SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 325
Baixar para ler offline
i
i
Dt.VII.I.1/A.1
TUNTUNAN
MANASIK HAJI DAN UMRAH
KEMENTERIAN AGAMA R.I.
DIREKTORAT JENDERAL
PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
ii
ii
iii
Ir. H. Joko Widodo
Presiden Republik Indonesia
Ir. H. Joko Widodo
Presiden Republik Indonesia
iii
Ir. H. Joko Widodo
Presiden Republik Indonesia
Ir. H. Joko Widodo
Presiden Republik Indonesia
iv
iv
v
Drs. M. H. Jusuf Kalla
Wakil Presiden Republik Indonesia
Drs. M. H. Jusuf Kalla
Wakil Presiden Republik Indonesia
v
Drs. M. H. Jusuf Kalla
Wakil Presiden Republik Indonesia
Drs. M. H. Jusuf Kalla
Wakil Presiden Republik Indonesia
vi
vi
vii
Lukman Hakim Saefuddin
Menteri Agama Republik Indonesia
Lukman Hakim Saefuddin
Menteri Agama Republik Indonesia
vii
Lukman Hakim Saefuddin
Menteri Agama Republik Indonesia
Lukman Hakim Saefuddin
Menteri Agama Republik Indonesia
viii
viii
ix
KATA PENGANTAR
Ibadah haji merupakan perjalanan
spiritual yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Kewajiban tersebut ditujukan bagi umat
Islam yang mampu secara materi, fisik dan
mental. Disamping itu, dalam
pelaksanaannya. jemaah haji harus
memahami ilmu manasik haji. Dengan
pemahaman tersebut diharapkan jemaah
dapat menunaikan ibadah sesuai ketentuan
syariat Islam dan memperoleh haji mabrur.
Undang-undang Nomor 13 Tahun
2008 mengamanatkan bahwa
Pemerintah berkewajiban melakukan
pembinaan, pelayanan dan perlindungan
kepada Jemaah haji. Salah satu bentuk
pembinaan adalah pengadaan buku paket
bimbingan manasik haji , yang terdiri dari:
1. Tuntunan Manasik Haji dan Umrah;
2. Doa dan Dzikir Manasik Haji dan Umrah.
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur
ke hadirat Allah SWT, saya menyambut baik
atas terbitnya buku ”Paket Bimbingan
Manasik Haji” edisi
Ibadah haji merupakan perjalanan
spiritual yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Kewajiban tersebut ditujukan bagi umat
Islam yang mampu secara materi, fisik dan
mental. Disamping itu, dalam
pelaksanaannya. jemaah haji harus
memahami ilmu manasik haji. Dengan
pemahaman tersebut diharapkan jemaah
dapat menunaikan ibadah sesuai ketentuan
syariat Islam dan memperoleh haji mabrur.
Undang-undang Nomor 13 Tahun
2008 mengamanatkan bahwa
Pemerintah berkewajiban melakukan
pembinaan, pelayanan dan perlindungan
kepada Jemaah haji. Salah satu bentuk
pembinaan adalah pengadaan buku paket
bimbingan manasik haji , yang terdiri dari:
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur
ke hadirat Allah SWT, saya menyambut baik
atas terbitnya buku ”Paket Bimbingan
Manasik Haji” edisi
Ibadah haji merupakan perjalanan
spiritual yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Kewajiban tersebut ditujukan bagi umat
Islam yang mampu secara materi, fisik dan
mental. Disamping itu, dalam
pelaksanaannya. jemaah haji harus
memahami ilmu manasik haji. Dengan
pemahaman tersebut diharapkan jemaah
dapat menunaikan ibadah sesuai ketentuan
syariat Islam dan memperoleh haji mabrur.
Undang-undang Nomor 13 Tahun
2008 mengamanatkan bahwa
Pemerintah berkewajiban melakukan
pembinaan, pelayanan dan perlindungan
kepada Jemaah haji. Salah satu bentuk
pembinaan adalah pengadaan buku paket
bimbingan manasik haji , yang terdiri dari:
ii
ix
ix
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur
ke hadirat Allah SWT, saya menyambut baik
atas terbitnya buku ”Paket Bimbingan
Manasik Haji” edisi
Ibadah haji merupakan perjalanan
spiritual yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Kewajiban tersebut ditujukan bagi umat
Islam yang mampu secara materi, fisik dan
mental. Disamping itu, dalam
pelaksanaannya. jemaah haji harus
memahami ilmu manasik haji. Dengan
pemahaman tersebut diharapkan jemaah
dapat menunaikan ibadah sesuai ketentuan
syariat Islam dan memperoleh haji mabrur.
Undang-undang Nomor 13 Tahun
2008 mengamanatkan bahwa
Pemerintah berkewajiban melakukan
pembinaan, pelayanan dan perlindungan
kepada Jemaah haji. Salah satu bentuk
pembinaan adalah pengadaan buku paket
bimbingan manasik haji , yang terdiri dari:
ii
ii
ix
x
Doa-doa yang terdapat dalam buku
ini bcrsumber dari Teks al-Qur’an, a1-
Hadits. dan doa-doa yang diajarkan oleh para
ulama dalam kitab-kitab salaf (klasik).
Jakarta, 27 Mei 2016
Direktur Jenderal PHU,
Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA
NIP. 195704141982031003
xii
x
1. Tuntunan Manasik Haji dan Umrah;
2. Doa dan Dzikir Manasik Haji dan
Umrah.
Doa-doa yang terdapat dalam buku
ini bcrsumber dari Teks al-Qur’an, a1-
Hadits. dan doa-doa yang diajarkan oleh para
ulama dalam kitab-kitab salaf (klasik).
Jakarta, 27 Mei 2016
Direktur Jenderal PHU,
Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA
NIP. 195704141982031003
ii
1. Tuntunan Manasik Haji dan Umrah;
2. Doa dan Dzikir Manasik Haji dan
Umrah.
Doa-doa yang terdapat dalam buku
ini bcrsumber dari Teks al-Qur’an, a1-
Hadits. dan doa-doa yang diajarkan oleh para
ulama dalam kitab-kitab salaf (klasik).
Jakarta, 27 Mei 2016
Direktur Jenderal PHU,
Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA
NIP. 195704141982031003
ii
x
1. Tuntunan Manasik Haji dan Umrah;
2. Doa dan Dzikir Manasik Haji dan
Umrah.
Doa-doa yang terdapat dalam buku
ini bcrsumber dari Teks al-Qur’an, a1-
Hadits. dan doa-doa yang diajarkan oleh para
ulama dalam kitab-kitab salaf (klasik).
Jakarta, 27 Mei 2016
Direktur Jenderal PHU,
Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA
NIP. 195704141982031003
ii
xi
SAMBUTAN MENTERI AGAMA
REPUBLIKINDONESIA
Assalamu 'alaikum wa rahmatullahi wa
barakatuh
Dengan memanjatkan puji syukur ke
hadirat Allah SWT atas taufik dan hidayah-Nya,
saya menyambut baik penerbitan buku Paket
Bimbingan Manasik Haji edisi tahun 1437
H/2016 M sebagai panduan beribadah bagi
seluruh jemaah haji Indonesia.
Buku ini diberikan kepada setiap jemaah
haji agar secara mandiri dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang ibadah
haji. Hal ini penting mengingat ibadah haji
memiliki kekhususan tersendiri baik dari segi
tata cara maupun tempat dan waktu
pelaksanaannya.
Penerbitan buku ini merupakan salah
satu wujud pembinaan dan pelayanan
Pemerintah dalam penyelenggaraan ibadah haji
sesuai undang-undang. Setiap tahun Pemerintah
Indonesia memberangkatkan jemaah haji dalam
xi
SAMBUTAN MENTERI AGAMA
REPUBLIK INDONESIA
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa
barakatuh
Dengan memanjatkan puji syukur ke
hadirat Allah SWT atas taufik dan hidayah-Nya,
saya menyambut baik penerbitan buku Paket
Bimbingan Manasik Haji edisi tahun 1437
H/2016 M sebagai panduan beribadah bagi
seluruh jemaah haji Indonesia.
Buku ini diberikan kepada setiap jemaah
haji agar secara mandiri dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang ibadah
haji. Hal ini penting mengingat ibadah haji
memiliki kekhususan tersendiri baik dari segi
tata cara maupun tempat dan waktu
pelaksanaannya.
Penerbitan buku ini merupakan salah
satu wujud pembinaan dan pelayanan
Pemerintah dalam penyelenggaraan ibadah haji
sesuai undang-undang. Setiap tahun Pemerintah
Indonesia memberangkatkan jemaah haji dalam
xi
xi
xi
SAMBUTAN MENTERI AGAMA
REPUBLIKINDONESIA
Assalamu 'alaikum wa rahmatullahi wa
barakatuh
Dengan memanjatkan puji syukur ke
hadirat Allah SWT atas taufik dan hidayah-Nya,
saya menyambut baik penerbitan buku Paket
Bimbingan Manasik Haji edisi tahun 1437
H/2016 M sebagai panduan beribadah bagi
seluruh jemaah haji Indonesia.
Buku ini diberikan kepada setiap jemaah
haji agar secara mandiri dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang ibadah
haji. Hal ini penting mengingat ibadah haji
memiliki kekhususan tersendiri baik dari segi
tata cara maupun tempat dan waktu
pelaksanaannya.
Penerbitan buku ini merupakan salah
satu wujud pembinaan dan pelayanan
Pemerintah dalam penyelenggaraan ibadah haji
sesuai undang-undang. Setiap tahun Pemerintah
Indonesia memberangkatkan jemaah haji dalam
xi
SAMBUTAN MENTERI AGAMA
REPUBLIK INDONESIA
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa
barakatuh
Dengan memanjatkan puji syukur ke
hadirat Allah SWT atas taufik dan hidayah-Nya,
saya menyambut baik penerbitan buku Paket
Bimbingan Manasik Haji edisi tahun 1437
H/2016 M sebagai panduan beribadah bagi
seluruh jemaah haji Indonesia.
Buku ini diberikan kepada setiap jemaah
haji agar secara mandiri dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang ibadah
haji. Hal ini penting mengingat ibadah haji
memiliki kekhususan tersendiri baik dari segi
tata cara maupun tempat dan waktu
pelaksanaannya.
Penerbitan buku ini merupakan salah
satu wujud pembinaan dan pelayanan
Pemerintah dalam penyelenggaraan ibadah haji
sesuai undang-undang. Setiap tahun Pemerintah
Indonesia memberangkatkan jemaah haji dalam
xi
xi
xii
xii
jumlah terbesar sedunia dengan profil jemaah
haji yang lebih beragam ketimbang negara lain.
Karena itu, di samping menyediakan buku
panduan, Pemerintah terus mengoptimalkan
bimbingan ibadah haji.
Saya berharap buku bimbingan
manasik haji ini bermanfaat bagi seluruh
jemaah haji Indonesia dalam memandu
pelaksanaan ibadah haji ke Tanah Suci sesuai
tuntunan syariah.
Selamat menunaikan ibadah haji kepada
seluruh jemaah haji Indonesia. Semoga meraih
haji mabrur yang terwujudkan dengan
peningkatan upaya perbaikan diri dan
kemampuan menebarkan kemaslahatan bagi
sesama.
Wassalamu 'alaikum wa rahmatullahi wa
barakatuh
Jakarta, 27 Mei 2016
Menteri Agama RI
Lukman Hakim Saefuddin
xii
xii
jumlah terbesar sedunia dengan profil jemaah
haji yang lebih beragam ketimbang negara lain.
Karena itu, di samping menyediakan buku
panduan, Pemerintah terus mengoptimalkan
bimbingan ibadah haji.
Saya berharap buku bimbingan
manasik haji ini bermanfaat bagi seluruh
jemaah haji Indonesia dalam memandu
pelaksanaan ibadah haji ke Tanah Suci sesuai
tuntunan syariah.
Selamat menunaikan ibadah haji kepada
seluruh jemaah haji Indonesia. Semoga meraih
haji mabrur yang terwujudkan dengan
peningkatan upaya perbaikan diri dan
kemampuan menebarkan kemaslahatan bagi
sesama.
Wassalamu 'alaikum wa rahmatullahi wa
barakatuh
Jakarta, 27 Mei 2016
Menteri Agama RI
Lukman Hakim Saefuddin
xii
jumlah terbesar sedunia dengan profil jemaah
haji yang lebih beragam ketimbang negara lain.
Karena itu, di samping menyediakan buku
panduan, Pemerintah terus mengoptimalkan
bimbingan ibadah haji.
Saya berharap buku bimbingan
manasik haji ini bermanfaat bagi seluruh
jemaah haji Indonesia dalam memandu
pelaksanaan ibadah haji ke Tanah Suci sesuai
tuntunan syariah.
Selamat menunaikan ibadah haji kepada
seluruh jemaah haji Indonesia. Semoga meraih
haji mabrur yang terwujudkan dengan
peningkatan upaya perbaikan diri dan
kemampuan menebarkan kemaslahatan bagi
sesama.
Wassalamu 'alaikum wa rahmatullahi wa
barakatuh
Jakarta, 27 Mei 2016
Menteri Agama RI
Lukman Hakim Saefuddin
xii
xii
jumlah terbesar sedunia dengan profil jemaah
haji yang lebih beragam ketimbang negara lain.
