Resume ini merangkum bab 5, 6, 7, 8, dan 9 dari buku Richard I Arends tentang manajemen kelas, asesmen, presentasi pengajaran, pengajaran langsung, dan pengajaran konsep. Bab-bab tersebut membahas teori dan praktik terkait topik-topik tersebut seperti manajemen kelas preventif, penanganan perilaku menyimpang, jenis-jenis asesmen, merencanakan presentasi dan pengajaran langsung, serta pengajaran konsep.
1. RESUME BUKU RICHARD I ARENDS
BAB 5, 6, 7, 8, 9
OLEH :
SUTRISNO
Resume :
Disampaikan dalam Diskusi Presentasi Mata Kuliah
Teori Belajar dan Pembelajaran
Pasca Sarjana, Teknologi Pendidikan, Universitas Lampung.
Bandar Lampung, 23 Oktober 2013
1
2. KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT kami panjatkan, atas pertonlongan-Nya kami telah
menyelesaikan resume buku Richard I Arends BAB 5, 6, 7, 8 dan 9.
Resume ini disusun agar pembaca dapat mengetahui proses pemecahan masalah, telaah
materi dengan mudah. Adapun dalam penyusunan resume ini banyak mengalami kendala,
terutama memahami maksud dari isi buku yang kurang jelas karena buku Richard I
Arends merupakan buku terjemahan, sehingga bahasa kurang mudah dipahami. Namun
karena pertolongan
dari Tuhan YME, kesabaran, pantang menyerah akhirnya dapat
diselesaikan.
Semoga resume ini dapat memberikan wawasan kepada pembaca, walaupun masih
memiliki kelemahan, dan kekurangan. Atas kritik, saran yang sifatnya membangun tetap
kami harapkan.
Penyusun
DAFTAR ISI :
2
3. KATA PENGANTAR………………………………………………………… i
BAB 5 MANAJEMEN KELAS……………………………………………… ii
Perspektif tentang Manajemen kelas………………………………............ 1
Dukungan Teoritis dan Empiris .................................................................. 1
Mempersiapkan Manajemen Kelas Yang Efektif ....................................... 1
Program – Program Manajemen Kelas ....................................................... 4
BAB 6 ASESMEN dan EVALUASI ............................................................... 6
Pentingnya Asesmen dan Evaluasi .............................................................. 6
Konsep – Konsep Kunci Asesmen dan Evaluasi ......................................... 6
Efek – Efek Asesmen Pada Motivasi dan Pembelajaran Siswa................... 7
Tes – Tes yang Mengacu Norma dan Mengacu Kriterion .......................... 7
Hal – Hal Yang Spesifik Dalam Asesmen Tradisional................................ 7
Konstruksi Tes ............................................................................................. 8
Asesmen – Asesmen Alternatif .................................................................... 9
BAB 7. PRESENTASI dan PENJELASAN....................................................... 10
Ikhtisar Tentang Pengajaran dengan Presentasi ........................................... 10
Dukungan Empiris......................................................................................... 11
Merencanakan dan Melaksanakan Pelajaran Presentasi ............................... 11
Melaksanakan Pelajaran Presentasi .............................................................. 12
BAB 8. PENGAJARAN LANGSUNG ............................................................. 13
Ikhtisar tentang Pengajaran Langsung .......................................................... 13
Dukungan Teoritis dan Empiris …………………………………………… 14
Merencanakan dan Melaksanakan Pelajaran dengan
Model Pengajaran Langsung………………………………………………...15
Mengelola Lingkungan Belajar ………………………………………….
18
Assesmen dan Evaluasi………………………………………………... 18
BAB 9. PENGAJARAN KONSEP……………………………………………. 19
Ikhtisar tentang Pengajaran Konsep……………………………………….. 19
Dukungan Teoritis dan Empiris …………………………………………… 19
3
4. Merencanakan dan Melaksanakan Pengajaran Konsep……………………. 21
Mengelola Lingkungan Belajar……………………………………………. 23
Asesmen dan Evaluasi……………………………………………………... 23
BAB V
MANAJEMEN KELAS
4
5. Prespektif Tentang Manajemen Kelas
Pekerjaan terbesar guru adalah mengembangkan komunitas belajar demokratis yang semua
siswanya dihargai, saling menghormati satu sama lain, dan termotivasi untuk bekerja bersama
– sama. Manajemen kelas yang baik membutuhkan guru yang mampu menciptakan hubungan
autentik dengan siswa dan mengembangkan etika kepedulian.
Ada dua ide lain yang dapat memberikan prespektif tambahan tentang manajemen kelas :
1. Manajemen kelas barangkali merupakan tantangan terpenting yang dihadapi para
guru pemula .
Reputasi seorang guru baru dikalangan teman-teman sejawat, otoritas sekolah, dan
siswa, akan sangat dipengaruhi oleh kemampuannya untuk melaksanakan fungsi
manajerial dalam pengajarannya, khususnya menciptakan lingkungan belajar yang
tertib, dan kemampuannya menangani berbagai macam perilaku siswa.
2. Manajemen kelas dan pengajaran saling terkait erat.
Manajemen kelas bukanlah tujuan, tetapi hanyalah salah satu bagian dari peran
kepemimpinan guru secara keseluruhan, tidak dapat dipisahkan dari aspek – aspek
pengajaran lainnya.
Dukungan Teoritis dan Empiris
1. Reinforcement Theory ( Teori Penguatan )
Teori penguatan menekankan tentang sentralisasi kejadian eksternal dalam mengarahkan
perilaku dan pentingnya penguat positif dan negatif ( Skiner, 1956 ). Guru yang
menerapkan prinsip – prinsip behavioral untuk manajemen kelas menggunakan rewards
dalam bentuk nilai yang baik, pujian, dan hak istimewa untuk menguatkan perilaku yang
diinginkan dan menggunakan hukuman, seperti nilai buruk, teguran, dan kehilangan hak
istimewa, untuk menekan kecenderungan dan tindakan yang tidak diinginkan.
2. Ekologi Kelas dan Proses Kelompok
Prespektif ini mengkaji bagaimana kerjasama dan keterlibatan siswa diperoleh sehingga
kegiatan – kegiatan belajar yang penting dapat diselesaikan. Fungsi utama guru dari sudut
pandang ini adalah merencanakan dan mengorkestrasikan berbagai kegiatan kelompok
agar dapat mengalir dengan lancar.
3. Tradisi Child – Centered
Perilaku buruk merupakan akibat instruksi yang berusaha menekan siswa, sekalipun hal
itu dimaksudkan untuk kebaikan mereka sendiri atau untuk kebaikan masyarakat atau
akibat situasi pengendalian kita terhadap perilaku dan berusaha membuat siswa
melakukan yang kita inginkan dan bukan membantu mereka menjadi orang – orang yang
canggih secara moral, yang memikirkan tentang dirinya sendiri dan sekaligus peduli pada
orang lain.
Mempersiapkan Manajemen Kelas Yang Efektif
5
6. 1. Manajemen Kelas Preventatif
Banyak masalah yang terkait dengan perilaku buruk siswa yang ditangani oleh guru –
guru efektif melalui pendekatan preventatif dan membahas tentang berbagai tuntutan
manajemen yang terkait dengan pendekatan pengajaran tertentu.
a). Menetapkan Aturan dan Prosedur
Aturan adalah pernyataan yang menyebutkan apa yang diharapkan untuk dilakukan atau
untuk tidak dilakukan oleh siswa. Biasanya, aturan dibuat secara tertulis, dimengerti
dengan jelas oleh siswa, dan dibuat minimum.
Prosedur adalah cara untuk menyelesaikan pekerjaan atau kegiatan lainnya.
b). Gerakan Siswa
Pengelola kelas yang efektif merancang cara untuk membuat gerakan yang dibutuhkan
oleh siswa berjalan lancar. Mereka mengorganisasikan prosedur antrean dan distribusi
yang efisien; Mereka menetapkan aturan yang meminimalkan disrupsi dan memastikan
keselamatan.
c). Pembicaraan Siswa
Pengelola kelas yang efektif memiliki sejumlah aturan yang jelas, yang mengatur kapan
siswa
boleh berbicara. Kebanyakan guru mempreskripsikan kapan bicara dilarang, kapan bicara
dengan dengan suara rendah diizinkan dan disarankan, dan kapan boleh bebas berbicara.
d). Mengajarkan Aturan dan Prosedur
Pengelola kelas yang efektif pada umumnya hanya menetapkan beberapa aturan dan
prosedur saja, mengajarkannya dengan cermat kepada siswa, dan menjadikannya sesuatu
yang rutin dengan menggunakannya secara konsisten. Di kebanyakan kelas hanya
dibutuhkan beberapa aturan, tetapi bagi guru untuk memastikan bahwa siswa memahami
maksud setiap aturan dan landasan moral atau landasan praktis untuk aturan yang
maksud.
e). Menjaga Konsistensi
Pengelola kelas yang efektif konsisten dalam menegakkan aturan dan menerapkan
prosedur. Bila tidak, aturan dan prosedur apa pun akan buyar dengan cepat.
f). Mencegah Perilaku Menyimpang dengan Smoothness dan Momentum
Meminimalkan perilaku disruptif dan memperlambat pelajaran sulit dipelajari oleh guru
pemula, seperti banyak ketrampilan manajemen efektif lainnya, karena begitu banyaknya
6
7. aspek manajemen yang bersifat situasional. Kelancaran dan momentum bervariasi sesuai
sifat masing – masing kelas – apa yang merupakan dangle di sebuah kelas mungkin tidak
demikian halnya di kelas lain, atau apa yang overdwelling untuk sebuah kelompok
mungkin tepat untuk kelompok lain
.
