SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 65
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA Bahan Ajar “DiklatKepemimpinan Tingkat III” (BerdasarModulDiklatpim III LAN-RI Tahun 2008 PLUS) Tri Widodo W. Utomo PusatKajianManajemenKebijakan (PKMK) LembagaAdministrasi Negara RI
 Data Pribadi Nama		:  Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA TTL		:  Yogyakarta, 15-07-1968 NIP		:  19680715 199401 1 001 Jabatan	:  Kepala Pusat Kajian Manajemen Kebijakan/ Peneliti Madya Bidang Administrasi Negara Gol/Pangkat	:  IV-c  / Pembina Utama Muda Alamat Ktr	:  Jl. Veteran No. 10 Jakarta 		  	   Telp. 021-3868202 ext. 179;	Fax. 021-3800187 Alamt Rmh	:  Villa Melati Mas Blok M6/12A, Serpong 			   Tangerang Selatan, HP. 0819-503-4500
Istilah HAN HukumAdministrasi Negara: Prins, PrajudiAtmosudirdjo, Utrecht, SK Mendikbud No. 31/DJ/Kep/1983, UGM,  UII. Hukum Tata Usaha Negara: WirjonoProdjodikoro, UU No. 14/1970, GBHN 1983, UU No. 5/1986, Unpad, Unsri. Hukum Tata Pemerintahan: SK Mendikbud No. 0198/U/1972, Unmul. HukumAdministrasiPublik: STIA-LAN.  perbedaanpenafsiranthdistilahygsama: AdministratiefRecht.
PengertianHukum ,[object Object]
Immanuel Kant: “masihsajaparasarjanahukummencari-carisuatudefinisitentang HUKUM”.
Utrecht (PengantarDalamHukum Indonesia, 1953): Himpunanperaturanygberisiperintah & larangan, ygmengurustata-tertibmasyarakat & harusditaatimasyarakat.
Cicerco(De Legibus): Akal tertinggiygditanamkanolehalamdalamdirimanusiauntukmenetapkanapaygboleh & apaygtidakbolehdilakukan.
Grotius/Hugo de Groot(De Jure Belli Pacis -- HukumPerangdanDamai, 1625): Hukumadalahaturantentangtindakan moral ygmewajibkanapaygbenar(Law is a rule of moral action obliging what is right).,[object Object]
Diadakanolehbadanresmi yang berwajib.
Bersifatmemaksa.
Adasanksibagi yang melanggar.,[object Object]
Negara Hukum & SistemHukumDunia
 Negara Hukum Indonesia Negara berdasarkanatashukum (Rechtsstaat), bukanberdasarkanataskekuasaan (Machtsstaat). 3 AsasPokok Negara Hukum (Prajudi A): ,[object Object]
Asaspersetujuanrakyat peraturanygdibuattanpaperintah/kuasa UU adalahtidaksah. IngatprinsipNo Taxation without Representation.
Asaspersekutuanhukum (rechtsgemeenschap)  Rakyat danpenguasa Negara bersama- samamerupakansuatupersekutuanhukum (rechtsgemeenschap, legal partnership).,[object Object]
Sumber HAN Pancasila UUD 1945 Tap MPR Perpu PP Keppres PermendanKepmen PerdadanKepkada Yurisprudensi HukumTidakTertulis HukumInternasional Keputusan TUN. Doktrin Segalasesuatu yang dapatmenimbulkanaturanhukum / tempatdiketemukannyaaturanhukum (Philipus M. Hadjon, PengantarHukumAdministrasi Indonesia)
Sumber HAN MATERIIL FORMIL (Faktorygikutmempengaruhiisiaturanhukum) Historis = sistemhukumtertulisdimasalampau. Filosofis= ukuran yang menentukansifatadil ; faktorygmendorongseseorangtundukpadaaturan. Sosiologis / Antropologis= faktordalammasyarakat (pandanganekonomis, agamis, psikologis). 	(Bentukaturanhukum)   UU (HAN Tertulis). Konvensi (Praktekadministrasinegara). Yurisprudensi. Doktrin (Anggapanahlihukum).
TeoriStufenbau Hans Kelsen GRUND NORM UUD TATA HUKUM GENERAL NORM “HukumIn abstracto” REGELING Melaksanakansuatu peraturankedalam suatuhalygnyata (konkrit) INDIVIDUAL NORM “HukumInconcreto” BESCHIKKING Hans Kelsen: General theory of law and state (teoritangga/stufenbau) Psl 3 UU 10/2004:UUD 1945 merupakanhukumdasardalam Per-UU-an.
Regeling vs. Beschikking - 1
Regeling vs. Beschikking - 2 Sejakberlakunya UU No. 10/2004, maka: AdapenegasanantaraBeschikkingdenganRegeling Keputusantidakdptlagibersifatregulatory / regulerend, tapihanyadeclaratoirataupenetapan. AdanyaquasyreglementaireberupaPeraturanKebijaksanaan, yakni Keputusan2ygtidakmendapatkanatribusidariperaturan per-UU-an yglebihtinggi(Ermessen – discretionary power).
Relasiantartingkat per-UU-an Superior LexSuperioriderogatlegiInferiori Inferior Lama Baru Lex Posteriori derogatlegiAnteriori Generalis Specialis LexSpecialisderogat legiGeneralis
Sejarah Tata Urut per-UU-an
 Tap MPR bukan per-UU-an (?) ,[object Object]
Dkl, apakah UU tsbtidakcacatyuridis, shgharusdinyatakannietig?Lihat TAP MPR No. I/2003 tentangPeninjauanthdMateridan Status HukumKetetapan MPRS dan MPR-RI Tahun 1960 – 2002.
Substansi Tap MPR No. 1/2003 Pasal 1: TAP ygdicabutdandinyatakantidakberlaku (8 Ketetapan). Pasal 2: TAP ygdinyatakantetapberlakudenganketentuan (3 Ketetapan). Pasal 3: TAP ygdinyatakantetapberlaku s/d terbentuknyaPemerintahanHasilPemilu 2004 (8 Ketetapan). Pasal 4: TAP ygdinyatakantetap berlaku s/dterbentuknya UU (11 Ketetapan). Pasal 5: TAP ygdinyatakanmasihberlaku s/d ditetapkannyaPeraturan Tata Tertibbaruoleh MPR HasilPemilu 2004 (5 Ketetapan). Pasal 6: TAP ygdinyatakantidakperludilakukantindakanhukumlebihlanjut, baikkarenabersifat final (einmalig), telahdicabut, maupuntelahselesaidilaksanakan (104).
 Ps. 4 Tap MPR No. 1/2003 TAP MPRS No.XXIX/1966 TentangPengangkatanPahlawanAmpera. TAP MPR No.XI/1998 TentangPenyelenggara Negara yang BersihdanBebasKorupsi, KolusidanNepotisme. TAP MPR No.XV/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan,Pembagian,dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional Yang Berkeadilan; serta PerimbanganKeuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka NKRI. TAP MPR No.III/2000 TentangSumber Hukum danTata UrutanPeraturan Perundang-undangan. TAP MPR No.V/2000TentangPemantapanPersatuandanKesatuanNasional. TAP MPR No.VI/2000 Tentang Pemisahan TNI dan POLRI. TAP MPR No. VII/2000 Tentang Peran TNI danPeran POLRI. TAP MPR No.VI/2001Tentang EtikaKehidupanBerbangsa. TAP MPR No. VII/2001 Tentang Visi Indonesia MasaDepan TAP MPR No.VIII/2001TentangRekomendasiArahKebijakanPemberantasandanPencegahan KKN. TAP MPR No.IX/2001Tentang PembaruanAgrariadanPengelolaan SDA.
    HAN vs. HTN
 HAN vs. HTN Logeman (Het Staatsrecht van Indonesie): HTN adalahajarantentangwewenang (competentie leer); HAN adalahajarantentanghubunganhukumkhusus/istimewa (leer van derbijzondererechtsbetrekkingen). HTN mengajarkan jabatan2danwewenangnya; HAN mengajarkanbentuk, sifat, danakibatdariperbuatanhukum (penggunaanwewenang). HTN menentukan alat2kelengkapannegaraygberwenangmemberiperijinan (vergunning); HAN memberiwewenang alat2kelengkapannegaradlmmemberikanijintertentu.
Kedudukan HAN dlmSistemHukumNasional Keterangan: Pancasila UUD 1945 PeraturanPerundangan Yurisprodensi HukumKebiasaan HTN DAN HAN 5 4 3 2 1 H. LINGKUNGAN H. PIDANA Sumber: Sunaryati Hartono, PolitikHukumMenujuSatuSistemHukumNasional, 1991
Cakupan HAN Memberikanperlindunganhukumkepadamasyarakat. Mengaturwewenang, tugas, fungsi, dantingkahlakupejabat/badanpemerintah. Menetapkannorma-norma fundamental bagipenguasauntukpemerintahanygbaik (algemenebeginselen van behoorlijkbestuur – AUPB).
PerbuatanPemerintah PerbuatanHukum: perbuatanygmenimbulkanhubunganhukumdanakibathukumtertentu. Mengeluarkanperaturan (regling). Mengeluarkankeputusan (beschikking). Tidakmelakukansesuatuygmenjadikewajibannya. BukanPerbuatanHukum: perbuatanygtidakmenimbulkanhubunganhukumdanakibathukumtertentu. Menghadiriundangan. Memasangpengumuman. Meresmikanbangunan, dll.
PerbuatanHukum PerbuatanHukum (RechtsHandelingen) BukanPerbuatanHukum (FeitelijkeHandelingen) Scholten:TIDAK DAPAT, sebabmengatur hub. hukumygmerupakankehendak 2 pihak, sedang HAN adalahhukumpublikygbersifatsepihak. Krabbe, Kranenburg, Donner: BISA, tapiuntukmenyelesaikanpersoalantetapharusmenggunakanhukumpublik. PerbuatanHukummenurutHukumPrivat PerbuatanHukummenurutHukumPublik
