Dokumen tersebut membahas berbagai bentuk penyimpangan seksual seperti homoseksual, sadomasokisme, ekshibisionisme, voyeurisme, fetisisme, pedofilia, bestialitas, incest, nekrofilia, zoofilia, dan sodomi. Juga dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual seperti biologis, pengaruh orang tua, teman sebaya, serta upaya pencegahannya melalui sikap orang tua, pendidikan
1. BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Penyimpangan Perilaku Seksual
Istilah penyimpangan seksual (sexual deviation) sering disebut juga
dengan abnormalitas seksual (sexual abnormality), ketidakwajaran
seksual (sexual perversion), dan kejahatan seksual (sexual harassment).
Penyimpangan seksual (deviasi seksual) bisa didefinisikan sebagai dorongan
dan kepuasan seksual yang ditunjukan kepada obyek seksual secara tidak
wajar.
Penyimpangan seksual kadang disertai dengan ketidakwajaran seksual,
yaitu perilaku atau fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme
lewat relasi diluar hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis kelamin
yang sama, atau dengan partner yang belum dewasa, dan bertentangan dengan
norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang bisa diterima
secara umum. (Junaedi, 2010). Penyimpangan seksual adalah aktivitas
seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual
dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut
adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar. (Abdullah, 2008). Yang
dimaksud penyimpangan seksual adalah pemenuhan nafsu biologis dengan
cara dan bentuk yang menyimpang dari syariat, fitrah dan akal sehat. (Farhan,
2002)
2.2 Bentuk-Bentuk Penyimpangan Seksual
2.2.1 Homoseksual
Homoseksual merupakan kelainan seksual berupa disorientasi pasangan
seksualnya. Disebut gay bila penderitanya laki-laki dan lesbi untuk
penderita perempuan. Hal yang memprihatinkan disini adalah kaitan yang
erat antara homoseksual dengan peningkatan risiko AIDS. Pernyataan ini
dipertegas dalam jurnal kedokteran Amerika (JAMA tahun 2000), kaum
homoseksual yang “mencari” pasangannya melalui internet, terpapar risiko
2. penyakit menular seksual (termasuk AIDS) lebih tinggi dibandingkan
mereka yang tidak.
2.2.2 Sadomasokisme
Sadisme seksual termasuk kelainan seksual. Dalam hal ini kepuasan
seksual diperoleh bila mereka melakukan hubungan seksual dengan
terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa pasangannya. Sedangkan
masokisme seksual merupakan kebalikan dari sadisme seksual. Seseorang
dengan sengaja membiarkan dirinya disakiti atau disiksa untuk
memperoleh kepuasan seksual.
2.2.3 Ekshibisionisme
Penderita ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan seksualnya dengan
memperlihatkan alat kelamin mereka kepada orang lain yang sesuai
dengan kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik dan menjerit ketakutan, ia
akan semakin terangsang. Kondisi begini sering diderita pria, dengan
memperlihatkan penisnya yang dilanjutkan dengan masturbasi hingga
ejakulasi.
2.2.4 Voyeurisme
Istilah voyeurisme (disebut juga scoptophilia) berasal dari bahasa Prancis
yakni vayeur yang artinya mengintip. Penderita kelainan ini akan
memperoleh kepuasan seksual dengan cara mengintip atau melihat orang
lain yang sedang telanjang, mandi atau bahkan berhubungan seksual.
Setelah melakukan kegiatan mengintipnya, penderita tidak melakukan
tindakan lebih lanjut terhadap korban yang diintip. Dia hanya mengintip
atau melihat, tidak lebih. Ejakuasinya dilakukan dengan cara
bermasturbasi setelah atau selama mengintip atau melihat korbannya.
Dengan kata lain, kegiatan mengintip atau melihat tadi merupakan
rangsangan seksual bagi penderita untuk memperoleh kepuasan seksual.
Yang jelas, para penderita perilaku seksual menyimpang sering
membutuhkan bimbingan atau konseling kejiwaan, disamping dukungan
orang-orang terdekatnya agar dapat membantu mengatasi keadaan mereka.
2.2.5 Fetishisme
Fatishi berarti sesuatu yang dipuja. Jadi pada penderita fetishisme,
3. aktivitas seksualnya disalurkan melalui bermasturbasi dengan BH (breast
holder), celana dalam, kaos kaki, atau benda lain yang dapat meningkatkan
hasrat atau dorongan seksual. Sehingga, orang tersebut mengalami
ejakulasi dan mendapatkan kepuasan. Namun, ada juga penderita yang
meminta pasangannya untuk mengenakan benda-benda favoritnya,
kemudian melakukan hubungan seksual yang sebenarnya dengan
pasangannya tersebut.
