SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 29
KONVERSI LAHAN PERTANIAN: 
Gejala Delandreformisasi dan Ancaman pada 
Eksistensi Pertanian 
Oleh: Syahyuti 
Badan Pertanahan Nasional – 
Jakarta, 5 Desember 2014 
1
Materi presentasi: 
1. Dahsyatnya tingkat konversi lahan dan 
dampaknya 
2. Konversi lahan sebagai gejala 
delandreformisasi 
3. Upaya dan kebijakan yang telah dan 
sebaiknya dilakukan ke depan 
2
Manfaat lahan sawah: 
1. Nilai penggunaan (use values) = hasil dari kegiatan usaha 
tani yang dilakukan di lahan sawah 
2. Manfaat bawaan (intrinsic values) = keragaman biologis 
Manfaat langsung: 
1. Output yang dapat dipasarkan dan nilainya dapat terukur 
secara empiris (marketed output atau priced benefit) = 
manfaat personal. 
2. Manfaat yang nilainya tidak terukur (unpriced benefit), 
dinikmati masyarakat luas atau bersifat komunal = 
tersedianya pangan, sarana rekreasi, sarana bagi 
berkembangnya budaya pedesaan, dan lapangan kerja di 
pedesaan. 
3
Manfaat tidak langsung (lingkungan): 
1. mencegah banjir, 
2. pengendali keseimbangan tata air, 
3. mencegah terjadinya erosi, 
4. mengurangi pencemaran lingkungan 
yang berasal dari limbah rumah tangga, 
dan 
5. mencegah pencemaran udara yang 
berasal dari gas buangan. 
4
Dahsyatnya konversi lahan: 
Dalam Buku “Rencana Strategis Kementrian Pertanian tahun 2010-2014”: 
 konversi sawah menjadi lahan non-pertanian tahun 1999-2002 = 562.159 Ha 
 rata-rata = 187.197,7 Ha/tahun. 
5
Konversi lahan di Jawa: 
6
Perubahan lanskap Jabotabek: 
7
Indonesia tidak “kaya” lahan: 
8
Alih fungsi sawah ke kebun SAWIT: 
• Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia 2012= 12,3 juta Ha, 
rencana ekspansi = 26,5 juta Ha 
• Alasan petani mengkonversi ke sawit: 
1. pendapatan sawit lebih tinggi 
2. resiko lebih rendah 
3. nilai jual/anggunan kebun sawit lebih tinggi 
4. biaya produksi padi lebih tinggi 
5. ketersedian air utk lahan sawah sulit 
6. teknologi budidaya sawit lebih mudah. 
• Dampaknya: 
1. produksi beras terancam 
2. bekas lahan sawit butuh waktu panjang untuk recovery 
(umur produktif sawit hanya 15 tahun). 
9
Reforma agraria dan 
pembangunan pertanian: 
10
Pembangunan pertanian melalui landreform Pembangunan pertan melalui agribisnis 
(tanpa landreform) 
Syarat utamanya adalah tiap keluarga petani 
menguasai lahan yang cukup, misal 2 ha per 
keluarga. 
Tidak ada batas minimum penguasaan lahan 
per rumah tangga petani, lahan sesempit 
apapun bisa diakali. Unit perhatiannya bukan 
pada keluarga petani, bukan pada manusia; 
tapi lebih kepada produksi pertanian 
nasional. Pada analisis wilayah. 
Cukup sekali, meski berat secara politis dan 
anggaran 
Perlu upaya terus menerus, membebani 
anggaran pemerintah terus menerus tanpa 
jelas kapan ujungnya 
Bantuan benih, pupuk, dan modal bisa 
dihentikan. Dengan penguasaan 2 ha, tiap 
keluarga petani cukup modal untuk 
membeli pupuk sendiri meskipun harganya 
Rp. 10 ribu per kg, tanpa mengganggu ”asap 
dapur”. 
Bantuan benih, pupuk, dan modal tetap 
dibutuhkan entah sampai kapan. 
11
Pembangunan pertanian melalui landreform Pembangunan pertan melalui agribisnis 
(tanpa landreform) 
Peluangnya kecil saat ini, tidak ada pihak 
yang mendukung secara serius. Presiden 
dan BPN juga ga berkutik. Banyak pula yang 
menolak, terutama investor swasta 
perkebunan besar. 
Saat ini merupakan opsi yang terpaksa harus 
dilakukan pemerintah. Jika tidak, maka 
pembangunan pertanian akan stagnan. 
Sumbangan untuk pemberantasan korupsi 
besar, karena kesempatan politisi besar 
”bermain” menjual tanah air ke kapitalis 
luar menjadi tertutup. Yang bermain disini 
politisi kakap dan pejabat tinggi. 
Korupsi kecil-kecilan terus terjadi dalam 
pengadaan dan distribusi bantuan untuk 
petani. Hampir selalu ada ”fee” dari setiap 
pembelian. Yang bermain hanya staf-staf 
kecil dan menengah. Kelas teri. 
Jika lahan disediakan cukup untuk semua 
yang mau dan butuh bertani, maka 
kehidupan pedesaan akan lestari. 
Akibat pendekatan agribisnis tanpa agraria 
adalah “terusirnya” buruh tani dan petani 
bertanah sempit dari desanya karena kalah 
bersaing tidak mampu mencapai skala 
ekonomi. 
12
Reforma agraria = aspek landreform + aspek 
non-landreform 
Aspek Landreform Aspek Non-Landreform 
Objeknya Berkenaan dengan perihal penataan ulang 
penguasaan dan pemilikan tanah dan sumber 
daya agraria lain (air, ruang bawah tanah, dan 
ruang udara) 
Berkenaan dengan perihal penggunaan dan 
pemanfatan tanah dan sumber daya agraria lain. 
Yang diatur Siapa menguasai sebidang tanah, apakah 
individu, badan usaha, atau negara. Apakah 
berupa hak milik, hak guna usaha, sewa, bagi 
hasil, atau pinjam. 
Apakah sebidang tanah tertentu lebih cocok 
untuk ditanami padi, sawit, atau bikin pabrik. 
Faktor-faktor 
pembentuknya 
faktor tatanan hukum (negara dan adat), 
tekanan demografis, kondisi ekonomi (misal 
lapangan kerja non-pertanian), dan lain-lain. 
faktor geografi, topografi, kesuburan tanah, 
infrastruktur yang ada, kondisi ekonomi lokal-global, 
tekanan demografis, ketersediaan 
teknologi, ketersediaan kredit, keuntungan 
usaha pertanian, dan lain-lain 
Masalah yang 
dihadapi 
Konflik penguasaan dan pemilikan secara 
vertikal dan horizontal, inkosistensi hukum 
(antara UUPA dan “turunannya”), 
ketimpangan penguasaan dan pemilikan, 
penguasaan yang sempit oleh petani 
sehingga tidak ekonomis, ketidaklengkapan 
dan inkosistensi data. 
Degradasi tanah akibat pemanfaatan berlebihan 
atau karena ketidaktepatan secara teknis, konflik 
penggunaan dan pemanfaatan secara vertikal dan 
horizontal, serta tanah semakin menjadi 
komoditas pasar dengan maraknya jual-beli 
tanah. Peta penggunaan tanah juga belum jelas 
dan memadai. 
13
Aspek Landreform Aspek Non-Landreform 
Aktifitas 
Pembaruan Agraria 
yang relevan 
Penetapan objek tanah 
landreform, penetapan petani 
penerima, penetapan harga tanah 
dan cara pembayaran, 
pendistribusian tanah kepada 
penerima, perbaikan penguasaan 
(misal perbaikan sistem 
penyakapan), dan penertiban 
tanah guntay (absentee) 
Berbagai bentuk pengelolaan dan 
pengusahaan tanah, penyediaan 
infrastruktur pendukung, peningkatan 
produktifitas tanah, perbaikan sistem 
pajak tanah, pemberian kredit 
usahatani, penyuluhan dan penelitian, 
penyediaan pasar pertanian, serta 
pengembangan organisasi petani. 
Pihak yang 
bertanggung jawab 
Badan Pertanahan Nasional dari 
pusat sampai daerah, mungkin juga 
Bappenas dan masyarakat adat, yang 
merasa memiliki otoritas dalam hal 
penguasaan tanah. 
Kementerian Pertanian, Kementerian 
Kelautan dan Perikanan, Kehutanan, dan 
departemen lain yang berkepentingan 
dengan penggunaan tanah. 
Kelompok studi Land tenure. Yakni hak atas tanah 
atau penguasaan tanah, atau 
tepatnya tentang status hukum dari 
penguasaan tanah (hak milik, gadai, 
bagi hasil, sewa menyewa, dan juga 
kedudukan buruh tani). 
Land tenancy. Lebih kepada pendekatan 
ekonomi, yaitu menyangkut tentang 
penggarapan tanah dan seterusnya. 
14
Swasembada pangan vs kesejahteraan petani: 
Mencapai swasembada Mencapai kesejahteraan petani 
Unit perhatian nasional Rumah tangga petani 
Pencapaian Swasembada bisa dicapai 
tanpa kesejahteraan petani, 
asalkan total pertanaman 
nasional cukup 
Sejahtera bisa dicapai tanpa 
swasembada, bila lahan per rumah 
tangga cukup (mis 2 ha/RT) 
Yang perduli Presiden, Mentan, media 
massa 
NGO, dan “mestinya” PPL 
Yang dibutuhkan Perluasan lahan (terutama 
kedelai), lahan yang cukup 
secara nasional, 
ketersediaan teknologi, dan 
dukungan untuk adopsi 
teknologi. 
Lahan yang cukup per RT, pola bagi 
hasil, bantuan untuk menekan biaya 
usahatani, harga jual yang menarik 
Bentuk dukungan Teknologi tinggi (benih 
unggul, pupuk cukup, dst) 
Lahan yang cukup per RT, dan 
teknologi 
Pendekatan yg 
bisa diaplikasikan 
Farmer field school (FFS) Farmer Bussiness School (FBS) 
15
Kuadran II 
- Reforma agraria tanpa pembangunan 
pertanian (= landreform tanpa aspek non 
landreform) 
- Lahan cukup per petani, secara nasional 
kurang 
- Bagi hasil menguntungkan penyakap 
Kuadran IV 
- Pembangunan pertanian dengan 
landreform (lahan minimal 2 ha/RT 
petani) 
- Dukungan input cukup. Prasarana baik, 
dan harga menarik 
- Bagi hasil menguntungkan penyakap 
Kuadran I 
- Pembangunan pertanian lemah, tanpa 
landrefrom 
- Ketersediaan input dan prasarana lemah 
- Harga kurang menarik 
- Bagi hasil merugikan penyakap 
Kuadran III 
- Pembangunan pertanian tanpa 
landreform 
- Lahan sec nasional cukup, namun hanya 
0,2 ha/RT 
- Dukungan input, prasarana, dan insentif 
harga 
- Bagi hasil merugikan penyakap 
Petani 
sejahtera 
Petani 
sengsara 
Tidak 
swasembada swasembada 16
Gejala “Delandreformisasi”: 
• Program landreform sejak 1960-an 
dibicarakan, namun tidak pernah efektif 
• Pada waktu yang bersamaan, berlangsung 
proses sebaliknya, berupa ”delandreformisasi” 
• Delandreformisasi = suatu kondisi yang 
bergerak ke arah yang berlawanan dari upaya-upaya 
landreformisasi, berlawanan dengan 
tujuan ideal reforma agraria. 
17
Landreform Delandreformisasi 
Proses panataan penguasaan dan 
pendistribusian lahan kepada petani sehingga 
setiap petani memperoleh lahan yang cukup 
untuk diusahakan dan mampu mensejahterakan 
keluarganya. 
Gejala yang berlawanan dengan ide landreform. 
Lahan petani yang semula cukup menjadi terus 
berkurang karena dijual, karena dibagi-bagi, atau 
karena dialihfungsikan. 
Landreform memimpikan petani memiliki akses 
