SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Penyimpangan Perilaku Seksual
Istilah penyimpangan seksual (sexual deviation) sering disebut juga
dengan abnormalitas seksual (sexual abnormality), ketidakwajaran
seksual (sexual perversion), dan kejahatan seksual (sexual harassment).
Penyimpangan seksual (deviasi seksual) bisa didefinisikan sebagai dorongan
dan kepuasan seksual yang ditunjukan kepada obyek seksual secara tidak
wajar.
Penyimpangan seksual kadang disertai dengan ketidakwajaran seksual,
yaitu perilaku atau fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme
lewat relasi diluar hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis kelamin
yang sama, atau dengan partner yang belum dewasa, dan bertentangan dengan
norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang bisa diterima
secara umum. (Junaedi, 2010). Penyimpangan seksual adalah aktivitas
seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual
dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut
adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar. (Abdullah, 2008). Yang
dimaksud penyimpangan seksual adalah pemenuhan nafsu biologis dengan
cara dan bentuk yang menyimpang dari syariat, fitrah dan akal sehat. (Farhan,
2002)
2.2 Bentuk-Bentuk Penyimpangan Seksual
2.2.1 Homoseksual
Homoseksual merupakan kelainan seksual berupa disorientasi pasangan
seksualnya. Disebut gay bila penderitanya laki-laki dan lesbi untuk
penderita perempuan. Hal yang memprihatinkan disini adalah kaitan yang
erat antara homoseksual dengan peningkatan risiko AIDS. Pernyataan ini
dipertegas dalam jurnal kedokteran Amerika (JAMA tahun 2000), kaum
homoseksual yang “mencari” pasangannya melalui internet, terpapar risiko
penyakit menular seksual (termasuk AIDS) lebih tinggi dibandingkan
mereka yang tidak.
2.2.2 Sadomasokisme
Sadisme seksual termasuk kelainan seksual. Dalam hal ini kepuasan
seksual diperoleh bila mereka melakukan hubungan seksual dengan
terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa pasangannya. Sedangkan
masokisme seksual merupakan kebalikan dari sadisme seksual. Seseorang
dengan sengaja membiarkan dirinya disakiti atau disiksa untuk
memperoleh kepuasan seksual.
2.2.3 Ekshibisionisme
Penderita ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan seksualnya dengan
memperlihatkan alat kelamin mereka kepada orang lain yang sesuai
dengan kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik dan menjerit ketakutan, ia
akan semakin terangsang. Kondisi begini sering diderita pria, dengan
memperlihatkan penisnya yang dilanjutkan dengan masturbasi hingga
ejakulasi.
2.2.4 Voyeurisme
Istilah voyeurisme (disebut juga scoptophilia) berasal dari bahasa Prancis
yakni vayeur yang artinya mengintip. Penderita kelainan ini akan
memperoleh kepuasan seksual dengan cara mengintip atau melihat orang
lain yang sedang telanjang, mandi atau bahkan berhubungan seksual.
Setelah melakukan kegiatan mengintipnya, penderita tidak melakukan
tindakan lebih lanjut terhadap korban yang diintip. Dia hanya mengintip
atau melihat, tidak lebih. Ejakuasinya dilakukan dengan cara
bermasturbasi setelah atau selama mengintip atau melihat korbannya.
Dengan kata lain, kegiatan mengintip atau melihat tadi merupakan
rangsangan seksual bagi penderita untuk memperoleh kepuasan seksual.
Yang jelas, para penderita perilaku seksual menyimpang sering
membutuhkan bimbingan atau konseling kejiwaan, disamping dukungan
orang-orang terdekatnya agar dapat membantu mengatasi keadaan mereka.
2.2.5 Fetishisme
Fatishi berarti sesuatu yang dipuja. Jadi pada penderita fetishisme,
aktivitas seksualnya disalurkan melalui bermasturbasi dengan BH (breast
holder), celana dalam, kaos kaki, atau benda lain yang dapat meningkatkan
hasrat atau dorongan seksual. Sehingga, orang tersebut mengalami
ejakulasi dan mendapatkan kepuasan. Namun, ada juga penderita yang
meminta pasangannya untuk mengenakan benda-benda favoritnya,
kemudian melakukan hubungan seksual yang sebenarnya dengan
pasangannya tersebut.
2.2.6 Pedophilia / Pedophil / Pedofilia / Pedofil
Adalah orang dewasa yang yang suka melakukan hubungan seks / kontak
fisik yang merangsang dengan anak di bawah umur.
2.2.7 Bestially
Bestially adalah manusia yang suka melakukan hubungan seks dengan
binatang seperti kambing, kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek, anjing, kucing,
dan lain sebagainya.
2.2.8 Incest
Adalah hubungan seks dengan sesama anggota keluarga sendiri non suami
istri seperti antara ayah dan anak perempuan dan ibu dengna anak cowok
2.2.9 Necrophilia/Necrofil
Adalah orang yang suka melakukan hubungan seks dengan orang yang
sudah menjadi mayat / orang mati.
2.2.10 Zoophilia
Adalah orang yang senang dan terangsang melihat hewan melakukan
hubungan seks dengan hewan.
2.2.11 Sodomi
Sodomi adalah pria yang suka berhubungan seks melalui dubur pasangan
seks baik pasangan sesama jenis (homo) maupun dengan pasangan
perempuan.
2.2.12 Frotteurisme/Frotteuris
Yaitu suatu bentuk kelainan sexual di mana seseorang laki-laki
mendapatkan kepuasan seks dengan jalan menggesek-gesek / menggosok-
gosok alat kelaminnya ke tubuh perempuan di tempat publik / umum
seperti di kereta, pesawat, bis, dll.
2.2.13 Gerontopilia
Adalah suatu perilaku penyimpangan seksual dimana sang pelaku jatuh
cinta dan mencari kepuasan seksual kepada orang yang sudah berusia
lanjut (nenek-nenek atau kakek-kakek). Gerontopilia termasuk dalam salah
satu diagnosis gangguan seksual, dari sekian banyak gangguan seksual
seperti voyurisme, exhibisionisme, sadisme, masochisme, pedopilia,
brestilia, homoseksual, fetisisme, frotteurisme, dan lain sebagainya.
Keluhan awalnya adalah merasa impoten bila menghadapi istri/suami
sebagai pasangan hidupnya, karena merasa tidak tertarik lagi. Semakin ia
didesak oleh pasangannya maka ia semakin tidak berkutik, bahkan
menjadi cemas. Gairah seksualnya kepada pasangan yang sebenarnya
justru bisa bangkit lagi jika ia telah bertemu dengan idamannya
(kakek/nenek). Manusia itu diciptakan Tuhan sebagai makhkluk
sempurna, sehingga mampu mencintai dirinya (autoerotik), mencintai
orang lain beda jenis (heteroseksual) namun juga yang sejenis
(homoseksual) bahkan dapat jatuh cinta makhluk lain ataupun benda,
sehingga kemungkinan terjadi perilaku menyimpang dalam perilaku
seksual amat banyak. Manusia walaupun diciptakanNya sempurna namun
ada keterbatasan, misalnya manusia itu satu-satunya makhluk yang mulut
dan hidungnya tidak mampu menyentuh genetalianya; seandainya dapat
dilakukan mungkin manusia sangat mencintai dirinya secara menyimpang
pula. Hal itu sangat berbeda dengan hewan, hampir semua hewan mampu
mencium dan menjilat genetalianya, kecuali Barnobus (sejenis Gorilla)
yang sulit mencium genetalianya. Barnobus satu-satunya jenis apes
(monyet) yang bila bercinta menatap muka pasangannya, sama dengan
manusia. Hewanpun juga banyak yang memiliki penyimpangan perilaku
seksual seperti pada manusia, hanya saja mungkin variasinya lebih sedikit,
misalnya ada hewan yang homoseksual, sadisme, dan sebagainya. Kasus
Gerontopilia mungkin jarang terdapat dalam masyarakat karena umumnya
si pelaku malu untuk berkonsultasi ke ahli, dan tidak jarang mereka adalah
anggota masyarakat biasa yang juga memiliki keluarga (anak &
istri/suami) serta dapat menjalankan tugas-tugas hidupnya secara normal
bahkan kadang-kadang mereka dikenal sebagai orang-orang yang
berhasil/sukses dalam karirnya. Meski jarang ditemukan, tidaklah berarti
bahwa kasus tersebut tidak ada dalam masyarakat Indonesia. Perilaku
seksual merupakan hasil interaksi antara kepribadian dengan lingkungan
sekitarnya.
2.3 Beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi prilaku
seksual
2.3.1 Perspektif biologis
Perubahan biologis yang terjadi pada masa pubertas dan pengaktifan
hormonal. Pada masa ini rawan terjadinya penyimpangan seksual.
2.3.2 Pengaruh orangtua
Pengaruh ini terjadi biasanya kurangnya komunikasi antara orangtua