PerbuatanHukumPublik PerbuatanHukumBersegiSatu (eenzijdigepubliekrechtelijkehandelingen) ,[object Object]
Sybenga: “tidakadaperbuatanhukumpublikbersegidua; tidakadaperjanjian yang diaturolehhukumpublik”. Setiaphubunganhukummerupakankehendaksatupihak, yaknipemerintah. PerbuatanHukumBersegiDua (tweezijdigepubliekrechtelijkehandelingen) ,[object Object]
Van der Pot, Kranenburg, Donner: mengakuiadanyaperjanjianmenuruthukumpublik. Contoh: kortverband contract (perjanjiankerjajangkapendek).,[object Object]
SyaratSahnyaKeputusan SyaratMateriil (tidakadacacatyuridis): Penipuan (bedrog). Paksaan (dwang) atausogokan (omkoping). Kesesatan (dwaling) ataukekeliruan / khilaf. SyaratFormil:  Mengikutiprosedur / carapembentukan. DiberibentukKeputusan. Pemberitahuanpadaygbersangkutan. Kptsygtidakmemenuhisyaratmateriil, dapatbatalataudibatalkan. Kptsygtidakmemenuhisyaratformil, batal.
 3 MacamKetidakwenangan Onbevoegdheidrationemateriale: ketidakwenanganygmenyangkutisikeputusan. Keputusaninidapatmengakibatkanbatal / bataldemihukum (nietig), ataudapatdibatalkan (vernietigbaar).  Onbevoegdheidratione loci: ketidakwenanganygmenyangkutwilayahdikeluarkannyakeputusan. Keputusaninipundapatbatalataudibatalkan. Onbevoegdheidrationetemporis: ketidakwenanganygmenyangkutwaktudikeluarkannyakeputusan. Keputusaninibataldemihukum.
KptsygTidakSah & Implikasinya JenisKeputusanygTidakSah (nietrechtsgeldigbeschikking) Keputusanygbatalkarenahukum (nietig). Keputusanygbatalmutlak (absolutnietig), apabilapembatalannyadapatdituntutolehsetiaporang. Keputusanygbatalnisbi (relatiefnietig), apabilapembatalannyahanyadapatdituntutolehorangtertentu. Keputusanygdapatdibatalkan (vernietigbaar). Keputusanygdapatdibatalkanmutlak (absolutvernietigbaar). Keputusanygdapatdibatalkannisbi (relatiefvernietigbaar). Keputusanygdinyatakanbatal (nietig),akibathukumygditimbulkandianggaptidakpernahadasejaksemula (ex-tunc).  Keputusanygdinyatakandibatalkan(vernietigbaar),akibathukumygtimbuldianggapadasampaisaatkeputusandibatalkan(ex-nunc).
Diskresi / FreiesErmessen Terkait dg perkembanganbentuk/fungsinegara: Political State  hubungannegara & masybersifatsearah; membentukpolapatron-klienatauprinciple-agent. Legal State  tidakadahubungannegaradenganmasy; negaraberfungsi minimal hanyasbgwatchdog (nachtwachterstaat). Welfare State hubungannegara & masybersifattimbalbalik; negaraadautkmewujudkankesejahteraanrakyat. Tugasbestuurzorgtsbdilakukanmelaluiinstrumenberupakebebasanutkberbuatsesuatu (mengambilatautidakmengambilkebijakantertentu). Alternatifmengisikelemahanasaslegalitas (analogiasasnullumdelictum).
Diskresi / FreiesErmessen PrajudiAtmosudirdjo:kekuasaanuntukmengambilkeputusanmenurutpandangansendiriasaltidakmelanggarasasyuridiktasdanasaslegalitas. SjachranBasah: kebebasanbertindakdalam batas2tertentu, ataukeleluasaandalammenentukankebijakanmelaluisikaptindakygharusdapatdipertanggungjawabkan. Nana Saputra: kebebasanalatadministrasinegaramenguta-makankeefektifantercapainyasuatutujuan (doelmatigheid) daripadaberpegangteguhpadaketentuanhukum. LaicaMarzuki:  kebebasan TUN dalampenyelenggaraanpemerintahansejalandengantuntutanpelayananpublikygkiankomplek. SF. Marbun: wewenangmengambiltindakangunamenyelesaikanmasalahpentingygmendesakdanbelumperaturannya.
AktualisasiFreiesErmessen Kewenanganuntukmembuatperaturanygsetingkatdengan UU tanpamemintapersetujuanparlemenlebihdulu. Dasarfilosofisnya: saluspopulisupremalex (keselamatanrakyatadalahhukumygtertinggi). Contoh: Psl 22 UUD 1945: “Dalamhalikhwalkegentinganygmemaksa, PresidenberhakmenetapkanPerpu”. Kewenangankarenadelegasiperundangan, untukmembuatperaturanygderajatnyalebihrendahdari UU. Pasal 5 (2) UUD 1945: “Presidenmenetapkan PP untukmenjalankan UU sebagaimanamestinya”.  Droit function: kekuasaanuntukmenafsirkan (baikmemperluasmaupunmempersempit) peraturanygbersifatenunsiatif / enumeratif.  Pasal 1 (1) Hinder Ordonantie: “laranganpendirianberbagaiobyektanpaijinpemerintah ….. dansemuabangunan lain ygdapatmenimbulkanbahaya, kerugianataugangguan”.
 “Bahaya” FreiesErmessen Kewenanganbertindaksecarabebas, membukapeluangbadan/pejabat TUN melakukanperbuatanygmenyimpangdariperaturansehinggamerugikanmasyarakat.  Ingatpernyataan Lord Acton: Power tends to corrupt, absolute power corrupts absolutely. Ada 3 bentukkemungkinanpenyimpanganygdilakukanpemerintah: Onrechtmatigeoverheidsdaad(perbuatanpemerintahygtidaksesuaihukum). Detournement de pouvoir(menyalahgunakan, melampauiwewenang; menyerobotwewenangorang lain). Abus de droit(perbuatansewenang-wenang). Esensiperlunya AUPB  mempertinggiperlindunganhukumbagimasyarakat.
Asas HAN / AUPB - 1 KepastianHukum(Rechtszekerheid): Menghendakidihormatinyahakygtelahdiperolehseseorangberdasarkankeputusanbadan/pejabat TUN. Keputusanharusmengandungkepastian & tidakakandicabutkembali, bahkansekalipunkeputusanitumengandungkekurangan Contoh 1: PutusanDewan Banding Pusat (CentraleRaad van Beroep), 23 Januari 1956, ygmenyatakanbahwaKeputusanpemecatanseorang PNS tidakbolehberlakusurut. Contoh 2: PutusanDewan Banding PerdagangandanIndustri, 26 Juni 1957, ygmenyatakanbahwasuatuijintidakbolehditarikkembali, walaupunkemudiandiketahuibahwaijinitumengandungkesalahan / kekeliruanygdilakukansendiriolehinstansiygmengeluarkanijintsb.
 AUPB/ABBB - 2 Keseimbangan(ovenwichtigheid): Menghendakiproporsiygwajardalampenjatuhanhukumterhadappegawaiygmelakukankesalahan. Contoh: PutusanDewan Banding Pusat, 13-11-1963, menyatakanbahwaharusadakeseimbanganantarahukumanygdijatuhkandengankelalaiankesalahanygdilakukanpegawai. Untukitu, kepadapegawaiygbersangkutandiberikankesempatanuntukmembeladiri.
 AUPB/ABBB - 3 Kesamaandalammengambilkeputusan(Gelijkheids): Menghendaki agar dalammenghadapikasus / faktaygsama, badan / pejabat TUN dapatmengambiltindakanygsama. Contoh: PutusanDewan Banding PerdagangandanIndustri, 23-11-1956, membatalkanKeputusaninstansiygmenolakuntukmemberikanijinbagisuatuperusahaan. Sebab, padawaktuituadaperaturanygmengharuskanperusahaantertentumempunyaiijin.
 AUPB/ABBB - 4 BertindakCermat(Zorgvuldigheids): Menghendakiadministrasinegarasenantiasabertindaksecarahati-hati agar tidakmenimbulkankerugianbagimasyarakat. Contoh 1: PutusanHogeRaad, 9-1-1942, memutuskanbahwaterhadapjalanygrusakatauberlubang, pemerintahwajibmemberitandaperingatansehinggadapatdiketahuiolehparapemakaijalan. Contoh 2: PutusanMahkota, 14-8-1970: denganmaksudmencegahkerusakan & penyakitgigi, pemerintahmemerintahkan agar memasukkanbahanflouridekedalam air minum. Ternyata, tidaksemuaorangtahandenganbahaanini, shgmerekamenuntutdiberikesempatanygsamauntukmemperoleh air ygtidakdicampurflouride. PerintahitukemudiandinyatakanBatal.
 AUPB/ABBB - 5 MotivasidlmsetiapKeputusan(Motiverings): Menghendaki agar keputusanbadan / pejabatadministrasinegaradidasarkanpadaalasan / motivasi yang adildanjelas. Contoh 1: PutusanMahkota, 15-11-1958, membatalkanKeputusanDewan Kota ygmenolakpermohonansebuah LSM untukmengadakanusahapengumpulandanatanpadisertaidenganalasan-alasanpenolakannya. Contoh 2: PutusanMahkota, 6-8-1966, membatalkanKeputusanMenteriKehakimanygmenolakpermohonanuntukmenggantinamadariseseorangtanpadisertaidenganalasan-alasanpenolakannya.
