny Ayu
 
Asuhan keperawatan pada penderita hipertensi
Asuhan keperawatan pada penderita hipertensiAsuhan keperawatan pada penderita hipertensi
Asuhan keperawatan pada penderita hipertensiWarnet Raha
 
Kelompok 3 - Hipertensi dan IHD - PSPA XI Kelas A.pptx
Kelompok 3 - Hipertensi dan IHD - PSPA XI Kelas A.pptxKelompok 3 - Hipertensi dan IHD - PSPA XI Kelas A.pptx
Kelompok 3 - Hipertensi dan IHD - PSPA XI Kelas A.pptxbintangbayu198
 

Semelhante a Askep Hipertensi (20)

Hipertensi
HipertensiHipertensi
Hipertensi
 
Asuhan keperawatan hipertensi aplikasi nanda
Asuhan keperawatan hipertensi aplikasi nandaAsuhan keperawatan hipertensi aplikasi nanda
Asuhan keperawatan hipertensi aplikasi nanda
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
 
Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2
 
Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2
 
Hipertensi 1
Hipertensi 1Hipertensi 1
Hipertensi 1
 
Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA
Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA
Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA
Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA
Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah Hiperternsi Pada Lansia
Makalah Hiperternsi Pada LansiaMakalah Hiperternsi Pada Lansia
Makalah Hiperternsi Pada Lansia
 
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
 
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
 
Asuhan keperawatan pada penderita hipertensi
Asuhan keperawatan pada penderita hipertensiAsuhan keperawatan pada penderita hipertensi
Asuhan keperawatan pada penderita hipertensi
 
Asuhan keperawatan pada penderita hipertensi
Asuhan keperawatan pada penderita hipertensiAsuhan keperawatan pada penderita hipertensi
Asuhan keperawatan pada penderita hipertensi
 
HIPERTENSI
HIPERTENSIHIPERTENSI
HIPERTENSI
 
Lp hipertensi
Lp hipertensiLp hipertensi
Lp hipertensi
 
Hipertensi
HipertensiHipertensi
Hipertensi
 
LP_Hipertensi_Pada_Lansia.doc
LP_Hipertensi_Pada_Lansia.docLP_Hipertensi_Pada_Lansia.doc
LP_Hipertensi_Pada_Lansia.doc
 
BAB II..docx
BAB II..docxBAB II..docx
BAB II..docx
 
Kelompok 3 - Hipertensi dan IHD - PSPA XI Kelas A.pptx
Kelompok 3 - Hipertensi dan IHD - PSPA XI Kelas A.pptxKelompok 3 - Hipertensi dan IHD - PSPA XI Kelas A.pptx
Kelompok 3 - Hipertensi dan IHD - PSPA XI Kelas A.pptx
 

Último

Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfSeruniArdhia
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxDesiNatalia68
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 

Último (20)

Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 

Askep Hipertensi

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang umum dijumpai di masyarakat yang terkait dengan sistem kardiovaskuler. Hipertensi bukan penyakit menular, namun kita juga tidak bisa menganggapnya sepele. Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan arterosclerosis (pengerasan arteri) adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga menyebabkan gangguan ginjal. Sampai saat ini, usaha-usaha baik untuk mencegah maupun mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya, hal ini dikarenakan banyak faktor penghambat yang mempengaruhi seperti kurang pengetahuan tentang hipertensi (pengertian, klasifikasi, tanda dan gejala, sebab akibat, komplikasi) dan juga perawatannya. Angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia). Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. B. Rumusan Masalah Berikut ini adalah rumusan masalah mengenai hipertensi: 1. Apa definisi hipertensi? 2. C. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
  • 2. 2 1. Mampu mengetahui definisi hipertensi. 2. Mampu mengetahui etiologi hipertensi 3. Mampu mengetahui manifestasi klinis hipertensi 4. Mampu mengetahui pemeriksaan penunjang hipertensi 5. Mampu mengetahui penatalaksanaan medis hipertensi.
  • 3. 3 BAB II ISI A. Pengertian Hipertensi Hipertensi adalah tekanan darah sistolik  140 mmHg dan tekanan darah diastolik  90 mmHg. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah baik sistole dan diastole karena adanya gangguan peredaran darah tepi dengan tanda dan gejala yang khas. Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII : Sistolik Diastolik 1. Normotensi 2. Pre hipertensi 3. Hipertensi tahap I 4. hipertensi tahap II < 130 130 – 140 140 – 160 > 160 < 80 80 – 90 91 – 100 > 100 B. Etiologi Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi 2 golongan yaitu : a. Hipertensi primer atau essensial yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik terdapat sekitar 90% kasus dan banyak penderita tidak menunjukkan gejala atau keluhan. Berbagai hal seperti faktor genetik, aktivitas saraf simpatis, faktor hemodinamik, metabolisme natrium dalam ginjal, gangguan mekanisme pompa Na (sodium pump) dan faktor renin, angiotensin, aldosteron serta faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok dan polisetimia mempunyai kaitan erat dengan peningkatan tekanan darah esensial. b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui seperti glomerulonefritis, penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskularrenal, hiperaldisteronisme primer, sindrom chusing,
  • 4. feotromositoma, koarktasioaorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain. 4 C. Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula pada sistem saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan streroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstrikstriktor kuat. Yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Pertimbangan gerontologis. Perubahan struktur dan fungsional pada sistem perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
  • 5. lanjut. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisistas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan parifer (Bruner dan Suddarth, 2001). 5 D. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi ( Edward K Chung, 1995 ) 1. Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur. 2. Gejala yang lazim Bila ada biasanya menunjukkan kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja maka terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan kretinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik trasien yang termanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan ketajaman penglihatan. Gejala dan tanda yang biasa timbul pada penyakit hipertensi adalah
  • 6. 6  Nyeri kepala yang menjalar sampai kekuduk  Pandangan kabur  Terjadi peningkatan tekanan darah yang nyata  Mata berkunang-kunang  Jantung berdebar-debar  Badan terasa lemah  Perubahan emosi (mudah marah)  Telinga sering berdenging  Rasa pegel di bahu hingga tengkuk E. Pemeriksaan Diagnostik a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh b. Pemeriksaan retina c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin. g. Foto dada dan CT scan F. Penatalaksanaan Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : 1.) Terapi tanpa Obat
  • 7. Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi : 7 a. Diet, diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah : a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh c) Penurunan berat badan d) Penurunan asupan etanol e) Menghentikan merokok f) Diet tinggi kalium b. Latihan Fisik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu : a) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain b) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur c) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan d) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu c. Edukasi Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi : a) Tehnik Biofeedback
  • 8. Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan. 8 b) Tehnik relaksasi Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks. c) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ) Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut. d. Terapi dengan Obat Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita. Pengobatannya meliputi :
  • 9. 9 a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor . b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan 1) Dosis obat pertama dinaikan 2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama 3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh 1) Obat ke-2 diganti 2) Ditambah obat ke-3 jenis lain d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya 1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4 2) Re-evaluasi dan konsultasi e. Follow Up untuk mempertahankan terapi Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut : a) Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya b) Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya c) Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
  • 10. d) Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter e) Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih 10 dahulu f) Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita g) Ikut sertakan keluarga penderita dalam proses terapi h) Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah i) Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari j) Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi k) Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal l) Usahakan biaya terapi seminimal mungkin m) Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering n) Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi. G. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan untuk klien hipertensi mencakup :