dengan remaja dalam masalah seputar seksual yang akhirnya dapat
memperkuat munculnya perilaku penyimpangan seksual (Oom, 1981).
2.3.3 Pengaruh teman sebaya
2.3.4 Perspektif akademik
2.3.5 Pespektif akamik
2.3.6 Perseptif sosial kognitif.
2.4 Usaha-usaha pencegahan antara lain
2.4.1 Sikap dan pengertian orang tua.
Pencegahan abnormalitas masturbasi sesungguhnya bias secara optimal
diperankan oleh orang tua. Sikap dan reaksi yang tepat dari orang tua
terhadap anaknya yang melakukan masturbasi sangat penting. Di samping
itu, orang tua perlu memperhatikan kesehatan umum dari anak-anaknya juga
kebersihan di sekitar daerah genitalia mereka. Orangb tua perlu mengawasi
secara bijaksana hal-hal yang bersifat pornografis dan pornoaksi yang
terpapar pada anak. Menekankan kebiasaan masturbasi sebagai sebuah dosa
dan pemberian hukuman hanya akan menyebabkan anak putus asa dan
menghentikan usaha untuk mencontohnya. Sedangkan pengawasan yang
bersifat terang-terangan akan menyebabkan sang anak lebih memusatkan
perhatiannya pada kebiasaan ini; dan kebiasaan ini bias jadi akan menetap.
Orang tua perlu memberikan penjelasan seksual secara jujur, sederhana dan
terus terang kepada anaknya pada saat-saat yang tepat berhubungan dengan
perubahan-perubahan fisiologik seperti adanya ereksi, mulai adanya haid dn
fenomena sexual secunder lainnya. Secara khusus, biasanya anak remaja
melakukan masturbasi jika punya kesempatan melakukannya. Kesempatan
itulah sebenarnya yang jadi persoalan utama. Agar tidak bermasturbasi,
hendaklah dia (anak) jangan diberi kesempatan untuk melakukannya. Kalau
bisa, hilangkan kesempatan itu. Masturbasi biasanya dilakukan di tempat-
tempat yang sunyi, sepi dan menyendiri. Maka, jangan biarkan anak untuk
mendapatkan kesempatan menyepi sendiri. Usahakan agar dia tidak seorang
diri dan tidak kesepian. Beri dia kesibukan dan pekerjaan menarik yang
menyita seluruh perhatiannya, sehingga ia tidak teringat untuk pergi ke
tempat sunyi dan melakukan masturbasi. Selain itu, menciptakan suasana
rumah tangga yang dapat mengangkat harga diri anak, hingga ia dapat
merasakan harga dirinya. Hindarkan anak dari melihat, mendengar dan
membaca buku-buku dan gambar-gambar porno. Suruhlah anak-anak
berolah raga, khususnya olah raga bela diri, yang akan menyalurkan
kelebihan energi tubuhnya. Atau membiasakan mereka aktif dalam
organisasi kepemudaan dan keolahragaan.
2.4.2 Pendidikan seks
Sex education (pendidikan seks) sangat berguna dalam mencegah remaja
pada kebiasaan masturbasi. Pendidikan seks dimaksudkan sebagai suatu
proses yang seharusnya terus-menerus dilakukan sejak anak masih kecil.
Pada permulaan sekolah diberikan sex information dengan cara terintegrasi
dengan pelajaran-pelajaran lainnya, dimana diberikan penjelasan-penjelasan
seksual yang sederhana dan informatif. Pada tahap selanjutnya dapat
dilanjutkan dengan diskusi-diskusi yag lebih bebas dan dipimpin oleh
orang-orang yang bertanggung jawab dan menguasai bidangnya. Hal
penting yang ingin dicapai dengan pendidikan seks adalah supaya anak
ketika sampai pada usia adolescent telah mempunyai sikap yang tepat dan
wajar terhadap seks. Pengobatan Biasanya anak-anak dengan kebiasaan
masturbasi jarang dibawa ke dokter, kecuali kebiasaan ini sangat berlebihan.
Masturbasi memerlukan pengobatan hanya apabila sudah ada gejala-gejala
abnormal, bias berupa sikap yang tidak tepat dari orang tua yang telah
banyak menimbulkan kecemasan, kegelisahan, ketakutan, perasaan
bersalah/dosa, menarik diri atau adanya gangguan jiwa yang mendasari,
seperti gangguan kepriadian neurosa, perversi maupun psikosa.
2.4.3 Farmakoterapi
1. Pengobatan dengan estrogen (eastration)
Estrogen dapat mengontrol dorongan-dorongan seksual yang tadinya
tidak terkontrol menjadi lebih terkontrol. Arah keinginan seksual tidak
diubah. Diberikan peroral. Efek samping tersering adalah ginecomasti.
2. Pengobatan dengan neuroleptik
a. Phenothizine
Memperkecil dorongan sexual dan mengurangi kecemasan
diberikan peroral.
b. Fluphenazine enanthate
Preparat modifikasi Phenothiazine. Dapat mengurangi dorongan
sexual lebih dari dua-pertiga kasus dan efeknya sangat cepat.
Diberikan IM dosis 1cc 25 mg. Efektif untuk jangka waktu 2
pekan.
3. Pengobatan dengan trnsquilizer
Diazepam dan Lorazepam berguna untuk mengurangi gejala-gejalan
kecemasan dan rasa takut. Perlu diberikan secara hati-hati karena
dalam dosis besar dapat menghambat fungsi sexual secara
menyeluruh. Pada umumnya obat-obat neuroleptik dan transquilizer
berguna sebagai terapi adjuvant untuk pendekatan psikologik.
2.4.4 Psikoterapi
Psikoterapi pada kebiasaan masturbasi mesti dilakukan dengan pendekatan
yang cukup bijaksana, dapat menerima dengan tenang dan dengan sikap
yang penuh pengertian terhadap keluhan penderita. Menciptakan suasana
dimana penderita dapat menumpahkan semua masalahnya tanpa ditutup-
tutupi merupakan tujuan awal psikoterapi. Pada penderita yang datang
hanya dengan keluhan masturbasi dan adanya sedikit kecemasan, tindakan
yang diperlukan hanyalah meyakinkan penederita pada kenyataan yag
sebenarnya dari masturbasi. Pada kasus-kasus adolescent, kadang-kadang
psikoterapi lebih kompleks dan memungkinkan dilakukan semacam
interview sex education. Psikotherapi dapat pula dilakukan dengan
pendekatan keagamaan dan keyakinan penderita.
2.4.5 Hypnoterapi
Self-hypnosis (auto-hypnosis) dapat diterapkan pada penderita dengan
masturbasi kompulsif, yaitu dengan mengekspose pikiran bawah sadar
penderita dengan anjuran-anjuran mencegah masturbasi.
2.4.6 Genital Mutilation (Sunnat)
Ini merupakan pendekatan yang tidak lazim dan jarang dianjurkan secara
medis. Pada beberapa daerah dengan kebudayaan tertentu, dengan tujuan
mengurangi/membatasi/meniadakan hasrat seksual seseorang, dilakukan
mutilasi genital dengan model yang beraneka macam.
2.4.7 Menikah
Bagi remaja/adolescent yang sudah memiliki kesiapan untuk menikah
dianjurkan untuk menyegerakan menikah untuk menghindari/mencegah
terjadinya kebiasaan masturbasi.
2.5 Akibat dari perilaku seksual menyimpang yaitu
1. Akibat dari meningkatnya aktivitas seksual pada remaja yang tidak
diimbangi dengan alat kontrasepsi diantaranya adalah kehamilan
remaja atau pranikah sehingga banyak remaja yang melakukan
tindakan aborsi (pengguguran kandungan) dengan cara meminum
ramuan atau jamu, memijat peranakannya atau mencoba mengeluarkan
janin dengan cara bantuan dukun atau meminum obat-obatan yang
diberikan dokter atau bidan. Cara tersebut bisa mengakhibatkan
perdarahan, infeksi sehingga kematian si calon ibu. Sedangkan pada
janin mengalami kecacatan mental maupun fisikdalam masa
pertumbuhannya.
2. Salah satu akibat yang ditimbulkan dari aktivitas seksual yang tidak
sehat adalah infeksi menular seksual (IMS). Penyakit ini disebut juga
venereal, berasal dari kata venus, yaitu Dewi Cinta dari Romawi kuno.
Penularan penyakit ini biasanya terjadi karena seringnya seseorang
melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Bisa
juga karena melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang
sebelumyan telah terjangkit salah satu penyakit ini. Penyakit seksual
ini sangat berbahaya. Pengobatan untuk setiap jenis penyakit berbeda-
beda, beberapa diantaranya tidak dapat disembuhkan.
3. Sebagai konsekuensi logis dari perilaku seks menyimpang adalah
munculnya berbagai penyakit kelamin (veneral diseases, VD), atau
penyakit akibat hubungan seksual (sexually transmitted diseases,
STD). Berbagai penyakit kelamin yang kini dikenal di dunia
kedokteran adalah: sifilis, gonore, herpes simplex, limprogranuloma
akuminata venerium, granuloma inguinale, trikomonas, kondiloma
akuminata, dan AIDS.
4. Dari berbagai penyakit itu yang paling terkenal, paling berbahaya dan
paling banyak diderita oleh pelaku seks bebas (termasuk pelaku seks
menyimpang seperti homoseks, seks anal, dan sebagainya) adalah:
sifilis, gonore, herpes progenitalis dan AIDS