g). Memulai Pelajaran
Pengelola kelas yang efektif merencanakan dan melaksanakan prosedur yang membantu
agar segala sesuatunya dapat dimulai dengan cepat dan pasti.
h). Transisi
Sistem cuing ( memberi isyarat ) dan signaling ( memberi signal ) digunakan oleh guru –
guru Efektif untuk mengelola periode transisi yang sulit. Cues digunakan oleh guru untuk
memberi tanda kepada siswa bahwa mereka akan segera mengganti kegiatan atau tugas
dan segera mempersiapkan diri.
i). Mengakhiri Pelajaran
Guru – guru efektif mengantisipasi potensi masalah manajemen yang terkait dengan akhir
pelajaran dengan memasukkan prosedur – prosedur berikut :
- Menyisakan waktu yang cukup untuk menyelesaikan kegiatan penutup
- Memberikan pekerjaan rumah lebih awal sehingga ketidakjelasan dapat diatasi
sebelum menit akhir pelajaran
- Menetapkan prosedur rutin untuk mengumpulkan pekerjaan siswa, sehingga waktu
pelajaran tidak harus dikorbankan untuk kegiatan tersebut
- Menetapkan prosedur alerting dan cuing untuk menyiagakan siswa bahwa akhir
pelajaran akan segera tiba dan beberapa tugas tertentu perlu diselesaikan sebelum
mereka meninggalkan kelas
- Mengajari siswa yang lebih tua bahwa kelas akan dibubarkan oleh guru, bukan oleh
bel sekolah
j). Mengembangkan Tanggung Jawab Siswa
Salah satu dimensi lain manajemen kelas melibatkan aturan dan prosedur untuk
mengelola dan menempatkan tanggung jawab kepada siswa atas pekerjaannya. Pedoman
berikut yang diadaptasi dari rekomendasi Emmer, Evertson, dan Anderson ( 1980 ) dan
Evertson, Emmer, dan Worsham ( 2002 ), seharusnya dimasukkan ke dalam rencana
manajemen preventatif secara keseluruhan yang dibuat oleh guru :
- Komunikasikan dengan jelas tugas – tugas dan prasyarat untuk menyelesaikannya.
- Bagaimana cara kerja prosedur untuk memantau pekerjaan siswa
- Konsisten dalam memeriksa pekerjaan yang telah selesai dikerjakan
- Memberikan umpan balik yang tepat pada hasil pekerjaan siswa
2. Menangani Perilaku yang Tidak Semestinya dan Mengganggu ( Disruptif )
7
8. Disrupsi dapat bervariasi mulai dari berbicara pada saat mereka mestinya mendengarkan
guru atau menolak mengikuti kegiatan kelompok kecil sampai membentak guru dan
menghentakkan kaki di kelas. Menangani perilaku disrupsi membutuhkan sejumlah
pemahaman dan repertoar ketrampilan khusus.
a). Penyebab Perilaku Buruk
Para guru mungkin ingin memikirkan tentang penyebab perilaku yang tidak semestinya
tetapi mereka seharusnya juga berhati – hati untuk tidak menghabiskan terlalu banyak
waktu untuk menganalisis semacam ini karena dua alasan :
i. Mengetahui penyebab perilaku buruk siswa, meskipun membantu dalam menganalisis
masalahnya, belum tentu menyebabkan perubahan apa pun pada perilaku itu.
ii. Terlalu banyak menangani penyebab psikologis atau sosiologis perilaku buruk,
khususnya yang tidak dapat dipengaruhi guru, dapat mengakibatkan penerimaan dan /
atau pengunduran diri.
b). Menangani Perilaku Buruk
Pendekatan umum yang direkomendasikan bagi guru – guru pemula untuk menangani
perilaku disruptif adalah dengan tidak terlalu ngotot mencari penyebabnya, tetapi
memfokuskan pada perilaku buruk itu sendiri dan mencari cara untuk mengubahnya,
paling tidak selama siswa yang bersangkutan berada dalam kelas. Pendekatan ini
menekankan pentingnya menengarai secara akurat perilaku buruk itu dan melakukan
intervensi yang cepat dan tepat.
c). Overlappingness
Berarti mampu menengarai siswa yang berbuat tidak semestinya dan menanganinya
secara tidak mencolok sehingga pelajarannya tidak terganggu.
d). Merespons “ Desist Incident” dengan Cepat
Model Jones bersifat non verbal dan berguna untuk perilaku buruk ringan . Prosedur
yang direkomendasikan oleh Evertson dan Emmer berkonsentrasi pada menghentikan
perilaku yang tidak semestinya dengan cepat dan memastikan bahwa siswa paham
mereka berbuat salah. Model LEAST termasuk prosedur untuk perilaku buruk ringan
maupun masalah – masalah yang cukup serius yang perlu di tangani dalam waktu cukup
lama.
Guru – guru efektif menciptakan berbagai prosedur yang bekerja bagi dirinya, dan ini
mencakup aspek – aspek yang terdapat dalam masing – masing model.
e). Menggunakan Hadiah
Salah satu prinsip yang tidak dapat dipungkiri lagi dalam psikologi adalah bila perilaku
tertentu diperkuat, perilaku itu cenderung akan diulangi; sebaliknya perilaku yang tidak di
perkuat cenderung berkurang atau menghilang.Prinsip ini berlaku untuk kelas dan
memberikan cara kepada guru untuk menangani perilaku siswa.
8
9. f). Pujian
Pujian adalah hadiah yang paling mudah di berikan oleh guru, akan tetapi pujian harus
digunakan dengan tepat agar efektif.
g). Rewads dan Previleges
Guru juga dapat mendorong perilaku yang diinginkan melalui pemberian rewads dan
previleges kepada siswa. Reward ( hadiah ) yang dapat diberikan oleh guru termasuk
antara lain:
- Point untuk jenis pekerjaan atau perilaku tertentu yang dapat menambah nilai siswa
- Simbol – simbol seperti bintang emas, happy face, atau piagam penghargaan
- Piagam kehormatan khusus untuk prestasi akademik dan perbuatan sosial
Privilege ( hak istimewa ) yang dapat diberikan guru termasuk :
- Dijadikan ketua kelas atau pembantu guru
- Diberi waktu ekstra untuk istirahat
- Diberi waktu khusus untuk mengerjakan proyek individual khusus
- Dibebaskan dari beberapa tugas wajib
- Diberi waktu bebas untuk membaca
h). Hukuman dan Pinalti Koersif
Hukuman dan pinalti digunakan untuk menekan pelanggaran aturan dan prosedur. Secara
sosial, hukuman dan pinalti guru yang dapat diterima pada kenyataannya agak terbatas,
termasuk :
- Mengurangi point untuk perilaku buruk yang pada gilirannya, akan mempengaruhi
nilai siswa
- Tidak memperbolehkan siswa untuk istirahat atau melarang pulang sekolah setelah
sekolah usai
- Menghapus hak istimewa
- Mengeluarkan siswa dari kelas atau mengirim siswa ke konselor atau administrator
Program – Program Manajemen Kelas
Program – program ini berasal dari teori atau prespektif tertentu dan membutuhkan
partisipasi di tingkat sekolah. Para kreator program mengembangkan materi untuk
membantu guru memahami cara penggunaan program tersebut. Program – program
tradisional yang didasarkan pada teori penguatan :
a. Assertive Discipline
Sebagian program manajemen kelas dan program pendisiplinan dibangun di seputar
konsep – konsep sentral guru yang bertindak dengan penuh percaya diri dan asertif
dalam menghadapi perilaku buruk siswa dan mengadministrasikan pinalti – pinalti
yang telah di terapkan sebelumnya untuk pelanggaran aturan kelas.
Asertif discipline adalah salah satu pendekatan manajemen kelas yang menekankan
bahwa guru meminta dengan tegas agar siswa berperilaku baik dan merespons setiap
pelanggaran secara asertif.
9
10. b. Respons Asertif
Guru seharusnya merespons perilaku buruk siswa dengan gaya asertif dan bukan
dengan merespons secara pasif atau memusuhi.Gaya asertif menuntut guru untuk
benar – benar jelas dalam mengungkapkan harapannya dan merespons perilaku buruk
siswa dengan tegas dan penuh percaya diri.
c. Konsekuensi
Menurut pendekatan Canter dan Canter, konsekuensinya harus dibuat sederhana dan
dirancang sedemikian rupa agar implimentasinya tidak akan menyebabkan disrupsi
berat
terhadap kegiatan instruksional yang sedang berjalan.
d. Konsekuensi Logis Dreikurs
Pendekatan Dreikurs menekankan pentingnya kelas yang demokratis yang siswanya
boleh berpendapat dalam menetapkan aturan. Dreikurs melihat konsekuensi logis
terhadap perilaku lebih dari sekedar sebagai hukuman yang sewenang – wenang.
Tujuan jangka panjang pendekatan pendisiplinan ini adalah untuk membuat siswa
memahami alasan perilaku buruk mereka dan menemukan cara untuk memuaskan
kebutuhan untuk merasa berguna dan kebutuhan afiliasinya dengan cara yang dapat
diterima secara sosial.
Program – program Yang Mengarah Pada Swakelola ( Self- Manajemen ) dan
Komunitas
Program – program manajemen kelas yang mendasarkan diri pada premis – premis yang
berakar pada psikologi humanistik dan prinsip – prinsip mengajar dan belajar
konstruktivis dan child-centered.
a. Glasser’s Classroom Meeting
b. Melaksanakan Classroom Meeting
c. Saran – saran untuk memulai dan melaksanakan Classroom Meeting
d. Perencanaan
e. Melaksanakan pertemuan
Sebagian besar ketrampilan siswa dan guru yang dibutuhkan untuk kesuksesan
pertemuan, antara lain:
a. Membentuk iklim
b. Mengidentifikasi permasalahan
c. Menangani nilai – nilai
d. Mengidentifikasi berbagai alternatif rangkaian tindakan
e. Membuat komitmen publik
f. Tindak lanjut dan asesmen
BAB IV
ASESMEN DAN EVALUASI
10
11. Pentingnya Asesmen dan Evaluasi
a. Pentingnya Nilai bagi Orangtua Siswa
Orang tua sangat penduli pada nilai anaknya karena mereka, melebihi anaknya, benar
– benar memahami fungsi penting penyortiran yang terjadi di sekolah.
