SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 14
Baixar para ler offline
RANGKAIAN ARUS
 2                  SEARAH (DC)


2.1 Arus Searah (DC)
Pada rangkaian DC hanya melibatkan arus dan tegangan searah, yaitu arus dan tegangan
yang tidak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaian DC meliputi:
       i) baterai
       ii) hambatan dan
       iii) kawat penghantar
Baterai menghasilkan e.m.f untuk menggerakkan elektron yang akhirnya menghasilkan
aliran listrik. Sebutan “rangkaian” sangat cocok digunakan karena dalam hal ini harus
terjadi suatu lintasan elektron secara lengkap – meninggalkan kutub negatif dan kembali
ke kutub positif. Hambatan kawat penghantar sedemikian kecilnya sehingga dalam
prakteknya harganya dapat diabaikan.
       Bentuk hambatan (resistor) di pasaran sangat bervariasi, berharga mulai 0,1 Ω
sammpai 10 MΩ atau lebih besar lagi. Resistor standar untuk toleransi ± 10 % biasanya
bernilai resistansi kelipatan 10 atau 0,1 dari:


10     12      15      18      22      27         33   39   47     56      68     82


       Sebuah rangkaian yang sangat sederhana terdiri atas sebuah baterai dengan
sebuah resistor ditunjukkan pada gambar 2.1-a. Perhatikan bagaimana kedua elemen
tersebut digambarkan dan bagaimana menunjukkan arah arus (dari kutub positif
melewati resistor menuju kutub negatif).




                                                            Rangkaian Arus Searah (DC) 7
Gambar 2.1 Rangkaian arus searah : a) Pemasangan komponen dan arah arus dan
           b) Penambahan komponen saklar dan hambatan dalam.

       Pada gambar 2.1-b, telah ditambahkan dua komponen lain pada rangkaian, yaitu:
i) Sebuah saklar untuk memutus rangkaian.
ii) Sebuah resistor dengan simbol r (huruf kecil) untuk menunjukkan fakta bahwa
   tegangan baterai cenderung untuk menurun saat arus yang ditarik dari baterai
   tersebut dinaikkan.


Saklar mempunyai dua kondisi:


ON :   Kondisi ini biasa disebut sebagai “hubung singkat” (shot circuit), dimana secara
       ideal mempunyai karakteristik: V = 0 untuk semua harga I (yaitu R = 0)


OFF : Kondisi dimana arus tidak mengalir atau biasa disebut sebagai “rangkaian
       terbuka” (open circuit), secara ideal mempunyai karakteristik: I = 0 untuk
       semua harga V (yaitu R = ∞).


       Untuk menganalisis lebih lanjut, rangkaian di atas perlu dipahami hukum dasar
rangkaian yang disebut hukum Kirchhoff. Terdapat beberapa cara untuk menyatakan
hukum Kirchhoff, kita coba untuk menyatakan supaya mudah diingat:




8 ELEKTRONIKA DASAR
Gambar 2.2 Rangkaian sederhana dengan tiga loop




i) Arus total yang masuk pada suatu titik sambungan/cabang adalah nol (Hukum I,
    disebut KCL – Kirchhoff curent law ).


               ∑i   n   =0                                                       (2.1)


       Arah setiap arus ditunjukkan dengan anak panah, jika arus berharga positif maka
arus mengalir searah dengan anak panah, demikian sebaliknya. Dengan demikian untuk
rangkaian seperti pada gambar 2.2 kita dapat menuliskan:


               ∑i   n   =0
               − I1 + I 2 + I 3 = 0


Tanda negatif pada I 1 menunjukkan bahwa arus keluar dari titik cabang dan jika arus
masuk titik cabang diberi tanda positif.


ii) Pada setiap rangkaian tertutup (loop), jumlah penurunan tegangan adalah nol
    (Hukum II, sering disebut sebagai KVL – Kirchhoff voltage law)


               ∑V   n   =0                                                       (2.2)



                                                           Rangkaian Arus Searah (DC) 9
Pada gambar 2.2 dengan menggunakan KVL kita dapat menuliskan tiga
persamaan , yaitu:


       Untuk loop sebelah kiri       :      − E1 + R3 I 3 + R1 I 1 = 0

       Untuk loop sebelah kanan      :      − E 2 + R2 I 2 + R1 I 1 = 0
       Untuk loop luar               :      − E1 + R3 I 3 − R 2 I 2 + E 2 = 0


       Kembali ke rangkaian pada gambar 2.1, bahwa semua komponen dilewati arus I.
Menurut hukum II berlaku:


               ∑V    n   =0
                                                                                (2.3)
               −E + I r+ I R=0


jadi besarnya arus yang mengalir tersebut adalah


                       E
               I=
                     (R + r )

Kita tertarik pada


               V =I R
                            R                                                   (2.4)
                     =E
                          (R + r )

atau dari persamaan 2.3 diperoleh


               V =E−I r                                                         (2.5)


       Persamaan 2.5 memperlihatkan bahwa tegangan V merupakan hasil penurunan
tegangan akibat adanya beban yang dialiri arus. Simbul r disebut hambatan dalam
baterai. Nampak bahwa V merupakan bagian (fraksi) dari E. Rangkaian semacam ini
biasa disebut sebagai “pembagi tegangan” (akan dibicarakan lebih lanjut).




10 ELEKTRONIKA DASAR
2.2 Resistor dalam Rangkaian Seri dan Paralel
Ini merupakan konsep dasar yang memungkinkan kita secara cepat dapat
menyederhanakan rangkaian yang relatif kompleks.




                 a)




                 b)




             Gambar 2.3 Resistor dalam rangkaian: a) seri dan b) paralel.




