SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 8
qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghj
klzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn
mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty
                    ESTETIKA

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg
             KARYA SASTRA MINAGKABAU

                      “KABA”
hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvb
            OKTARI ANELIYA (2215081412)


nmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert
                     08 DIK A

            UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
                       2011

ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcv
bnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer
tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd
fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcv
bnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer
tyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghj
klzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn
mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty
Sastra Minangkabau: kaba

        Kaba tergolong dalam bentuk karya sastra lisan Minangkabau yang disampaikan secara lisan
dengan didendangkan atau dilagukan didiringi alat musik saluang atau rebab. Cerita kaba mudah
didendangkan karena gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa prosa berirama. Pola kalimatnya
terdiri atas gatra-gatra dengan jumlah suku kata yang relatif tetap (biasanya delapan atau sepuluh suku
kata). Konsistensi jumlah suku kata itulah yang menyebabkan timbulnya irama di dalam bahasa kaba.

        Cerita kaba adalah cerita rakyat yang hidup dikalangan rakkyat dan disampaikan secara turun-
temurun. Karena cerita ini berasal dari rakyat maka banyak kaba yang tidak diketahui siapa
pengarangnya atau anonym. Kaba berfungsi sebagai hibura, pelipur lara, nasehat, dan pendidikan moral.
Pada umumnya kaba pelipur lara mengisahkan peristiwa menyedihkan namun berakhir dengan
kebahagiaan. Kaba yang tergolong dalam cerita pelipur lara yaitu kaba Si Untung Sudah, Kaba Si Umbuik
Mudo, Kaba Mangek Manandin, Kaba Malin Demam, dan Kaba Mamak Si Hetong. Selain cerita pelipur
lara, kaba juga mengisahkan kepahlawanan atau epos misalnya Kaba Cinduo Mato dan Kaba nan
Tungga.


   1.   Pengelompokan kaba

        Kaba dapat dekelompokan menjadi dua yaitu kaba lama dan kaba baru. Kaba lama
        menceritakan kehidupan masyarakat Minagkabau pada jaman dahulu dengan tata kehidupan
        social budaya lama. Cerita ini terasa kurang hidup dan dirasa kurang logis oleh masyarakat
        sekarang. Ciri-ciri kaba lama yaitu:

            •   Bercerita tentang kehidupan raja, putra-putri raja dengan berbagai kisah pengembaraan
                melawan tantangan kehidupan

            •   Para pelaku dalam cerita biasanya memiliki kesaktian untuk menegakkan kebenaran dan
                kewibawaaannya

            •   Kehidupan sangat dipengaruhi oleh kekuatan gaib dan sakti misalnya percaya akan
                tukang tenung, kesaktian bebatuan yang dapat mendatangkan semua keinginan yang
                diminta, kesaktian seseorang untuk menghidupkan orang yang telah mati.
•   Nama tokoh cerita seringkali melambangkan kebesaran dan kekuatannya misalnya Raja
             Alam Sakti, Gombang Alam, Raja Angek Garang. Nama dan tempat kejadian selalu samar
             dan tidak jelas.

         •   Ceritanya mngisahkan perebutan kekuasaan antar dua kelompok.

     Yang termasuk dalam kaba lama antara lain kaba Cindua Mato, kaba Si Untuang Sudah, kaba Si
     Umbuik Mudo dll.

     Cirri-ciri kaba baru:

         •   Cerita tentang suka duka kehidupan manusia biasa

         •   Tokoh dengan segala pengetahuan, kekuasaan, dan pengalamannya memperbaiki nasib
             buruknya. Nasib buruk itu disebabkan oleh kebiasaan jelek dirinya sendiri atau oleh
             lingkungan.

         •   Masalah yang terdapat dalam cerita ini sudah logis dan diungkapkan dengan konsep
             ideal yang sesuai dengan keperluan kehidupan yang sebenarnya/realitas. Kepercayaan
             pada unsur-unsur sakti tidak lagi kelihatan.

         •   Nama tokoh yang digunakan tidak lagi seperti kaba lama. Nama tokoh biasa-biasa saja
             misalnya untuk wanita disebut Siti dan untuk pria disebut Sutan. Tempat peristiwa dan
             nama negeri sudah mulai dikenali lokasinya masalnya Padang, Pariaman, Padang
             Panjang, Bukit Tinggi, Medan, dan Palembang.

     Yang termasuk Kaba baru antara lain aba Rang Mudo Salendang Dunia, kaba Si Rambun Jalua,
kaba Siti Fatimah, dll.


2.   Cara penyampaian kaba

     Pada mulanya kaba hadir dalam bentuk tradisi lisan. Karena adanya pengaruh cerita hikayat,
     kaba berkembang menjadi cerita pelipur lara yang memberi hiburan. Kaba merupakan salah
     satu bentuk fiksi yang berbentuk prosa liris, berirama, dan bermatra. Sebagai tradisi lisan, istilah
     bakaba lebih dikenal. Bakaba        berasal dari kata ba (ber) dan kata kaba yang berarti
     menyampaikan kabar. Dalam bakaba ada tiga unsur penting yaitu:
•    Adanya seseorang yang menyampaikan cerita kaba. Ceritanya dipilih satu dari sekian
                cerita yang dikuasainya atau tukang kaba dapat menceritakan kisah ciptaannya sendiri.