Kebanyakan orangtua masih ingat penentuan kritis tentang hasil kerja mereka dulu
dan apa konsekuensinya .
b. Era Akuntabilitas
Kita yang hidup di era warga masyarakat berharap guru dan sekolah bertanggung
jawab atas pembelajaran siswa.
Konsep – Konsep Kunci Asesmen dan Evaluasi
Asesmen biasanya merujuk pada seluruh rentang informasi yang dikumpulkan dan
disintesiskan oleh guru tentang siswa – siswanya maupun tentang kelasnya. Informasi tentang
siswa dapat diperoleh secara informal, misalnya melalui observasi dan pertukaran verbal.
Informasi juga dapat diperoleh melalui cara – cara formal seperti PR, tes, dan laporan tertulis.
Informasi tentang kelas dan pengajaran guru juga dapat menjadi bagian asesmen.
Evaluasi biasanya mengacu pada proses membuat keputusan ( judgment), menetapkan nilai
(value), atau memutuskan tentang worth (manfaat).
- Evaluasi Formatif
Evaluasi ini dikumpulkan sebelum atau selama pengajaran dan dimaksudkan untuk
menginformasikan kepada guru tentang pengetahuan dan ketrampilan yang
sebelumnya sudah dimiliki siswa, untuk membantunya dalam membuat perencanaan.
-
Evaluasi Sumatif
Evaluasi ini dirancang sedemikian rupa sehingga judgment tentang
pencapaian/prestasi dapat dibuat. Informasi yang diperoleh dari evaluasi sumatif
digunakan oleh guru untuk menetapkan nilai dan untuk menjelaskan tentang laporan
yang dikirim kepada siswa dan orang tuanya.
Para spesialis pengukuran dan evaluasi menggunakan 3 istilah teknis untuk mendeskripsikan
kualitas informasi asesmen : reliability (reliabilitas), validity (validitas), dan fairnesss
(keadilan). Sebuah tes dikatakan reliabel bila menghasilkan hasil – hasil yang dapat
diandalkan secara konsisten. Para pakar pengukuran mengukur reliabilitas dengan beberapa
cara :
a). Test – retest Reliability
adalah ukuran yang menunjukkan apakah sebuah tes mendapatkan hasil yang konsisten
untuk orang yang menjalaninya lebih dari satu kali selama kurun waktu tertentu.
Sebagai contoh, bila seseorang siswa menjalani tes pada hari jumat dan kemudian siswa
yang sama menjalani tes tersebut sekali lagi pada hari jumat minggu berikutnya dan
menerima skor yang sama, kemungkinan besar tes itu reliabel.
b). Alternate – form Relability
11
12. Menunjukkan bahwa dua bentuk tes membawa hasil – hasil yang konsisten untuk
kelompok siswa yang sama. Tipe reliabilitas ini terutama penting bagi guru yang
mengembangkan dua tes dengan daftar tes yang serupa, namun, berbeda; tes yang satu
dapat diberikan kepada siswa-siswayang absen pada saat tes primernya
diadministrasikan.
c). Split-half Reliability
Beberapa soal tes pada sebuah tes dibagi menjadi dua , dan kinerja dari siswa
dibandingkan untuk masing – masing bagian. Bila perbandingannyamirip, tes itu
disebut memiliki reliabilitas tes-retes atau konsisten internal baik. Tipe reliabilitas ini
lebih banyak digunakan oleh guru – guru yang merancang tes untuk asesmen kelas.
Efek – Efek Asesmen Pada Motivasi dan Pembelajaran Siswa
Secara umum, para peneliti telah menyimpulkan bahwa bagaimana asesmen itu dilaksanakan
di kelas memiliki efek langsung pada bagaimana siswa belajar dan apa yang mereka pelajari.
a). Efek Nilai
Penggunaan nilai dapat meningkatkan prestasi siswa, tetapi pengaruhnya tetap
kompleks. Kemenarikan tugas belajar itu secara intrinsik berdampak pada motivasi,
demikian juga penghargaan yang ditempatkan oleh siswa sendiri terhadap nilai tersebut.
b). Efek Testing dan Umpan – Balik Pada Motivasi dan Pembelajaran
Terlepas dari efek nilai pada pembelajaran siswa, pada umumnya diketahui bahwa
asesmen, bila dilakukan secara efektif, meningkatkan keterlibatan dan pembelajaran
siswa. Beaulieu dan Utecht(1987) menyimpulkan bahwa prestasi siswa pada ujian akhir
meningkat di kelas – kelas yang gurunya memberikan kuis – kuis mingguan.
c). Efek Testing Terstandar
Penggunaan tes-tes terstandar di sekolah benar – benar meluas, dan orang-orang secara
umum berpikir bahwa bila skor tesnya tinggi, bararti sekolah dan guru – guru efektif
.Akan tetapi untuk berbagai alasan, efek tes – tes terstandar mungkin tidak selalu
sepositif yang diyakini sebagaian orang. Salah satu alasannya adalah tes yang paling
terstandar hanya mengukur rentang kemampuan yang terbatas, terutama tes-tes yang
difokuskan pada tugas kuantitatif dan verbal.
Tes – Tes yang Mengacu Norma dan Mengacu Kriterion
a. Tes – tes Yang Mengacu Norma
Tes ini berupaya mengevaluasi kinerja siswa tertentu dengan membandingkannya
dengan kinerja kelompok siswa lain pada tes yang sama.Kebanyakan tes mengacu
norma menghasilkan dua macam skor raw score dan percentile rank .
Raw score ( skor kasar ) adalah jumlah daftar dalam tes yang dijawab dengan benar
oleh siswa. Sedangkan Percentile Rank ( peringkat persentil) adalah alat statistik
yang menunjukkan bagaimana kedudukan seorang siswa dibandingkan siswa – siswa
lain, khususnya proporsi individu – individu yang memiliki skor kasar yang sama atau
lebih rendah untuk bagain tes tertentu.
b. Criterion – referenced Test ( tes-tes yang mengacu kriterion )
12
13. Tes ini mengukur kinerja siswa dibandingkan tingkat kinerja atau kriterion yang telah
disepakati. Secara umum, isi dan ketrampilan yang diukur pada tes – tes yang
mengacu kriterion jauh lebih spesifik dibanding yang dikur pada tes – tes yang
mengacu norma.
Hal – Hal Yang Spesifik Dalam Asesmen Tradisional
Prinsip – Prinsip Umum
Grondlund (1991, 2005) memberikan bebrapa prinsip yang dapat memandu guru pada saat
merancang istem asesmen dan membuat tes sendiri :
a. Mengases Seluruh Tujuan Instruksional
Guru semestinya mengonstruksikan tesnya sedemikian rupa sehingga dapat mengukur
dengan jelas tujuan belajar yang sudah mereka komunikasikan kepada siswa dan
materi yang telah mereka bahas. Pendek kata tes itu seharusnya selaras dengan tujuan
instruksional guru.
b. Mencakup Seluruh Ranah Kognitif
Sebuah tes yang baik tidak sepenuhnya difokuskan salah satu tipe tujuan, misalnya
ingatan faktual. Sebaliknya, ia mengukur sampel tujuan – tujuan pembelajaran secara
representatif.
c. Menggunakan Soal – Soal Tes Yang Tepat
Tes yang baik mencakup soal – soal yang paling tepat untuk tujuan tertentu.
d. Menggunakan Tes Untuk Meningkatkan Pembelajaran
Dengan membahas hasil – hasil tes, guru memiliki kesempatan untuk mengajarkan
kembali informasi penting yang mungkin belum diserap dengan baik oleh siswa.
Para guru efektif mengintegrasikan proses testing ke dalam program instruksionalnya
untuk memandu dan meningkatkan pembelajaran siswa.
Konstruksi Tes
a. Merencanakan Tes
Rancangan tes adalah alat yang ditemukan oleh para spesialis evaluasi untuk
membantu para guru dalam membuat keputusan dan menentukan berapa banyak
ruang yang dialokasikan bagi jenis pengetahuan tertentu dan untuk berbagai tingkat
proses kognitif siswa yang berbeda.
b. Menyusun Tes
Setelah guru memutuskan tipe pengetahuan dan proses kognitif mana yang dicakup
pada tes tertentu, langkah selanjutnya adalah memutuskan tentang format tes dan tipe
soal yang akan digunakan.
Soal – soal tes tradisional dapat dibagi menjadi dua tipe :
13
14. 1). Selected-response items,
seperti soal pilihan ganda dan benar salah,
memungkinkan siswa untuk memilih responsnya diantara alternatif – alternatif
yang tersedia.