       Seperti terlihat pada gambar 2.3-a, pada rangkaian seri semua resistor teraliri
arus yang sama. Jika arus yang mengalir sebesar I, kita mempunyai


               V = I ( R1 + R2 + R3 )
                                                                                (2.6)
               V / I = R = R1 + R2 + R3


Nampak bahwa untuk rangkaian seri, ketiga resistor tersebut dapat digantikan dengan
sebuah resistor tunggal sebesar R.
       Pada rangkaian paralel (gambar 2.3-b), nampak bahwa masing-masing resistor
mendapat tegangan yang sama. Jadi


               I 1 = V / R1
               I 2 = V / R2
               I 3 = V / R3




                                                        Rangkaian Arus Searah (DC) 11
dan
              I = I1 + I 2 + I 3
                        1  1   1 
              V / R =V 
                       R + R + R 
                        1   2   3 


              1   1   1   1
                =   +   +                                                   (2.7)
              R2 R1 R2 R3


atau


              G = G1 + G 2 + G 3                                            (2.8)


dimana G biasa disebut sebagai konduktansi, jadi G = 1/R, dinyatakan dalam satuan
siemen (dengan simbul S atau mho atau Ω-1).




2.3 Pembagi Tegangan (Potential Divider)
Biasanya rangkaian ini digunakan untuk memperoleh tegangan yang diinginkan dari
suatu sumber tegangan yang besar. Gambar 2.4 memperlihatkan bentuk sederhana
rangkaian pembagi tegangan, yaitu diinginkan untuk mendapatkan tegangan keluaran
v o yang merupakan bagian dari tegangan sumber v I dengan memasang dua resistor R1
dan R 2 .




                      Gambar 2.4 Rangkaian pembagi tegangan




12 ELEKTRONIKA DASAR
Nampak bahwa arus i mengalir lewat R1 dan R2, sehingga


               v I = vo + v S                                                 (2.9)

               v S = i R1                                                     (2.10)

               vo = i R2                                                      (2.11)

               v I = i R 2 + i R1                                             (2.12)


Dari persamaan 2.10 dan 2.12 diperoleh


               v o / v S = R 2 / R1                                           (2.13)


       Nampak bahwa tegangan masukan terbagi menjadi dua bagian ( v o , v S ),
masing-masing sebading dengan harga resistor yang dikenai tegangan tersebut. Dari
persamaan 2.11 dan 2.12 kita peroleh


                               R2
               vo = v I ×                                                     (2.14)
                            (R1 + R2 )

       Rangkaian pembagi tegangan adalah sangat penting sebagai dasar untuk
memahami rangkaian DC atau rangkaian elektronika yang melibatkan berbagai
komponen yang lebih rumit.


2.4 Pembagi Tegangan Terbebani
Gambar 2.5 memperlihatkan suatu pembagi tegangan dengan beban terpasang pada
terminal keluarannya, mengambil arus i 0 dan penurunan tegangan sebesar v 0 . Kita

akan mencoba menemukan hubungan antara i 0 dan v 0 .       Jika arus yang mengalir
melalui R1 sebesar i seperti ditunjukkan dalam gambar, maka arus yang mengalir lewat
R2 adalah sebesar i − i 0 . Kita mempunyai


               v I − v0 = i × R1                                              (2.15)




                                                       Rangkaian Arus Searah (DC) 13
Gambar 2.5 Rangkaian pembagi tegangan terbebani.




Tegangan pada ujung-ujung beban adalah


              v 0 = (i − i 0 ) × R 2

              v 0 = i × R2 − i0 × R 2                                    (2.16)


Persamaan 2.15 dan 2.16 dapat dituliskan kembali masing-masing menjadi


              v I × R 2 − v 0 × R 2 = i × R1 × R 2
dan
              v 0 × R1 + i0 × R1 × R 2 = i × R1 × R 2


dari keduanya diperoleh


              v I × R 2 − v 0 × R 2 = v 0 × R1 + i 0 × R1 × R 2
atau
              v 0 × (R1 + R 2 ) = v I × R 2 − i 0 × R1 × R 2
atau
                              R2            R1 × R 2
              v0 = v I ×              − i0
                           (R1 + R2 )      (R1 + R 2 )



14 ELEKTRONIKA DASAR
v 0 = v 0 / C − i 0 × RP                                           (2.17)


dimana v 0 / C adalah besarnya tegangan v 0 tanpa adanya beban, yaitu saat i 0 = 0 , dan
harga ini disebut sebagai tegangan keluaran saat rangkaian terbuka (open-circuit output
voltage) sebesar


                                    R2
                v0 / C = v I ×                                                     (2.18)
                                 (R1 + R 2 )
dengan
                        R1 × R 2
                RP =                                                               (2.19)
                       (R1 + R 2)

disebut sebagai “rsistansi sumber”, dimana harganya sama dengan resistansi R1 dan
R 2 yang dihubungkan secara paralel.
         Harga v 0 / C atau RP tergantung pada sifat dari beban, sehingga efek v 0 akibat
besarnya beban dapat dengan mudah dihitung dengan menggunakan penyederhanaan
rangkaian seperti terlihat pada gambar 2.6.




                Gambar 2.6 Penyederhanaan rangkaian pembagi tegangan




         Suatu contoh sederhana misalkan beban yang terpasang adalah berupa
hambatan sebesar R L , maka tegangan keluaran mengikuti persamaan pembagi tegangan
yaitu sebesar




                                                          Rangkaian Arus Searah (DC) 15
RL
              v0 = v0 / C ×
                                R L + RP


dimana v 0 / C dan RP masing-masing mengikuti persamaan 2.18 dan 2.19.


2.5 Pembagi Arus (Current Divider)
Rangkaian pembagi arus tidaklah sepenting rangkaian pembagi tegangan, namun perlu
dipahami utamannya saat kita menghubungkan alat ukur arus secara paralel.




                               Gambar 2.7 Rangkaian pembagi arus




Pada gambar 2.7 nampak bahwa v diambil dari resistor R1 dan R 2 , jelas bahwa


              i I = i0 + i S                                                    (2.20)

              i S = v / R1                                                      (2.21)

              i0 = v / R2                                                       (2.22)

                      v   v
              iI =      +                                                       (2.23)
                     R 2 R1

Dari persamaan 2.21 dan 2.22 diperoleh


              i 0 R1
                 =                                                              (2.24)
              i S R2



16 ELEKTRONIKA DASAR
atau
               i0       G2
                    =                                                                  (2.25)
               iS       G1


dimana G = 1 / R = konduktasi.
       Persamaan 2.25 menunjukkan bahwa arus masukan terbagi menjadi dua bagian
( i 0 dan i S ), masing-masing sebanding dengan besarnya harga konduktansi yang
dilewati arus tersebut. Dari persamaan 2.22 dan 2.23 diperoleh


               i0 = v / R2

                      i       1     
               i 0 =  I             
                      R 2  G1 + G 2 
                              G2
               i0 = i I ×                                                              (2.26)
                            G1 + G 2
Jadi arus keluaran i 0 merupakan bagian (fraksi) dari arus masukan.


