kelompok 3 bahan tugas mata kuliah ushul fiqh ekonomi islam
1. Sumber dan Dalil Hukum Islam
Disepakati Ulama Diperselisihkan
Qiyas
Al-Quran
Sunnah
Ijma’ Saddus Zari’ah
‘Uruf
Istishab
Istihsan
Maslahah Mursalah
Mazhab Shahabi
Syar’u Man Qablana
Sumber
Hukum
Dalil
Hukum
3. Pengertian IjmaPengertian Ijma’’ secara terminologisecara terminologi
المجتهد جميع اتفاقينالعصور من عصر في المسلمين من
صلعم ال رسول وفاة بعد
شرعي حكم على
Kesepakatan semua mujtahid dari ummat Muhammad
Pada suatu masa setelah wafatnya Rasulullah
terhadap suatu hukum syara’
Muhammad Abu Zahroh menambahkan di akhir definisi itu kata
“yang bersifat amaliyah”
4. Simpulan dari Definisi :Simpulan dari Definisi :
Yang bersepakat adalah para Ulama Mujtahid
Yang bersepakat adalah seluruh mujtahid
Para Mujtahid harus Ummat Muhammad Saw
Dilakukan setelah wafatnya Nabi Saw
Kesepakatan itu berkaitan dengan hukum
syari’at.
5. Syarat-syarat IjmaSyarat-syarat Ijma’’
1. Yang terlibat dlm pembahasan hukumnya, semua mujtahid,
Jika ada yang tidak setuju, maka hasilnya bukan ijma’
2. Semua Mujtahid hidup di masa tersebut dari seluruh dunia
3. Kesepakatan itu terwujud setelah masing-masing
Mengemukakan pendapatnya
4. Hukum yang disepakati adalah hukum syara yang tidak ada
hukumnya dalam Al-Quran
5. Sandaran hukum ijma’ tersebut adalah Al-Quran
dan atau hadits Rasulullah
6. Syarat-Syarat IjmaSyarat-Syarat Ijma’…’…..lanjutan..lanjutan
6. Kesepakataan itu muncul dari para mujtahid yang adil
(berpendirian kuat terhadap agamanya)
7. Para mujtahid adalah mereka yang berusaha menghindarkan
Diri dari ucapan dannperbuatan yang bid’ah
Semua syarat ini disepakati Ulama
7. Syarat IjmaSyarat Ijma’’ (yang diperselisihkan)(yang diperselisihkan)
1. Para Mujtahid itu adalah para sahabat
2. Para Mujtahid kerabat Rasulullah
3. Mujtahid itu adalah ulama Madinah
8. Tingkatan Ijma’
Sharih (jelas) Sukuti (Diam)
Semua
ulama secara
jelas mengemu
kakan
pendapatnya
Sebagian
Ulama diam
Atas
Pendapat
Mujtahid
lain
9. Macam-Macam IjmaMacam-Macam Ijma’’ dandan
TingkatannyaTingkatannya
Ijma’ Sharih, kesepakatan para mujtahid, baik melalui
pendapat maupun perbuatan terhadap suatu masalah
hukum yang dikemukaan dalam sidang ijma’ setelah
masing-masing mujtahid mengemukakan pendapatnya
terhadap masalah yang dibahas.
Ijma’ ini bisa dijadikan hujjah dan statusnya bersifat
qath’iy (pasti)
11. Kehujjahan IjmaKehujjahan Ijma’’
Jumhur Ulama Ushul Fiqh berpendapat :
“apabila rukun ijma’ telah terpenuhi, maka ijma’
tersebut menjadi hujjah yang qath’iy, wajib
diamalkan dan tidak boleh mengingkarinya, bahkan
orang yang mengingkarinya diangap kafir
Masalah hukum yang telah disepakati dgn ijma’,
tidak boleh lagi menjadi pembahasan ulama generasi
berikutnya, dan karena itu pendapat yang berbeda
dengan ijma’ tersebut tidak bisa membatalkan ijma’
yang telah terjadi. Alasan ketidakbolehan tersebut,
dikarenakan hukum yang telah ditetapkan secara
ijma’ bersifat qath’iy dan menempati urutan ketiga
setelah Al-Quran,
12. Contoh Ijma’Contoh Ijma’
Ijma’ ulama tentang kewajiban shalat lima waktu, puasa, zakat, haji bagi yang
mampu.
Ijma’ Ulama tentang keharaman riba, judi dan maysir, makan babi, bangkai
dan darah.
