SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 68
Baixar para ler offline
BAB 1
HIMPUNAN
Definisi
Himpunan adalah kumpulan benda-benda dan unsur-unsur
yang telah didefinisikan dengan jelas dan juga memiliki
sifat keterikatan tertentu.

Mengenal lambang himpunan.
Suatu himpunan dituliskan sebagai berikut :
 a. Nama himpunan ditulis dengan huruf kapital.
 b. Penulisan himpunan menggunakan tanda 2 kurung
    kurawal dan dipisahkan dengan tanda koma
 c. Himpunan yang anggotanya tak berhingga atau tak
    berlanjut dinyatakan dengan 3 titik
Keanggotaan himpunan dinyatakan dengan lambang “n”

Bentuk himpunan
a. Kata-kata
   Suatu himpunan dinyatakan dalam bentuk kalimat tidak
   menggunakan lambing atau menuliskan syarat-syarat
   keanggotaannya. Contoh: Himpunan bilangan asli
   kurang dari 7.

b. Dengan mendaftar (metode tabulasi / roster)
   Dengan metode ini anggota himpunan yang dinyatakan
   dengan metode mendaftar disebutkan satu persatu.
   Contoh: A = {1, 3, 5, 7}


                                                      1
Menyatakan himpunan 4 bilangan ganjil pertama secara
   tabulasi.
   A = {2, 4, 6, …} Metode ini digunakan untuk
   menyatakan himpunan tak berhingga yang jumlah
   anggotanya sangat banyak.

c. Notasi pembentuk himpunan (metode bersyarat / rule)
   Cara ini mirip metode deskripsi namun pada himpunan
   dinyatakan dengan notasi pembentuk himpunan.
   Anggotanya dilambangkan dengan huruf (peubah)
   kemudian diikuti dengan sebuah garis syarat
   kanggotaan himpunan tersebut.
   Bentuk umum :
   { x | …, x є … }
   Contoh:
   A = { x | x < 10, x є A }
   Dibaca: A adalah himpunan x dengan x kurang dari
   sepuluhdan x anggota bilangan asli (A).

Macam-macam himpunan
a. Himpunan berhingga
   Himpunan yang himpunan jumlah anggotanya bisa
   dihitung. Contoh :
   A = {bilangan prima kurang dari sepuluh}
   A = { 2, 3, 5, 7 }

b. Himpunan tak berhingga
   Himpunan yang jumlah anggotanya tidak bisa dihitung
   atau tidak terbatas.
   B = { bilangan asli}
   B = { 1, 2, 3, 4, … }
                                                      2
c. Himpunan kosong
   Himpunan yang tidak memiliki anggota.
   Contoh :
   C = { bilangan asli negative }
   C={}

d. Himpunan semesta
   Himpunan dari semua objek yang sedang dibicarakan,
   himpunan ini biasanya ditulis dengan symbol S.
   Contoh :
   D = { 1, 3, 5 }
   Maka himpunan semestanya bisa berupa :
   S = { bilangan asli }, S = {bilangan ganjil}, dsb.

  i. Diagram venn
     Menggunakan persegi panjang untuk menyatakan
     himpunan semesta S.

 ii. Himpunan bagian ( )
     Contoh :
     Jika S = { P,A,B }, P = { A,B }, dan B = {A }. Kita
     dapat menuliskan A  B  P  S.

iii. Irisan (intersection)
     Ialah anggota himpunan yang menjadi anggota
     himpunan lain. Daerah irisan adalah daerah yang
     berpotongan di antara dua himpunan.



                                                       3
Operasi pada himpunan
a. Komplemen
   Ac = A komplemen
   (Ac)c = A

b. Irisan
   Contoh :
   A = { 1, 2, 3, 4, 5 }
   B = { 2, 3, 5, 7, 9 }
   A ∩ B = { 2, 3, 5 }

c. Gabungan
   Contoh :
   A = { 2, 4, 6 }
   B = { 4, 6, 8 }
   A ∪ B = { 2, 4, 6, 8 }

Sifat-sifat pada himpunan
1.    A∩B =B∩A
2.    A∪B=B∪A
3.    (Ac)c = A
4.    A ∩ (B ∩ C) = (A ∩ B) ∩ C
5.    A ∪ (B U C) = (A U B) U C
6.    A ∩ (B U C) = (A ∩ B) U (A ∩ C)
7.    A U (B ∩ C) = (A U B) ∩ (A U C)
8.    (A ∩ B)c = Ac ∪ Bc
9.    (A ∪ B)c = Ac ∩ Bc
10.   n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A∩ B)


                                         4
Diagram Venn
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat Diagram
Venn:
 Himpunan semesta biasanya digambarkan dengan
   bentuk persegi panjang.
 Setiap himpunan lain yang sedang dibicarakan
   digambarkan dengan lingkaran atau kurva tertutup
   sederhana.
 Setiap anggota masing-masing himpunan digambarkan
   dengan noktah atau titik.
 Jika banyak anggota himpunannya tak berhingga, maka
   masing-masing anggota himpunan tidak perlu
   digambarkan dengan suatu titik.

Contoh: Jika diketahui himpunan semesta S = {a, b, c, d, e,
f, g} dan A = {b, d, f, g}, maka diagram Venn himpunan S
dan A adalah
           S               A
           .a        .
                .c       .b .f       .e
                         .d .g




                                                         5
BAB 2
BILANGAN
Bilangan asli
yaitu himpunan bilangan positif yang bukan nol
{1, 2, 3, 4, ...}

Bilangan cacah
adalah himpunan bilangan bulat yang tidak negatif, yaitu
{0, 1, 2, 3 ...}. Dengan kata lain himpunan bilangan asli
ditambah 0. Jadi, bilangan cacah harus bertanda positif.

Bilangan bulat
terdiri dari bilangan cacah (0, 1, 2, ...) dan negatifnya (-1, -
2, -3, ...; -0 adalah sama dengan 0 dan tidak dimasukkan
lagi secara terpisah). Bilangan bulat dapat dituliskan tanpa
komponen desimal atau pecahan.

Jika a, b dan c adalah bilangan bulat, maka penjumlahan
bilangan bulat memenuhi sifat :
 a. Tertutup : a+b adalah bilangan bulat
 b. Komutatif : a+b = b+a
 c. Asosiatif : (a+b)+c = a+(b+c)
 d. 0 adalah unsur identitas penjumlahan yang memenuhi
    a+0 = 0+a = a
 e. –a adalah unsur invers penjumlahan yang memenuhi
    a+(-a) = (-a)+a = 0



                                                              6
Jika a, b dan c adalah bilangan bulat, maka perkalian
bilangan bulat memenuhi sifat :
 a. Tertutup : a× b adalah bilangan bulat
 b. Komutatif : a × b = b × a
 c. Asosiatif : (a×b)×c = a×(b×c)
 d. 1 adalah unsur identitas perkalian yang memenuhi a×0
    = 0×a = 0
 e. JIka a≠0, maka a-1=1/a adalah unsur invers perkalian
    yang memenuhi a×a-1 = a-1×a = 1

Operasi penjumlahan dan perkalian         bilangan   bulat
memenuhi sifat distributif yaitu
                    a×(b+c) = a×b+a×c

Bilangan prima
adalah bilangan asli yang lebih besar dari 1, yang faktor
pembaginya adalah 1 dan bilangan itu sendiri. 2 dan 3
adalah bilangan prima. Sepuluh bilangan prima yang
pertama adalah 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23 dan 29. Jika
suatu bilangan yang lebih besar dari satu bukan bilangan
prima, maka bilangan itu disebut bilangan komposit.

Bilangan riil/Bilangan real
menyatakan bilangan yang bisa dituliskan dalam bentuk
desimal, seperti 2,4871773339… atau 3.25678.
Bilangan real meliputi bilangan rasional, dan bilangan
irasional




                                                        7
Bilangan rasional adalah bilangan real yang dapat
dinyatakan dalam bentuk a/b dengan a,b: adalah bilangan
bulat dan b≠0. Contohnya 42 dan −23/129.

Bilangan irasional adalah bilangan real selain rasional
seperti π (2,34…) dan √2.

Bilangan imajiner
menyatakan bilangan selain bilangan real, seperti √−1.
√−1 sering disimbolkan menjadi “ ”. Misal, 3√−1 = 3 .




                                                         8
BAB 3
ALJABAR
Mengalikan bentuk aljabar, contoh :
3 x a = 3a
a x a = a2
a2 x a3 = (a x a) x (a x a x a) = a5 2a3 x 4a2 = 2 x 4 x a3 x a2
= 8a5

Penjumlahan dan pengurangan (khusus
pada suku sejenis = suku dengan variabel
sama), contoh :
a + a = 2a
2a – 3a = (2 – 3)a = -1a
2a + 2b + 4a = 6a + 2b
2a2 + 3a3 – 5a2 = -3a2 + 3a3

Perkalian pada bentuk aljabar dengan
suku lebih dari satu, contoh :
a x b = ab
a x -b = -ab
-a x b = -ab
-a x –b = ab
a x a = a2
a x ab = a2b
b x ab = ab2
a2b x ab3 = a3b4
a(b + c) = ab + ac
a(b – c) = ab – ac
(a + b)(c + d) = a(c + d) + b(c + d) = ac + ad + bc + bd
                                                              9
Pembagian pada bentuk aljabar, contoh :
a5 : a2 = a3
8a4 : 4a2 = (8 : 4)(a4 : a2) = 2a2

Pengkuadratan bentuk aljabar, contoh :
(3a)2 = (32)(a2) = 9a2

(2a4b3)2 = (22)(a4)2(b3)2 = 4a8b6

(a + b)2= (a + b)(a + b) = a(a + b) + b(a + b) = a2 + ab + ab
+ b2 = a2 + 2ab + b2

(a – b)2 = (a – b)(a – b) = a(a – b) + b(a – b) =a2 – ab - ab –
b2 = a2 – 2ab – b2




                                                            10
BAB 4
ARITMATIKA SOSIAL
Istilah-istilah dalam perdagangan
 1. Harga pembelian
Harga pembelian adalah harga barang dari pabrik atau
grosir atau tempat lainnya.
          Harga pembelian sering kali disebut modal. Dalam
situasi tertentu, modal adalah harga pembelian ditambah
dengan ongkos atau biaya lainnya.
 2. Harga penjualan
Harga penjualan adalah harga barang yang ditetapkan oleh
pedagang kepada pembeli.

 3. Untung
Untung adalah selisih antara harga penjualan dengan harga
pembelian jika harga penjualan lebih tinggi dari harga
pembelian.
      Untung = harga penjualan – harga pembelian

 4. Rugi
Rugi adalah selisih antara harga penjualan dengan harga
pembeklian jika harga penjualan lebih rendah dari harga
pembelian.
       Rugi = harga pembelian – harga penjualan

Harga penjualan, harga pembelian, untung,
dan rugi
1. Menghitung harga penjualan
Harga penjualan dapat ditentukan dengan cara berikut:
                                                        11
a. Jika memperoleh untung, maka harga penjualan lebih
   tinggi dari harga pembelian, sehingga:
      Harga penjualan = harga pembelian + untung

b. Jika mengalami rugi, maka penjualan lebih rendah dari
   harga pembelian, sehingga :
       Harga penjualan = harga pembelian – rugi

2. Menghitung harga pembelian
         Harga pembelian atau modal dapat ditentukan
dengan cara berikut.
 a. Jika memperoleh untung, berarti harga pembelian lebih
    murah dari harga penjualan, sehingga :
         Harga pembelian = harga penjualan – untung

b. Jika mengalami rugi, berarti harga pembelian lebih
   mahal dari harga penjualan, sehingga :
       Harga pembelian = harga penjualan + rugi

3. Presentase Untung dan Rugi
Presentase untung atau rugi umumnya dibandingkan
terhadap harga pembelian atau modal, kecuali jika ada
keterangan lain.
         Presentase untung =            ×      %

        Presentase rugi =               ×      %

Untuk menentukan presentase untung atau rugi, terlebih
dahulu kita tentukan untung atau rugi dalam rupiah.


                                                       12
Hasil perhitungan presentase untung/rugi dalam satuan
akan sama dengan presentase untung/rugi seluruhnya.

Rabat (diskon), bruto, tara, dan neto
a. Rabat artinya potongan harga, atau lebih dikenal
   dengan istilah diskon. Rabat umumnya dinyatakan
   dalam persen.
     Harga bersih = harga semula – rabat (diskon)

b. Bruto artinya berat kotor, yaitu berat tempat suatu
   barang.
   Contoh: Berat susu beserta kalengnya disebut bruto.
   Berat beras beserta kalengnya disebut bruto.

c. Tara artinya potongna berat, yaitu berat tempat dari
   suatu barang.
   Contoh: Pada kemasan susu dalam kaleng, berat kaleng
   disebut tara. Pada kemasan buah dalam dus, berat dus
   disebut tara.

d. Neto adalah berat bersih, yaitu berat barangnya saja.
   Contoh: Pada kemasan susu dalam kaleng, berat
   susunya saja disebut neto.Pada kemasan buah dalam
   dus, berat dusnya saja disebut neto.
                   Neto = bruto - tara
      Harga bersih = neto x harga per satuan berat

Penggunaan persen dalam tabungan dan
koperasi
1. Bunga Tunggal
                                                      13
Besar bunga tabungan maupun pinjaman pada setiap bank
dinyatakan dalam persen.
Bunga bank 18% artinya 18% untuk jangka waktu 1 tahun.
         Bunga 1 tahun = persen bunga x modal
       Bunga b bulan =        x persen bunga x modal
                         12

2. Bunga Harian
Bunga harian dapat dihitung dengan rumus berikut:

       =                             ×              ×


Satu bulan dihitung 30 hari, dan satu tahun dihitung 360
hari. Hari pada saat menabung, bunganya belum dihitung.
Hari pada saat pengambilan tabungan, bunganya tidak
dihitung.




                                                        14
BAB 5
PERSAMAAN DAN
PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU
PEUBAH
Kalimat Matematika
Kalimat benar dan salah
Dalam matematika terdapat istilah pernyataan kalimat
benar dan kalimat salah.
Contoh:
 1. Bilangan prima adalah bilangan ganjil, merupakan
    kalimat salah, karena angka 2 adalah bilangan prima
    yang genap.
 2. Hasil kali 3 dan 4 sama dengan hasil kali 4 dan 3,
    merupakan kalimat yang benar.

Kalimat terbuka
Kalimat terbuka adalah kalimat yang belum diketahui nilai
kebenarannya baik itu benar ataupun salah.
Contoh:
x + 7 = 15 adalah kalimat terbuka. Jika x diganti dengan 8,
maka kalimat tersebut bernilai benar.

Himpunan penyelesaian kalimat terbuka
Setiap kalimat terbuka memiliki peubah (variabel) yang
jika diganti dengan salah satu atau beberapa bilangan
menjadi bernilai benar. Kumpulan angka inilah yang
disebut HIMPUNAN PENYELESAIAN. Namun terkadang


                                                         15
ada kalimat terbuka yang tidak memiliki himpunan
penyelesaian dan biasa disebut HIMPUNAN KOSONG.

Persamaan linear dengan satu peubah
Pengertian: kalimat terbuka yang memiliki hubungan sama
dengan dan peubahnya berpangkat satu.
Contoh dengan peubah x:
x + 3 = 5; Penyelesaian: x = 2

Contoh dengan peubah m:
2m – 4 = 10; Penyelesaian: m = 7

Menyelesaikan Persamaan Linear dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu:
a. Substitusi, adalah mengganti peubah suatu persamaan
   dengan bilangan anggota semestanya.
b. Menambah atau mengurangi kedua ruas dengan
   bilangan sama. Dua persamaan dikatakan ekuivalen jika
   persamaan itu memiliki himpunan penyelesaian yang
   sama. Notasi untuk ekuivalen adalah ↔. Suatu
   persamaan tetap ekuivalen jika kedua ruas ditambah
   atau dikurangi dengan bilangan yang sama.
c. Menyelesaikan persamaan dengan mengalikan atau
   membagi kedua ruas dengan bilangan yang sama. Suatu
   persamaan tetap ekuivalen jika kedua ruas dikalikan
   atau dibagi dengan bilangan yang sama.