2.2.6 Pedophilia / Pedophil / Pedofilia / Pedofil
Adalah orang dewasa yang yang suka melakukan hubungan seks / kontak
fisik yang merangsang dengan anak di bawah umur.
2.2.7 Bestially
Bestially adalah manusia yang suka melakukan hubungan seks dengan
binatang seperti kambing, kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek, anjing, kucing,
dan lain sebagainya.
2.2.8 Incest
Adalah hubungan seks dengan sesama anggota keluarga sendiri non suami
istri seperti antara ayah dan anak perempuan dan ibu dengna anak cowok
2.2.9 Necrophilia/Necrofil
Adalah orang yang suka melakukan hubungan seks dengan orang yang
sudah menjadi mayat / orang mati.
2.2.10 Zoophilia
Adalah orang yang senang dan terangsang melihat hewan melakukan
hubungan seks dengan hewan.
2.2.11 Sodomi
Sodomi adalah pria yang suka berhubungan seks melalui dubur pasangan
seks baik pasangan sesama jenis (homo) maupun dengan pasangan
perempuan.
2.2.12 Frotteurisme/Frotteuris
Yaitu suatu bentuk kelainan sexual di mana seseorang laki-laki
mendapatkan kepuasan seks dengan jalan menggesek-gesek / menggosok-
gosok alat kelaminnya ke tubuh perempuan di tempat publik / umum
seperti di kereta, pesawat, bis, dll.
4. 2.2.13 Gerontopilia
Adalah suatu perilaku penyimpangan seksual dimana sang pelaku jatuh
cinta dan mencari kepuasan seksual kepada orang yang sudah berusia
lanjut (nenek-nenek atau kakek-kakek). Gerontopilia termasuk dalam salah
satu diagnosis gangguan seksual, dari sekian banyak gangguan seksual
seperti voyurisme, exhibisionisme, sadisme, masochisme, pedopilia,
brestilia, homoseksual, fetisisme, frotteurisme, dan lain sebagainya.
Keluhan awalnya adalah merasa impoten bila menghadapi istri/suami
sebagai pasangan hidupnya, karena merasa tidak tertarik lagi. Semakin ia
didesak oleh pasangannya maka ia semakin tidak berkutik, bahkan
menjadi cemas. Gairah seksualnya kepada pasangan yang sebenarnya
justru bisa bangkit lagi jika ia telah bertemu dengan idamannya
(kakek/nenek). Manusia itu diciptakan Tuhan sebagai makhkluk
sempurna, sehingga mampu mencintai dirinya (autoerotik), mencintai
orang lain beda jenis (heteroseksual) namun juga yang sejenis
(homoseksual) bahkan dapat jatuh cinta makhluk lain ataupun benda,
sehingga kemungkinan terjadi perilaku menyimpang dalam perilaku
seksual amat banyak. Manusia walaupun diciptakanNya sempurna namun
ada keterbatasan, misalnya manusia itu satu-satunya makhluk yang mulut
dan hidungnya tidak mampu menyentuh genetalianya; seandainya dapat
dilakukan mungkin manusia sangat mencintai dirinya secara menyimpang
pula. Hal itu sangat berbeda dengan hewan, hampir semua hewan mampu
mencium dan menjilat genetalianya, kecuali Barnobus (sejenis Gorilla)
yang sulit mencium genetalianya. Barnobus satu-satunya jenis apes
(monyet) yang bila bercinta menatap muka pasangannya, sama dengan
manusia. Hewanpun juga banyak yang memiliki penyimpangan perilaku
seksual seperti pada manusia, hanya saja mungkin variasinya lebih sedikit,
misalnya ada hewan yang homoseksual, sadisme, dan sebagainya. Kasus
Gerontopilia mungkin jarang terdapat dalam masyarakat karena umumnya
si pelaku malu untuk berkonsultasi ke ahli, dan tidak jarang mereka adalah
anggota masyarakat biasa yang juga memiliki keluarga (anak &
istri/suami) serta dapat menjalankan tugas-tugas hidupnya secara normal
5. bahkan kadang-kadang mereka dikenal sebagai orang-orang yang
berhasil/sukses dalam karirnya. Meski jarang ditemukan, tidaklah berarti
bahwa kasus tersebut tidak ada dalam masyarakat Indonesia. Perilaku
seksual merupakan hasil interaksi antara kepribadian dengan lingkungan
sekitarnya.
2.3 Beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi prilaku
seksual
2.3.1 Perspektif biologis
Perubahan biologis yang terjadi pada masa pubertas dan pengaktifan
hormonal. Pada masa ini rawan terjadinya penyimpangan seksual.
2.3.2 Pengaruh orangtua
Pengaruh ini terjadi biasanya kurangnya komunikasi antara orangtua
dengan remaja dalam masalah seputar seksual yang akhirnya dapat
memperkuat munculnya perilaku penyimpangan seksual (Oom, 1981).