Ijma’ Ulama tentang kehalalan jual beli, kebolehan mudharabah, musyarakah,
wadi’ah, ijarah, dll.
Ijma’ Ulama memilih Abu Bakar sebagai Khalifah I
Ijma’ Ulama tentang larangan menjual makanan yang belum diterima
Ijma’ Ulama tentang keharaman bay kali bi kali
Ijmak Ulama tentang keharaman riba fadhal
Ijmak Ulama tentang keharaman bay’ ma’dum
Ijma’ Ulama tentang keharaman wanita muslimah kawin dengan lelaki non
muslim
Bagaimana kedudukan Fatwa DSN yang merupakan reprsentasi dri seluruh
Ulama Indonesia
13. Menurut Al-Amidy, para ulama sepakat mengenaiMenurut Al-Amidy, para ulama sepakat mengenai
Ijma’ sebagai hujjah yang wajib diamalkan.Ijma’ sebagai hujjah yang wajib diamalkan.
Tetapi, Ibrahim Ibnu Siyar Al-Nazzam (tokoh
Muktazilah), Khawarij dan Syi’ah berpendapat,
“Ijma’ tidak bisa dijadikan hujjah. Menurut
mereka Ijma’ seperti yang digambarkan Jumhur
tidak mungkin terjadi, karena sulit
mempertemukan seluruh ulama yang tersebar di
berbagai belahan dunia. Selain itu masing-masing
daerah mempunyai struktur sosial dan budaya
yang berbeda.
14. Menurut Syi’ah, ijma’ tidak bisa dijadikan
sebagai hujjah, karena pembuat hukuma
adalah Imam yang mereka anggap
ma’shum.(terhindar dari dosa)
Ulama Khawarij dapat merima ijma’
sahabat sebelum terjadinya aperpecahan
politik di kalangan sahabat.
Menurut Syi’ah, ijma’ tidak bisa dijadikan sebagai hujjah,
karena pembuat hukum adalah Imam yang mereka anggap
ma’shum.(terhindar dari dosa)
Ulama Khawarij dapat merima ijma’ sahabat sebelum
terjadinya aperpecahan politik di kalangan sahabat.
16. Menurut jumhur, ulil amri
bersifat umum mencakup
1.Pemimpin agama
(mujtahid pemberi
fatwa) 2. Pemimpin negara
dan perangkatnya
Ibnu Abbas,
“Ulil Amri=ulama”
17. An-Nisak 4:115
نَ ننيِنيمِني ؤِْم مُْؤ لِْما لِني بنيِنيسَ رَ نيْغِمَ عِْم بِنيتَّبيَ وَ د ىَ هُْؤ لِْما هُْؤ لَ نَ نيَّببَ تَ متاَ دِنيعِْم بَ منِني لَ سلوُْؤ رَّب ال قِني قِنيشتاَ يُْؤ منَ وَ {
راًا صنيِني مَ تِْم ءَ سءآَ وَ مَ نَّبهَ جَ هِني لِنيصِْم نُْؤوَ لو ىَّبلوَ تَ متاَ هِني لِّهلوَ نُْؤ
“Barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas
kebenaran baginya dan mengikuti jalan bukan jalan
orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasaianya itu dan
Kami masukkan ke dalam Jahannam yang merupakan
seburuk-buruk tempat”
Menurut Al-Ghazali, Surah an-Nisa’ ayat 115,
menunjukkan bahwa Allah menjadikan orang-orang
yang tidak mengikuti cara-cara yang ditempuh umat
Islam sebagai orang yang menentang Allah dan
RasulNya, dan orang yang menentang Allah dan
Rasulnya itu hukumnya haram.
18. Alasan dari hadits :
الخطأ علو ى تجتمع ل أمتو ى
Umatku tidak akan melakukan kesepakatan terhadap
yang salah (H.R.At.Tarmizy)
ضللة علو ى أمتو ى تجتمع ل
Umatku tidak akan bersepakat dalam kesesatan
فأعطتاننيهتا ضللة علو ى أمتو ى تجتمع أل ال سألت و
Saya mohon kepada Allah agar umatku tidak sepakat
melakukan kesesatan, lalu Allah mengabulkannya
((H.R.Ahamad dan Thabrani)
19. Menurut Abdul Wahab Khallaf : bahwa suatu
hukum yang telah disepakati seluruh mujtahid
sebenarnya merupakan hukum umat Islam
seluruhnya. Apabila seluruh umat telah sepakat,
maka tidak ada alasan menolaknya.