Pertidaksamaan linear dengan satu peubah
Pengertian: dalam pertidaksamaan dikenal istilah “lebih
dari” (>) atau “kurang dari” (<) sehingga untuk sembarang
bilangan a dan b selalu berlaku hubungan:

                                                       16
a > b (a lebih dari b)
a < b (a kurang dari b)
a = b (a sama dengan b)

bentuk bentuk seperti 2x < 6, x + 2 > 10 adalah merupakan
pertidaksamaan linear. Peubah atau variabelnya yaitu x
berpangkat 1.

Menyelesaikan Pertidaksamaan Linear dapat dengan
beberapa cara yaitu:
d. Menambah atau mengurangi dengan bilangan yang
   sama di kedua ruas
e. Mengalikan kedua ruas dengan bilangan positif atau
   negative
f. Untuk pertidaksamaan berbentuk pecahan, diubah agar
   tidak memuat pecahan. Dapat dengan cara mengalikan
   kedua ruas dengan KPK dari penyebut-penyebutnya.
g. Himpunan penyelesaian dapat ditunjukkan pada garis
   bilangan yang disebut grafik himpunan penyelesaian.




                                                       17
BAB 6
PERBANDINGAN
Perbandingan senilai
Perhatikan tabel di bawah ini!
              Permen (buah)      Harga (Rp)
                      2             400
                      5            1000
                      8            1600

Banyak permen dan harga merupakan contoh perbandingan
senilai. Semakin banyak jumlah permen semakin besar
harga yang harus dibayarkan.

Contoh soal perbandingan:
1. Dalam sebuah kelas terdapat 40 siswa. jika banyak
   siswa laki-laki 15 orang maka perbandingan jumlah
   siswa wanita dengan seluruh siswa di kelas adalah…
   penyelesaian:
   jumlah siswa wanita = 40 – 15 = 25 siswa
   ∴ jumlah siswa wanita : jumlah seluruh siswa = 25 : 40
   =5:8

2. Jika 5 dolar Amerika sama dengan Rp. 47.000,- maka
   Rp. 28.200 = …. US $
   penyelesaian:
   misal x = Rp. 28.200 dalam US dolar


                                                        18
28200           5 ∙ 28200
                  =         ↔     =             =3
              5       47000            47000

   ∴ Rp. 28.200 = 3 US $

Perbandingan berbalik nilai
Perhatikan tabel di bawah ini!
     Banyak Pekerja (orang)           Lama Waktu (hari)
                 12                         25
                 15                         20
                 50                         6

Banyak pekerja dan lama waktu pengerjaannya merupakan
contoh perbandingan berbalik nilai. Semakin banyak
pekerja semakin pendek waktu pengerjaannya selesai.

Contoh soal perbandingan:
Dengan jumlah pekerja sebanyak 12 orang sebuah proyek
dapat menyelesaikan selama 15 hari. Agar proyek dapat
selesai selama 10 hari, maka banyak pekerja adalah…
penyelesaian:
misal x = banyak pekerja untuk 10 hari

                           15         12 ∙ 15
                       =      ↔   =           = 18
                  12       10           10

   ∴ Banyak pekerja yang diperlukan untuk 10 hari = 18
   orang




                                                          19
BAB 7
SUDUT DAN PETA MATA ANGIN
Sudut
Sudut adalah gabungan dua buah sinar yang titik
pangkalnya sama. Sudut ABC (ditulis ∠   ) adalah
gabungan ⃗ dan ⃗ ( ⃗ ∪ ⃗ ) seperti terlihat pada
gambar.




  ⃗ dan ⃗ disebut pula kaki sudut, sedangkan titik B
disebut titik sudut. ⃗ dan ⃗ masing-masing merupakan
himpunan titik-titik. Gabungan keduanya yaitu ∠
merupakan himpunan titik-titik pula.




                                                  20
Ukuran sudut
Salah satu satuan ukuran sudut menggunakan satuan derajat
dimana satu derajat ditulis 1° sama dengan 1/360 dari satu
putaran penuh. Ukuran sudut adalah anggota himpunan
bilangan bukan himpunan titik. Oleh karena itu sudut dan
ukuran sudut merupakan dua konsep yang berbeda tetapi
saling berkaitan. Ukuran ∠          yang biasa digunakan
adalah jarak putar yang terkecil.

Peta mata angin
Mata Angin adalah petunjuk arah yang terdiri dari delapan
penjuru yaitu :
 1. Utara : terletak diantara barat laut dan timur laut
 2. Timur Laut : terletak diantara utara dan timur
 3. Timur : terletak antara timur laut dan tenggara
 4. Tenggara : terletak antara timur dan selatan
 5. Selatan : terletak antara tenggara dan barat daya
 6. Barat Daya : terletak antara selatan dan barat
 7. Barat : terletak antara barat daya dan barat laut
 8. Barat Laut : terletak antara barat dan utara

Besar sudut terkecil antara dua mata angin yang berdekatan
adalah:
 1. Jika peta mata angin dibagi menjadi 8 arah mata angin
    maka besar sudut terkecil yang dibentuknya adalah 450
 2. Jika peta mata angin dibagi menjadi 16 arah peta mata
    angin maka besar sudut terkecil yang dibentuk adalah
    22,50



                                                        21
Jurusan tiga angka
Sebagai pedoman untuk jurusan tiga angka adalah arah
Utara yang dinyatakan dengan 0000 . Untuk menyatakan
besar sudut jurusan tiga angka menggunakan aturan sebagai
berikut:
 1. Besar sudut dihitung dimulai dari arah Utara, kemudian
    berputar searah dengan perputaran jarum jam.
 2. Besar sudutnya dinyatakan dengan tiga angka, misalnya
    besar suatu sudut 800 maka jurusan tiga angkanya
    adalah 0800
 3. Besar sudutnya harus kurang dari 3600, sebab 3600 sama
    dengan arah Utara yang jurusan tiga angkanya 0000

Jika jurusan tiga angka letak kota P dari Q diketahui a0,
maka jurusan tiga angka letak kota Q dari kota P, dapat

                                                        22
ditentukan tanpa membuat gambar atau sketsa, yaitu
dengan cara:
1) Jika a < 1800 , maka jurusan tiga angka letak kota Q dari
P adalah (a + 180)0
2) Jika a > 1800, maka jurusan tiga angka letak kota Q dari
P adalah (a - 180)0

Contoh soal:
1) Tentukan Jurusan tiga angka untuk arah Timur Laut!
Penyelesaian:
Jurusan tiga angka untuk arah Timur Laut adalah 0450




2) jurusan tiga angka kota A dari kota B adalah 0850,
tentukan jurusan tiga angka kota B dari kota A!
Penyelesaian:
Jika jurusan tiga angka kota A dari B = 0850 maka Jurusan
tiga angka kota B dari kota A = 0850 + 1800 = 2650




                                                          23
3) Jurusan tiga angka kota P dari kota Q adalah 2000,
tentukan Jurusan tiga angka kota Q dari kota P!
Penyelesaian:
Jika Jurusan tiga angka kota P dari kota Q = 2000 maka
jurusan tiga angka kota Q dari P = 2000 - 1800 = 0200




                                                    24
BAB 8
RELASI DAN FUNGSI
Pengertian Relasi
Contoh :
Pak Teguh mempunyai tiga orang anak, yaitu Doni, Pipit,
Dimas. Masing-masing anak mempunyai kegemaran
berolahraga yang berbeda-beda. Doni gemar berolah raga
voly dan renang. Pipit gemar berolah raga voly, Dimas
gemar berolah raga basket dan sepak bola.

Doni dan Pipit mempunyai kegemaran berolah raga yang
sama yaitu voly. Jika anak-anak Pak Teguh dikelompokkan
menjadi satu dalam himpunan A, maka anggota dari
himpunan A adalah Doni, Pipit, Dimas. Himpunan A
tersebut kita tuliskan sebagai A = {Doni, Pipit, Dimas}.
Sedangkan jenis olah raga yang digemari anak-anak Pak
Teguh dapat dikelompokan dalam himpunan B. Himpunan
B dituliskan B = {Voly, Renang, Basket, Sepak bola}.

Terdapat hubungan antara himpunan A dan himpunan B.
Hubungan tersebut berkait dengan gemar berolah raga dari
anak-anak pak Teguh yang disebut “relasi”.

Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah aturan
yang memasangkan anggota-anggota himpunan A
dengan anggota-anggota himpunan B.




                                                      25
Cara menyatakan suatu relasi
Suatu relasi dapat dinyatakan dengan tiga cara, yaitu
dengan diagram panah, diagram Cartesius, dan himpunan
pasangan berurutan. Misal:

P = {Dini, Arif, Alyn, Rizky},
Q = {Matematika, IPS, Kesenian, IPA, bahasa Inggris},
dan “pelajaran yang disukai” adalah relasi yang
menghubungkan himpunan P ke himpunan Q

a.   Dengan Diagram Panah
     P             Q




b. Dengan Diagram Cartesius




                                                   26
c.   Dengan Himpunan Pasangan Berurutan
     Relasi "pelajaran yang disukai" yang menghubungkan
     himpunan P ke himpunan Q dapat dinyatakan dengan
     himpunan pasangan berurutan sebagai berikut:
     {(Dini, Matematika); (Dini, IPA);
     (Arif, Matematika); (Arif, Inggris);
     (Alyn, Matematika); (Alyn, IPA); (Alyn, Inggris);
     (Rizky, IPS); (Rizky, Seni)}

Fungsi atau Pemetaan
Contoh                                                       :
Perhatikan diagram panah dibawah ini!




Setiap anggota A di pasangkan dengan tepat satu (hanya
satu) anggota B. Relasi seperti itu dinamakan fungsi atau
pemetaan


                                                            27
Fungsi (pemetaan) dari A ke B adalah relasi khusus yang
memasangkan setiap anggota A dengan tepat satu
anggota B.

A disebut dengan Domain (daerah asal)
A = {1, 3, 5, 7}
B disebut Kodomain (daerah kawan)
B = {0, 2, 4, 6}, sedangkan
Daerah hasil (range) = {0, 2, 6}

Banyak Fungsi (Pemetaan)
Jika banyak anggota himpunan A adalah n(A) = a dan
banyak anggota himpunan B adalah n(B) = b, maka:
i. Banyak fungsi yang mungkin dari A ke B = ba
Contoh:
Banyak fungsi dari himpunan A={1, 2}
ke B={a, b, c} adalah 32 = 9

ii. Banyak fungsi yang mungkin dari B ke A = ab
Contoh:
Banyak fungsi dari himpunan
B={a, b, c} ke A={1, 2} adalah 23 = 8

Korespondensi satu-satu
Contoh                :
Perhatikan     diagram
panah di samping!

Himpunan P dikatakan
berkoresponsi satu-satu
dengan himpunan Q jika

                                                     28
setiap anggota P dipasangkan dengan satu anggota
himpunan Q, dan setiap anggota Q dipasangkan dengan
satu          anggota           himpunan          P
Dengan demikian, pada korespondensi satu-satu dari
himpunan P ke himpunan Q, banyak anggota himpunan P
dan himpunan Q haruslah "sama".

Banyak Korespondensi Satu-satu
Jika n(P) = n(Q) = n, maka banyak semua korespondensi
satu-satu yang mungkin antara himpunan P dan himpunan
Q adalah:

n × (n – 1) × (n – 2) × … × 3 × 2 × 1
atau
1 × 2 × 3 × … × (n – 2) × (n – 1) × n

Contoh:
n(P) = n(Q) = 4
maka banyak korespondensi satu-satu yang mungkin 4 × 3
× 2 × 1 = 244




                                                     29
BAB 9
TEOREMA PHYTAGORAS
Teorema Phytagoras menyatakan bahwa pada suatu
segitiga siku-siku luas persegi pada sisi miring sama
dengan jumlah luas persegi pada sisi lainnya.

Pada setiap segitiga siku-siku sisi-sisinya terdiri atas sisi
siku-siku dan sisi miring (hipotenusa). Sisi a terletak
dihadapan sudut A. Sisi b terletak di hadapan sudut B. Sisi
b terletak di hadapan sudut B.
   C

   b               a
                                            =     +
                                            =     −
                                            =     −
   A       c               B


Menentukan jenis segitiga
1. Jika     <          +       maka ABC adalah segitga lancip
   di A.
2. Jika        >       +       maka ABC adalah segitga tumpul
   di A.
3. Jika    =           +   maka ABC adalah segitga siku-siku
   di B.

                                                            30
Triple Phytagoras
Ukuran sisi-sisi segitiga siku-siku sering dinyatakan dalam
tiga bilangan asli. Tiga itu disebut triple phytagoras.
contoh:
Panjang sisi suatu segitiga siku-siku adalah 3,4 dan 5
satuan.
bilangan tersebut disebut Triple phytagoras sebab
                        5 =3 +4




                                                          31
BAB 10
PERSAMAAN GARIS LURUS
Persamaan garis lurus adalah persamaan matematika yang
jika digambarkan dalam bidang koordinat Cartesius akan
membentuk sebuah garis lurus.

Dalam koordinat Cartesius, setiap titik dinyatakan dengan
pasangan terurut (x, y) di mana koordinat x disebut absis
dan koordinat y disebut ordinat.

Gradien adalah tingkat kemiringan garis. (perbandingan
antara komponen-y (ordinat dan komponen-x (absis)
antara 2 titik pada dua garis tsb. Gradien dilambangkan
dengan m.

 Gradien garis yang melalui dua titik dicari dengan
  rumus:
                                 −
                            =
                                 −
 Gradien garis yang sejajar dengan sumbu-x adalah nol.
 Garis yang sejajar dengan sumbu-y tidak mempunyai
  gradien.
 Dua garis yang saling sejajar memiliki gradien yang
  sama.
 Hasil kali gradien garis yang saling tegak lurus adalah
  (–1).




                                                        32
Bentuk persamaan garis lurus
Bentuk umum
                      +        +       =

Bentuk lainnya
                           =
                       =           +

 Rumus untuk menentukan persamaan garis dari gradien
  dan titik koordinat, yaitu:
                       − = ( − )
 Rumus untuk menentukan persamaan garis dari dua titik
  koordinat, yaitu:
                        −       −
                              =
                         −      −




                                                     33
BAB 11
PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH
Sistem persamaan linear dengan dua peubah adalah suatu
sistem persamaan yang terdiri atas dua persamaan linear
atau lebih, yang masing-masing persamaan mempunyai dua
peubah.
Contoh:
Dua persamaan linear dengan dua peubah x dan y
                          = +2
                         = 2 +1

Untuk menentukan himpunan penyelesaian sistem
persamaan linear dengan dua peubah dapat dilakukan
dengan:
  Metode grafik,
  Metode substitusi, dan
  Metode eliminasi.

Metode grafik
Untuk menentukan himpunan penyelesaian sistem
persamaan linear dua peubah dengan menggunakan metode
grafik, kita harus mencari titik potong kedua persamaan
linear tersebut. Jadi, himpunan penyelesaian sistem
persamaan dengan dua peubah merupakan titik potong
grafik sistem persamaan tersebut.

Metode Substitusi
Substitusi berarti memasukkan atau menggantikan pada
tempatnya. Untuk menentukan penyelesaian sistem

                                                     34
persamaan dengan dua peubah dengan menggunakan
metode substitusi kita harus memasukkan atau
menggantikan x dan y pada kedua persamaan linear
tersebut.
Contoh:
Penyelesaian sistem persamaan:
     = +2
    =2 +1

dapat diselesaikan dengan metode substitusi sebagai
berikut:
   = +2           +2 = 2 +1
  =2 +1           −2 = 1−2
             − = −1        =1
  = +2             =1        = 1+2          = 3.

Jadi, harga x dan y yang memenuhi persamaan di atas
adalah = 1 dan = 3 atau himpunan penyelesaiannya
adalah {1,3}.

