Dokumen tersebut membahas tentang pengertian ijtihad secara bahasa dan istilah. Ijtihad didefinisikan sebagai usaha keras untuk memperoleh pengetahuan hukum syara' dari dalil-dalil syara' secara terperinci. Dokumen ini juga menjelaskan sejarah perkembangan ijtihad, dasar-dasar hukum ijtihad, serta pembagian dan syarat-syarat mujtahid."
1. Pengertian IjtihadPengertian Ijtihad
Ijtihad secara bahasaIjtihad secara bahasa
berasal dari kataberasal dari kata al-jahd, al-al-jahd, al-
juhd,juhd,
((الجهدالجهد))
dan ath-Thaqatdan ath-Thaqat. yang. yang
artinya kesulitan,artinya kesulitan,
kesusahan, dan juga berupakesusahan, dan juga berupa
suatu kesanggupan atausuatu kesanggupan atau
kemampuan.kemampuan.
2. Kata Al-Juhd menunjukkanKata Al-Juhd menunjukkan
pekerjaan yang sulitpekerjaan yang sulit
dilakukan,dilakukan,
(lebih dari pekerjaan biasa)(lebih dari pekerjaan biasa)
Sabda Nabi Saw :Sabda Nabi Saw :
الدعاء في وجتهدوا علي صلواالدعاء في وجتهدوا علي صلوا
Bacalah shalawat padakuBacalah shalawat padaku
Dan bersungguh-sunguhlahDan bersungguh-sunguhlah
Dalam berdo’aDalam berdo’a
3. Ijtihad adalah masdar dari اجتهد
Penambahan huruf alif dan ta, berarti
“usaha itu lebih sunguh-sungguh”.
Oleh sebab itu ijtihad berarti usaha
keras atau pengerahan daya upaya
untuk mendapatkan sesuatu.
Sebaliknya, usaha yang tidak
dilakukan secara maksimal (tidak
mengunakan daya yang keras), tidak
disebut sebagai ijtihad
4. Ijtihad menurut istilahIjtihad menurut istilah
yaitu “suatu aktivitas untuk memperoleh
pengetahuan (isthinbath) hukum syara’
dari dalil terperinci dalam syari’at”.
5. Perkembangan IjtihadPerkembangan Ijtihad
• Ijtihad telah berkembang sejak masa
Rasul.
Sumber hukum Islam di masa Nabi hanya 2,
yaitu Alquran dan Sunnah
Jika muncul suatu kasus, Rasul menunggu wahyu diturunkan,
Jika wahyu tidak turun, maka beliau berijtihad.
Hasil Ijtihad ini disebut dengan hadits (Sunnah)
Hasil Ijtihad Nabi juga disebut Wahyu (An_Najm : 4)
7. • Ijtihad dengan ra’yu pemikiran telah
diizinkan Rasulullah Saw, yang memberi
kepada Mu’az untuk berijtihad.
•برأيي أجتهد
• Umar bin Khattab juga dikenal sering
berijtihad dengan menggunakan ra’yu
• Para tabi’in juga melakukan hal yang
sama sehingga muncul ahli ra’yu dan ahli
hadits
8. Ahli ra’yi lebih banyak menggunakan ra’y (rasio)
dibanding ahli hadits dalam mengistimbath hukum.
Ahli hadits dalam menyelesaikan berbagai
kasus berusaha mencari illat hukum, sehingga dengan
Illat ini mereka dapat menyamakan hukuman kasus
yang dihadapi dengan kasus yang ada nashnya
Mereka juga sering mencari rahasia dan maqashid
suatu dalil syara, seperti benda zakat yang bisa diganti
dengan uang
9. • Pada masa Imam Syaf’ii, penggunaan ra’yu
disistimatiskan sehingga memiliki acuan dan
pedoman yang jelas, yaitu melalui metode qiyas.