21. Pendapat Ulama
Ttg Ijma’ Sukuti
Al-Juba’iy
Dari
Muktazilah
Jumhur
Hanafiyah
Ahmad
Malikiyah,
Syafi’iyah
Al-Baqilani
Ijma’ sukuti
bukan ijma,
Tdk bisa
Menjadi
hujjah
Al-Amidi,
Al-Kharkhi
Ibnu Hajib
Bisa dijadikan
Hujjah
Yang Qath’iy
Ijma’ sukuti
bukan ijma’.
tapi bisa jadi
hujjah
Yang zhanniy
Bisa jadi ijma’,
Jika ulama-
ulama
masa itu
belum wafat
22. Pendapat Ulama ttg IjmaPendapat Ulama ttg Ijma’’ SukutiSukuti
Malikiyah, Syafi’iyah dan Abu Bakar Al-Baqillani,
berpendapat, ijma’ sukuti bukanlah ijma’ dan tidak
dapat dijadikan hujjah.
Pendapat itu sejalan dengan Al-Amidi, Ibnu Hajib, Al-
Karkhi, Mereka berpendapat,ijma’ sukuti tidak bisa
dikatakan ijma’, tetapi dapat dikatakan hujjah yang
statusnya zhanniy.
Mayoritas ulama Hanafiyah Imam Ahmad : Ijma’ sukuti
bisa dijadikan hujjah yang qath’iy.
Al-Juba’iy (dari Muktazilah), ijma’ sukuti bisa
dikatakan ijma’ apabila semua mujtahid yang hidup di
masa itu telah habis (meninggal semua), karena
mungkin saja mujtahid (yang diam) dalam persoalan itu
membantah hukum tsb.
23. Alasan Hanafi dan Hanabilah hanya melalui akal
(logika).
1. Diamnya para ulama, setelah mengetahui
hukum hasil ijtihad para ulama, adalah setelah
mempelajari dan menganalisa hasil ijtihad itu dari
berbagai segi.Para ulama ushul menyatakan :
Diam saja ketika suatu penjelasan diperlukan,
dianggap sebagai penjelasan
2.Adalah tidak dapat diterima (tidak layak)
jika para ahli fatwa diam saja ketika ada
mendengar fatwa ulama lain.
24. Jumhur ulama yang menolak kehujjahan ijma’
sukuti mengatakan bahwa rukun dan syarat
ijma’ adalah kesepakatn seluruh mujtahid yang
hidup di zaman terjadinya ijma’ tersebut, dan
masing-masing mereka terlibat membicarakan
hukum yang ditetapkan. Sedangkan ijma’ sukuti
merupakan pendapat pribadi yang
disebarluaskan, sementara mujtahid lainya diam
saja. Diamnya mujtahid tidak bisa dianggap
sebagai suatu persetejuan. Maka status ijma’
sukuti hanyalah zhanniy.
25. Kemungkinan terjadinya IjmaKemungkinan terjadinya Ijma’’
Mayoritas Ulama,”Tidaklah sulit untuk melakukan ijma’,
bahkan secara aktual ijma’ telah ada. Mereka mencontohkan
pembagian waris bagi nenek sebesar 1/6 dari harta warisan dan
larangan menjual makanan yang belum ada di tangan penjual,
Tidak sahnya perempuan muslim menikah dengan pria non-
muslim.
Tetapi Ulama : Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Siapa yang
mengklaimadanya ijma’, dia sesunguhnya telah berdusta,
karena mungkin saja ada mujtahid yang tidak setuju, karena
itu sangat sulit mengetahui adanya ijma’ tersebut.
Ulama kontemporer (M.Abu Zahroh, A.Wahhab Khallaf dan
Khudery Beik,”Ijma’ yang mungkin terjadi hanyalah di masa
sahabat, adapun ijma’ di masa sesudahnya tidak mungkin
terjadi, karena luasnya wilayah Islam dan tidak mungkin
mengumpulkan seluruh ulama pada satu tempat
26. Bagaimana di eraBagaimana di era
Globalisasi ?Globalisasi ?
Dunia sepertiDunia seperti
Desa KecilDesa Kecil
karena teknologikarena teknologi
komunikasi komunikasi
transportasi ?transportasi ?
MungkinkahMungkinkah
terjaditerjadi
ijma’????ijma’????