Karena itu, di samping menyediakan buku
panduan, Pemerintah terus mengoptimalkan
bimbingan ibadah haji.
Saya berharap buku bimbingan
manasik haji ini bermanfaat bagi seluruh
jemaah haji Indonesia dalam memandu
pelaksanaan ibadah haji ke Tanah Suci sesuai
tuntunan syariah.
Selamat menunaikan ibadah haji kepada
seluruh jemaah haji Indonesia. Semoga meraih
haji mabrur yang terwujudkan dengan
peningkatan upaya perbaikan diri dan
kemampuan menebarkan kemaslahatan bagi
sesama.
Wassalamu 'alaikum wa rahmatullahi wa
barakatuh
Jakarta, 27 Mei 2016
Menteri Agama RI
Lukman Hakim Saefuddin
xii
xiii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................. i
SAMBUTAN .......................................... iii
DAFTAR ISI........................................... v
BAB I PENDAHULUAN..................... 1
A. LATAR BELAKANG.......... 1
B. TUJUAN.............................. 1
C. SASARAN........................... 2
D. ABSTRAKSI ....................... 3
BAB II PROSEDUR PERJALANAN
IBADAH HAJI DAN UMRAH 5
A. PERSIAPAN ........................ 5
1. Mental dan Fisik............. 5
2. Material (Bekal) ............. 6
3. Kiat Meraih Haji Mabrur 7
4. Bimbingan Manasik Haji 8
5. Pemeliharaan Kesehatan
dan Kebugaran ............... 9
6. Pengelompokan ............. 9
B. PEMBERANGKATAN........ 11
1. Kegiatan
Menjelang Berangkat ..... 11
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................ ix
SAMBUTAN .......................................... xi
DAFTAR ISI........................................... xii
BAB I PENDAHULUAN..................... 1
A. LATAR BELAKANG.......... 1
B. TUJUAN.............................. 1
C. SASARAN........................... 2
D. ABSTRAKSI ....................... 3
BAB II PROSEDUR PERJALANAN
IBADAH HAJI DAN UMRAH 5
A. PERSIAPAN ........................ 5
1. Mental dan Fisik............. 5
2. Material (Bekal) ............. 6
3. Kiat Meraih Haji Mabrur 7
4. Bimbingan Manasik Haji 8
5. Pemeliharaan Kesehatan
dan Kebugaran ............... 9
6. Pengelompokan ............. 9
B. PEMBERANGKATAN........ 11
1. Kegiatan
Menjelang Berangkat ..... 11
v
xiii
xiii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................ ix
SAMBUTAN .......................................... xi
DAFTAR ISI............................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN..................... 1
A. LATAR BELAKANG.......... 1
B. TUJUAN.............................. 1
C. SASARAN........................... 2
D. ABSTRAKSI ....................... 3
BAB II PROSEDUR PERJALANAN
IBADAH HAJI DAN UMRAH 5
A. PERSIAPAN ........................ 5
1. Mental ............................ 5
2. Fisik ................................ 6
3. Material (Bekal).............. 6
4. Kiat Meraih Haji Mabrur 7
5. Bimbingan Manasik Haji 8
6. Pemeliharaan Kesehatan
dan Kebugaran ............... 9
7. Pengelompokan ............. 9
B. PEMBERANGKATAN........ 11
1. Kegiatan
Menjelang Berangkat ..... 11
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................. i
SAMBUTAN .......................................... iii
DAFTAR ISI........................................... v
BAB I PENDAHULUAN..................... 1
A. LATAR BELAKANG.......... 1
B. TUJUAN.............................. 1
C. SASARAN........................... 2
D. ABSTRAKSI ....................... 3
BAB II PROSEDUR PERJALANAN
IBADAH HAJI DAN UMRAH 5
A. PERSIAPAN ........................ 5
1. Mental dan Fisik............. 5
2. Material (Bekal) ............. 6
3. Kiat Meraih Haji Mabrur 7
4. Bimbingan Manasik Haji 8
5. Pemeliharaan Kesehatan
dan Kebugaran ............... 9
6. Pengelompokan ............. 9
B. PEMBERANGKATAN........ 11
1. Kegiatan
Menjelang Berangkat ..... 11
v
v
xiii
xiv
xiv
2. Selama Perjalanan dari
Rumah Kediaman sampai
ke Asrama Haji
Embarkasi....................... 11
3. Di Asrama Haji
Embarkasi....................... 12
4. Berangkat Menuju Bandara
Embarkasi....................... 15
5
1
.
.
.
.
i
s
a
k
r
a
b
m
E
a
r
a
d
n
a
B
i
D
.
5
6. Di Pesawat...................... 16
C. DIBANDARUDARA ARAB
SAUDI (KEDATANGAN)........ 25
1. Bandara King Abdul Aziz
Jeddah............................. 25
2. Berangkat Menuju
Makkah........................... 29
3. Bandara
Amir Muhammad bin
Abdul Aziz Madinah ...... 30
D. DI PEMONDOKAN............ 33
1. Madinah.......................... 33
2. Makkah........................... 39
E. DI ARMINA......................... 47
1. Padang Arafat.................. 47
xiv
2. Selama Perjalanan dari
Rumah Kediaman sampai
ke Asrama Haji
Embarkasi....................... 11
3. Di Asrama Haji
Embarkasi....................... 12
4. Berangkat Menuju Bandara
Embarkasi....................... 15
5. Di Bandara Embarkasi.... 15
6. Di Pesawat...................... 16
C. DIBANDARUDARA ARAB
SAUDI (KEDATANGAN)........ 25
1. Bandara King Abdul Aziz
Jeddah............................. 25
2. Berangkat Menuju
Madinah/Makkah............ 29
3. Bandara
Amir Muhammad bin
Abdul Aziz Madinah ...... 30
D. DI PEMONDOKAN............ 33
1. Madinah.......................... 33
2. Makkah........................... 39
E. DI ARMINA......................... 49
1. Padang Arafat.................. 49
vi
2. Selama Perjalanan dari
Rumah Kediaman sampai
ke Asrama Haji
Embarkasi....................... 11
3. Di Asrama Haji
Embarkasi....................... 12
4. Berangkat Menuju Bandara
Embarkasi....................... 15
5. Di Bandara Embarkasi.... 15
6. Di Pesawat...................... 16
C. DIBANDARUDARA ARAB
SAUDI (KEDATANGAN)........ 25
1. Bandara King Abdul Aziz
Jeddah............................. 25
2. Berangkat Menuju
Madinah/Makkah............ 29
3. Bandara
Amir Muhammad bin
Abdul Aziz Madinah ...... 30
D. DI PEMONDOKAN............ 33
1. Madinah.......................... 33
2. Makkah........................... 39
E. DI ARMINA......................... 49
1. Padang Arafat.................. 49
xiv
2. Selama Perjalanan dari
Rumah Kediaman sampai
ke Asrama Haji
Embarkasi....................... 11
3. Di Asrama Haji
Embarkasi....................... 12
4. Berangkat Menuju Bandara
Embarkasi....................... 15
5. Di Bandara Embarkasi.... 15
6. Di Pesawat...................... 16
C. DIBANDARUDARA ARAB
SAUDI (KEDATANGAN)........ 25
1. Bandara King Abdul Aziz
Jeddah............................. 25
2. Berangkat Menuju
Madinah/Makkah............ 29
3. Bandara
Amir Muhammad bin
Abdul Aziz Madinah ...... 30
D. DI PEMONDOKAN............ 33
1. Madinah.......................... 33
2. Makkah........................... 39
E. DI ARMINA......................... 49
1. Padang Arafat.................. 49
vi
xv
2. Muzdalifah ...................... 52
3. Mina ................................ 53
F. KEGIATAN SETELAH
ARMINA.............................. 56
G. DI BANDAR UDARA
ARAB SAUDI
(KEPULANGAN)................ 57
H. DI BANDAR UDARA
DEBARKASI
(DI TANAH AIR) ................ 58
I. DI ASRAMA HAJI.............. 60
J. DI KAMPUNG
HALAMAN ......................... 61
BAB III KETENTUAN DAN HIKMAH
HAJI / UMRAH........................ 63
A. UMRAH.............................. 63
B. HAJI.................................... 67
C. PELAKSANAAN MANASIK
HAJI / UMRAH.................. 74
1. Haji tamattu’................... 74
2. Haji ifrad......................... 138
3. Haji qiran........................ 140
vii
2. Muzdalifah ...................... 52
3. Mina ................................ 53
F. KEGIATAN SETELAH
ARMINA.............................. 56
G. DI BANDAR UDARA
ARAB SAUDI
(KEPULANGAN)................ 57
H. DI BANDAR UDARA
DEBARKASI
(DI TANAH AIR) ................ 58
I. DI ASRAMA HAJI.............. 60
J. DI KAMPUNG
HALAMAN ......................... 61
BAB III KETENTUAN DAN HIKMAH
HAJI / UMRAH........................ 63
A. UMRAH.............................. 63
B. HAJI.................................... 67
C. PELAKSANAAN MANASIK
HAJI / UMRAH.................. 74
1. Haji tamattu’................... 74
2. Haji ifrad......................... 138
3. Haji qiran........................ 140
vii
xv
2. Muzdalifah ...................... 50
3. Mina ................................ 51
F. KEGIATAN SETELAH
ARMINA.............................. 53
G. DI BANDAR UDARA
ARAB SAUDI
(KEPULANGAN)................ 55
H. DI BANDAR UDARA
DEBARKASI
(DI TANAH AIR) ................ 56
I. DI ASRAMA HAJI.............. 57
J. DI KAMPUNG
HALAMAN ......................... 58
BAB III KETENTUAN DAN HIKMAH
HAJI / UMRAH........................ 62
A. UMRAH.............................. 62
B. HAJI.................................... 66
C. PELAKSANAAN MANASIK
HAJI / UMRAH.................. 73
1. Haji tamattu’................... 73
2. Haji ifrad......................... 137
3. Haji qiran........................ 139
2. Muzdalifah ...................... 52
3. Mina ................................ 53
F. KEGIATAN SETELAH
ARMINA.............................. 56
G. DI BANDAR UDARA
ARAB SAUDI
(KEPULANGAN)................ 57
H. DI BANDAR UDARA
DEBARKASI
(DI TANAH AIR) ................ 58
I. DI ASRAMA HAJI.............. 60
J. DI KAMPUNG
HALAMAN ......................... 61
BAB III KETENTUAN DAN HIKMAH
HAJI / UMRAH........................ 63
A. UMRAH.............................. 63
B. HAJI.................................... 67
C. PELAKSANAAN MANASIK
HAJI / UMRAH.................. 74
1. Haji tamattu’................... 74
2. Haji ifrad......................... 138
3. Haji qiran........................ 140
vii
vii
xvi
xvi
BAB IV TEMPAT-TEMPAT ZIARAH
DI TANAH SUCI ..................... 144
A. KOTA MADINAH.............. 144
B. KOTA MAKKAH............... 181
C. HIKMAH ZIARAH ........... 186
BAB V TANYA JAWAB MANASIK
HAJI DAN UMRAH ............... 189
A. PENGERTIAN, SYARAT,
RUKUN, DAN WAJIB
HAJI.................................... 189
B. IHRAM DARI MIQAT....... 195
C. THAWAF ............................ 207
D. MUNAJAT DI MULTAZAM,
SHALAT DI BELAKANG
MAQAM IBRAHIM, DAN
SHALAT DI HIJIR ISMAIL
............................................. 215
E. SA’I ..................................... 218
F. WUKUF.............................. 220
G. MABIT DI MUZDALIFAH 223
H. MELONTAR JAMRAH ..... 225
viii
BAB IV TEMPAT-TEMPAT ZIARAH
DI TANAH SUCI ..................... 145
A. KOTA MADINAH.............. 145
B. KOTA MAKKAH............... 182
C. HIKMAH ZIARAH ........... 187
BAB V TANYA JAWAB MANASIK
HAJI DAN UMRAH ............... 191
A. PENGERTIAN, SYARAT,
RUKUN, DAN WAJIB
HAJI.................................... 191
B. IHRAM DARI MIQAT....... 197
C. THAWAF ............................ 209
D. MUNAJAT DI MULTAZAM,
SHALAT DI BELAKANG
MAQAM IBRAHIM, DAN
SHALAT DI HIJIR ISMAIL
............................................. 217
E. SA’I ..................................... 220
F. WUKUF.............................. 222
G. MABIT DI MUZDALIFAH 225
H. MELONTAR JAMRAH ..... 227
viii
BAB IV TEMPAT-TEMPAT ZIARAH
DI TANAH SUCI ..................... 145
A. KOTA MADINAH.............. 145
B. KOTA MAKKAH............... 182
C. HIKMAH ZIARAH ........... 187
BAB V TANYA JAWAB MANASIK
HAJI DAN UMRAH ............... 191
A. PENGERTIAN, SYARAT,
RUKUN, DAN WAJIB
HAJI.................................... 191
B. IHRAM DARI MIQAT....... 197
C. THAWAF ............................ 209