pada lahan yang mudah, menguasai lahan yang 
cukup untuk keluarganya untuk mencapai 
kesejahteraan, dan penataan ruang sedemikian 
sehingga kegiatan pertanian mendapat 
dukungan secara skala ekonomi, infrastruktur, 
dan kewilyahan. 
Petani semakin terpisah dari lahan. Hanya 
menguasai lahan yang semakin sempit, sehingga 
tidak cukup untuk menafkahi keluarganya. 
Bentuknya adalah pendaftaran tanah, ganti rugi 
lahan, pendistibusian, pendaftaran calon 
penerima tanah, dan lain-lain. 
Beberapa bentuk utama delandreformisasi adalah 
penjualan lahan oleh petani, fragmentasi lahan 
sehingga menjadi tidak ekonomis, dan konversi 
lahan yang sulit dikendalikan. 
Terbatas hanya pada ide, yang malangnya makin 
lama makin pudar. 
Adalah fakta riel. Terjadi setiap hari, makin hari 
makin cepat, makin luas, makin menguat. 
Diwacanakan, dibuka secara luas, dan bahkan 
dijadikan ”jualan politik” para kontestan calon 
legislatif dan eksekutif. 
Tersembunyi, tidak diperhatikan, tidak disadari oleh 
siapapun. Saya berani katakan, Saya adalah orang 
pertama yang menulis hal ini, dan pertama yang 
menggunakan konsep ”delandreformisasi”. 18
Landreform Delandreformisasi 
Redistribusi lahan hanya berlangsung era 
1960-an, lalu transmigrasi, dan peningkatan 
hak penguasaan (sertifikasi) sec terbatas 
Terjadi sepanjang hari, pada lahan sawah dan kering, 
di Jawa dan diluar Jawa. Faktor penyebab terjadinya 
adalah tekanan penduduk, demand tinggi terhadap 
lahan, dan karena sertifikasi lahan. 
Skalanya besar, menarik perhatian, dan 
diberitakan media massa. 
Skalanya kecil-kecil, terjadi di setiap wilayah desa dan 
kota. Tidak ada yang merasa sedih, dan tidak dianggap 
sebagai sebuah ketidakadilan karena dijalankan secara 
sukarela oleh petani, dan legal pula. 
Diskenariokan dan direncanakan oleh 
pemerintah dan kalangan cerdik pandai, 
meski ga kesampaian. 
Sesungguhnya juga tidak diharapkan bahkan oleh 
petani sekalipun, namun tetap terjadi karena tekanan 
hidup dan bujukan hidup konsumtif. 
Dampak tidak berjalannya landreform = 
akses petani padal lahan sulit, penguasaan 
lahan makin sempit, pemerintah terpaksa 
terus memberi bantuan dan subsidi karena 
usahatani per keluarga sempit dan tidak 
ekonomis, kemiskinan, dan ketidakadilan. 
Dampak delandreformisasi = terkendalanya 
pengembangan agribisnis karena skala usaha semakin 
tidak efisien, tenaga kerja usia muda kurang tertarik di 
pertanian, pelepasan tanah menyebabkan kemiskinan 
dan sulit akses ke perbankan, petani terpaksa harus 
melakukan diversifikasi bidang usaha yang serba 
tanggung, serta perubahan sosiokultural yakni 
rusaknya relasi dan keutuhan dalam keluarga. 
19
Upaya Pemerintah: 
1. UU No 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian 
Pangan Berkelanjutan. 
2. Peraturan Pemerintah No 1 Tahun 2011 Ttg Penetapan Dan Alih 
Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. 
3. Peraturan Pemerintah No 12 Tahun 2012 tentang Insentif 
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. 
4. Peraturan Pemerintah No 25 Tahun 2012 tentang Sistem Informasi 
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. 
5. Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2012 Tentang Pembiayaan 
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan 
6. Permentan No 81 tahun 2013 tentang Pedoman Teknis Tata Cara 
Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan 
20
• Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan = (a). Kawasan 
Pertanian Pangan Berkelanjutan; (b). Lahan Pertanian 
Pangan Berkelanjutan; dan (c) Lahan Cadangan 
Pertanian Pangan Berkelanjutan. 
• Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang 
lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan 
dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan 
pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan 
kedaulatan pangan nasional. 
• Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan 
adalah lahan potensial yang dilindungi 
pemanfaatannya agar kesesuaian dan ketersediaannya 
tetap terkendali untuk dimanfaatkan sebagai Lahan 
Pertanian Pangan Berkelanjutan pada masa yang akan 
datang 
21
PP No 1 Tahun 2011 
Pasal 17 (2): 
Perlindungan dilakukan dengan mempertimbangkan: 
1. luas kawasan pertanian pangan; 
2. produktivitas; 
3. potensi teknis lahan; 
4. keandalan infrastruktur; dan 
5. ketersediaan sarana dan prasarana pertanian 
Pasal 22 (1): Lahan yang dapat ditetapkan menjadi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan harus 
memenuhi kriteria : 
1. berada pada kesatuan hamparan lahan yang mendukung produktivitas dan efisiensi produksi; 
2. memiliki potensi teknis dan kesesuaian lahan yang sangat sesuai, sesuai, atau agak sesuai 
untuk peruntukan pertanian pangan; 
3. didukung infrastruktur dasar; dan/atau 
4. telah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian pangan 
Pasal 35 (1): Lahan yang sudah ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan 
dilindungi dan dilarang dialihfungsikan. 
(2) Alih fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan hanya dapat dilakukan dalam rangka: 
(a) pengadaan tanah untuk kepentingan umum; atau 
(b) terjadi bencana 
22
PP No 12 Tahun 2012 
Pasal 5 : Pemerintah memberikan Insentif perlindungan 
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan kepada Petani dengan 
jenis berupa: 
1. pengembangan infrastruktur pertanian; 
2. pembiayaan penelitian dan pengembangan benih dan 
3. varietas unggul; 
4. kemudahan dalam mengakses informasi dan teknologi; 
5. penyediaan sarana dan prasarana produksi pertanian; 
6. jaminan penerbitan sertipikat hak atas tanah; dan/atau 
7. penghargaan bagi Petani berprestasi tinggi 
23
Permentan No 81 tahun 2013 
Lahan yang akan dialihfungsikan harus 
memperhatikan: 
1. luas lahan yang akan dialihkan; 
2. potensi kehilangan hasil pangan akibat konversi; 
3. nilai resiko akibat konversi; 
4. dampak pada penurunan penyerapan tenaga 
kerja pertanian; dan 
5. perkiraan perubahan pada sosio kultural 
masyarakat (kekerabatan, pemukiman dll). 
24
Beberapa kelemahan HUKUM dan kebijakan 
konversi lahan: 
Tahun 2013: dari 33 Provinsi = 17 Provinsi telah 
menyelesaikan dan menerbitkan Perda RTRW. 
Dari 491 Kabupaten/Kota = 306 kabupaten/kota 
menyelesaikan Perda RTRW 
Perda RTRW cenderung lebih mengutamakan kebutuhan 
lahan sektor non pertanian. 
UU No. 41/2009, lahan yang dilindungi = lahan 
beririgasi, lahan reklamasi rawa pasang surut dan non 
pasang surut (lebak) dan atau lahan tidak beririgasi 
(lahan yang dicadangkan untuk pangan berkelanjutan 
yang berada di dalam atau diluar kawasan pertanian 
pangan). 
Dalam Perda RTRW = sebagian besar hanya mengarah 
kepada lahan sawah irigasi teknis dan lahan beririgasi. 
25
UU No. 41/2009 terlalu longgar memberikan kewenangan 
pengaturan dan penetapan lahan yang akan dilindungi 
kepada RTRW wilayah. Lahan pertanian pangan yang 
dilindungi hanya sisa lahan setelah dikurangi kebutuhan non 
pertanian. 
Maka, UU No. 41/2009 yang dituangkan dalam Perda RTRW 
menjadi justifikasi terjadinya konversi lahan pertanian. 
Agar lebih tegas. Jangan hanya “melindungi”, tetapi 
“mengkonservasi lahan pertanian pangan”. 
Luas lahan yang dicadangkan untuk lahan pangan pertanian 
berkelanjutan bervariasi antar wilayah, padahal seharusnya 
semua luas lahan sawah beririgasi dan sebagian lahan kering 
dapat dicadangkan untuk LP2B. 
Pada hakekatnya, pemberlakuan UU 41/2009 tidak akan 
dapat mencegah konversi lahan, bahkan konversi lahan 
menjadi legal sesuai UU dan Perda RTRW. 
26
Kebijakan yang dibutuhkan: 
Implementasi kebijakan membutuhkan tiga strategi (secara simultan) yaitu: 
1. Memperkecil peluang konversi lahan: menekan pertumbuhan penduduk, 
relokasi penduduk di kawasan pertanian produktif, pajak progresif pada lahan 
nonpertanian, dan prinsip "hemat lahan" dalam pembangunan infrastruktur. 
2. Mengendalikan konversi lahan: (a) mencadangkan kawasan pangan yang 
dilindungi dari proses konversi lahan, (b) membatasi luas lahan yang dapat 
dikonversi di setiap daerah berdasarkan konsep kemandirian pangan, (c) 
membatasi konversi pada lahan yang memiliki produktivitas pangan, daya serap 
tenaga kerja, dan fungsi lingkungan tinggi, (d) memberlakukan biaya konversi 
lahan yang bersifat progresif kepada investor pelaku konversi lahan, dan (e) 
membatasi konversi lahan untuk kegiatan nonpertanian yang memiliki daya 
serap tenaga kerja rendah dan berpotensi tinggi menimbulkan masalah 
lingkungan. 
3. Menanggulangi/menetralisir dampak negatif konversi lahan: (a) membangun 
dan merehabilitasi jaringan irigasi, (b) melakukan perluasan lahan sawah 
dengan luasan sebanding dengan kapasitas produksi pangan dan penyerapan 
tenaga kerja pertanian yang hilang akibat konversi lahan, dan (c) 
mengembangkan kegiatan nonpertanian untuk menyerap TK setempat. 
27
Pendekatan untuk pengendalian (Pearce and 
Turner , 1990) : 
(1)Aturan dan kebijakan yang tegas dan penegakannya 
(2)Acquisition and management (sistem dan aturan jual beli 
lahan serta penyempurnaan pola penguasaan lahan (land 
tenure system) 
(3) Insentif (subsidi kepada para petani yang dapat meningkatkan 
kualitas lahan yang mereka miliki, serta penerapan pajak yang 
menarik bagi yang mempertahankan keberadaan lahan 
pertanian) 
(4)Pengembangan prasarana untuk mendukung pengembangan 
kegiatan budidaya pertanian berikut usaha ikutannya. 
28
Terima kasih, semoga berguna 
syahyuti@gmail.com 
29