2.3.3 Pengaruh teman sebaya
2.3.4 Perspektif akademik
2.3.5 Pespektif akamik
2.3.6 Perseptif sosial kognitif.
2.4 Usaha-usaha pencegahan antara lain
2.4.1 Sikap dan pengertian orang tua.
Pencegahan abnormalitas masturbasi sesungguhnya bias secara optimal
diperankan oleh orang tua. Sikap dan reaksi yang tepat dari orang tua
terhadap anaknya yang melakukan masturbasi sangat penting. Di samping
itu, orang tua perlu memperhatikan kesehatan umum dari anak-anaknya juga
kebersihan di sekitar daerah genitalia mereka. Orangb tua perlu mengawasi
secara bijaksana hal-hal yang bersifat pornografis dan pornoaksi yang
terpapar pada anak. Menekankan kebiasaan masturbasi sebagai sebuah dosa
dan pemberian hukuman hanya akan menyebabkan anak putus asa dan
menghentikan usaha untuk mencontohnya. Sedangkan pengawasan yang
bersifat terang-terangan akan menyebabkan sang anak lebih memusatkan
6. perhatiannya pada kebiasaan ini; dan kebiasaan ini bias jadi akan menetap.
Orang tua perlu memberikan penjelasan seksual secara jujur, sederhana dan
terus terang kepada anaknya pada saat-saat yang tepat berhubungan dengan
perubahan-perubahan fisiologik seperti adanya ereksi, mulai adanya haid dn
fenomena sexual secunder lainnya. Secara khusus, biasanya anak remaja
melakukan masturbasi jika punya kesempatan melakukannya. Kesempatan
itulah sebenarnya yang jadi persoalan utama. Agar tidak bermasturbasi,
hendaklah dia (anak) jangan diberi kesempatan untuk melakukannya. Kalau
bisa, hilangkan kesempatan itu. Masturbasi biasanya dilakukan di tempat-
tempat yang sunyi, sepi dan menyendiri. Maka, jangan biarkan anak untuk
mendapatkan kesempatan menyepi sendiri. Usahakan agar dia tidak seorang
diri dan tidak kesepian. Beri dia kesibukan dan pekerjaan menarik yang
menyita seluruh perhatiannya, sehingga ia tidak teringat untuk pergi ke
tempat sunyi dan melakukan masturbasi. Selain itu, menciptakan suasana
rumah tangga yang dapat mengangkat harga diri anak, hingga ia dapat
merasakan harga dirinya. Hindarkan anak dari melihat, mendengar dan
membaca buku-buku dan gambar-gambar porno. Suruhlah anak-anak
berolah raga, khususnya olah raga bela diri, yang akan menyalurkan
kelebihan energi tubuhnya. Atau membiasakan mereka aktif dalam
organisasi kepemudaan dan keolahragaan.
2.4.2 Pendidikan seks
Sex education (pendidikan seks) sangat berguna dalam mencegah remaja
pada kebiasaan masturbasi. Pendidikan seks dimaksudkan sebagai suatu
proses yang seharusnya terus-menerus dilakukan sejak anak masih kecil.
Pada permulaan sekolah diberikan sex information dengan cara terintegrasi
dengan pelajaran-pelajaran lainnya, dimana diberikan penjelasan-penjelasan
seksual yang sederhana dan informatif. Pada tahap selanjutnya dapat
dilanjutkan dengan diskusi-diskusi yag lebih bebas dan dipimpin oleh
orang-orang yang bertanggung jawab dan menguasai bidangnya. Hal
penting yang ingin dicapai dengan pendidikan seks adalah supaya anak
ketika sampai pada usia adolescent telah mempunyai sikap yang tepat dan
7. wajar terhadap seks. Pengobatan Biasanya anak-anak dengan kebiasaan
masturbasi jarang dibawa ke dokter, kecuali kebiasaan ini sangat berlebihan.
Masturbasi memerlukan pengobatan hanya apabila sudah ada gejala-gejala
abnormal, bias berupa sikap yang tidak tepat dari orang tua yang telah
banyak menimbulkan kecemasan, kegelisahan, ketakutan, perasaan
bersalah/dosa, menarik diri atau adanya gangguan jiwa yang mendasari,
seperti gangguan kepriadian neurosa, perversi maupun psikosa.
2.4.3 Farmakoterapi
1. Pengobatan dengan estrogen (eastration)
Estrogen dapat mengontrol dorongan-dorongan seksual yang tadinya
tidak terkontrol menjadi lebih terkontrol. Arah keinginan seksual tidak
diubah. Diberikan peroral. Efek samping tersering adalah ginecomasti.