           •    Cerita disampaikan dengan cara dinyanyikan atau didendangkan. Setiap tukang kaba
                menguasai sejumlah lagu dan nyanyiannya digilir secara bervariasi sampai cerita selesai.

           •    Adanya bunyi instrument pengiring yang member irama. Instrumen tersebut antara lain
                rebab, salung, bansi, kecapi, dan korek api.

Cerita disampaikan dengan membawa suatu misi atau bobot yang berupa pesan atau amanat. Agar
menarik, cerita tersebut dilarutkan kedalam unsure cerita dan musik. Ide, gagasan, dan cara hidup yang
dicritakan sesuai dengan aturan adat istiadat Minangkabau.


   3.   Kaba Siti Fatimah

        Sinopsis

        Kaba ini mengisahakan seorang istri bernama Siti Fatimah yang sangat setia kepada suaminya.
Siti Fatimah mremiliki suami yang bernama Sutan Karangan, seorang saudagar kaya di Medan dan
mereka memiliki anak laki-laki yang bernama Sabirin. Siti Fatimah dan anaknya tinggal di kampung yang
bernama Kanpuang Dalam di Bukittinggi, Luhak Agam sedangkan suaminya merantau ke Medan. Hal ini
biasa terjadi di minangkabau pada waktu itu. Seorang laki-laki yang telah menikah pergi merantau untuk
mencari uang.

        Siti Fatimah adalah seorang perempuan desa yang sopan, pemalu, taat pada agama, patuh pada
suami, dan pandai memasak. Berbeda dengan suaminya yang sudah lama tinggal di kota sehingga tidak
begitu mengindahkan lagi adat-istiadat, ia menganggap adat-istiadat kolot dan ia juga tidak ladi
mengindahkan ajaran agama.

        Pada suatu hari Sutan Karangan pulang ke kampung menemui keluarganya, namun ia tidak
betaah berlama-lama tinggal di kampung karena situasi dan suasana kampung tidak cocok lagi baginya.
Ia menganggap istrinya kolot dan tidak modern.ia membanding-bandingkan istrinya dengan gadis kota,
caranya berpakaian, berbicara, bergaul, berjalan, semuanya sangat berbeda dan ketinggalan jaman.
Kemudian Sutan Karangan kembali lagi ke Medan.
Di medan, Sutan Karangan mulai sibuk lagi dengan dagangannya dan ia mulai melupakan istri
dan anaknya. Ia memiliki banyak kenalan perempuan-perempun kota yang berbelanja di tokonya. Salah
seorang diantaranya yaitu putri Sunda yang bernama Nilasari. Sutan Karangan jatuh cinta pada Nilasari.
Karena pergaulan yang terlalu bebas, Nilasari hamil dan Sutan karangan terpaksa menikahinya.
Pernikahan mereka tidak harmonis. Nilasari sangat senang berfoya-foya, ia menghabiskan banyak uang
suaminya. Lama-lama Sutan karangan bangkrut bahkan untuk membiayai Nilasari melahirkan tidak bisa
lagi ia usahakan.

        Nilasari meminta cerai dan kembali pada orang tuanya. Ditinggalkannya Sutan Karangan yang
hidup terkatung-katung dalam kemiskinan dan banyak hutang. Lain halnya dengan Nilasari, ternyata ia
masih banyak penggemarnya. Ia dilamar oleh Amir Hasan, seorang guru dan anak seorang pedagang
kaya dan kemudian mereka menikah. Pada suatu hari Sutan karangan melihat mereka berjalan bersama,
ditikamnya Amir Hasan hingga mati. Sutan Karangan ditangkap polisi dan dihukum dua tahun penjara
dan dibbuang ke Betawi. Di penjara ia mulai insyaf dan menyesali kesalahannya terhadap istri dan
anaknya.

        Setelah lama tinggal di tahanan, ia mengirim surat kepada ibunya menceritakan peristiwa yang
dialaminyaselama ini. Hal itu diketahui oleh Siti Fatimah. Siti Fatimah tidak benci kepada suaminya
terlebih ia ingin menyelamatkannya. Setelah disetujui oleh keluarganya, Siti Fatimah dan anaknya pergi
ke Betawi untuk menjemput suaminya. Di betawi, ia tinggal di rumah pamannya. Di sana ia menunggu
suaminya sampai berakhir masa tahanannya.

        Tak lama Sutan Karangan bebas dari tahanan. Siti Fatimah menjemput suaminya dan mereka
akhirnya bertemu. Sutan Karangan menyesali semua kesalahannya dan meminta maaf pada istri dan
anaknya. Mereka kemudian perghi ke rumah paman Siti Fatimah untuk tinggal beberapa hari lalu
kemudian pulang ke kampung bertemu lagi dengan sanak keluarganya.

        Sutan karangan tidak lama tinggal di kampung, ia brmaksud memulai hidup baru, brdagang
dengan baik dan selalu memperhatikan keluarganya. Ia pergi merantau ke Bangkinang. Di sana ia
berhasil dan memulai hidup dengan baik. Ia membeli sebuah rumah untuk tempat tinggal nya bersama
istri dan anaknya.ia segera menjemput istri dan anaknya untuk tinggal bersamanya di Bangkinang.
Mereka pun hidup bahagia bersama dan rezekinya pun banyak.