D. MUNAJAT DI MULTAZAM,
SHALAT DI BELAKANG
MAQAM IBRAHIM, DAN
SHALAT DI HIJIR ISMAIL
............................................. 217
E. SA’I ..................................... 220
F. WUKUF.............................. 222
G. MABIT DI MUZDALIFAH 225
H. MELONTAR JAMRAH ..... 227
viii
BAB IV TEMPAT-TEMPAT ZIARAH
DI TANAH SUCI ..................... 145
A. KOTA MADINAH.............. 145
B. KOTA MAKKAH............... 182
C. HIKMAH ZIARAH ........... 187
BAB V TANYA JAWAB MANASIK
HAJI DAN UMRAH ............... 191
A. PENGERTIAN, SYARAT,
RUKUN, DAN WAJIB
HAJI.................................... 191
B. IHRAM DARI MIQAT....... 197
C. THAWAF ............................ 209
D. MUNAJAT DI MULTAZAM,
SHALAT DI BELAKANG
MAQAM IBRAHIM, DAN
SHALAT DI HIJIR ISMAIL
............................................. 217
E. SA’I ..................................... 220
F. WUKUF.............................. 222
G. MABIT DI MUZDALIFAH 225
H. MELONTAR JAMRAH ..... 227
viii
xvii
I. MABIT DI MINA DAN
NAFAR ............................... 233
J. TAHALLUL........................ 237
K. DAM ................................... 240
L. HAJI BADAL ..................... 246
M. HAJI PEREMPUAN........... 246
N. PELAKSANAAN IBADAH
HAJI BAGI JEMAAH HAJI
YANG SAKIT ATAU
UDZUR............................... 250
O. SHALAT BERJAMAAH
DI MASJID NABAWI DAN
MASJIDIL HARAM
MAKKAH........................... 254
P. TAYAMUM DAN SHALAT
DI PESAWAT...................... 256
Q. AKHLAKUL KARIMAH
JEMAAH HAJI................... 259
R. KATEGORI RAFAS, FUSUQ
DAN JIDAL ........................ 260
S. HAJI MABRUR.................. 262
BAB VI PENUTUP ................................ 265
LAMPIRAN – LAMPIRAN................... 267
ix
I. MABIT DI MINA DAN
NAFAR ............................... 233
J. TAHALLUL........................ 237
K. DAM ................................... 240
L. HAJI BADAL ..................... 246
M. HAJI PEREMPUAN........... 246
N. PELAKSANAAN IBADAH
HAJI BAGI JEMAAH HAJI
YANG SAKIT ATAU
UDZUR............................... 250
O. SHALAT BERJAMAAH
DI MASJID NABAWI DAN
MASJIDIL HARAM
MAKKAH........................... 254
P. TAYAMUM DAN SHALAT
DI PESAWAT...................... 256
Q. AKHLAKUL KARIMAH
JEMAAH HAJI................... 259
R. KATEGORI RAFAS, FUSUQ
DAN JIDAL ........................ 260
S. HAJI MABRUR.................. 262
BAB VI PENUTUP ................................ 265
LAMPIRAN – LAMPIRAN................... 267
ix
xvii
I. MABIT DI MINA DAN
NAFAR ............................... 231
J. TAHALLUL........................ 235
K. DAM ................................... 238
L. HAJI BADAL ..................... 244
M. HAJI PEREMPUAN........... 244
N. PELAKSANAAN IBADAH
HAJI BAGI JEMAAH HAJI
YANG SAKIT ATAU
UDZUR............................... 248
O. SHALAT BERJAMAAH
DI MASJID NABAWI DAN
MASJIDIL HARAM
MAKKAH........................... 252
P. TAYAMUM DAN SHALAT
DI PESAWAT...................... 254
Q. AKHLAKUL KARIMAH
JEMAAH HAJI................... 257
R. KATEGORI RAFAS, FUSUQ
DAN JIDAL ........................ 258
S. HAJI MABRUR.................. 260
BAB VI PENUTUP ................................ 263
LAMPIRAN – LAMPIRAN................... 265
I. MABIT DI MINA DAN
NAFAR ............................... 233
J. TAHALLUL........................ 237
K. DAM ................................... 240
L. HAJI BADAL ..................... 246
M. HAJI PEREMPUAN........... 246
N. PELAKSANAAN IBADAH
HAJI BAGI JEMAAH HAJI
YANG SAKIT ATAU
UDZUR............................... 250
O. SHALAT BERJAMAAH
DI MASJID NABAWI DAN
MASJIDIL HARAM
MAKKAH........................... 254
P. TAYAMUM DAN SHALAT
DI PESAWAT...................... 256
Q. AKHLAKUL KARIMAH
JEMAAH HAJI................... 259
R. KATEGORI RAFAS, FUSUQ
DAN JIDAL ........................ 260
S. HAJI MABRUR.................. 262
BAB VI PENUTUP ................................ 265
LAMPIRAN – LAMPIRAN................... 267
ix
ix
xviii
xviii
x
x
x
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Bimbingan jemaah haji merupakan
bagian dari pembinaan, pelayanan,
dan perlindungan terhadap jemaah
haji yang menjadi salah satu tugas
pemerintah sebagaimana amanat
Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2008 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji.
2. Keadaan jemaah haji yang sangat
majemuk dalam pendidikan, usia,
dan tingkat pemahaman terhadap
ilmu manasik haji membutuhkan
format buku yang praktis namun
dapat mencukupi sebagai standar
dasar pembimbingan.
B. TUJUAN
1. Buku Tuntunan Manasik Haji
dan Umrah dimaksudkan untuk
menjadi pedoman bagi jemaah haji
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Bimbingan jemaah haji merupakan
bagian dari pembinaan, pelayanan,
dan perlindungan terhadap jemaah
haji yang menjadi salah satu tugas
pemerintah sebagaimana amanat
Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2008 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji.
2. Keadaan jemaah haji yang sangat
majemuk dalam pendidikan, usia,
dan tingkat pemahaman terhadap
ilmu manasik haji membutuhkan
format buku yang praktis namun
dapat mencukupi sebagai standar
dasar pembimbingan.
B. TUJUAN
1. Buku Tuntunan Manasik Haji
dan Umrah dimaksudkan untuk
menjadi pedoman bagi jemaah haji
11
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Bimbingan jemaah haji merupakan
bagian dari pembinaan, pelayanan,
dan perlindungan terhadap jemaah
haji yang menjadi salah satu tugas
pemerintah sebagaimana amanat
Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2008 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji.
2. Keadaan jemaah haji yang sangat
majemuk dalam pendidikan, usia,
dan tingkat pemahaman terhadap
ilmu manasik haji membutuhkan
format buku yang praktis namun
dapat mencukupi sebagai standar
dasar pembimbingan.
B. TUJUAN
1. Buku Tuntunan Manasik Haji
dan Umrah dimaksudkan untuk
menjadi pedoman bagi jemaah haji
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Bimbingan jemaah haji merupakan
bagian dari pembinaan, pelayanan,
dan perlindungan terhadap jemaah
haji yang menjadi salah satu tugas
pemerintah sebagaimana amanat
Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2008 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji.
2. Keadaan jemaah haji yang sangat
majemuk dalam pendidikan, usia,
dan tingkat pemahaman terhadap
ilmu manasik haji membutuhkan
format buku yang praktis namun
dapat mencukupi sebagai standar
dasar pembimbingan.
B. TUJUAN
1. Buku Tuntunan Manasik Haji
dan Umrah dimaksudkan untuk
menjadi pedoman bagi jemaah haji
1
2
2
Indonesia dalam melaksanakan haji
sesuai dengan alur gerak dan tempat
kegiatan ibadah.
2. Jemaah haji dapat memahami
penatalaksanaan ibadah hajinya
secara benar dan sempurna sehingga
mendapatkan haji mabrur.
C. SASARAN
1. Membekali setiap jemaah haji
yang telah mendapatkan porsi
keberangkatan tahun berjalan
dengan buku tuntunan manasik haji
dan umrah secara lengkap sebagai
pedoman dalam melaksanakan
ibadah haji.
2. Sebagai pegangan bagi para pelatih
dalam menyusun standar dan silabus
pelatihan jemaah haji.
3. Buku ini tidak dimaksudkan sebagai
referensi akademis perhajian bagi
akademisi, akan tetapi semata-
mata sebagai tuntunan peserta bim-
bingan (jemaah haji) yang akan me-
laksanakan ibadah haji.
2
Indonesia dalam melaksanakan haji
sesuai dengan alur gerak dan tempat
kegiatan ibadah.
2. Jemaah haji dapat memahami
penatalaksanaan ibadah hajinya
secara benar dan sempurna sehingga
mendapatkan haji mabrur.
C. SASARAN
1. Membekali setiap jemaah haji
yang telah mendapatkan porsi
keberangkatan tahun berjalan
dengan buku tuntunan manasik haji
dan umrah secara lengkap sebagai
pedoman dalam melaksanakan
ibadah haji.
2. Sebagai pegangan bagi para pelatih
dalam menyusun standar dan silabus
pelatihan jemaah haji.
3. Buku ini tidak dimaksudkan sebagai
referensi akademis perhajian bagi
akademisi, akan tetapi semata-
mata sebagai tuntunan peserta bim-
bingan (jemaah haji) yang akan me-
laksanakan ibadah haji.
2
Indonesia dalam melaksanakan haji
sesuai dengan alur gerak dan tempat
kegiatan ibadah.
2. Jemaah haji dapat memahami
penatalaksanaan ibadah hajinya
secara benar dan sempurna sehingga
mendapatkan haji mabrur.
C. SASARAN
1. Membekali setiap jemaah haji
yang telah mendapatkan porsi
keberangkatan tahun berjalan
dengan buku tuntunan manasik haji
dan umrah secara lengkap sebagai
pedoman dalam melaksanakan
ibadah haji.
2. Sebagai pegangan bagi para pelatih
dalam menyusun standar dan silabus
pelatihan jemaah haji.
3. Buku ini tidak dimaksudkan sebagai
referensi akademis perhajian bagi
akademisi, akan tetapi semata-
mata sebagai tuntunan peserta bim-
bingan (jemaah haji) yang akan me-
laksanakan ibadah haji.
2
Indonesia dalam melaksanakan haji
sesuai dengan alur gerak dan tempat
kegiatan ibadah.
2. Jemaah haji dapat memahami
penatalaksanaan ibadah hajinya
secara benar dan sempurna sehingga
mendapatkan haji mabrur.
C. SASARAN
1. Membekali setiap jemaah haji
yang telah mendapatkan porsi
keberangkatan tahun berjalan
dengan buku tuntunan manasik haji
dan umrah secara lengkap sebagai
pedoman dalam melaksanakan
ibadah haji.
2. Sebagai pegangan bagi para pelatih
dalam menyusun standar dan silabus
pelatihan jemaah haji.
3. Buku ini tidak dimaksudkan sebagai
referensi akademis perhajian bagi
akademisi, akan tetapi semata-
mata sebagai tuntunan peserta bim-
bingan (jemaah haji) yang akan me-
laksanakan ibadah haji.
2
3
D. ABSTRAKSI
Secara keseluruhan buku ini berisikan
petunjuk manasik haji dan umrah, tata cara
pelaksanaan ibadah haji meliputi ketentuan
hukum dan hikmah tasyri’nya dilengkapi
dengan tanya jawab manasik haji dan umrah,
penjelasan beberapa tempat bersejarah serta
syiar-syiar perhajian yang dianggap perlu.
3
D. ABSTRAKSI
Secara keseluruhan buku ini berisikan
petunjuk manasik haji dan umrah, tata cara
pelaksanaan ibadah haji meliputi ketentuan
hukum dan hikmah tasyri’nya dilengkapi
dengan tanya jawab manasik haji dan umrah,
penjelasan beberapa tempat bersejarah serta
syiar-syiar perhajian yang dianggap perlu.
33
D. ABSTRAKSI
Secara keseluruhan buku ini berisikan
petunjuk manasik haji dan umrah, tata cara
pelaksanaan ibadah haji meliputi ketentuan
hukum dan hikmah tasyri’nya dilengkapi
dengan tanya jawab manasik haji dan umrah,
penjelasan beberapa tempat bersejarah serta
syiar-syiar perhajian yang dianggap perlu.
3
D. ABSTRAKSI
Secara keseluruhan buku ini berisikan
petunjuk manasik haji dan umrah, tata cara
pelaksanaan ibadah haji meliputi ketentuan
hukum dan hikmah tasyri’nya dilengkapi
dengan tanya jawab manasik haji dan umrah,
penjelasan beberapa tempat bersejarah serta
syiar-syiar perhajian yang dianggap perlu.
3
4
44
4
4
4
5
BAB II
PROSEDUR PERJALANAN
IBADAH HAJI DAN UMRAH
A. PERSIAPAN
1. Mental
a. Bertaubat kepada Allah Swt.,
memperbanyak dzikir dan
mohon bimbingan dari Allah
Swt.
b. Menyelesaikan masalah-
masalah yang berkenaan dengan
tanggung jawabnya, meliputi
tanggung jawab keluarga,
pekerjaan dan utang-piutang.
c. Silaturahmi dengan sanak
keluarga, kawan, dan
masyarakat dengan mohon
maaf dan doa restu.
d. Membiasakan pola hidup sehat
agar tidak sulit melakukan
ibadah haji/umrah.
e. Mempelajari manasik atau
tatacara ibadah haji sesuai
ketentuan hukum Islam.