 AUPB/ABBB - 6 Tidakmencampuradukkankewenangan(het verboddetournement de pouvoir):  Menghendaki agar dalammengambilkeputusan, badan / pejabatadministrasinegaratidakmenggunakankewenangandiluarmaksudpemberianwewenangtsb.  Contoh: PutusanMahkota, 8-6-1965: Seseorangygtelahmemilikiijinpenggaliantanahbertengkardengansipemiliktanah. Denganalasanuntukmengakhirisengketaitu, DewanPropinsimenarikkembaliijinygtelahdiberikan. Hal iniolehMahkotadinilaisebagaidetournement de pouvoir, sebabsengketaituharusdiselesaikanmelaluiperadilanperdata.
 AUPB/ABBB - 7 Permainanyglayak (fair-play):  Menghendaki agar badan / pejabatadministrasinegaramemberikesempatanseluas-luasnyakepadamasyarakatuntukmendapatkaninformasiygbenardanadil. Contoh: PutusanMahkota, 17-10-1970: SeorangpemiliktanahmengajukankeberatankepadaDewan Kota thdrencanapembangunankota, karenadikhawatirkaniatidakdapatmendirikanbangunandiatastanahnya. OlehDewan Kota, keberatantsbdianggaptidakberalasankarenatidakadalaranganmendirikanbangunan. Beberapawaktukemudiansipemiliktanahbarutahubahwarencanapembangunankotameliputilahanmiliknya. Ialangsungmelakukan banding kepadaMahkotameskipunbataswaktuygditentukantelahlewat, ygdikabulkanolehMahkota bdk. Pasal 55 PTUN.
 AUPB/ABBB - 8 Keadilan / Kewajaran:  Menghendaki agar dalammelakukantindakannya, badan/pejabatadministrasinegaratidakberlakusewenang-wenang.  Contoh: PutusanKroon, 29-6-1966: Permohonanseoranggadis Indonesia untukbertempattinggaldi Nederland, ditolakolehMenteriKehakimandenganalasanakanmengalamikesulitanasimilasi. KeputusaninidibatalkankarenaternyatagadistadimahirbahasaBelandadansudah lama tinggaldisana.
 AUPB/ABBB - 9 Menanggapipengharapanygwajar(Vertrouwensbeginsel van opgewekteverwachtingen): Menghendakiagar tindakanbadan / pejabatadministrasinegaradapatmenimbulkandanataumemenuhiharapan-harapanygwajar. Contoh: PutusanCentraleRaad van Beroep, 13-1-1959: Seorang PNS ygdinasluarkotadenganmenggunakanmobilpribadimemintapenggatianbiayaataspemakaianmobiltersebut. Beberapawaktukemudiandiketahuibahwahalitutidakdiperbolehkan, sehinggakantormemintakembaliuang yang telahdibayarkan. KeputusaninidibatalkanolehCentraleRaad van Beroep.
 AUPB/ABBB - 10 Meniadakanakibatkeputusanygbatal(undoing the consequences of annulled decision): Menghendakiagar jikaterjadipembatalanataukeputusanbadan/pejabatadministrasinegara, makaakibatdarikeputusanygdibatalkanituharusdihilangkandanygbersangkutandiberigantirugi. Contoh: PutusanCentraleRaad van Beroep, 20-9-1920: Seorangpegawai yang dipecat, tetapisetelahmelaluiprosespemeriksaanpengadilanternyatatidakmelakukankesalahan, iaberhakataskedudukansemulapadainstansinya, rehabilitasinamabaik, sertagantirugiygtimbulkarenapemecatannya.
 AUPB/ABBB - 11 Perlindunganatascarahidup(protection of way of life): Menghendakiagar setiappegawainegeridiberikebebasan / hakuntukmengaturkehidupanpribadinyasesuaidenganpandanganhidupygdianutnya. Contoh: PutusanCentraleRaad van Beroep, 29 Mei 1951: Seorangpegawaiygsudahkawinselingkuhdenganwanitatemansatukantor. Olehpimpinannyadiambiltindakanberupapemotongangajisetiapbulan. KeputusaninidibatalkanolehCentraleRaad van Beroepdenganalasanbahwasetiappegawaimempunyaihakuntukhidupsesuaidenganpandangan / carahidupnya.
 AUPB/ABBB - 12 Kebijaksanaan (Sapientia):  Menghendakiagar dalammelaksanakantugasnya, badan / pejabatadministrasinegaradiberikebebasanuntukmenentukankebijaksanaantanpaharusselalumenungguinstruksi.  Berbedadenganfreiesermessen, Pemerintahdalamsegalatindakannyaharusberpandanganluasdandapatmenghubungkantugasnyadengangejala-gejaladalammasyarakat, sertamemperhitungkandampaklingkungandarisetiaptindakanygdiputuskan.
 AUPB/ABBB Lainnya:
 Good Governance Konfernas GG 2001 World Bank (UNDP) Partisipasi Penegakanhukum Transparansi Kesetaraan Dayatanggap Wawasankedepan Akuntabilitas Pengawasan Efektivitas & Efisiensi Profesionalisme Partisipasi AturanHukum (Rule of Law) Transparansi DayaTanggap BerorientasiKonsensus Keadilan Efektivitas & Efisiensi Akuntabilitas BervisiStrategis SalingKeterkaitan
 Framework Urgensi AUPB Masyarakat Birokrasi (Salus Populi Suprema Lex) (Fungsi Yan & Kesejahteraan) Discretionary Power (Kewenangan Bertindak Secara Bebas) civil society good governance Kemungkinan Penyimpangan (perbuatan melanggar hkm /onrechmatige overheidsdaad ; perbuatan menyalahgunakan wewenang / detournement de pouvoir ; perbuatan sewenang-wenang / abus de droit)  Upaya Perlindungan ,[object Object]
Etika / Asas atau Prinsip Pemerintahan Yang Baik (GG),[object Object]
 PTUN (sejarah) ,[object Object],PerselisihanPerdatadiputusolehHakim biasamenurutUU; PemeriksaansertapenyelesaianperkaraadministrasimenjadiwewenangLembagaAdministrasiitusendiri.  ,[object Object],[object Object]
UpayaAdministratif Kewenanganmemeriksa, memutus& menyelesaikansuatuperkara / sengketaadministrasiberadapada Hakim / Peradilan Tata Usaha Negara, SETELAH DITEMPUH upayaadministratif. Ada 2 macamUpayaAdministratif: BANDING ADMINISTRATIF, jikapenyelesaiansengketadilakukanolehinstansiatasan / instansi lain. KEBERATAN, jikapenyelesaiansengketadilakukanolehinstansiygsama / ygmengeluarkan KTUN.
AdministratiefBeroepvsRechtspraak Peradilan TUN AtasanPejabat / Badan TUN TIDAK SELESAI ? Banding vertical Pejabat / Badan TUN ProsedurKeberatan SK BAPEK, MPP/BPSP, Badan Penyelesaian Sengketa Pertanahan / Pengadaan Barang dan Jasa, Perijinan, Perburuhan, dsb. Pegawai / Masyarakat Banding horizontal
 PTUN (sejarah) Masa UUDS 1950 adabbrpcarapenyelesaiansengketaTUN:  DiserahkankepadaPengadilanPerdata. DiserahkankepadaBadanygdibentuksecara Istimewa. Pasal 10 UU No. 14/1970 tentangKetentuan-ketentuanPokokKekuasaanKehakiman, disebutkan: “BahwaKekuasaanKehakimandilakukanolehPengadilandalamlingkunganantara lain Peradilan Tata Usaha Negara.“
Kompetensi PTUN KewenanganRelatif: kewenanganpengadilanuntukmengadilisuatuperkarasesuaidenganwilayah / daerahhukumnya. GugatandiajukankepadaPengadilandiwilayahhukumtempatkedudukanTergugat. Jikatergugatlebihdari 1, dipilihtempatkedudukansalahsatuTergugat. Dalamhal-haltertentusesuaidengansifatsengketaygdiaturdengan PP, gugatandapatdiajukankepadaPengadilandiwilayahhukumtempatkedudukanPenggugat. KewenanganAbsolut: kewenanganpengadilanuntukmengadilisuatuperkarasesuaimenurutobyek / materi / pokoksengketa. PerbuatanPemerintah yang mengeluarkanKeputusan / Beschikking, bukanPerbuatanPemerintahmengeluarkanPeraturan / Regelingataumelakukantindakan material (materieledaad).
 Pengertian2 (1) Tata Usaha Negara:Administrasi Negara ygmelaksanakanfungsiuntukmenyelenggarakanurusanpemerintahbaikdiPusatmaupundi Daerah.  BadanatauPejabatTUN:badan/pejabatygmelaksanakanurusanpemerintahanberdasarkanperaturanperundanganygberlaku. Keputusan TUN:penetapantertulisygdikeluarkanolehBadan/PejabatTUN ygberisitindakanhukum TUN ygberdasarkanperaturanperundanganygberlaku, ygbersifatkonkret, individual dan final, ygmenimbulkanakibathukumbagiseseorang/badanhukumperdata (Pasal 1 ayat 3).
 Pengertian2(2) SengketaTUN:sengketaygtimbuldalambidang TUN antaraorang/badanhukumperdatadenganbadan/pejabatTUN, baikditingkatPusatmaupundi Daerah, sbgakibatdikeluarkannyaKeputusan TUN, termasuksengketakepegawaian Gugatan: permohonanygberisituntutanterhadapbadan/pejabatTUN dandiajukankePengadilanuntukmendapatkanputusan.  Tergugat:badan/pejabatTUN ygmengeluarkankeputusanberdasarkanwewenangygadapadanyaatauygdilimpahkankepadanya, ygdigugatolehorang/badanhukumperdata.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANADian Oktavia
 
Sumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraSumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraNakano
 
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalNuelnuel11
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahDadang Solihin
 
3. instrumen dasar pemerintahan
3. instrumen dasar pemerintahan3. instrumen dasar pemerintahan
3. instrumen dasar pemerintahanDian Oktavia
 
Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi NegaraHukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negaraaishkhuw fillah
 
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarPolitik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarUiversitas Muhammadiyah Maluku Utara
 
Powerpoint Sistem Pemerintahan Indonesia
Powerpoint Sistem Pemerintahan IndonesiaPowerpoint Sistem Pemerintahan Indonesia
Powerpoint Sistem Pemerintahan IndonesiaDini Audi
 
Pengertian dan Obyek Kajian Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
Pengertian dan Obyek Kajian  Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKnPengertian dan Obyek Kajian  Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
Pengertian dan Obyek Kajian Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKnFenti Anita Sari
 
Asas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baikAsas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baikFKP2B Cikarang
 
Ppt peradilan di indonesia
Ppt peradilan di indonesiaPpt peradilan di indonesia
Ppt peradilan di indonesiaHernaWati14
 

Mais procurados (20)

PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
 
Sumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraSumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negara
 
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan Daerah
 
Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
Hukum perdata
 
3. instrumen dasar pemerintahan
3. instrumen dasar pemerintahan3. instrumen dasar pemerintahan
3. instrumen dasar pemerintahan
 
Ajaran otonomi daerah
Ajaran otonomi daerahAjaran otonomi daerah
Ajaran otonomi daerah
 
Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi NegaraHukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negara
 
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarPolitik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
 
Hukum Pemerintah Daerah
Hukum Pemerintah DaerahHukum Pemerintah Daerah
Hukum Pemerintah Daerah
 
Hukum tata negara
Hukum tata negaraHukum tata negara
Hukum tata negara
 
Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptx
 
Powerpoint Sistem Pemerintahan Indonesia
Powerpoint Sistem Pemerintahan IndonesiaPowerpoint Sistem Pemerintahan Indonesia
Powerpoint Sistem Pemerintahan Indonesia
 
Materi kuliah Antropologi Hukum
Materi kuliah Antropologi HukumMateri kuliah Antropologi Hukum
Materi kuliah Antropologi Hukum
 
Pengertian dan Obyek Kajian Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
Pengertian dan Obyek Kajian  Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKnPengertian dan Obyek Kajian  Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
Pengertian dan Obyek Kajian Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
 
9. sarana tun
9. sarana tun9. sarana tun
9. sarana tun
 
Asas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baikAsas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baik
 
SANKSI dalam HAN
SANKSI dalam HANSANKSI dalam HAN
SANKSI dalam HAN
 
Ppt peradilan di indonesia
Ppt peradilan di indonesiaPpt peradilan di indonesia
Ppt peradilan di indonesia
 
Hukum agraria
Hukum agraria   Hukum agraria
Hukum agraria
 

Semelhante a Hukum Administrasi Negara

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRISistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRITri Widodo W. UTOMO
 
HAP PERT.2 DAN 3.pptx
HAP PERT.2 DAN 3.pptxHAP PERT.2 DAN 3.pptx
HAP PERT.2 DAN 3.pptxDirgaGunk
 
Napak Tilas Hak Asasi Manusia Di Indonesia
Napak Tilas Hak Asasi Manusia Di IndonesiaNapak Tilas Hak Asasi Manusia Di Indonesia
Napak Tilas Hak Asasi Manusia Di IndonesiaFaisal ind
 
DOC-20230403-WA0010..pptx
DOC-20230403-WA0010..pptxDOC-20230403-WA0010..pptx
DOC-20230403-WA0010..pptxSriRahayu777458
 
Kewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mprKewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mprAhmad Solihin
 
Negara & konstitusi
Negara & konstitusiNegara & konstitusi
Negara & konstitusiEko Budi
 
PPKN (Negara & konstitusi)
PPKN (Negara & konstitusi)PPKN (Negara & konstitusi)
PPKN (Negara & konstitusi)Eko Budi
 
Perda Inisiatif dan Legal Drafting
Perda Inisiatif dan Legal DraftingPerda Inisiatif dan Legal Drafting
Perda Inisiatif dan Legal DraftingTri Widodo W. UTOMO
 
Hak Asasi Manusia, Sifat dan Karakteristiknya
Hak Asasi Manusia, Sifat dan KarakteristiknyaHak Asasi Manusia, Sifat dan Karakteristiknya
Hak Asasi Manusia, Sifat dan Karakteristiknyajonirahmatpramudia
 
Negara dan konstitusi
Negara dan konstitusiNegara dan konstitusi
Negara dan konstitusiGozali Ghozi
 
Kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan
Kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahanKedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan
Kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahanjimmy
 
RULE OF LAW HAM.pptx
RULE OF LAW HAM.pptxRULE OF LAW HAM.pptx
RULE OF LAW HAM.pptxAnakBaru5
 
Negara hukum dan pemberantasan korupsi
Negara hukum dan pemberantasan korupsiNegara hukum dan pemberantasan korupsi
Negara hukum dan pemberantasan korupsiFirda Purbandari
 
DATUN (1).ppt
DATUN (1).pptDATUN (1).ppt
DATUN (1).pptNoth5
 

Semelhante a Hukum Administrasi Negara (20)

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRISistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
 
Ali R-Sumber HTN indonesia
Ali R-Sumber HTN indonesiaAli R-Sumber HTN indonesia
Ali R-Sumber HTN indonesia
 
HAP PERT.2 DAN 3.pptx
HAP PERT.2 DAN 3.pptxHAP PERT.2 DAN 3.pptx
HAP PERT.2 DAN 3.pptx
 
Sistem Administrasi Negara RI
Sistem Administrasi Negara RISistem Administrasi Negara RI
Sistem Administrasi Negara RI
 
Napak Tilas Hak Asasi Manusia Di Indonesia
Napak Tilas Hak Asasi Manusia Di IndonesiaNapak Tilas Hak Asasi Manusia Di Indonesia
Napak Tilas Hak Asasi Manusia Di Indonesia
 
DOC-20230403-WA0010..pptx
DOC-20230403-WA0010..pptxDOC-20230403-WA0010..pptx
DOC-20230403-WA0010..pptx
 
MATERI HAN I.pptx
MATERI HAN I.pptxMATERI HAN I.pptx
MATERI HAN I.pptx
 
Kewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mprKewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mpr
 