Qiyas dijadikan sebagai alat penggalian hukum
yang shahih
10. Kebutuhan akan IjtihadKebutuhan akan Ijtihad
• Setelah Rasul wafat, beliau meninggalkan
Al-Quran dan Sunnah. Nash Al-quran dan
Sunnah tersebut jelas tidak akan
bertambah, sementara persoalan dan
masalah yang dihadapi kaum muslimin
dari zaman ke zaman terus berkembang,
karena itu kebutuhan akan ijtihad menjadi
sebuah yang niscaya.
11. • Ketika wilayah kekuasaan Islam semakin
luas, ke Persia, Syam, Mesir, Afrika Utara
bahkan sampai ke spanyol, Turki dan
India, permasalahan yang dihadapi ulama
semakin kompeks,maka ijtihad semakin
berperan dalam mengistimbath hukum.
12. Dasar Hukum IjtihadDasar Hukum Ijtihad
• An-Nisaa ayat 105
•سِ ِسانَّال نَ ا يَْنبَ ا مَ اكَُم حَْن تَ الِ قِّ حَ ا لَْنِسابِ بَ ا ِساتَ اكِ لَْنا كَ ا يَْنلَ اإِ ن آَ الَْنزَ ا أزنَ ا آزنَّإِ كَ ا راَ ا أَ ا آمَ ا بِ
ِسامًا صيِ خَ ا نَ ا نيِ ئِ خ آَ ا لَْنلِّ كنَُم تَ االَ ا وَ ا هللَُم ا
“Sesungguhnya Kami turunkan Kitab kepadamu secara
hak, agar kamu dapat menghukumi di antara manusia,
dengan rasio yang diberikan Allah kepadamu”.
13. •لقوم ِساتايال ذالك في انايتفكرون
• Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir
• Dalam ayat tersebut terdapat penetapam ijtihad
berdasarkan qiyas
14. Dasar Hukum IjtihadDasar Hukum Ijtihad
• Hadits Nabi saw. Yang diriwayatkan oleh Umar
ra.
•فله ِسابصفأ ِساجتهدف كم ِساحال حكم اذاأجرانأجطأ ثم ِساجتهدف حكم واذا
فلهأجر
• ـJika seorang hakim menghukumi sesuatu, dan
benar, maka ia mendapat dua, dan bila salah
maka ia mendapat satu pahala.
• Hadits Nabi saw. Kepada Muadz ibnu Jabal
untuk menjadi hakim di Yaman.
15. • Rasulullah Saw bertanya, “ Dengan apa kamu
menghukum?” ia menjawab, “Dengan apa yang
ada dalam kitab Allah Swt. Rasulullah bertanya
lagi, “Jika kamu tidak mendapatkan dalam Kitab
Allah?” Dia menjawab, “Aku memutuskan
dengan apa yang diputuskan oleh Rasulullah”.
Rasul bertanya lagi, “Jika tidak mendapat dalam
ketetapan Rasulullah?” berkata Muadz,” Aku
berijtihad dengan pendapatku.”Rasulullah
bersabda,” Aku bersyukur kepada Allah yang
telah menyepakati utusan dari Rasul-Nya.
17. Macam-macam Ijtihad :Macam-macam Ijtihad :
• Imam syafi’I :
menyamakan
ijtihad dengan
qiyas
• Dia tidak
mengakui ra’yu
yang didasarkan
pada istihsan dan
maslahah
mursalah
• Ulama lain, ijtihad
mencakup ra’yu,
qiyas, dan akal,
sehingga termasuk
istihsan dan
maslahah
18. • Berdasarkan itu Dr. Dawallibi dan Asy-Syatibi
dalam al-Muwafaqat membagi ijtihad kepada tiga
bagian:
• 1. Ijtihad al-Batani yaitu ijtihad untuk
menjelaskan hukum-hukum syara’ dari nash
• 2. Ijhad al-Qiyasi yaitu, ijtihad terhadap
permasalahan yang tidak terdapat dalam al-
Qur’an dan as-Sunnah dengan menggunakan
metode qiyas
• 3. Ijtihad al-Istishlah yaitu ijtihad terhadap
permasalahan yang tidak terdapat dalam al-
Qur’an dan as-Sunnah dengan menggunakan ra’yu
berdasarkan kaidah istishlah (kemaslahatan).