2.6 Teorema Thevenin
Kembali pada pembahasan pembagi tegangan yang terbebani, hasil yang diperoleh dari
penyederhanaan rangkaian merupakan salah satu kasus dari teorema Thevenin. Secara
singkat teorema Thevenin dapat dikatakan sebagai berikut.


           “Jika suatu kumpulan rangkaian sumber tegangan dan
           resistor dihubungkan dengan dua terminal keluaran, maka
           rangkaian         tersebut      dapat   digantikan    dengan    sebuah
           rangkaian seri dari sebuah sumber tegangan rangkaian
           terbuka v 0 / C dan sebuah resistor RP ”


       Gambar 2.8 menunjukkan suatu jaringan rangkaian yang akan dihubungkan
dengan sebuah beban R L . Kombinasi seri v 0 / C dan RP pada gambar 2.8-d merupakan
rangkaian ekivalen/setara Thevenin.




                                                                Rangkaian Arus Searah (DC) 17
Gambar 2.8 Skema terbentuknya rangkaian setara Thevenin




       Ada beberapa kondisi ekstrem dari rangkaian pada gambar 2.8, seperti misalnya
saat R L = ∞ dan R L = 0 .        Harga R L = ∞ berada pada kondisi rangkaian terbuka,
seolah-olah R L dilepas dari terminal keluaran, dengan demikian diperoleh tegangan
rangkaian terbuka sebesar V0 / C (lihat gambar 2.8-b).     Saat R L = 0 (gambar 2.8-c)
berarti rangkaian berada pada kondisi hubung singkat (kedua ujung terminal terhubung
langsung) dengan arus hubung singkat I S / C sebesar


                         V0 / C
               IS /C =                                                          (2.27)
                          RP




18 ELEKTRONIKA DASAR
Pada beberapa rangkaian, perhitungan V0 / C ataupun I S / C kemungkinan sangat
sulit untuk dilakukan. Langkah yang paling mudah adalah dengan menghitung harga
RP (harga resistansi yang dilihat dari kedua ujung terminal keluaran). Dalam hal ini
RP dihitung dengan melihat seolah-olah tidak ada sumber tegangan.


2.7 Teorema Norton
Teorema ini merupakan suatu pendekatan analisa rangkaian yang secara singkat dapat
dikatakan sebagai berikut.


           “Jika suatu kumpulan rangkaian sumber tegangan dan
           resistor dihubungkan dengan dua terminal keluaran, maka
           rangkaian     tersebut   dapat   digantikan    dengan    sebuah
           rangkaian paralel dari sebuah sumber arus rangkaian
           hubung singkat I N dan sebuah konduktansi G N ”




               Gambar 2.9 Skema terbentuknya rangkaian setara Norton




                                                         Rangkaian Arus Searah (DC) 19
Pada gambar 2.9, rangkaian setara Norton digambarkan dengan kombinasi
paralel antara sebuah sumber arus I N dan sebuah konduktan G N (lihat gambar 2.9-d).

Jika rangkaian ini akan dibebani dengan sebuah beban konduktan G L , maka ada dua
harga ekstrem yaitu G L = ∞ dan G L = 0 . Harga G L = ∞ (atau R L = 0 ) berada pada

kondisi hubung singkat dan arus hubung singkat I S / C sama dengan I N . Sedangkan

harga G L = 0 (atau R L = ∞ ) berada pada kondisi rangkaian terbuka, dimana terlihat
bahwa V0 / C merupakan tegangan rangkaian terbuka. Dengan demikian untuk rangkaian
setara Norton berlaku


                                              IN
                I N = IS /C     dan   GN =                                    (2.28)
                                             V0 / C




Soal Latihan
Perhatikan rangkaian berikut:




   i)       Dengan menggunakan teorema Thevenin, tentukan arus yang mengalir pada
            resistor 3 ohm.
   ii)      Dengan menggunakan teorema Norton, tentukan arus yang mengalir pada
            resistor 3 ohm.




20 ELEKTRONIKA DASAR

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Bab 10 elektronika daya
Bab 10   elektronika dayaBab 10   elektronika daya
Bab 10 elektronika daya
Eko Supriyadi
 
Materi s-parameter
Materi s-parameterMateri s-parameter
Materi s-parameter
ampas03
 
8. Rangkaian Pra-Tegangan Transistor
8. Rangkaian Pra-Tegangan Transistor8. Rangkaian Pra-Tegangan Transistor
8. Rangkaian Pra-Tegangan Transistor
baehaqi alanawa
 
Catu Daya dan Rangkaian Penyearah Gelombang
Catu Daya dan Rangkaian Penyearah GelombangCatu Daya dan Rangkaian Penyearah Gelombang
Catu Daya dan Rangkaian Penyearah Gelombang
Materi Kuliah Online
 
Penuntun praktikum e lka 2 uin
Penuntun praktikum e lka 2 uinPenuntun praktikum e lka 2 uin
Penuntun praktikum e lka 2 uin
Syihab Ikbal
 
Presentasi rangkaian dioda penyearah
Presentasi rangkaian dioda penyearahPresentasi rangkaian dioda penyearah
Presentasi rangkaian dioda penyearah
David Suban Koten
 
Penyearah Satu Fasa Tidak terkontrol
Penyearah Satu Fasa Tidak terkontrolPenyearah Satu Fasa Tidak terkontrol
Penyearah Satu Fasa Tidak terkontrol
Univ of Jember
 

Mais procurados (20)

Elektronika analog 1_ch2_latihan
Elektronika analog 1_ch2_latihanElektronika analog 1_ch2_latihan
Elektronika analog 1_ch2_latihan
 
Bab 10 elektronika daya
Bab 10   elektronika dayaBab 10   elektronika daya
Bab 10 elektronika daya
 
Presentation elektronika dasar
Presentation elektronika dasarPresentation elektronika dasar
Presentation elektronika dasar
 