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Azimatul karimah, assessment dan manajemen gangguan jiwa
Azimatul karimah, assessment dan manajemen gangguan jiwaAzimatul karimah, assessment dan manajemen gangguan jiwa
Azimatul karimah, assessment dan manajemen gangguan jiwaAzimatul Karimah
 
PPT kanker serviks
PPT kanker serviksPPT kanker serviks
PPT kanker serviksDea Fahmi
 
Kesehatan reproduksi pada lansia
Kesehatan reproduksi pada lansiaKesehatan reproduksi pada lansia
Kesehatan reproduksi pada lansiaGilang Emon
 
Penyimpangan seksual
Penyimpangan seksualPenyimpangan seksual
Penyimpangan seksualSulistia Rini
 
Metode promosi kesehatan
Metode promosi kesehatanMetode promosi kesehatan
Metode promosi kesehatanSukistinah
 
MEDIA Promosi kesehatan
MEDIA Promosi kesehatanMEDIA Promosi kesehatan
MEDIA Promosi kesehatanRifka Marwani
 
Inkontinensia urin
Inkontinensia urin Inkontinensia urin
Inkontinensia urin Ai Coryde
 
BAB 3 Aplikasi perhitungan risk rasio, odds rasio dan prevalens rasio
BAB 3 Aplikasi perhitungan risk rasio, odds rasio dan prevalens rasioBAB 3 Aplikasi perhitungan risk rasio, odds rasio dan prevalens rasio
BAB 3 Aplikasi perhitungan risk rasio, odds rasio dan prevalens rasioNajMah Usman
 
Patofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensiPatofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensiSofiaNofianti
 
Diagnosa multiaksial
Diagnosa multiaksialDiagnosa multiaksial
Diagnosa multiaksialdadadony
 
