(Profil dan Kinerja LAN di Bidang Inovasi Periode 2015-2016)
Lembaga Administrasi Negara RI
Jl, Veteran No. 10 Jakarta
http://lan.go.id/en/
http://inovasi.lan.go.id
LAN-RI Mewujudkan Administrasi Negara yang Inovatif
1. LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA RI
Lembaga Administrasi Negara RI
Mewujudkan Administrasi Negara
yang Inovatif
– Profil dan Kinerja LAN Dibidang Inovasi Periode 2015-2016 –
Dr. Adi Suryanto, M.Si
(Kepala LAN-RI)
2. 1
LAN-RI Mewujudkan Administrasi Negara yang Inovatif
“Profil dan Kinerja LAN-RI Dibidang Inovasi Periode 2015-2016”
A. PENGANTAR
Dengan Peraturan Presiden Nomor 57/2013, LAN-RI mendapat mandat baru
dari pemerintah untuk menumbuhkan dan mengembangkan inovasi sektor publik.
Untuk menjalankan mandat tersebut, maka LAN-RI mencanangkan misi untuk
mewujudkan administrasi negara yang inovatif pada tahun 2019.
Sebagaimana diketahui, tahun 2019 merupakan target pemerintah untuk
mewujudkan Smart ASN, yakni sosok aparatur pemerintah yang profesional dan
kompeten, berdaya saing, dan berintegritas tinggi. LAN-RI menyadari sepenuhnya
bahwa target tersebut merupakan tantangan yang sangat besar dan membutuhkan
paradigma dan pendekatan baru secara terus menerus untuk memperbaharui pola
pikir, tata kelola organisasi, hingga budaya kerja yang berorientasi pada terwujudnya
organisasi berkinerja tinggi.
Singkatnya, inovasi tidak lagi memadai sebagai pilihan, namun telah menjadi
keharusan bahkan kebutuhan bagi setiap jajaran instansi pemerintah baik di tingkat
pusat maupun daerah.
B. ROADMAP INOVASI DALAM MEWUJUDKAN SMART ASN
Dalam rangka mengakselerasi dan memastikan terwujudnya Smart ASN
sebagaimana disebutkan diatas, dibutuhkan sebuah peta jalan atau milestone yang
rasional, terukur, dan saling terkoneksi, sehingga memudahkan upaya melakukan
monitoring sampai dengan evaluasi hasil akhirnya.
LAN-RI meyakini bahwa Smart ASN hanya akan terwujud jika inovasi menjadi
gerakan nasional yang meiibatkan seluruh komponen bangsa, baik pemerintah di
setiap levelnya (K/L hingga desa), kalangan swasta, maupun masyarakat madani. Ini
berarti bahwa inovasi harus menjadi tanggungjawab bersama (co-responsibility),
yang dipikirkan secara bersama (co-thinking), dirancang dan dilakukan bersama (co-
3. 2
creating), dan pada akhirnya dinikmati manfaatnya secara bersama-sama pula (co-
benefitting).
Dengan pola berpikir tersebut, maka LAN-RI merumuskan roadmap inovasi
administrasi negara hingga tahun 2019 dalam 4 (empat) tahapan strategis, yakni:
penyelenggaraan laboratorium inovasi (innovation laboratory) mulai 2015,
pencanangan inovasi ditingkat pemerintahan terbawah (street-level innovation) mulai
2016, penguatan inovasi yang sinergis dengan dukungan dunia usaha (corporation-
supported innovation) mulai 2017, dan pengembangan inovasi oleh kelompok
masyarakat madani (community-based innovation) mulai 2018.
Dalam bentuk gambar, roadmap inovasi administrasi negara 2015-2019 dapat
diilustrasikan dalam pemodelan sebagai berikut:
Gambar 1.
Roadmap Inovasi Administrasi Negara Menuju Smart ASN 2019
C. GAMBARAN KINERJA LAN DIBIDANG INOVASI
Dari keempat milestone diatas, baru program Laboratorium Inovasi yang sudah
berjalan efektif. Program ini dimaksudkan melahirkan kebaruan dalam manajemen
pemerintahan secara masif namun berkualitas. Inovasi harus terjadi pada setiap unit
kerja terkecil sekalipun, sehingga satu inovasi untuk setiap instansi (one agency one
innovation) tidak lagi memadai. Prakteknya, Laboratorium Inovasi mampu
menghasilkan ratusan inovasi baru untu setiap daerah. Dengan kata lain, program
Laboratorium Inovasi menjadikan daerah sebagai lumbung inovasi nasional, yang
4. 3
tidak hanya bermanfaat untuk daerah yang bersangkutan, namun juga untuk instansi
manapun.