        Cerita kaba itu seperti kebanyakan cerita lain di Minangkabau yang menggugah perasaan
pendengar atau pembaca. Saat membaca kaba itu, pembaca merasa tergugah dengan kepedihan yang
dirasakan oleh tiap tokoh. Sakitnya hidup terpisah sang suami, menjadikan atau cerita penuh dengan
sentuhan-sentuhan perasaan. Luka dan air mata menghiasai kebanyakan cerita-cerita rakyat
Minangkabau. Termasuk Kaba Siti Fatimah ini. Tetapi ending cerita yang berakhir bahagia menjadikan
cerita seperti mengikuti keinginan pembaca, yang menginginkan tokoh utama tetap memenangkan
konflik permasalahan. Dengan berakhir bahagianya cerita ini mengukuhkan bahwa keindahan cerita
benar-benar dengan mengolah rasa manusia. Estetika rasa, walaupun sangat subyektif sekali
dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain; Pertama subyektifitas diri sendiri.

        Sensasi hanya dimungkinkan bila fungsi biologis tubuh kita yang berkaitan dengan fungsi sensasi
dan persepsi dalam keadaan normal; misalnya mata bisa melihat, hidung bisa mencium, pikiran dalam
keadaan normal/perseptif. Mampukah suatu obyek menggairahkan perasaan dalam otak kita sehingga
merasa adanya kenikmatan saat berkontak dengan sebuah obyek karya. Kenikmatan yang didapatkan
itu menjadikan otak kita mengatakan sesuatu itu indah.

        Kedua pengaruh dari lingkungan/masyarakat tentang apa yang disebut indah. Antara lain:
pendidikan; apa yang ditanamkan dunia pendidikan seseorang tentang keindahan, mungkin merupakan
suatu pandangan yang ditekankan terus-menerus dan boleh jadi mengakar pada diri kita, serta metode
untuk mengapresiasi suatu obyek juga merupakan suatu metode yang ditekankan secara terus-menerus.

        Ketiga opini yang berkembang di masyarakat. Kebanyakan melalui media, estetika
diperkenalkan sebagai konsensus dalam skala tertentu, apakah regional, kolonial, dan disebarluaskan
dengan berbagai cara. Estetika yang merupakan ideal suatu teritorial berbasis tradisi juga dapat
memberi pengaruh teramat besar.

        Berkaitan dengan ketiga hal yang mempengaruhi keindahan tersebut maka dalam Kaba Siti
Fatimah, keindahan cerita itu tentulah dipengaruhi oleh diri pembaca sendiri. Karena pada umum
masyarakat menyukai hal-hal yang menggugah emosi. Orang-orang akan bersimpati dengan
penderitaan, kesedihan, kehilangan, kemalangan, dan kesakitan yang diderita oleh tokoh cerita.

        Sementara itu berkaitan dengan pendidikan pembaca yang turut mempengaruhi nilai rasa
keindahan, pemihakan terhadap orang-orang yang berduka tentu saja dominan di kalangan masyarakat
Minangkabau. Norma adat Minangkabau yang mengajarkan untuk saling bersimpati turut
mempengaruhi keberpihakan pembaca atas nasib tokoh dalam cerita. Opini masyarakat yang waktu itu
masih dipengaruhi oleh hal-hal yang tradisional, semakin mengukuhkan perasaan pembaca untuk
menyatakan bahwa karya tersebut adalah sesuatu yang indah untuk dinikmati.
Kaba Siti Fatimah yang disertai ratapan dan kisah duka atas kehilangan memperlihatkan dengan
jelas bahwa keindahan karya sastra tidak saja atas sesuatu yang bersifar gelamor, huru-hara, dan penuh
kemewahan. Keindahan karya sastra bisa juga tercipta dari eksplorasi atas kesedihan yang dialami oleh
tokoh-tokoh dalam cerita. Ratapan dan duka yang dapat dilihat dengan jelas dalam cerita pada setiap
peristiwa demi peristiwa. Sama halnya dengan keindahan dalam lukisan, yang indah tidak hanya ketika
seorang pelukis melukis seorang perempuan yang cantik menawan atau indahnya bunga-bunga yang
sedang bermekaran, tetapi indahnya sebuah lukisan bisa terjadi ketika seorang pelukis melukis seorang
petani tua yang memakai baju compang-camping. Indah dalam lukisan bisa juga terjadi ketika pelukis
melukiskan kotornya sampah-sampah di jalanan.

       Dalam karya sastra khususnya kaba yang ada di tengah-tengah masyarakat Minangkabau,
keindahanpun tidak hanya dengan mencerita hal-hal yang indah, tetapi keindahan karya juga bisa jadi
atas cerita kegetiran hidup manusia, keprihatinan, kepiluan yang mendalam bahkan sesuatu kondisi
yang sangat buruk dalam realita bisa jadi menjadi indah setelah menjadi sebuah karya sastra.
Daftar pustaka

Djamaris, Edwar. 2002. Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau. Yayasan Obor Indonesia.
     Jakarta.