Dioda
DiodaDioda
Dioda
 
Materi s-parameter
Materi s-parameterMateri s-parameter
Materi s-parameter
 
Unit 6 penyearah gelombang
Unit 6 penyearah gelombangUnit 6 penyearah gelombang
Unit 6 penyearah gelombang
 
8. Rangkaian Pra-Tegangan Transistor
8. Rangkaian Pra-Tegangan Transistor8. Rangkaian Pra-Tegangan Transistor
8. Rangkaian Pra-Tegangan Transistor
 
Catu Daya dan Rangkaian Penyearah Gelombang
Catu Daya dan Rangkaian Penyearah GelombangCatu Daya dan Rangkaian Penyearah Gelombang
Catu Daya dan Rangkaian Penyearah Gelombang
 
Laporan praktikum Penyearah Gelombang
Laporan praktikum Penyearah GelombangLaporan praktikum Penyearah Gelombang
Laporan praktikum Penyearah Gelombang
 
Dioda
DiodaDioda
Dioda
 
Bab 13 penguat transistor
Bab 13 penguat transistorBab 13 penguat transistor
Bab 13 penguat transistor
 
Penuntun praktikum e lka 2 uin
Penuntun praktikum e lka 2 uinPenuntun praktikum e lka 2 uin
Penuntun praktikum e lka 2 uin
 
Gambar less
Gambar lessGambar less
Gambar less
 
Presentasi rangkaian dioda penyearah
Presentasi rangkaian dioda penyearahPresentasi rangkaian dioda penyearah
Presentasi rangkaian dioda penyearah
 
Mosfet
MosfetMosfet
Mosfet
 
Laporan praktikum Elektronika Daya Bab Penyearah gelombang penuh sistem jemba...
Laporan praktikum Elektronika Daya Bab Penyearah gelombang penuh sistem jemba...Laporan praktikum Elektronika Daya Bab Penyearah gelombang penuh sistem jemba...
Laporan praktikum Elektronika Daya Bab Penyearah gelombang penuh sistem jemba...
 
Pertemuan 31
Pertemuan 31Pertemuan 31
Pertemuan 31
 
Penyearah Satu Fasa Tidak terkontrol
Penyearah Satu Fasa Tidak terkontrolPenyearah Satu Fasa Tidak terkontrol
Penyearah Satu Fasa Tidak terkontrol
 
Dioda tunel
Dioda tunelDioda tunel
Dioda tunel
 
Penyearah Gelombang Penuh
Penyearah Gelombang PenuhPenyearah Gelombang Penuh
Penyearah Gelombang Penuh
 

Destaque

Thong bao thi tuyen chuc danh 2015
Thong bao thi tuyen chuc danh 2015Thong bao thi tuyen chuc danh 2015
Thong bao thi tuyen chuc danh 2015
tuyencongchuc
 
Cary Nadler, Phd.
Cary Nadler, Phd.Cary Nadler, Phd.
Cary Nadler, Phd.
rearden638
 
Normas internacionales de ecologia
Normas internacionales de ecologiaNormas internacionales de ecologia
Normas internacionales de ecologia
itzyavila
 
Katerina Yushina "Precious moments" The Best Email Of The Year
Katerina Yushina "Precious moments" The Best Email Of The YearKaterina Yushina "Precious moments" The Best Email Of The Year
Katerina Yushina "Precious moments" The Best Email Of The Year
publicspeakingclub
 
Lo sviluppo della relazione e della comunicazione v
Lo sviluppo della relazione e della comunicazione vLo sviluppo della relazione e della comunicazione v
Lo sviluppo della relazione e della comunicazione v
imartini
 

Destaque (16)

PP GGL INDUKSI DAN ARUS LISTRIK BOLAK BALIK
PP GGL INDUKSI DAN ARUS LISTRIK BOLAK BALIKPP GGL INDUKSI DAN ARUS LISTRIK BOLAK BALIK
PP GGL INDUKSI DAN ARUS LISTRIK BOLAK BALIK
 
One Pager Presentación Comercial Aeesa 2016
One Pager Presentación Comercial Aeesa 2016One Pager Presentación Comercial Aeesa 2016
One Pager Presentación Comercial Aeesa 2016
 
This is it
This is it This is it
This is it
 
Thong bao thi tuyen chuc danh 2015
Thong bao thi tuyen chuc danh 2015Thong bao thi tuyen chuc danh 2015
Thong bao thi tuyen chuc danh 2015
 
Cary Nadler, Phd.
Cary Nadler, Phd.Cary Nadler, Phd.
Cary Nadler, Phd.
 
Проект відкриття тепличного господарства
Проект відкриття тепличного господарства Проект відкриття тепличного господарства
Проект відкриття тепличного господарства
 
Focus Groups, Citizens’ Juries and Open Space method: Innovative tools of pub...
Focus Groups, Citizens’ Juries and Open Space method: Innovative tools of pub...Focus Groups, Citizens’ Juries and Open Space method: Innovative tools of pub...
Focus Groups, Citizens’ Juries and Open Space method: Innovative tools of pub...
 
«Добрая точка»
«Добрая точка»«Добрая точка»
«Добрая точка»
 
Normas internacionales de ecologia
Normas internacionales de ecologiaNormas internacionales de ecologia
Normas internacionales de ecologia
 
Katerina Yushina "Precious moments" The Best Email Of The Year
Katerina Yushina "Precious moments" The Best Email Of The YearKaterina Yushina "Precious moments" The Best Email Of The Year
Katerina Yushina "Precious moments" The Best Email Of The Year
 
Normas apa
Normas apaNormas apa
Normas apa
 
Diseño relacional
Diseño relacionalDiseño relacional
Diseño relacional
 
Translation #9 cello poem no.3 (chinese and malay)
Translation #9 cello poem no.3 (chinese and malay)Translation #9 cello poem no.3 (chinese and malay)
Translation #9 cello poem no.3 (chinese and malay)
 
Traffic Cone Marketing - Marketing for Restaurants PowerPoint
Traffic Cone Marketing - Marketing for Restaurants PowerPointTraffic Cone Marketing - Marketing for Restaurants PowerPoint
Traffic Cone Marketing - Marketing for Restaurants PowerPoint
 