Metode Eliminasi
Eliminasi berarti menghilangkan salah satu peubah.
Untuk menentukan penyelesaian sistem persamaan dengan
dua peubah, dengan menggunakan metode eliminasi,
adalah dengan mengurang atau menambah persamaan yang
satu dengan yang lainnya sehingga salah satu peubah
hilang.
Contoh:
Penyelesaian sistem persamaan:
    = +2
    =2 +1

                                                   35
dapat diselesaikan dnegan metode eliminasi sebagai
berikut:
Agar salah satu peubah hilang maka dilakukan
pengurangan:
  = +2
  =2 +1
0 = − + 1 → peubah yang hilang adalah y.
  =1

 = + 2 dengan = 1 maka = 1 + 2 atau = 3
 = 2 + 1 dengan = 1 maka = (2 × 1) + 1 atau
 = 3.

Jadi, harga x dan y yang memenuhi sistem persamaan di
atas adalah       = 1 dan      = 3 atau himpunan
penyelesaiannya adalah {1,3}.




                                                   36
BAB 12
SUDUT GARIS SEJAJAR
  Gambar       Istilah              Sifat
           tolak belakang   Besar sudutnya sama



           dalam            Besar sudutnya sama
           bersebrangan


           dalam sepihak    jika kedua sudut
                            dijumlahkan
                            hasilnya sama
                            dengan 180°
           luar             Besar sudutnya sama
           bersebrangan


           luar sepihak     jika kedua sudut
                            dijumlahkan
                            hasilnya sama
                            dengan 180°




                                               37
BAB 13
PELUANG
Peluang atau kebolehjadian atau dikenal juga sebagai
probabilitas    adalah   cara    untuk    mengungkapkan
pengetahuan atau kepercayaan bahwa suatu kejadian akan
berlaku atau telah terjadi. Probabilitas suatu kejadian
adalah angka yang menunjukkan kemungkinan terjadinya
suatu kejadian. Nilainya di antara 0 dan 1. Kejadian yang
mempunyai nilai probabilitas 1 adalah kejadian yang pasti
terjadi atau sesuatu yang telah terjadi. Misalnya matahari
yang masih terbit di timur sampai sekarang. Sedangkan
suatu kejadian yang mempunyai nilai probabilitas 0 adalah
kejadian yang mustahil atau tidak mungkin terjadi.
Misalnya seekor kambing melahirkan seekor sapi.

Adapun materi peluang yang akan dibahas di antaranya:
1. Percobaan, ruang sampel, dan kejadian
2. Peluang suatu kejadian
3. Peluang percobaan kompleks
4. Peluang Kejadian Majemuk

Percobaan, ruang sampel, dan kejadian
Percobaan adalah: suatu kegiatan yang dapat diulang
dengan keadaan yang sama untuk menghasilkan sesuatu.

Ruang Sampel adalah : Himpunan dari semua hasil yang
mungkin dari suatu kejadian (percobaan)

Titik Sampel adalah : Anggota-anggota dari ruang sampel
                                                        38
Kejadian atau Peristiwa adalah himpunan bagian dari
ruang sampel.

Contoh soal:
Misalkan sebuah dadu bermata enam dilemparkan satu kali
maka tentukan: hasil yang mungkin muncul, ruang sampel,
titik sampel, banyaknya kejadian mata dadu ganjil,
banyaknya kejadian mata dadu kurang dari 3?

Jawab:
Hasil yang mungkin muncul adalah mata dadu 1, 2, 3, 4, 5,
atau 6

Ruang sampel atau S = {1,2,3,4,5,6}

Titik sampel sama dengan hasil yang mungkin yaitu mata
dadu 1,2,3,4,5 dan 6

Misalkan A adalah kejadian mata dadu ganjil
Kejadian A={1,3,5}

Banyaknya kejadian mata dadu ganjil adalah n(A) =3

Misalkan B adalah Kejadian mata dadu kurang dari 3
Kejadian B={1,2}
Banyaknya kejadian mata dadu kurang dari 3 adalah
n(B)=2




                                                       39
BAB 14
LINGKARAN




Unsur-unsur lingkaran:
 Titik pusat lingkaran (O) adalah titik yang terletak di
  tengah-tengah lingkaran.
 Jari-jari (AO) adalah garis dari titik pusat lingkaran ke
  lengkungan lingkaran.
 Diameter (AOB) adalah garis lurus yang
  menghubungkan dua titik pada lingkaran dan melalui
  titik pusat.
 Busur (BC) adalah garis lengkung yang terletak pada
  lengkungan lingkaran dan menghubungkan dua titik
  pada lingkaran tersebut.
 Tali busur (DGF) adalah garis lurus dalam lingkaran
  yang menghubungkan dua titik pada lengkungan
  lingkaran.
 Tembereng (DEF) adalah luas daerah dalam lingkaran
  yang dibatasi oleh busur dan tali busur.


                                                          40
 Juring (OBC) adalah luas daerah dalam lingkaran yang
  dibatasi oleh dua buah jari-jari dan sebuah busur yang
  diapit oleh kedua jari-jari tersebut.
 Apotema (OG) adalah garis yang menghubungkan titik
  pusat lingkaran dengan tali busur lingkaran tersebut.

Keliling lingkaran
                       =       =
Luas lingkaran
                           =
 = 3,14 atau 22/7
 =
 =     −

Sudut Pusat dan Sudut Keliling
  Sudut pusat adalah sudut yang dibentuk oleh dua buah
   jari-jari dan menghadap suatu busur lingkaran

 Sudut keliling adalah sudut pada lingkaran yang
  dibentuk oleh dua buah tali busur.

 Semua sudut keliling yang menghadap busur yang sama
  memiliki besar sudut yang sama.

 Jumlah sudut keliling yang saling berhadapan sama
  dengan 180°.

 Jika sudut pusat dan sudut keliling lingkaran
  menghadap busur yang sama maka besar sudut pusat
  adalah dua kali dari besar sudut keliling.

                                                          41
 Hubungan antara sudut pusat, panjang busur, dan luas
  juring.

              =                        =
    360°

 Besar sudut antara dua tali busur yang berpotongan di
  dalam lingkaran adalah setengah kali dari jumlah sudut-
  sudut pusat yang berada di depan dan di belakangnya.



                                   1
   T                    ∠      =     × (∠     +∠        )
                                   2




 Besar sudut antara dua tali busur yang berpotongan
  diluar lingkaran adalah setengah kali dari selisih sudut
  pusat yang terletak di antara kedua kakinya.




                                   1
                        ∠      =     × (∠     −∠        )
                                   2



               T
                                                             42
Sudut-sudut segi-n beraturan
                                                    360°
Besar setiap sudut pusat segi − n beraturan =
Besar setiap sudut segi − n beraturan
                    360° ( − 2) × 180°
             180° −       =

Garis Singgung Lingkaran
Sifat-sifat garis singgung lingkaran
  Garis singgung lingkaran adalah garis yang memotong
    lingkaran tepat di satu titik yang disebut titik singgung
    lingkaran.
  Setiap garis singgung lingkaran selalu tegak lurus
    terhadap jari-jari (diameter) yang melalui titik
    singgungnya.
  Dari satu titik pada lingkaran hanya dapat dibuat satu
    garis singgung.
  Dari satu titik di luar lingkaran dapat dibuat dua garis
    singgung lingkaran.

Garis singgung persekutuan adalah garis yang tepat
menyinggung dua lingkaran.

Dari dua lingkaran yang saling lepas dapat dibuat dua garis
singgung persekutuan luar dan dua garis singgung
persekutuan dalam.

Panjang garis singgung persekutuan luar (l) dan garis
singgung persekutuan dalam (d) dapat dicari dengan:

                                                            43
=        −( − )
                      =        −( + )
di mana:
l = panjang garis singgung persekutuan luar
d = panjang garis singgung persekutuan dalam
k = jarak kedua titik pusat lingkaran
R = jari-jari lingkaran pertama
r = jari-jari lingkaran kedua

Hubungan antara lingkaran dan segitiga
Rumus luas segitiga yang lain
               =     ( − )( − )( − )

Panjang jari-jari lingkaran dalam segitiga adalah
                               =
Panjang jari-jari lingkaran luar segitiga adalah
                             =
Dengan
L = Luas
s = ½ keliling segitiga; a, b, c = panjang sisi-sisi segitiga




                                                                44
BAB 15
LOGARITMA
Definisi
Logaritma bilangan b dengan bilangan pokok a sama
dengan c yang memangkatkan a sehingga menjadi b.
          a
            log b = c ↔ ac = b ~ “mencari pangkat”
dengan
a = bilangan pokok (a > 0 dan a ≠ 1)
b = numerus           (b > 0)
c = hasil logaritma

Dari pengertian logaritma dapat disimpulkan bahwa :
a
  log a = 1 ; alog 1 = 0 ; alog an = n

Sifat-sifat logaritma
a
  log bc = alogb + alogc
a
  log bc = c alog b
a
  log b/c = alog b -alog c Hubungan alog b/c = - a log b/c
a
  log b = (clog b)/(clog a) Hubungan alog b = 1 / blog a
a
  log b. blog c = a log c
a
  log b = b
a
  log b = c aplog bp = c  Hubungan : aqlog bp = alog bp/q
                                             = p/q alog b
Keterangan:
1. Bila bilangan pokok suatu logaritma tidak diberikan,
     maka maksudnya logaritma tersebut berbilangan pokok
     = 10. [ log 7 maksudnya 10log 7 ]
2. lognx adalah cara penulisan untuk (logx)n
     Bedakan dengan log xn = n log x
                                                         45
BAB 16
TRIGONOMETRI
Pengertian
Trigonometri terdiri dari sinus (sin), cosinus (cos), tangen
(tan), cotangen (cot), secan (sec) dan cosecan (cosec).
Trigonometri merupakan nilai perbandingan yang
didefinisikan pada koordinat kartesius atau segitiga siku-
siku.

Sinus
Sinus dalam matematika adalah
perbandingan sisi segitiga yang         C
ada di depan sudut dengan sisi
miring (dengan catatan bahwa            b            a
segitiga itu adalah segitiga siku-
siku atau salah satu sudut segitiga
itu 90o). Perhatikan segitiga di
kanan; berdasarkan definisi sinus
di atas maka nilai sinus adalah         A                  B
                                                c
sin A =           sin B =
Nilai sinus positif di kuadran I dan II dan negatif di kuadran
III dan IV.

Kosinus
Kosinus atau cosinus (simbol:       ) dalam matematika
adalah perbandingan sisi segitiga yang terletak di sudut
dengan sisi miring (dengan catatan bahwa segitiga itu


                                                           46
adalah segitiga siku-siku atau salah satu sudut segitiga itu
90°).
Berdasarkan definisi kosinus di atas maka nilai kosinus
adalah
cos A =           cos B =
Nilai kosinus positif di kuadran I dan IV dan negatif di
kuadran II dan III.

Tangen
Tangen (bahasa Belanda: tangens; lambang tg, tan) dalam
matematika adalah perbandingan sisi segitiga yang ada di
depan sudut dengan sisi segitiga yang terletak di sudut
(dengan catatan bahwa segitiga itu adalah segitiga siku-siku
atau salah satu sudut segitiga itu 90o). Perhatikan segitiga di
kanan; berdasarkan definisi tangen di atas maka nilai
tangen adalah
tan A =         tan B =
Nilai tangen positif di kuadran I dan III dan negatif di
kuadran II dan IV.

Hubungan Nilai Tangen dengan Nilai Sinus dan Cosinus
tan A =

Sekan
Sekan (lambang: sec) dalam matematika adalah
perbandingan sisi miring segitiga dengan sisi yang terletak
pada sudut (dengan catatan bahwa segitiga itu adalah
segitiga siku-siku atau salah satu sudut segitiga itu 90o).

                                                            47
Perhatikan segitiga di kanan; berdasarkan definisi sekan di
atas maka nilai sekan adalah
sec A =        sec B =

Hubungan sekan dengan kosinus:
sec A =

Kosekan
Kosekan (disimbolkan dengan cosec atau csc) dalam
matematika adalah perbandingan sisi miring segitiga
dengan sisi yang terletak di depan sudut (dengan catatan
bahwa segitiga itu adalah segitiga siku-siku atau salah satu
sudut segitiga itu 90o). Perhatikan segitiga di kanan;
berdasarkan definisi kosekan di atas maka nilai kosekan
adalah
csc A =        csc B =

Hubungan kosekan dengan sinus:
csc A =

Kotangen
Kotangen (lambang: cot, cotg, atau cotan) dalam
matematika adalah perbandingan sisi segitiga yang terletak
pada sudut dengan sisi segitiga yang terletak di depan sudut
(dengan catatan bahwa segitiga itu adalah segitiga siku-siku
atau salah satu sudut segitiga itu 90o). Perhatikan segitiga di
kanan; berdasarkan definisi kotangen di atas maka nilai
kotangen adalah

                                                            48
cot A =         cot B =

Hubungan kotangen dengan tangen:
cot A =

Nilai Trigonometri untuk Sudut-sudut Istimewa

  Α        0°        30°     45°      60°       90°

 Sin α     0                                    1
                              √        √
Cos α      1                                    0
                      √       √
Tan α      0                  1       √         ∞
                      √




                                                    49
BAB 17
BARISAN DAN DERET
Pola barisan bilangan
Barisan adalah urutan bilangan dengan pola tertentu
1. Barisan bilangan genap: 0,2,4,6,8,…
2. Barisan bilangan ganjil : 1,3,5,7,9,…
3. Barisan bilangan segitiga : 1,3,6,10,…
4. Barisan bilangan persegi : 1,4,9,16,…
5. Barisan bilangan segitiga Pascal:

                   1
                  1 1
                 1 2 1
                1 3 3 1
               1…dst    .

Jumlah bilangan baris ke-n segitiga Pascal = 2(   )


Menentukan rumus dari suatu barisan
aritmatika
Contoh: Suatu barisan 3,7,11,15,…
 Barisan tersebut mempunyai suku pertama = a = 3
 Barisan tersebut memiliki beda = b = 4
 Suku ke-n =
                        = +( − )

 Jumlah suku ke-n =
                   =      (    + ( − ))
                                                      50
=       ( +     )

Menentukan rumus dari suatu barisan
geometri
Rumus suku ke-n
                         = . ( )
Suku Pertama = a
Rasio antara dua suku berurutan = r
Banyaknya suku = n

Jumlah n suku
                      (   )
                  =           , untuk r ≥

                      (   )
                  =           , untuk r ≤




                                            51
BAB 18
BILANGAN BASIS
Basis Bilangan dengan Metode Napier
Metode Napier yang dimaksud dalam bagian ini adalah
suatu cara dari John Napier yang dilakukan untuk
menyelesaikan soal-soal basis. Dalam metode ini kita dapat
menempatkan semua angka pada tempat yang sudah
tersediakan sehingga siswa tidak perlu mengingat perkalian
angka yan sudah lewat, karena angka akan tercantum.
Penggunaan metode ini menurut penulis dapat membantu
dalam menyelesaikan soal-soal basis yaitu dalam operasi
basis. Jika sudah dipahami penggunaan metode ini maka
akan lebih mudah dan lebih teliti. Metode Napier akan kita
simak dalam penjelasan-penjelasan di bawah ini:
1) Penjumlahan
Contoh: (3184)10 + (1582)10 = …




Dalam penjumlahan, pengurangan, maupun perkalian
memakai metode Napier, kita harus neyediakan sabaris
kotak yang banyaknya sesuai dengan banyaknya salah satu
angka terbanyak dari angka yang dijumlahkan,

                                                        52
dikurangkan, maupun dikalikan, kemudian angka terebut
ditaruh di atas dan di bawah kotak.
Masing-masing kotak dibagi menjadi dua dari sudut kanan
atas se sudut kiri bawah. Bagian atas untuk menempatkan
jumlah bilangan dasar dan bagian bawah untuk
menempatkan sisa. Adapun untuk mengetahui hasilnya
diperoleh dengan cara menjumlahkan bilangan-bilangan
pada jalur-jalur yang miring ke kiri. Dengan penjelasan di
atas kita akan dapatkan hasil penjumlahan sebagai berikut:




Langkah-langkah dari penjumlahan di atas adalah:
a. 4 + 2 = 0 puluhan, sisa 6
b. 8 + 8 = 1 puluhan, sisa 6
c. 1 + 5 = 0 puluhan, sisa 6
d. 3 + 1 = 0 puluhan, sisa 4
Melihat penjumlahan pada jalur-jalur miring diperoleh:
(4766)10
Jadi, (3184)10 + (1582)10 = (4766)10
Untuk melihat kebenarannya kita dapat melakukan sebagai
berikut:



                                                        53
Pada pengurangan dan perkalian dengan metode Napier
juga sama halnya dengan penjumlahan, hanya tandanya
saja yang berbeda.