19. Ijtihad
Ijtihad -
Istimbathiy
Ijtihad Tathbiqy
Yaitu :
Ijtihad mengeluarkan
Hukum dari teks
nash Alquran
Maupun sunnah
Contoh : mengeluarkan
diktum hukum ekonomi
dari ayat 282
Yaitu :
Ijtihad dalam hal
penerapan
nash Alquran
dan Sunnah
Atau
Ijtihad tentang
kasus aktual
Misalnya Sistem PLS,
Islamic Swap,REPO Surat
Berharga, dll
Pembagian IjtihadPembagian Ijtihad
20. Ijtihad
Ijtihad
Intiqaiy
Ijtihad Insya-iy
Yaitu :
Ijtihad dengan cara
mentarjih salah satu
pendapat ulama (takhyir)
Contoh Bay Tawarruq
dan Sewa Beli
Atau dengan cara talfiq
mengambil
beberapa mazhab
Yaitu :
Ijtihad dengan menemukan
Pendapat baru yg belum
Pernah ada di kalangan
Mazhab. Misalnya
Kombinasi PLS dan RS
menjadi
Net Revenue,
Jual beli Urbun,
Pembagian IjtihadPembagian Ijtihad
21. Ijtihad
Ijtihad
Fardy
Ijtihad Jama’iy
Yaitu :
Ijtihad Individu dimana
Ijtihad dilakukan oleh
Seorang ulama.
Ini banyak terjadi di
Masa klasik Islam
Yaitu :
Ijtihad berjamaah,
(Ijtihad kolektif).
Misalnya Ijtihad yang di
lakukan oleh forum ulama
atau Lembaga Fatwa,
Majma Buhuts. Seperti DSN
MUI, Majma’ Buhuts
Rabithah alam al-Islamy
Pembagian IjtihadPembagian Ijtihad
22. Ijtihad
Ijtihad al-
Aqli
Ijtihad Syar’iy
Yaitu :
Ijtihad yang hujjahnya
Didasarkan pada akal,
tidak menggunakan
dalil syara’.
Mujtahid bebas
Menggunakan berfikir
dengan kaedah.
Misalnya,
Menjaga
kemudratan
Yaitu :
Ijtihad yang
didasarkan
pada syara, termasuk
dalam pembagian ini,
Ijma’ qiyas,
Pembagian IjtihadPembagian Ijtihad
menurutmenurut
Taqyuddin Al-Taqyuddin Al-
HakimHakim
23. Syarat-syaratSyarat-syarat
MujtahidMujtahid
• Menguasai dan mengetahui arti ayat-ayat hukum al-
Qur’an secara bahasa dan syari’ah
• Menguasai dan mengetahui hadits-hadits hukum
baik secara bahasa maupun syari’at
• Mengetahui nasakh dan mansukh ayat al-Qur’an dan
Sunnah
• Mengetahui hal atau kasus yang telah ijma ulama
• Mengetahui metode qiyas
• Menguasai bahasa Arab dan ilmu bahasa.
• Mengetahui ilmu ushul fiqh.
• Mengetahui masalah (kasus) yang diijtihadi.
• Mampu mengetahui kaidah-kaidah maqasidus-
syariah.
24. • Maksud Maqashid Syari’ah adalah,
mewujudkan kemaslahatan dan
menghindarkan kemudratan yang berada
dalam koridor syari’ah.
• Maqashid Syari’ah adalah upaya
memelihara 5 macam kebutuhan dasar
manusia, yakni agama, jiwa, akal,
keturunan dan harta.
26. Objek kajianObjek kajian
ijtihadijtihad
• Hal-hal yang tidak
boleh dijadikan
objek kajian
ijtihad, ialah
hukum-hukum
yang telah
dimaklumi sebagai
landasan pokok
Islam,
berdasarkan pada
dalil-dalil qath’i.