Lo sviluppo della relazione e della comunicazione v
Lo sviluppo della relazione e della comunicazione vLo sviluppo della relazione e della comunicazione v
Lo sviluppo della relazione e della comunicazione v
 
Три кита систем контроля и учета электроэнергии
Три кита систем контроля и учета электроэнергииТри кита систем контроля и учета электроэнергии
Три кита систем контроля и учета электроэнергии
 

Semelhante a Rangkaian Arus Searah

Makalah elektronika analog
Makalah elektronika analogMakalah elektronika analog
Makalah elektronika analog
Nur Aoliya
 
pembagi tegangan dan arus
pembagi tegangan dan aruspembagi tegangan dan arus
pembagi tegangan dan arus
vioai
 
2. rangakaian dasar listrik
2. rangakaian dasar listrik2. rangakaian dasar listrik
2. rangakaian dasar listrik
Syihab Ikbal
 
Bab ii 1_aplikasirangkaian
Bab ii 1_aplikasirangkaianBab ii 1_aplikasirangkaian
Bab ii 1_aplikasirangkaian
bayu dewangga
 

Semelhante a Rangkaian Arus Searah (20)

Konsep dasar-listrik-c
Konsep dasar-listrik-cKonsep dasar-listrik-c
Konsep dasar-listrik-c
 
10 seridanparalel
10 seridanparalel10 seridanparalel
10 seridanparalel
 
Elektronika analog 1_ch2
Elektronika analog 1_ch2Elektronika analog 1_ch2
Elektronika analog 1_ch2
 
Dioda rectifier
Dioda rectifierDioda rectifier
Dioda rectifier
 
rangkaian thevenin
rangkaian theveninrangkaian thevenin
rangkaian thevenin
 
Acara 2 ikb
Acara 2 ikbAcara 2 ikb
Acara 2 ikb
 
Makalah elektronika analog
Makalah elektronika analogMakalah elektronika analog
Makalah elektronika analog
 
sak.pptx
sak.pptxsak.pptx
sak.pptx
 
pembagi tegangan dan arus
pembagi tegangan dan aruspembagi tegangan dan arus
pembagi tegangan dan arus
 
Bahan Ajar Elektronika Daya Penyearah Daya.pdf
Bahan Ajar Elektronika Daya Penyearah Daya.pdfBahan Ajar Elektronika Daya Penyearah Daya.pdf
Bahan Ajar Elektronika Daya Penyearah Daya.pdf
 
Rangkaian resistor, hukum ohm.ppt
Rangkaian resistor, hukum ohm.pptRangkaian resistor, hukum ohm.ppt
Rangkaian resistor, hukum ohm.ppt
 
Catu daya
Catu dayaCatu daya
Catu daya
 
Resume 5
Resume 5Resume 5
Resume 5
 
2. rangakaian dasar listrik
2. rangakaian dasar listrik2. rangakaian dasar listrik
2. rangakaian dasar listrik
 
Job 2
Job 2Job 2
Job 2
 
ELEKTRONIKA DAYA GHEA.docx
ELEKTRONIKA DAYA GHEA.docxELEKTRONIKA DAYA GHEA.docx
ELEKTRONIKA DAYA GHEA.docx
 
Bab ii 1_aplikasirangkaian
Bab ii 1_aplikasirangkaianBab ii 1_aplikasirangkaian
Bab ii 1_aplikasirangkaian
 
Rangkaian_Listrik_I_Teorema_Thevenin_dan.docx
Rangkaian_Listrik_I_Teorema_Thevenin_dan.docxRangkaian_Listrik_I_Teorema_Thevenin_dan.docx
Rangkaian_Listrik_I_Teorema_Thevenin_dan.docx
 
Teori Dasar Listrik by Kuat Indartono, S.T. POLDA
Teori Dasar Listrik by Kuat Indartono, S.T. POLDATeori Dasar Listrik by Kuat Indartono, S.T. POLDA
Teori Dasar Listrik by Kuat Indartono, S.T. POLDA
 
Listrik dinamis
Listrik dinamisListrik dinamis
Listrik dinamis
 

Mais de Syihab Ikbal

Tp zener follower 2
Tp zener follower 2Tp zener follower 2
Tp zener follower 2
Syihab Ikbal
 
Tp zener follower 2
Tp zener follower 2Tp zener follower 2
Tp zener follower 2
Syihab Ikbal
 
Dioda Semikonduktor
Dioda SemikonduktorDioda Semikonduktor
Dioda Semikonduktor
Syihab Ikbal
 
Bab 6-bahan-semikonduktor
Bab 6-bahan-semikonduktorBab 6-bahan-semikonduktor
Bab 6-bahan-semikonduktor
Syihab Ikbal
 
Kapasitor, Induktor, dan Rangkain AC
Kapasitor, Induktor, dan Rangkain ACKapasitor, Induktor, dan Rangkain AC
Kapasitor, Induktor, dan Rangkain AC
Syihab Ikbal
 
Arus dan tegangan Listrik
Arus dan tegangan ListrikArus dan tegangan Listrik
Arus dan tegangan Listrik
Syihab Ikbal
 
Eksperimen Elektronika
Eksperimen ElektronikaEksperimen Elektronika
Eksperimen Elektronika
Syihab Ikbal
 
8. karakteristik dioda
8. karakteristik dioda8. karakteristik dioda
8. karakteristik dioda
Syihab Ikbal
 
7. rangkaian penapis rc
7. rangkaian penapis rc7. rangkaian penapis rc
7. rangkaian penapis rc
Syihab Ikbal
 
Pedoman praktikum fisika dasar
Pedoman   praktikum   fisika   dasarPedoman   praktikum   fisika   dasar
Pedoman praktikum fisika dasar
Syihab Ikbal
 
6. rangkaian arus bolak balik
6. rangkaian arus bolak balik6. rangkaian arus bolak balik
6. rangkaian arus bolak balik
Syihab Ikbal
 
4. rangkian ekivalen
4. rangkian ekivalen4. rangkian ekivalen
4. rangkian ekivalen
Syihab Ikbal
 
5. pengisian dan pengosongan kapasitor
5. pengisian dan pengosongan kapasitor5. pengisian dan pengosongan kapasitor
5. pengisian dan pengosongan kapasitor
Syihab Ikbal
 