Laboratorium Inovasi dilakukan melalui 5 (lima) tahapan pokok yang dikenal
dengan Model 5D, dimulai upaya menumbuhkan kesadaran dan kemauan berinovasi
(drum-up), memunculkan gagasan melalui proses diagnosa organisasi (diagnose),
menuangkan gagasan kedalam rencana aksi inovasi (design), menjalankan atau
mengaktualisasikan rencana aksi inovasi (deliver), dan menyajikan hasil inovasi
kedalam sebuah ajang festival inovasi (display).
Pada tahun 2015, LAN-RI mengelola 4 (empat) daerah sebagai Laboratorium
Inovasi, yakni Kota Yogyakarta, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Muara Enim, dan
Kabupaten Ciamis. Keempat daerah tersebut mampu menghasilkan inovasi yang
cukup banyak, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 1. Produk Inovasi dari Program Lab. Inovasi 2015
Daerah Jml Produk Inovasi
Kota Yogyakarta 120
Kabupaten Majalengka 56
Kabupaten Muara Enim 79
Kabupaten Ciamis 26
Sementara pada tahun 2016, ada 5 (lima) daerah yang telah memulai
rangkaian Laboratorium Inovasi, dan menghasilkan gagasan inovasi yang semakin
menjanjikan, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2. Gagasan Inovasi dari Program Lab. Inovasi 2016
Daerah Jml Gagasan Inovasi
Kota Samarinda 245
Kota Pontianak 149
Kabupaten Garut 107
Kabupaten Kupang 100
Kabupaten Kebumen 177
5. 4
Selain ke-5 daerah yang telah memulai proses laboratorium, masih ada
beberapa daerah yang akan menyusul dalam waktu dekat, yakni Kota Tarakan (mulai
tanggal 18 April 2016), Kab. Kutai Kartanegara, Kab. Kendal, Kab. Kudus, Kota Palu,
Kab. Hulu Sungai Tengah, Kab. Katingan dan Kab. Pakpak Bharat.
Adapun untuk tahun 2017, telah ada komitmen dari beberapa daerah lain untuk
menyelenggarakan laboratorium inovasi, yakni Kab. Banjar, Kota Banjar Baru, Kota
Banjarmasin, Kab. Barito Kuala, Provinsi Sulteng, Provinsi Kaltara, Provinsi NTT
Provinsi Bangka Belitung, dan Provinsi Maluku.
D. INOVASI SEBAGAI STRATEGI MEWUJUDKAN SMART ASN DAN PELAYANAN
PUBLIK YANG BERKUALITAS
Inovasi pada hakekatnya dilakukan bukan untuk inovasi itu sendiri, apalagi
untuk memperoleh penghargaan. Inovasi hanyalah sebuah metode untuk
mengakselerasi pencapaian tujuan organisasi, atau meningkatkan mutu pelayanan
dan kepuasan masyarakat. Artinya, inovasi selalu memiliki konteks dan tujuan yang
lebih mulia.
Salah satu tujuan yang ingin dikontribusikan oleh inovasi adalah mewujudkan
Smart ASN, baik pada indikator profesionalisme dan kompetensi, daya saing atau
compettiveness, maupun integritas ASN. Gambaran peran inovasi dalam penguatan
Smart ASN melalui program Laboratorium Inovasi 2015 dapat disimak sebagai
berikut:
Gambar 2. Kontribusi Inovasi Dalam Penguatan Smart ASN
6. 5
Dengan masih berjalannya program Lab. Inovasi hingga tahun 2019 nanti, visi
mewujudkan Smart ASN melalui inovasi akan semakin menguat.
Selain untuk memperkuat Smart ASN, inovasi juga merupakan jawaban paling
riil dari problematika pelayanan publik di tanah air. Dalam kaitan ini, paling tidak
permasalahan pelayanan publik dapat dikategorikan kedalam 5 (lima) kelompok,
yakni: 1) tumpang tindih kewenangan; 2) kesenjangan kualitas layanan publik antar
daerah; 3) absensi pelayanan di wilayah kritis (pedalaman, perbatasan, kepulauan,
pengungsian, dll); 4) diskriminasi dan kualitas layanan dibawah standar; serta 5)
kemandulan kebijakan (tidak terimplementasikannya kebijakan di bidang pelayanan
secara optimal).