Syamsuddin      Udin,dkk.   1987.   Struktur   Kaba   Minangkabau.   Pusat   pembinaan   dan
     pengembangan Bahasa. Jakarta.

http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Minangkabau

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Tokoh-tokoh Pendidikan Dunia
Tokoh-tokoh Pendidikan DuniaTokoh-tokoh Pendidikan Dunia
Tokoh-tokoh Pendidikan Dunia
Hendra Kurniawan
 
Kerajaan Mataram islam
Kerajaan Mataram islamKerajaan Mataram islam
Kerajaan Mataram islam
juankhahefi
 
Kerajaan kutai presentasi
Kerajaan kutai presentasiKerajaan kutai presentasi
Kerajaan kutai presentasi
ayuksri Rahayu
 

Mais procurados (20)

Kerajaan Gowa-Tallo
Kerajaan Gowa-TalloKerajaan Gowa-Tallo
Kerajaan Gowa-Tallo
 
Kerajaan samudra pasai
Kerajaan samudra pasaiKerajaan samudra pasai
Kerajaan samudra pasai
 
Numbers ( Angka Dalam Bahasa Inggris )
Numbers ( Angka Dalam Bahasa Inggris )Numbers ( Angka Dalam Bahasa Inggris )
Numbers ( Angka Dalam Bahasa Inggris )
 
Kerajaan Gowa-Tallo dan Ternate-Tidore
Kerajaan Gowa-Tallo dan Ternate-TidoreKerajaan Gowa-Tallo dan Ternate-Tidore
Kerajaan Gowa-Tallo dan Ternate-Tidore
 
Kerajaan Demak
Kerajaan DemakKerajaan Demak
Kerajaan Demak
 
Kerajaan samudra pasai
Kerajaan samudra pasaiKerajaan samudra pasai
Kerajaan samudra pasai
 
Kerajaan Banten
Kerajaan BantenKerajaan Banten
Kerajaan Banten
 
Tes Keterampilan Berbicara (Speaking Skill Test)
Tes Keterampilan Berbicara (Speaking Skill Test)Tes Keterampilan Berbicara (Speaking Skill Test)
Tes Keterampilan Berbicara (Speaking Skill Test)
 
Kelompok 7 validitas dan reliabilitas
Kelompok 7 validitas dan reliabilitasKelompok 7 validitas dan reliabilitas
Kelompok 7 validitas dan reliabilitas
 
Ppt analisa data
Ppt analisa dataPpt analisa data
Ppt analisa data
 
makalah tentang skala pengukuran dan instrumen penelitian
makalah tentang skala pengukuran dan instrumen penelitianmakalah tentang skala pengukuran dan instrumen penelitian
makalah tentang skala pengukuran dan instrumen penelitian
 
Tokoh-tokoh Pendidikan Dunia
Tokoh-tokoh Pendidikan DuniaTokoh-tokoh Pendidikan Dunia
Tokoh-tokoh Pendidikan Dunia
 
Kerajaan mataram islam Sejarah Indonesia kelas X
Kerajaan mataram islam Sejarah Indonesia kelas XKerajaan mataram islam Sejarah Indonesia kelas X
Kerajaan mataram islam Sejarah Indonesia kelas X
 
Sejarah Kerajaan Islam di Papua
Sejarah Kerajaan Islam di PapuaSejarah Kerajaan Islam di Papua
Sejarah Kerajaan Islam di Papua
 
Contoh rapor semester 1
Contoh rapor semester 1Contoh rapor semester 1
Contoh rapor semester 1
 
Kerajaan majapahit
Kerajaan majapahitKerajaan majapahit
Kerajaan majapahit
 
Kerajaan Mataram islam
Kerajaan Mataram islamKerajaan Mataram islam
Kerajaan Mataram islam
 
Power point bahasa indonesia
Power point bahasa indonesiaPower point bahasa indonesia
Power point bahasa indonesia
 
Kerajaan kutai presentasi
Kerajaan kutai presentasiKerajaan kutai presentasi
Kerajaan kutai presentasi
 
PPT SEMINAR PROPOSAL TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA RUSUNAWA DI KOTA MAGELANG DAN ...
PPT SEMINAR PROPOSAL TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA RUSUNAWA DI KOTA MAGELANG DAN ...PPT SEMINAR PROPOSAL TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA RUSUNAWA DI KOTA MAGELANG DAN ...
PPT SEMINAR PROPOSAL TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA RUSUNAWA DI KOTA MAGELANG DAN ...
 

Semelhante a karya sastra minangkabau

Menyibak Tabir Uga Prabu Siliwangi
Menyibak Tabir Uga Prabu SiliwangiMenyibak Tabir Uga Prabu Siliwangi
Menyibak Tabir Uga Prabu Siliwangi
Hulu Kujang
 
B. Indonesia - KD 7.1 Unsur Intrisik & Ekstrinsik Hikayat
B. Indonesia - KD 7.1 Unsur Intrisik & Ekstrinsik HikayatB. Indonesia - KD 7.1 Unsur Intrisik & Ekstrinsik Hikayat
B. Indonesia - KD 7.1 Unsur Intrisik & Ekstrinsik Hikayat
Ramadhani Sardiman
 
Bangau menenun songket
Bangau menenun songketBangau menenun songket
Bangau menenun songket
Rohana Mazelan
 

Semelhante a karya sastra minangkabau (20)

PPTBINDO12S1_1.pptx
PPTBINDO12S1_1.pptxPPTBINDO12S1_1.pptx
PPTBINDO12S1_1.pptx
 
Resensi roman SALAH PILIH
Resensi roman SALAH PILIHResensi roman SALAH PILIH
Resensi roman SALAH PILIH
 