2) Pengurangan
Contoh: (3322)5-(442)5 =…




Langkah-langkah dari pengurangan di atas adalah:
a. 2-2 = 0 limaan, sisa 0
b. 2-4, agar dapat dilakukan pengurangan dipinjamkan 1
limaan dari angka depannya, sehingga menjadi 7 . 4,
pinjaman 1 ditulis (-1)

                                                    54
c. 3-4 menjadi 2-4 (telah dipinjam 1 limaan)
2-4, agar dapat dilakukan pengurangan dipinjamkan 1
limaan dari angka depannya, sehingga menjadi 7 . 4,
pinjaman 1 ditulis (-1)
d. 3-0 menjadi 2-0 (telah dipinjam 1 limaan)
2 -0 = 2
Dengan melihat penjumlahan pada jalur-jalur miring
diperoleh (1230)5
Jadi, (3322)5 . (442)5 = (1230)5

3) Perkalian
Contoh: (331)5 x (04)5 =…




Langkah-langkah dari perkalian di atas adalah:
a. 1 x 0 = 0 limaan, sisa 0 d. 1 x 4 = 0 limaan, sisa 4
b. 3 x 0 = 0 limaan, sisa 0 e. 3 x 4 = 2 limaan, sisa 2
c. 3 x 0 = 0 limaan, sisa 0 f. 3 x 4 = 2 limaan, sisa 2
Dengan melihat penjumlahan pada jalur-jalur miring
diperoleh (2424)5

                                                     55
Jadi, (331)5 x (04)5 = (2424)5

Basis Bilangan dengan Metode Biasa
Operasi pada basis tidak lain sama dengan operasi hitung
pada pelajaran matematika lainnya , yaitu meliputi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Pada operasi basis mempunyai syarat tertentu yaitu apabila
kedua basis akan dioperasikan maka kedua basis tersebut
harus dalam satu basis (basis yang sama).

1) Penjumlahan
Penjumlahan basis bilangan dapat dilakukan dengan cara
penjumlahan bentuk panjang atau penjumlahan bersusun.
Tetapi dalam hak ini yang kita bahas adalah penjumlahan
bersusun. Perhatikan contoh:
Contoh: Jumlahkan 3425 dan 2335




Keterangan: 2 + 3 = 5 dikelompokkan menjadi (1 x 5)
8 x 5 dikelompokkan menjadi (1 x 52) + (3 x 5)
(3 x 52) + (2 x 5) ditambah (1 x 52) = (6 x 52),
dikelompokkan menjadi (1 x 53) + (1 x 52)

2) Pengurangan
Contoh: Kurangkan 425 dengan 235
                                                        56
Perhatikan:        2-3 tidak mungkin, ambil (1 x 5) dari (4
x 5)
Menjadi (1 x 5) + 2 = 7 satuan, 7-4 = 3
Karena dari (4 x 5) telah diambil (1 x 5), maka yang
dikurangkan
menjadi: (3 x 5)-(2 x 5) = (1 x 5)
Hasilnya: (1 x 5) + 4 atau 145

3) Perkalian
Untuk perkalian pada basis dua (biner) perlu kita
mengingat tabel (daftar) yang cukup sederhana sebagai
berikut:




                                                         57
Keterangan:       4x0=0
1x0=0
4 x 3 = 12 ( 2 basis basis limaan dan 2 satuan), jadi yang
ditulis 2
satuannya dan 2 basis limaannya ditambahkan ke angka
depannya
3 x 1 = 3 (ditambah 2 dari angka depannya, 3 + 2 = 5)




                                                        58
BAB 19
BANGUN DATAR
Persegi




Definisi
Bangun datar yang memiliki empat buah sisi sama panjang

Keliling = 4xs
Luas = s x s
s = panjang sisi

Persegi Panjang




Definisi
Bangun datar mirip bujur sangkar namun dua sisi yang
berhadapan lebih pendek atau lebih panjang dari dua sisi
yang lain. Dua sisi yang panjang disebut panjang,
sedangkan yang pendek disebut lebar.

Keliling = 2 (     )
Luas =
                                                      59
p = panjang
l = lebar

Segitiga




Definisi
Suatu bangun yang dibuat dari tiga sisi yang berupa garis
lurus dan tiga sudut

Keliling = a + b + c
Luas = 1/2 (a x t)
a, b, dan c adalah panjang ketiga sisi segitiga

Lingkaran




Definisi
himpunan semua titik pada bidang dalam jarak tertentu,
yang disebut jari-jari, dari suatu titik tertentu, yang disebut
pusat

Keliling = 2π x r
Luas = π x r x r
π = 3,14 atau 22/7

                                                            60
r = jari – jari lingkaran (½ diameter)

Trapesium




Definisi
Trapesium ialah suatu segi empat yang memiliki tepat
sepasang sisi yang sejajar

Keliling = a + b + c + d
Luas = ½ x jumlah sisi sejajar x t
a, b, c, dan d adalah sisi – sisi trapesium
t = tinggi trapesium

6.Layang - Layang




Definisi
Layang-layang adalah bangun datar yang mirip dengan
belah ketupat, namun sisinya berbeda

Keliling = 2 x (a + b)
a dan b adalah sisi- sisi pada layang - layang
Luas = ½ x d1 x d2
                                                  61
d = panjang diagonal layang - layang

Jajar Genjang



Definisi
Jajar genjang memiliki masing-masing 2 sisi yang sama
besar

Keliling = 2 x (a + b)
a dan b adalah sisi- sisi pada jajar genjang
Luas = a x t
t = tinggi jajar genjang

Belah Ketupat




Definisi
Jajar genjang yang dua sisinya yang sama panjang

Keliling = 4 x a
a = panjang sisi belah ketupat
Luas = ½ x d1 x d2
d = panjang diagonal belah ketupat


                                                   62
BAB 20
BANGUN RUANG
Kubus




Ciri-ciri Kubus :
1. Jumlah bidang sisi ada 6 buah yang berbentuk bujur
sangkar (ABCD, EFGH, ABFE, BCGF, CDHG, ADHE,)
2. Mempunyai 8 titik sudut (A, B, C, D, E, F, G, H)
3. Mempunyai 12 rusuk yang sama panjang (AB, CD, EF,
GH, AE, BF, CG, DH, AD, BC, EH, FG)
4. Semua sudutnya siku-siku
5. Mempunyai 4 diagonal ruang dan 12 diagonal bidang (4
diagonal ruang = garis AG, BH, CE, DF ) dan 12 diagonal
bidang = garis AC, BD, EG, FH, AH, DE, BG, CF, AF,
BE, CH, DG)

Volume (V) = s x s x s = s3
Luas (L) = 6 x s x s = 6 s2
                                                     63
Keliling = 12 x s
Panjang diagonal bidang = s2 + s2 = 2s2 = s2
Panjang diagonal ruang = s2 + s2 + s2 = 3s2 = s3

BALOK




Ciri-ciri Balok :
1. Alasnya berbentuk segi empat
2. Terdiri dari 12 rusuk
3. Mempunyai 6 bidang sisi
4. Memiliki 8 titik sudut
5. Seluruh sudutnya siku-siku
6. Mempunyai 4 diagonal ruang dan 12 diagonal      bidang

Volume = p x l x t
Luas = 2 x {(pxl) + (pxt) + (lxt) }
Keliling = 4 x (p+ l + t)
Diagonal Ruang = p2 + l 2 + t 2




                                                        64
Prisma Tegak segitiga siku-siku

     a              b




 t




          p


Ciri-ciri :
1. Terdiri dari 6 titik sudut
2. Mempunyai 9 buah rusuk
3 Mempunyai 5 bidang sisi

Volume = Luas alas x tinggi
Luas alas = 1/2 x alas x tinggi
Luas = 2 x 1/2 (a x b) + (a x t) + (b x t) + (p x t)

Kerucut
Ciri-ciri :
1. Mempunyai 2 bidang sisi (1 bidang sisi lingkaran dan 1
bidang sisi selimut)
2. Mempunyai 2 rusuk dan 1 titik sudut

Luas selimut = π x r x s
Luas alas = π x r 2
                                                       65
Luas Permukaan kerucut      = Luas alas + Luas Selimut
                            =πxr2+πxrxs
                            = π r (r + s)

Volume =1/3 x Luas alas x tinggi
= 1/3 x x r x r x t

Tabung




Ciri-ciri:
1. Mempunyai 2 rusuk
2. Alas dan atapnya berupa lingkaran
3. Mempunyai 3 bidang sisi ( 2 bidang sisi lingkaran atas
dan bawah, 1 bidang selimut)

Volume tabung = luas alas x tinggi = π x r 2 x t
Luas Selimut= 2 π x r x t
Luas Permukaan Tabung = 2 x luas alas + Luas selimut
tabung
=2xπxr2+2πxrxt
=2πr(r+t)



                                                       66
Limas
a. Limas Segitiga




Ciri-ciri :
1. Alasnya berbentuk segitiga
2. Mempunyai 4 bidang sisi (alas dan 3 sisi tegak)
3. Mempunyai 6 rusuk
4. Mempunyai 4 titik sudut

Luas alas =1/2 alas x tinggi
Volume =1/3 Luas alas x tinggi
Luas = Luas alas + (3 x luas tegak segitiga)
                                A
b. Limas Segiempat




                                 t



                      E                         D
                                                     67
Ciri-ciri :
1. Alasnya berbentuk segiempat (BCDE)
2. Mempunyai 5 bidang sisi (BCDE, ABC, ACD,ABE,
ADE)
3. Mempunyai 5 titik sudut ( A, B,C,D,E)
4. Mempunyai 8 rusuk (AB, AC,AD,AE,BC,CD,DE,BE)

Volume = 1/3Luas alas x tinggi
Luas alas = p x l
Luas = Luas Alas + (4 x Luas tegak segitiga)

Bola




Ciri-ciri :
1. Hanya mempunyai 1 bidang sisi
2. Tidak mempunyai sudut dan tidak mempunyai rusuk

Volume = 4/3 π r 3
Luas = 4 π r 2




                                                     68

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)Nia Matus
 
Modul Khusus Materi Statistika Kelas 8 SMP
Modul Khusus Materi Statistika Kelas 8 SMPModul Khusus Materi Statistika Kelas 8 SMP
Modul Khusus Materi Statistika Kelas 8 SMPIwan Sumantri
 
PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI SMP/MTs KELAS VII SEMESTER 1 B...
PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI SMP/MTs KELAS VII SEMESTER 1 B...PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI SMP/MTs KELAS VII SEMESTER 1 B...
PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI SMP/MTs KELAS VII SEMESTER 1 B...Muhammad Alfiansyah Alfi
 
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))Interest_Matematika_2011
 
Soal Dan Pembahasan AKM Numerasi SMP Kelas 8 2021
Soal Dan Pembahasan AKM Numerasi SMP Kelas 8 2021Soal Dan Pembahasan AKM Numerasi SMP Kelas 8 2021
Soal Dan Pembahasan AKM Numerasi SMP Kelas 8 2021kacangtom
 
Pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika
Pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematikaPendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika
Pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematikaIrianto Aras
 
Geometri datar dra. kusni- m.si
Geometri datar   dra. kusni- m.siGeometri datar   dra. kusni- m.si
Geometri datar dra. kusni- m.siKiki Ni
 
contoh LKS kelas X Bab LOGARITMA
contoh LKS kelas X Bab LOGARITMAcontoh LKS kelas X Bab LOGARITMA
contoh LKS kelas X Bab LOGARITMANur Halimah
 
Rpp kd 3.3 konsep matriks dan operasi aljabar
Rpp kd 3.3 konsep matriks dan operasi aljabarRpp kd 3.3 konsep matriks dan operasi aljabar
Rpp kd 3.3 konsep matriks dan operasi aljabarAZLAN ANDARU
 
20130224 mata kuliah sistem geometri
20130224 mata kuliah sistem geometri20130224 mata kuliah sistem geometri
20130224 mata kuliah sistem geometriNilna Ma'Rifah
 
Instrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SD
Instrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SDInstrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SD
Instrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SDNASuprawoto Sunardjo
 
PPT Teorema Pythagoras
PPT Teorema PythagorasPPT Teorema Pythagoras
PPT Teorema PythagorasRyaAgustini
 
Contoh Skenario Pembelajaran
Contoh Skenario PembelajaranContoh Skenario Pembelajaran
Contoh Skenario Pembelajaranmatematikauntirta
 
Rpp matematika SMA (trigonometri)
Rpp matematika SMA (trigonometri)Rpp matematika SMA (trigonometri)
Rpp matematika SMA (trigonometri)Heriyanto Asep
 
Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarmaman wijaya
 
Lks spldv metode grafik ok
Lks spldv metode grafik okLks spldv metode grafik ok
Lks spldv metode grafik okI Putu Budiana
 
Aliran-Aliran Filsafat Matematika
Aliran-Aliran Filsafat MatematikaAliran-Aliran Filsafat Matematika
Aliran-Aliran Filsafat MatematikaNailul Hasibuan
 

Mais procurados (20)

BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
 
Modul Khusus Materi Statistika Kelas 8 SMP
Modul Khusus Materi Statistika Kelas 8 SMPModul Khusus Materi Statistika Kelas 8 SMP
Modul Khusus Materi Statistika Kelas 8 SMP
 
PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI SMP/MTs KELAS VII SEMESTER 1 B...
PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI SMP/MTs KELAS VII SEMESTER 1 B...PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI SMP/MTs KELAS VII SEMESTER 1 B...
PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI SMP/MTs KELAS VII SEMESTER 1 B...
 