5
BAB II
PROSEDUR PERJALANAN
IBADAH HAJI DAN UMRAH
A. PERSIAPAN
1. Mental
a. Bertaubat kepada Allah Swt.,
memperbanyak dzikir dan
mohon bimbingan dari Allah
Swt.
b. Menyelesaikan masalah-
masalah yang berkenaan dengan
tanggung jawabnya, meliputi
tanggung jawab keluarga,
pekerjaan dan utang-piutang.
c. Silaturahmi dengan sanak
keluarga, kawan, dan
masyarakat dengan mohon
maaf dan doa restu.
d. Membiasakan pola hidup sehat
agar tidak sulit melakukan
ibadah haji/umrah.
e. Mempelajari manasik atau
tatacara ibadah haji sesuai
ketentuan hukum Islam.
55
BAB II
PROSEDUR PERJALANAN
IBADAH HAJI DAN UMRAH
A. PERSIAPAN
1. Mental
a. Bertaubat kepada Allah Swt.,
memperbanyak dzikir dan
mohon bimbingan dari Allah
Swt.
b. Menyelesaikan masalah-
masalah yang berkenaan dengan
tanggung jawabnya, meliputi
tanggung jawab keluarga,
pekerjaan dan utang-piutang.
c. Silaturahmi dengan sanak
keluarga, kawan, dan
masyarakat dengan mohon
maaf dan doa restu.
d. Membiasakan pola hidup sehat
agar tidak sulit melakukan
ibadah haji/umrah.
e. Mempelajari manasik atau
tatacara ibadah haji sesuai
ketentuan hukum Islam.
5
BAB II
PROSEDUR PERJALANAN
IBADAH HAJI DAN UMRAH
A. PERSIAPAN
1. Mental
a. Bertaubat kepada Allah Swt.,
memperbanyak dzikir dan
mohon bimbingan dari Allah
Swt.
b. Menyelesaikan masalah-
masalah yang berkenaan dengan
tanggung jawabnya, meliputi
tanggung jawab keluarga,
pekerjaan dan utang-piutang.
c. Silaturahmi dengan sanak
keluarga, kawan, dan
masyarakat dengan mohon
maaf dan doa restu.
d. Membiasakan pola hidup sehat
agar tidak sulit melakukan
ibadah haji/umrah.
e. Mempelajari manasik atau
tatacara ibadah haji sesuai
ketentuan hukum Islam.
5
6
6
2. Fisik
a. Berolah raga secara teratur, olah raga
yang disarankan adalah olahraga aerobic,
seperti Jalan Kaki, Jogging, Senam,
Bersepeda. Bagi Jemaah yang memiliki
penyakit jantung, gangguan pernafasan,
kencing manis hendaknya berkonsultasi
dengan dokter sebelum berolah raga atau
melakukan latihan fisik.
b. Menjaga berat badan dengan
mengkonsumsi makanan sehat dan
seimbang.
3. Material (Bekal)
a. Mempersiapkan bekal secukupnya
selama dalam perjalanan dan bekal
untuk keluarga yang ditinggalkan.
b. Dibolehkan melaksanakan wali-
matus safar bagi yang mampu
dengan niat mensyukuri nikmat dan
menghindari sifat riya.
c. Membawa perlengkapan ke tanah
suci seperti : pakaian ± 5 (lima)
stel termasuk pakaian seragam
bermotif batik yang sudah
ditetapkan sebagai identitas
nasional, dikarenakan lebih
praktis. Pakaian perempuan tidak
transparan (tidak tipis dan tidak
ketat
6
2. Fisik
a. Berolah raga secara teratur, olah raga
yang disarankan adalah olahraga aerobic,
seperti Jalan Kaki, Jogging, Senam,
Bersepeda. Bagi Jemaah yang memiliki
penyakit jantung, gangguan pernafasan,
kencing manis hendaknya berkonsultasi
dengan dokter sebelum berolah raga atau
melakukan latihan fisik.
b. Menjaga berat badan dengan
mengkonsumsi makanan sehat dan
seimbang.
3. Material (Bekal)
a. Mempersiapkan bekal secukupnya
selama dalam perjalanan dan bekal
untuk keluarga yang ditinggalkan.
b. Dibolehkan melaksanakan wali-
matus safar bagi yang mampu
dengan niat mensyukuri nikmat dan
menghindari sifat riya.
c. Membawa perlengkapan ke tanah
suci seperti : pakaian ± 5 (lima)
stel termasuk pakaian seragam
bermotif batik yang sudah
ditetapkan sebagai identitas
nasional, dikarenakan lebih
praktis. Pakaian perempuan tidak
transparan (tidak tipis dan tidak
ketat
6
2. Fisik
a. Berolah raga secara teratur, olah raga
yang disarankan adalah olahraga aerobic,
seperti Jalan Kaki, Jogging, Senam,
Bersepeda. Bagi Jemaah yang memiliki
penyakit jantung, gangguan pernafasan,
kencing manis hendaknya berkonsultasi
dengan dokter sebelum berolah raga atau
melakukan latihan fisik.
b. Menjaga berat badan dengan
mengkonsumsi makanan sehat dan
seimbang.
3. Material (Bekal)
a. Mempersiapkan bekal secukupnya
selama dalam perjalanan dan bekal
untuk keluarga yang ditinggalkan.
b. Dibolehkan melaksanakan wali-
matus safar bagi yang mampu
dengan niat mensyukuri nikmat dan
menghindari sifat riya.
c. Membawa perlengkapan ke tanah
suci seperti : pakaian ± 5 (lima)
stel termasuk pakaian seragam
bermotif batik yang sudah
ditetapkan sebagai identitas
nasional, dikarenakan lebih
praktis. Pakaian perempuan tidak
transparan (tidak tipis dan tidak
ketat
6
2. Fisik
a. Berolah raga secara teratur, olah raga
yang disarankan adalah olahraga aerobic,
seperti Jalan Kaki, Jogging, Senam,
Bersepeda. Bagi Jemaah yang memiliki
penyakit jantung, gangguan pernafasan,
kencing manis hendaknya berkonsultasi
dengan dokter sebelum berolah raga atau
melakukan latihan fisik.
b. Menjaga berat badan dengan
mengkonsumsi makanan sehat dan
seimbang.
3. Material (Bekal)
a. Mempersiapkan bekal secukupnya
selama dalam perjalanan dan bekal
untuk keluarga yang ditinggalkan.
b. Dibolehkan melaksanakan wali-
matus safar bagi yang mampu
dengan niat mensyukuri nikmat dan
menghindari sifat riya.
c. Membawa perlengkapan ke tanah
suci seperti : pakaian ± 5 (lima)
stel termasuk pakaian seragam
bermotif batik yang sudah
ditetapkan sebagai identitas
nasional, dikarenakan lebih
praktis. Pakaian perempuan tidak
transparan (tidak tipis dan tidak
ketat
6
7
ketat). Jemaah haji tidak boleh
membawa atau menerima titipan
barang-barang seperti: dokumen
negara (selain paspor), benda tajam
(pisau, gunting, dan lain- lain), dan
tidak boleh membawa kompor,
minyak goreng, barang yang mudah
meledak, cetakan yang bergambar
/VCD porno dan lain-lain yang
dapat mengganggu kelancaran dan
keselamatan penerbangan.
4. Kiat Meraih Haji Mabrur
a. Niat yang tulus (ikhlas semata-mata
karena Allah) dan sebaik-baik bekal
adalah takwa kepada Allah.
b. Biaya yang digunakan berasal dari
usaha/harta yang halal.
c. Pelaksanaan hajinya baik rukun,
wajib, dan sunahnya sesuai tuntunan
ketentuan syariat.
d. Selama dalam perjalanan dan ibadah
haji tidak melakukan rafas (ucapan/
perbuatan yang bersifat pornografi),
fasiq (perbuatan maksiat/dosa),
dan jidal (berbantah-bantahan dan
pertengkaran).
e. Setelah kembali dari ibadah haji
meningkatkan kualitas ibadah dan
7
ketat). Jemaah haji tidak boleh
membawa atau menerima titipan
barang-barang seperti: dokumen
negara (selain paspor), benda tajam
(pisau, gunting, dan lain- lain), dan
tidak boleh membawa kompor,
minyak goreng, barang yang mudah
meledak, cetakan yang bergambar/
VCD porno dan lain-lain yang
dapat mengganggu kelancaran dan
keselamatan penerbangan.
4. Kiat Meraih Haji Mabrur
a. Niat yang tulus (ikhlas semata-mata
karena Allah) dan sebaik-baik bekal
adalah takwa kepada Allah.
b. Biaya yang digunakan berasal dari
usaha/harta yang halal.
c. Pelaksanaan hajinya baik rukun,
wajib, dan sunahnya sesuai tuntunan
ketentuan syariat.
d. Selama dalam perjalanan dan ibadah
haji tidak melakukan rafas (ucapan/
perbuatan yang bersifat pornografi),
fasiq (perbuatan maksiat/dosa),
dan jidal (berbantah-bantahan dan
pertengkaran).
e. Setelah kembali dari ibadah haji
meningkatkan kualitas ibadah dan
7
7
ketat). Jemaah haji tidak boleh
membawa atau menerima titipan
barang-barang seperti: dokumen
negara (selain paspor), benda tajam
(pisau, gunting, dan lain- lain), dan
tidak boleh membawa kompor,
minyak goreng, barang yang mudah
meledak, cetakan yang bergambar
/VCD porno dan lain-lain yang
dapat mengganggu kelancaran dan
keselamatan penerbangan.
4. Kiat Meraih Haji Mabrur
a. Niat yang tulus (ikhlas semata-mata
karena Allah) dan sebaik-baik bekal
adalah takwa kepada Allah.
b. Biaya yang digunakan berasal dari
usaha/harta yang halal.
c. Pelaksanaan hajinya baik rukun,
wajib, dan sunahnya sesuai tuntunan
ketentuan syariat.
d. Selama dalam perjalanan dan ibadah
haji tidak melakukan rafas (ucapan/
perbuatan yang bersifat pornografi),
fasiq (perbuatan maksiat/dosa),
dan jidal (berbantah-bantahan dan
pertengkaran).
e. Setelah kembali dari ibadah haji
meningkatkan kualitas ibadah dan
7
ketat). Jemaah haji tidak boleh
membawa atau menerima titipan
barang-barang seperti: dokumen
negara (selain paspor), benda tajam
(pisau, gunting, dan lain- lain), dan
tidak boleh membawa kompor,
minyak goreng, barang yang mudah
meledak, cetakan yang bergambar/
VCD porno dan lain-lain yang
dapat mengganggu kelancaran dan
keselamatan penerbangan.
4. Kiat Meraih Haji Mabrur
a. Niat yang tulus (ikhlas semata-mata
karena Allah) dan sebaik-baik bekal
adalah takwa kepada Allah.
b. Biaya yang digunakan berasal dari
usaha/harta yang halal.
c. Pelaksanaan hajinya baik rukun,
wajib, dan sunahnya sesuai tuntunan
ketentuan syariat.
d. Selama dalam perjalanan dan ibadah
haji tidak melakukan rafas (ucapan/
perbuatan yang bersifat pornografi),
fasiq (perbuatan maksiat/dosa),
dan jidal (berbantah-bantahan dan
pertengkaran).
e. Setelah kembali dari ibadah haji
meningkatkan kualitas ibadah dan
7
8
8
kepedulian sosial yang ditandai
dengan:
1). Perilaku dan tutur katanya lebih
baik.
2). Menebarkan kedamaian dan
kesejahteraan.
3). Senang memberi dan membantu
kepentingan ummat.
5. Bimbingan Manasik Haji
a. Jemaah haji yang telah mendapatkan
kuota tahun berjalan akan
mendapatkan Buku Paket Bim-
bingan Manasik Haji, terdiri dari:
1). Tuntunan Manasik Haji dan
Umrah.
2). Doa dan Dzikir Manasik Haji
dan Umrah.
b. Bentuk bimbingan diberikan da m
a
l
2 sistem yaitu kelompok dan massal.
c. Sistem bimbingan kelompok
dilaksanakan di Kecamatan oleh
KUA Kecamatan.
d. Sistem bimbingan massal
dilaksanakan di Kabupaten/Kota
8
kepedulian sosial yang ditandai
dengan:
1). Perilaku dan tutur katanya lebih
baik.
2). Menebarkan kedamaian dan
kesejahteraan.
3). Senang memberi dan membantu
kepentingan ummat.
4. Bimbingan Manasik Haji
a. Jemaah haji yang telah mendapatkan
kuota tahun berjalan akan
mendapatkan Buku Paket Bim-
bingan Manasik Haji, terdiri dari:
1). Tuntunan Manasik Haji dan
Umrah.
2). Do’a dan Dzikir Manasik Haji
dan Umrah.
b. Bentuk bimbingan diberikan dalam
2 sistem yaitu kelompok dan massal.
c. Sistem bimbingan kelompok
dilaksanakan di Kecamatan oleh
KUA Kecamatan.
d. Sistem bimbingan massal
dilaksanakan di Kabupaten/Kota
8
kepedulian sosial yang ditandai
dengan:
1). Perilaku dan tutur katanya lebih
baik.
2). Menebarkan kedamaian dan
kesejahteraan.
3). Senang memberi dan membantu
kepentingan ummat.
4. Bimbingan Manasik Haji
a. Jemaah haji yang telah mendapatkan
kuota tahun berjalan akan
mendapatkan Buku Paket Bim-
bingan Manasik Haji, terdiri dari:
1). Tuntunan Manasik Haji dan
Umrah.