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah  Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah Hafida Siti
 
Nilai kesetaraan lahan
Nilai kesetaraan lahan Nilai kesetaraan lahan
Nilai kesetaraan lahan Puan Habibah
 
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)Novia Tri Handayani S
 
Permasalahan Penataan Ruang di Daerah
Permasalahan Penataan Ruang di DaerahPermasalahan Penataan Ruang di Daerah
Permasalahan Penataan Ruang di Daerahhenny ferniza
 
pengertian pertanian dan sejarah perkembangan pertanian
pengertian pertanian dan sejarah perkembangan pertanianpengertian pertanian dan sejarah perkembangan pertanian
pengertian pertanian dan sejarah perkembangan pertanianTrisna Monalia
 
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...Himpunan Mahasiswa Planologi ITS
 
Teoti Lokasi Pertanian Von Thunen
Teoti Lokasi Pertanian Von ThunenTeoti Lokasi Pertanian Von Thunen
Teoti Lokasi Pertanian Von ThunenTrijondro Purwanto
 
Persemaian tanaman
Persemaian tanamanPersemaian tanaman
Persemaian tanamanAli Babang
 
Pedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR KotaPedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR KotaAji Qan D
 
Pembahasan pola tanam
Pembahasan pola tanamPembahasan pola tanam
Pembahasan pola tanamAlvin Xevier
 
Bahan tayang penatagunaan tanah-ddrtp 2016
Bahan tayang penatagunaan tanah-ddrtp 2016Bahan tayang penatagunaan tanah-ddrtp 2016
Bahan tayang penatagunaan tanah-ddrtp 2016hadiarnowo
 
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan RuangInstrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan RuangMusnanda Satar
 
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)FithrohPutri
 
1. pengelolaan tanah pendahuluan
1. pengelolaan tanah pendahuluan1. pengelolaan tanah pendahuluan
1. pengelolaan tanah pendahuluanAndrew Hutabarat
 
Masalah Perkebunan di Indonesia
Masalah Perkebunan di IndonesiaMasalah Perkebunan di Indonesia
Masalah Perkebunan di IndonesiaHeri Saputra
 
limpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyalimpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyaFitria Anggrainy
 
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanamanPertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanamanAndary Aindåapryl
 

Mais procurados (20)

Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah  Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah
 
Nilai kesetaraan lahan
Nilai kesetaraan lahan Nilai kesetaraan lahan
Nilai kesetaraan lahan
 
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
 
Permasalahan Penataan Ruang di Daerah
Permasalahan Penataan Ruang di DaerahPermasalahan Penataan Ruang di Daerah
Permasalahan Penataan Ruang di Daerah
 
pengertian pertanian dan sejarah perkembangan pertanian
pengertian pertanian dan sejarah perkembangan pertanianpengertian pertanian dan sejarah perkembangan pertanian
pengertian pertanian dan sejarah perkembangan pertanian
 
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
 
Teoti Lokasi Pertanian Von Thunen
Teoti Lokasi Pertanian Von ThunenTeoti Lokasi Pertanian Von Thunen
Teoti Lokasi Pertanian Von Thunen
 
Pertanian 4.0
Pertanian 4.0Pertanian 4.0
Pertanian 4.0
 
Review RTRW kota semarang
Review RTRW kota semarangReview RTRW kota semarang
Review RTRW kota semarang
 