2). Constructed-response items, seperti esai atau jawaban pendek, mengharuskan
siswa untuk memberikan respons/jawabannya sendiri.
c. Mengonstruksikan dan Memberikan Skor Pertanyaan – Pertanyaan Selected –
Response Test
Contoh – contoh soal tes yang dapat digunakan di sebuah tes selected – response
obyektif yaitu tes benar – salah , menjodohkan, dan pilihan ganda. Keuntungan tipe
soal - soal tes ini kiranya cukup jelas. Mereka memungkinkan cakupan yang lebih
besar untuk beragam topik yang sudah diajarkan guru, dan mereka dapat diberikan
skor dengan mudah dan obyektif. Kelemahannya tipe soal tes ini adalah kadang –
kadang sulit untuk menulis pertanyaan yang mengukur ketrampilan dan proses
kognitif tingkat tinggi.
d. Mengonstruksikan dan Memberikan Skor Pertanyaan – Pertanyaan Constructed –
Response Test
Guru menggunakan dua macam pertanyaan constructed-response tes :
i). Fill in the blanks ( mengisi titik – titik ) / jawaban pendek
Tes ini lebih mudah untuk ditulis dan mampu mengukur kemampuan siswa
untuk mengingat informasi. Trik untuk menulis pertanyaan fill in the blanks
adalah menghindari ambiguitas dan memastikan bahwa pertanyaannya tidak
memiliki lebih dari satu jawaban yang benar.
ii). Esai
Banyak guru dan pakar tes setuju bahwa tes / ujian esai merupakan cara terbaik
untuk menyadap proses berpikir tingkat tinggi dan kreatifitas siswa. Kelebihan
yang lain yaitu tes ini tidak begitu membutuhkan banyak waktu untuk
dikonstruksikan.
Memberikan Tes Tradisional
Format tes dan macam cakupannya ini merupakan unsur – unsur penting tes. Beberapa
pedoman yang berasal dari praktik – praktik para guru efektif dibawah ini perlu
dipertimbangkan :
a. Temukan cara untuk mengatasi kecemasan tes
b. Organisasikan lingkungan belajar agar kondusif untuk menjalani tes
c. Menjelaskan rutinitas dan instruksi tes
d. Hindari kompetisi dan “time pressure” yang tidak semestinya
e. Menyediakan waktu yang cukup kepada siswa
f. Memberikan dukungan yang tepat bagi siswa – siswa dengan kebutuhan khusus.
Asesmen – Asesmen Alternatif
14
15. a. Performance Assesment ( Asesmen Kinerja )
Menginginkan siswa untuk mendemonstrasikan bahwa mereka dapat mengerjakan
tugas tertentu, seperti menulis esai, melakukan eksperimen, menginterpretasi solusi
untuk suatu masalah, atau menggambar sesuatu.
b. Authentic Assessment ( Asesmen Autentik )
Asesmen ini membawa demonstrasi selangkah lebih maju dan menekankan
pentingnya Penerapan ketrampilan atau kemampuan yang dimaksud dalam konteks
situasi kehidupan nyata. Para reformasi pendidikan seperti Stiggins (2004) dan
Jeannie Oaker (2007) mengatakan bahwa kinerja yang bermakna di berbagai lingkup
dunia nyata lebih dapat menangkap kekayaan pemahaman siswa tentang bagaimana
mereka dapat menerapkan pengetahuannya.
BAB 7
PRESENTASI dan PENJELASAN
Ikhtisar Tentang Pengajaran dengan Presentasi
Presentasi adalah model yang berpusat pada guru yang terdiri atas empat fase utama :
1. Aliran yang berjalan mulai dari usaha awal guru untuk mengklarifikasikan tujuan
pelajaran
dan menyiapkan siswa untuk belajar
2. Presentasi sebuah advance organizer
15
16. 3. Presentasi informasi baru
4. Memperkuat keterampilan berpikir mereka
Psikologi Kognitif Mengenai Belajar
Kerangaka acuannya penting bagi guru karena memberikan jalan untuk memikirkan tentang
bagaimana pikiran bekerja dan bagaimana pengetahuan diperoleh, diorganisasikan, dan
dipresentasikan dalam sistem ingatan.
1. Tipe – Tipe Pengetahuan
Secara tradisional, para teoritisi belajar membedakan antara dua tipe utama
pengetahuan
a. Declarative Konowledge
Adalah pengetahuan tentang sesuatu atau pengetahuan bahwa sesuatulah keadaan
yang sebenarnya.
b. Procedural Knowledge
Adalah pengetahuan tentang how to do something ( bagaimana cara melakukan
sesuatu )
2. Pemrosesan Informasi
Ingatan jangka pendek adalahtempat dalam pikiran yang kerja mentalnya dilakukan
secara sadar; sedangkan ingatan jangka panjang adalah tempat dalam ingatan yang
informasinya disimpan, siap untuk didapatkan kembali bilamana dibutuhkan.
3. Representasi Pengetahuan
Prinsip – prinsip pengajaran tentang mempresentasikan informasi yang tumbuh dari
ide – ide psikologi kognitif ini memiliki empat hal penting bagi guru :
a. Untuk mengetahui bahwa pengetahuan diorganisasikan dan distrukturisasikan di
seputar proposisi – proposisi dasar dan ide – ide pemersatu.
b. Kemampuan siswa untuk mempelajari ide – ide baru bergantung pada
pengetahuan mereka sebelumnya dan struktur kognitif yang sudah ada
c. Tugas utama guru dalam membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan
adalah :
i. Mengorganisasikan bahan – bahan belajar dengan pemikiran yang mendalam
dan dengan mahir
ii. Memberikan advance organizer kepada siswa yang akan membantu
mengaktifkan, mengaitkan, dan mengintegrasikan pembelajaran baru
iii. Memberikan isyarat / petunjuk kepada siswa untuk membantu mereka dalam
mengambil informasi dari ingatan jangka panjang untuk dipindahkan ke
ingatan jangka pendek
d. Ingat bahwa struktur kognitif berubah akibat adanya informasi baru dan oleh
karenanya menjadi dasar untuk mengembangkan struktur – struktur kognitif baru
16
17. Dukungan Empiris
1. Pengetahuan Sebelumnya, Establishing, dan Memberikan Cues
Salah satu prosedur pengajaran penting untuk membantu siswa mengunakan
pengetahuan yang sudah mereka miliki sebelumnya adalah induksi, atau di istilahkan
dengan establishing set yaitu sebuah teknik yang digunakan guru pada awal presentasi
untuk menyiapkan siswa untuk belajar dan untuk membangun hubungan komunikatif
antara pelajar dan informasi yang akan dipresentasikan.
2. Menggunakan Advance Organizers
Kegunaan advance organizer sebagai sarana untuk membantu membuat informasi
bermakna bagi siswa; terdiri atas pernyataan – pernyataan yang dibuat guru tepat
sebelum presentasi aktual berbagai materi belajar.
3. Kejelasan Guru
Variable lain yang terkait dengan presentasi informasiyang ditemukan memengaruhi
pembelajaran siswa adalah kejelasan guru. Guru perlu mengambil beberapa langkah
sebelum mempresentasikan informasi kepada siswa-siswanya :
a. Memastikan bahwa isinya dimengerti sepenuhnya
b. Melatih dan menghafalkan ide – ide kunci dalam ingatan sebelum memberikan
presentasi
c. Mengikuti dengan seksama catatan tertulis yang telah disiapkan
4. Antusiasme Guru
Hal ini adalah konsep yang menarik karena dua alasan :
i.
Antusiasme sering dikacaukan pengertiannya dengan theatrics dan distraksi
yang terkait dengannya
ii.
Penelitian tentang hubungan antara antusiasme guru dan pembelajaran siswa
masih campur aduk
5. Efek Antusiasme
Saat ini kita seharusnya menyadari bahwa antusiasme itu penting dan tampaknya
membuat perbedaan dalam siswa terhadap presentasi. Akan tetapi, bagaimana
persisnya sifat antusiasme dan seberapa banyak seharusnya digunakan, sampai saat ini
masih belum diketahui dengan jelas.
Merencanakan dan Melaksanakan Pelajaran Presentasi
Pengguanaan yang efektif membutuhkan pelaksanaan secara mahir berbagai keputusan dan
perilaku selama fase pra instruksional, fase interaktif, dan fase pasca instruksional dalam
pengajaran.
Merencanakan Presentasi
Membuat keputusan tentang apa isi yang akan dimasukkan ke dalam sebuah presentasi dan
bagaimana mengorganisasikan isinya agar logis dan bermakna bagi siswa membutuhkan
persiapan ekstensif oleh guru.
Ada empat tugas perencanaan terpenting yang harus dilakukan :
17
18. 1. Memilih Tujuan dan Isi
Tujuan untuk pelajaran presentasi terutama adalah tujuan – tujuan yang dimaksudkan
untuk mendapatkan pengetahuan deklaratif. Mengajar lebih dari sekedar berbicara,
pelajaran presentasi yang baik membutuhkan persiapan ekstensif.
Akan tetapi, banyaknya pengetahuan di bidang apapun dapat dikatakan tidak ada
habisnya, dan beberapa prinsip dapat membantu para guru ketika merencanakan
sebuah presentasi atau serangkaian presentasi tertentu.
2. Mendiagnosis Pengetahuan Yang Sebelumnya Telah Dimiliki Siswa
Informasi yang diberikan dalam sebuah presentasi didasarkan pada estimasi guru
tentang struktur kognitif yang sudah ada dan pengetahuan yang sebelumnya sudah
dimiliki tentang subyek tertentu. Akan tetapi ada beberapa ide yang dapat berfungsi
sebagai panduan praktik dan beberapa prosedur informal yang dapat dipelajari dari
guru – guru pengalaman, yakni tentang struktur kognitif ; Agar materi baru bermakna
bagi siswa, guru harus menemukan cara untuk mengaitkannya dengan sesuatu yang
sudah diketahui oleh siswa.Ide – ide yang sudah ada tentang topik tertentu
menentukan konsep baru mana yang secara potensial bermakna bagi siswa.
Perkembangan Intelektual ; Ide – ide tentang bagaimana siswa berkembang secara
intelektual dapat membantu guru ketika merencanakan presentasi tertentu.