2). Doa dan Dzikir Manasik Haji
dan Umrah.
b. Bentuk bimbingan diberikan dalam
2 sistem yaitu kelompok dan massal.
c. Sistem bimbingan kelompok
dilaksanakan di Kecamatan oleh
KUA Kecamatan.
d. Sistem bimbingan massal
dilaksanakan di Kabupaten/Kota
8
kepedulian sosial yang ditandai
dengan:
1). Perilaku dan tutur katanya lebih
baik.
2). Menebarkan kedamaian dan
kesejahteraan.
3). Senang memberi dan membantu
kepentingan ummat.
4. Bimbingan Manasik Haji
a. Jemaah haji yang telah mendapatkan
kuota tahun berjalan akan
mendapatkan Buku Paket Bim-
bingan Manasik Haji, terdiri dari:
1). Tuntunan Manasik Haji dan
Umrah.
2). Do’a dan Dzikir Manasik Haji
dan Umrah.
b. Bentuk bimbingan diberikan dalam
2 sistem yaitu kelompok dan massal.
c. Sistem bimbingan kelompok
dilaksanakan di Kecamatan oleh
KUA Kecamatan.
d. Sistem bimbingan massal
dilaksanakan di Kabupaten/Kota
8
9
oleh Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota.
5. Pemeliharaan Kesehatan dan
Kebugaran
Jemaah haji yang telah terdaftar dan
kuotanya masuk dalam urutan berangkat
pada tahun berjalan, diberikan pem-
binaan kesehatan, tuntunan menjaga
dan meningkatkan kebugaran sebagai
persiapan pelaksanaan haji di Arab Saudi
yang sangat membutuhkan kesehatan
dan kebugaran yang prima. Pembinaan
kesehatan ini diberikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota bekerja sama
dengan Puskesmas Kecamatan.
6. Pengelompokan
a. Pengelompokan bimbingan jemaah
haji diatur berdasarkan pertimbangan
domisili jemaah dan keluarga.
b. Setiap 11 orang jemaah haji
dikelompokkan dalam 1 regu
dan setiap 4 regu (45 orang)
dikelompokkan dalam satu
rombongan.
9
oleh Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota.
5. Pemeliharaan Kesehatan dan
Kebugaran
Jemaah haji yang telah terdaftar dan
kuotanya masuk dalam urutan berangkat
pada tahun berjalan, diberikan pem-
binaan kesehatan, tuntunan menjaga
dan meningkatkan kebugaran sebagai
persiapan pelaksanaan haji di Arab Saudi
yang sangat membutuhkan kesehatan
dan kebugaran yang prima. Pembinaan
kesehatan ini diberikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota bekerja sama
dengan Puskesmas Kecamatan.
6. Pengelompokan
a. Pengelompokan bimbingan jemaah
haji diatur berdasarkan pertimbangan
domisili jemaah dan keluarga.
b. Setiap 11 orang jemaah haji
dikelompokkan dalam 1 regu
dan setiap 4 regu (45 orang)
dikelompokkan dalam satu
rombongan.
99
oleh Kantor Kementerian Agama
.
a
t
o
K
/
n
e
t
a
p
u
b
a
K
6. Pemeliharaan Kesehatan dan
Kebugaran
Jemaah haji yang telah terdaftar dan
kuotanya masuk dalam urutan berangkat
pada tahun berjalan, diberikan pem-
binaan kesehatan, tuntunan men a
g
a
j
dan meningkatkan kebugaran se i
a
g
a
b
persiapan pelaksanaan haji di Arab Saudi
yang sangat membutuhkan kesehatan
dan kebugaran yang prima. Pembinaan
kesehatan ini diberikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota bekerja sama
dengan Puskesmas Kecamatan.
7. Pengelompokan
a. Pengelompokan bimbingan jemaah
haji diatur berdasarkan pertim n
a
g
n
a
b
.
a
g
r
a
u
l
e
k
n
a
d
h
a
a
m
e
j
i
l
i
s
i
m
o
d
b. Setiap 11 orang jemaah haji
dikelompokkan dalam 1 regu
dan setiap 4 regu (45 orang)
dikelompokkan dalam satu
rombongan.
oleh Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota.
5. Pemeliharaan Kesehatan dan
Kebugaran
Jemaah haji yang telah terdaftar dan
kuotanya masuk dalam urutan berangkat
pada tahun berjalan, diberikan pem-
binaan kesehatan, tuntunan menjaga
dan meningkatkan kebugaran sebagai
persiapan pelaksanaan haji di Arab Saudi
yang sangat membutuhkan kesehatan
dan kebugaran yang prima. Pembinaan
kesehatan ini diberikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota bekerja sama
dengan Puskesmas Kecamatan.
6. Pengelompokan
a. Pengelompokan bimbingan jemaah
haji diatur berdasarkan pertimbangan
domisili jemaah dan keluarga.
b. Setiap 11 orang jemaah haji
dikelompokkan dalam 1 regu
dan setiap 4 regu (45 orang)
dikelompokkan dalam satu
rombongan.
9
9
10
10
c. Penugasan pembimbing diatur oleh
Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota.
d. Jadwal dan tempat bimbingan diatur
oleh Kepala Kantor Kementerian
Agama Kabupaten/Kota.
e. Jemaah haji akan diberangkatkan
dalam satu kelompok terbang
(Kloter) dengan kapasitas pesawat
ber variasi yaitu: 360 orang, 390
orang dan 455 orang. Dalam
Kloter tersebut terdapat petugas
operasional yang menyertai
jemaah haji terdiri dari:
1). Tim Pemandu Haji Indonesia
(TPHI) sebagai Ketua Kloter.
2). Tim Pembimbing Ibadah Haji
Indonesia (TPIHI).
3). Tim Kesehatan Haji Indonesia
(TKHI) sebagai pelayan
kesehatan.
4). Ketua Rombongan.
5). Ketua Regu.
10
c. Penugasan pembimbing diatur oleh
Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota.
d. Jadwal dan tempat bimbingan diatur
oleh Kepala Kantor Kementerian
Agama Kabupaten/Kota.
e. Jemaah haji akan diberangkatkan
dalam satu kelompok terbang
(Kloter) dengan kapasitas pesawat
bervariasi yaitu: 325 orang, 360
orang, 405 orang, 450 orang dan
455 orang. Dalam Kloter tersebut
terdapat petugas operasional yang
menyertai jemaah haji terdiri dari:
1). Tim Pemandu Haji Indonesia
(TPHI) sebagai Ketua Kloter.
2). Tim Pembimbing Ibadah Haji
Indonesia (TPIHI).
3). Tim Kesehatan Haji Indonesia
(TKHI) sebagai pelayan
kesehatan.
4). Ketua Rombongan.
5). Ketua Regu.
10
c. Penugasan pembimbing diatur oleh
Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota.
d. Jadwal dan tempat bimbingan diatur
oleh Kepala Kantor Kementerian
Agama Kabupaten/Kota.
e. Jemaah haji akan diberangkatkan
dalam satu kelompok terbang
(Kloter) dengan kapasitas pesawat
ber variasi yaitu: 360 orang, 390
orang dan 455 orang. Dalam
Kloter tersebut terdapat petugas
operasional yang menyertai
jemaah haji terdiri dari:
1). Tim Pemandu Haji Indonesia
(TPHI) sebagai Ketua Kloter.
2). Tim Pembimbing Ibadah Haji
Indonesia (TPIHI).
3). Tim Kesehatan Haji Indonesia
(TKHI) sebagai pelayan
kesehatan.
4). Ketua Rombongan.
5). Ketua Regu.
10
c. Penugasan pembimbing diatur oleh
Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota.
d. Jadwal dan tempat bimbingan diatur
oleh Kepala Kantor Kementerian
Agama Kabupaten/Kota.
e. Jemaah haji akan diberangkatkan
dalam satu kelompok terbang
(Kloter) dengan kapasitas pesawat
bervariasi yaitu: 325 orang, 360
orang, 405 orang, 450 orang dan
455 orang. Dalam Kloter tersebut
terdapat petugas operasional yang
menyertai jemaah haji terdiri dari:
1). Tim Pemandu Haji Indonesia
(TPHI) sebagai Ketua Kloter.
2). Tim Pembimbing Ibadah Haji
Indonesia (TPIHI).
3). Tim Kesehatan Haji Indonesia
(TKHI) sebagai pelayan
kesehatan.
4). Ketua Rombongan.
5). Ketua Regu.
10
11
B. PEMBERANGKATAN
1. Kegiatan Menjelang Berangkat
a. Menjaga kondisi kesehatan
dengan makan makanan yang
bergizi dan menjaga kebugaran/
kesehatan secara teratur.
b. Menyelesaikan urusan
pribadi, dinas, dan sosial
kemasyarakatan.
c. Menyiapkan bekal untuk
keluarga yang ditinggalkan.
d. Menyiapkan barang-barang
bawaan, yaitu dokumen (Surat
Panggilan Masuk Asrama/
SPMA, bukti setor warna
biru, buku kesehatan), bekal,
pakaian, dan obat-obatan.
e. Dianjurkan shalat sunat dua
rakaat dan dianjurkan pula
berdo’a untuk keselamatan diri
dankeluargayangditinggalkan.
2. Selama Perjalanan dari Rumah
Kediaman sampai ke Asrama Haji
Embarkasi.
11
B. PEMBERANGKATAN
1. Kegiatan Menjelang Berangkat
a. Menjaga kondisi kesehatan
dengan makan makanan yang
bergizi dan menjaga kebugaran/
kesehatan secara teratur.
b. Menyelesaikan urusan
pribadi, dinas, dan sosial
kemasyarakatan.
c. Menyiapkan bekal untuk
keluarga yang ditinggalkan.
d. Menyiapkan barang-barang
bawaan, yaitu dokumen (Surat
Panggilan Masuk Asrama/
SPMA, bukti setor warna
biru, buku kesehatan), bekal,
pakaian, dan obat-obatan.
e. Dianjurkan shalat sunat dua
rakaat dan dianjurkan pula
berdoa untuk keselamatan diri
dankeluargayangditinggalkan.
2. Selama Perjalanan dari Rumah
Kediaman sampai ke Asrama Haji
Embarkasi.
11
11
B. PEMBERANGKATAN
1. Kegiatan Menjelang Berangkat
a. Menjaga kondisi kesehatan
dengan makan makanan yang
bergizi dan menjaga kebugaran/
kesehatan secara teratur.
b. Menyelesaikan urusan
pribadi, dinas, dan sosial
kemasyarakatan.
c. Menyiapkan bekal untuk
keluarga yang ditinggalkan.
d. Menyiapkan barang-barang
bawaan, yaitu dokumen (Surat
Panggilan Masuk Asrama/
SPMA, bukti setor warna
biru, buku kesehatan), bekal,
pakaian, dan obat-obatan.
e. Dianjurkan shalat sunat dua
rakaat dan dianjurkan pula
berdo’a untuk keselamatan diri
dankeluargayangditinggalkan.
2. Selama Perjalanan dari Rumah
Kediaman sampai ke Asrama Haji
Embarkasi.
11
B. PEMBERANGKATAN
1. Kegiatan Menjelang Berangkat
a. Menjaga kondisi kesehatan
dengan makan makanan yang
bergizi dan menjaga kebugaran/
kesehatan secara teratur.
b. Menyelesaikan urusan
pribadi, dinas, dan sosial
kemasyarakatan.
c. Menyiapkan bekal untuk
keluarga yang ditinggalkan.
d. Menyiapkan barang-barang
bawaan, yaitu dokumen (Surat
Panggilan Masuk Asrama/
SPMA, bukti setor warna
biru, buku kesehatan), bekal,
pakaian, dan obat-obatan.
e. Dianjurkan shalat sunat dua
rakaat dan dianjurkan pula
berdoa untuk keselamatan diri
dankeluargayangditinggalkan.
2. Selama Perjalanan dari Rumah
Kediaman sampai ke Asrama Haji
Embarkasi.
11
12
12
a. Dianjurkan memperbanyak doa
dan dzikir.
b. Pada dasarnya talbiyah dibaca dalam
keadaan berihram, namun dapat saja
dilakukan pada saat-saat tertentu
guna pemantapan seperti ketika
berangkat dari rumah menuju asrama
(tanpa disertai niat ihram, semata-
mata sebagai dzikir biasa).
c. Selama dalam perjalanan sudah
berlaku hukum musafir, dengan
demikian boleh menjama’ dan
meng-qasar shalat, kecuali setelah di
Masjidil Haram dan Masjid Nabawi
sebaiknya tidak diqasar dan dijama’.
3. Di Asrama Haji Embarkasi
a. Pada saat Kedatangan di Asrama
Haji Embarkasi.
1). Menyerahkan Surat Panggi-
lan Masuk Asrama (SPMA)
dan bukti setor lunas BPIH
warna biru.
2). Menerima kartu makan dan
akomodasi selama di Asrama
Haji.
12
a. Dianjurkan memperbanyak do’a
dan dzikir.
b. Pada dasarnya talbiyah dibaca dalam
keadaan berihram, namun dapat saja
dilakukan pada saat-saat tertentu
guna pemantapan seperti ketika
berangkat dari rumah menuju asrama
(tanpa disertai niat ihram, semata-
mata sebagai dzikir biasa).
c. Selama dalam perjalanan sudah
berlaku hukum musafir, dengan
demikian boleh menjama’ dan
meng-qasar shalat, kecuali setelah di
Masjidil Haram dan Masjid Nabawi
sebaiknya tidak diqasar dan dijama’.