Persemaian tanaman
Persemaian tanamanPersemaian tanaman
Persemaian tanaman
 
Pedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR KotaPedoman penyusunan RDTR Kota
Pedoman penyusunan RDTR Kota
 
Pembahasan pola tanam
Pembahasan pola tanamPembahasan pola tanam
Pembahasan pola tanam
 
Bahan tayang penatagunaan tanah-ddrtp 2016
Bahan tayang penatagunaan tanah-ddrtp 2016Bahan tayang penatagunaan tanah-ddrtp 2016
Bahan tayang penatagunaan tanah-ddrtp 2016
 
Power point
Power pointPower point
Power point
 
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan RuangInstrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Instrumen Lengkap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
 
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
Permasalahan tata ruang dalam pembangunan (1)
 
1. pengelolaan tanah pendahuluan
1. pengelolaan tanah pendahuluan1. pengelolaan tanah pendahuluan
1. pengelolaan tanah pendahuluan
 
Masalah Perkebunan di Indonesia
Masalah Perkebunan di IndonesiaMasalah Perkebunan di Indonesia
Masalah Perkebunan di Indonesia
 
limpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyalimpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannya
 
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanamanPertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
Pertemuan 1 prinsip dan teknik budidaya tanaman
 

Semelhante a Konversi lahan pertanian (yuti) copy

Seminar tora kementan (yuti) new
Seminar tora kementan (yuti)   newSeminar tora kementan (yuti)   new
Seminar tora kementan (yuti) newSyahyuti Si-Buyuang
 
Georafi Pertanian
Georafi PertanianGeorafi Pertanian
Georafi Pertanianbagask_25
 
PERUBAHAN ALIH FUNGSI LAHAN DARI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH NON PERTANIAN ...
PERUBAHAN ALIH FUNGSI LAHAN DARI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH NON PERTANIAN ...PERUBAHAN ALIH FUNGSI LAHAN DARI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH NON PERTANIAN ...
PERUBAHAN ALIH FUNGSI LAHAN DARI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH NON PERTANIAN ...Law Firm "Fidel Angwarmasse & Partners"
 
Tugas sosiologi pedesaan perbedaan pertanian BERPINDAH FEODALISTIK KAPITALIST...
Tugas sosiologi pedesaan perbedaan pertanian BERPINDAH FEODALISTIK KAPITALIST...Tugas sosiologi pedesaan perbedaan pertanian BERPINDAH FEODALISTIK KAPITALIST...
Tugas sosiologi pedesaan perbedaan pertanian BERPINDAH FEODALISTIK KAPITALIST...Joel mabes
 
Pembangunan pertanian dan usahatani
Pembangunan pertanian dan usahataniPembangunan pertanian dan usahatani
Pembangunan pertanian dan usahataniMuhammad Saddam
 
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptxKelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptxghaibgp
 
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptxKelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptxghaibgp
 
Family farming KNPK - 17 Mei 2023 (yuti).ppt
Family farming KNPK - 17 Mei 2023 (yuti).pptFamily farming KNPK - 17 Mei 2023 (yuti).ppt
Family farming KNPK - 17 Mei 2023 (yuti).pptSyahyuti Si-Buyuang
 
Laporan besar put bismillah
Laporan besar put bismillahLaporan besar put bismillah
Laporan besar put bismillahM Abidin
 

Semelhante a Konversi lahan pertanian (yuti) copy (20)

Seminar tora kementan (yuti) new
Seminar tora kementan (yuti)   newSeminar tora kementan (yuti)   new
Seminar tora kementan (yuti) new
 
Georafi Pertanian
Georafi PertanianGeorafi Pertanian
Georafi Pertanian
 
Bahan 3
Bahan 3Bahan 3
Bahan 3
 
PERUBAHAN ALIH FUNGSI LAHAN DARI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH NON PERTANIAN ...
PERUBAHAN ALIH FUNGSI LAHAN DARI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH NON PERTANIAN ...PERUBAHAN ALIH FUNGSI LAHAN DARI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH NON PERTANIAN ...
PERUBAHAN ALIH FUNGSI LAHAN DARI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH NON PERTANIAN ...
 
Tugas sosiologi pedesaan perbedaan pertanian BERPINDAH FEODALISTIK KAPITALIST...
Tugas sosiologi pedesaan perbedaan pertanian BERPINDAH FEODALISTIK KAPITALIST...Tugas sosiologi pedesaan perbedaan pertanian BERPINDAH FEODALISTIK KAPITALIST...
Tugas sosiologi pedesaan perbedaan pertanian BERPINDAH FEODALISTIK KAPITALIST...
 
Lahan
LahanLahan
Lahan
 
7.faktor produksi tanah
7.faktor produksi tanah7.faktor produksi tanah
7.faktor produksi tanah
 
7.faktor produksi tanah
7.faktor produksi tanah7.faktor produksi tanah
7.faktor produksi tanah
 
Pembangunan pertanian dan usahatani
Pembangunan pertanian dan usahataniPembangunan pertanian dan usahatani
Pembangunan pertanian dan usahatani
 
Agraria 2011 (syahyuti)
Agraria 2011 (syahyuti)Agraria 2011 (syahyuti)
Agraria 2011 (syahyuti)
 
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptxKelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
 
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptxKelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
 
Ff bermartabat (yuti) - 5
Ff   bermartabat (yuti) - 5Ff   bermartabat (yuti) - 5
Ff bermartabat (yuti) - 5
 
Pertanian organik
Pertanian organikPertanian organik
Pertanian organik
 
Faktor produksi alam
Faktor produksi alamFaktor produksi alam
Faktor produksi alam
 
Family farming KNPK - 17 Mei 2023 (yuti).ppt
Family farming KNPK - 17 Mei 2023 (yuti).pptFamily farming KNPK - 17 Mei 2023 (yuti).ppt
Family farming KNPK - 17 Mei 2023 (yuti).ppt
 
Laporan besar put bismillah
Laporan besar put bismillahLaporan besar put bismillah
Laporan besar put bismillah
 
REVOLUSIHIJAU
REVOLUSIHIJAUREVOLUSIHIJAU
REVOLUSIHIJAU
 
1 kajian
1 kajian1 kajian
1 kajian
 
Pembangunan pertanian dan pedesaan.pptx
Pembangunan pertanian dan pedesaan.pptxPembangunan pertanian dan pedesaan.pptx
Pembangunan pertanian dan pedesaan.pptx
 

Mais de Syahyuti Si-Buyuang

My lukisan.pptx ballpoint, cat akrilik, cat air
My lukisan.pptx ballpoint, cat akrilik, cat airMy lukisan.pptx ballpoint, cat akrilik, cat air
My lukisan.pptx ballpoint, cat akrilik, cat airSyahyuti Si-Buyuang
 
Lukisan-lukisan AYAH.pptx cat air cat minyak pensil ballpoint
Lukisan-lukisan AYAH.pptx cat air cat minyak pensil ballpointLukisan-lukisan AYAH.pptx cat air cat minyak pensil ballpoint
Lukisan-lukisan AYAH.pptx cat air cat minyak pensil ballpointSyahyuti Si-Buyuang
 
Buku 7 - Tangan2 dicium RASUL (yuti).pdf Pada intinya, buku ini saya tulis un...
Buku 7 - Tangan2 dicium RASUL (yuti).pdf Pada intinya, buku ini saya tulis un...Buku 7 - Tangan2 dicium RASUL (yuti).pdf Pada intinya, buku ini saya tulis un...
Buku 7 - Tangan2 dicium RASUL (yuti).pdf Pada intinya, buku ini saya tulis un...Syahyuti Si-Buyuang
 
Buku 6 - disertasi Syahyuti Final (yuti).pdf UNIVERSITAS INDONESIA PENGORGANI...
Buku 6 - disertasi Syahyuti Final (yuti).pdf UNIVERSITAS INDONESIA PENGORGANI...Buku 6 - disertasi Syahyuti Final (yuti).pdf UNIVERSITAS INDONESIA PENGORGANI...
Buku 6 - disertasi Syahyuti Final (yuti).pdf UNIVERSITAS INDONESIA PENGORGANI...Syahyuti Si-Buyuang
 
Buku 4 - mau ini apa itu (yuti).pdf BUKU: Mau INI apa ITU? “Komparasi Konsep,...
Buku 4 - mau ini apa itu (yuti).pdf BUKU: Mau INI apa ITU? “Komparasi Konsep,...Buku 4 - mau ini apa itu (yuti).pdf BUKU: Mau INI apa ITU? “Komparasi Konsep,...
Buku 4 - mau ini apa itu (yuti).pdf BUKU: Mau INI apa ITU? “Komparasi Konsep,...Syahyuti Si-Buyuang
 