3. Memilih Advance Organizers
Advance Organizer membantu siswa untuk melihat “gambar besar” dari berbagai hal
yang dipresentasikan. Sebuah advance organizer yang baik berisi materi – mater yang
sudah dikenal dengan baik oleh siswa dan dirancang untuk mengaitkan dengan
pengetahuan yang sebelumnya sudah dimiliki siswa.
4. Merencanakan Penggunaan Waktu dan Ruang
Merencanakan dan mengelola waktu dan ruang sangat penting bagi presentasi yang
efektif.Ada dua hal yang seharusnya paling diperhatikan oleh guru : memastikan
bahwa waktu yang dialokasikan pas dengan kemampuan dan sikap siswa di kelas,
dan memotivasi siswa agar mereka tetap memerhatikan dan on-task selama pelajaran.
Mengadaptasikan Presentasi Untuk Berbagi Kemampuan Siswa Yang Berbeda
Sangat penting bagian guru untuk mencocokkan presentasi dan penjelasannya agar sesuai
dengan kebutuhan dan latar belakang siswa yang beragam. Guru dapat mengadaptasikan
presentasi dengan berbagai cara untuk membuatnya relevan dan bermakna bagi sebanyak
mungkin siswa di kelasnya.
a. Menyiapkan Penggunaan Gambar dan Ilustrasi
Gambar dan ilustrasi dapat menjelaskan berbagai konsep yang tidak dapat dijelaskan
dengan kata – kata, khususnya bagi anak – anak yang masih belia atau siswa – siswa
yang abstraksinya kurang baik
b. Menggunakan Beragam Cues ( isyarat ) dan Contoh
18
19. Penggunaan isyarat dan contoh adalah salah satu cara yang dapat digunakan guru
untuk membantu siswa menghubungkan informasi baru itu dengan apa yang sudah
mereka ketahui.
c. Sedikit Banyak Konkret
Siswa yang lebih tua dan berprestasi lebih tinggi dapat berpikir lebih abstrak
dibanding siswa yang lebih muda dan berprestasi lebih rendah. Bila keduanya ada di
kelas yang sama, penting bagi guru untuk menjelaskan berbagai ide secara konkret
dan secara abstrak untuk memenuhi kebutuhan siswa – siswa yang memiliki tingkat
perkembangan intelektual yang berbeda.
Melaksanakan Pelajaran Presentasi
Sintaksis pelajaran presentasi terdiri atas empat fase dasar :
1. Mengklarifikasikan tujuan pelajaran dan menyiapkan siswa untuk belajar
2. Mempresentasikan advance organizer-nya
3. Mempresentasikan informasi baru yang di maksud
4. Memantau dan memeriksa pemahaman siswa serta memperluas dan memperkuat
keterampilan berpikir mereka.
BAB 8
PENGAJARAN LANGSUNG
Ketrampilan kognitif maupun fisik adalah fondasi yang dibangun pembelajaran tingkat
tingginya (termasuk Learning to Learn, belajar mengajar). Sebelum siswa dapat
menemukan berbagai konsep yang kuat, berpikir kritis, mengatasi masalah, atau menulis
secara kreatif, mereka mula-mula harus mendapatkan berbagai keterampilan dan informasi
dasar.
Faktanya, perbedaan antara pemula dan ahli di hampir semua bidang adalah para ahli
telah menguasai keterampilan dasar tertentu sampai mereka mampu melakukannya secara
tidak sadar (otomatis) dan dengan presisi yang tinggi, bahkan dalam situasi baru atau
stressful. Sebagai contoh, guru ahli jarang mengkhawatirkan soal manajemen kelas, karena setelah memperoleh pengalaman selama bertahun-tahun, mereka meyakini
keterampilannya untuk mengendalikan kelompok/ kelas.
Pengajaran secara langsung mempunyai nama tidak sama seperti : model direct
instruction model (model pengajaran langsung), model active learning (Good, Grouws,
& Ebmeier, 1983). Hunter (1982) menyebut pendekatannya mastery teaching model.
Rosenshine dan Stevens (1986) menyebut pendekatan ini explicit instruction.
Ikhtisar tentang Pengajaran Langsung
Dasar pemikiran dan prosedur yang mendasari model ini barang kali digunakan untuk
mengajari menyetir mobil, gosok gigi, membuat pukulan backhand yang solid, menulis
makalah penelitian, atau menyelesaikan persamaan aljabar. Prinsip-prinsip behavioral yang
menjadi dasar model ini mungkin pernah digunakan untuk mengoreksi fobia ter-bang dan
menghentikan kebiasaan merokok. Model pengajaran langsung agak mudah dan dapat
19
20. dikuasai dalam waktu relatif pendek.
Pengajaran langsung dapat dideskripsikan dalam kaitannya dengan tiga fitur: (1) tipe
hasil belajar yang dihasilkannya; (2) sintaksis atau aliran kegiatan instruksionalnya secara
keseluruhan; dan (3) lingkungan belajarnya. Secara singkat, pengajaran langsung dirancang
untuk meningkatkan penguasaan berbagai keterampilan (pengetahuan prosedural) dan pengetahuan
faktual yang dapat diajarkan secara langkah-demi-langkah.
Hasil belajar siswa ditunjukkan dalam Gambar di bawah ini.
Pengajar
an
Langsung
Penguasaan
pengetahuan
yang distruk
turisasi dengan
baik
Model ini tidak dimaksudkan
untuk mencapai hasil belajar
sosial atau kemampuan berpikir
tingkat tinggi, Pengajaran
langsung adalah sebuah model
yang berpusat-pada-guru, yang
memiliki lima langkah:
establishing set, penjelasan
Penguasa
an
ketrampila
n
dan/atau dernonstrasi, guided
practice, umpan-balik, dan
extended practice.
Model pengajaran langsung membutuhkan orkestrasi yang cermat oleh guru dan
lingkungan belajar yang praktis, efisien, dan langsung terutama difokuskan pada tugas-tugas
akademis untuk mempertahankan keterlibatan siswa secara aktif.
Dukungan Teoritis dan Empiris
Sejumlah akar historis dan teoretis menyatu dan menjadi dasar pemikiran dan dukungan
bagi pengajaran langsung. Beberapa aspek model ini diambil dari prosedur-prosedur
pelatihan yang dikembangkan dalam lingkup industri dan militer. Barak Rosenshine dan
Robert Stevens (1986), melaporkan bahwa mereka menemukan sebuah buku yang berjudul
How to Instruct yang diterbitkan pada 1945 telah memasukkan banyak ide yang terkait
dengan pengajaran langsung. Ada tiga tradisi teoretis yang menjadi dasar pemikiran untuk
penggunaan pengajaran langsung kontemporer, yakni: behaviorisme, teori belajar sosial,
dan penelitian tentang efektivitas guru.
Penelitian tentang Efektifitas Guru
Hasil – hasil dari perbandingan – perbandingan yang ada, Good dan Grouws
menyimpulkan bahwa efektivitas guru sngat terkait dengan klaster-klaster
berikut :
• Pengajaran seluruh kelas. Secara umum, pengajaran seluruh kelas ( bila
dibandingkan kelompok kecil ) didukung oleh studi ini terutama bila guru memiliki
kapabilitas tertentu seperti kemampuan untuk menyatukan hal-hal yang cerai –
berai.
20
21. •
Kejelasan pengajaran dan presentasi. Guru efektif mengintroduksikan pelajaran
dengan maksud yang jelas dan menerangkan materi-materi belajar dengan lebih
jelas.
•
Ekspektasi kinerja yang tinggi. Guru-guru efektif mengomunikasikan ekspektasi
kinerja yang lebih tinggi terhadap siswa – siswanya, memberikan lebih banyak
tugas, dan menyelesaikan kurikulum dengan lebih cepat dibandingkan dengan
guru-guru yang tidak efektif.
•
Lingkungan belajar yang berorentasi tugas tetapi produktif. Guru-guru efektif
memiliki masalah manajerial yang lebih sedikit dibanding guru-guru yang tidak
efektif. Kelas lebih lebih difokuskan pada tugas dan ditandai oleh pengajaran yang
berjalan lancar, relatif bebas disrupsi.
•
Perilaku yang diprakarsai siswa. Siswa-siswa di kelas efektif lebih banyak
memprakarsai interaksi dengan guru-guru, dibanding guru-guru tidak efektif
memprakarsai interaksi antara guru dengan siswa.
•
Memproses umpan balik ( pengetahuan tentang hasil ). Guru-guru efektif
memberitahukan hasil kerja siswa. Memberikan umpan balik tentang proses atau
perkembangan, khususnya selama tugas siswa di kelas, dan umpan balik ini bersifat
segera dan nonevaluatif.
•
Memuji. Guru-guru efektif secara konsisten memberikan lebih sedikit pujian
dibanding guru-guru yang tidak efektif.
Dari kajian di atas bahwa peneliti proses-produk menemukan bahwa guru-guru yang
memiliki kelas yang diorganisasikan dengan baik, pengalaman belajar terstruktur
menonjol, menghasilkan jenis-jenis prestasi tertentu yang lebih baik pada siswasiswanya dibanding guru-guru yang tidak memiliki praktek-praktek yang baik.
Merencanakan dan Melaksanakan Pelajaran dengan Model Pengajaran Langsung
Pendekatan pengajaran, pelaksanaan yang mahir untuk pelajaran yang menggunakan pengajaran
langsung membutuhkan perilaku dan keputusan tertentu oleh guru selama perencanaan, selama
melaksanakan pelajaran, dan selama mengevaluasi efek-efeknya.
1. Merencanakan Pengajaran Langsung
Pengetahuan deklaratif adalah mengetahui elemen dasar dari sesuatu; pengetahuan konseptual
adalah mengetahui tentang hubungan di antara berbagai elemen; pengetahuan prosedural
adalah mengetahui tata cara melakukan sesuatu. Model pengajaran langsung dirancang secara
21
22. spesifik untuk meningkatkan pembelajaran pengetahuan faktual yang terstruktur dengan baik,
yang dapat diajarkan secara langkah demi-langkah dan dimaksudkan untuk membantu siswa
menguasai pengetahuan prosedural yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai keterampilan
sederhana maupun kompleks.