3. kesalahan pada pengukuran tegangan
3. kesalahan pada pengukuran tegangan3. kesalahan pada pengukuran tegangan
3. kesalahan pada pengukuran tegangan
Syihab Ikbal
 
1. pengenalan dan pengetesan komp. elka
1. pengenalan dan pengetesan komp. elka1. pengenalan dan pengetesan komp. elka
1. pengenalan dan pengetesan komp. elka
Syihab Ikbal
 
Contoh format laporan
Contoh format laporanContoh format laporan
Contoh format laporan
Syihab Ikbal
 

Mais de Syihab Ikbal (17)

Tp zener follower 2
Tp zener follower 2Tp zener follower 2
Tp zener follower 2
 
Tp zener follower 2
Tp zener follower 2Tp zener follower 2
Tp zener follower 2
 
Dioda Semikonduktor
Dioda SemikonduktorDioda Semikonduktor
Dioda Semikonduktor
 
Bab 6-bahan-semikonduktor
Bab 6-bahan-semikonduktorBab 6-bahan-semikonduktor
Bab 6-bahan-semikonduktor
 
Kapasitor, Induktor, dan Rangkain AC
Kapasitor, Induktor, dan Rangkain ACKapasitor, Induktor, dan Rangkain AC
Kapasitor, Induktor, dan Rangkain AC
 
Alat Ukur Listrik
Alat Ukur ListrikAlat Ukur Listrik
Alat Ukur Listrik
 
Arus dan tegangan Listrik
Arus dan tegangan ListrikArus dan tegangan Listrik
Arus dan tegangan Listrik
 
Eksperimen Elektronika
Eksperimen ElektronikaEksperimen Elektronika
Eksperimen Elektronika
 
8. karakteristik dioda
8. karakteristik dioda8. karakteristik dioda
8. karakteristik dioda
 
7. rangkaian penapis rc
7. rangkaian penapis rc7. rangkaian penapis rc
7. rangkaian penapis rc
 
Pedoman praktikum fisika dasar
Pedoman   praktikum   fisika   dasarPedoman   praktikum   fisika   dasar
Pedoman praktikum fisika dasar
 
6. rangkaian arus bolak balik
6. rangkaian arus bolak balik6. rangkaian arus bolak balik
6. rangkaian arus bolak balik
 
4. rangkian ekivalen
4. rangkian ekivalen4. rangkian ekivalen
4. rangkian ekivalen
 
5. pengisian dan pengosongan kapasitor
5. pengisian dan pengosongan kapasitor5. pengisian dan pengosongan kapasitor
5. pengisian dan pengosongan kapasitor
 
3. kesalahan pada pengukuran tegangan
3. kesalahan pada pengukuran tegangan3. kesalahan pada pengukuran tegangan
3. kesalahan pada pengukuran tegangan
 
1. pengenalan dan pengetesan komp. elka
1. pengenalan dan pengetesan komp. elka1. pengenalan dan pengetesan komp. elka
1. pengenalan dan pengetesan komp. elka
 
Contoh format laporan
Contoh format laporanContoh format laporan
Contoh format laporan
 

Último

.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
furqanridha
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
MaskuratulMunawaroh
 

Último (20)

PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

Rangkaian Arus Searah

  • 1. RANGKAIAN ARUS 2 SEARAH (DC) 2.1 Arus Searah (DC) Pada rangkaian DC hanya melibatkan arus dan tegangan searah, yaitu arus dan tegangan yang tidak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaian DC meliputi: i) baterai ii) hambatan dan iii) kawat penghantar Baterai menghasilkan e.m.f untuk menggerakkan elektron yang akhirnya menghasilkan aliran listrik. Sebutan “rangkaian” sangat cocok digunakan karena dalam hal ini harus terjadi suatu lintasan elektron secara lengkap – meninggalkan kutub negatif dan kembali ke kutub positif. Hambatan kawat penghantar sedemikian kecilnya sehingga dalam prakteknya harganya dapat diabaikan. Bentuk hambatan (resistor) di pasaran sangat bervariasi, berharga mulai 0,1 Ω sammpai 10 MΩ atau lebih besar lagi. Resistor standar untuk toleransi ± 10 % biasanya bernilai resistansi kelipatan 10 atau 0,1 dari: 10 12 15 18 22 27 33 39 47 56 68 82 Sebuah rangkaian yang sangat sederhana terdiri atas sebuah baterai dengan sebuah resistor ditunjukkan pada gambar 2.1-a. Perhatikan bagaimana kedua elemen tersebut digambarkan dan bagaimana menunjukkan arah arus (dari kutub positif melewati resistor menuju kutub negatif). Rangkaian Arus Searah (DC) 7
  • 2. Gambar 2.1 Rangkaian arus searah : a) Pemasangan komponen dan arah arus dan b) Penambahan komponen saklar dan hambatan dalam. Pada gambar 2.1-b, telah ditambahkan dua komponen lain pada rangkaian, yaitu: i) Sebuah saklar untuk memutus rangkaian. ii) Sebuah resistor dengan simbol r (huruf kecil) untuk menunjukkan fakta bahwa tegangan baterai cenderung untuk menurun saat arus yang ditarik dari baterai tersebut dinaikkan. Saklar mempunyai dua kondisi: ON : Kondisi ini biasa disebut sebagai “hubung singkat” (shot circuit), dimana secara ideal mempunyai karakteristik: V = 0 untuk semua harga I (yaitu R = 0) OFF : Kondisi dimana arus tidak mengalir atau biasa disebut sebagai “rangkaian terbuka” (open circuit), secara ideal mempunyai karakteristik: I = 0 untuk semua harga V (yaitu R = ∞). Untuk menganalisis lebih lanjut, rangkaian di atas perlu dipahami hukum dasar rangkaian yang disebut hukum Kirchhoff. Terdapat beberapa cara untuk menyatakan hukum Kirchhoff, kita coba untuk menyatakan supaya mudah diingat: 8 ELEKTRONIKA DASAR
  • 3. Gambar 2.2 Rangkaian sederhana dengan tiga loop i) Arus total yang masuk pada suatu titik sambungan/cabang adalah nol (Hukum I, disebut KCL – Kirchhoff curent law ). ∑i n =0 (2.1) Arah setiap arus ditunjukkan dengan anak panah, jika arus berharga positif maka arus mengalir searah dengan anak panah, demikian sebaliknya. Dengan demikian untuk rangkaian seperti pada gambar 2.2 kita dapat menuliskan: ∑i n =0 − I1 + I 2 + I 3 = 0 Tanda negatif pada I 1 menunjukkan bahwa arus keluar dari titik cabang dan jika arus masuk titik cabang diberi tanda positif. ii) Pada setiap rangkaian tertutup (loop), jumlah penurunan tegangan adalah nol (Hukum II, sering disebut sebagai KVL – Kirchhoff voltage law) ∑V n =0 (2.2) Rangkaian Arus Searah (DC) 9
  • 4. Pada gambar 2.2 dengan menggunakan KVL kita dapat menuliskan tiga persamaan , yaitu: Untuk loop sebelah kiri : − E1 + R3 I 3 + R1 I 1 = 0 Untuk loop sebelah kanan : − E 2 + R2 I 2 + R1 I 1 = 0 Untuk loop luar : − E1 + R3 I 3 − R 2 I 2 + E 2 = 0 Kembali ke rangkaian pada gambar 2.1, bahwa semua komponen dilewati arus I. Menurut hukum II berlaku: ∑V n =0 (2.3) −E + I r+ I R=0 jadi besarnya arus yang mengalir tersebut adalah E I= (R + r ) Kita tertarik pada V =I R R (2.4) =E (R + r ) atau dari persamaan 2.3 diperoleh V =E−I r (2.5) Persamaan 2.5 memperlihatkan bahwa tegangan V merupakan hasil penurunan tegangan akibat adanya beban yang dialiri arus. Simbul r disebut hambatan dalam baterai. Nampak bahwa V merupakan bagian (fraksi) dari E. Rangkaian semacam ini biasa disebut sebagai “pembagi tegangan” (akan dibicarakan lebih lanjut). 10 ELEKTRONIKA DASAR
  • 5. 2.2 Resistor dalam Rangkaian Seri dan Paralel Ini merupakan konsep dasar yang memungkinkan kita secara cepat dapat menyederhanakan rangkaian yang relatif kompleks. a) b) Gambar 2.3 Resistor dalam rangkaian: a) seri dan b) paralel. Seperti terlihat pada gambar 2.3-a, pada rangkaian seri semua resistor teraliri arus yang sama. Jika arus yang mengalir sebesar I, kita mempunyai V = I ( R1 + R2 + R3 ) (2.6) V / I = R = R1 + R2 + R3 Nampak bahwa untuk rangkaian seri, ketiga resistor tersebut dapat digantikan dengan sebuah resistor tunggal sebesar R. Pada rangkaian paralel (gambar 2.3-b), nampak bahwa masing-masing resistor mendapat tegangan yang sama. Jadi I 1 = V / R1 I 2 = V / R2 I 3 = V / R3 Rangkaian Arus Searah (DC) 11
  • 6. dan I = I1 + I 2 + I 3  1 1 1  V / R =V  R + R + R   1 2 3  1 1 1 1 = + + (2.7) R2 R1 R2 R3 atau G = G1 + G 2 + G 3 (2.8) dimana G biasa disebut sebagai konduktansi, jadi G = 1/R, dinyatakan dalam satuan siemen (dengan simbul S atau mho atau Ω-1). 2.3 Pembagi Tegangan (Potential Divider) Biasanya rangkaian ini digunakan untuk memperoleh tegangan yang diinginkan dari suatu sumber tegangan yang besar. Gambar 2.4 memperlihatkan bentuk sederhana rangkaian pembagi tegangan, yaitu diinginkan untuk mendapatkan tegangan keluaran v o yang merupakan bagian dari tegangan sumber v I dengan memasang dua resistor R1 dan R 2 . Gambar 2.4 Rangkaian pembagi tegangan 12 ELEKTRONIKA DASAR