Lkpd barisan dan deret
Lkpd barisan dan deretLkpd barisan dan deret
Lkpd barisan dan deret
 
Geometri netral (Neutral Geometry)
Geometri netral (Neutral Geometry)Geometri netral (Neutral Geometry)
Geometri netral (Neutral Geometry)
 
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
 
Soal Dan Pembahasan AKM Numerasi SMP Kelas 8 2021
Soal Dan Pembahasan AKM Numerasi SMP Kelas 8 2021Soal Dan Pembahasan AKM Numerasi SMP Kelas 8 2021
Soal Dan Pembahasan AKM Numerasi SMP Kelas 8 2021
 
Pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika
Pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematikaPendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika
Pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika
 
Geometri datar dra. kusni- m.si
Geometri datar   dra. kusni- m.siGeometri datar   dra. kusni- m.si
Geometri datar dra. kusni- m.si
 
contoh LKS kelas X Bab LOGARITMA
contoh LKS kelas X Bab LOGARITMAcontoh LKS kelas X Bab LOGARITMA
contoh LKS kelas X Bab LOGARITMA
 
Rangkuman himpunan
Rangkuman himpunanRangkuman himpunan
Rangkuman himpunan
 
Rpp kd 3.3 konsep matriks dan operasi aljabar
Rpp kd 3.3 konsep matriks dan operasi aljabarRpp kd 3.3 konsep matriks dan operasi aljabar
Rpp kd 3.3 konsep matriks dan operasi aljabar
 
20130224 mata kuliah sistem geometri
20130224 mata kuliah sistem geometri20130224 mata kuliah sistem geometri
20130224 mata kuliah sistem geometri
 
Instrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SD
Instrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SDInstrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SD
Instrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SD
 
PPT Teorema Pythagoras
PPT Teorema PythagorasPPT Teorema Pythagoras
PPT Teorema Pythagoras
 
Contoh Skenario Pembelajaran
Contoh Skenario PembelajaranContoh Skenario Pembelajaran
Contoh Skenario Pembelajaran
 
Rpp matematika SMA (trigonometri)
Rpp matematika SMA (trigonometri)Rpp matematika SMA (trigonometri)
Rpp matematika SMA (trigonometri)
 
Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabar
 
Lks spldv metode grafik ok
Lks spldv metode grafik okLks spldv metode grafik ok
Lks spldv metode grafik ok
 
Aliran-Aliran Filsafat Matematika
Aliran-Aliran Filsafat MatematikaAliran-Aliran Filsafat Matematika
Aliran-Aliran Filsafat Matematika
 

Semelhante a HIMPUNAN

Kumpulan rumus-mtk-smp-pdf post
Kumpulan rumus-mtk-smp-pdf postKumpulan rumus-mtk-smp-pdf post
Kumpulan rumus-mtk-smp-pdf postsuratmi999
 
39881357 kumpulan-rumus-mtk-smp-pdf-110708214157-phpapp02
39881357 kumpulan-rumus-mtk-smp-pdf-110708214157-phpapp0239881357 kumpulan-rumus-mtk-smp-pdf-110708214157-phpapp02
39881357 kumpulan-rumus-mtk-smp-pdf-110708214157-phpapp02Wayan Sudiarta
 
Sistem Bilangan dan Himpunan. Bilangan,adalah suatu konsep dalam ilmu matemat...
Sistem Bilangan dan Himpunan. Bilangan,adalah suatu konsep dalam ilmu matemat...Sistem Bilangan dan Himpunan. Bilangan,adalah suatu konsep dalam ilmu matemat...
Sistem Bilangan dan Himpunan. Bilangan,adalah suatu konsep dalam ilmu matemat...NidaAuliana4
 
Himpunan dan sistem_bilangan_real
Himpunan dan sistem_bilangan_realHimpunan dan sistem_bilangan_real
Himpunan dan sistem_bilangan_realAchmad Syahyoudie
 
Pengantar dasar matematika
Pengantar dasar matematikaPengantar dasar matematika
Pengantar dasar matematikataufiq99
 
Logika dan Himpunan Matematika
Logika dan Himpunan MatematikaLogika dan Himpunan Matematika
Logika dan Himpunan MatematikaSenja Arofah
 
3,4,5_ himpunan.ppt
3,4,5_ himpunan.ppt3,4,5_ himpunan.ppt
3,4,5_ himpunan.pptesilraja
 
Matematika Diskret 1.ppt
Matematika Diskret 1.pptMatematika Diskret 1.ppt
Matematika Diskret 1.pptAndrewResearch1
 
Bahan ajar MK Matematika "Sistem Bilangan"
Bahan ajar MK Matematika "Sistem Bilangan"Bahan ajar MK Matematika "Sistem Bilangan"
Bahan ajar MK Matematika "Sistem Bilangan"Muhammad Lyan Pratama
 

Semelhante a HIMPUNAN (20)

Kumpulan rumus-mtk-smp-pdf post
Kumpulan rumus-mtk-smp-pdf postKumpulan rumus-mtk-smp-pdf post
Kumpulan rumus-mtk-smp-pdf post
 
39881357 kumpulan-rumus-mtk-smp-pdf-110708214157-phpapp02
39881357 kumpulan-rumus-mtk-smp-pdf-110708214157-phpapp0239881357 kumpulan-rumus-mtk-smp-pdf-110708214157-phpapp02
39881357 kumpulan-rumus-mtk-smp-pdf-110708214157-phpapp02
 
Sistem Bilangan dan Himpunan. Bilangan,adalah suatu konsep dalam ilmu matemat...
Sistem Bilangan dan Himpunan. Bilangan,adalah suatu konsep dalam ilmu matemat...Sistem Bilangan dan Himpunan. Bilangan,adalah suatu konsep dalam ilmu matemat...
Sistem Bilangan dan Himpunan. Bilangan,adalah suatu konsep dalam ilmu matemat...
 
Himpunan dan sistem_bilangan_real
Himpunan dan sistem_bilangan_realHimpunan dan sistem_bilangan_real
Himpunan dan sistem_bilangan_real
 
Pengantar dasar matematika
Pengantar dasar matematikaPengantar dasar matematika
Pengantar dasar matematika
 
Logika dan Himpunan Matematika
Logika dan Himpunan MatematikaLogika dan Himpunan Matematika
Logika dan Himpunan Matematika
 
Himpunan
HimpunanHimpunan
Himpunan
 
3 himpunan
3 himpunan3 himpunan
3 himpunan
 
Kalkulus
Kalkulus Kalkulus
Kalkulus
 
Himpunan.pptx
Himpunan.pptxHimpunan.pptx
Himpunan.pptx
 
3,4,5_ himpunan.ppt
3,4,5_ himpunan.ppt3,4,5_ himpunan.ppt
3,4,5_ himpunan.ppt
 
Ppt himpunan
Ppt himpunanPpt himpunan
Ppt himpunan
 
Matematika Diskret 1.ppt
Matematika Diskret 1.pptMatematika Diskret 1.ppt
Matematika Diskret 1.ppt
 
Bahan ajar MK Matematika "Sistem Bilangan"
Bahan ajar MK Matematika "Sistem Bilangan"Bahan ajar MK Matematika "Sistem Bilangan"
Bahan ajar MK Matematika "Sistem Bilangan"
 
Sistem Bilangan
Sistem BilanganSistem Bilangan
Sistem Bilangan
 
R5a kelompok 3
R5a kelompok 3R5a kelompok 3
R5a kelompok 3
 
Pertemuan ii himpunan
Pertemuan ii himpunanPertemuan ii himpunan
Pertemuan ii himpunan
 
Pertemuan ii himpunan
Pertemuan ii himpunanPertemuan ii himpunan
Pertemuan ii himpunan
 
Himpunan
HimpunanHimpunan
Himpunan
 
Kalkulus 1
Kalkulus 1Kalkulus 1
Kalkulus 1
 

Mais de Teguh Nugraha

Data integration with embulk
Data integration with embulkData integration with embulk
Data integration with embulkTeguh Nugraha
 
Big Data in Ecommerce
Big Data in EcommerceBig Data in Ecommerce
Big Data in EcommerceTeguh Nugraha
 
Startup - Big Data - Data Science
Startup - Big Data - Data ScienceStartup - Big Data - Data Science
Startup - Big Data - Data ScienceTeguh Nugraha
 
Growth Through Data Science
Growth Through Data ScienceGrowth Through Data Science
Growth Through Data ScienceTeguh Nugraha
 
Business Intelligent
Business IntelligentBusiness Intelligent
Business IntelligentTeguh Nugraha
 
Do's and Don'ts Of SEO
Do's and Don'ts Of SEODo's and Don'ts Of SEO
Do's and Don'ts Of SEOTeguh Nugraha
 
Ecommerce in indonesia
Ecommerce in indonesiaEcommerce in indonesia
Ecommerce in indonesiaTeguh Nugraha
 
Masalah pendidikan dan ekonomi
Masalah pendidikan dan ekonomiMasalah pendidikan dan ekonomi
Masalah pendidikan dan ekonomiTeguh Nugraha
 
Bersosialiasi di internet
Bersosialiasi di internetBersosialiasi di internet
Bersosialiasi di internetTeguh Nugraha
 
Info Session Stanford Summit 2012
Info Session Stanford Summit 2012Info Session Stanford Summit 2012
Info Session Stanford Summit 2012Teguh Nugraha
 
Makalah leadership Steve Jobs oleh teguhn
Makalah leadership Steve Jobs oleh teguhnMakalah leadership Steve Jobs oleh teguhn
Makalah leadership Steve Jobs oleh teguhnTeguh Nugraha
 

Mais de Teguh Nugraha (20)

Data integration with embulk
Data integration with embulkData integration with embulk
Data integration with embulk
 
Growth hacking
Growth hackingGrowth hacking
Growth hacking
 
Big Data in Ecommerce
Big Data in EcommerceBig Data in Ecommerce
Big Data in Ecommerce
 
Startup - Big Data - Data Science
Startup - Big Data - Data ScienceStartup - Big Data - Data Science
Startup - Big Data - Data Science
 
Growth Through Data Science
Growth Through Data ScienceGrowth Through Data Science
Growth Through Data Science
 
Introducing Beacon
Introducing BeaconIntroducing Beacon
Introducing Beacon
 
Business Intelligent
Business IntelligentBusiness Intelligent
Business Intelligent
 
Do's and Don'ts Of SEO
Do's and Don'ts Of SEODo's and Don'ts Of SEO
Do's and Don'ts Of SEO
 
Ecommerce in indonesia
Ecommerce in indonesiaEcommerce in indonesia
Ecommerce in indonesia
 
Google AdWords
Google AdWordsGoogle AdWords
Google AdWords
 
Manajemen Waktu
Manajemen WaktuManajemen Waktu
Manajemen Waktu
 
Masalah pendidikan dan ekonomi
Masalah pendidikan dan ekonomiMasalah pendidikan dan ekonomi
Masalah pendidikan dan ekonomi
 
Bersosialiasi di internet
Bersosialiasi di internetBersosialiasi di internet
Bersosialiasi di internet
 
Blog
BlogBlog
Blog
 
Chatting
ChattingChatting
Chatting
 
Social media
Social mediaSocial media
Social media
 
SAS Workshop III
SAS Workshop IIISAS Workshop III
SAS Workshop III
 
SAS Workshop II
SAS Workshop IISAS Workshop II
SAS Workshop II
 
Info Session Stanford Summit 2012
Info Session Stanford Summit 2012Info Session Stanford Summit 2012
Info Session Stanford Summit 2012
 
Makalah leadership Steve Jobs oleh teguhn
Makalah leadership Steve Jobs oleh teguhnMakalah leadership Steve Jobs oleh teguhn
Makalah leadership Steve Jobs oleh teguhn
 