Hubungan warga negara(mustina)
Hubungan warga negara(mustina)Hubungan warga negara(mustina)
Hubungan warga negara(mustina)
 
Teropong | November 2013
Teropong | November 2013Teropong | November 2013
Teropong | November 2013
 
Negara & konstitusi
Negara & konstitusiNegara & konstitusi
Negara & konstitusi
 
PPKN (Negara & konstitusi)
PPKN (Negara & konstitusi)PPKN (Negara & konstitusi)
PPKN (Negara & konstitusi)
 
Perda Inisiatif dan Legal Drafting
Perda Inisiatif dan Legal DraftingPerda Inisiatif dan Legal Drafting
Perda Inisiatif dan Legal Drafting
 
Hak Asasi Manusia, Sifat dan Karakteristiknya
Hak Asasi Manusia, Sifat dan KarakteristiknyaHak Asasi Manusia, Sifat dan Karakteristiknya
Hak Asasi Manusia, Sifat dan Karakteristiknya
 
Negara dan konstitusi
Negara dan konstitusiNegara dan konstitusi
Negara dan konstitusi
 
Kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan
Kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahanKedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan
Kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan
 
RULE OF LAW HAM.pptx
RULE OF LAW HAM.pptxRULE OF LAW HAM.pptx
RULE OF LAW HAM.pptx
 
Negara hukum dan pemberantasan korupsi
Negara hukum dan pemberantasan korupsiNegara hukum dan pemberantasan korupsi
Negara hukum dan pemberantasan korupsi
 
DATUN (1).ppt
DATUN (1).pptDATUN (1).ppt
DATUN (1).ppt
 
HAN II (1).pptx
HAN II (1).pptxHAN II (1).pptx
HAN II (1).pptx
 

Mais de Tri Widodo W. UTOMO

Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi BerkelanjutanStrategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi BerkelanjutanTri Widodo W. UTOMO
 
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi InformasiInovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi InformasiTri Widodo W. UTOMO
 
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin BerprestasiTransformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin BerprestasiTri Widodo W. UTOMO
 
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus KebijakanTata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus KebijakanTri Widodo W. UTOMO
 
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam PemiluStrategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam PemiluTri Widodo W. UTOMO
 
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASNPengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASNTri Widodo W. UTOMO
 
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor BerkelanjutanTranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor BerkelanjutanTri Widodo W. UTOMO
 
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor PublikManajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor PublikTri Widodo W. UTOMO
 
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan PijarProspek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan PijarTri Widodo W. UTOMO
 
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral InsightGamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral InsightTri Widodo W. UTOMO
 
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di DaerahSignifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di DaerahTri Widodo W. UTOMO
 
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di IndonesiaPeta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di IndonesiaTri Widodo W. UTOMO
 
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui InovasiKab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui InovasiTri Widodo W. UTOMO
 
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus KebijakanPerumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus KebijakanTri Widodo W. UTOMO
 
Recharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang PanjangRecharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang PanjangTri Widodo W. UTOMO
 
Transformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin BerprestasiTransformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin BerprestasiTri Widodo W. UTOMO
 
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era DisrupsiTransformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era DisrupsiTri Widodo W. UTOMO
 
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu BangsaKorpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu BangsaTri Widodo W. UTOMO
 
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik BerdampakInovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik BerdampakTri Widodo W. UTOMO
 
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui InovasiMenjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui InovasiTri Widodo W. UTOMO
 

Mais de Tri Widodo W. UTOMO (20)

Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi BerkelanjutanStrategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
 
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi InformasiInovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
 
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin BerprestasiTransformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
 
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus KebijakanTata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
 
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam PemiluStrategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
 
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASNPengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
 
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor BerkelanjutanTranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
 
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor PublikManajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
 
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan PijarProspek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
 
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral InsightGamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
 
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di DaerahSignifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
 
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di IndonesiaPeta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
 
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui InovasiKab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
 
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus KebijakanPerumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
 
Recharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang PanjangRecharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang Panjang
 
Transformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin BerprestasiTransformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
 
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era DisrupsiTransformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
 
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu BangsaKorpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
 
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik BerdampakInovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
 
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui InovasiMenjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
 