Malaria pada ibu hamil.pptx
Malaria pada ibu hamil.pptxMalaria pada ibu hamil.pptx
Malaria pada ibu hamil.pptxendah80783
 
151226855 pemeriksaan-iva
151226855 pemeriksaan-iva151226855 pemeriksaan-iva
151226855 pemeriksaan-ivaYulli Utami
 
Metode Dalam Promosi Kesehatan
Metode Dalam Promosi KesehatanMetode Dalam Promosi Kesehatan
Metode Dalam Promosi Kesehatanpjj_kemenkes
 
Bab ii perhitungan dalam epidemiologi (part 2)
Bab ii perhitungan dalam epidemiologi (part 2)Bab ii perhitungan dalam epidemiologi (part 2)
Bab ii perhitungan dalam epidemiologi (part 2)NajMah Usman
 

Mais procurados (20)

Azimatul karimah, assessment dan manajemen gangguan jiwa
Azimatul karimah, assessment dan manajemen gangguan jiwaAzimatul karimah, assessment dan manajemen gangguan jiwa
Azimatul karimah, assessment dan manajemen gangguan jiwa
 
PPT kanker serviks
PPT kanker serviksPPT kanker serviks
PPT kanker serviks
 
Kesehatan reproduksi pada lansia
Kesehatan reproduksi pada lansiaKesehatan reproduksi pada lansia
Kesehatan reproduksi pada lansia
 
Penyimpangan seksual
Penyimpangan seksualPenyimpangan seksual
Penyimpangan seksual
 
Metode promosi kesehatan
Metode promosi kesehatanMetode promosi kesehatan
Metode promosi kesehatan
 
MEDIA Promosi kesehatan
MEDIA Promosi kesehatanMEDIA Promosi kesehatan
MEDIA Promosi kesehatan
 
Inkontinensia urin
Inkontinensia urin Inkontinensia urin
Inkontinensia urin
 
Lansia
LansiaLansia
Lansia
 
Hiv aids
Hiv aidsHiv aids
Hiv aids
 
BAB 3 Aplikasi perhitungan risk rasio, odds rasio dan prevalens rasio
BAB 3 Aplikasi perhitungan risk rasio, odds rasio dan prevalens rasioBAB 3 Aplikasi perhitungan risk rasio, odds rasio dan prevalens rasio
BAB 3 Aplikasi perhitungan risk rasio, odds rasio dan prevalens rasio
 
Komunikasi kesehatan
Komunikasi kesehatanKomunikasi kesehatan
Komunikasi kesehatan
 
Patofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensiPatofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensi
 
PPDGJ Keperawatan Jiwa
PPDGJ Keperawatan JiwaPPDGJ Keperawatan Jiwa
PPDGJ Keperawatan Jiwa
 
Diagnosa multiaksial
Diagnosa multiaksialDiagnosa multiaksial
Diagnosa multiaksial
 
Malaria pada ibu hamil.pptx
Malaria pada ibu hamil.pptxMalaria pada ibu hamil.pptx
Malaria pada ibu hamil.pptx
 
Infertilitas dasar
Infertilitas dasarInfertilitas dasar
Infertilitas dasar
 
151226855 pemeriksaan-iva
151226855 pemeriksaan-iva151226855 pemeriksaan-iva
151226855 pemeriksaan-iva
 
SISTEM REPRODUKSI PRIA
SISTEM REPRODUKSI PRIASISTEM REPRODUKSI PRIA
SISTEM REPRODUKSI PRIA
 
Metode Dalam Promosi Kesehatan
Metode Dalam Promosi KesehatanMetode Dalam Promosi Kesehatan
Metode Dalam Promosi Kesehatan
 
Bab ii perhitungan dalam epidemiologi (part 2)
Bab ii perhitungan dalam epidemiologi (part 2)Bab ii perhitungan dalam epidemiologi (part 2)
Bab ii perhitungan dalam epidemiologi (part 2)
 

Destaque

Dampak Psikologis Kekerasan & Penyimpangan Seksual
Dampak Psikologis Kekerasan & Penyimpangan SeksualDampak Psikologis Kekerasan & Penyimpangan Seksual
Dampak Psikologis Kekerasan & Penyimpangan SeksualFalanni Firyal Fawwaz
 
Masalah Seksual Wanita Lansia
Masalah Seksual Wanita LansiaMasalah Seksual Wanita Lansia
Masalah Seksual Wanita LansiaAsyifa Adawiyah
 
Penggunaan obat pada pediatrik
Penggunaan obat pada pediatrikPenggunaan obat pada pediatrik
Penggunaan obat pada pediatrikFadhol Romdhoni
 

Destaque (6)

Dampak Psikologis Kekerasan & Penyimpangan Seksual
Dampak Psikologis Kekerasan & Penyimpangan SeksualDampak Psikologis Kekerasan & Penyimpangan Seksual
Dampak Psikologis Kekerasan & Penyimpangan Seksual
 
Masalah Seksual Wanita Lansia
Masalah Seksual Wanita LansiaMasalah Seksual Wanita Lansia
Masalah Seksual Wanita Lansia
 
Pemberian Obat Pada Lansia
Pemberian Obat Pada LansiaPemberian Obat Pada Lansia
Pemberian Obat Pada Lansia
 
Gangguan seksual
Gangguan seksualGangguan seksual
Gangguan seksual
 
Penggunaan obat pada pediatrik
Penggunaan obat pada pediatrikPenggunaan obat pada pediatrik
Penggunaan obat pada pediatrik
 
Gangguan seksual
Gangguan seksualGangguan seksual
Gangguan seksual
 

Semelhante a Penyimpangan seksual

Jenis penyimpangan & bentuk abnormalitas seksual
Jenis penyimpangan & bentuk abnormalitas seksualJenis penyimpangan & bentuk abnormalitas seksual
Jenis penyimpangan & bentuk abnormalitas seksualSulistia Rini
 
kecelaruan seksual
 kecelaruan seksual kecelaruan seksual
kecelaruan seksualcute anna
 
MENGATASI_Perilaku_Sex_Menyimpang_Sebaga.pptx
MENGATASI_Perilaku_Sex_Menyimpang_Sebaga.pptxMENGATASI_Perilaku_Sex_Menyimpang_Sebaga.pptx
MENGATASI_Perilaku_Sex_Menyimpang_Sebaga.pptxDESIWILDAYANI1
 
Mencegah Kekerasan Seksual sekolah dasar
Mencegah Kekerasan Seksual sekolah dasarMencegah Kekerasan Seksual sekolah dasar
Mencegah Kekerasan Seksual sekolah dasarmralfiyan
 
M a k a l a h sex bebvas
M a k a l a h sex bebvasM a k a l a h sex bebvas
M a k a l a h sex bebvasarnoldjansen10
 