Membandingkan antara tujuan instruksional untuk memperoleh pengetahuan dan
memngembangkan keterampilan seperti pada tabel di bawah ini :
Memperoleh Pengetahuan
Mengembangkan Keterampilan
1. Siswa akan mampu menyebutkan
aturan-aturan hoki es
1. Siswa akan mampu mengoper sambil
bergerak
2. Siswa akan mampu mengidentifikasi
subjek dalam kalimat – kalimat di
bawah ini :
2. Siswa akan memasukkan kata kerja
yang tepat ke dalam titik-titik dalam
kalimat :
a. Whose brother are you?
a. Wher…. you?
b. Ralph always walked to school
b. Ralph always …..to school
c. Josle loves to read mysteries
c. …..the apples to your sister
3. Dibri persamaan y = 2,6x + 0,8, siswa
akan memilih dengan benar angka
yang tepat untuk y
3. Siswa akan mampu menyelesaikan
berapa nilai x dalam persamaan
9 = 2,6x + 0,8
a). Menyiapkan Tujuan. Ketika menyiapkan tujuan untuk pelajaran dengan model pengajaran
langsung, dengan pendekatan yang lebih disukai. Tujuan yang baik seharusnya berbasis siswa dan spesifik, menyebutkan situasi testing-nya, dan mengidentifikasi tingkat
kinerja yang diharapkan.
b). Melaksanakan Analisis Tugas. Task analysis (analisis tugas) adalah sesuatu
yang tingkat kesulitan dan kekompleksannya tidak masuk akal, meskipun pada
kenyataannya analisis tugas adalah sebuah proses yang agak mudah dan sederhana,
khususnya bagi guru-guru yang mengetahui subjeknya dengan baik. Ide sentral di
balik analisis tugas adalah pemahaman dan keterampilan kompleks tidak dapat
dipelajari pada satu. waktu atau sekaligus.
c). Merencanakan waktu dan Ruang. Merancang dan mengelola waktu sangat
penting bagi pelajaran dengan model pengajaran. Guru harus memastikan bahwa
waktunya cukup, dengan kecerdasan siswa di kelas, dan siswa termotivasi untuk
tetap terlibat sepanjang pelajaran.
2. Melaksanakan Pelajaran dengan Model Pengajaran Langsung
22
23. Model pengajaran secara langsung memiliki lima fase ( langkah esensial ) yaitu :
1). Mengklarifikasikan Tujuan.
2). Mendemonstrasikan pengetahuan.
3). Memberikan praktek dengan bimbingan.
4). Memeriksa pemahaman siswa dan memberikan umpan balik.
5). Memberikan praktek dan transfer yang diperluas.
Prinsip – prinsip yang dapat menuntun guru memberikan kesempatan untuk
praktek kepada siswa seperti di bawah :
a). Berikan Praktek yang pendek dan bermakna
b). Berikan Praktek untuk meningkatkan Overlearning
c). Memerhatikan Tahap-tahap Awal Praktek
d). Memeriksa Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
Umpan balik yang spesifik, "students will not learn to write well by writing, read
well by reading, or run well by running."
Pedoman 1 : Berikan Umpan Balik Segera Mungkin setelah Praktek. Guru
memberikan komentar secara tertulis pada esai siswa dan cepat mengembalikan hasil
koreksinya.
Pedoman 2 : Memberikan Umpan Balik yang Spesifik. Guru memberikan umpan
balik dengan kata yang spesifik, misalnya : “ Penggunaan kata domisili terlalu tinggi,
rumah kita lebih tepat.
Pedoman 3 : Berkonsentrasi pada Perilaku, bukan Niat.
Umpan-balik sangat membantu dan kurang menim bulkan sikap defensif siswa
bila diarahkan secara langsung pada perilaku tertentu daripada menginterpreta sikan niat di balik perilaku. Sebagai contoh:
"Saga tidak dapat membaca tulisan tanganmu. Kau tidak memberi jarak yang cukup di antara
kata-kata dan kau membuat huruf 0 dan A yang tampak sama.
Bukan:
"Kau. tidak cukup berusaha untuk membuat tulisan tanganmu lebih rapi"
Pedoman 4 : Pastikan Umpan Balik sesuai dengan Perkembengan Siswa. Contoh :
Seorang masih belajar menyetir mobil diajari cara menginjak kopling, rim, oper gigik
dan lain – lain.
Pedoman 5 : Menekankan Pujian dan Memberikan Umpan Balik pada Kinerja
23
24. yang Benar. Guru harus memberikan pujian dan umpan balik positif, tetapi siswa
mengerjakan hal yang keliru tidak boleh dihujat.
Hal inilah cara yang masuk akal untuk mendekati masalah menangani respons dan
kinerja yang keliru:
Hargai usaha siswa untuk memberikan jawaban , meskipun keliru, dengan
membrinya pertanyaan tentang respons mana yang me stinya benar. Sebagai
contoh, "George Washington memang jawaban yang benar bila saya menanya
kan siapa presiden pertama Amerika Serikat."
2. Berikan bantuan, petunjuk, atau prompt (dorongan) kepada siswa. Sebagai
contoh, "Ingat bah" presiden di tahun 1828 itu juga menjadi pahlawa Perang pada
1812".
3. Berikan tanggung jawab kepada siswa. Misalnya "Hari ini kau tidak tahu
Presiders Jackson, tetapi saya yakin besok kamu pasti tahu bila saya
me
nanyaimu lagi."
1.
Pedoman 6 : Ketika Memberikan Umpan Balik Negatif, Tunjukkan Tata Cara
yang benar untuk Melakukannya. Umpan balik yang negatif hendaknya disertai
dengan tindakan guru yang menunjukkan kinerja yang benar.
Pedoman 8 : Ajari Siswa untuk Memberikan Umpan Balik kepada Dirinya
Sendiri dan untuk Menilai Kinerjanya Sendiri.
Praktek independen dapat dilakukan melalui : seatwork ( tugas di kelas ) dan
homework ( tugas di rumah ).
Pedoman untuk Seatwork :
1. Berikan seatwork yang menaik dan menyenangkan
2. Pastikan siswa memahami tuntutan seatwork
3. Buatlah seatwork yang mengikuti pelajaran langsung
4. Miliki prosedur yang jelas tentang apa yang harus dilakukan siswa bila menemui
jalan buntu.
Pedoman yang disarankan untuk memberikan homework :
1.
1.
2.
3.
4.
5.
Berikan tugas yang menarik dan secara potensial menyenangkan dan pastikan bahwa
siswa memahami tugasnya.
Berikan PR yang cukup menantang dan dapat diselesaikan dengan baik.
Gunakan tugas-tugas PR dengan cukup sering dan tidak terlalu besar
(banyak) dan bukan lebih jarang tetapi berupa tugas-tugas besar (berat).
Pedoman ini tentunya dipengaruhi oleh sifat bidang studinya dan umur siswa.
Bualah aturan yang jelas untuk pengerjaan PR.
Beri tahukan kepada orang tua tentang tingkat keterlibatan yang diharapkan.
Berikan umpan balik dan nilai pada PR segera mungkin.
Membuat Variasi pada Pelajaran dengan model pengajaran langsung untuk
Memenuhi Kebutuhan yang Beragam.
24
25. 1. Buat Variasi pada Struktur Pelajaran.
• Buat pelajaran terstruktur untuk siswa yang lebih muda dan berprestasi rendah,
buatlah agar tujuannya spesifik; gunakan tingkat kecepatan sedang dalam menyampaikan
pengajaran.
•
Tingkatkan perluasan pengajaran keterampilan dasar dan berikan kesempatan untuk
eksplorasi bagi siswa-siswa yang lebih tua dan berprestasi tinggi.
2. Buat Variasi pada Presentasi dan Demonstrasi
• Garis bawahi ide-ide atau prosedur pokoknya di papan tulis, overhead projector, untuk
siswa-siswa yang lebih muda atau berprestasi lebih rendah. Batasi presentasinya pada
beberapa poin atau ide saja, buat agar presentasinya ringkas dan tidak berkepanjangan.
•
Perluas ke luar ide dan keterampilan dasar untuk siswa-siswa yang lebih tua dan
berprestasi lebih tinggi.
3. Buat Variasi pada Sifat Interaksinya
• Dasarkan pengajarannya pada pengetahuan yang sebelumnya sudah dimiliki siswa.
Mengajarkan apa yang sudah diketahui akan membuat siswa bosan; mengajarkan ide atau
keterampilan tanpa pengetahuan yang cukup tidak akan ada artinya.
•
Memberi perhatian pada perbedaan kultural di antara kelompok-kelompok rasial
atau etnik dalam kaitannya dengan kemauan untuk berinteraksi di depan orang lain; hat
yang sama juga berlaku untuk gender.
4, Buat Variasi pada Sifat Dorongan dan Dukungan
• Berikan dorongan dlan dukungan terus-menerus kepada siswa-siswa yang berprestasi
rendah atau tidak mandiri. Semakin sedikit yang diketahui siswa, semakin banyak
dukungan instruksional yang mereka butuhkan.
•
Memberikan kesempatan kepada siswa-siswa yang berprestasi lebih tinggi dan lebih
mandiri untuk memahami sendiri berbagai hal. Dorongan yang terlalu banyak dari guru
dapat dipersepsi sebagai campur-tangan.
5. Buat Variasi pada Penggunaan Praktik, Seatwork, dan PR
• Pastikan bahwa latihan praktiknya dipahami dengan baik dan berikan
seatwork dan PR singkat untuk siswa-siswa berprestasi rendah.