2. Pengobatan dengan neuroleptik
a. Phenothizine
Memperkecil dorongan sexual dan mengurangi kecemasan
diberikan peroral.
b. Fluphenazine enanthate
Preparat modifikasi Phenothiazine. Dapat mengurangi dorongan
sexual lebih dari dua-pertiga kasus dan efeknya sangat cepat.
Diberikan IM dosis 1cc 25 mg. Efektif untuk jangka waktu 2
pekan.
3. Pengobatan dengan trnsquilizer
Diazepam dan Lorazepam berguna untuk mengurangi gejala-gejalan
kecemasan dan rasa takut. Perlu diberikan secara hati-hati karena
dalam dosis besar dapat menghambat fungsi sexual secara
menyeluruh. Pada umumnya obat-obat neuroleptik dan transquilizer
berguna sebagai terapi adjuvant untuk pendekatan psikologik.
2.4.4 Psikoterapi
Psikoterapi pada kebiasaan masturbasi mesti dilakukan dengan pendekatan
yang cukup bijaksana, dapat menerima dengan tenang dan dengan sikap
yang penuh pengertian terhadap keluhan penderita. Menciptakan suasana
8. dimana penderita dapat menumpahkan semua masalahnya tanpa ditutup-
tutupi merupakan tujuan awal psikoterapi. Pada penderita yang datang
hanya dengan keluhan masturbasi dan adanya sedikit kecemasan, tindakan
yang diperlukan hanyalah meyakinkan penederita pada kenyataan yag
sebenarnya dari masturbasi. Pada kasus-kasus adolescent, kadang-kadang
psikoterapi lebih kompleks dan memungkinkan dilakukan semacam
interview sex education. Psikotherapi dapat pula dilakukan dengan
pendekatan keagamaan dan keyakinan penderita.
2.4.5 Hypnoterapi
Self-hypnosis (auto-hypnosis) dapat diterapkan pada penderita dengan
masturbasi kompulsif, yaitu dengan mengekspose pikiran bawah sadar
penderita dengan anjuran-anjuran mencegah masturbasi.
2.4.6 Genital Mutilation (Sunnat)
Ini merupakan pendekatan yang tidak lazim dan jarang dianjurkan secara
medis. Pada beberapa daerah dengan kebudayaan tertentu, dengan tujuan
mengurangi/membatasi/meniadakan hasrat seksual seseorang, dilakukan
mutilasi genital dengan model yang beraneka macam.
2.4.7 Menikah
Bagi remaja/adolescent yang sudah memiliki kesiapan untuk menikah
dianjurkan untuk menyegerakan menikah untuk menghindari/mencegah
terjadinya kebiasaan masturbasi.
2.5 Akibat dari perilaku seksual menyimpang yaitu
1. Akibat dari meningkatnya aktivitas seksual pada remaja yang tidak
diimbangi dengan alat kontrasepsi diantaranya adalah kehamilan
remaja atau pranikah sehingga banyak remaja yang melakukan
tindakan aborsi (pengguguran kandungan) dengan cara meminum
ramuan atau jamu, memijat peranakannya atau mencoba mengeluarkan
janin dengan cara bantuan dukun atau meminum obat-obatan yang
diberikan dokter atau bidan. Cara tersebut bisa mengakhibatkan
perdarahan, infeksi sehingga kematian si calon ibu. Sedangkan pada
9. janin mengalami kecacatan mental maupun fisikdalam masa
pertumbuhannya.
2. Salah satu akibat yang ditimbulkan dari aktivitas seksual yang tidak
sehat adalah infeksi menular seksual (IMS). Penyakit ini disebut juga
venereal, berasal dari kata venus, yaitu Dewi Cinta dari Romawi kuno.
Penularan penyakit ini biasanya terjadi karena seringnya seseorang
melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Bisa
juga karena melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang
sebelumyan telah terjangkit salah satu penyakit ini. Penyakit seksual
ini sangat berbahaya. Pengobatan untuk setiap jenis penyakit berbeda-
beda, beberapa diantaranya tidak dapat disembuhkan.
3. Sebagai konsekuensi logis dari perilaku seks menyimpang adalah
munculnya berbagai penyakit kelamin (veneral diseases, VD), atau
penyakit akibat hubungan seksual (sexually transmitted diseases,
STD). Berbagai penyakit kelamin yang kini dikenal di dunia
kedokteran adalah: sifilis, gonore, herpes simplex, limprogranuloma
akuminata venerium, granuloma inguinale, trikomonas, kondiloma
akuminata, dan AIDS.
4. Dari berbagai penyakit itu yang paling terkenal, paling berbahaya dan
paling banyak diderita oleh pelaku seks bebas (termasuk pelaku seks
menyimpang seperti homoseks, seks anal, dan sebagainya) adalah:
sifilis, gonore, herpes progenitalis dan AIDS