O slideshow foi denunciado.
Seu SlideShare está sendo baixado. ×
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Próximos SlideShares
LAPORAN PCRA.docx
LAPORAN PCRA.docx
Carregando em…3
×

Confira estes a seguir

1 de 8 Anúncio

Mais Conteúdo rRelacionado

Semelhante a ICRA.doc (20)

Mais recentes (20)

Anúncio

ICRA.doc

  1. 1. INFECTION CONTROL RISK ASSESSMENT (ICRA) KONSTRUKSI BANGUNAN 2019 PPI 2 RSIA. Sitti Khadijah 1 Muhammadiyah Makassar
  2. 2. INFECTION CONTROL RISK ASSESSMENT (ICRA) KONSTRUKSI BANGUNAN DI RSIA SITTI KHADIJAH 1 MUHAMMADIYAH CABANG MAKASSAR I. LATAR BELAKANG Pengaruh dari design & kontruksi terhadap infeksi RS (HAIs) adalah sulit untuk di evaluasi. Rumah sakit menggunakan pendekatan berdasar risiko dalam menentukan fokus dari program PPI adalah pencegahan, pengendalian dan pengurangan infeksi terkait pelayanan kesehatan. Rumah sakit juga mengidentifikasi prosedur dan proses terkait dengan risiko infeksi dan mengimplementasi strategi untuk menurunkan risiko infeksi Melakukan identifikasi kontribusi dari lingkungan untuk menaksir angka risiko, seperti ILO/IDO, merupakan tantangan tersendiri karena banyak berhubungan dengan pasien dan praktik para dokter dan praktisi kesehatan lainnya. Kedua variabel seperti jumlah microbial di udara atau air adalah sering kali digunakan untuk bench marking. Risiko yang berhubungan dng pekerjaan kontruksi/renovasi pada awalnya dihubungkan dng mutu udara yg terlalu turun dan kontaminasi lingkungan dari jamur. (e.g., Aspergillus spp.) or with contaminated water (e.g., Legionella spp.). ICRA merupakan bagian dari proses perencanaan PPI dimana sebagai langkah awal untuk mengembangkan rencana dengan baik, diperlukan perencanaan secara bersama dari program, membantu melakukan fokus surveilance dan kegiatan program lainnya dan merupakan ketentuan persyaratan yang harus dipenuhi. Karena itu, pada saat ini area kontruksi dan renovasi perlu dibersihkan secara menyeluruh sebelum pasien diizinkan tinggal di tempat tersebut. Peran PPI dalam hubungannya dengan pekerjaan konstruksi/renovasi belum optimal. RS mempersyaratkan untuk menggabungkan issue risk assesment dengan Komite PPI dalam setiap melaksanakan kontruksi/renovasi bangunan II. DEFINISI Proses menetapkan risiko potensial dari transmisi udara yang bervariasi dan kontaminasi melalui air kotor dalam fasilitas selama konstruksi, renovasi dan kegiatan maintenance. Kegiatan tsb merupakan multidisiplin, proses kolaborasi
  3. 3. yang mengevaluasi jenis/macam kegiatan kontruksi dan kelompok risiko untuk klasifikasi penetapan tingkat III. TUJUAN 1. Untuk meminimalisasi risiko infeksi RS (HAIs) pada pasien yang mungkin bisa terjadi ketika ada penyebaran jamur atau bakteri di udara dengan debu atau aerosol atau air selama kontruksi dan renovasi di RS 2. Mengontrol penyebaran debu dari komponen bangunan selama renovasi di RS. IV. SIAPA TERLIBAT 1. Komite PPI membuat ICRA dan memberikan pendidikan dan pelatihan 2. Bagian teknik memfasilitasi dengan memberikan peraturan perundangan dan perijinan. 3. Sanitasi lingkungan, terkait dengan pembuangan limbah (baku mutu limbah) 4. Tim K-3 RS melakukan edukasi dan supervisi tentang keamanan dan keselamatan 5. Bagian keamanan , penjagaan keamanan 6. Pimpinan proyek PERAN KPPI/TIM PPI 1. Membuat Infection Control Risk Assessment (ICRA) dampak dari renovasi 2. Mengembangkan ijin renovasi yang ditandatangani oleh Ketua Komite/Panitia/Tim PPI, pimpinan departemen/unit kerja dan pimpinan proyek. 3. Memberikan edukasi sebelum memulai pekerjaan pada penggunaan Personal Protective Equipment (PPE/APD) 4. Melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi dengan menggunakan check list 5. Mengikuti pertemuan/rapat-2 selama proses renovasi dengan seluruh Tim.