•
Batasi seatwork dan buat PR-nya menantang bagi mereka yang berprestasi
lebih tinggi dan lebih mandiri.
Mengelola Lingkungan Belajar
Tugas-tugas yang terkait dengan mengelola lingkungan belajar selama pelajaran
dengan model pengajaran langsung hampir identik dengan yang digunakan guru
ketika menerapkan model presentasi. Dalam pengajar an langsung, guru
menstrukturisasikan
lingkungan
belajarnya
dengan
sangat
ketat,
mempertahankan fokus akademis, dan berharap siswa menjadi pengamat, pendengar,
25
26. dan partisipan yang tekun.
Assesmen dan Evaluasi
Pentingnya mencocokkan strategi testing dan evaluasi dengan sasaran relevan
tidaknya antara tujuan dengan harapan. Model pengajaran langsung digunakan paling
tepat untuk mengajarkan ketrampilan dan pengetahuan.
Sebuah Pemikiran Akhir : Mempertimbangkan Penggunaan Pengajaran
Langsung
Model ini berpusat pada-guru dan terlalu menekankan teacher talk. Kebanyakan
pengamat mengatakan bahwa teacher talk menggunakan antara setengah sampai
tiga perempat dari setiap periode pengajaran di kelas, dan menurut Cuban
(1982, 1993). Model ini mau tak mau mendukung pandangan bahwa siswa
adalah bejana kosong yang akan diisi dengan informasi yang disegmentasikan dengan
cermat dan bukan pelajar aktif dengan kebutuhan untuk mendapatkan informasi dan
mengonstruksikan pengetahuan sendiri ( Marshall. 1992 ).
BAB 9
PENGAJARAN KONSEP
Ikhtisar tentang Pengajaran Konsep
Menggabungkan sesuatu yang konkret seperti bola dengan sebuah kualitas abstrak
seperti bundar memungkinkan untuk mengidentifikasi golongan-golongan benda,
kejadian, dan ide yang berbeda satu sama lain. Dengan berulang kali menyortir dan
mengklasifikasikan bola-bola yang berbeda, pada akhimya ia mampu membentuk sebuah
konsep abstrak untuk benda-benda yang serupa ini, yang memungkinkannya berpikir
tentang benda itu dan, akhirnya, berkomunikasi dengan orang lain tentang konsep.
Hasil yang diperoleh pelajar dan pengajaran konsep :
Konsep-konsep Spesifik
Pelajaran Konsep
Sifat - konsep
Penalaran logis dan
berfikir tingkat tinggi
Komunikasi
26
27. Banyak pendekatan pengajaran konsep, teta pi ada dua pendekatan dasar yaitu 1).
Pendekatan direct presentation (presentasi langsung) dan 2). Pendekatan concept
attainment (pencapaian konsep). Sebuah konsep pengajaran konsep pada dasarnya
terdiri etas empat face atau langkah utama: (1). Mempresentasikan tujuan dan
establishing set, (2.) Memberi masukan examples (contoh) dan nonexamples (bukancontoh), (3). Menguji pencapaian konsep, dan
(4). Menganalisis proses
berpikir siswa
Dukungan Teoritis dan Empiris.
Dari Jean Piaget, Jerome Bruner, David Ausubel, dan Howard Gardner. Studi-studi
mereka menunjukkan bagaimana berpikir konseptual berkembang pada anak, remaja dan
pendekatan pengajaran konsep tertentu memengaruhi proses pembelajaran.
Sifat Konsep
1). Konsep-konsep itu sendiri dapat ditempatkan ke dalam kategorikategori. Konsep – konsep, seperti objek, ide-ide dapat dikategorisasikan dan
diberi nama/label.
Konsep adalah alat yang digunakan untuk mengorganisasikan pengetahuan dan
pengalaman ke dalam berbagai macam kategori, konsep juga dapat dikategorikan dan
dinamai.
Tiga macam Konsep
Tipe
Konjungtif
Disjungtif
Relasional
Karakteristik
Contoh
Struktur aturan yang konstan Pulau
Sejumlah atribut alternatif
Strike di dalam bola basket
Struktur aturan bergantung Bibi
pada hubungan
2). Konsep dipengaruhi oleh konteks sosial. Atribut-atribut penting konsep konjungtif,
misalnya segi tiga sama sisi, berlaku tetap di semua konteks sosial.
3). Konsep memiliki definisi dan label. Semua konsep memiliki nama atau label dan
definisi yang lebih kurang tepat.
4). Konsep Memiliki Atribut-Atribut Kritis. Contoh : Berbulu ( Atribut kritis ), warna
bulu ( Atribut non kritis )
5). Konsep memiliki atribut-atribut nonkritis.
Perkembangan Manusia dan Belajar Konsep.
Bagaimana konsep dipelajari dipengaruhi secara signifikan oleh umur si pelajar dan
27
28. tingkat perkembangan intelektualnya. Konsep (Benjafield, 1992; Barsalou, 2000; Piaget,
1954, 1963; Starkey, 1980; Tharp dan Entz, 2003). Penelitian ini menunjukkan bahwa
anak-anak mulai belajar konsep pada usia sangat dini melalui kegiatan menyortir dan
mengklasifikasikan objek-objek dan belajar konsep berlanjut sepanjang hayat.
Seorang psikolog Amerika, Jerome Bruner, juga memberikan sebuah konseptualisasi
tentang bagaimana anak-anak belajar pada tingkat kematangan yang berbeda.
Bruner
(1966) mengidentifikasi tiga modes (cara) belajar: (1) belajar dengan melakukan (learning
by doing), yang disebut enactive mode, (2) belajar dengan membentuk gambaran mental,
yang disebut iconic mode, dan (3) belajar melalui serangkaian simbol atau representasi
abstrak, yang disebut symbolic mode. Secara umum, anak-anak yang berumur kurang dari
7 tahun menyandarkan diri pada doing, atau mode enactive, untuk belajar konsep. Anak anak yang berumur 7 sampai 11 tahun masih menyandarkan diri pada mode enactive
tetapi mulai belajar konsep dan membentuk gambaran mental. Anak-anak yang lebih tua
dan remaja-awal masih menggunakan mode iconic, tetapi semakin menyandarkan diri
pada simbol-simbol abstrak.
Sebuah studi yang sangat menarik dan penting ( Novak dan Musonda, 1991 ) tentang
belajar konsep di bidang sains :
1). Permasalahan dan Pendekatan: Menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif,
Novak dan Musonda mengeksplorasi apakah siswa-siswa kelas satu dan dua SD dapat
diajari konsep-konsep sains dasar dan, bila dapat apakah pembelajaran sains awal itu
menguatkan pemahaman mereka kelak.
2). Sampel dan Setting: Dari tahun 1971 sampai 1973 guru-guru di sebelas kelas satu
dan dua SD, para peneliti mengajarkan dua puluh delapan pelajaran sains kepada 191
siswa.
3). Prosedur: Sebelum studi dilaksanakan, para peneliti mengembangkan dua puluh
delapan pelajaran yang masing-masing dibangun sebuah konsep sains dasar.
4). Hasil-hasil: Hasil-hasil studi yang dilaporkan di sini terutama berasal dari data yang
diambil peta-peta konsepnya.
Diskusi dan Implikasi :
1. Anak-anak yang masih muda ternyata memiliki banyak potensi belajar konsep yang
sering luput dari perhatian
2. Pengajaran sains yang hanya membutuhkan waktu relatif pendek di kelas 1 dan 2 SD
ternyata memfasilitasi pembelajaran tentang sains di kelak kemudian hari.
Untuk melihat refleksi Novak atas studi ini dan signifikansi jangka panjangnya, dapat
dilihat Novak ( 2004 ).
Peta konsep untuk Amy di kelas 2 dan 12.
28
29. Amy kelas 2
molekul
terda
pat di
udara
terda
pat di
air
terda
pat di
Benda
padat
dapat
bau
larut
terda
pat di
es
mempu
nyai
Jumlah dalam
sampel
dapat
mencair
Sedemikian
rupa sehingga
udara air
mempu
nyai
udara
bersifat
Dapat
diraptkan
Sedemikian
rupa sehingga
udara air benda
padat
Merencanakan dan Melaksanakan Pengajaran Konsep.
1). Memilih Onsep. Kurikulum adalah sumber utama untuk memilih konsep-konsep yang
akan diajarkan. Konsep-konsep itu mungkin terdapat dalam textbooks, dan edisi yang
digunakan guru sering kali menjadi pedoman dalam memilih konsep-konsep kunci yang
akan diajarkan. Contoh : benda-benda
yang bergerak dapat melakukan work
( pekerjaan ). Anda mungkin memikirkan pekerjaan seperti mencuci mobil, menyapu daun-daun yang
berserakan, tetapi ilmuwan mendifinisikan work itu sebagai sebuah kekuatan yang memengaruhi suatu
benda dan menyebabkan benda bergerak.
2). Memutuskan Pendekatan yang Akan Dipakai.
Ada dua ( 2 ) pendekatan yang akan di bahas antara lain :
1. Pendekatan direct presentation ( presentasi langsung ), menerapkan rule-to-example
process deduktif ( Tennyson et al, 1983 ) guru untuk mendifinisikan sebuah konsep
yang diikuti dengan pemberian contoh dan bukan contoh.
2. Pendekatan concept attainment ( pencapaian konsep ), di lain pihak, membalik
sekuensi dan menggunakan example-to-rule procss ( proses dari contoh ke aturan )
Bruner, 1996. Guru mula-mula memberikan contoh dan non contoh tentang suatu
konsep, dan siswa menemukan atau mencapai konsep itu sendiri melalui proses
penalaran induktif.