Hukum Administrasi Negara

  • 1. HUKUM ADMINISTRASI NEGARA Bahan Ajar “DiklatKepemimpinan Tingkat III” (BerdasarModulDiklatpim III LAN-RI Tahun 2008 PLUS) Tri Widodo W. Utomo PusatKajianManajemenKebijakan (PKMK) LembagaAdministrasi Negara RI
  • 2. Data Pribadi Nama : Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA TTL : Yogyakarta, 15-07-1968 NIP : 19680715 199401 1 001 Jabatan : Kepala Pusat Kajian Manajemen Kebijakan/ Peneliti Madya Bidang Administrasi Negara Gol/Pangkat : IV-c / Pembina Utama Muda Alamat Ktr : Jl. Veteran No. 10 Jakarta Telp. 021-3868202 ext. 179; Fax. 021-3800187 Alamt Rmh : Villa Melati Mas Blok M6/12A, Serpong Tangerang Selatan, HP. 0819-503-4500
  • 3. Istilah HAN HukumAdministrasi Negara: Prins, PrajudiAtmosudirdjo, Utrecht, SK Mendikbud No. 31/DJ/Kep/1983, UGM, UII. Hukum Tata Usaha Negara: WirjonoProdjodikoro, UU No. 14/1970, GBHN 1983, UU No. 5/1986, Unpad, Unsri. Hukum Tata Pemerintahan: SK Mendikbud No. 0198/U/1972, Unmul. HukumAdministrasiPublik: STIA-LAN.  perbedaanpenafsiranthdistilahygsama: AdministratiefRecht.
  • 4.
  • 6. Utrecht (PengantarDalamHukum Indonesia, 1953): Himpunanperaturanygberisiperintah & larangan, ygmengurustata-tertibmasyarakat & harusditaatimasyarakat.
  • 7. Cicerco(De Legibus): Akal tertinggiygditanamkanolehalamdalamdirimanusiauntukmenetapkanapaygboleh & apaygtidakbolehdilakukan.
  • 8.
  • 11.
  • 12. Negara Hukum & SistemHukumDunia
  • 13.
  • 14. Asaspersetujuanrakyat peraturanygdibuattanpaperintah/kuasa UU adalahtidaksah. IngatprinsipNo Taxation without Representation.
  • 15.
  • 16. Sumber HAN Pancasila UUD 1945 Tap MPR Perpu PP Keppres PermendanKepmen PerdadanKepkada Yurisprudensi HukumTidakTertulis HukumInternasional Keputusan TUN. Doktrin Segalasesuatu yang dapatmenimbulkanaturanhukum / tempatdiketemukannyaaturanhukum (Philipus M. Hadjon, PengantarHukumAdministrasi Indonesia)
  • 17. Sumber HAN MATERIIL FORMIL (Faktorygikutmempengaruhiisiaturanhukum) Historis = sistemhukumtertulisdimasalampau. Filosofis= ukuran yang menentukansifatadil ; faktorygmendorongseseorangtundukpadaaturan. Sosiologis / Antropologis= faktordalammasyarakat (pandanganekonomis, agamis, psikologis). (Bentukaturanhukum)   UU (HAN Tertulis). Konvensi (Praktekadministrasinegara). Yurisprudensi. Doktrin (Anggapanahlihukum).
  • 18. TeoriStufenbau Hans Kelsen GRUND NORM UUD TATA HUKUM GENERAL NORM “HukumIn abstracto” REGELING Melaksanakansuatu peraturankedalam suatuhalygnyata (konkrit) INDIVIDUAL NORM “HukumInconcreto” BESCHIKKING Hans Kelsen: General theory of law and state (teoritangga/stufenbau) Psl 3 UU 10/2004:UUD 1945 merupakanhukumdasardalam Per-UU-an.
  • 20. Regeling vs. Beschikking - 2 Sejakberlakunya UU No. 10/2004, maka: AdapenegasanantaraBeschikkingdenganRegeling Keputusantidakdptlagibersifatregulatory / regulerend, tapihanyadeclaratoirataupenetapan. AdanyaquasyreglementaireberupaPeraturanKebijaksanaan, yakni Keputusan2ygtidakmendapatkanatribusidariperaturan per-UU-an yglebihtinggi(Ermessen – discretionary power).
  • 21. Relasiantartingkat per-UU-an Superior LexSuperioriderogatlegiInferiori Inferior Lama Baru Lex Posteriori derogatlegiAnteriori Generalis Specialis LexSpecialisderogat legiGeneralis
  • 22. Sejarah Tata Urut per-UU-an
  • 23.
  • 24. Dkl, apakah UU tsbtidakcacatyuridis, shgharusdinyatakannietig?Lihat TAP MPR No. I/2003 tentangPeninjauanthdMateridan Status HukumKetetapan MPRS dan MPR-RI Tahun 1960 – 2002.
  • 25. Substansi Tap MPR No. 1/2003 Pasal 1: TAP ygdicabutdandinyatakantidakberlaku (8 Ketetapan). Pasal 2: TAP ygdinyatakantetapberlakudenganketentuan (3 Ketetapan). Pasal 3: TAP ygdinyatakantetapberlaku s/d terbentuknyaPemerintahanHasilPemilu 2004 (8 Ketetapan). Pasal 4: TAP ygdinyatakantetap berlaku s/dterbentuknya UU (11 Ketetapan). Pasal 5: TAP ygdinyatakanmasihberlaku s/d ditetapkannyaPeraturan Tata Tertibbaruoleh MPR HasilPemilu 2004 (5 Ketetapan). Pasal 6: TAP ygdinyatakantidakperludilakukantindakanhukumlebihlanjut, baikkarenabersifat final (einmalig), telahdicabut, maupuntelahselesaidilaksanakan (104).
  • 26. Ps. 4 Tap MPR No. 1/2003 TAP MPRS No.XXIX/1966 TentangPengangkatanPahlawanAmpera. TAP MPR No.XI/1998 TentangPenyelenggara Negara yang BersihdanBebasKorupsi, KolusidanNepotisme. TAP MPR No.XV/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan,Pembagian,dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional Yang Berkeadilan; serta PerimbanganKeuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka NKRI. TAP MPR No.III/2000 TentangSumber Hukum danTata UrutanPeraturan Perundang-undangan. TAP MPR No.V/2000TentangPemantapanPersatuandanKesatuanNasional. TAP MPR No.VI/2000 Tentang Pemisahan TNI dan POLRI. TAP MPR No. VII/2000 Tentang Peran TNI danPeran POLRI. TAP MPR No.VI/2001Tentang EtikaKehidupanBerbangsa. TAP MPR No. VII/2001 Tentang Visi Indonesia MasaDepan TAP MPR No.VIII/2001TentangRekomendasiArahKebijakanPemberantasandanPencegahan KKN. TAP MPR No.IX/2001Tentang PembaruanAgrariadanPengelolaan SDA.
  • 27. HAN vs. HTN
  • 28. HAN vs. HTN Logeman (Het Staatsrecht van Indonesie): HTN adalahajarantentangwewenang (competentie leer); HAN adalahajarantentanghubunganhukumkhusus/istimewa (leer van derbijzondererechtsbetrekkingen). HTN mengajarkan jabatan2danwewenangnya; HAN mengajarkanbentuk, sifat, danakibatdariperbuatanhukum (penggunaanwewenang). HTN menentukan alat2kelengkapannegaraygberwenangmemberiperijinan (vergunning); HAN memberiwewenang alat2kelengkapannegaradlmmemberikanijintertentu.
  • 29. Kedudukan HAN dlmSistemHukumNasional Keterangan: Pancasila UUD 1945 PeraturanPerundangan Yurisprodensi HukumKebiasaan HTN DAN HAN 5 4 3 2 1 H. LINGKUNGAN H. PIDANA Sumber: Sunaryati Hartono, PolitikHukumMenujuSatuSistemHukumNasional, 1991
  • 30. Cakupan HAN Memberikanperlindunganhukumkepadamasyarakat. Mengaturwewenang, tugas, fungsi, dantingkahlakupejabat/badanpemerintah. Menetapkannorma-norma fundamental bagipenguasauntukpemerintahanygbaik (algemenebeginselen van behoorlijkbestuur – AUPB).
  • 31. PerbuatanPemerintah PerbuatanHukum: perbuatanygmenimbulkanhubunganhukumdanakibathukumtertentu. Mengeluarkanperaturan (regling). Mengeluarkankeputusan (beschikking). Tidakmelakukansesuatuygmenjadikewajibannya. BukanPerbuatanHukum: perbuatanygtidakmenimbulkanhubunganhukumdanakibathukumtertentu. Menghadiriundangan. Memasangpengumuman. Meresmikanbangunan, dll.
  • 32. PerbuatanHukum PerbuatanHukum (RechtsHandelingen) BukanPerbuatanHukum (FeitelijkeHandelingen) Scholten:TIDAK DAPAT, sebabmengatur hub. hukumygmerupakankehendak 2 pihak, sedang HAN adalahhukumpublikygbersifatsepihak. Krabbe, Kranenburg, Donner: BISA, tapiuntukmenyelesaikanpersoalantetapharusmenggunakanhukumpublik. PerbuatanHukummenurutHukumPrivat PerbuatanHukummenurutHukumPublik
  • 33.
  • 34.
  • 35.
  • 36. SyaratSahnyaKeputusan SyaratMateriil (tidakadacacatyuridis): Penipuan (bedrog). Paksaan (dwang) atausogokan (omkoping). Kesesatan (dwaling) ataukekeliruan / khilaf. SyaratFormil: Mengikutiprosedur / carapembentukan. DiberibentukKeputusan. Pemberitahuanpadaygbersangkutan. Kptsygtidakmemenuhisyaratmateriil, dapatbatalataudibatalkan. Kptsygtidakmemenuhisyaratformil, batal.
  • 37. 3 MacamKetidakwenangan Onbevoegdheidrationemateriale: ketidakwenanganygmenyangkutisikeputusan. Keputusaninidapatmengakibatkanbatal / bataldemihukum (nietig), ataudapatdibatalkan (vernietigbaar). Onbevoegdheidratione loci: ketidakwenanganygmenyangkutwilayahdikeluarkannyakeputusan. Keputusaninipundapatbatalataudibatalkan. Onbevoegdheidrationetemporis: ketidakwenanganygmenyangkutwaktudikeluarkannyakeputusan. Keputusaninibataldemihukum.