Buku 00 - draft BERTANI ISLAMI - (23 April 2020).pdf
Buku 00 - draft BERTANI ISLAMI - (23 April 2020).pdfBuku 00 - draft BERTANI ISLAMI - (23 April 2020).pdf
Buku 00 - draft BERTANI ISLAMI - (23 April 2020).pdfSyahyuti Si-Buyuang
 
GOOD JOURNAL guideline panduan penulisan proposal dan jurnal .pptx
GOOD JOURNAL guideline panduan penulisan proposal dan jurnal .pptxGOOD JOURNAL guideline panduan penulisan proposal dan jurnal .pptx
GOOD JOURNAL guideline panduan penulisan proposal dan jurnal .pptxSyahyuti Si-Buyuang
 
PKPM Plgkaraya - Bumdes Koperasi (YUTI) .pptx
PKPM Plgkaraya - Bumdes Koperasi  (YUTI) .pptxPKPM Plgkaraya - Bumdes Koperasi  (YUTI) .pptx
PKPM Plgkaraya - Bumdes Koperasi (YUTI) .pptxSyahyuti Si-Buyuang
 
Rancangan korporasi petani Sulut - 29 Sept 2023 (yuti).pptx
Rancangan korporasi petani Sulut - 29 Sept 2023 (yuti).pptxRancangan korporasi petani Sulut - 29 Sept 2023 (yuti).pptx
Rancangan korporasi petani Sulut - 29 Sept 2023 (yuti).pptxSyahyuti Si-Buyuang
 
KPPN - penyuluhan ke depan - 20 Okt 2023 (yuti) .pptx
KPPN - penyuluhan ke depan - 20 Okt 2023 (yuti) .pptxKPPN - penyuluhan ke depan - 20 Okt 2023 (yuti) .pptx
KPPN - penyuluhan ke depan - 20 Okt 2023 (yuti) .pptxSyahyuti Si-Buyuang
 
MBBM Bumdes UMKM Bangka (YUTI) .pptx
MBBM Bumdes UMKM Bangka (YUTI) .pptxMBBM Bumdes UMKM Bangka (YUTI) .pptx
MBBM Bumdes UMKM Bangka (YUTI) .pptxSyahyuti Si-Buyuang
 
PKPM Bumdes Biereun (YUTI) .pptx
PKPM Bumdes Biereun (YUTI) .pptxPKPM Bumdes Biereun (YUTI) .pptx
PKPM Bumdes Biereun (YUTI) .pptxSyahyuti Si-Buyuang
 
PKPM Bumdes Takengon (YUTI) .pptx
PKPM Bumdes Takengon (YUTI) .pptxPKPM Bumdes Takengon (YUTI) .pptx
PKPM Bumdes Takengon (YUTI) .pptxSyahyuti Si-Buyuang
 
Pendampingan untuk petani (yuti) 25 Okt 2023.pptx
Pendampingan untuk petani (yuti) 25 Okt 2023.pptxPendampingan untuk petani (yuti) 25 Okt 2023.pptx
Pendampingan untuk petani (yuti) 25 Okt 2023.pptxSyahyuti Si-Buyuang
 
RCS8 - aktor sawit nasional YUTI .pptx
RCS8 - aktor sawit nasional YUTI .pptxRCS8 - aktor sawit nasional YUTI .pptx
RCS8 - aktor sawit nasional YUTI .pptxSyahyuti Si-Buyuang
 
Point-point POLICY BRIEF (yuti).pptx
Point-point POLICY BRIEF (yuti).pptxPoint-point POLICY BRIEF (yuti).pptx
Point-point POLICY BRIEF (yuti).pptxSyahyuti Si-Buyuang
 
Buku Pertanian Dunia 2020 (Syahyuti dkk IPB Press 2021)
Buku Pertanian Dunia 2020 (Syahyuti dkk IPB Press 2021)Buku Pertanian Dunia 2020 (Syahyuti dkk IPB Press 2021)
Buku Pertanian Dunia 2020 (Syahyuti dkk IPB Press 2021)Syahyuti Si-Buyuang
 
Bumdes - Tasikmalaya 29 Nov 2022 (yuti) - file 01.pptx
Bumdes - Tasikmalaya 29 Nov 2022 (yuti) - file 01.pptxBumdes - Tasikmalaya 29 Nov 2022 (yuti) - file 01.pptx
Bumdes - Tasikmalaya 29 Nov 2022 (yuti) - file 01.pptxSyahyuti Si-Buyuang
 
Kuliah DASNYUL 15 - 28 Nov 2022 (yuti).pptx
Kuliah DASNYUL 15 - 28 Nov 2022 (yuti).pptxKuliah DASNYUL 15 - 28 Nov 2022 (yuti).pptx
Kuliah DASNYUL 15 - 28 Nov 2022 (yuti).pptxSyahyuti Si-Buyuang
 
Kuliah DASNYUL 14 - 21 Nov 2022 (yuti).pptx
Kuliah DASNYUL 14 - 21 Nov 2022 (yuti).pptxKuliah DASNYUL 14 - 21 Nov 2022 (yuti).pptx
Kuliah DASNYUL 14 - 21 Nov 2022 (yuti).pptxSyahyuti Si-Buyuang
 

Mais de Syahyuti Si-Buyuang (20)

My lukisan.pptx ballpoint, cat akrilik, cat air
My lukisan.pptx ballpoint, cat akrilik, cat airMy lukisan.pptx ballpoint, cat akrilik, cat air
My lukisan.pptx ballpoint, cat akrilik, cat air
 
Lukisan-lukisan AYAH.pptx cat air cat minyak pensil ballpoint
Lukisan-lukisan AYAH.pptx cat air cat minyak pensil ballpointLukisan-lukisan AYAH.pptx cat air cat minyak pensil ballpoint
Lukisan-lukisan AYAH.pptx cat air cat minyak pensil ballpoint
 
Buku 7 - Tangan2 dicium RASUL (yuti).pdf Pada intinya, buku ini saya tulis un...
Buku 7 - Tangan2 dicium RASUL (yuti).pdf Pada intinya, buku ini saya tulis un...Buku 7 - Tangan2 dicium RASUL (yuti).pdf Pada intinya, buku ini saya tulis un...
Buku 7 - Tangan2 dicium RASUL (yuti).pdf Pada intinya, buku ini saya tulis un...
 
Buku 6 - disertasi Syahyuti Final (yuti).pdf UNIVERSITAS INDONESIA PENGORGANI...
Buku 6 - disertasi Syahyuti Final (yuti).pdf UNIVERSITAS INDONESIA PENGORGANI...Buku 6 - disertasi Syahyuti Final (yuti).pdf UNIVERSITAS INDONESIA PENGORGANI...
Buku 6 - disertasi Syahyuti Final (yuti).pdf UNIVERSITAS INDONESIA PENGORGANI...
 
Buku 4 - mau ini apa itu (yuti).pdf BUKU: Mau INI apa ITU? “Komparasi Konsep,...
Buku 4 - mau ini apa itu (yuti).pdf BUKU: Mau INI apa ITU? “Komparasi Konsep,...Buku 4 - mau ini apa itu (yuti).pdf BUKU: Mau INI apa ITU? “Komparasi Konsep,...
Buku 4 - mau ini apa itu (yuti).pdf BUKU: Mau INI apa ITU? “Komparasi Konsep,...
 
Buku 00 - draft BERTANI ISLAMI - (23 April 2020).pdf
Buku 00 - draft BERTANI ISLAMI - (23 April 2020).pdfBuku 00 - draft BERTANI ISLAMI - (23 April 2020).pdf
Buku 00 - draft BERTANI ISLAMI - (23 April 2020).pdf
 
GOOD JOURNAL guideline panduan penulisan proposal dan jurnal .pptx
GOOD JOURNAL guideline panduan penulisan proposal dan jurnal .pptxGOOD JOURNAL guideline panduan penulisan proposal dan jurnal .pptx
GOOD JOURNAL guideline panduan penulisan proposal dan jurnal .pptx
 
PKPM Plgkaraya - Bumdes Koperasi (YUTI) .pptx
PKPM Plgkaraya - Bumdes Koperasi  (YUTI) .pptxPKPM Plgkaraya - Bumdes Koperasi  (YUTI) .pptx
PKPM Plgkaraya - Bumdes Koperasi (YUTI) .pptx
 
Rancangan korporasi petani Sulut - 29 Sept 2023 (yuti).pptx
Rancangan korporasi petani Sulut - 29 Sept 2023 (yuti).pptxRancangan korporasi petani Sulut - 29 Sept 2023 (yuti).pptx
Rancangan korporasi petani Sulut - 29 Sept 2023 (yuti).pptx
 