3. Di Asrama Haji Embarkasi
a. Pada saat Kedatangan di Asrama
Haji Embarkasi.
1). Menyerahkan Surat Panggi-
lan Masuk Asrama (SPMA)
dan bukti setor lunas BPIH
warna biru.
2). Menerima kartu makan dan
akomodasi selama di Asrama
Haji.
12
a. Dianjurkan memperbanyak doa
dan dzikir.
b. Pada dasarnya talbiyah dibaca dalam
keadaan berihram, namun dapat saja
dilakukan pada saat-saat tertentu
guna pemantapan seperti ketika
berangkat dari rumah menuju asrama
(tanpa disertai niat ihram, semata-
mata sebagai dzikir biasa).
c. Selama dalam perjalanan sudah
berlaku hukum musafir, dengan
demikian boleh menjama’ dan
meng-qasar shalat, kecuali setelah di
Masjidil Haram dan Masjid Nabawi
sebaiknya tidak diqasar dan dijama’.
3. Di Asrama Haji Embarkasi
a. Pada saat Kedatangan di Asrama
Haji Embarkasi.
1). Menyerahkan Surat Panggi-
lan Masuk Asrama (SPMA)
dan bukti setor lunas BPIH
warna biru.
2). Menerima kartu makan dan
akomodasi selama di Asrama
Haji.
12
a. Dianjurkan memperbanyak do’a
dan dzikir.
b. Pada dasarnya talbiyah dibaca dalam
keadaan berihram, namun dapat saja
dilakukan pada saat-saat tertentu
guna pemantapan seperti ketika
berangkat dari rumah menuju asrama
(tanpa disertai niat ihram, semata-
mata sebagai dzikir biasa).
c. Selama dalam perjalanan sudah
berlaku hukum musafir, dengan
demikian boleh menjama’ dan
meng-qasar shalat, kecuali setelah di
Masjidil Haram dan Masjid Nabawi
sebaiknya tidak diqasar dan dijama’.
3. Di Asrama Haji Embarkasi
a. Pada saat Kedatangan di Asrama
Haji Embarkasi.
1). Menyerahkan Surat Panggi-
lan Masuk Asrama (SPMA)
dan bukti setor lunas BPIH
warna biru.
2). Menerima kartu makan dan
akomodasi selama di Asrama
Haji.
12
13
3). Memeriksakan kesehatan
fisik (pemeriksaan akhir).
4). Menimbang dan memeriksa-
kan barang bawaan (koper).
b. SelamadiAsramaHajiEmbarkasi.
1). Menempati kamar yang telah
disediakan.
2). Dianjurkan mengikuti pem-
binaan manasik haji.
3). Mendapatkan pemeriksaan
atau pelayanan kesehatan.
4). Menerima paspor, gelang
identitas dan living cost (biaya
hidup selama di Arab Saudi)
sebesar 1.500 Riyal Saudi.
5). Untuk kelancaran proses
keberangkatan, jemaah haji
tidak diperkenankan keluar
masuk Asrama Haji dan
mengutamakan istirahat.
6). Masing-masing jemaah haji
menjaga barang bawaan yang
berharga.
7). Menjaga ketertiban dan
kebersihan.
13
3). Memeriksakan kesehatan
fisik (pemeriksaan akhir).
4). Menimbang dan memeriksa-
kan barang bawaan (koper).
b. SelamadiAsramaHajiEmbarkasi.
1). Menempati kamar yang telah
disediakan.
2). Dianjurkan mengikuti pem-
binaan manasik haji.
3). Mendapatkan pemeriksaan
atau pelayanan kesehatan.
4). Menerima paspor, gelang
identitas dan living cost (biaya
hidup selama di Arab Saudi)
sebesar 1.500 Riyal Saudi.
5). Untuk kelancaran proses
keberangkatan, jemaah haji
tidak diperkenankan keluar
masuk Asrama Haji dan
mengutamakan istirahat.
6). Masing-masing jemaah haji
menjaga barang bawaan yang
berharga.
7). Menjaga ketertiban dan
kebersihan.
13
13
3). Memeriksakan kesehatan
fisik (pemeriksaan akhir).
4). Menimbang dan memeriksa-
kan barang bawaan (koper).
b. SelamadiAsramaHajiEmbarkasi.
1). Menempati kamar yang telah
disediakan.
2). Dianjurkan mengikuti pem-
binaan manasik haji.
3). Mendapatkan pemeriksaan
atau pelayanan kesehatan.
4). Menerima paspor, gelang
identitas dan living cost (biaya
hidup selama di Arab Saudi)
sebesar 1.500 Riyal Saudi.
5). Untuk kelancaran proses
keberangkatan, jemaah haji
tidak diperkenankan keluar
masuk Asrama Haji dan
mengutamakan istirahat.
6). Masing-masing jemaah haji
menjaga barang bawaan yang
berharga.
7). Menjaga ketertiban dan
kebersihan.
13
3). Memeriksakan kesehatan
fisik (pemeriksaan akhir).
4). Menimbang dan memeriksa-
kan barang bawaan (koper).
b. SelamadiAsramaHajiEmbarkasi.
1). Menempati kamar yang telah
disediakan.
2). Dianjurkan mengikuti pem-
binaan manasik haji.
3). Mendapatkan pemeriksaan
atau pelayanan kesehatan.
4). Menerima paspor, gelang
identitas dan living cost (biaya
hidup selama di Arab Saudi)
sebesar 1.500 Riyal Saudi.
5). Untuk kelancaran proses
keberangkatan, jemaah haji
tidak diperkenankan keluar
masuk Asrama Haji dan
mengutamakan istirahat.
6). Masing-masing jemaah haji
menjaga barang bawaan yang
berharga.
7). Menjaga ketertiban dan
kebersihan.
13
14
14
SUASANA JEMAAH HAJI
DI ASRAMA HAJI
SUASANA JAMAAH HAJI
DI ASRAMA HAJI
12
14
SUASANA JEMAAH HAJI
DI ASRAMA HAJI
SUASANA JAMAAH HAJI
DI ASRAMA HAJI
12
14
SUASANA JEMAAH HAJI
DI ASRAMA HAJI
SUASANA JAMAAH HAJI
DI ASRAMA HAJI
12
14
SUASANA JEMAAH HAJI
DI ASRAMA HAJI
SUASANA JAMAAH HAJI
DI ASRAMA HAJI
12
14
15
4. Berangkat Menuju Bandara
Embarkasi
a. Menaiki bus dengan tertib dan
teratur sesuai dengan regu dan
rombongannya.
b. Dilarang membawa benda-benda
tajam, barang yang mudah
meledak, majalah/rekaman porno,
tulisan-tulisan yang bersifat
provokatif, narkoba, rokok, dan
jamu yang berlebihan.
c. Tidak diperbolehkan menerima
titipan barang dari siapapun.
d. Tas tentengan dan tas paspor
jangan sampai tertinggal.
e. Berangkat menuju Bandara dan
berdo’a.
5. Di Bandara Embarkasi
a. Turun dari bus dengan tertib dan
teratur.
b. Tas tentengan dan tas paspor
jangan tertinggal dalam bus.
c. Menaiki pesawat dengan tertib,
menunjukkan paspor dan
boarding pass.
15
4. Berangkat Menuju Bandara
Embarkasi
a. Menaiki bus dengan tertib dan
teratur sesuai dengan regu dan
rombongannya.
b. Dilarang membawa benda-benda
tajam, barang yang mudah
meledak, majalah/rekaman porno,
tulisan-tulisan yang bersifat
provokatif, narkoba, rokok, dan
jamu yang berlebihan.
c. Tidak diperbolehkan menerima
titipan barang dari siapapun.
d. Tas tentengan dan tas paspor
jangan sampai tertinggal.
e. Berangkat menuju Bandara dan
berdoa.
5. Di Bandara Embarkasi
a. Turun dari bus dengan tertib dan
teratur.
b. Tas tentengan dan tas paspor
jangan tertinggal dalam bus.
c. Menaiki pesawat dengan tertib,
menunjukkan paspor dan
boarding pass.
15
15
4. Berangkat Menuju Bandara
Embarkasi
a. Menaiki bus dengan tertib dan
teratur sesuai dengan regu dan
rombongannya.
b. Dilarang membawa benda-benda
tajam, barang yang mudah
meledak, majalah/rekaman porno,
tulisan-tulisan yang bersifat
provokatif, narkoba, rokok, dan
jamu yang berlebihan.
c. Tidak diperbolehkan menerima
titipan barang dari siapapun.
d. Tas tentengan dan tas paspor
jangan sampai tertinggal.
e. Berangkat menuju Bandara dan
berdo’a.
5. Di Bandara Embarkasi
a. Turun dari bus dengan tertib dan
teratur.
b. Tas tentengan dan tas paspor
jangan tertinggal dalam bus.
c. Menaiki pesawat dengan tertib,
menunjukkan paspor dan
boarding pass.
15
4. Berangkat Menuju Bandara
Embarkasi
a. Menaiki bus dengan tertib dan
teratur sesuai dengan regu dan
rombongannya.
b. Dilarang membawa benda-benda
tajam, barang yang mudah
meledak, majalah/rekaman porno,
tulisan-tulisan yang bersifat
provokatif, narkoba, rokok, dan
jamu yang berlebihan.
c. Tidak diperbolehkan menerima
titipan barang dari siapapun.
d. Tas tentengan dan tas paspor
jangan sampai tertinggal.
e. Berangkat menuju Bandara dan
berdoa.
5. Di Bandara Embarkasi
a. Turun dari bus dengan tertib dan
teratur.
b. Tas tentengan dan tas paspor
jangan tertinggal dalam bus.
c. Menaiki pesawat dengan tertib,
menunjukkan paspor dan
boarding pass.
15
16
16
6. Di Pesawat
a. Selama di dalam pesawat jemaah
haji agar mematuhi:
1). Petunjuk yang disampaikan
awak kabin (pramugara/i)
atau petugas kloter.
2). Simpan tas tentengan di
tempat yang telah disediakan
(kabin).
3). Duduk tenang dan gunakan
sabuk pengaman, jangan
berjalan hilir mudik selama
dalam perjalanan, kecuali
ada keperluan.
4). Selama dalam perjalanan
dilarang merokok
dan mengaktifkan HP.
5). Memperbanyak dzikir dan
doa serta membaca ayat-ayat
suci Al-Qur’an.
6). Perhatikan tata cara
penggunaan toilet,
hati-hati dalam
penggunaan air jangan
sampai tercecer di lantai
pesawat karena bisa
membahayakan keselamatan
penerbangan.
16
6. Di Pesawat
a. Selama di dalam pesawat jemaah
haji agar mematuhi:
1). Petunjuk yang disampaikan
awak kabin (pramugara/i)
atau petugas kloter.
2). Simpan tas tentengan di
tempat yang telah disediakan
(kabin).
3). Duduk tenang dan gunakan
sabuk pengaman, jangan
berjalan hilir mudik selama
dalam perjalanan, kecuali
ada keperluan.
4). Selama dalam perjalanan
tidak diperkenankan
merokok dan mengaktifkan
HP.
5). Memperbanyak dzikir dan
do’a serta membaca ayat-ayat
suci Al-Qur’an.
6). Perhatikan tata cara
penggunaan WC, hati-
hati dalam penggunaan air
jangan sampai tercecer di
lantai pesawat karena bisa
membahayakan keselamatan
penerbangan.
16
6. Di Pesawat
a. Selama di dalam pesawat jemaah
haji agar mematuhi:
1). Petunjuk yang disampaikan
awak kabin (pramugara/i)
atau petugas kloter.
2). Simpan tas tentengan di
tempat yang telah disediakan
(kabin).
3). Duduk tenang dan gunakan
sabuk pengaman, jangan
berjalan hilir mudik selama
dalam perjalanan, kecuali
ada keperluan.
4). Selama dalam perjalanan
dilarang merokok
dan mengaktifkan HP.
5). Memperbanyak dzikir dan
doa serta membaca ayat-ayat
suci Al-Qur’an.
6). Perhatikan tata cara
penggunaan toilet,
hati-hati dalam
penggunaan air jangan
sampai tercecer di lantai
pesawat karena bisa
membahayakan keselamatan
penerbangan.
16
6. Di Pesawat
a. Selama di dalam pesawat jemaah
haji agar mematuhi:
1). Petunjuk yang disampaikan
awak kabin (pramugara/i)
atau petugas kloter.
2). Simpan tas tentengan di
tempat yang telah disediakan
(kabin).
3). Duduk tenang dan gunakan
sabuk pengaman, jangan
berjalan hilir mudik selama
dalam perjalanan, kecuali
ada keperluan.
4). Selama dalam perjalanan
tidak diperkenankan
merokok dan mengaktifkan
HP.
5). Memperbanyak dzikir dan
do’a serta membaca ayat-ayat
suci Al-Qur’an.
6). Perhatikan tata cara
penggunaan WC, hati-
hati dalam penggunaan air
jangan sampai tercecer di
lantai pesawat karena bisa
membahayakan keselamatan
penerbangan.