Sosiologi (Perilaku Menyimpang)
Sosiologi (Perilaku Menyimpang)Sosiologi (Perilaku Menyimpang)
Sosiologi (Perilaku Menyimpang)ieffaa
 
Konsep kebutuhan seksual
Konsep kebutuhan seksual Konsep kebutuhan seksual
Konsep kebutuhan seksual ShendiFlat
 
Satuan acara penyuluhan seks bebas
Satuan acara penyuluhan seks bebasSatuan acara penyuluhan seks bebas
Satuan acara penyuluhan seks bebasWarung Bidan
 
Kebutuhan seksual _Keperawatan Dasar
Kebutuhan seksual _Keperawatan Dasar Kebutuhan seksual _Keperawatan Dasar
Kebutuhan seksual _Keperawatan Dasar Desi Ardhina
 
Akibat pergaulan bebas
Akibat pergaulan bebasAkibat pergaulan bebas
Akibat pergaulan bebasade fikri
 

Semelhante a Penyimpangan seksual (20)

Jenis penyimpangan & bentuk abnormalitas seksual
Jenis penyimpangan & bentuk abnormalitas seksualJenis penyimpangan & bentuk abnormalitas seksual
Jenis penyimpangan & bentuk abnormalitas seksual
 
kecelaruan seksual
 kecelaruan seksual kecelaruan seksual
kecelaruan seksual
 
Makalah seks tikda normal
Makalah seks tikda normalMakalah seks tikda normal
Makalah seks tikda normal
 
Makalah seks tikda normal
Makalah seks tikda normalMakalah seks tikda normal
Makalah seks tikda normal
 
Makalah seks tikda normal
Makalah seks tikda normalMakalah seks tikda normal
Makalah seks tikda normal
 
MENGATASI_Perilaku_Sex_Menyimpang_Sebaga.pptx
MENGATASI_Perilaku_Sex_Menyimpang_Sebaga.pptxMENGATASI_Perilaku_Sex_Menyimpang_Sebaga.pptx
MENGATASI_Perilaku_Sex_Menyimpang_Sebaga.pptx
 
Dunia Remaja
Dunia RemajaDunia Remaja
Dunia Remaja
 
Mencegah Kekerasan Seksual sekolah dasar
Mencegah Kekerasan Seksual sekolah dasarMencegah Kekerasan Seksual sekolah dasar
Mencegah Kekerasan Seksual sekolah dasar
 
M a k a l a h sex bebvas
M a k a l a h sex bebvasM a k a l a h sex bebvas
M a k a l a h sex bebvas
 
Sap seks bebas
Sap seks bebasSap seks bebas
Sap seks bebas
 
Perkembangan seksual remaja
Perkembangan seksual remajaPerkembangan seksual remaja
Perkembangan seksual remaja
 
Pendahuluan
PendahuluanPendahuluan
Pendahuluan
 
Sosiologi (Perilaku Menyimpang)
Sosiologi (Perilaku Menyimpang)Sosiologi (Perilaku Menyimpang)
Sosiologi (Perilaku Menyimpang)
 
Konsep kebutuhan seksual
Konsep kebutuhan seksual Konsep kebutuhan seksual
Konsep kebutuhan seksual
 
Pergaulan Bebas
Pergaulan BebasPergaulan Bebas
Pergaulan Bebas
 
Satuan acara penyuluhan seks bebas
Satuan acara penyuluhan seks bebasSatuan acara penyuluhan seks bebas
Satuan acara penyuluhan seks bebas
 
PPT MIRANDA ISU2 KEL 1.pptx
PPT MIRANDA ISU2 KEL 1.pptxPPT MIRANDA ISU2 KEL 1.pptx
PPT MIRANDA ISU2 KEL 1.pptx
 
Kebutuhan seksual _Keperawatan Dasar
Kebutuhan seksual _Keperawatan Dasar Kebutuhan seksual _Keperawatan Dasar
Kebutuhan seksual _Keperawatan Dasar
 
Akibat pergaulan bebas
Akibat pergaulan bebasAkibat pergaulan bebas
Akibat pergaulan bebas
 
Ppt
PptPpt
Ppt
 

Mais de syarifah irmadani

Remaja dan permasalahannya (2)
Remaja dan permasalahannya (2)Remaja dan permasalahannya (2)
Remaja dan permasalahannya (2)syarifah irmadani
 
female genital mutilation atau khitan
female genital mutilation atau khitanfemale genital mutilation atau khitan
female genital mutilation atau khitansyarifah irmadani
 
Pemantauan tumbuh-kembang-wanita
Pemantauan tumbuh-kembang-wanitaPemantauan tumbuh-kembang-wanita
Pemantauan tumbuh-kembang-wanitasyarifah irmadani
 
Masalah gizi-pada-remaja-docx
Masalah gizi-pada-remaja-docxMasalah gizi-pada-remaja-docx
Masalah gizi-pada-remaja-docxsyarifah irmadani
 
Kesehatan wanita-sepanjang-siklus-kehidupan
Kesehatan wanita-sepanjang-siklus-kehidupanKesehatan wanita-sepanjang-siklus-kehidupan
Kesehatan wanita-sepanjang-siklus-kehidupansyarifah irmadani
 
Aspek pemantauan-tumbuh-kembang-wanita-yang-dikaji-dalam-setiap-tahap-kehidup...
Aspek pemantauan-tumbuh-kembang-wanita-yang-dikaji-dalam-setiap-tahap-kehidup...Aspek pemantauan-tumbuh-kembang-wanita-yang-dikaji-dalam-setiap-tahap-kehidup...
Aspek pemantauan-tumbuh-kembang-wanita-yang-dikaji-dalam-setiap-tahap-kehidup...syarifah irmadani
 

Mais de syarifah irmadani (7)

Remaja dan permasalahannya (2)
Remaja dan permasalahannya (2)Remaja dan permasalahannya (2)
Remaja dan permasalahannya (2)
 
female genital mutilation atau khitan
female genital mutilation atau khitanfemale genital mutilation atau khitan
female genital mutilation atau khitan
 
Pemantauan tumbuh-kembang-wanita
Pemantauan tumbuh-kembang-wanitaPemantauan tumbuh-kembang-wanita
Pemantauan tumbuh-kembang-wanita
 
Masalah gizi-pada-remaja-docx
Masalah gizi-pada-remaja-docxMasalah gizi-pada-remaja-docx
Masalah gizi-pada-remaja-docx
 
Kesehatan wanita-sepanjang-siklus-kehidupan
Kesehatan wanita-sepanjang-siklus-kehidupanKesehatan wanita-sepanjang-siklus-kehidupan
Kesehatan wanita-sepanjang-siklus-kehidupan
 
Gizi pada-remaja
Gizi pada-remajaGizi pada-remaja
Gizi pada-remaja
 
Aspek pemantauan-tumbuh-kembang-wanita-yang-dikaji-dalam-setiap-tahap-kehidup...
Aspek pemantauan-tumbuh-kembang-wanita-yang-dikaji-dalam-setiap-tahap-kehidup...Aspek pemantauan-tumbuh-kembang-wanita-yang-dikaji-dalam-setiap-tahap-kehidup...
Aspek pemantauan-tumbuh-kembang-wanita-yang-dikaji-dalam-setiap-tahap-kehidup...
 