  4. 4. V. ICRA (INFECTION CONTROL RISK ASSESMENT) Dalam membuat ICRA diperlukan beberapa langkah yaitu : 1. MELAKUKAN IDENTIFIKASI TYPE/JENIS KONTRUKSI KEGIATAN PROYEK (Type A-D) Tipe Kriteria A Inspeksi dan Kegiatan Non-Invasive. Termasuk tetapi tidak terbatas pada : • Mengganti ubin langit-2 (plafon) untuk inspeksi visual saja. Misalnya : terbatas pada 1 genting/plafon per 50 meter persegi. • Pengecatan (tetapi tidak pengamplasan) • Wallcovering, pekerjaan listrik, pipa kecil, dan kegiatan yang tidak menghasilkan debu atau memerlukan pemotongan dinding atau akses ke langit-langit selain untuk pemeriksaan yg kelihatan B Skala kecil, kegiatan durasi pendek yang menciptakan debu minimal. Termasuk, tetapi tidak terbatas pada : • Instalasi telepon dan perkabelan komputer. • Akses ke ruang terbuka. • Pemotongan dinding atau langit-2 dimana migrasi debu dapat di kontrol C Pekerjaan yang menghasilkan debu tingkat sedang hingga tinggi atau memerlukan pembongkaran atau pemindahan/penghapusan/ pembersihan komponen bangunan tetap atau rakitan. Termasuk tetapi tidak terbatas pada : • Pengampalasan dinding untuk pengecatan atau penutup dinding • Pemindahan/penghapusan/pembersihan penutup lantai, plafon langit-2 dan pekerjaan khusus. • Kontruksi dinding baru. • Pekerjaan saluran kecil atau pekerjaan listrik di atas langit-langit • Kegiatan kabel utama • Keg. apapun yg tdk dpt diselesaikan dlm shift kerja tunggal. D Pembongkaran dan kontruksi proyek-2 besar. Termasuk tetapi tidak terbatas pada : • Kegiatan yg membutuhkan shift kerja berturut-turut • Memerlukan pembongkaran berat atau pemindahan/penghapusan sistem perkabelan lengkap. • Kontruksi baru
  5. 5. 2. IDENTIFIKASI KELOMPOK RISIKO (RUANGAN) Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi Risiko Sangat Tinggi  Administrasi  Komputer  Pertemuan  Perpustakaan  Resepsionis  Diklat  Rawat inap bukan penyakit menular  Rawat jalan  Ganti pakaian  R. tunggu pasien  Isolasi  Perawatan intensif  Laboratorium  Penginderaan medis(medical imaging)  Bedah mayat  Jenazah  R. Operasi  Bedah mulut  Perawatan gigi  Gawat darurat  Bersalin  Patologi 3. MATRIX INFECTION CONTROL - Class of Precautions: Construction Project by Patient Risk. Kelompok Construction Project Type Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D Risiko Rendah I II II III/IV Risiko Sedang I II III IV Risiko Tinggi I II III/IV IV Risiko Sangat Tinggi II III/IV III/IV IV Catatan : Persetujuan IC diperlukan bila kegiatan kontruksi dan tingkat risiko menunjukkan kelas III atau IV, maka prosedur pengendalian diperlukan. 4. DESKRIPSI TINDAKAN PENGENDALIAN INFEKSI BERDASARKAN KELAS Kelas Selama pembangunan proyek Setelah penyelesaian proyek I 1. Laksanakan pekerjaan dengan metode meminimalisasi timbulnya debu dari pelaksanaan kegiatan kontruksi. 2. Segera meletakan kembali ketempat semula plafon atap yg diganti untuk pemeriksaan yg kelihatan Bersihkan area kerja setelah menyelesaikan tugas II 1. Menyediakan sarana aktif utk mencegah debu udara dari penyebaran ke atmosfer. 2. Air kabut permukaan kerja utk mengendalikan debu pada waktu pemotongan. 3. Seal pintu yang tidak terpakai 1. Lap permukaan kerja dengan pembersih/desinfektan. 2. Wadah yg berisi limbah kontruksi sebelum di transportasi harus tertutup rapat. 3. Pel basah dan/atau vakum
  6. 6. dengan lakban. 4. Blokir dan tutup ventilasi udara. 5. Tempatkan tirai debu di pintu masuk dan keluar area kerja. 6. Hilangkan atau isolasi sistem HVAC ("heating, ventilation, dan air-conditioning) yang sedang dilaksanakan dengan HEPA filter, vakum sebelum meninggalkan area kerja. 4. Setelah selesai, mengembalikan sistem HVAC di mana pekerjaan dilakukan. III 1. Untuk mencegah kontaminasi dari sistem saluran maka hilangkan/lepaskan atau isolasi sistem HVAC di area, dimana pekerjaan sedang dilakukan.. 2. Lengkapi semua barier penting yaitu sheetrock, plywood, plastic untuk menutup area dari area yg tdk untuk kerja atau menerapkan metode pengendalian kubus (gerobak dng penutup plastik & koneksi disegel ke tempat bekerja dng HEPA vakum utk menyedot debu sebelum keluar) sebelum kontruksi dimulai. 3. Menjaga tekanan udara negatif di dalam tempat kerja dengan menggunakan HEPA unit yang dilengkapi dengan penyaringan udara. 4. Wadah tempat limbah kontruksi sebelum di transportasi harus tertutup rapat. 