27. Ijma’ Ulama tentang keharamanIjma’ Ulama tentang keharaman
Bunga BankBunga Bank
Prof.Dr. M Umer Chapra, “Ahli Ekonomi Islam
dunia juga telah Ijma’ tentang keharaman Bunga
Bank” (The Future of Islamic Economics)
Menurut penelitian Prof.Dr.M.Akram Khan
Ahli Ekonomi Islam (Ulama yang pakar
Ekonomi) telah Ijma’ tentang keharaman
bunga bank. (The Massage of the Quran)
28. Prof.Dr.Dr.Yusuf Qardhawi menulis :
“Sebanyak 300 ulama dan pakar ekonomi dunia
telah ijma’ tentang keharaman bunga bank
Mereka terdiri dari ahli fikih ahli ekonomi dan keuangan dunia
Tak seorang pun yang membantahnya
Saya benar-benar menyaksikan, bahwa
para ahli ekonomi Islam,
Justru lebih bersemangat dari ahli fikih sendiri”
Pernyataan Al-Qardhawi tentang Ijma’ tersebut
telah dikutip oleh Prof.Dr.Muhammad Ali Ash-Shobuni
dalam buku Jarimat ar-Riba
29. Pakar Ekonomi Islam DuniaPakar Ekonomi Islam Dunia
Prof.Dr.Muhammad Abdul Mannan,MA
Prof.Dr.Muhammad Nejatullah Ashiddiqy
Prof.Dr.Masudul Alam Choudhury
Prof.Dr.M.Umer Chapra SEMUA MEREKA
Prof.Dr. Monzer Kahf SEPAKAT MENGHARAMKAN
Prof.Dr.Dhiauddin Ahmad BUNGA BANK
Prof.Dr. Kursyid Ahmad
Prof.Dr.M.Akram Khan
Prof. Dr M.Sudin Harun
Prof.Dr. Muhammad Muslehuddin
Prof.Dr.Yusuf Qardhawi
Prof.Dr.Afzalur Rahman
Prof.Dr. Mustaq Ahmad
Prof.Hasanuz Zaman
Prof.Anwar Iqbal Quresyi
Dll (masih banyak lagi)
30. 1. Prof.Dr.Muhammad Nejatullah Ash-Shiddiqy,2. Prof.Dr.Muhammad
Abdul Mannan,MA, 3.Prof.Dr.M.Umer Chapra, 4. Prof.Dr.Masudul Alam
Khudary, 5. Prof.Dr. Monzer Kahf, 6. Prof.Dr. M.Akram Khan, 7.
Prof.Dr.Kursyid Ahmad, 8.Prof.Dr.Dhiauddin Ahmad, 9. Prof.Dr.
Muhammad Muslehuddin, 10.Prof.Dr. Afzalur Rahman, 11. Prof.Dr.
Munawar Iqbal Quraisy, 12. Prof.Dr.Hasanuz Zaman, 13. Prof.
Dr.M.Sudin Haroen, 14. M.Fahim Khan,.15. Prof.Dr.Volker Ninhaus, 16.
Dr.Mustaq Ahmad. 17. Dr.Abbas Mirakhor, 18. Ausaf Ahmad, 19. Rauf
Ahmed Azhar, 20. Syed Nawab haidar Naqvi, 21. Baqir al-Sadr, 22.
Ahmad Najjar, 23. Ahmad Shalah Janjum (Pakistan), 24. Muhammad
Ahmad Sakr, 25 .Kadim Al-Sadr, 26. Abdul Hadi Ghanameh, 27. Manzoor
Ali, 28. Dr.Ali Ahmad Rusydi, 29. Dr.Muhammad Ariff, 30. Dr. Zubeir
Hasan, 31.Prof.Dr Muhammad Iqbal Anjum, 32. Prof.Dr.Mazhar Islam,
33. Dr. Fariruddin Ahmad, 34. Dr.Syahadat Husein
35.Dr.Badruddin (Oman) 36. Dr.Mabid Ali Al-Jarhi,
37. Prof.Dr.Anas Zarqa, 38. Dr.Muhammad Uzei,
40. Dr.F.R Faridi, 41. Dr.Mahmud Abu Su’ud. 42. Dr.Ijaz Shafi Ghilani,
43. Dr.Sahabuddin Zain,
44. Mukhtar M.Metwally, 45. Dr.Hasan Abu Rukba, 46. Muhammad
Hameedullah, 47. B.S Sharraf
48. Dr. Zubair Hasan, 49. Skharur Rafi Khan,
50. Prof. Dr. Mahmud Ahmad,