Último

Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptStevenSamuelBangun
 
Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) EDIT
Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) EDITDasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) EDIT
Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) EDITIrfanNersMaulana
 
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)fifinoktaviani
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbSendaUNNES
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Arif Fahmi
 
Root cause analysis ( analisa akar masalah )
Root cause analysis ( analisa akar masalah )Root cause analysis ( analisa akar masalah )
Root cause analysis ( analisa akar masalah )ssuser4ceaef1
 
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHANKONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHANfaisalkurniawan12
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxabdulmujibmgi
 
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.pptcels17082019
 
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADAASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADARismaZulfiani
 
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptxseminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptxsariakmida
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksihaslinahaslina3
 
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdfPPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdfaguswidiyanto98
 
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologissuser7c01e3
 
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccaskep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccanangkuniawan
 
Presentasi contoh Visum et Repertum.ppt
Presentasi contoh  Visum et Repertum.pptPresentasi contoh  Visum et Repertum.ppt
Presentasi contoh Visum et Repertum.pptSuwandiKhowanto1
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024Zakiah dr
 
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)Nodd Nittong
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smearprofesibidan2
 
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioIMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioSafrina Ramadhani
 

Último (20)

Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
 
Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) EDIT
Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) EDITDasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) EDIT
Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) EDIT
 
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
 
Root cause analysis ( analisa akar masalah )
Root cause analysis ( analisa akar masalah )Root cause analysis ( analisa akar masalah )
Root cause analysis ( analisa akar masalah )
 
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHANKONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
 
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
 
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADAASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
 
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptxseminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
 
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdfPPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
 
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
 
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccaskep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
 
Presentasi contoh Visum et Repertum.ppt
Presentasi contoh  Visum et Repertum.pptPresentasi contoh  Visum et Repertum.ppt
Presentasi contoh Visum et Repertum.ppt
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
 
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
 
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioIMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
 