5. Tutup wadah transportasi atau gerobak. Pita penutup jika tidak tutup yang kuat. 1. Jangan menghilangkan barier dari area kerja sampai proyek selesai diperiksa oleh Komite/Panitia PIRS. Dibersihkan oleh bagin kebersihan RS.. 2. Hilangkan barier material dengan hati-2 untuk meminimalisasi penyebaran dari kotoran dan puing-2 yg terkait dng kontruksi. 3. Vacuum area kerja area dng HEPA filtered vacuums. 4. Area untuk lap basah dng pembersih/disinfeksi/cleaner 5. Setelah selesai, mengembalikan sistem HVAC). IV 1. Untuk mencegah kontaminasi sistem saluran maka isolasi sistem HVAC di area, dimana pekerjaan sedang dilakukan.. 2. Lengkapi semua barier penting yaitu sheetrock, plywood, plastic untuk menutup area dari area yg tdk untuk kerja atau menerapkan metode pengendalian kubus (gerobak 1. Jangan menghilangkan barier dari area kerja sampai proyek selesai diperiksa oleh Komite/Panitia PPIRS. Dibersihkan oleh bagin kebersihan RS.. 2. Hilangkan barier material dengan hati-2 untuk meminimalisasi penyebaran dari kotoran dan puing-2 yg
  7. 7. dng penutup plastik & koneksi disegel ke tempat bekerja dng HEPA vakum utk menyedot debu sebelum keluar) sebelum kontruksi dimulai. 3. Menjaga tekanan udara negatif di dalam tempat kerja dengan menggunakan HEPA unit yang dilengkapi dengan penyaringan udara. 4. Segel lubang, pipa, saluran & lubang-2 kecil yg bisa menyebabkan kebocoran 5. Membangun serambi/ruangan dan semua personil melewati ruangan ini sehingga dapat disedot debunya dengan vakum cleaner HEPA sebelum meninggalkan tempat kerja atau mereka bisa memakai kain atau baju kertas yg di lepas setiap kali mereka meninggalkan tempat kerja 6. Semua personil memasuki tempat kerja diwajibkan untuk mengenakan penutup sepatu. Penutup sepatu harus diganti setiap kali pekerja keluar dari area kerja terkait dng kontruksi. 3. Wadah untuk limbah kontruksi harus ditutup rapat sebelum kontruksi. 4. Wadah transportasi atau gerobak agar ditutup rapat. 5. Vakum area kerja dengan vakum HEPA filter. 6. Area di pel dengan pel basah dengan pembersih/desinfektan. 7. Setelah selesai mengembalikan sistem HVAC dimana pekerjaan dilakukan. 5. Identifikasi daerah sekitar area proyek, menilai dampak potensial 6. Identifikasi kegiatan di tempat khusus misalnya ruang perawatan, ruang farmasi/obat dst 7. Identifikasi masalah yg berkaitan dengan : ventilasi, pipa ledeng, listrik dalam hal terjadinya kemungkinan pemadaman. 8. IdentifIkasi langkah-langkah pencegahan , menggunakan penilaian sebelumnya, apa jenis bariernya (misalnya bariernya dinding yang tertutup rapat). Apakah HEPA filter diperlukan ? (Catatan : Selama dilakukan kontruksi maka area yang di renovasi/kontruksi seharusnya diisolasi dari area yang dipergunakan dan merupakan area negatif terhadap daerah sekitarnya.)
  8. 8. 9. Pertimbangkan potensial risiko dari kerusakan air. Apakah ada risiko akibat merusak kesatuan struktur (misal : dinding, atap, plafon) 10. Jam Kerja : dapat atau pekerjaan akan dilakukan selama bukan jam pelayanan pasien 11. Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah ruang isolasi/ruang aliran udara negatif yang memadai 12. Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah dan tipe tempat/bak cuci tangan 13. Apakah PPIRS/IPCN setuju dengan jumlah minimum bak/tempat cuci tangan tersebut. 14. Apakah PPIRS/IPCN setuju dengan rencana relatif terhadap utilitas ruangan bersih dan kotor 15. Rencanakan untuk membahas masalah pencegahan tersebut dengan tim proyek (misalnya arus lalu lintas, rumah tangga, pembersihan puing (bagaimana dan kapan) VI. KESIMPULAN Adanya kegiatan tersebut diatas, maka diperlukan : 1. Kebijakan renovasi dan kontruksi di RS. 2. Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi membuat ICRA bila RS melakukan renovasi bangunan. 3. Renovasi tidak bisa dilaksanakan sebelum ada ijin dari Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi 4. Perlu edukasi ke unit-unit kerja di RS pentingnya ICRA untuk kontruksi bangunan. Makassar, 17 Jumadil Awwal 1440 H 23 Januari 2019 M Direktur Dr.dr.H.Nasrudin AM, Sp.OG(K), MARS NBM : 1.071.782

×