KPPN - penyuluhan ke depan - 20 Okt 2023 (yuti) .pptx
KPPN - penyuluhan ke depan - 20 Okt 2023 (yuti) .pptxKPPN - penyuluhan ke depan - 20 Okt 2023 (yuti) .pptx
KPPN - penyuluhan ke depan - 20 Okt 2023 (yuti) .pptx
 
MBBM Bumdes UMKM Bangka (YUTI) .pptx
MBBM Bumdes UMKM Bangka (YUTI) .pptxMBBM Bumdes UMKM Bangka (YUTI) .pptx
MBBM Bumdes UMKM Bangka (YUTI) .pptx
 
PKPM Bumdes Biereun (YUTI) .pptx
PKPM Bumdes Biereun (YUTI) .pptxPKPM Bumdes Biereun (YUTI) .pptx
PKPM Bumdes Biereun (YUTI) .pptx
 
PKPM Bumdes Takengon (YUTI) .pptx
PKPM Bumdes Takengon (YUTI) .pptxPKPM Bumdes Takengon (YUTI) .pptx
PKPM Bumdes Takengon (YUTI) .pptx
 
Pendampingan untuk petani (yuti) 25 Okt 2023.pptx
Pendampingan untuk petani (yuti) 25 Okt 2023.pptxPendampingan untuk petani (yuti) 25 Okt 2023.pptx
Pendampingan untuk petani (yuti) 25 Okt 2023.pptx
 
RCS8 - aktor sawit nasional YUTI .pptx
RCS8 - aktor sawit nasional YUTI .pptxRCS8 - aktor sawit nasional YUTI .pptx
RCS8 - aktor sawit nasional YUTI .pptx
 
Point-point POLICY BRIEF (yuti).pptx
Point-point POLICY BRIEF (yuti).pptxPoint-point POLICY BRIEF (yuti).pptx
Point-point POLICY BRIEF (yuti).pptx
 
Buku Pertanian Dunia 2020 (Syahyuti dkk IPB Press 2021)
Buku Pertanian Dunia 2020 (Syahyuti dkk IPB Press 2021)Buku Pertanian Dunia 2020 (Syahyuti dkk IPB Press 2021)
Buku Pertanian Dunia 2020 (Syahyuti dkk IPB Press 2021)
 
Bumdes - Tasikmalaya 29 Nov 2022 (yuti) - file 01.pptx
Bumdes - Tasikmalaya 29 Nov 2022 (yuti) - file 01.pptxBumdes - Tasikmalaya 29 Nov 2022 (yuti) - file 01.pptx
Bumdes - Tasikmalaya 29 Nov 2022 (yuti) - file 01.pptx
 
Kuliah DASNYUL 15 - 28 Nov 2022 (yuti).pptx
Kuliah DASNYUL 15 - 28 Nov 2022 (yuti).pptxKuliah DASNYUL 15 - 28 Nov 2022 (yuti).pptx
Kuliah DASNYUL 15 - 28 Nov 2022 (yuti).pptx
 
Kuliah DASNYUL 14 - 21 Nov 2022 (yuti).pptx
Kuliah DASNYUL 14 - 21 Nov 2022 (yuti).pptxKuliah DASNYUL 14 - 21 Nov 2022 (yuti).pptx
Kuliah DASNYUL 14 - 21 Nov 2022 (yuti).pptx
 

Último

kup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptx
kup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptxkup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptx
kup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptxINDIRAARUNDINASARISA
 
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdfMutiaraArafah2
 
Pengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptx
Pengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptxPengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptx
Pengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptxIPutuSuwitra1
 
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.tency1
 
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIPresentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIariwidiyani3
 
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaKelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaErvina Puspita
 
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptxMODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx12MIPA3NurulKartikaS
 
Penetapan tonisitas sediaan farmasi steril
Penetapan tonisitas sediaan farmasi sterilPenetapan tonisitas sediaan farmasi steril
Penetapan tonisitas sediaan farmasi steriljoey552517
 
miniproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptx
miniproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptxminiproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptx
miniproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptxfais1231
 
ppt erisepas selulitis rs mardi rahayu internship.pptx
ppt erisepas selulitis rs mardi rahayu internship.pptxppt erisepas selulitis rs mardi rahayu internship.pptx
ppt erisepas selulitis rs mardi rahayu internship.pptxfais1231
 
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisika
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisikaKuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisika
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisikajoey552517
 
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdfMembaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdfindigobig
 
sistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdf
sistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdfsistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdf
sistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdfMarisaRintania
 

Último (13)

kup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptx
kup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptxkup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptx
kup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptx
 
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
2 Laporan Praktikum Serum dan Plasma.pdf
 
Pengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptx
Pengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptxPengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptx
Pengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptx
 
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
 
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIPresentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
 
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaKelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
 
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptxMODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
 
Penetapan tonisitas sediaan farmasi steril
Penetapan tonisitas sediaan farmasi sterilPenetapan tonisitas sediaan farmasi steril
Penetapan tonisitas sediaan farmasi steril
 
miniproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptx
miniproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptxminiproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptx
miniproINTERNSIP TEMANGGUNG PARAKAN fix.pptx
 
ppt erisepas selulitis rs mardi rahayu internship.pptx
ppt erisepas selulitis rs mardi rahayu internship.pptxppt erisepas selulitis rs mardi rahayu internship.pptx
ppt erisepas selulitis rs mardi rahayu internship.pptx
 
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisika
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisikaKuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisika
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisika
 
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdfMembaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
Membaca-Pikiran-Orang-dengan-Trik-Psikologi.pdf
 
sistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdf
sistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdfsistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdf
sistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdf
 