HIMPUNAN

  • 1. BAB 1 HIMPUNAN Definisi Himpunan adalah kumpulan benda-benda dan unsur-unsur yang telah didefinisikan dengan jelas dan juga memiliki sifat keterikatan tertentu. Mengenal lambang himpunan. Suatu himpunan dituliskan sebagai berikut : a. Nama himpunan ditulis dengan huruf kapital. b. Penulisan himpunan menggunakan tanda 2 kurung kurawal dan dipisahkan dengan tanda koma c. Himpunan yang anggotanya tak berhingga atau tak berlanjut dinyatakan dengan 3 titik Keanggotaan himpunan dinyatakan dengan lambang “n” Bentuk himpunan a. Kata-kata Suatu himpunan dinyatakan dalam bentuk kalimat tidak menggunakan lambing atau menuliskan syarat-syarat keanggotaannya. Contoh: Himpunan bilangan asli kurang dari 7. b. Dengan mendaftar (metode tabulasi / roster) Dengan metode ini anggota himpunan yang dinyatakan dengan metode mendaftar disebutkan satu persatu. Contoh: A = {1, 3, 5, 7} 1
  • 2. Menyatakan himpunan 4 bilangan ganjil pertama secara tabulasi. A = {2, 4, 6, …} Metode ini digunakan untuk menyatakan himpunan tak berhingga yang jumlah anggotanya sangat banyak. c. Notasi pembentuk himpunan (metode bersyarat / rule) Cara ini mirip metode deskripsi namun pada himpunan dinyatakan dengan notasi pembentuk himpunan. Anggotanya dilambangkan dengan huruf (peubah) kemudian diikuti dengan sebuah garis syarat kanggotaan himpunan tersebut. Bentuk umum : { x | …, x є … } Contoh: A = { x | x < 10, x є A } Dibaca: A adalah himpunan x dengan x kurang dari sepuluhdan x anggota bilangan asli (A). Macam-macam himpunan a. Himpunan berhingga Himpunan yang himpunan jumlah anggotanya bisa dihitung. Contoh : A = {bilangan prima kurang dari sepuluh} A = { 2, 3, 5, 7 } b. Himpunan tak berhingga Himpunan yang jumlah anggotanya tidak bisa dihitung atau tidak terbatas. B = { bilangan asli} B = { 1, 2, 3, 4, … } 2
  • 3. c. Himpunan kosong Himpunan yang tidak memiliki anggota. Contoh : C = { bilangan asli negative } C={} d. Himpunan semesta Himpunan dari semua objek yang sedang dibicarakan, himpunan ini biasanya ditulis dengan symbol S. Contoh : D = { 1, 3, 5 } Maka himpunan semestanya bisa berupa : S = { bilangan asli }, S = {bilangan ganjil}, dsb. i. Diagram venn Menggunakan persegi panjang untuk menyatakan himpunan semesta S. ii. Himpunan bagian ( ) Contoh : Jika S = { P,A,B }, P = { A,B }, dan B = {A }. Kita dapat menuliskan A  B  P  S. iii. Irisan (intersection) Ialah anggota himpunan yang menjadi anggota himpunan lain. Daerah irisan adalah daerah yang berpotongan di antara dua himpunan. 3
  • 4. Operasi pada himpunan a. Komplemen Ac = A komplemen (Ac)c = A b. Irisan Contoh : A = { 1, 2, 3, 4, 5 } B = { 2, 3, 5, 7, 9 } A ∩ B = { 2, 3, 5 } c. Gabungan Contoh : A = { 2, 4, 6 } B = { 4, 6, 8 } A ∪ B = { 2, 4, 6, 8 } Sifat-sifat pada himpunan 1. A∩B =B∩A 2. A∪B=B∪A 3. (Ac)c = A 4. A ∩ (B ∩ C) = (A ∩ B) ∩ C 5. A ∪ (B U C) = (A U B) U C 6. A ∩ (B U C) = (A ∩ B) U (A ∩ C) 7. A U (B ∩ C) = (A U B) ∩ (A U C) 8. (A ∩ B)c = Ac ∪ Bc 9. (A ∪ B)c = Ac ∩ Bc 10. n(A ∪ B) = n(A) + n(B) – n(A∩ B) 4
  • 5. Diagram Venn Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat Diagram Venn:  Himpunan semesta biasanya digambarkan dengan bentuk persegi panjang.  Setiap himpunan lain yang sedang dibicarakan digambarkan dengan lingkaran atau kurva tertutup sederhana.  Setiap anggota masing-masing himpunan digambarkan dengan noktah atau titik.  Jika banyak anggota himpunannya tak berhingga, maka masing-masing anggota himpunan tidak perlu digambarkan dengan suatu titik. Contoh: Jika diketahui himpunan semesta S = {a, b, c, d, e, f, g} dan A = {b, d, f, g}, maka diagram Venn himpunan S dan A adalah S A .a . .c .b .f .e .d .g 5
  • 6. BAB 2 BILANGAN Bilangan asli yaitu himpunan bilangan positif yang bukan nol {1, 2, 3, 4, ...} Bilangan cacah adalah himpunan bilangan bulat yang tidak negatif, yaitu {0, 1, 2, 3 ...}. Dengan kata lain himpunan bilangan asli ditambah 0. Jadi, bilangan cacah harus bertanda positif. Bilangan bulat terdiri dari bilangan cacah (0, 1, 2, ...) dan negatifnya (-1, - 2, -3, ...; -0 adalah sama dengan 0 dan tidak dimasukkan lagi secara terpisah). Bilangan bulat dapat dituliskan tanpa komponen desimal atau pecahan. Jika a, b dan c adalah bilangan bulat, maka penjumlahan bilangan bulat memenuhi sifat : a. Tertutup : a+b adalah bilangan bulat b. Komutatif : a+b = b+a c. Asosiatif : (a+b)+c = a+(b+c) d. 0 adalah unsur identitas penjumlahan yang memenuhi a+0 = 0+a = a e. –a adalah unsur invers penjumlahan yang memenuhi a+(-a) = (-a)+a = 0 6
  • 7. Jika a, b dan c adalah bilangan bulat, maka perkalian bilangan bulat memenuhi sifat : a. Tertutup : a× b adalah bilangan bulat b. Komutatif : a × b = b × a c. Asosiatif : (a×b)×c = a×(b×c) d. 1 adalah unsur identitas perkalian yang memenuhi a×0 = 0×a = 0 e. JIka a≠0, maka a-1=1/a adalah unsur invers perkalian yang memenuhi a×a-1 = a-1×a = 1 Operasi penjumlahan dan perkalian bilangan bulat memenuhi sifat distributif yaitu a×(b+c) = a×b+a×c Bilangan prima adalah bilangan asli yang lebih besar dari 1, yang faktor pembaginya adalah 1 dan bilangan itu sendiri. 2 dan 3 adalah bilangan prima. Sepuluh bilangan prima yang pertama adalah 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23 dan 29. Jika suatu bilangan yang lebih besar dari satu bukan bilangan prima, maka bilangan itu disebut bilangan komposit. Bilangan riil/Bilangan real menyatakan bilangan yang bisa dituliskan dalam bentuk desimal, seperti 2,4871773339… atau 3.25678. Bilangan real meliputi bilangan rasional, dan bilangan irasional 7
  • 8. Bilangan rasional adalah bilangan real yang dapat dinyatakan dalam bentuk a/b dengan a,b: adalah bilangan bulat dan b≠0. Contohnya 42 dan −23/129. Bilangan irasional adalah bilangan real selain rasional seperti π (2,34…) dan √2. Bilangan imajiner menyatakan bilangan selain bilangan real, seperti √−1. √−1 sering disimbolkan menjadi “ ”. Misal, 3√−1 = 3 . 8
  • 9. BAB 3 ALJABAR Mengalikan bentuk aljabar, contoh : 3 x a = 3a a x a = a2 a2 x a3 = (a x a) x (a x a x a) = a5 2a3 x 4a2 = 2 x 4 x a3 x a2 = 8a5 Penjumlahan dan pengurangan (khusus pada suku sejenis = suku dengan variabel sama), contoh : a + a = 2a 2a – 3a = (2 – 3)a = -1a 2a + 2b + 4a = 6a + 2b 2a2 + 3a3 – 5a2 = -3a2 + 3a3 Perkalian pada bentuk aljabar dengan suku lebih dari satu, contoh : a x b = ab a x -b = -ab -a x b = -ab -a x –b = ab a x a = a2 a x ab = a2b b x ab = ab2 a2b x ab3 = a3b4 a(b + c) = ab + ac a(b – c) = ab – ac (a + b)(c + d) = a(c + d) + b(c + d) = ac + ad + bc + bd 9
  • 10. Pembagian pada bentuk aljabar, contoh : a5 : a2 = a3 8a4 : 4a2 = (8 : 4)(a4 : a2) = 2a2 Pengkuadratan bentuk aljabar, contoh : (3a)2 = (32)(a2) = 9a2 (2a4b3)2 = (22)(a4)2(b3)2 = 4a8b6 (a + b)2= (a + b)(a + b) = a(a + b) + b(a + b) = a2 + ab + ab + b2 = a2 + 2ab + b2 (a – b)2 = (a – b)(a – b) = a(a – b) + b(a – b) =a2 – ab - ab – b2 = a2 – 2ab – b2 10
  • 11. BAB 4 ARITMATIKA SOSIAL Istilah-istilah dalam perdagangan 1. Harga pembelian Harga pembelian adalah harga barang dari pabrik atau grosir atau tempat lainnya. Harga pembelian sering kali disebut modal. Dalam situasi tertentu, modal adalah harga pembelian ditambah dengan ongkos atau biaya lainnya. 2. Harga penjualan Harga penjualan adalah harga barang yang ditetapkan oleh pedagang kepada pembeli. 3. Untung Untung adalah selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian jika harga penjualan lebih tinggi dari harga pembelian. Untung = harga penjualan – harga pembelian 4. Rugi Rugi adalah selisih antara harga penjualan dengan harga pembeklian jika harga penjualan lebih rendah dari harga pembelian. Rugi = harga pembelian – harga penjualan Harga penjualan, harga pembelian, untung, dan rugi 1. Menghitung harga penjualan Harga penjualan dapat ditentukan dengan cara berikut: 11
  • 12. a. Jika memperoleh untung, maka harga penjualan lebih tinggi dari harga pembelian, sehingga: Harga penjualan = harga pembelian + untung b. Jika mengalami rugi, maka penjualan lebih rendah dari harga pembelian, sehingga : Harga penjualan = harga pembelian – rugi 2. Menghitung harga pembelian Harga pembelian atau modal dapat ditentukan dengan cara berikut. a. Jika memperoleh untung, berarti harga pembelian lebih murah dari harga penjualan, sehingga : Harga pembelian = harga penjualan – untung b. Jika mengalami rugi, berarti harga pembelian lebih mahal dari harga penjualan, sehingga : Harga pembelian = harga penjualan + rugi 3. Presentase Untung dan Rugi Presentase untung atau rugi umumnya dibandingkan terhadap harga pembelian atau modal, kecuali jika ada keterangan lain. Presentase untung = × % Presentase rugi = × % Untuk menentukan presentase untung atau rugi, terlebih dahulu kita tentukan untung atau rugi dalam rupiah. 12
  • 13. Hasil perhitungan presentase untung/rugi dalam satuan akan sama dengan presentase untung/rugi seluruhnya. Rabat (diskon), bruto, tara, dan neto a. Rabat artinya potongan harga, atau lebih dikenal dengan istilah diskon. Rabat umumnya dinyatakan dalam persen. Harga bersih = harga semula – rabat (diskon) b. Bruto artinya berat kotor, yaitu berat tempat suatu barang. Contoh: Berat susu beserta kalengnya disebut bruto. Berat beras beserta kalengnya disebut bruto. c. Tara artinya potongna berat, yaitu berat tempat dari suatu barang. Contoh: Pada kemasan susu dalam kaleng, berat kaleng disebut tara. Pada kemasan buah dalam dus, berat dus disebut tara. d. Neto adalah berat bersih, yaitu berat barangnya saja. Contoh: Pada kemasan susu dalam kaleng, berat susunya saja disebut neto.Pada kemasan buah dalam dus, berat dusnya saja disebut neto. Neto = bruto - tara Harga bersih = neto x harga per satuan berat Penggunaan persen dalam tabungan dan koperasi 1. Bunga Tunggal 13
  • 14. Besar bunga tabungan maupun pinjaman pada setiap bank dinyatakan dalam persen. Bunga bank 18% artinya 18% untuk jangka waktu 1 tahun. Bunga 1 tahun = persen bunga x modal Bunga b bulan = x persen bunga x modal 12 2. Bunga Harian Bunga harian dapat dihitung dengan rumus berikut: = × × Satu bulan dihitung 30 hari, dan satu tahun dihitung 360 hari. Hari pada saat menabung, bunganya belum dihitung. Hari pada saat pengambilan tabungan, bunganya tidak dihitung. 14
  • 15. BAB 5 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU PEUBAH Kalimat Matematika Kalimat benar dan salah Dalam matematika terdapat istilah pernyataan kalimat benar dan kalimat salah. Contoh: 1. Bilangan prima adalah bilangan ganjil, merupakan kalimat salah, karena angka 2 adalah bilangan prima yang genap. 2. Hasil kali 3 dan 4 sama dengan hasil kali 4 dan 3, merupakan kalimat yang benar. Kalimat terbuka Kalimat terbuka adalah kalimat yang belum diketahui nilai kebenarannya baik itu benar ataupun salah. Contoh: x + 7 = 15 adalah kalimat terbuka. Jika x diganti dengan 8, maka kalimat tersebut bernilai benar. Himpunan penyelesaian kalimat terbuka Setiap kalimat terbuka memiliki peubah (variabel) yang jika diganti dengan salah satu atau beberapa bilangan menjadi bernilai benar. Kumpulan angka inilah yang disebut HIMPUNAN PENYELESAIAN. Namun terkadang 15
  • 16. ada kalimat terbuka yang tidak memiliki himpunan penyelesaian dan biasa disebut HIMPUNAN KOSONG. Persamaan linear dengan satu peubah Pengertian: kalimat terbuka yang memiliki hubungan sama dengan dan peubahnya berpangkat satu. Contoh dengan peubah x: x + 3 = 5; Penyelesaian: x = 2 Contoh dengan peubah m: 2m – 4 = 10; Penyelesaian: m = 7 Menyelesaikan Persamaan Linear dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: a. Substitusi, adalah mengganti peubah suatu persamaan dengan bilangan anggota semestanya. b. Menambah atau mengurangi kedua ruas dengan bilangan sama. Dua persamaan dikatakan ekuivalen jika persamaan itu memiliki himpunan penyelesaian yang sama. Notasi untuk ekuivalen adalah ↔. Suatu persamaan tetap ekuivalen jika kedua ruas ditambah atau dikurangi dengan bilangan yang sama. c. Menyelesaikan persamaan dengan mengalikan atau membagi kedua ruas dengan bilangan yang sama. Suatu persamaan tetap ekuivalen jika kedua ruas dikalikan atau dibagi dengan bilangan yang sama. Pertidaksamaan linear dengan satu peubah Pengertian: dalam pertidaksamaan dikenal istilah “lebih dari” (>) atau “kurang dari” (<) sehingga untuk sembarang bilangan a dan b selalu berlaku hubungan: 16
  • 17. a > b (a lebih dari b) a < b (a kurang dari b) a = b (a sama dengan b) bentuk bentuk seperti 2x < 6, x + 2 > 10 adalah merupakan pertidaksamaan linear. Peubah atau variabelnya yaitu x berpangkat 1. Menyelesaikan Pertidaksamaan Linear dapat dengan beberapa cara yaitu: d. Menambah atau mengurangi dengan bilangan yang sama di kedua ruas e. Mengalikan kedua ruas dengan bilangan positif atau negative f. Untuk pertidaksamaan berbentuk pecahan, diubah agar tidak memuat pecahan. Dapat dengan cara mengalikan kedua ruas dengan KPK dari penyebut-penyebutnya. g. Himpunan penyelesaian dapat ditunjukkan pada garis bilangan yang disebut grafik himpunan penyelesaian. 17
  • 18. BAB 6 PERBANDINGAN Perbandingan senilai Perhatikan tabel di bawah ini! Permen (buah) Harga (Rp) 2 400 5 1000 8 1600 Banyak permen dan harga merupakan contoh perbandingan senilai. Semakin banyak jumlah permen semakin besar harga yang harus dibayarkan. Contoh soal perbandingan: 1. Dalam sebuah kelas terdapat 40 siswa. jika banyak siswa laki-laki 15 orang maka perbandingan jumlah siswa wanita dengan seluruh siswa di kelas adalah… penyelesaian: jumlah siswa wanita = 40 – 15 = 25 siswa ∴ jumlah siswa wanita : jumlah seluruh siswa = 25 : 40 =5:8 2. Jika 5 dolar Amerika sama dengan Rp. 47.000,- maka Rp. 28.200 = …. US $ penyelesaian: misal x = Rp. 28.200 dalam US dolar 18
  • 19. 28200 5 ∙ 28200 = ↔ = =3 5 47000 47000 ∴ Rp. 28.200 = 3 US $ Perbandingan berbalik nilai Perhatikan tabel di bawah ini! Banyak Pekerja (orang) Lama Waktu (hari) 12 25 15 20 50 6 Banyak pekerja dan lama waktu pengerjaannya merupakan contoh perbandingan berbalik nilai. Semakin banyak pekerja semakin pendek waktu pengerjaannya selesai. Contoh soal perbandingan: Dengan jumlah pekerja sebanyak 12 orang sebuah proyek dapat menyelesaikan selama 15 hari. Agar proyek dapat selesai selama 10 hari, maka banyak pekerja adalah… penyelesaian: misal x = banyak pekerja untuk 10 hari 15 12 ∙ 15 = ↔ = = 18 12 10 10 ∴ Banyak pekerja yang diperlukan untuk 10 hari = 18 orang 19
  • 20. BAB 7 SUDUT DAN PETA MATA ANGIN Sudut Sudut adalah gabungan dua buah sinar yang titik pangkalnya sama. Sudut ABC (ditulis ∠ ) adalah gabungan ⃗ dan ⃗ ( ⃗ ∪ ⃗ ) seperti terlihat pada gambar. ⃗ dan ⃗ disebut pula kaki sudut, sedangkan titik B disebut titik sudut. ⃗ dan ⃗ masing-masing merupakan himpunan titik-titik. Gabungan keduanya yaitu ∠ merupakan himpunan titik-titik pula. 20