  • 7. Nampak bahwa arus i mengalir lewat R1 dan R2, sehingga v I = vo + v S (2.9) v S = i R1 (2.10) vo = i R2 (2.11) v I = i R 2 + i R1 (2.12) Dari persamaan 2.10 dan 2.12 diperoleh v o / v S = R 2 / R1 (2.13) Nampak bahwa tegangan masukan terbagi menjadi dua bagian ( v o , v S ), masing-masing sebading dengan harga resistor yang dikenai tegangan tersebut. Dari persamaan 2.11 dan 2.12 kita peroleh R2 vo = v I × (2.14) (R1 + R2 ) Rangkaian pembagi tegangan adalah sangat penting sebagai dasar untuk memahami rangkaian DC atau rangkaian elektronika yang melibatkan berbagai komponen yang lebih rumit. 2.4 Pembagi Tegangan Terbebani Gambar 2.5 memperlihatkan suatu pembagi tegangan dengan beban terpasang pada terminal keluarannya, mengambil arus i 0 dan penurunan tegangan sebesar v 0 . Kita akan mencoba menemukan hubungan antara i 0 dan v 0 . Jika arus yang mengalir melalui R1 sebesar i seperti ditunjukkan dalam gambar, maka arus yang mengalir lewat R2 adalah sebesar i − i 0 . Kita mempunyai v I − v0 = i × R1 (2.15) Rangkaian Arus Searah (DC) 13
  • 8. Gambar 2.5 Rangkaian pembagi tegangan terbebani. Tegangan pada ujung-ujung beban adalah v 0 = (i − i 0 ) × R 2 v 0 = i × R2 − i0 × R 2 (2.16) Persamaan 2.15 dan 2.16 dapat dituliskan kembali masing-masing menjadi v I × R 2 − v 0 × R 2 = i × R1 × R 2 dan v 0 × R1 + i0 × R1 × R 2 = i × R1 × R 2 dari keduanya diperoleh v I × R 2 − v 0 × R 2 = v 0 × R1 + i 0 × R1 × R 2 atau v 0 × (R1 + R 2 ) = v I × R 2 − i 0 × R1 × R 2 atau R2 R1 × R 2 v0 = v I × − i0 (R1 + R2 ) (R1 + R 2 ) 14 ELEKTRONIKA DASAR
  • 9. v 0 = v 0 / C − i 0 × RP (2.17) dimana v 0 / C adalah besarnya tegangan v 0 tanpa adanya beban, yaitu saat i 0 = 0 , dan harga ini disebut sebagai tegangan keluaran saat rangkaian terbuka (open-circuit output voltage) sebesar R2 v0 / C = v I × (2.18) (R1 + R 2 ) dengan R1 × R 2 RP = (2.19) (R1 + R 2) disebut sebagai “rsistansi sumber”, dimana harganya sama dengan resistansi R1 dan R 2 yang dihubungkan secara paralel. Harga v 0 / C atau RP tergantung pada sifat dari beban, sehingga efek v 0 akibat besarnya beban dapat dengan mudah dihitung dengan menggunakan penyederhanaan rangkaian seperti terlihat pada gambar 2.6. Gambar 2.6 Penyederhanaan rangkaian pembagi tegangan Suatu contoh sederhana misalkan beban yang terpasang adalah berupa hambatan sebesar R L , maka tegangan keluaran mengikuti persamaan pembagi tegangan yaitu sebesar Rangkaian Arus Searah (DC) 15
  • 10. RL v0 = v0 / C × R L + RP dimana v 0 / C dan RP masing-masing mengikuti persamaan 2.18 dan 2.19. 2.5 Pembagi Arus (Current Divider) Rangkaian pembagi arus tidaklah sepenting rangkaian pembagi tegangan, namun perlu dipahami utamannya saat kita menghubungkan alat ukur arus secara paralel. Gambar 2.7 Rangkaian pembagi arus Pada gambar 2.7 nampak bahwa v diambil dari resistor R1 dan R 2 , jelas bahwa i I = i0 + i S (2.20) i S = v / R1 (2.21) i0 = v / R2 (2.22) v v iI = + (2.23) R 2 R1 Dari persamaan 2.21 dan 2.22 diperoleh i 0 R1 = (2.24) i S R2 16 ELEKTRONIKA DASAR
  • 11. atau i0 G2 = (2.25) iS G1 dimana G = 1 / R = konduktasi. Persamaan 2.25 menunjukkan bahwa arus masukan terbagi menjadi dua bagian ( i 0 dan i S ), masing-masing sebanding dengan besarnya harga konduktansi yang dilewati arus tersebut. Dari persamaan 2.22 dan 2.23 diperoleh i0 = v / R2  i  1  i 0 =  I    R 2  G1 + G 2  G2 i0 = i I × (2.26) G1 + G 2 Jadi arus keluaran i 0 merupakan bagian (fraksi) dari arus masukan. 2.6 Teorema Thevenin Kembali pada pembahasan pembagi tegangan yang terbebani, hasil yang diperoleh dari penyederhanaan rangkaian merupakan salah satu kasus dari teorema Thevenin. Secara singkat teorema Thevenin dapat dikatakan sebagai berikut. “Jika suatu kumpulan rangkaian sumber tegangan dan resistor dihubungkan dengan dua terminal keluaran, maka rangkaian tersebut dapat digantikan dengan sebuah rangkaian seri dari sebuah sumber tegangan rangkaian terbuka v 0 / C dan sebuah resistor RP ” Gambar 2.8 menunjukkan suatu jaringan rangkaian yang akan dihubungkan dengan sebuah beban R L . Kombinasi seri v 0 / C dan RP pada gambar 2.8-d merupakan rangkaian ekivalen/setara Thevenin. Rangkaian Arus Searah (DC) 17
  • 12. Gambar 2.8 Skema terbentuknya rangkaian setara Thevenin Ada beberapa kondisi ekstrem dari rangkaian pada gambar 2.8, seperti misalnya saat R L = ∞ dan R L = 0 . Harga R L = ∞ berada pada kondisi rangkaian terbuka, seolah-olah R L dilepas dari terminal keluaran, dengan demikian diperoleh tegangan rangkaian terbuka sebesar V0 / C (lihat gambar 2.8-b). Saat R L = 0 (gambar 2.8-c) berarti rangkaian berada pada kondisi hubung singkat (kedua ujung terminal terhubung langsung) dengan arus hubung singkat I S / C sebesar V0 / C IS /C = (2.27) RP 18 ELEKTRONIKA DASAR
  • 13. Pada beberapa rangkaian, perhitungan V0 / C ataupun I S / C kemungkinan sangat sulit untuk dilakukan. Langkah yang paling mudah adalah dengan menghitung harga RP (harga resistansi yang dilihat dari kedua ujung terminal keluaran). Dalam hal ini RP dihitung dengan melihat seolah-olah tidak ada sumber tegangan. 2.7 Teorema Norton Teorema ini merupakan suatu pendekatan analisa rangkaian yang secara singkat dapat dikatakan sebagai berikut. “Jika suatu kumpulan rangkaian sumber tegangan dan resistor dihubungkan dengan dua terminal keluaran, maka rangkaian tersebut dapat digantikan dengan sebuah rangkaian paralel dari sebuah sumber arus rangkaian hubung singkat I N dan sebuah konduktansi G N ” Gambar 2.9 Skema terbentuknya rangkaian setara Norton Rangkaian Arus Searah (DC) 19
  • 14. Pada gambar 2.9, rangkaian setara Norton digambarkan dengan kombinasi paralel antara sebuah sumber arus I N dan sebuah konduktan G N (lihat gambar 2.9-d). Jika rangkaian ini akan dibebani dengan sebuah beban konduktan G L , maka ada dua harga ekstrem yaitu G L = ∞ dan G L = 0 . Harga G L = ∞ (atau R L = 0 ) berada pada kondisi hubung singkat dan arus hubung singkat I S / C sama dengan I N . Sedangkan harga G L = 0 (atau R L = ∞ ) berada pada kondisi rangkaian terbuka, dimana terlihat bahwa V0 / C merupakan tegangan rangkaian terbuka. Dengan demikian untuk rangkaian setara Norton berlaku IN I N = IS /C dan GN = (2.28) V0 / C Soal Latihan Perhatikan rangkaian berikut: i) Dengan menggunakan teorema Thevenin, tentukan arus yang mengalir pada resistor 3 ohm. ii) Dengan menggunakan teorema Norton, tentukan arus yang mengalir pada resistor 3 ohm. 20 ELEKTRONIKA DASAR