16
17
7). Apabila akan buang air kecil/
besar agar ke kamar kecil/WC
dengan cara duduk di atas kloset
dan untuk mensucikannya meng-
gunakan tissue yang ada, setelah
tissue dibasahi dengan air kran
yang tersedia. Apabila masih ragu
jangan segan meminta tolong
kepada petugas.
8). Perhatikan ceramah, pemutaran
film manasik haji yang di-
pertunjukkan dalam perjalanan.
9). Apabila jemaah haji sakit, agar
segera menghubungi petugas
kesehatan.
b. Shalat di perjalanan
Shalat di perjalanan dapat dilaksanakan
dengan cara Jama’ dan Qashar. Shalat ini
merupakan rukhshah (keringanan) yang
bisa dikerjakan ketika perjalanan berangkat
ke Arab Saudi, perjalanan Madinah-
Makkah / Makkah-Madinah, selama
Armina dan perjalanan pulang ke tanah air.
1). Pengertian shalat Jama’ Qashar:
a). Shalat Jama’: Jama’ artinya
mengumpulkan,yaitu mengum-
pulkan 2 (dua) shalat wajib mak-
17
7). Apabila akan buang air kecil/
besar agar ke toilet dengan
cara duduk di atas kloset dan
untuk mensucikannya meng-
gunakan tissue yang ada, setelah
tissue dibasahi dengan air kran
yang tersedia. Apabila masih ragu
jangan segan meminta tolong
kepada petugas.
8). Perhatikan ceramah, pemutaran
film manasik haji yang di-
pertunjukkan dalam perjalanan.
9). Apabila jemaah haji sakit, agar
segera menghubungi petugas
kesehatan.
b. Shalat di perjalanan
Shalat di perjalanan dapat dilaksanakan
dengan cara Jama’ dan Qashar. Shalat ini
merupakan rukhshah (keringanan) yang
bisa dikerjakan ketika perjalanan berangkat
ke Arab Saudi, perjalanan Madinah-
Makkah / Makkah-Madinah, selama
Armina dan perjalanan pulang ke tanah air.
1). Pengertian shalat Jama’ Qashar:
a). Shalat Jama’: Jama’ artinya
mengumpulkan,yaitu mengum-
pulkan 2 (dua) shalat wajib mak-
17
17
7). Apabila akan buang air kecil/
besar agar ke kamar kecil/WC
dengan cara duduk di atas kloset
dan untuk mensucikannya meng-
gunakan tissue yang ada, setelah
tissue dibasahi dengan air kran
yang tersedia. Apabila masih ragu
jangan segan meminta tolong
kepada petugas.
8). Perhatikan ceramah, pemutaran
film manasik haji yang di-
pertunjukkan dalam perjalanan.
9). Apabila jemaah haji sakit, agar
segera menghubungi petugas
kesehatan.
b. Shalat di perjalanan
Shalat di perjalanan dapat dilaksanakan
dengan cara Jama’ dan Qashar. Shalat ini
merupakan rukhshah (keringanan) yang
bisa dikerjakan ketika perjalanan berangkat
ke Arab Saudi, perjalanan Madinah-
Makkah / Makkah-Madinah, selama
Armina dan perjalanan pulang ke tanah air.
1). Pengertian shalat Jama’ Qashar:
a). Shalat Jama’: Jama’ artinya
mengumpulkan,yaitu mengum-
pulkan 2 (dua) shalat wajib mak-
17
7). Apabila akan buang air kecil/
besar agar ke toilet dengan
cara duduk di atas kloset dan
untuk mensucikannya meng-
gunakan tissue yang ada, setelah
tissue dibasahi dengan air kran
yang tersedia. Apabila masih ragu
jangan segan meminta tolong
kepada petugas.
8). Perhatikan ceramah, pemutaran
film manasik haji yang di-
pertunjukkan dalam perjalanan.
9). Apabila jemaah haji sakit, agar
segera menghubungi petugas
kesehatan.
b. Shalat di perjalanan
Shalat di perjalanan dapat dilaksanakan
dengan cara Jama’ dan Qashar. Shalat ini
merupakan rukhshah (keringanan) yang
bisa dikerjakan ketika perjalanan berangkat
ke Arab Saudi, perjalanan Madinah-
Makkah / Makkah-Madinah, selama
Armina dan perjalanan pulang ke tanah air.
1). Pengertian shalat Jama’ Qashar:
a). Shalat Jama’: Jama’ artinya
mengumpulkan,yaitu mengum-
pulkan 2 (dua) shalat wajib mak-
17
18
18
tubah yang dikerjakan dalam satu
waktu yang sama. Shalat yang
dapat dijama’ adalah Zhuhur dengan
Ashar, Maghrib dengan Isya.
b). Shalat Qashar: Qashar artinya
memendekkan shalat yang 4
(empat) raka’at menjadi 2 (dua)
raka’at (Zhuhur, Ashar dan Isya).
c). Shalat Jama’ Qashar adalah dua
shalat wajib maktubah dikerjakan
bersamaan dengan memendekkan
raka’at shalat yang 4 (empat) raka’at
menjadi 2 (dua) raka’at. Zhuhur
dengan Ashar, Maghrib dengan
Isya. Shalat Jama’ Qashar dapat saja
menjadi taqdim atau ta’khir.
2). Shalat Jama’ terbagi menjadi 2 (dua)
cara:
a). Jama’ Taqdim yaitu mengumpulkan
2 (dua) shalat yang dilaksanakan
pada waktu shalat yang pertama,
seperti shalat Zhuhur dengan shalat
Ashar dikerjakan pada waktu shalat
Zhuhur dan shalat Maghrib dengan
shalat Isya dikerjakan pada waktu
shalat Maghrib.
18
tubah yang dikerjakan dalam satu
waktu yang sama. Shalat yang
dapat dijama’ adalah Zhuhur dengan
Ashar, Maghrib dengan Isya.
b). Shalat Qashar: Qashar artinya
memendekkan shalat yang 4
(empat) raka’at menjadi 2 (dua)
raka’at (Zhuhur, Ashar dan Isya).
c). Shalat Jama’ Qashar adalah dua
shalat wajib maktubah dikerjakan
bersamaan dengan memendekkan
raka’at shalat yang 4 (empat) raka’at
menjadi 2 (dua) raka’at. Zhuhur
dengan Ashar, Maghrib dengan
Isya. Shalat Jama’ Qashar dapat saja
menjadi taqdim atau ta’khir.
2). Shalat Jama’ terbagi menjadi 2 (dua)
cara:
a). Jama’ Taqdim yaitu mengumpulkan
2 (dua) shalat yang dilaksanakan
pada waktu shalat yang pertama,
seperti shalat Zhuhur dengan shalat
Ashar dikerjakan pada waktu shalat
Zhuhur dan shalat Maghrib dengan
shalat Isya dikerjakan pada waktu
shalat Maghrib.
18
tubah yang dikerjakan dalam satu
waktu yang sama. Shalat yang
dapat dijama’ adalah Zhuhur dengan
Ashar, Maghrib dengan Isya.
b). Shalat Qashar: Qashar artinya
memendekkan shalat yang 4
(empat) raka’at menjadi 2 (dua)
raka’at (Zhuhur, Ashar dan Isya).
c). Shalat Jama’ Qashar adalah dua
shalat wajib maktubah dikerjakan
bersamaan dengan memendekkan
raka’at shalat yang 4 (empat) raka’at
menjadi 2 (dua) raka’at. Zhuhur
dengan Ashar, Maghrib dengan
Isya. Shalat Jama’ Qashar dapat saja
menjadi taqdim atau ta’khir.
2). Shalat Jama’ terbagi menjadi 2 (dua)
cara:
a). Jama’ Taqdim yaitu mengumpulkan
2 (dua) shalat yang dilaksanakan
pada waktu shalat yang pertama,
seperti shalat Zhuhur dengan shalat
Ashar dikerjakan pada waktu shalat
Zhuhur dan shalat Maghrib dengan
shalat Isya dikerjakan pada waktu
shalat Maghrib.
18
tubah yang dikerjakan dalam satu
waktu yang sama. Shalat yang
dapat dijama’ adalah Zhuhur dengan
Ashar, Maghrib dengan Isya.
b). Shalat Qashar: Qashar artinya
memendekkan shalat yang 4
(empat) raka’at menjadi 2 (dua)
raka’at (Zhuhur, Ashar dan Isya).
c). Shalat Jama’ Qashar adalah dua
shalat wajib maktubah dikerjakan
bersamaan dengan memendekkan
raka’at shalat yang 4 (empat) raka’at
menjadi 2 (dua) raka’at. Zhuhur
dengan Ashar, Maghrib dengan
Isya. Shalat Jama’ Qashar dapat saja
menjadi taqdim atau ta’khir.
2). Shalat Jama’ terbagi menjadi 2 (dua)
cara:
a). Jama’ Taqdim yaitu mengumpulkan
2 (dua) shalat yang dilaksanakan
pada waktu shalat yang pertama,
seperti shalat Zhuhur dengan shalat
Ashar dikerjakan pada waktu shalat
Zhuhur dan shalat Maghrib dengan
shalat Isya dikerjakan pada waktu
shalat Maghrib.
18
19
b). Jama’ Ta’khir yaitu mengumpulkan
2 (dua) shalat yang dilaksanakan
pada waktu shalat yang belakangan,
seperti shalat Zhuhur dengan shalat
Ashar dikerjakan pada waktu shalat
Ashar dan shalat Maghrib dengan
shalat Isya dikerjakan pada waktu
shalat Isya.
3). Tata cara melaksanakan shalat Jama’
Qashar
a). Jama’ Qashar Taqdim
(1) Jika jama’ qashar Zhuhur dan
Ashar maka dimulai dengan
shalat Zhuhur lebih dulu
kemudian shalat Ashar dan jika
jama’ qashar Maghrib dan Isya
maka yang didahulukan adalah
shalat Maghrib baru shalat Isya.
(2) Niat jama’ ketika takbiratul
ihram shalat pertama.
(3) Dilaksanakan bergabung tanpa
diselingi dengan waktu dan
amalan lain kecuali iqamat.
b). Jama’ Qashar Ta’khir.
19
b). Jama’ Ta’khir yaitu mengumpulkan
2 (dua) shalat yang dilaksanakan
pada waktu shalat yang belakangan,
seperti shalat Zhuhur dengan shalat
Ashar dikerjakan pada waktu shalat
Ashar dan shalat Maghrib dengan
shalat Isya dikerjakan pada waktu
shalat Isya.
3). Tata cara melaksanakan shalat Jama’
Qashar
a). Jama’ Qashar Taqdim
(1) Jika jama’ qashar Zhuhur dan
Ashar maka dimulai dengan
shalat Zhuhur lebih dulu
kemudian shalat Ashar dan jika
jama’ qashar Maghrib dan Isya
maka yang didahulukan adalah
shalat Maghrib baru shalat Isya.
(2) Niat jama’ ketika takbiratul
ihram shalat pertama.
(3) Dilaksanakan bergabung tanpa
diselingi dengan waktu dan
amalan lain kecuali iqamat.
b). Jama’ Qashar Ta’khir.
19
19
b). Jama’ Ta’khir yaitu mengumpulkan
2 (dua) shalat yang dilaksanakan
pada waktu shalat yang belakangan,
seperti shalat Zhuhur dengan shalat
Ashar dikerjakan pada waktu shalat
Ashar dan shalat Maghrib dengan
shalat Isya dikerjakan pada waktu
shalat Isya.
3). Tata cara melaksanakan shalat Jama’
Qashar
a). Jama’ Qashar Taqdim
(1) Jika jama’ qashar Zhuhur dan
Ashar maka dimulai dengan
shalat Zhuhur lebih dulu
kemudian shalat Ashar dan jika
jama’ qashar Maghrib dan Isya
maka yang didahulukan adalah
shalat Maghrib baru shalat Isya.
(2) Niat jama’ ketika takbiratul
ihram shalat pertama.
(3) Dilaksanakan bergabung tanpa
diselingi dengan waktu dan
amalan lain kecuali iqamat.
b). Jama’ Qashar Ta’khir.
19
b). Jama’ Ta’khir yaitu mengumpulkan
2 (dua) shalat yang dilaksanakan
pada waktu shalat yang belakangan,
seperti shalat Zhuhur dengan shalat
Ashar dikerjakan pada waktu shalat
Ashar dan shalat Maghrib dengan
shalat Isya dikerjakan pada waktu
shalat Isya.
3). Tata cara melaksanakan shalat Jama’
Qashar
a). Jama’ Qashar Taqdim
(1) Jika jama’ qashar Zhuhur dan
Ashar maka dimulai dengan
shalat Zhuhur lebih dulu
kemudian shalat Ashar dan jika
jama’ qashar Maghrib dan Isya
maka yang didahulukan adalah
shalat Maghrib baru shalat Isya.
(2) Niat jama’ ketika takbiratul
ihram shalat pertama.
(3) Dilaksanakan bergabung tanpa
diselingi dengan waktu dan
amalan lain kecuali iqamat.
b). Jama’ Qashar Ta’khir.
19
20
20
(1) Berniat jama’ takhir pada
saat masih di waktu awal.
(2) Tidak harus berurutan
di antara kedua shalat.
Misalnya, jama’ qashar
ta’khir antara Zhuhur dan
Ashar dapat dilaksanakan
Zhuhur dulu kemudian
Ashar atau sebaliknya.
(3) Niat jama’ketika takbiratul
Ihram dilakukan pada
shalat pertama.