Terhadap permasalahan tersebut, inovasi dikembangkan dalam beberapa
model, diantaranya adalah: 1) percepatan proses/prosedur; 2) peningkatan
efektivitas/efisiensi sumber daya; 3) integrasi jenis layanan; 4) perluasan pilihan
layanan bagi users (public choice); 5) simplifikasi dan otomatisasi pelayanan publik;
serta 6) pelibatan masyarakat (public engagement) dalam pengambilan keputusan/
kebijakan di bidang layanan publik.
Dalam bentuk gambar, pemodelan inovasi sebagai respon untuk mengatasi
masalah pelayanan publik dapat diilkustrasikan sebagai berikut.
Gambar 3.
Model Inovasi Sebagai Solusi Terhadap Permasalahan Pelayanan Publik
7. 6
E. AGENDA 2016-2019
Hingga bulan April 2016 ini, LAN-RI fokus pada pengembangan model inovasi
di tingkat desa (street-level innovation) untuk mendukung program Presiden Jokowi
mewujudkan 1.000 desa inovasi, disamping terus memperluas program laboratorium
inovasi. Dengan program ini, Kepala Desa dan Lurah akan dididik untuk menjadi agen
perubahan/inovator di unit organisasi dan di wilayahnya. Peran LAN-RI sendiri adalah
memberi workshop atau bimtek untuk Kades dan Lurah, serta menyediakan berbagai
prototypes inovasi yang dapat diadopsi, dimodifikasi, dan/atau direplikasi oleh Desa/
Kelurahan tertentu. LAN-RI juga akan berusaha untuk menghubungkan kebutuhan
inovasi di tingkat desa dengan instansi pemerintah terkait sebagai “bapak asuh”nya.
Langkah yang tengah dijalankan secara umum terdiri dari 2 (dua), yakni: 1)
pemetaan praktek-praktek inovasi yang telah berjalan di tingkat pedesaan; dan 2)
merumuskan model-model atau prototype inovasi yang akan ditawarkan kepada desa
tertentu untuk dicangkokkan sesuai kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi
desa tersebut.
Selanjutnya, meskipun program corporation-supported innovation secara
resmi baru akan dilakukan pada tahun 2017, namun pada saat ini telah dimulai
identifikasi best practices di BUMN agar dapat menjadi lesson learned bagi sektor
publik. Pada saat yang bersamaan, sedang digagas untuk membentuk sebuah forum
“Korporasi untuk Inovasi Indonesia” sebagai mekanisme koordinasi untuk
mempertemukan kebutuhan inovasi di sektor publik (terutama di daerah dan di
pedesaan) dengan minat korporasi untuk memberikan dukungan konkrit. Dengan kata
lain, forum ini akan menjadi ajang supply and demand atau “pasar inovasi”, sehingga
berkembang “transaksi” positif atau “jual beli” antar aktor-aktor inovasi.
Adapun program community-based innovation yang akan diinisiasi mulai 2018,
saat ini telah dirintis komunikasi dengan kalangan non-government, yang terdiri dari
LSM, lembaga donor, aktivis, atau para pekerja sosial, yang secara nyata telah
bekerja melakukan pendampingan kepada masyarakat melalui program-program
rekayasa sosial. Disamping itu, LAN-RI juga terus berusaha membangun jejaring di
8. 7
tingkat lokal (regional hub) sebagai media pertukaran (exchange) dan pengayaan
(enrichment) inovasi lintas wilayah dan lintas instansi.
F. PENUTUP
Keberhasilan inovasi sebagai kata kunci kemajuan negara, akan sangat
tergantung pada sinergi dan kolaborasi antar lembaga pemerintah, terutama yang
memiliki fungsi beririsan. Untuk itu, menjadi kebutuhan mendesak untuk
mensinergikan program inovasi di LAN-RI, Kemenpan RB, Kemenristek, dan
Kemendagri.
Keberhasilan inovasi juga sangat tergantung pada penyempurnaan terus
menerus (continuous improvement) metode berinovasi seperti coaching, inkubasi,
replikasi, internalisasi (penanaman), serta institusionalisasi (pelembagaan) inovasi.
Dengan memperkuat aspek-aspek tersebut, maka inovasi akan dapat berjalan secara
berkesinambungan.
Last but not least, adanya kebijakan atau perangkat peraturan yang bersifat
fasilitatif dan memberikan dorongan berinovasi, menjadi sangat penting. Rancangan
PP tentang Inovasi Pemda sebaiknya tidak didesain untuk membatasi kreasi dari
ASN, melainkan memberi ruang-ruang kreativitas yang luas agar menumbuhkan
budaya inovasi secara nasional.