Penyimpangan seksual

  • 1. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Penyimpangan Perilaku Seksual Istilah penyimpangan seksual (sexual deviation) sering disebut juga dengan abnormalitas seksual (sexual abnormality), ketidakwajaran seksual (sexual perversion), dan kejahatan seksual (sexual harassment). Penyimpangan seksual (deviasi seksual) bisa didefinisikan sebagai dorongan dan kepuasan seksual yang ditunjukan kepada obyek seksual secara tidak wajar. Penyimpangan seksual kadang disertai dengan ketidakwajaran seksual, yaitu perilaku atau fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi diluar hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau dengan partner yang belum dewasa, dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum. (Junaedi, 2010). Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar. (Abdullah, 2008). Yang dimaksud penyimpangan seksual adalah pemenuhan nafsu biologis dengan cara dan bentuk yang menyimpang dari syariat, fitrah dan akal sehat. (Farhan, 2002) 2.2 Bentuk-Bentuk Penyimpangan Seksual 2.2.1 Homoseksual Homoseksual merupakan kelainan seksual berupa disorientasi pasangan seksualnya. Disebut gay bila penderitanya laki-laki dan lesbi untuk penderita perempuan. Hal yang memprihatinkan disini adalah kaitan yang erat antara homoseksual dengan peningkatan risiko AIDS. Pernyataan ini dipertegas dalam jurnal kedokteran Amerika (JAMA tahun 2000), kaum homoseksual yang “mencari” pasangannya melalui internet, terpapar risiko
  • 2. penyakit menular seksual (termasuk AIDS) lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak. 2.2.2 Sadomasokisme Sadisme seksual termasuk kelainan seksual. Dalam hal ini kepuasan seksual diperoleh bila mereka melakukan hubungan seksual dengan terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa pasangannya. Sedangkan masokisme seksual merupakan kebalikan dari sadisme seksual. Seseorang dengan sengaja membiarkan dirinya disakiti atau disiksa untuk memperoleh kepuasan seksual. 2.2.3 Ekshibisionisme Penderita ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan seksualnya dengan memperlihatkan alat kelamin mereka kepada orang lain yang sesuai dengan kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik dan menjerit ketakutan, ia akan semakin terangsang. Kondisi begini sering diderita pria, dengan memperlihatkan penisnya yang dilanjutkan dengan masturbasi hingga ejakulasi. 2.2.4 Voyeurisme Istilah voyeurisme (disebut juga scoptophilia) berasal dari bahasa Prancis yakni vayeur yang artinya mengintip. Penderita kelainan ini akan memperoleh kepuasan seksual dengan cara mengintip atau melihat orang lain yang sedang telanjang, mandi atau bahkan berhubungan seksual. Setelah melakukan kegiatan mengintipnya, penderita tidak melakukan tindakan lebih lanjut terhadap korban yang diintip. Dia hanya mengintip atau melihat, tidak lebih. Ejakuasinya dilakukan dengan cara bermasturbasi setelah atau selama mengintip atau melihat korbannya. Dengan kata lain, kegiatan mengintip atau melihat tadi merupakan rangsangan seksual bagi penderita untuk memperoleh kepuasan seksual. Yang jelas, para penderita perilaku seksual menyimpang sering membutuhkan bimbingan atau konseling kejiwaan, disamping dukungan orang-orang terdekatnya agar dapat membantu mengatasi keadaan mereka. 2.2.5 Fetishisme Fatishi berarti sesuatu yang dipuja. Jadi pada penderita fetishisme,
  • 3. aktivitas seksualnya disalurkan melalui bermasturbasi dengan BH (breast holder), celana dalam, kaos kaki, atau benda lain yang dapat meningkatkan hasrat atau dorongan seksual. Sehingga, orang tersebut mengalami ejakulasi dan mendapatkan kepuasan. Namun, ada juga penderita yang meminta pasangannya untuk mengenakan benda-benda favoritnya, kemudian melakukan hubungan seksual yang sebenarnya dengan pasangannya tersebut. 2.2.6 Pedophilia / Pedophil / Pedofilia / Pedofil Adalah orang dewasa yang yang suka melakukan hubungan seks / kontak fisik yang merangsang dengan anak di bawah umur. 2.2.7 Bestially Bestially adalah manusia yang suka melakukan hubungan seks dengan binatang seperti kambing, kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek, anjing, kucing, dan lain sebagainya. 2.2.8 Incest Adalah hubungan seks dengan sesama anggota keluarga sendiri non suami istri seperti antara ayah dan anak perempuan dan ibu dengna anak cowok 2.2.9 Necrophilia/Necrofil Adalah orang yang suka melakukan hubungan seks dengan orang yang sudah menjadi mayat / orang mati. 2.2.10 Zoophilia Adalah orang yang senang dan terangsang melihat hewan melakukan hubungan seks dengan hewan. 2.2.11 Sodomi Sodomi adalah pria yang suka berhubungan seks melalui dubur pasangan seks baik pasangan sesama jenis (homo) maupun dengan pasangan perempuan. 2.2.12 Frotteurisme/Frotteuris Yaitu suatu bentuk kelainan sexual di mana seseorang laki-laki mendapatkan kepuasan seks dengan jalan menggesek-gesek / menggosok- gosok alat kelaminnya ke tubuh perempuan di tempat publik / umum seperti di kereta, pesawat, bis, dll.
  • 4. 2.2.13 Gerontopilia Adalah suatu perilaku penyimpangan seksual dimana sang pelaku jatuh cinta dan mencari kepuasan seksual kepada orang yang sudah berusia lanjut (nenek-nenek atau kakek-kakek). Gerontopilia termasuk dalam salah satu diagnosis gangguan seksual, dari sekian banyak gangguan seksual seperti voyurisme, exhibisionisme, sadisme, masochisme, pedopilia, brestilia, homoseksual, fetisisme, frotteurisme, dan lain sebagainya. Keluhan awalnya adalah merasa impoten bila menghadapi istri/suami sebagai pasangan hidupnya, karena merasa tidak tertarik lagi. Semakin ia didesak oleh pasangannya maka ia semakin tidak berkutik, bahkan menjadi cemas. Gairah seksualnya kepada pasangan yang sebenarnya justru bisa bangkit lagi jika ia telah bertemu dengan idamannya (kakek/nenek). Manusia itu diciptakan Tuhan sebagai makhkluk sempurna, sehingga mampu mencintai dirinya (autoerotik), mencintai orang lain beda jenis (heteroseksual) namun juga yang sejenis (homoseksual) bahkan dapat jatuh cinta makhluk lain ataupun benda, sehingga kemungkinan terjadi perilaku menyimpang dalam perilaku seksual amat banyak. Manusia walaupun diciptakanNya sempurna namun ada keterbatasan, misalnya manusia itu satu-satunya makhluk yang mulut dan hidungnya tidak mampu menyentuh genetalianya; seandainya dapat dilakukan mungkin manusia sangat mencintai dirinya secara menyimpang pula. Hal itu sangat berbeda dengan hewan, hampir semua hewan mampu mencium dan menjilat genetalianya, kecuali Barnobus (sejenis Gorilla) yang sulit mencium genetalianya. Barnobus satu-satunya jenis apes (monyet) yang bila bercinta menatap muka pasangannya, sama dengan manusia. Hewanpun juga banyak yang memiliki penyimpangan perilaku seksual seperti pada manusia, hanya saja mungkin variasinya lebih sedikit, misalnya ada hewan yang homoseksual, sadisme, dan sebagainya. Kasus Gerontopilia mungkin jarang terdapat dalam masyarakat karena umumnya si pelaku malu untuk berkonsultasi ke ahli, dan tidak jarang mereka adalah anggota masyarakat biasa yang juga memiliki keluarga (anak & istri/suami) serta dapat menjalankan tugas-tugas hidupnya secara normal