Sivik b4 d5e1
Sivik b4 d5e1Sivik b4 d5e1
Sivik b4 d5e1
 
Penglipur lara
Penglipur lara Penglipur lara
Penglipur lara
 
Penglipur lara 1
Penglipur lara 1Penglipur lara 1
Penglipur lara 1
 
Imbasan komsas tingkatan 4
Imbasan komsas tingkatan 4Imbasan komsas tingkatan 4
Imbasan komsas tingkatan 4
 
Menyibak Tabir Uga Prabu Siliwangi
Menyibak Tabir Uga Prabu SiliwangiMenyibak Tabir Uga Prabu Siliwangi
Menyibak Tabir Uga Prabu Siliwangi
 
Atunz
AtunzAtunz
Atunz
 
Kostum
KostumKostum
Kostum
 
Hikayat
HikayatHikayat
Hikayat
 
bahasa indonesia - hikayat
 bahasa indonesia - hikayat bahasa indonesia - hikayat
bahasa indonesia - hikayat
 
B. Indonesia - KD 7.1 Unsur Intrisik & Ekstrinsik Hikayat
B. Indonesia - KD 7.1 Unsur Intrisik & Ekstrinsik HikayatB. Indonesia - KD 7.1 Unsur Intrisik & Ekstrinsik Hikayat
B. Indonesia - KD 7.1 Unsur Intrisik & Ekstrinsik Hikayat
 
Cerita Penglipur Lara (SASTERA RAKYAT)
Cerita Penglipur Lara (SASTERA RAKYAT) Cerita Penglipur Lara (SASTERA RAKYAT)
Cerita Penglipur Lara (SASTERA RAKYAT)
 
NOTA BM IB SL
NOTA BM IB SL NOTA BM IB SL
NOTA BM IB SL
 
Radiatul fadillah putri (powerpoint)
Radiatul fadillah putri (powerpoint)Radiatul fadillah putri (powerpoint)
Radiatul fadillah putri (powerpoint)
 
membandingkan teks cerita ulang
membandingkan teks cerita ulangmembandingkan teks cerita ulang
membandingkan teks cerita ulang
 
Krakteristik balai pustaka
Krakteristik balai pustakaKrakteristik balai pustaka
Krakteristik balai pustaka
 
Bangau menenun songket
Bangau menenun songketBangau menenun songket
Bangau menenun songket
 
Teks ulasan buku non akademik
Teks ulasan buku non akademikTeks ulasan buku non akademik
Teks ulasan buku non akademik
 
Pengenalan Hikayat Awang Kamaruddin
Pengenalan Hikayat Awang KamaruddinPengenalan Hikayat Awang Kamaruddin
Pengenalan Hikayat Awang Kamaruddin
 

Mais de Oktari Aneliya

teori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asingteori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asing
Oktari Aneliya
 
Listening to transactional discourse
Listening to transactional discourseListening to transactional discourse
Listening to transactional discourse
Oktari Aneliya
 
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
Oktari Aneliya
 
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uasKebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Oktari Aneliya
 
Sejarah sebagai kajian budaya uas
Sejarah sebagai kajian budaya uasSejarah sebagai kajian budaya uas
Sejarah sebagai kajian budaya uas
Oktari Aneliya
 
Kebudayaan sebagai sistem struktural uas
Kebudayaan sebagai sistem struktural uasKebudayaan sebagai sistem struktural uas
Kebudayaan sebagai sistem struktural uas
Oktari Aneliya
 
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarahStrukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
Oktari Aneliya
 
Ecological anthropology
Ecological anthropologyEcological anthropology
Ecological anthropology
Oktari Aneliya
 
Semiotik dan dinamika sosial budaya
Semiotik dan dinamika sosial budayaSemiotik dan dinamika sosial budaya
Semiotik dan dinamika sosial budaya
Oktari Aneliya
 
Ideologi dalam pariwara televisi
Ideologi dalam pariwara televisiIdeologi dalam pariwara televisi
Ideologi dalam pariwara televisi
Oktari Aneliya
 
Classroom based assessment finass
Classroom based assessment finassClassroom based assessment finass
Classroom based assessment finass
Oktari Aneliya
 
Discourse Analysis of "Dove Campaign"
Discourse Analysis of "Dove Campaign" Discourse Analysis of "Dove Campaign"
Discourse Analysis of "Dove Campaign"
Oktari Aneliya
 

Mais de Oktari Aneliya (17)

teori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asingteori-teori pengajaran bahasa asing
teori-teori pengajaran bahasa asing
 
Makalah sociolinguistics politeness
Makalah sociolinguistics politenessMakalah sociolinguistics politeness
Makalah sociolinguistics politeness
 
Listening to transactional discourse
Listening to transactional discourseListening to transactional discourse
Listening to transactional discourse
 
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
Analisis wacana kritis (awk) terhadap iklan televisi provider 3
 
Standardisasi bahasa
Standardisasi bahasaStandardisasi bahasa
Standardisasi bahasa
 
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uasKebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
Kebudayaan sebagai sistem adaptasi uas
 
Sejarah sebagai kajian budaya uas
Sejarah sebagai kajian budaya uasSejarah sebagai kajian budaya uas
Sejarah sebagai kajian budaya uas
 
Semiotik uas
Semiotik uasSemiotik uas
Semiotik uas
 
Kebudayaan sebagai sistem struktural uas
Kebudayaan sebagai sistem struktural uasKebudayaan sebagai sistem struktural uas
Kebudayaan sebagai sistem struktural uas
 