  • 21. Ukuran sudut Salah satu satuan ukuran sudut menggunakan satuan derajat dimana satu derajat ditulis 1° sama dengan 1/360 dari satu putaran penuh. Ukuran sudut adalah anggota himpunan bilangan bukan himpunan titik. Oleh karena itu sudut dan ukuran sudut merupakan dua konsep yang berbeda tetapi saling berkaitan. Ukuran ∠ yang biasa digunakan adalah jarak putar yang terkecil. Peta mata angin Mata Angin adalah petunjuk arah yang terdiri dari delapan penjuru yaitu : 1. Utara : terletak diantara barat laut dan timur laut 2. Timur Laut : terletak diantara utara dan timur 3. Timur : terletak antara timur laut dan tenggara 4. Tenggara : terletak antara timur dan selatan 5. Selatan : terletak antara tenggara dan barat daya 6. Barat Daya : terletak antara selatan dan barat 7. Barat : terletak antara barat daya dan barat laut 8. Barat Laut : terletak antara barat dan utara Besar sudut terkecil antara dua mata angin yang berdekatan adalah: 1. Jika peta mata angin dibagi menjadi 8 arah mata angin maka besar sudut terkecil yang dibentuknya adalah 450 2. Jika peta mata angin dibagi menjadi 16 arah peta mata angin maka besar sudut terkecil yang dibentuk adalah 22,50 21
  • 22. Jurusan tiga angka Sebagai pedoman untuk jurusan tiga angka adalah arah Utara yang dinyatakan dengan 0000 . Untuk menyatakan besar sudut jurusan tiga angka menggunakan aturan sebagai berikut: 1. Besar sudut dihitung dimulai dari arah Utara, kemudian berputar searah dengan perputaran jarum jam. 2. Besar sudutnya dinyatakan dengan tiga angka, misalnya besar suatu sudut 800 maka jurusan tiga angkanya adalah 0800 3. Besar sudutnya harus kurang dari 3600, sebab 3600 sama dengan arah Utara yang jurusan tiga angkanya 0000 Jika jurusan tiga angka letak kota P dari Q diketahui a0, maka jurusan tiga angka letak kota Q dari kota P, dapat 22
  • 23. ditentukan tanpa membuat gambar atau sketsa, yaitu dengan cara: 1) Jika a < 1800 , maka jurusan tiga angka letak kota Q dari P adalah (a + 180)0 2) Jika a > 1800, maka jurusan tiga angka letak kota Q dari P adalah (a - 180)0 Contoh soal: 1) Tentukan Jurusan tiga angka untuk arah Timur Laut! Penyelesaian: Jurusan tiga angka untuk arah Timur Laut adalah 0450 2) jurusan tiga angka kota A dari kota B adalah 0850, tentukan jurusan tiga angka kota B dari kota A! Penyelesaian: Jika jurusan tiga angka kota A dari B = 0850 maka Jurusan tiga angka kota B dari kota A = 0850 + 1800 = 2650 23
  • 24. 3) Jurusan tiga angka kota P dari kota Q adalah 2000, tentukan Jurusan tiga angka kota Q dari kota P! Penyelesaian: Jika Jurusan tiga angka kota P dari kota Q = 2000 maka jurusan tiga angka kota Q dari P = 2000 - 1800 = 0200 24
  • 25. BAB 8 RELASI DAN FUNGSI Pengertian Relasi Contoh : Pak Teguh mempunyai tiga orang anak, yaitu Doni, Pipit, Dimas. Masing-masing anak mempunyai kegemaran berolahraga yang berbeda-beda. Doni gemar berolah raga voly dan renang. Pipit gemar berolah raga voly, Dimas gemar berolah raga basket dan sepak bola. Doni dan Pipit mempunyai kegemaran berolah raga yang sama yaitu voly. Jika anak-anak Pak Teguh dikelompokkan menjadi satu dalam himpunan A, maka anggota dari himpunan A adalah Doni, Pipit, Dimas. Himpunan A tersebut kita tuliskan sebagai A = {Doni, Pipit, Dimas}. Sedangkan jenis olah raga yang digemari anak-anak Pak Teguh dapat dikelompokan dalam himpunan B. Himpunan B dituliskan B = {Voly, Renang, Basket, Sepak bola}. Terdapat hubungan antara himpunan A dan himpunan B. Hubungan tersebut berkait dengan gemar berolah raga dari anak-anak pak Teguh yang disebut “relasi”. Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah aturan yang memasangkan anggota-anggota himpunan A dengan anggota-anggota himpunan B. 25
  • 26. Cara menyatakan suatu relasi Suatu relasi dapat dinyatakan dengan tiga cara, yaitu dengan diagram panah, diagram Cartesius, dan himpunan pasangan berurutan. Misal: P = {Dini, Arif, Alyn, Rizky}, Q = {Matematika, IPS, Kesenian, IPA, bahasa Inggris}, dan “pelajaran yang disukai” adalah relasi yang menghubungkan himpunan P ke himpunan Q a. Dengan Diagram Panah P Q b. Dengan Diagram Cartesius 26
  • 27. c. Dengan Himpunan Pasangan Berurutan Relasi "pelajaran yang disukai" yang menghubungkan himpunan P ke himpunan Q dapat dinyatakan dengan himpunan pasangan berurutan sebagai berikut: {(Dini, Matematika); (Dini, IPA); (Arif, Matematika); (Arif, Inggris); (Alyn, Matematika); (Alyn, IPA); (Alyn, Inggris); (Rizky, IPS); (Rizky, Seni)} Fungsi atau Pemetaan Contoh : Perhatikan diagram panah dibawah ini! Setiap anggota A di pasangkan dengan tepat satu (hanya satu) anggota B. Relasi seperti itu dinamakan fungsi atau pemetaan 27
  • 28. Fungsi (pemetaan) dari A ke B adalah relasi khusus yang memasangkan setiap anggota A dengan tepat satu anggota B. A disebut dengan Domain (daerah asal) A = {1, 3, 5, 7} B disebut Kodomain (daerah kawan) B = {0, 2, 4, 6}, sedangkan Daerah hasil (range) = {0, 2, 6} Banyak Fungsi (Pemetaan) Jika banyak anggota himpunan A adalah n(A) = a dan banyak anggota himpunan B adalah n(B) = b, maka: i. Banyak fungsi yang mungkin dari A ke B = ba Contoh: Banyak fungsi dari himpunan A={1, 2} ke B={a, b, c} adalah 32 = 9 ii. Banyak fungsi yang mungkin dari B ke A = ab Contoh: Banyak fungsi dari himpunan B={a, b, c} ke A={1, 2} adalah 23 = 8 Korespondensi satu-satu Contoh : Perhatikan diagram panah di samping! Himpunan P dikatakan berkoresponsi satu-satu dengan himpunan Q jika 28
  • 29. setiap anggota P dipasangkan dengan satu anggota himpunan Q, dan setiap anggota Q dipasangkan dengan satu anggota himpunan P Dengan demikian, pada korespondensi satu-satu dari himpunan P ke himpunan Q, banyak anggota himpunan P dan himpunan Q haruslah "sama". Banyak Korespondensi Satu-satu Jika n(P) = n(Q) = n, maka banyak semua korespondensi satu-satu yang mungkin antara himpunan P dan himpunan Q adalah: n × (n – 1) × (n – 2) × … × 3 × 2 × 1 atau 1 × 2 × 3 × … × (n – 2) × (n – 1) × n Contoh: n(P) = n(Q) = 4 maka banyak korespondensi satu-satu yang mungkin 4 × 3 × 2 × 1 = 244 29
  • 30. BAB 9 TEOREMA PHYTAGORAS Teorema Phytagoras menyatakan bahwa pada suatu segitiga siku-siku luas persegi pada sisi miring sama dengan jumlah luas persegi pada sisi lainnya. Pada setiap segitiga siku-siku sisi-sisinya terdiri atas sisi siku-siku dan sisi miring (hipotenusa). Sisi a terletak dihadapan sudut A. Sisi b terletak di hadapan sudut B. Sisi b terletak di hadapan sudut B. C b a = + = − = − A c B Menentukan jenis segitiga 1. Jika < + maka ABC adalah segitga lancip di A. 2. Jika > + maka ABC adalah segitga tumpul di A. 3. Jika = + maka ABC adalah segitga siku-siku di B. 30
  • 31. Triple Phytagoras Ukuran sisi-sisi segitiga siku-siku sering dinyatakan dalam tiga bilangan asli. Tiga itu disebut triple phytagoras. contoh: Panjang sisi suatu segitiga siku-siku adalah 3,4 dan 5 satuan. bilangan tersebut disebut Triple phytagoras sebab 5 =3 +4 31
  • 32. BAB 10 PERSAMAAN GARIS LURUS Persamaan garis lurus adalah persamaan matematika yang jika digambarkan dalam bidang koordinat Cartesius akan membentuk sebuah garis lurus. Dalam koordinat Cartesius, setiap titik dinyatakan dengan pasangan terurut (x, y) di mana koordinat x disebut absis dan koordinat y disebut ordinat. Gradien adalah tingkat kemiringan garis. (perbandingan antara komponen-y (ordinat dan komponen-x (absis) antara 2 titik pada dua garis tsb. Gradien dilambangkan dengan m.  Gradien garis yang melalui dua titik dicari dengan rumus: − = −  Gradien garis yang sejajar dengan sumbu-x adalah nol.  Garis yang sejajar dengan sumbu-y tidak mempunyai gradien.  Dua garis yang saling sejajar memiliki gradien yang sama.  Hasil kali gradien garis yang saling tegak lurus adalah (–1). 32
  • 33. Bentuk persamaan garis lurus Bentuk umum + + = Bentuk lainnya = = +  Rumus untuk menentukan persamaan garis dari gradien dan titik koordinat, yaitu: − = ( − )  Rumus untuk menentukan persamaan garis dari dua titik koordinat, yaitu: − − = − − 33
  • 34. BAB 11 PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH Sistem persamaan linear dengan dua peubah adalah suatu sistem persamaan yang terdiri atas dua persamaan linear atau lebih, yang masing-masing persamaan mempunyai dua peubah. Contoh: Dua persamaan linear dengan dua peubah x dan y = +2 = 2 +1 Untuk menentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan linear dengan dua peubah dapat dilakukan dengan:  Metode grafik,  Metode substitusi, dan  Metode eliminasi. Metode grafik Untuk menentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan linear dua peubah dengan menggunakan metode grafik, kita harus mencari titik potong kedua persamaan linear tersebut. Jadi, himpunan penyelesaian sistem persamaan dengan dua peubah merupakan titik potong grafik sistem persamaan tersebut. Metode Substitusi Substitusi berarti memasukkan atau menggantikan pada tempatnya. Untuk menentukan penyelesaian sistem 34
  • 35. persamaan dengan dua peubah dengan menggunakan metode substitusi kita harus memasukkan atau menggantikan x dan y pada kedua persamaan linear tersebut. Contoh: Penyelesaian sistem persamaan: = +2 =2 +1 dapat diselesaikan dengan metode substitusi sebagai berikut: = +2 +2 = 2 +1 =2 +1 −2 = 1−2 − = −1 =1 = +2 =1 = 1+2 = 3. Jadi, harga x dan y yang memenuhi persamaan di atas adalah = 1 dan = 3 atau himpunan penyelesaiannya adalah {1,3}. Metode Eliminasi Eliminasi berarti menghilangkan salah satu peubah. Untuk menentukan penyelesaian sistem persamaan dengan dua peubah, dengan menggunakan metode eliminasi, adalah dengan mengurang atau menambah persamaan yang satu dengan yang lainnya sehingga salah satu peubah hilang. Contoh: Penyelesaian sistem persamaan: = +2 =2 +1 35
  • 36. dapat diselesaikan dnegan metode eliminasi sebagai berikut: Agar salah satu peubah hilang maka dilakukan pengurangan: = +2 =2 +1 0 = − + 1 → peubah yang hilang adalah y. =1 = + 2 dengan = 1 maka = 1 + 2 atau = 3 = 2 + 1 dengan = 1 maka = (2 × 1) + 1 atau = 3. Jadi, harga x dan y yang memenuhi sistem persamaan di atas adalah = 1 dan = 3 atau himpunan penyelesaiannya adalah {1,3}. 36
  • 37. BAB 12 SUDUT GARIS SEJAJAR Gambar Istilah Sifat tolak belakang Besar sudutnya sama dalam Besar sudutnya sama bersebrangan dalam sepihak jika kedua sudut dijumlahkan hasilnya sama dengan 180° luar Besar sudutnya sama bersebrangan luar sepihak jika kedua sudut dijumlahkan hasilnya sama dengan 180° 37
  • 38. BAB 13 PELUANG Peluang atau kebolehjadian atau dikenal juga sebagai probabilitas adalah cara untuk mengungkapkan pengetahuan atau kepercayaan bahwa suatu kejadian akan berlaku atau telah terjadi. Probabilitas suatu kejadian adalah angka yang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian. Nilainya di antara 0 dan 1. Kejadian yang mempunyai nilai probabilitas 1 adalah kejadian yang pasti terjadi atau sesuatu yang telah terjadi. Misalnya matahari yang masih terbit di timur sampai sekarang. Sedangkan suatu kejadian yang mempunyai nilai probabilitas 0 adalah kejadian yang mustahil atau tidak mungkin terjadi. Misalnya seekor kambing melahirkan seekor sapi. Adapun materi peluang yang akan dibahas di antaranya: 1. Percobaan, ruang sampel, dan kejadian 2. Peluang suatu kejadian 3. Peluang percobaan kompleks 4. Peluang Kejadian Majemuk Percobaan, ruang sampel, dan kejadian Percobaan adalah: suatu kegiatan yang dapat diulang dengan keadaan yang sama untuk menghasilkan sesuatu. Ruang Sampel adalah : Himpunan dari semua hasil yang mungkin dari suatu kejadian (percobaan) Titik Sampel adalah : Anggota-anggota dari ruang sampel 38
  • 39. Kejadian atau Peristiwa adalah himpunan bagian dari ruang sampel. Contoh soal: Misalkan sebuah dadu bermata enam dilemparkan satu kali maka tentukan: hasil yang mungkin muncul, ruang sampel, titik sampel, banyaknya kejadian mata dadu ganjil, banyaknya kejadian mata dadu kurang dari 3? Jawab: Hasil yang mungkin muncul adalah mata dadu 1, 2, 3, 4, 5, atau 6 Ruang sampel atau S = {1,2,3,4,5,6} Titik sampel sama dengan hasil yang mungkin yaitu mata dadu 1,2,3,4,5 dan 6 Misalkan A adalah kejadian mata dadu ganjil Kejadian A={1,3,5} Banyaknya kejadian mata dadu ganjil adalah n(A) =3 Misalkan B adalah Kejadian mata dadu kurang dari 3 Kejadian B={1,2} Banyaknya kejadian mata dadu kurang dari 3 adalah n(B)=2 39
  • 40. BAB 14 LINGKARAN Unsur-unsur lingkaran:  Titik pusat lingkaran (O) adalah titik yang terletak di tengah-tengah lingkaran.  Jari-jari (AO) adalah garis dari titik pusat lingkaran ke lengkungan lingkaran.  Diameter (AOB) adalah garis lurus yang menghubungkan dua titik pada lingkaran dan melalui titik pusat.  Busur (BC) adalah garis lengkung yang terletak pada lengkungan lingkaran dan menghubungkan dua titik pada lingkaran tersebut.  Tali busur (DGF) adalah garis lurus dalam lingkaran yang menghubungkan dua titik pada lengkungan lingkaran.  Tembereng (DEF) adalah luas daerah dalam lingkaran yang dibatasi oleh busur dan tali busur. 40
  • 41.  Juring (OBC) adalah luas daerah dalam lingkaran yang dibatasi oleh dua buah jari-jari dan sebuah busur yang diapit oleh kedua jari-jari tersebut.  Apotema (OG) adalah garis yang menghubungkan titik pusat lingkaran dengan tali busur lingkaran tersebut. Keliling lingkaran = = Luas lingkaran = = 3,14 atau 22/7 = = − Sudut Pusat dan Sudut Keliling  Sudut pusat adalah sudut yang dibentuk oleh dua buah jari-jari dan menghadap suatu busur lingkaran  Sudut keliling adalah sudut pada lingkaran yang dibentuk oleh dua buah tali busur.  Semua sudut keliling yang menghadap busur yang sama memiliki besar sudut yang sama.  Jumlah sudut keliling yang saling berhadapan sama dengan 180°.  Jika sudut pusat dan sudut keliling lingkaran menghadap busur yang sama maka besar sudut pusat adalah dua kali dari besar sudut keliling. 41
  • 42.  Hubungan antara sudut pusat, panjang busur, dan luas juring. = = 360°  Besar sudut antara dua tali busur yang berpotongan di dalam lingkaran adalah setengah kali dari jumlah sudut- sudut pusat yang berada di depan dan di belakangnya. 1 T ∠ = × (∠ +∠ ) 2  Besar sudut antara dua tali busur yang berpotongan diluar lingkaran adalah setengah kali dari selisih sudut pusat yang terletak di antara kedua kakinya. 1 ∠ = × (∠ −∠ ) 2 T 42