  • 38. KptsygTidakSah & Implikasinya JenisKeputusanygTidakSah (nietrechtsgeldigbeschikking) Keputusanygbatalkarenahukum (nietig). Keputusanygbatalmutlak (absolutnietig), apabilapembatalannyadapatdituntutolehsetiaporang. Keputusanygbatalnisbi (relatiefnietig), apabilapembatalannyahanyadapatdituntutolehorangtertentu. Keputusanygdapatdibatalkan (vernietigbaar). Keputusanygdapatdibatalkanmutlak (absolutvernietigbaar). Keputusanygdapatdibatalkannisbi (relatiefvernietigbaar). Keputusanygdinyatakanbatal (nietig),akibathukumygditimbulkandianggaptidakpernahadasejaksemula (ex-tunc). Keputusanygdinyatakandibatalkan(vernietigbaar),akibathukumygtimbuldianggapadasampaisaatkeputusandibatalkan(ex-nunc).
  • 39. Diskresi / FreiesErmessen Terkait dg perkembanganbentuk/fungsinegara: Political State  hubungannegara & masybersifatsearah; membentukpolapatron-klienatauprinciple-agent. Legal State  tidakadahubungannegaradenganmasy; negaraberfungsi minimal hanyasbgwatchdog (nachtwachterstaat). Welfare State hubungannegara & masybersifattimbalbalik; negaraadautkmewujudkankesejahteraanrakyat. Tugasbestuurzorgtsbdilakukanmelaluiinstrumenberupakebebasanutkberbuatsesuatu (mengambilatautidakmengambilkebijakantertentu). Alternatifmengisikelemahanasaslegalitas (analogiasasnullumdelictum).
  • 40. Diskresi / FreiesErmessen PrajudiAtmosudirdjo:kekuasaanuntukmengambilkeputusanmenurutpandangansendiriasaltidakmelanggarasasyuridiktasdanasaslegalitas. SjachranBasah: kebebasanbertindakdalam batas2tertentu, ataukeleluasaandalammenentukankebijakanmelaluisikaptindakygharusdapatdipertanggungjawabkan. Nana Saputra: kebebasanalatadministrasinegaramenguta-makankeefektifantercapainyasuatutujuan (doelmatigheid) daripadaberpegangteguhpadaketentuanhukum. LaicaMarzuki: kebebasan TUN dalampenyelenggaraanpemerintahansejalandengantuntutanpelayananpublikygkiankomplek. SF. Marbun: wewenangmengambiltindakangunamenyelesaikanmasalahpentingygmendesakdanbelumperaturannya.
  • 41. AktualisasiFreiesErmessen Kewenanganuntukmembuatperaturanygsetingkatdengan UU tanpamemintapersetujuanparlemenlebihdulu. Dasarfilosofisnya: saluspopulisupremalex (keselamatanrakyatadalahhukumygtertinggi). Contoh: Psl 22 UUD 1945: “Dalamhalikhwalkegentinganygmemaksa, PresidenberhakmenetapkanPerpu”. Kewenangankarenadelegasiperundangan, untukmembuatperaturanygderajatnyalebihrendahdari UU. Pasal 5 (2) UUD 1945: “Presidenmenetapkan PP untukmenjalankan UU sebagaimanamestinya”.  Droit function: kekuasaanuntukmenafsirkan (baikmemperluasmaupunmempersempit) peraturanygbersifatenunsiatif / enumeratif. Pasal 1 (1) Hinder Ordonantie: “laranganpendirianberbagaiobyektanpaijinpemerintah ….. dansemuabangunan lain ygdapatmenimbulkanbahaya, kerugianataugangguan”.
  • 42. “Bahaya” FreiesErmessen Kewenanganbertindaksecarabebas, membukapeluangbadan/pejabat TUN melakukanperbuatanygmenyimpangdariperaturansehinggamerugikanmasyarakat.  Ingatpernyataan Lord Acton: Power tends to corrupt, absolute power corrupts absolutely. Ada 3 bentukkemungkinanpenyimpanganygdilakukanpemerintah: Onrechtmatigeoverheidsdaad(perbuatanpemerintahygtidaksesuaihukum). Detournement de pouvoir(menyalahgunakan, melampauiwewenang; menyerobotwewenangorang lain). Abus de droit(perbuatansewenang-wenang). Esensiperlunya AUPB  mempertinggiperlindunganhukumbagimasyarakat.
  • 43. Asas HAN / AUPB - 1 KepastianHukum(Rechtszekerheid): Menghendakidihormatinyahakygtelahdiperolehseseorangberdasarkankeputusanbadan/pejabat TUN. Keputusanharusmengandungkepastian & tidakakandicabutkembali, bahkansekalipunkeputusanitumengandungkekurangan Contoh 1: PutusanDewan Banding Pusat (CentraleRaad van Beroep), 23 Januari 1956, ygmenyatakanbahwaKeputusanpemecatanseorang PNS tidakbolehberlakusurut. Contoh 2: PutusanDewan Banding PerdagangandanIndustri, 26 Juni 1957, ygmenyatakanbahwasuatuijintidakbolehditarikkembali, walaupunkemudiandiketahuibahwaijinitumengandungkesalahan / kekeliruanygdilakukansendiriolehinstansiygmengeluarkanijintsb.
  • 44. AUPB/ABBB - 2 Keseimbangan(ovenwichtigheid): Menghendakiproporsiygwajardalampenjatuhanhukumterhadappegawaiygmelakukankesalahan. Contoh: PutusanDewan Banding Pusat, 13-11-1963, menyatakanbahwaharusadakeseimbanganantarahukumanygdijatuhkandengankelalaiankesalahanygdilakukanpegawai. Untukitu, kepadapegawaiygbersangkutandiberikankesempatanuntukmembeladiri.
  • 45. AUPB/ABBB - 3 Kesamaandalammengambilkeputusan(Gelijkheids): Menghendaki agar dalammenghadapikasus / faktaygsama, badan / pejabat TUN dapatmengambiltindakanygsama. Contoh: PutusanDewan Banding PerdagangandanIndustri, 23-11-1956, membatalkanKeputusaninstansiygmenolakuntukmemberikanijinbagisuatuperusahaan. Sebab, padawaktuituadaperaturanygmengharuskanperusahaantertentumempunyaiijin.
  • 46. AUPB/ABBB - 4 BertindakCermat(Zorgvuldigheids): Menghendakiadministrasinegarasenantiasabertindaksecarahati-hati agar tidakmenimbulkankerugianbagimasyarakat. Contoh 1: PutusanHogeRaad, 9-1-1942, memutuskanbahwaterhadapjalanygrusakatauberlubang, pemerintahwajibmemberitandaperingatansehinggadapatdiketahuiolehparapemakaijalan. Contoh 2: PutusanMahkota, 14-8-1970: denganmaksudmencegahkerusakan & penyakitgigi, pemerintahmemerintahkan agar memasukkanbahanflouridekedalam air minum. Ternyata, tidaksemuaorangtahandenganbahaanini, shgmerekamenuntutdiberikesempatanygsamauntukmemperoleh air ygtidakdicampurflouride. PerintahitukemudiandinyatakanBatal.
  • 47. AUPB/ABBB - 5 MotivasidlmsetiapKeputusan(Motiverings): Menghendaki agar keputusanbadan / pejabatadministrasinegaradidasarkanpadaalasan / motivasi yang adildanjelas. Contoh 1: PutusanMahkota, 15-11-1958, membatalkanKeputusanDewan Kota ygmenolakpermohonansebuah LSM untukmengadakanusahapengumpulandanatanpadisertaidenganalasan-alasanpenolakannya. Contoh 2: PutusanMahkota, 6-8-1966, membatalkanKeputusanMenteriKehakimanygmenolakpermohonanuntukmenggantinamadariseseorangtanpadisertaidenganalasan-alasanpenolakannya.
  • 48. AUPB/ABBB - 6 Tidakmencampuradukkankewenangan(het verboddetournement de pouvoir): Menghendaki agar dalammengambilkeputusan, badan / pejabatadministrasinegaratidakmenggunakankewenangandiluarmaksudpemberianwewenangtsb. Contoh: PutusanMahkota, 8-6-1965: Seseorangygtelahmemilikiijinpenggaliantanahbertengkardengansipemiliktanah. Denganalasanuntukmengakhirisengketaitu, DewanPropinsimenarikkembaliijinygtelahdiberikan. Hal iniolehMahkotadinilaisebagaidetournement de pouvoir, sebabsengketaituharusdiselesaikanmelaluiperadilanperdata.
  • 49. AUPB/ABBB - 7 Permainanyglayak (fair-play): Menghendaki agar badan / pejabatadministrasinegaramemberikesempatanseluas-luasnyakepadamasyarakatuntukmendapatkaninformasiygbenardanadil. Contoh: PutusanMahkota, 17-10-1970: SeorangpemiliktanahmengajukankeberatankepadaDewan Kota thdrencanapembangunankota, karenadikhawatirkaniatidakdapatmendirikanbangunandiatastanahnya. OlehDewan Kota, keberatantsbdianggaptidakberalasankarenatidakadalaranganmendirikanbangunan. Beberapawaktukemudiansipemiliktanahbarutahubahwarencanapembangunankotameliputilahanmiliknya. Ialangsungmelakukan banding kepadaMahkotameskipunbataswaktuygditentukantelahlewat, ygdikabulkanolehMahkota bdk. Pasal 55 PTUN.
  • 50. AUPB/ABBB - 8 Keadilan / Kewajaran: Menghendaki agar dalammelakukantindakannya, badan/pejabatadministrasinegaratidakberlakusewenang-wenang. Contoh: PutusanKroon, 29-6-1966: Permohonanseoranggadis Indonesia untukbertempattinggaldi Nederland, ditolakolehMenteriKehakimandenganalasanakanmengalamikesulitanasimilasi. KeputusaninidibatalkankarenaternyatagadistadimahirbahasaBelandadansudah lama tinggaldisana.
  • 51. AUPB/ABBB - 9 Menanggapipengharapanygwajar(Vertrouwensbeginsel van opgewekteverwachtingen): Menghendakiagar tindakanbadan / pejabatadministrasinegaradapatmenimbulkandanataumemenuhiharapan-harapanygwajar. Contoh: PutusanCentraleRaad van Beroep, 13-1-1959: Seorang PNS ygdinasluarkotadenganmenggunakanmobilpribadimemintapenggatianbiayaataspemakaianmobiltersebut. Beberapawaktukemudiandiketahuibahwahalitutidakdiperbolehkan, sehinggakantormemintakembaliuang yang telahdibayarkan. KeputusaninidibatalkanolehCentraleRaad van Beroep.
