2. 1. Nilai manfaat Isu Pengabdian
2. Prospek Pengabdian
3. Argumentasi Dasar Pemilihan program pengabdian
4. Kondisi dampingan dan dalam Penelitian sebelumnya.
5. Data kualitatif dan kuantitatif dampingan
6. Pengaruh Perubahan bagi kelangsungan hidup
dampingan
7. Harapan komunitas dampingan
8. Format strategi yang digunakan
9. Gambaran keterlibatan stakeholder
10. Desain pengabdian yang diusulkan
11. Estimasi Pembiayaan
3. 1. Nilai manfaat Isu pengabdian:
Pemberdayaan karakter masyarakat
untuk merawat panorama alam untuk
mencegah terjadinya folusi air yang
didiami belut(morea) sebagai brandi
wisata alam.
4. 2. Prospek Pengabdian
Prospek Pengabdian: Jika peningkatan
kesadaran masyarakat menjaga
kelestarian air dan penataan belut
(morea) baik dapat meningkatkan
pendapatan ekonomi masyarakat pesisir
melalui pelangcong dari berbagai daerah
di Indonesia
5. 3. Argumentasi Dasar Pemilihan
program pengabdian
Argumentasi Dasar Pemilihan program
pengabdian: Lokasi Larike menjadi bidikan
dampingan atas dasar 3 faktor antara lain:
Faktor Belut, Pekuburan Arab, dan
Pentingnya mencegah terjadinya
pencermaran air sebagai tempat hidupnya
belut (morea) sebagai brandi wisata negeri.
6. 4. Kondisi dampingan sebelumnya;
Kondisi dampingan belum memahami
penataan wisata negeri, mereka hanya
menerima kunjungan wisata. selain itu kondisi
dampingan ini telah dilakukan oleh lembaga
riset lipi bahwa dapat dibudidayakan untuk
produksi belut yang lebih besar. memiliki
potensi pengembangan studi budaya Islam di
Maluku, seperti adanya potensi rabana klasik,
syawat, dan hadrat.
7. 5. Data kualitatif dan kuantitatif dampingan
Data kualitatif dan kuantitatif dampingan: 30% dari
data jumlah penduduk 3.196 Negeri yang perlu
diberdayakan untuk menjadi motor penggerak
menuju kawasan negeri wisata yang teridiri dari
remaja masjid dan penghulu masjid sehingga
masjid menjadi pusat posdaya unggulan dalam
menata negeri wisata.
8. 6. Pengaruh Perubahan bagi kelangsungan
hidup dampingan;
Masyarakat akan menyadari pentingnya
menata alam untuk kemaslahatan
masyarakat pesisir dan pentingnya
menjaga penceran air bersih yang
selama ini belum ada manajemen yang
professional untuk menatanya dengan
modern.
9. 7. Harapan komunitas dampingan:
Menjadi pilot project bagi provinsi Maluku
bagaimana membangun konsep negeri wisata
yang selama ini belum ada di Maluku untuk
menjadi bahan kajian ilmiah dan meningkatkan
kearifan local wisdom pengelolaan negeri wisata
yang berwawasan kebersihan lingkungan yang
dibangun dari posdaya masjid.
10. 8. Format strategi yang digunakan;
Bekerjasama dengan pihak yang memiliki
program yang sama dan motivasi yang sama
untuk mendarmabaktikan sebagian ilmunya
untuk menata alam untuk mencegah banjir
bandan yang pernah terjadi pada tanggal 1
Agustus 2012.
11. 9. Gambaran keterlibatan stakeholder;
Keterlibatan stakeholder seperti BAPPEDA
Provinsi Maluku, Dinas Kesehatan, Dinas
Pariwisata, Lembaga LPM IAIN Ambon, dan
pada membangun ide dan gagasan untuk
menata negeri wisata. Adanya kesepakatan
dalam bentuk program untuk menjadikan Negeri
Larike sebagai kawasan yang memiliki lokasi
strategis untuk negeri wisata. dari kesepakatan
itulah sehingga melahirkan proposal yang
diajukan di LPM Pusat Kementrian pusat Jakarta.
12. 10. Desain pengabdian yang diusulkan:
Perencanaan pengabdian yang diusulkan
adalah terdiri dari dua bentuk pemberdayaan
antara lain pemberdayaan fisik dan non fisik
yang menjadi konsentrasi untuk mewujudkan
negeri wisata di Desa Larike.
13. 11. Estimasi Pembiayaan:
Biaya teknik pemberdayaan yang akan digunakan untuk
mewujudkan negeri wisata membutuhkan anggaran terdiri
dari biaya fisik sebesar Rp. 40.841,000,- biaya non fisik Rp.
38,080,000,- Transportasi Pembina dampingan
Rp.4.774.000,- Pembuatan Laporan Rp. 1.260.000,- Pajak
15% dari 100 juta sebesar Rp. 15.000.000,- rekapitulasi
biaya negeri wisata sebesar;
Rp. 40.841,000,-
Rp. 38,080,000,-
Rp. 4.774.000,-
Rp. 1.260.000,-
Rp. 15.000.000,- +
Rp. 100.000,000,-