  • 43. Sudut-sudut segi-n beraturan 360° Besar setiap sudut pusat segi − n beraturan = Besar setiap sudut segi − n beraturan 360° ( − 2) × 180° 180° − = Garis Singgung Lingkaran Sifat-sifat garis singgung lingkaran  Garis singgung lingkaran adalah garis yang memotong lingkaran tepat di satu titik yang disebut titik singgung lingkaran.  Setiap garis singgung lingkaran selalu tegak lurus terhadap jari-jari (diameter) yang melalui titik singgungnya.  Dari satu titik pada lingkaran hanya dapat dibuat satu garis singgung.  Dari satu titik di luar lingkaran dapat dibuat dua garis singgung lingkaran. Garis singgung persekutuan adalah garis yang tepat menyinggung dua lingkaran. Dari dua lingkaran yang saling lepas dapat dibuat dua garis singgung persekutuan luar dan dua garis singgung persekutuan dalam. Panjang garis singgung persekutuan luar (l) dan garis singgung persekutuan dalam (d) dapat dicari dengan: 43
  • 44. = −( − ) = −( + ) di mana: l = panjang garis singgung persekutuan luar d = panjang garis singgung persekutuan dalam k = jarak kedua titik pusat lingkaran R = jari-jari lingkaran pertama r = jari-jari lingkaran kedua Hubungan antara lingkaran dan segitiga Rumus luas segitiga yang lain = ( − )( − )( − ) Panjang jari-jari lingkaran dalam segitiga adalah = Panjang jari-jari lingkaran luar segitiga adalah = Dengan L = Luas s = ½ keliling segitiga; a, b, c = panjang sisi-sisi segitiga 44
  • 45. BAB 15 LOGARITMA Definisi Logaritma bilangan b dengan bilangan pokok a sama dengan c yang memangkatkan a sehingga menjadi b. a log b = c ↔ ac = b ~ “mencari pangkat” dengan a = bilangan pokok (a > 0 dan a ≠ 1) b = numerus (b > 0) c = hasil logaritma Dari pengertian logaritma dapat disimpulkan bahwa : a log a = 1 ; alog 1 = 0 ; alog an = n Sifat-sifat logaritma a log bc = alogb + alogc a log bc = c alog b a log b/c = alog b -alog c Hubungan alog b/c = - a log b/c a log b = (clog b)/(clog a) Hubungan alog b = 1 / blog a a log b. blog c = a log c a log b = b a log b = c aplog bp = c  Hubungan : aqlog bp = alog bp/q = p/q alog b Keterangan: 1. Bila bilangan pokok suatu logaritma tidak diberikan, maka maksudnya logaritma tersebut berbilangan pokok = 10. [ log 7 maksudnya 10log 7 ] 2. lognx adalah cara penulisan untuk (logx)n Bedakan dengan log xn = n log x 45
  • 46. BAB 16 TRIGONOMETRI Pengertian Trigonometri terdiri dari sinus (sin), cosinus (cos), tangen (tan), cotangen (cot), secan (sec) dan cosecan (cosec). Trigonometri merupakan nilai perbandingan yang didefinisikan pada koordinat kartesius atau segitiga siku- siku. Sinus Sinus dalam matematika adalah perbandingan sisi segitiga yang C ada di depan sudut dengan sisi miring (dengan catatan bahwa b a segitiga itu adalah segitiga siku- siku atau salah satu sudut segitiga itu 90o). Perhatikan segitiga di kanan; berdasarkan definisi sinus di atas maka nilai sinus adalah A B c sin A = sin B = Nilai sinus positif di kuadran I dan II dan negatif di kuadran III dan IV. Kosinus Kosinus atau cosinus (simbol: ) dalam matematika adalah perbandingan sisi segitiga yang terletak di sudut dengan sisi miring (dengan catatan bahwa segitiga itu 46
  • 47. adalah segitiga siku-siku atau salah satu sudut segitiga itu 90°). Berdasarkan definisi kosinus di atas maka nilai kosinus adalah cos A = cos B = Nilai kosinus positif di kuadran I dan IV dan negatif di kuadran II dan III. Tangen Tangen (bahasa Belanda: tangens; lambang tg, tan) dalam matematika adalah perbandingan sisi segitiga yang ada di depan sudut dengan sisi segitiga yang terletak di sudut (dengan catatan bahwa segitiga itu adalah segitiga siku-siku atau salah satu sudut segitiga itu 90o). Perhatikan segitiga di kanan; berdasarkan definisi tangen di atas maka nilai tangen adalah tan A = tan B = Nilai tangen positif di kuadran I dan III dan negatif di kuadran II dan IV. Hubungan Nilai Tangen dengan Nilai Sinus dan Cosinus tan A = Sekan Sekan (lambang: sec) dalam matematika adalah perbandingan sisi miring segitiga dengan sisi yang terletak pada sudut (dengan catatan bahwa segitiga itu adalah segitiga siku-siku atau salah satu sudut segitiga itu 90o). 47
  • 48. Perhatikan segitiga di kanan; berdasarkan definisi sekan di atas maka nilai sekan adalah sec A = sec B = Hubungan sekan dengan kosinus: sec A = Kosekan Kosekan (disimbolkan dengan cosec atau csc) dalam matematika adalah perbandingan sisi miring segitiga dengan sisi yang terletak di depan sudut (dengan catatan bahwa segitiga itu adalah segitiga siku-siku atau salah satu sudut segitiga itu 90o). Perhatikan segitiga di kanan; berdasarkan definisi kosekan di atas maka nilai kosekan adalah csc A = csc B = Hubungan kosekan dengan sinus: csc A = Kotangen Kotangen (lambang: cot, cotg, atau cotan) dalam matematika adalah perbandingan sisi segitiga yang terletak pada sudut dengan sisi segitiga yang terletak di depan sudut (dengan catatan bahwa segitiga itu adalah segitiga siku-siku atau salah satu sudut segitiga itu 90o). Perhatikan segitiga di kanan; berdasarkan definisi kotangen di atas maka nilai kotangen adalah 48
  • 49. cot A = cot B = Hubungan kotangen dengan tangen: cot A = Nilai Trigonometri untuk Sudut-sudut Istimewa Α 0° 30° 45° 60° 90° Sin α 0 1 √ √ Cos α 1 0 √ √ Tan α 0 1 √ ∞ √ 49
  • 50. BAB 17 BARISAN DAN DERET Pola barisan bilangan Barisan adalah urutan bilangan dengan pola tertentu 1. Barisan bilangan genap: 0,2,4,6,8,… 2. Barisan bilangan ganjil : 1,3,5,7,9,… 3. Barisan bilangan segitiga : 1,3,6,10,… 4. Barisan bilangan persegi : 1,4,9,16,… 5. Barisan bilangan segitiga Pascal: 1 1 1 1 2 1 1 3 3 1 1…dst . Jumlah bilangan baris ke-n segitiga Pascal = 2( ) Menentukan rumus dari suatu barisan aritmatika Contoh: Suatu barisan 3,7,11,15,…  Barisan tersebut mempunyai suku pertama = a = 3  Barisan tersebut memiliki beda = b = 4  Suku ke-n = = +( − )  Jumlah suku ke-n = = ( + ( − )) 50
  • 51. = ( + ) Menentukan rumus dari suatu barisan geometri Rumus suku ke-n = . ( ) Suku Pertama = a Rasio antara dua suku berurutan = r Banyaknya suku = n Jumlah n suku ( ) = , untuk r ≥ ( ) = , untuk r ≤ 51
  • 52. BAB 18 BILANGAN BASIS Basis Bilangan dengan Metode Napier Metode Napier yang dimaksud dalam bagian ini adalah suatu cara dari John Napier yang dilakukan untuk menyelesaikan soal-soal basis. Dalam metode ini kita dapat menempatkan semua angka pada tempat yang sudah tersediakan sehingga siswa tidak perlu mengingat perkalian angka yan sudah lewat, karena angka akan tercantum. Penggunaan metode ini menurut penulis dapat membantu dalam menyelesaikan soal-soal basis yaitu dalam operasi basis. Jika sudah dipahami penggunaan metode ini maka akan lebih mudah dan lebih teliti. Metode Napier akan kita simak dalam penjelasan-penjelasan di bawah ini: 1) Penjumlahan Contoh: (3184)10 + (1582)10 = … Dalam penjumlahan, pengurangan, maupun perkalian memakai metode Napier, kita harus neyediakan sabaris kotak yang banyaknya sesuai dengan banyaknya salah satu angka terbanyak dari angka yang dijumlahkan, 52
  • 53. dikurangkan, maupun dikalikan, kemudian angka terebut ditaruh di atas dan di bawah kotak. Masing-masing kotak dibagi menjadi dua dari sudut kanan atas se sudut kiri bawah. Bagian atas untuk menempatkan jumlah bilangan dasar dan bagian bawah untuk menempatkan sisa. Adapun untuk mengetahui hasilnya diperoleh dengan cara menjumlahkan bilangan-bilangan pada jalur-jalur yang miring ke kiri. Dengan penjelasan di atas kita akan dapatkan hasil penjumlahan sebagai berikut: Langkah-langkah dari penjumlahan di atas adalah: a. 4 + 2 = 0 puluhan, sisa 6 b. 8 + 8 = 1 puluhan, sisa 6 c. 1 + 5 = 0 puluhan, sisa 6 d. 3 + 1 = 0 puluhan, sisa 4 Melihat penjumlahan pada jalur-jalur miring diperoleh: (4766)10 Jadi, (3184)10 + (1582)10 = (4766)10 Untuk melihat kebenarannya kita dapat melakukan sebagai berikut: 53
  • 54. Pada pengurangan dan perkalian dengan metode Napier juga sama halnya dengan penjumlahan, hanya tandanya saja yang berbeda. 2) Pengurangan Contoh: (3322)5-(442)5 =… Langkah-langkah dari pengurangan di atas adalah: a. 2-2 = 0 limaan, sisa 0 b. 2-4, agar dapat dilakukan pengurangan dipinjamkan 1 limaan dari angka depannya, sehingga menjadi 7 . 4, pinjaman 1 ditulis (-1) 54
  • 55. c. 3-4 menjadi 2-4 (telah dipinjam 1 limaan) 2-4, agar dapat dilakukan pengurangan dipinjamkan 1 limaan dari angka depannya, sehingga menjadi 7 . 4, pinjaman 1 ditulis (-1) d. 3-0 menjadi 2-0 (telah dipinjam 1 limaan) 2 -0 = 2 Dengan melihat penjumlahan pada jalur-jalur miring diperoleh (1230)5 Jadi, (3322)5 . (442)5 = (1230)5 3) Perkalian Contoh: (331)5 x (04)5 =… Langkah-langkah dari perkalian di atas adalah: a. 1 x 0 = 0 limaan, sisa 0 d. 1 x 4 = 0 limaan, sisa 4 b. 3 x 0 = 0 limaan, sisa 0 e. 3 x 4 = 2 limaan, sisa 2 c. 3 x 0 = 0 limaan, sisa 0 f. 3 x 4 = 2 limaan, sisa 2 Dengan melihat penjumlahan pada jalur-jalur miring diperoleh (2424)5 55
  • 56. Jadi, (331)5 x (04)5 = (2424)5 Basis Bilangan dengan Metode Biasa Operasi pada basis tidak lain sama dengan operasi hitung pada pelajaran matematika lainnya , yaitu meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Pada operasi basis mempunyai syarat tertentu yaitu apabila kedua basis akan dioperasikan maka kedua basis tersebut harus dalam satu basis (basis yang sama). 1) Penjumlahan Penjumlahan basis bilangan dapat dilakukan dengan cara penjumlahan bentuk panjang atau penjumlahan bersusun. Tetapi dalam hak ini yang kita bahas adalah penjumlahan bersusun. Perhatikan contoh: Contoh: Jumlahkan 3425 dan 2335 Keterangan: 2 + 3 = 5 dikelompokkan menjadi (1 x 5) 8 x 5 dikelompokkan menjadi (1 x 52) + (3 x 5) (3 x 52) + (2 x 5) ditambah (1 x 52) = (6 x 52), dikelompokkan menjadi (1 x 53) + (1 x 52) 2) Pengurangan Contoh: Kurangkan 425 dengan 235 56
  • 57. Perhatikan: 2-3 tidak mungkin, ambil (1 x 5) dari (4 x 5) Menjadi (1 x 5) + 2 = 7 satuan, 7-4 = 3 Karena dari (4 x 5) telah diambil (1 x 5), maka yang dikurangkan menjadi: (3 x 5)-(2 x 5) = (1 x 5) Hasilnya: (1 x 5) + 4 atau 145 3) Perkalian Untuk perkalian pada basis dua (biner) perlu kita mengingat tabel (daftar) yang cukup sederhana sebagai berikut: 57
  • 58. Keterangan: 4x0=0 1x0=0 4 x 3 = 12 ( 2 basis basis limaan dan 2 satuan), jadi yang ditulis 2 satuannya dan 2 basis limaannya ditambahkan ke angka depannya 3 x 1 = 3 (ditambah 2 dari angka depannya, 3 + 2 = 5) 58
  • 59. BAB 19 BANGUN DATAR Persegi Definisi Bangun datar yang memiliki empat buah sisi sama panjang Keliling = 4xs Luas = s x s s = panjang sisi Persegi Panjang Definisi Bangun datar mirip bujur sangkar namun dua sisi yang berhadapan lebih pendek atau lebih panjang dari dua sisi yang lain. Dua sisi yang panjang disebut panjang, sedangkan yang pendek disebut lebar. Keliling = 2 ( ) Luas = 59
  • 60. p = panjang l = lebar Segitiga Definisi Suatu bangun yang dibuat dari tiga sisi yang berupa garis lurus dan tiga sudut Keliling = a + b + c Luas = 1/2 (a x t) a, b, dan c adalah panjang ketiga sisi segitiga Lingkaran Definisi himpunan semua titik pada bidang dalam jarak tertentu, yang disebut jari-jari, dari suatu titik tertentu, yang disebut pusat Keliling = 2π x r Luas = π x r x r π = 3,14 atau 22/7 60
  • 61. r = jari – jari lingkaran (½ diameter) Trapesium Definisi Trapesium ialah suatu segi empat yang memiliki tepat sepasang sisi yang sejajar Keliling = a + b + c + d Luas = ½ x jumlah sisi sejajar x t a, b, c, dan d adalah sisi – sisi trapesium t = tinggi trapesium 6.Layang - Layang Definisi Layang-layang adalah bangun datar yang mirip dengan belah ketupat, namun sisinya berbeda Keliling = 2 x (a + b) a dan b adalah sisi- sisi pada layang - layang Luas = ½ x d1 x d2 61
  • 62. d = panjang diagonal layang - layang Jajar Genjang Definisi Jajar genjang memiliki masing-masing 2 sisi yang sama besar Keliling = 2 x (a + b) a dan b adalah sisi- sisi pada jajar genjang Luas = a x t t = tinggi jajar genjang Belah Ketupat Definisi Jajar genjang yang dua sisinya yang sama panjang Keliling = 4 x a a = panjang sisi belah ketupat Luas = ½ x d1 x d2 d = panjang diagonal belah ketupat 62
  • 63. BAB 20 BANGUN RUANG Kubus Ciri-ciri Kubus : 1. Jumlah bidang sisi ada 6 buah yang berbentuk bujur sangkar (ABCD, EFGH, ABFE, BCGF, CDHG, ADHE,) 2. Mempunyai 8 titik sudut (A, B, C, D, E, F, G, H) 3. Mempunyai 12 rusuk yang sama panjang (AB, CD, EF, GH, AE, BF, CG, DH, AD, BC, EH, FG) 4. Semua sudutnya siku-siku 5. Mempunyai 4 diagonal ruang dan 12 diagonal bidang (4 diagonal ruang = garis AG, BH, CE, DF ) dan 12 diagonal bidang = garis AC, BD, EG, FH, AH, DE, BG, CF, AF, BE, CH, DG) Volume (V) = s x s x s = s3 Luas (L) = 6 x s x s = 6 s2 63
  • 64. Keliling = 12 x s Panjang diagonal bidang = s2 + s2 = 2s2 = s2 Panjang diagonal ruang = s2 + s2 + s2 = 3s2 = s3 BALOK Ciri-ciri Balok : 1. Alasnya berbentuk segi empat 2. Terdiri dari 12 rusuk 3. Mempunyai 6 bidang sisi 4. Memiliki 8 titik sudut 5. Seluruh sudutnya siku-siku 6. Mempunyai 4 diagonal ruang dan 12 diagonal bidang Volume = p x l x t Luas = 2 x {(pxl) + (pxt) + (lxt) } Keliling = 4 x (p+ l + t) Diagonal Ruang = p2 + l 2 + t 2 64
  • 65. Prisma Tegak segitiga siku-siku a b t p Ciri-ciri : 1. Terdiri dari 6 titik sudut 2. Mempunyai 9 buah rusuk 3 Mempunyai 5 bidang sisi Volume = Luas alas x tinggi Luas alas = 1/2 x alas x tinggi Luas = 2 x 1/2 (a x b) + (a x t) + (b x t) + (p x t) Kerucut Ciri-ciri : 1. Mempunyai 2 bidang sisi (1 bidang sisi lingkaran dan 1 bidang sisi selimut) 2. Mempunyai 2 rusuk dan 1 titik sudut Luas selimut = π x r x s Luas alas = π x r 2 65
  • 66. Luas Permukaan kerucut = Luas alas + Luas Selimut =πxr2+πxrxs = π r (r + s) Volume =1/3 x Luas alas x tinggi = 1/3 x x r x r x t Tabung Ciri-ciri: 1. Mempunyai 2 rusuk 2. Alas dan atapnya berupa lingkaran 3. Mempunyai 3 bidang sisi ( 2 bidang sisi lingkaran atas dan bawah, 1 bidang selimut) Volume tabung = luas alas x tinggi = π x r 2 x t Luas Selimut= 2 π x r x t Luas Permukaan Tabung = 2 x luas alas + Luas selimut tabung =2xπxr2+2πxrxt =2πr(r+t) 66
  • 67. Limas a. Limas Segitiga Ciri-ciri : 1. Alasnya berbentuk segitiga 2. Mempunyai 4 bidang sisi (alas dan 3 sisi tegak) 3. Mempunyai 6 rusuk 4. Mempunyai 4 titik sudut Luas alas =1/2 alas x tinggi Volume =1/3 Luas alas x tinggi Luas = Luas alas + (3 x luas tegak segitiga) A b. Limas Segiempat t E D 67
  • 68. Ciri-ciri : 1. Alasnya berbentuk segiempat (BCDE) 2. Mempunyai 5 bidang sisi (BCDE, ABC, ACD,ABE, ADE) 3. Mempunyai 5 titik sudut ( A, B,C,D,E) 4. Mempunyai 8 rusuk (AB, AC,AD,AE,BC,CD,DE,BE) Volume = 1/3Luas alas x tinggi Luas alas = p x l Luas = Luas Alas + (4 x Luas tegak segitiga) Bola Ciri-ciri : 1. Hanya mempunyai 1 bidang sisi 2. Tidak mempunyai sudut dan tidak mempunyai rusuk Volume = 4/3 π r 3 Luas = 4 π r 2 68