Konversi lahan pertanian (yuti) copy

  • 1. KONVERSI LAHAN PERTANIAN: Gejala Delandreformisasi dan Ancaman pada Eksistensi Pertanian Oleh: Syahyuti Badan Pertanahan Nasional – Jakarta, 5 Desember 2014 1
  • 2. Materi presentasi: 1. Dahsyatnya tingkat konversi lahan dan dampaknya 2. Konversi lahan sebagai gejala delandreformisasi 3. Upaya dan kebijakan yang telah dan sebaiknya dilakukan ke depan 2
  • 3. Manfaat lahan sawah: 1. Nilai penggunaan (use values) = hasil dari kegiatan usaha tani yang dilakukan di lahan sawah 2. Manfaat bawaan (intrinsic values) = keragaman biologis Manfaat langsung: 1. Output yang dapat dipasarkan dan nilainya dapat terukur secara empiris (marketed output atau priced benefit) = manfaat personal. 2. Manfaat yang nilainya tidak terukur (unpriced benefit), dinikmati masyarakat luas atau bersifat komunal = tersedianya pangan, sarana rekreasi, sarana bagi berkembangnya budaya pedesaan, dan lapangan kerja di pedesaan. 3
  • 4. Manfaat tidak langsung (lingkungan): 1. mencegah banjir, 2. pengendali keseimbangan tata air, 3. mencegah terjadinya erosi, 4. mengurangi pencemaran lingkungan yang berasal dari limbah rumah tangga, dan 5. mencegah pencemaran udara yang berasal dari gas buangan. 4
  • 5. Dahsyatnya konversi lahan: Dalam Buku “Rencana Strategis Kementrian Pertanian tahun 2010-2014”:  konversi sawah menjadi lahan non-pertanian tahun 1999-2002 = 562.159 Ha  rata-rata = 187.197,7 Ha/tahun. 5
  • 9. Alih fungsi sawah ke kebun SAWIT: • Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia 2012= 12,3 juta Ha, rencana ekspansi = 26,5 juta Ha • Alasan petani mengkonversi ke sawit: 1. pendapatan sawit lebih tinggi 2. resiko lebih rendah 3. nilai jual/anggunan kebun sawit lebih tinggi 4. biaya produksi padi lebih tinggi 5. ketersedian air utk lahan sawah sulit 6. teknologi budidaya sawit lebih mudah. • Dampaknya: 1. produksi beras terancam 2. bekas lahan sawit butuh waktu panjang untuk recovery (umur produktif sawit hanya 15 tahun). 9
  • 10. Reforma agraria dan pembangunan pertanian: 10
  • 11. Pembangunan pertanian melalui landreform Pembangunan pertan melalui agribisnis (tanpa landreform) Syarat utamanya adalah tiap keluarga petani menguasai lahan yang cukup, misal 2 ha per keluarga. Tidak ada batas minimum penguasaan lahan per rumah tangga petani, lahan sesempit apapun bisa diakali. Unit perhatiannya bukan pada keluarga petani, bukan pada manusia; tapi lebih kepada produksi pertanian nasional. Pada analisis wilayah. Cukup sekali, meski berat secara politis dan anggaran Perlu upaya terus menerus, membebani anggaran pemerintah terus menerus tanpa jelas kapan ujungnya Bantuan benih, pupuk, dan modal bisa dihentikan. Dengan penguasaan 2 ha, tiap keluarga petani cukup modal untuk membeli pupuk sendiri meskipun harganya Rp. 10 ribu per kg, tanpa mengganggu ”asap dapur”. Bantuan benih, pupuk, dan modal tetap dibutuhkan entah sampai kapan. 11
  • 12. Pembangunan pertanian melalui landreform Pembangunan pertan melalui agribisnis (tanpa landreform) Peluangnya kecil saat ini, tidak ada pihak yang mendukung secara serius. Presiden dan BPN juga ga berkutik. Banyak pula yang menolak, terutama investor swasta perkebunan besar. Saat ini merupakan opsi yang terpaksa harus dilakukan pemerintah. Jika tidak, maka pembangunan pertanian akan stagnan. Sumbangan untuk pemberantasan korupsi besar, karena kesempatan politisi besar ”bermain” menjual tanah air ke kapitalis luar menjadi tertutup. Yang bermain disini politisi kakap dan pejabat tinggi. Korupsi kecil-kecilan terus terjadi dalam pengadaan dan distribusi bantuan untuk petani. Hampir selalu ada ”fee” dari setiap pembelian. Yang bermain hanya staf-staf kecil dan menengah. Kelas teri. Jika lahan disediakan cukup untuk semua yang mau dan butuh bertani, maka kehidupan pedesaan akan lestari. Akibat pendekatan agribisnis tanpa agraria adalah “terusirnya” buruh tani dan petani bertanah sempit dari desanya karena kalah bersaing tidak mampu mencapai skala ekonomi. 12
  • 13. Reforma agraria = aspek landreform + aspek non-landreform Aspek Landreform Aspek Non-Landreform Objeknya Berkenaan dengan perihal penataan ulang penguasaan dan pemilikan tanah dan sumber daya agraria lain (air, ruang bawah tanah, dan ruang udara) Berkenaan dengan perihal penggunaan dan pemanfatan tanah dan sumber daya agraria lain. Yang diatur Siapa menguasai sebidang tanah, apakah individu, badan usaha, atau negara. Apakah berupa hak milik, hak guna usaha, sewa, bagi hasil, atau pinjam. Apakah sebidang tanah tertentu lebih cocok untuk ditanami padi, sawit, atau bikin pabrik. Faktor-faktor pembentuknya faktor tatanan hukum (negara dan adat), tekanan demografis, kondisi ekonomi (misal lapangan kerja non-pertanian), dan lain-lain. faktor geografi, topografi, kesuburan tanah, infrastruktur yang ada, kondisi ekonomi lokal-global, tekanan demografis, ketersediaan teknologi, ketersediaan kredit, keuntungan usaha pertanian, dan lain-lain Masalah yang dihadapi Konflik penguasaan dan pemilikan secara vertikal dan horizontal, inkosistensi hukum (antara UUPA dan “turunannya”), ketimpangan penguasaan dan pemilikan, penguasaan yang sempit oleh petani sehingga tidak ekonomis, ketidaklengkapan dan inkosistensi data. Degradasi tanah akibat pemanfaatan berlebihan atau karena ketidaktepatan secara teknis, konflik penggunaan dan pemanfaatan secara vertikal dan horizontal, serta tanah semakin menjadi komoditas pasar dengan maraknya jual-beli tanah. Peta penggunaan tanah juga belum jelas dan memadai. 13
  • 14. Aspek Landreform Aspek Non-Landreform Aktifitas Pembaruan Agraria yang relevan Penetapan objek tanah landreform, penetapan petani penerima, penetapan harga tanah dan cara pembayaran, pendistribusian tanah kepada penerima, perbaikan penguasaan (misal perbaikan sistem penyakapan), dan penertiban tanah guntay (absentee) Berbagai bentuk pengelolaan dan pengusahaan tanah, penyediaan infrastruktur pendukung, peningkatan produktifitas tanah, perbaikan sistem pajak tanah, pemberian kredit usahatani, penyuluhan dan penelitian, penyediaan pasar pertanian, serta pengembangan organisasi petani. Pihak yang bertanggung jawab Badan Pertanahan Nasional dari pusat sampai daerah, mungkin juga Bappenas dan masyarakat adat, yang merasa memiliki otoritas dalam hal penguasaan tanah. Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kehutanan, dan departemen lain yang berkepentingan dengan penggunaan tanah. Kelompok studi Land tenure. Yakni hak atas tanah atau penguasaan tanah, atau tepatnya tentang status hukum dari penguasaan tanah (hak milik, gadai, bagi hasil, sewa menyewa, dan juga kedudukan buruh tani). Land tenancy. Lebih kepada pendekatan ekonomi, yaitu menyangkut tentang penggarapan tanah dan seterusnya. 14
  • 15. Swasembada pangan vs kesejahteraan petani: Mencapai swasembada Mencapai kesejahteraan petani Unit perhatian nasional Rumah tangga petani Pencapaian Swasembada bisa dicapai tanpa kesejahteraan petani, asalkan total pertanaman nasional cukup Sejahtera bisa dicapai tanpa swasembada, bila lahan per rumah tangga cukup (mis 2 ha/RT) Yang perduli Presiden, Mentan, media massa NGO, dan “mestinya” PPL Yang dibutuhkan Perluasan lahan (terutama kedelai), lahan yang cukup secara nasional, ketersediaan teknologi, dan dukungan untuk adopsi teknologi. Lahan yang cukup per RT, pola bagi hasil, bantuan untuk menekan biaya usahatani, harga jual yang menarik Bentuk dukungan Teknologi tinggi (benih unggul, pupuk cukup, dst) Lahan yang cukup per RT, dan teknologi Pendekatan yg bisa diaplikasikan Farmer field school (FFS) Farmer Bussiness School (FBS) 15
  • 16. Kuadran II - Reforma agraria tanpa pembangunan pertanian (= landreform tanpa aspek non landreform) - Lahan cukup per petani, secara nasional kurang - Bagi hasil menguntungkan penyakap Kuadran IV - Pembangunan pertanian dengan landreform (lahan minimal 2 ha/RT petani) - Dukungan input cukup. Prasarana baik, dan harga menarik - Bagi hasil menguntungkan penyakap Kuadran I - Pembangunan pertanian lemah, tanpa landrefrom - Ketersediaan input dan prasarana lemah - Harga kurang menarik - Bagi hasil merugikan penyakap Kuadran III - Pembangunan pertanian tanpa landreform - Lahan sec nasional cukup, namun hanya 0,2 ha/RT - Dukungan input, prasarana, dan insentif harga - Bagi hasil merugikan penyakap Petani sejahtera Petani sengsara Tidak swasembada swasembada 16
  • 17. Gejala “Delandreformisasi”: • Program landreform sejak 1960-an dibicarakan, namun tidak pernah efektif • Pada waktu yang bersamaan, berlangsung proses sebaliknya, berupa ”delandreformisasi” • Delandreformisasi = suatu kondisi yang bergerak ke arah yang berlawanan dari upaya-upaya landreformisasi, berlawanan dengan tujuan ideal reforma agraria. 17