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarahStrukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
Strukturalisme dalam perkembangan ilmu sejarah
 
Ecological anthropology
Ecological anthropologyEcological anthropology
Ecological anthropology
 
Semiotik dan dinamika sosial budaya
Semiotik dan dinamika sosial budayaSemiotik dan dinamika sosial budaya
Semiotik dan dinamika sosial budaya
 
Ideologi dalam pariwara televisi
Ideologi dalam pariwara televisiIdeologi dalam pariwara televisi
Ideologi dalam pariwara televisi
 
Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)
 
Esp developing material final
Esp developing material finalEsp developing material final
Esp developing material final
 
Classroom based assessment finass
Classroom based assessment finassClassroom based assessment finass
Classroom based assessment finass
 
Discourse Analysis of "Dove Campaign"
Discourse Analysis of "Dove Campaign" Discourse Analysis of "Dove Campaign"
Discourse Analysis of "Dove Campaign"
 

karya sastra minangkabau

  • 1. qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghj klzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty ESTETIKA uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg KARYA SASTRA MINAGKABAU “KABA” hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvb OKTARI ANELIYA (2215081412) nmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert 08 DIK A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf 2011 ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcv bnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcv bnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer tyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghj klzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty
  • 2. Sastra Minangkabau: kaba Kaba tergolong dalam bentuk karya sastra lisan Minangkabau yang disampaikan secara lisan dengan didendangkan atau dilagukan didiringi alat musik saluang atau rebab. Cerita kaba mudah didendangkan karena gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa prosa berirama. Pola kalimatnya terdiri atas gatra-gatra dengan jumlah suku kata yang relatif tetap (biasanya delapan atau sepuluh suku kata). Konsistensi jumlah suku kata itulah yang menyebabkan timbulnya irama di dalam bahasa kaba. Cerita kaba adalah cerita rakyat yang hidup dikalangan rakkyat dan disampaikan secara turun- temurun. Karena cerita ini berasal dari rakyat maka banyak kaba yang tidak diketahui siapa pengarangnya atau anonym. Kaba berfungsi sebagai hibura, pelipur lara, nasehat, dan pendidikan moral. Pada umumnya kaba pelipur lara mengisahkan peristiwa menyedihkan namun berakhir dengan kebahagiaan. Kaba yang tergolong dalam cerita pelipur lara yaitu kaba Si Untung Sudah, Kaba Si Umbuik Mudo, Kaba Mangek Manandin, Kaba Malin Demam, dan Kaba Mamak Si Hetong. Selain cerita pelipur lara, kaba juga mengisahkan kepahlawanan atau epos misalnya Kaba Cinduo Mato dan Kaba nan Tungga. 1. Pengelompokan kaba Kaba dapat dekelompokan menjadi dua yaitu kaba lama dan kaba baru. Kaba lama menceritakan kehidupan masyarakat Minagkabau pada jaman dahulu dengan tata kehidupan social budaya lama. Cerita ini terasa kurang hidup dan dirasa kurang logis oleh masyarakat sekarang. Ciri-ciri kaba lama yaitu: • Bercerita tentang kehidupan raja, putra-putri raja dengan berbagai kisah pengembaraan melawan tantangan kehidupan • Para pelaku dalam cerita biasanya memiliki kesaktian untuk menegakkan kebenaran dan kewibawaaannya • Kehidupan sangat dipengaruhi oleh kekuatan gaib dan sakti misalnya percaya akan tukang tenung, kesaktian bebatuan yang dapat mendatangkan semua keinginan yang diminta, kesaktian seseorang untuk menghidupkan orang yang telah mati.
  • 3. Nama tokoh cerita seringkali melambangkan kebesaran dan kekuatannya misalnya Raja Alam Sakti, Gombang Alam, Raja Angek Garang. Nama dan tempat kejadian selalu samar dan tidak jelas. • Ceritanya mngisahkan perebutan kekuasaan antar dua kelompok. Yang termasuk dalam kaba lama antara lain kaba Cindua Mato, kaba Si Untuang Sudah, kaba Si Umbuik Mudo dll. Cirri-ciri kaba baru: • Cerita tentang suka duka kehidupan manusia biasa • Tokoh dengan segala pengetahuan, kekuasaan, dan pengalamannya memperbaiki nasib buruknya. Nasib buruk itu disebabkan oleh kebiasaan jelek dirinya sendiri atau oleh lingkungan. • Masalah yang terdapat dalam cerita ini sudah logis dan diungkapkan dengan konsep ideal yang sesuai dengan keperluan kehidupan yang sebenarnya/realitas. Kepercayaan pada unsur-unsur sakti tidak lagi kelihatan. • Nama tokoh yang digunakan tidak lagi seperti kaba lama. Nama tokoh biasa-biasa saja misalnya untuk wanita disebut Siti dan untuk pria disebut Sutan. Tempat peristiwa dan nama negeri sudah mulai dikenali lokasinya masalnya Padang, Pariaman, Padang Panjang, Bukit Tinggi, Medan, dan Palembang. Yang termasuk Kaba baru antara lain aba Rang Mudo Salendang Dunia, kaba Si Rambun Jalua, kaba Siti Fatimah, dll. 2. Cara penyampaian kaba Pada mulanya kaba hadir dalam bentuk tradisi lisan. Karena adanya pengaruh cerita hikayat, kaba berkembang menjadi cerita pelipur lara yang memberi hiburan. Kaba merupakan salah satu bentuk fiksi yang berbentuk prosa liris, berirama, dan bermatra. Sebagai tradisi lisan, istilah bakaba lebih dikenal. Bakaba berasal dari kata ba (ber) dan kata kaba yang berarti menyampaikan kabar. Dalam bakaba ada tiga unsur penting yaitu:
  • 4. Adanya seseorang yang menyampaikan cerita kaba. Ceritanya dipilih satu dari sekian cerita yang dikuasainya atau tukang kaba dapat menceritakan kisah ciptaannya sendiri. • Cerita disampaikan dengan cara dinyanyikan atau didendangkan. Setiap tukang kaba menguasai sejumlah lagu dan nyanyiannya digilir secara bervariasi sampai cerita selesai. • Adanya bunyi instrument pengiring yang member irama. Instrumen tersebut antara lain rebab, salung, bansi, kecapi, dan korek api. Cerita disampaikan dengan membawa suatu misi atau bobot yang berupa pesan atau amanat. Agar menarik, cerita tersebut dilarutkan kedalam unsure cerita dan musik. Ide, gagasan, dan cara hidup yang dicritakan sesuai dengan aturan adat istiadat Minangkabau. 3. Kaba Siti Fatimah Sinopsis Kaba ini mengisahakan seorang istri bernama Siti Fatimah yang sangat setia kepada suaminya. Siti Fatimah mremiliki suami yang bernama Sutan Karangan, seorang saudagar kaya di Medan dan mereka memiliki anak laki-laki yang bernama Sabirin. Siti Fatimah dan anaknya tinggal di kampung yang bernama Kanpuang Dalam di Bukittinggi, Luhak Agam sedangkan suaminya merantau ke Medan. Hal ini biasa terjadi di minangkabau pada waktu itu. Seorang laki-laki yang telah menikah pergi merantau untuk mencari uang. Siti Fatimah adalah seorang perempuan desa yang sopan, pemalu, taat pada agama, patuh pada suami, dan pandai memasak. Berbeda dengan suaminya yang sudah lama tinggal di kota sehingga tidak begitu mengindahkan lagi adat-istiadat, ia menganggap adat-istiadat kolot dan ia juga tidak ladi mengindahkan ajaran agama. Pada suatu hari Sutan Karangan pulang ke kampung menemui keluarganya, namun ia tidak betaah berlama-lama tinggal di kampung karena situasi dan suasana kampung tidak cocok lagi baginya. Ia menganggap istrinya kolot dan tidak modern.ia membanding-bandingkan istrinya dengan gadis kota, caranya berpakaian, berbicara, bergaul, berjalan, semuanya sangat berbeda dan ketinggalan jaman. Kemudian Sutan Karangan kembali lagi ke Medan.
  • 5. Di medan, Sutan Karangan mulai sibuk lagi dengan dagangannya dan ia mulai melupakan istri dan anaknya. Ia memiliki banyak kenalan perempuan-perempun kota yang berbelanja di tokonya. Salah seorang diantaranya yaitu putri Sunda yang bernama Nilasari. Sutan Karangan jatuh cinta pada Nilasari. Karena pergaulan yang terlalu bebas, Nilasari hamil dan Sutan karangan terpaksa menikahinya. Pernikahan mereka tidak harmonis. Nilasari sangat senang berfoya-foya, ia menghabiskan banyak uang suaminya. Lama-lama Sutan karangan bangkrut bahkan untuk membiayai Nilasari melahirkan tidak bisa lagi ia usahakan. Nilasari meminta cerai dan kembali pada orang tuanya. Ditinggalkannya Sutan Karangan yang hidup terkatung-katung dalam kemiskinan dan banyak hutang. Lain halnya dengan Nilasari, ternyata ia masih banyak penggemarnya. Ia dilamar oleh Amir Hasan, seorang guru dan anak seorang pedagang kaya dan kemudian mereka menikah. Pada suatu hari Sutan karangan melihat mereka berjalan bersama, ditikamnya Amir Hasan hingga mati. Sutan Karangan ditangkap polisi dan dihukum dua tahun penjara dan dibbuang ke Betawi. Di penjara ia mulai insyaf dan menyesali kesalahannya terhadap istri dan anaknya. Setelah lama tinggal di tahanan, ia mengirim surat kepada ibunya menceritakan peristiwa yang dialaminyaselama ini. Hal itu diketahui oleh Siti Fatimah. Siti Fatimah tidak benci kepada suaminya terlebih ia ingin menyelamatkannya. Setelah disetujui oleh keluarganya, Siti Fatimah dan anaknya pergi ke Betawi untuk menjemput suaminya. Di betawi, ia tinggal di rumah pamannya. Di sana ia menunggu suaminya sampai berakhir masa tahanannya. Tak lama Sutan Karangan bebas dari tahanan. Siti Fatimah menjemput suaminya dan mereka akhirnya bertemu. Sutan Karangan menyesali semua kesalahannya dan meminta maaf pada istri dan anaknya. Mereka kemudian perghi ke rumah paman Siti Fatimah untuk tinggal beberapa hari lalu kemudian pulang ke kampung bertemu lagi dengan sanak keluarganya. Sutan karangan tidak lama tinggal di kampung, ia brmaksud memulai hidup baru, brdagang dengan baik dan selalu memperhatikan keluarganya. Ia pergi merantau ke Bangkinang. Di sana ia berhasil dan memulai hidup dengan baik. Ia membeli sebuah rumah untuk tempat tinggal nya bersama istri dan anaknya.ia segera menjemput istri dan anaknya untuk tinggal bersamanya di Bangkinang. Mereka pun hidup bahagia bersama dan rezekinya pun banyak. Cerita kaba itu seperti kebanyakan cerita lain di Minangkabau yang menggugah perasaan pendengar atau pembaca. Saat membaca kaba itu, pembaca merasa tergugah dengan kepedihan yang