3). Mendefinisikan Konsep. Contoh: konsep pohon dapat didefinisikan sebagai “
tumbuhan yang hidup selama bertahun-tahun dan memiliki sebuah batang tubuh tunggal
dan berkayu “. Konsep – konsep yang kompleks dari berbagai subjek akademis perlu
didefinisikan dan diajarkan sesuai dengan umur siswa.
Ada tiga langkah dalam mendifinisikan konsep :
1. Identifikasi nama konsepnya
2. Buat daftar atribut-atribut kritis dan nonkritis
3. Tulis definisi ringkasnya
Contoh : Pulau, mendaftar semua atribut kritis seperti daratan dan air, dan membrikan
definisi berikut : “ pulau adalah daratan yang lebih kecil dibanding benua dan dikelilingi
oleh air. “
29
30. 4).
Menganalisis Konsep. Setelah sebuah konsep dipilih dan didefinisikan dalam
kaitannya dengan atribut-atribut kritisnya, konsep itu perlu dianalisis untuk mencari
beberapa contoh dan bukan-contohnya.
5). Memilih dan Mengurutkan Berbagai Contoh dan Bukan Contoh.
Secara umum, telah ditunjukkan bahwa contoh-contoh awal seharusnya cukup familier bagi
kelas yang bersangkutan. Bila robin digunakan sebagai contoh terbaik (paling familier) untuk
konsep burung, lebih mudah bagi siswa untuk membedakan burung-burung yang paling mirip
dengan robin, misalnya kardinal, burung pipit, atau bluebird, daripada membedakannya dengan
burung-burung lain yang kurang mirip, seperti bebek, ayam, atau penguin.
6). Menggunakan Gambar-Gambar Visual. Menggunakan gambaran-gambaran visual
memengaruhi pembelajaran konsep dan mendukung pepatah “ is picture is worth a
thousand words. “ Alat bantu dan gambar – gambar visual diketahui sangat
memfasilitasi pemahaman siswa tentang berbagai konsep yang kompleks.
7). Grafik organizers dan conceptual web ( jejaring konseptual ) adalah bentuk-bentuk
representasi visual lain yang dapat berguna. Alat-alat ini dapat membantu menjelaskan
atribut-atribut kritis sebuah konsep dan membuat konsep itu lebih kongkret bagi siswa.
Ada 4 langkah dalam mengkonstruksikan sebuah jaring untuk konsep tertentu :
Langkah 1: Buat inti/pusatnya, yang menjadi fokus, jaring itu. Fokus jaring adalah nama
konsep yang dimaksud.
Langkah 2: Konstruksikan strands (helai-helai) jaringnya, ke luar dari intinya. Strands
adalah atributatribut kritis konsep itu.
Langkah 3: Gambarkan penopang-penopang strand, yang menghubungkan atributatribut kritis itu dengan konsepnya.
Langkah 4: Identifikasi pertaliannya, yang menunjukkan hubungan di antara berbagai
atribut.
8). Merencanakan Waktu dan Ruang. Persyaratan waktu bergantung pada tingkat dan
kemampuan mengajarkan konsep sampai yang akan dibutuhkan untuk kognitif siswa
dan kompleksitas konsep yang diajarkan. Kesalahan yang lazim dibuat oleh guru
pemula adalah menetapkan estimasi yang terlalu rendah yang dibutuhkan untuk
mengajarkan konsep-konsep, bahkan yang sederhana, sampai tuntas.
Melaksanakan Pengajaran Konsep.
Empat fase pengajaran konsep :
Fase 1 : Mengklasifikasikan maksud dan estabilishing set. Guru menjelaskan maksud
dan prosedur untuk pelajaran itu dan menyiapkan siswa untuk belajar.
30
31. Fase 2 : Memberi masukan contoh dan bukan contoh. Guru menamai berbagai konsep,
mengidentifikasi atribut-atribut kritis, dan memberi ilustrasi dengan contoh
dan bukan contoh.
Fase 3 : Menguji kecapaian. Guru mempresentasikan contoh dan bukan contoh
tambahan untuk menguji pemahaman siswa tentang konsep.
Fase 4 : Menganalisis proses berfikir dan integrasi pembelajaran siswa. Guru
membawa siswa untuk memikirkan tentang proses berfikirnya sendiri, dan
menghubungkan konsep itu dengan konsep-konsep lain.
Direct presentation. Dalam pendekatan, direct presentation (presentasi langsung), aliran
internal pelajaran termasuk antara lain:
1. Menamai konsepnya dan memberikan definisinya.
2. Menidentifikasi atribut-atribut kritis dan memberi contoh dan bukan contoh untuk konsep
itu.
3. Menguji pemahaman konsep dengan meminta sis wa untuk memberikan contoh dan bukancontoh.
Concept attainment. Dalam concept attainment (pencapaian konsep), siswa sudah memiliki
pemahaman tertentu tentang konsep .
Guru yang menggunakan pendekatan concept attainment akan menggunakan langkahlangkah sebagai berikut:
1. Berikan contoh-contoh kepada siswa, sebagian merepresentasikan konsep yang dimaksud, sebagian lainnya tidak
2.
Memaksa siswa untuk menghipotesiskan tentang atribut-atribut konsep itu dan
mencatat alasan spekulasinya.
3. Bila siswa tampak sudah mengetahui konsepnya, siswa menamai konsep itu dan
mendiskripsipkan proses yang mereka gunakan.
4. Guru memeriksa apakah siswa sudah mencapai konsep itu dengan meminta mereka
mengidentifikasi contoh-contoh tambahan dengan ya, atau tidak.
Concept attainment adalah proses induktif yang membantu siswa dalam
mengorganisasikan data menurut konsep-konsep yang sudah dipelajari sebelumnya berbeda
dengan pendekatan direct presentation, guru memberikan label dan definisi setelah siswa
terlibat dalam penemuan atribut-atribut kritisnya.
Mengelola Lingkungan Belajar.
Untuk pendekatan ini, guru efektif menstrukturisasikan lingkungan belajarnya dengan
cukup ketat. Selama pelajaran berjalan, mereka mengharapkan siswa untuk memerhatikan
baik-baik pelajarannya, menjadi pengamat yang tekun dan pendengar yang baik.
31
32. Mengilustrasikan Konsep dengan CD-Rom, Simulasi dan situs-situs Web Virtual.
Sofware CD-ROOM dan situs Web virtual bersifat interaktif dan menarik minat siswa
dengan menstimulasikan beberapan indra melalui gambar, gerakan, dan suara.
Asesmen dan Evaluasi.
Untuk mencapai tingkat belajar konsep yang lebih tinggi, siswa seharusnya mampu untuk :
1). Mendifinisikan konsep dan mengetahui atribut-atribut kritisnya
2). Mengenali contoh dan bukan contoh
3). Mengevaluasi contoh dan bukan contoh dalam kaitannya dengan atribut-atribut
kritisnya.
Contoh, dengan konsep pulau, siswa ketika diberi contoh pulau, teluk, danau, dan
semenanjung, akan (1) menyebutnya dengan benar dan mengidentifikasi contoh contoh mana yang termasuk pulau; (2) menyebutkan atribut-atribut kritis pulau dan
memisahkannya dari atribut-atribut nonkritis, dan (3) mengevaluasi bagai mana
perbedaan pulau dengan teluk, danau, dan semenanjung.
Contoh soal untuk mengakses pemahaman konsep
Soal untuk mengukur Soal untuk mengukur
pengetahuan
tentang kemampuan mengenali
definisi konsep infering contoh dan bukan contoh
(menyimpulkan)
untuk
konsep
yang
dimaksud
Manakah di antara per- Sebagian cerita di bawah
nyataan
berikut yang ini
mendeskripsikan
merupakan
definisi tentang inferring, sebagian
terbaik untuk inferring ?
lainnya tidak, Kau harus
membaca masing-masing
cerita dengan teliti lalu
memutuskan apakah orang
dalam cerita melakukan
inferring. Bila cerita itu
mendeskripsikan inferring,
hitamkan ruang untuk
“Ya”
di
lember
jawabanmu; bila tidak,
hitamkan ruang untuk
“Tidak”.
Soal untuk mengukur
kemampuan
untuk
memisahkan
atributatribut kritis infering
(menyimpulkan)
Mana di antara cerita
berikut yang menunjukkan bahwa seseorang
sedang menghubungkan
sebuah observasi ilimiah
dengan apa yang sudah
diketahui.
Diane Karuso
Saltonstall School, Kelas 4 dan 5, Salem, MA
Memahami dan meyakini bahwa mengajari anak-anak untuk berfikir kritis dan turut
berkontribusi dalam diskusi-diskusi tingkat tinggi akan membantu guru untuk
menjustifikasi pengajaran konsep. Mengundang mereka yang bersifat skeptis ke kelas untuk
mengobservasi prosesnya juga sangat membantu.
32
33. Ian Call
McKee Academy, Kelas 10, Polk Country, FL.
Semua siswa, baik yang memiliki kemampuan akdemis kuat maupun lemah, dapat
mengambil manfaat dari pengajaran konsep. Dengan menggunakan pengajaran konsep,
guru dapat menciptakan kurikulum yang menarik minat untuk mempelajari materinya,
ketrampilan dasar dan proses berfikir tingkat tinggi.
Belajar Interaktif dan Terapan
Kajian dan Eksplorasi
• Akses Study Guidy Anda, termasuk kuis-kuis latihannya, dari Online Learning Center
atau Interactive Student CD-ROOM
• Baca artikel-artikel PowerWeb dan berbagai berita melalui Online Learning Center.
Obseirvasi dan Praktik
Dengarkan klip audio Diane Caruso (kelas empat / lima) dan Ian Call (sejarah dunia kelas
sepuluh) yang berbicara tentang pengajaran konsep dalam Teachers on Teaching.
33