  • 52. AUPB/ABBB - 10 Meniadakanakibatkeputusanygbatal(undoing the consequences of annulled decision): Menghendakiagar jikaterjadipembatalanataukeputusanbadan/pejabatadministrasinegara, makaakibatdarikeputusanygdibatalkanituharusdihilangkandanygbersangkutandiberigantirugi. Contoh: PutusanCentraleRaad van Beroep, 20-9-1920: Seorangpegawai yang dipecat, tetapisetelahmelaluiprosespemeriksaanpengadilanternyatatidakmelakukankesalahan, iaberhakataskedudukansemulapadainstansinya, rehabilitasinamabaik, sertagantirugiygtimbulkarenapemecatannya.
  • 53. AUPB/ABBB - 11 Perlindunganatascarahidup(protection of way of life): Menghendakiagar setiappegawainegeridiberikebebasan / hakuntukmengaturkehidupanpribadinyasesuaidenganpandanganhidupygdianutnya. Contoh: PutusanCentraleRaad van Beroep, 29 Mei 1951: Seorangpegawaiygsudahkawinselingkuhdenganwanitatemansatukantor. Olehpimpinannyadiambiltindakanberupapemotongangajisetiapbulan. KeputusaninidibatalkanolehCentraleRaad van Beroepdenganalasanbahwasetiappegawaimempunyaihakuntukhidupsesuaidenganpandangan / carahidupnya.
  • 54. AUPB/ABBB - 12 Kebijaksanaan (Sapientia): Menghendakiagar dalammelaksanakantugasnya, badan / pejabatadministrasinegaradiberikebebasanuntukmenentukankebijaksanaantanpaharusselalumenungguinstruksi. Berbedadenganfreiesermessen, Pemerintahdalamsegalatindakannyaharusberpandanganluasdandapatmenghubungkantugasnyadengangejala-gejaladalammasyarakat, sertamemperhitungkandampaklingkungandarisetiaptindakanygdiputuskan.
  • 56. Good Governance Konfernas GG 2001 World Bank (UNDP) Partisipasi Penegakanhukum Transparansi Kesetaraan Dayatanggap Wawasankedepan Akuntabilitas Pengawasan Efektivitas & Efisiensi Profesionalisme Partisipasi AturanHukum (Rule of Law) Transparansi DayaTanggap BerorientasiKonsensus Keadilan Efektivitas & Efisiensi Akuntabilitas BervisiStrategis SalingKeterkaitan
  • 57.
  • 58.
  • 59.
  • 60. UpayaAdministratif Kewenanganmemeriksa, memutus& menyelesaikansuatuperkara / sengketaadministrasiberadapada Hakim / Peradilan Tata Usaha Negara, SETELAH DITEMPUH upayaadministratif. Ada 2 macamUpayaAdministratif: BANDING ADMINISTRATIF, jikapenyelesaiansengketadilakukanolehinstansiatasan / instansi lain. KEBERATAN, jikapenyelesaiansengketadilakukanolehinstansiygsama / ygmengeluarkan KTUN.
  • 61. AdministratiefBeroepvsRechtspraak Peradilan TUN AtasanPejabat / Badan TUN TIDAK SELESAI ? Banding vertical Pejabat / Badan TUN ProsedurKeberatan SK BAPEK, MPP/BPSP, Badan Penyelesaian Sengketa Pertanahan / Pengadaan Barang dan Jasa, Perijinan, Perburuhan, dsb. Pegawai / Masyarakat Banding horizontal
  • 62. PTUN (sejarah) Masa UUDS 1950 adabbrpcarapenyelesaiansengketaTUN:  DiserahkankepadaPengadilanPerdata. DiserahkankepadaBadanygdibentuksecara Istimewa. Pasal 10 UU No. 14/1970 tentangKetentuan-ketentuanPokokKekuasaanKehakiman, disebutkan: “BahwaKekuasaanKehakimandilakukanolehPengadilandalamlingkunganantara lain Peradilan Tata Usaha Negara.“
  • 63. Kompetensi PTUN KewenanganRelatif: kewenanganpengadilanuntukmengadilisuatuperkarasesuaidenganwilayah / daerahhukumnya. GugatandiajukankepadaPengadilandiwilayahhukumtempatkedudukanTergugat. Jikatergugatlebihdari 1, dipilihtempatkedudukansalahsatuTergugat. Dalamhal-haltertentusesuaidengansifatsengketaygdiaturdengan PP, gugatandapatdiajukankepadaPengadilandiwilayahhukumtempatkedudukanPenggugat. KewenanganAbsolut: kewenanganpengadilanuntukmengadilisuatuperkarasesuaimenurutobyek / materi / pokoksengketa. PerbuatanPemerintah yang mengeluarkanKeputusan / Beschikking, bukanPerbuatanPemerintahmengeluarkanPeraturan / Regelingataumelakukantindakan material (materieledaad).
  • 64. Pengertian2 (1) Tata Usaha Negara:Administrasi Negara ygmelaksanakanfungsiuntukmenyelenggarakanurusanpemerintahbaikdiPusatmaupundi Daerah.  BadanatauPejabatTUN:badan/pejabatygmelaksanakanurusanpemerintahanberdasarkanperaturanperundanganygberlaku. Keputusan TUN:penetapantertulisygdikeluarkanolehBadan/PejabatTUN ygberisitindakanhukum TUN ygberdasarkanperaturanperundanganygberlaku, ygbersifatkonkret, individual dan final, ygmenimbulkanakibathukumbagiseseorang/badanhukumperdata (Pasal 1 ayat 3).
  • 65. Pengertian2(2) SengketaTUN:sengketaygtimbuldalambidang TUN antaraorang/badanhukumperdatadenganbadan/pejabatTUN, baikditingkatPusatmaupundi Daerah, sbgakibatdikeluarkannyaKeputusan TUN, termasuksengketakepegawaian Gugatan: permohonanygberisituntutanterhadapbadan/pejabatTUN dandiajukankePengadilanuntukmendapatkanputusan.  Tergugat:badan/pejabatTUN ygmengeluarkankeputusanberdasarkanwewenangygadapadanyaatauygdilimpahkankepadanya, ygdigugatolehorang/badanhukumperdata.
  • 66. YgTermasuk KEPUTUSAN (Ps 1 ay. 3 – Ps 2 + Ps 3 – Ps 49 – Penj. Um. 1) JikaPejabat/BadanTUN tidakmengeluarkankeputusansedanghalitumenjadikewajibannya, haltersebutdisamakandenganKeputusan(Pasal 3). JikaPejabat / Badan TUN tidakmengeluarkankeputusan yang dimohonsedangjangkawaktu yang ditentukantelahlewat, Pejabat/BadanTUN tadidianggapmenolakmengeluarkankeputusan; Dalamhaljangkawaktutidakditentukan, makasetelahlewat 4 bulansejakditerimanyapermohonan, Pejabat / Badan TUN tadidianggaptelahmengeluarkankeputusan.
  • 67.
  • 68. Dalamkeadaanmendesakuntukkepentinganumum (Pasal 49).SengketaadministrasidilingkunganTNI dandalamsoal-soalmiliterygmenurut UU No 16/1953 & UU No 19/1958, diperiksa, diputus& diselesaikanolehPengadilan Tata Usaha Militer (PenjelasanUmumangka 1).
  • 69. Gugatan - 1 DapatdiajukanjikaKeputusan TUN MERUGIKAN KEPENTINGAN seseorang / badanhukumtertentuygbersifatLANGSUNG TERKENA, tidakterselubungdibalikkepentinganorang lain. HarusdiajukansecaraTERTULIS, berisi: Nama, kewarganegaraan, tempattinggaldanpekerjaanpenggugat / kuasanya. Nama, jabatandandomisilitergugat. Isigugatan. Dasar / alasanmenggugat. Isigugatan: TuntutanuntukmenyatakanBATALatauTIDAK SAH. DenganatautanpadisertaituntutanGANTI RUGIdan / atauREHABILITASI.
  • 70. Gugatan - 2 Dasar / alasanmenggugat: Keputusan TUN BERTENTANGANdenganperaturanperundangan, baiksecaraprosedural / formal maupunsecaramaterial / substansial. Badanataupejabat TUN TIDAK BERWENANGmengeluarkankeputusan, baiksecaramateriale, temporis, maupunloci. Badanataupejabat TUN menggunakanwewenangnyaUNTUK TUJUAN LAINdarimaksuddiberikannyawewenangtersebut. Artinya, telahterjadipenyalahgunaanwewenang. Badanataupejabat TUN seharusnyaTIDAK SAMPAI KEPADA PENGAMBILAN KEPUTUSANtsb. Artinya, Badan / Pejabat TUN berbuatsewenang-wenang.
  • 71. TenggangWaktuGugatan Setelahtenggangwaktulewat, makakeputusan TUN akanmemilikikepastianhukum. Batas tanggalpengesahan / pengundanganbiasanyadijadikantitiktolakperhitungan. Pasal 55 UU PTUN: gugatandapatdiajukanhanyadalamtenggangwaktu90 hariterhitungsejaksaatditerimanyaataudiumumkanyakeputusanBadanatauPejabatTUN. IniberartiygdipakaiadalahTeoriPenerimaan / Ontvangtstheorie dihitungsejakhariditerimanyakeputusanatausepatutnyadianggaptelahmenerima. Teori lain: Pengiriman (Verzendtheorie)  dihitungsejakharidisampaikannyakeputusankepadaybs. Patokannyaadalahstempelpos.
  • 72. AsasPradugaRechtmatig Setiaptindakan& keputusanBadan/PejabatTUN harusdiangaprechtmatig(menuruthukum),selamabelumdibuktikansebaliknya (het vermoedenvan rechtmatigheid = praesumptioniustaecausa). GugatanTidakMenundaPelaksanaanKeputusan(pasal67 ayat 1). Penundaandapatdiajukanjikamemenuhisyarat: Terdapatkeadaan yang sangatmendesak, yaitujikakerugianygakandideritapenggugattidakseimbangdenganmanfaatbagikepentinganygditimbulkan. Pelaksanaan KTUNtidakadasangkutpautnyadengankepentinganumum.
  • 73. Terimakasih SemogaBermanfaat … Tri Widodo W. Utomo http://pkmk-lanri.org/; http://triwidodowutomo.blogspot.com/ http://www.slideshare.net/triwidodowutomo/ triwidodowu@yahoo.com