  • 6. dirasakan oleh tiap tokoh. Sakitnya hidup terpisah sang suami, menjadikan atau cerita penuh dengan sentuhan-sentuhan perasaan. Luka dan air mata menghiasai kebanyakan cerita-cerita rakyat Minangkabau. Termasuk Kaba Siti Fatimah ini. Tetapi ending cerita yang berakhir bahagia menjadikan cerita seperti mengikuti keinginan pembaca, yang menginginkan tokoh utama tetap memenangkan konflik permasalahan. Dengan berakhir bahagianya cerita ini mengukuhkan bahwa keindahan cerita benar-benar dengan mengolah rasa manusia. Estetika rasa, walaupun sangat subyektif sekali dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain; Pertama subyektifitas diri sendiri. Sensasi hanya dimungkinkan bila fungsi biologis tubuh kita yang berkaitan dengan fungsi sensasi dan persepsi dalam keadaan normal; misalnya mata bisa melihat, hidung bisa mencium, pikiran dalam keadaan normal/perseptif. Mampukah suatu obyek menggairahkan perasaan dalam otak kita sehingga merasa adanya kenikmatan saat berkontak dengan sebuah obyek karya. Kenikmatan yang didapatkan itu menjadikan otak kita mengatakan sesuatu itu indah. Kedua pengaruh dari lingkungan/masyarakat tentang apa yang disebut indah. Antara lain: pendidikan; apa yang ditanamkan dunia pendidikan seseorang tentang keindahan, mungkin merupakan suatu pandangan yang ditekankan terus-menerus dan boleh jadi mengakar pada diri kita, serta metode untuk mengapresiasi suatu obyek juga merupakan suatu metode yang ditekankan secara terus-menerus. Ketiga opini yang berkembang di masyarakat. Kebanyakan melalui media, estetika diperkenalkan sebagai konsensus dalam skala tertentu, apakah regional, kolonial, dan disebarluaskan dengan berbagai cara. Estetika yang merupakan ideal suatu teritorial berbasis tradisi juga dapat memberi pengaruh teramat besar. Berkaitan dengan ketiga hal yang mempengaruhi keindahan tersebut maka dalam Kaba Siti Fatimah, keindahan cerita itu tentulah dipengaruhi oleh diri pembaca sendiri. Karena pada umum masyarakat menyukai hal-hal yang menggugah emosi. Orang-orang akan bersimpati dengan penderitaan, kesedihan, kehilangan, kemalangan, dan kesakitan yang diderita oleh tokoh cerita. Sementara itu berkaitan dengan pendidikan pembaca yang turut mempengaruhi nilai rasa keindahan, pemihakan terhadap orang-orang yang berduka tentu saja dominan di kalangan masyarakat Minangkabau. Norma adat Minangkabau yang mengajarkan untuk saling bersimpati turut mempengaruhi keberpihakan pembaca atas nasib tokoh dalam cerita. Opini masyarakat yang waktu itu masih dipengaruhi oleh hal-hal yang tradisional, semakin mengukuhkan perasaan pembaca untuk menyatakan bahwa karya tersebut adalah sesuatu yang indah untuk dinikmati.
  • 7. Kaba Siti Fatimah yang disertai ratapan dan kisah duka atas kehilangan memperlihatkan dengan jelas bahwa keindahan karya sastra tidak saja atas sesuatu yang bersifar gelamor, huru-hara, dan penuh kemewahan. Keindahan karya sastra bisa juga tercipta dari eksplorasi atas kesedihan yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam cerita. Ratapan dan duka yang dapat dilihat dengan jelas dalam cerita pada setiap peristiwa demi peristiwa. Sama halnya dengan keindahan dalam lukisan, yang indah tidak hanya ketika seorang pelukis melukis seorang perempuan yang cantik menawan atau indahnya bunga-bunga yang sedang bermekaran, tetapi indahnya sebuah lukisan bisa terjadi ketika seorang pelukis melukis seorang petani tua yang memakai baju compang-camping. Indah dalam lukisan bisa juga terjadi ketika pelukis melukiskan kotornya sampah-sampah di jalanan. Dalam karya sastra khususnya kaba yang ada di tengah-tengah masyarakat Minangkabau, keindahanpun tidak hanya dengan mencerita hal-hal yang indah, tetapi keindahan karya juga bisa jadi atas cerita kegetiran hidup manusia, keprihatinan, kepiluan yang mendalam bahkan sesuatu kondisi yang sangat buruk dalam realita bisa jadi menjadi indah setelah menjadi sebuah karya sastra.
  • 8. Daftar pustaka Djamaris, Edwar. 2002. Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Syamsuddin Udin,dkk. 1987. Struktur Kaba Minangkabau. Pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa. Jakarta. http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Minangkabau