Hukum yang tidak memiliki
Dalil yang Qath’iy
Dengan demikian, Hal-hal yang
boleh dijadikan sebagai objek kajian
ijtihad adalah hukum yang didasarkan
pada dalil zhanni, baik petunjuknya,
(dilalahnya) maupun tsubutnya
Serta hukum-hukum yang belum
ada nashnya dan belum ada ijma’
ulama tentangnya.
28. Mayoritas Ulama fiqih dan ushul,
diperkuat oleh at-Taftazani dan ar-
Ruhawi mengatakan, “ijtihad tidak
boleh dalam masalah qath’iyat dan
masalah akidah”.
• Minoritas Ulama (al.Ibnu Taimiyah
dan Al-Hummam) membolehkan
adanya ijtihad dalam akidah.
29. Hukum melakukan ijtihad bagi orang yang telahHukum melakukan ijtihad bagi orang yang telah
memenuhi syarat dan kriteria ijtihadmemenuhi syarat dan kriteria ijtihad..
• Fardu ‘ain untuk melakukan ijtihad untuk kasus dirinya sendiri dan
ia harus mengamalkan hasil ijtihadnya sendiri.
• Fardu ‘ain juga menjawab permasalahan yang belum ada hukumnya.
Dan bila tidak dijawab dikhawatirkan akan terjadi kesalahan dalam
melaksanakan hukum tersebut, dan habis waktunya dalam
mengetahui kejadian tersebut.
• Fardhu kifayah jika permasalahan yang diajukan kepadanya tidak
dikhawatirkan akan habis waktunya, atau ada lagi mujtahid yang lain
yang telah memenuhi syarat.
• Dihukumi sunnah, jika berijtihad terhadap permasalahan yang baru,
baik ditanya ataupun tidak.
• Hukumnya haram terhadap ijtihad yang telah ditetapkan secara
qath’I karena bertentangan dengan syara’.
30. Tingkatan MujtahidTingkatan Mujtahid
• Mujtahid mustaqil, yaitu orang yang bebas
membuat kaidahnya sendiri, menyusun
fiqihnya sendiri, dan ber beda dengan
madzhab lain.
• Mujtahid muthlaq ghairu mustaqil, yaitu
orang yang mempunyai kriteria mujtahid
mustaqil tetapi mengikuti salah satu madzab.
• Mujtahid muqayyad/takhrij, yaitu orang yang
diberi kebebasan untuk menentukan
landasannya berdasarkan dalil, tetapi tidak
boleh keluar dari kaidah-kaidah yang dipakai
imamnya.
31. Tingkatan MujtahidTingkatan Mujtahid
.
• Mujtahid tarjih, yaitu sangat faqih, hapal
kaidah-kaidah imamnya, mengetahui dalil-
dalilnya, cara memutuskan hukumnya, bisa
mengetahui cara mencari dalil yang kuat, dll.
• Mujtahid fatwa, yaitu orang yang hafal dan
paham kaidah-kaidah imam madzhab, mampu
menguasai permasalahan yang sudah jelas
atau yang sulit, namun masih lemah
menetapkan suatu putusan berdasarkan dalil
serta lemah dalam menetapkan qiyas.
Menurut imam nawawi kriteria ini masih
sangat bergantung pada fatwa yang telah
disusun imam madzhab.
32. Tertutup Dan Terbukanya Pintu Ijtihad.Tertutup Dan Terbukanya Pintu Ijtihad.
• Pada abad 4 hijriyah ada anggapan bahwa pintu berijtihad telah
tertutup karena umat Islam terpecah pada ketaatan dan
pengagungan pada masing-masing madzhabnya. Mereka
beranggapan bahwa mereka tidak akan mampu untuk menandingi
para imam madzhab pada waktu itu.
• Jumhur ulama, para imam madzhab, sunni dan syi’ah, telah sepakat
bahwa pintu ijtihad tidak akan pernah tertutup dan akan selalu
terbuka.