  • 5. bahkan kadang-kadang mereka dikenal sebagai orang-orang yang berhasil/sukses dalam karirnya. Meski jarang ditemukan, tidaklah berarti bahwa kasus tersebut tidak ada dalam masyarakat Indonesia. Perilaku seksual merupakan hasil interaksi antara kepribadian dengan lingkungan sekitarnya. 2.3 Beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi prilaku seksual 2.3.1 Perspektif biologis Perubahan biologis yang terjadi pada masa pubertas dan pengaktifan hormonal. Pada masa ini rawan terjadinya penyimpangan seksual. 2.3.2 Pengaruh orangtua Pengaruh ini terjadi biasanya kurangnya komunikasi antara orangtua dengan remaja dalam masalah seputar seksual yang akhirnya dapat memperkuat munculnya perilaku penyimpangan seksual (Oom, 1981). 2.3.3 Pengaruh teman sebaya 2.3.4 Perspektif akademik 2.3.5 Pespektif akamik 2.3.6 Perseptif sosial kognitif. 2.4 Usaha-usaha pencegahan antara lain 2.4.1 Sikap dan pengertian orang tua. Pencegahan abnormalitas masturbasi sesungguhnya bias secara optimal diperankan oleh orang tua. Sikap dan reaksi yang tepat dari orang tua terhadap anaknya yang melakukan masturbasi sangat penting. Di samping itu, orang tua perlu memperhatikan kesehatan umum dari anak-anaknya juga kebersihan di sekitar daerah genitalia mereka. Orangb tua perlu mengawasi secara bijaksana hal-hal yang bersifat pornografis dan pornoaksi yang terpapar pada anak. Menekankan kebiasaan masturbasi sebagai sebuah dosa dan pemberian hukuman hanya akan menyebabkan anak putus asa dan menghentikan usaha untuk mencontohnya. Sedangkan pengawasan yang bersifat terang-terangan akan menyebabkan sang anak lebih memusatkan
  • 6. perhatiannya pada kebiasaan ini; dan kebiasaan ini bias jadi akan menetap. Orang tua perlu memberikan penjelasan seksual secara jujur, sederhana dan terus terang kepada anaknya pada saat-saat yang tepat berhubungan dengan perubahan-perubahan fisiologik seperti adanya ereksi, mulai adanya haid dn fenomena sexual secunder lainnya. Secara khusus, biasanya anak remaja melakukan masturbasi jika punya kesempatan melakukannya. Kesempatan itulah sebenarnya yang jadi persoalan utama. Agar tidak bermasturbasi, hendaklah dia (anak) jangan diberi kesempatan untuk melakukannya. Kalau bisa, hilangkan kesempatan itu. Masturbasi biasanya dilakukan di tempat- tempat yang sunyi, sepi dan menyendiri. Maka, jangan biarkan anak untuk mendapatkan kesempatan menyepi sendiri. Usahakan agar dia tidak seorang diri dan tidak kesepian. Beri dia kesibukan dan pekerjaan menarik yang menyita seluruh perhatiannya, sehingga ia tidak teringat untuk pergi ke tempat sunyi dan melakukan masturbasi. Selain itu, menciptakan suasana rumah tangga yang dapat mengangkat harga diri anak, hingga ia dapat merasakan harga dirinya. Hindarkan anak dari melihat, mendengar dan membaca buku-buku dan gambar-gambar porno. Suruhlah anak-anak berolah raga, khususnya olah raga bela diri, yang akan menyalurkan kelebihan energi tubuhnya. Atau membiasakan mereka aktif dalam organisasi kepemudaan dan keolahragaan. 2.4.2 Pendidikan seks Sex education (pendidikan seks) sangat berguna dalam mencegah remaja pada kebiasaan masturbasi. Pendidikan seks dimaksudkan sebagai suatu proses yang seharusnya terus-menerus dilakukan sejak anak masih kecil. Pada permulaan sekolah diberikan sex information dengan cara terintegrasi dengan pelajaran-pelajaran lainnya, dimana diberikan penjelasan-penjelasan seksual yang sederhana dan informatif. Pada tahap selanjutnya dapat dilanjutkan dengan diskusi-diskusi yag lebih bebas dan dipimpin oleh orang-orang yang bertanggung jawab dan menguasai bidangnya. Hal penting yang ingin dicapai dengan pendidikan seks adalah supaya anak ketika sampai pada usia adolescent telah mempunyai sikap yang tepat dan
  • 7. wajar terhadap seks. Pengobatan Biasanya anak-anak dengan kebiasaan masturbasi jarang dibawa ke dokter, kecuali kebiasaan ini sangat berlebihan. Masturbasi memerlukan pengobatan hanya apabila sudah ada gejala-gejala abnormal, bias berupa sikap yang tidak tepat dari orang tua yang telah banyak menimbulkan kecemasan, kegelisahan, ketakutan, perasaan bersalah/dosa, menarik diri atau adanya gangguan jiwa yang mendasari, seperti gangguan kepriadian neurosa, perversi maupun psikosa. 2.4.3 Farmakoterapi 1. Pengobatan dengan estrogen (eastration) Estrogen dapat mengontrol dorongan-dorongan seksual yang tadinya tidak terkontrol menjadi lebih terkontrol. Arah keinginan seksual tidak diubah. Diberikan peroral. Efek samping tersering adalah ginecomasti. 2. Pengobatan dengan neuroleptik a. Phenothizine Memperkecil dorongan sexual dan mengurangi kecemasan diberikan peroral. b. Fluphenazine enanthate Preparat modifikasi Phenothiazine. Dapat mengurangi dorongan sexual lebih dari dua-pertiga kasus dan efeknya sangat cepat. Diberikan IM dosis 1cc 25 mg. Efektif untuk jangka waktu 2 pekan. 3. Pengobatan dengan trnsquilizer Diazepam dan Lorazepam berguna untuk mengurangi gejala-gejalan kecemasan dan rasa takut. Perlu diberikan secara hati-hati karena dalam dosis besar dapat menghambat fungsi sexual secara menyeluruh. Pada umumnya obat-obat neuroleptik dan transquilizer berguna sebagai terapi adjuvant untuk pendekatan psikologik. 2.4.4 Psikoterapi Psikoterapi pada kebiasaan masturbasi mesti dilakukan dengan pendekatan yang cukup bijaksana, dapat menerima dengan tenang dan dengan sikap yang penuh pengertian terhadap keluhan penderita. Menciptakan suasana
  • 8. dimana penderita dapat menumpahkan semua masalahnya tanpa ditutup- tutupi merupakan tujuan awal psikoterapi. Pada penderita yang datang hanya dengan keluhan masturbasi dan adanya sedikit kecemasan, tindakan yang diperlukan hanyalah meyakinkan penederita pada kenyataan yag sebenarnya dari masturbasi. Pada kasus-kasus adolescent, kadang-kadang psikoterapi lebih kompleks dan memungkinkan dilakukan semacam interview sex education. Psikotherapi dapat pula dilakukan dengan pendekatan keagamaan dan keyakinan penderita. 2.4.5 Hypnoterapi Self-hypnosis (auto-hypnosis) dapat diterapkan pada penderita dengan masturbasi kompulsif, yaitu dengan mengekspose pikiran bawah sadar penderita dengan anjuran-anjuran mencegah masturbasi. 2.4.6 Genital Mutilation (Sunnat) Ini merupakan pendekatan yang tidak lazim dan jarang dianjurkan secara medis. Pada beberapa daerah dengan kebudayaan tertentu, dengan tujuan mengurangi/membatasi/meniadakan hasrat seksual seseorang, dilakukan mutilasi genital dengan model yang beraneka macam. 2.4.7 Menikah Bagi remaja/adolescent yang sudah memiliki kesiapan untuk menikah dianjurkan untuk menyegerakan menikah untuk menghindari/mencegah terjadinya kebiasaan masturbasi. 2.5 Akibat dari perilaku seksual menyimpang yaitu 1. Akibat dari meningkatnya aktivitas seksual pada remaja yang tidak diimbangi dengan alat kontrasepsi diantaranya adalah kehamilan remaja atau pranikah sehingga banyak remaja yang melakukan tindakan aborsi (pengguguran kandungan) dengan cara meminum ramuan atau jamu, memijat peranakannya atau mencoba mengeluarkan janin dengan cara bantuan dukun atau meminum obat-obatan yang diberikan dokter atau bidan. Cara tersebut bisa mengakhibatkan perdarahan, infeksi sehingga kematian si calon ibu. Sedangkan pada
  • 9. janin mengalami kecacatan mental maupun fisikdalam masa pertumbuhannya. 2. Salah satu akibat yang ditimbulkan dari aktivitas seksual yang tidak sehat adalah infeksi menular seksual (IMS). Penyakit ini disebut juga venereal, berasal dari kata venus, yaitu Dewi Cinta dari Romawi kuno. Penularan penyakit ini biasanya terjadi karena seringnya seseorang melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Bisa juga karena melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang sebelumyan telah terjangkit salah satu penyakit ini. Penyakit seksual ini sangat berbahaya. Pengobatan untuk setiap jenis penyakit berbeda- beda, beberapa diantaranya tidak dapat disembuhkan. 3. Sebagai konsekuensi logis dari perilaku seks menyimpang adalah munculnya berbagai penyakit kelamin (veneral diseases, VD), atau penyakit akibat hubungan seksual (sexually transmitted diseases, STD). Berbagai penyakit kelamin yang kini dikenal di dunia kedokteran adalah: sifilis, gonore, herpes simplex, limprogranuloma akuminata venerium, granuloma inguinale, trikomonas, kondiloma akuminata, dan AIDS. 4. Dari berbagai penyakit itu yang paling terkenal, paling berbahaya dan paling banyak diderita oleh pelaku seks bebas (termasuk pelaku seks menyimpang seperti homoseks, seks anal, dan sebagainya) adalah: sifilis, gonore, herpes progenitalis dan AIDS