  • 11. a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, 11 vaskonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vasculer serebral c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen H. Intervensi Keperawatan a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventrikelar Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan masalah penurunan curah jantung dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1) mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima 2) berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau kerja jantung 3) memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien INTERVENSI RASIONAL Pantau tekanan darah. Ukur pada kedua tangan/paha untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat. Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih langkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskuler. Hipertensi berat diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai peningkatan tekanan diastolik sampai 130 mmHg, hasil pengukuran diastolik di atas 130 mmHg dipertimbangkan sebagai peningkatan pertama, kemudian maligna. Hipertensi sistolit juga merupakan
  • 12. faktor risiko yang ditentukan untuk penyakit serebrovaskular dan penyakit iskemi jantung bila tekanan diastolik 90-115 12 Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan parifer Denyutan karotis,jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati/terpalpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokonstriksi (peningkatan SVR) dan kongesti vena Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium (peningkatan volume/tekanan atrium). Perkemba-ngan S3 menunjukkan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya krakles, mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokonstriksi atau mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung. Catat edema umum/tertentu Dapat mengindikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskular
  • 13. 13 Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/keributan lingkungan. Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal Membantu menurunkan rangsang simpatis meningkatkan relaksasi Pertahankan pembatasan aktivitas, seperti: istirahat di tempat tidur/kursi, jadwalperiode istirahat tanpa gangguan, bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan Menurunkan stres dan ketegangan yang mempengaruhi tekanna darah dan perjalanan peyakit hipertensi Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman, seperti: pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang simpatis Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stres, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan TD Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol takanan darah Respon terhadap terapi obat “stepped” (yang terdiri dari atas diuretik, inhibitor simpatis dan vasodilator) tergantung pada individu dan efek sinergis obat. Karena efek samping tersebut, maka penting untuk menggunakan obat dalam jumlah paling sedikit dan dosis paling rebdah Kolaborasi: Berikan obat-obat sesuai indikasi, Tiazid mungkin digunakan sendiri atau dicampur dengan obat lain untuk
  • 14. 14 contoh: Diuretic tiazin, misalnya: kortikosteroid (diuri), hidroklorotiazid (esidrix/hidroDIURIL), bendroflumentiazid (Naturetin) menurunkan TD pada pasien dengan fungsi ginjal yang relative normal. Diuretic ini memperkuan agen-agen antihipertensif lain dengan membatasi retensi cairan. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi Pembatasan ini dapat menangani retensi cairan respon hipertensif, dengan demikian menurunkan kerja jantung b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekan vasculer serebral Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan masalah nyeri teratasi dengan kriteria hasil: 1) Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan terkontrol 2) Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan INTERVENSI RASIONAL Mempertahankan tirah baring selama fase akut Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, missal: kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, teknik relaksasi (panduan imajinasi, distraksi) dan aktivitas waktu senggang Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral dan yang memperlambat atau memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan Aktivitas yang meningkatkan vasokonstriksi menyebabkan
  • 15. 15 sakit kepala, misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskularserebral Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala. Pasien juga dapat mengalami episode hipotensi postural Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi perdarahan hidung atau kompres hidung telah dilakukan untuk menghentikan perdarahan Meningkatkan kenyamanan umum. Kompres hidung dan mengganggu menelan atau membutuhkan napas dengan mulut, menimbulkan stagnasi sekresi oral dan menger membran mukosa Kilaborasi: Berikan sesuai indikasi: analgesik Menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang sistem saraf simpatis Antiansieta, missal lorazepam (ativan), diazepam (valium) Dapat mengurangi tegangan dan ketidaknyamanan diperberat oleh stres c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan masalah intoleransi aktivitas teratasi dengan kriteria hasil: 1) Peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
  • 16. 16 2) Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi 3) Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan INTERVENSI RASIONAL Kaji respons pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali permenit di atas frekuensi istirahat, peningkatan TD yang nyata selama/sesudah aktivitas (tekanan sistolik meningkat 40 mmHg atau tekanan diastolik meningkat 20 mmHg), dispnea atau nyeri dada, keletihan dan kelemahan yang berlebihan, diaphoresis, pusing atau pingsan Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap stress aktivitas dan bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi, missal: menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan aktivitas dengan perlahan Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energi, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri terhadap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.
  • 17. 17 BAB III PENUTUP a. Simpulan Hipertensi adalah meningkatnya tekanan sistolik sedikitnya 140 mmHg dan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Faktor genetik, Usia, keadaan emosi seseorang, konsumsi Na terlalu tinggi, Obat, Hormonal, Neurologik ,dll. Orang yang sugah terkena hipertensi dapat juga mengalami banyak komplikasi yang diderita, diantaranya Stroke, kebutaan, angina pectoris, CHF, gagal ginjal, infark miokard, dll. b. Saran Untuk menghindari terjadinya hipertensi, maka sebaiknya kita selaku petugas medis sebaiknya memberi contoh masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, dan juga tidak mengkonsumsi makanan sembarangan yang belum teruji kesehatannya.