  • 18. Landreform Delandreformisasi Proses panataan penguasaan dan pendistribusian lahan kepada petani sehingga setiap petani memperoleh lahan yang cukup untuk diusahakan dan mampu mensejahterakan keluarganya. Gejala yang berlawanan dengan ide landreform. Lahan petani yang semula cukup menjadi terus berkurang karena dijual, karena dibagi-bagi, atau karena dialihfungsikan. Landreform memimpikan petani memiliki akses pada lahan yang mudah, menguasai lahan yang cukup untuk keluarganya untuk mencapai kesejahteraan, dan penataan ruang sedemikian sehingga kegiatan pertanian mendapat dukungan secara skala ekonomi, infrastruktur, dan kewilyahan. Petani semakin terpisah dari lahan. Hanya menguasai lahan yang semakin sempit, sehingga tidak cukup untuk menafkahi keluarganya. Bentuknya adalah pendaftaran tanah, ganti rugi lahan, pendistibusian, pendaftaran calon penerima tanah, dan lain-lain. Beberapa bentuk utama delandreformisasi adalah penjualan lahan oleh petani, fragmentasi lahan sehingga menjadi tidak ekonomis, dan konversi lahan yang sulit dikendalikan. Terbatas hanya pada ide, yang malangnya makin lama makin pudar. Adalah fakta riel. Terjadi setiap hari, makin hari makin cepat, makin luas, makin menguat. Diwacanakan, dibuka secara luas, dan bahkan dijadikan ”jualan politik” para kontestan calon legislatif dan eksekutif. Tersembunyi, tidak diperhatikan, tidak disadari oleh siapapun. Saya berani katakan, Saya adalah orang pertama yang menulis hal ini, dan pertama yang menggunakan konsep ”delandreformisasi”. 18
  • 19. Landreform Delandreformisasi Redistribusi lahan hanya berlangsung era 1960-an, lalu transmigrasi, dan peningkatan hak penguasaan (sertifikasi) sec terbatas Terjadi sepanjang hari, pada lahan sawah dan kering, di Jawa dan diluar Jawa. Faktor penyebab terjadinya adalah tekanan penduduk, demand tinggi terhadap lahan, dan karena sertifikasi lahan. Skalanya besar, menarik perhatian, dan diberitakan media massa. Skalanya kecil-kecil, terjadi di setiap wilayah desa dan kota. Tidak ada yang merasa sedih, dan tidak dianggap sebagai sebuah ketidakadilan karena dijalankan secara sukarela oleh petani, dan legal pula. Diskenariokan dan direncanakan oleh pemerintah dan kalangan cerdik pandai, meski ga kesampaian. Sesungguhnya juga tidak diharapkan bahkan oleh petani sekalipun, namun tetap terjadi karena tekanan hidup dan bujukan hidup konsumtif. Dampak tidak berjalannya landreform = akses petani padal lahan sulit, penguasaan lahan makin sempit, pemerintah terpaksa terus memberi bantuan dan subsidi karena usahatani per keluarga sempit dan tidak ekonomis, kemiskinan, dan ketidakadilan. Dampak delandreformisasi = terkendalanya pengembangan agribisnis karena skala usaha semakin tidak efisien, tenaga kerja usia muda kurang tertarik di pertanian, pelepasan tanah menyebabkan kemiskinan dan sulit akses ke perbankan, petani terpaksa harus melakukan diversifikasi bidang usaha yang serba tanggung, serta perubahan sosiokultural yakni rusaknya relasi dan keutuhan dalam keluarga. 19
  • 20. Upaya Pemerintah: 1. UU No 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. 2. Peraturan Pemerintah No 1 Tahun 2011 Ttg Penetapan Dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. 3. Peraturan Pemerintah No 12 Tahun 2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. 4. Peraturan Pemerintah No 25 Tahun 2012 tentang Sistem Informasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. 5. Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2012 Tentang Pembiayaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan 6. Permentan No 81 tahun 2013 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan 20
  • 21. • Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan = (a). Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan; (b). Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; dan (c) Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan. • Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional. • Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah lahan potensial yang dilindungi pemanfaatannya agar kesesuaian dan ketersediaannya tetap terkendali untuk dimanfaatkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan pada masa yang akan datang 21
  • 22. PP No 1 Tahun 2011 Pasal 17 (2): Perlindungan dilakukan dengan mempertimbangkan: 1. luas kawasan pertanian pangan; 2. produktivitas; 3. potensi teknis lahan; 4. keandalan infrastruktur; dan 5. ketersediaan sarana dan prasarana pertanian Pasal 22 (1): Lahan yang dapat ditetapkan menjadi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan harus memenuhi kriteria : 1. berada pada kesatuan hamparan lahan yang mendukung produktivitas dan efisiensi produksi; 2. memiliki potensi teknis dan kesesuaian lahan yang sangat sesuai, sesuai, atau agak sesuai untuk peruntukan pertanian pangan; 3. didukung infrastruktur dasar; dan/atau 4. telah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian pangan Pasal 35 (1): Lahan yang sudah ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dilindungi dan dilarang dialihfungsikan. (2) Alih fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan hanya dapat dilakukan dalam rangka: (a) pengadaan tanah untuk kepentingan umum; atau (b) terjadi bencana 22
  • 23. PP No 12 Tahun 2012 Pasal 5 : Pemerintah memberikan Insentif perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan kepada Petani dengan jenis berupa: 1. pengembangan infrastruktur pertanian; 2. pembiayaan penelitian dan pengembangan benih dan 3. varietas unggul; 4. kemudahan dalam mengakses informasi dan teknologi; 5. penyediaan sarana dan prasarana produksi pertanian; 6. jaminan penerbitan sertipikat hak atas tanah; dan/atau 7. penghargaan bagi Petani berprestasi tinggi 23
  • 24. Permentan No 81 tahun 2013 Lahan yang akan dialihfungsikan harus memperhatikan: 1. luas lahan yang akan dialihkan; 2. potensi kehilangan hasil pangan akibat konversi; 3. nilai resiko akibat konversi; 4. dampak pada penurunan penyerapan tenaga kerja pertanian; dan 5. perkiraan perubahan pada sosio kultural masyarakat (kekerabatan, pemukiman dll). 24
  • 25. Beberapa kelemahan HUKUM dan kebijakan konversi lahan: Tahun 2013: dari 33 Provinsi = 17 Provinsi telah menyelesaikan dan menerbitkan Perda RTRW. Dari 491 Kabupaten/Kota = 306 kabupaten/kota menyelesaikan Perda RTRW Perda RTRW cenderung lebih mengutamakan kebutuhan lahan sektor non pertanian. UU No. 41/2009, lahan yang dilindungi = lahan beririgasi, lahan reklamasi rawa pasang surut dan non pasang surut (lebak) dan atau lahan tidak beririgasi (lahan yang dicadangkan untuk pangan berkelanjutan yang berada di dalam atau diluar kawasan pertanian pangan). Dalam Perda RTRW = sebagian besar hanya mengarah kepada lahan sawah irigasi teknis dan lahan beririgasi. 25
  • 26. UU No. 41/2009 terlalu longgar memberikan kewenangan pengaturan dan penetapan lahan yang akan dilindungi kepada RTRW wilayah. Lahan pertanian pangan yang dilindungi hanya sisa lahan setelah dikurangi kebutuhan non pertanian. Maka, UU No. 41/2009 yang dituangkan dalam Perda RTRW menjadi justifikasi terjadinya konversi lahan pertanian. Agar lebih tegas. Jangan hanya “melindungi”, tetapi “mengkonservasi lahan pertanian pangan”. Luas lahan yang dicadangkan untuk lahan pangan pertanian berkelanjutan bervariasi antar wilayah, padahal seharusnya semua luas lahan sawah beririgasi dan sebagian lahan kering dapat dicadangkan untuk LP2B. Pada hakekatnya, pemberlakuan UU 41/2009 tidak akan dapat mencegah konversi lahan, bahkan konversi lahan menjadi legal sesuai UU dan Perda RTRW. 26
  • 27. Kebijakan yang dibutuhkan: Implementasi kebijakan membutuhkan tiga strategi (secara simultan) yaitu: 1. Memperkecil peluang konversi lahan: menekan pertumbuhan penduduk, relokasi penduduk di kawasan pertanian produktif, pajak progresif pada lahan nonpertanian, dan prinsip "hemat lahan" dalam pembangunan infrastruktur. 2. Mengendalikan konversi lahan: (a) mencadangkan kawasan pangan yang dilindungi dari proses konversi lahan, (b) membatasi luas lahan yang dapat dikonversi di setiap daerah berdasarkan konsep kemandirian pangan, (c) membatasi konversi pada lahan yang memiliki produktivitas pangan, daya serap tenaga kerja, dan fungsi lingkungan tinggi, (d) memberlakukan biaya konversi lahan yang bersifat progresif kepada investor pelaku konversi lahan, dan (e) membatasi konversi lahan untuk kegiatan nonpertanian yang memiliki daya serap tenaga kerja rendah dan berpotensi tinggi menimbulkan masalah lingkungan. 3. Menanggulangi/menetralisir dampak negatif konversi lahan: (a) membangun dan merehabilitasi jaringan irigasi, (b) melakukan perluasan lahan sawah dengan luasan sebanding dengan kapasitas produksi pangan dan penyerapan tenaga kerja pertanian yang hilang akibat konversi lahan, dan (c) mengembangkan kegiatan nonpertanian untuk menyerap TK setempat. 27
  • 28. Pendekatan untuk pengendalian (Pearce and Turner , 1990) : (1)Aturan dan kebijakan yang tegas dan penegakannya (2)Acquisition and management (sistem dan aturan jual beli lahan serta penyempurnaan pola penguasaan lahan (land tenure system) (3) Insentif (subsidi kepada para petani yang dapat meningkatkan kualitas lahan yang mereka miliki, serta penerapan pajak yang menarik bagi yang mempertahankan keberadaan lahan pertanian) (4)Pengembangan prasarana untuk mendukung pengembangan kegiatan budidaya pertanian berikut usaha ikutannya. 28
  • 29. Terima kasih, semoga berguna syahyuti@gmail.com 29