(4) Tidak perlu niat jama’ pada
saat akan melaksanakan
shalat yang kedua (menurut
pendapat yang shahih).
c. Tata cara tayamum di pesawat.
Tayamum di pesawat dapat dilakukan
dengan memilih salah satu cara sebagai
berikut:
1). Cara pertama
Tayamum dengan satu kali tepukan
yaitu menepukkan kedua telapak
tangan ke dinding pesawat atau
sandaran kursi, lalu kedua telapak
20
(1) Berniat jama’ takhir pada
saat masih di waktu awal.
(2) Tidak harus berurutan
di antara kedua shalat.
Misalnya, jama’ qashar
ta’khir antara Zhuhur dan
Ashar dapat dilaksanakan
Zhuhur dulu kemudian
Ashar atau sebaliknya.
(3) Niat jama’ketika takbiratul
Ihram dilakukan pada
shalat pertama.
(4) Tidak perlu niat jama’ pada
saat akan melaksanakan
shalat yang kedua (menurut
pendapat yang shahih).
c. Tata cara tayamum di pesawat.
Tayamum di pesawat dapat dilakukan
dengan memilih salah satu cara sebagai
berikut:
1). Cara pertama
Tayamum dengan satu kali tepukan
yaitu menepukkan kedua telapak
tangan ke dinding pesawat atau
sandaran kursi, lalu kedua telapak
20
(1) Berniat jama’ takhir pada
saat masih di waktu awal.
(2) Tidak harus berurutan
di antara kedua shalat.
Misalnya, jama’ qashar
ta’khir antara Zhuhur dan
Ashar dapat dilaksanakan
Zhuhur dulu kemudian
Ashar atau sebaliknya.
(3) Niat jama’ketika takbiratul
Ihram dilakukan pada
shalat pertama.
(4) Tidak perlu niat jama’ pada
saat akan melaksanakan
shalat yang kedua (menurut
pendapat yang shahih).
c. Tata cara tayamum di pesawat.
Tayamum di pesawat dapat dilakukan
dengan memilih salah satu cara sebagai
berikut:
1). Cara pertama
Tayamum dengan satu kali tepukan
yaitu menepukkan kedua telapak
tangan ke dinding pesawat atau
sandaran kursi, lalu kedua telapak
20
(1) Berniat jama’ takhir pada
saat masih di waktu awal.
(2) Tidak harus berurutan
di antara kedua shalat.
Misalnya, jama’ qashar
ta’khir antara Zhuhur dan
Ashar dapat dilaksanakan
Zhuhur dulu kemudian
Ashar atau sebaliknya.
(3) Niat jama’ketika takbiratul
Ihram dilakukan pada
shalat pertama.
(4) Tidak perlu niat jama’ pada
saat akan melaksanakan
shalat yang kedua (menurut
pendapat yang shahih).
c. Tata cara tayamum di pesawat.
Tayamum di pesawat dapat dilakukan
dengan memilih salah satu cara sebagai
berikut:
1). Cara pertama
Tayamum dengan satu kali tepukan
yaitu menepukkan kedua telapak
tangan ke dinding pesawat atau
sandaran kursi, lalu kedua telapak
20
21
tangan diusapkan ke muka langsung
diusapkan kedua tangan mulai dari
ujung jari sampai ke pergelangan
tangan (punggung dan telapak
tangan) secara merata. Dan tidak
terputus antara usapan muka dengan
usapan kedua tangan.
2). Cara kedua
Tayamum dengan dua kali tepukan
yaitu menepukkan kedua telapak
tangan ke dinding pesawat atau
sandaran kursi, lalu kedua telapak
tangan disapukan ke muka kemudian
tangan ditepukkan kembali ke tempat
yang lain dari tepukan pertama lalu
mengusapkan kedua telapak tangan
kepada kedua tangan dari ujung jari
sampai siku (luar dan dalam).
d. Shalat di pesawat
1). Hukum shalat di pesawat.
Hukum shalat dalam pesawat selama
perjalanan terbagi kepada 2 (dua)
pendapat:
a). Pendapat pertama mengatakan
tidak sah shalat di pesawat yang
sedang terbang dengan alasan:
21
tangan diusapkan ke muka langsung
diusapkan kedua tangan mulai dari
ujung jari sampai ke pergelangan
tangan (punggung dan telapak
tangan) secara merata. Dan tidak
terputus antara usapan muka dengan
usapan kedua tangan.
2). Cara kedua
Tayamum dengan dua kali tepukan
yaitu menepukkan kedua telapak
tangan ke dinding pesawat atau
sandaran kursi, lalu kedua telapak
tangan disapukan ke muka kemudian
tangan ditepukkan kembali ke tempat
yang lain dari tepukan pertama lalu
mengusapkan kedua telapak tangan
kepada kedua tangan dari ujung jari
sampai siku (luar dan dalam).
d. Shalat di pesawat
1). Hukum shalat di pesawat.
Hukum shalat dalam pesawat selama
perjalanan terbagi kepada 2 (dua)
pendapat:
a). Pendapat pertama mengatakan
tidak sah shalat di pesawat yang
sedang terbang dengan alasan:
21
21
tangan diusapkan ke muka langsung
diusapkan kedua tangan mulai dari
ujung jari sampai ke pergelangan
tangan (punggung dan telapak
tangan) secara merata. Dan tidak
terputus antara usapan muka dengan
usapan kedua tangan.
2). Cara kedua
Tayamum dengan dua kali tepukan
yaitu menepukkan kedua telapak
tangan ke dinding pesawat atau
sandaran kursi, lalu kedua telapak
tangan disapukan ke muka kemudian
tangan ditepukkan kembali ke tempat
yang lain dari tepukan pertama lalu
mengusapkan kedua telapak tangan
kepada kedua tangan dari ujung jari
sampai siku (luar dan dalam).
d. Shalat di pesawat
1). Hukum shalat di pesawat.
Hukum shalat dalam pesawat selama
perjalanan terbagi kepada 2 (dua)
pendapat:
a). Pendapat pertama mengatakan
tidak sah shalat di pesawat yang
sedang terbang dengan alasan:
21
tangan diusapkan ke muka langsung
diusapkan kedua tangan mulai dari
ujung jari sampai ke pergelangan
tangan (punggung dan telapak
tangan) secara merata. Dan tidak
terputus antara usapan muka dengan
usapan kedua tangan.
2). Cara kedua
Tayamum dengan dua kali tepukan
yaitu menepukkan kedua telapak
tangan ke dinding pesawat atau
sandaran kursi, lalu kedua telapak
tangan disapukan ke muka kemudian
tangan ditepukkan kembali ke tempat
yang lain dari tepukan pertama lalu
mengusapkan kedua telapak tangan
kepada kedua tangan dari ujung jari
sampai siku (luar dan dalam).
d. Shalat di pesawat
1). Hukum shalat di pesawat.
Hukum shalat dalam pesawat selama
perjalanan terbagi kepada 2 (dua)
pendapat:
a). Pendapat pertama mengatakan
tidak sah shalat di pesawat yang
sedang terbang dengan alasan:
21
22
22
(1) Sulit mendapatkan (tidak tersedia)
air untuk wudhu maupun debu yang
memenuhi syarat untuk tayamum
(2) Shalatnya tidak menapak bu-
mi karena pesawat
terbang tidak menyentuh bumi.
Ulama yang mengatakan tidak sah
shalat adalah Imam Hanafi dan
Imam Malik walaupun bagi Imam
Hanafi di qadha setelah sampai di
darat. Bagi yang sama sekali tidak
melaksanakan shalat dianjurkan
berdzikir.
b). Pendapat kedua mengatakan sah shalat
dalam pesawat yang sedang terbang,
dengan alasan:
(1) Kewajiban shalat dibebankan sesuai
dengan ketentuan waktu dan di mana
saja berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadits sebagai berikut:
tidak sah shalat di pesawat yang
sedang terbang dengan alasan:
(1) Sulit mendapatkan (tidak
tersedia) air untuk wudhu
maupun debu yang
memenuhi syarat untuk
tayamum ( ).
19
(2) Shalatnya tidak menapak bumi
( ) karena pesawat
terbang tidak menyentuh bumi.
Ulama yang mengatakan tidak sah
VKDODWDGDODK,PDP+DQD¿GDQ,PDP
0DOLNZDODXSXQEDJL,PDP+DQD¿GL
qadha setelah sampai di darat. Bagi
yang sama sekali tidak melaksanakan
shalat dianjurkan berdzikir.
b) Pendapat kedua mengatakan sah shalat
dalam pesawat yang sedang terbang,
dengan alasan:
(1) Kewajiban shalat dibebankan sesuai
dengan ketentuan waktu dan di mana
saja berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadits sebagai berikut:
Artinya:
Sungguh,shalatituadalahkewajiban
yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman (QS. Al-
�
������
��
��
���� ����
� �
�����
�������
��� �
���
����
��
���
��
� ��������
�
������
�
���
(
�
�
�
�
�
�
(2) Shalatnya tidak menapak bumi
( ) karena pesawat
terbang tidak menyentuh bumi.
Ulama yang mengatakan tidak sah
VKDODWDGDODK,PDP+DQD¿GDQ,PDP
0DOLNZDODXSXQEDJL,PDP+DQD¿GL
qadha setelah sampai di darat. Bagi
yang sama sekali tidak melaksanakan
shalat dianjurkan berdzikir.
b) Pendapat kedua mengatakan sah shalat
dalam pesawat yang sedang terbang,
dengan alasan:
(1) Kewajiban shalat dibebankan sesuai
dengan ketentuan waktu dan di mana
saja berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadits sebagai berikut:
Artinya:
Sungguh,shalatituadalahkewajiban
yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman (QS. Al-
�
������
��
��
���� ����
� �
�����
�������
��� �
���
����
��
���
��
� ��������
�
������
�
���
(
�
�
�
�
�
�
22
(1) Sulit mendapatkan (tidak tersedia)
air untuk wudhu maupun debu yang
memenuhi syarat untuk tayamum
(2) Shalatnya tidak menapak bu-
mi karena pesawat
terbang tidak menyentuh bumi.
Ulama yang mengatakan tidak sah
shalat adalah Imam Hanafi dan
Imam Malik walaupun bagi Imam
Hanafi di qadha setelah sampai di
darat. Bagi yang sama sekali tidak
melaksanakan shalat dianjurkan
berdzikir.
b). Pendapat kedua mengatakan sah shalat
dalam pesawat yang sedang terbang,
dengan alasan:
(1) Kewajiban shalat dibebankan sesuai
dengan ketentuan waktu dan di mana
saja berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadits sebagai berikut:
tidak sah shalat di pesawat yang
sedang terbang dengan alasan:
(1) Sulit mendapatkan (tidak
tersedia) air untuk wudhu
maupun debu yang
memenuhi syarat untuk
tayamum ( ).
19
(2) Shalatnya tidak menapak bumi
( ) karena pesawat
terbang tidak menyentuh bumi.
Ulama yang mengatakan tidak sah
VKDODWDGDODK,PDP+DQD¿GDQ,PDP
0DOLNZDODXSXQEDJL,PDP+DQD¿GL
qadha setelah sampai di darat. Bagi
yang sama sekali tidak melaksanakan
shalat dianjurkan berdzikir.
b) Pendapat kedua mengatakan sah shalat
dalam pesawat yang sedang terbang,
dengan alasan:
(1) Kewajiban shalat dibebankan sesuai
dengan ketentuan waktu dan di mana
saja berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadits sebagai berikut:
Artinya:
Sungguh,shalatituadalahkewajiban
yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman (QS. Al-
�
������
��
��
���� ����
� �
�����
�������
��� �
���
����
��
���
��
� ��������
�
������
�
���
(
�
�
�
�
�
�
(2) Shalatnya tidak menapak bumi
( ) karena pesawat
terbang tidak menyentuh bumi.
Ulama yang mengatakan tidak sah
VKDODWDGDODK,PDP+DQD¿GDQ,PDP
0DOLNZDODXSXQEDJL,PDP+DQD¿GL
qadha setelah sampai di darat. Bagi
yang sama sekali tidak melaksanakan
shalat dianjurkan berdzikir.
b) Pendapat kedua mengatakan sah shalat
dalam pesawat yang sedang terbang,
dengan alasan:
(1) Kewajiban shalat dibebankan sesuai
dengan ketentuan waktu dan di mana
saja berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadits sebagai berikut:
Artinya:
Sungguh,shalatituadalahkewajiban
yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman (QS. Al-
�
������
��
��
���� ����
� �
�����
�������
��� �
���
����
��
���
��
� ��������
�
������
�
���
(
�
�
�
�
�
�
22
(1) Sulit mendapatkan (tidak tersedia)
air untuk wudhu maupun debu yang
memenuhi syarat untuk tayamum
(2) Shalatnya tidak menapak bu-
mi karena pesawat
terbang tidak menyentuh bumi.
Ulama yang mengatakan tidak sah
shalat adalah Imam Hanafi dan
Imam Malik walaupun bagi Imam
Hanafi di qadha setelah sampai di
darat. Bagi yang sama sekali tidak
melaksanakan shalat dianjurkan
berdzikir.
b). Pendapat kedua mengatakan sah shalat
dalam pesawat yang sedang terbang,
dengan alasan:
(1) Kewajiban shalat dibebankan sesuai
dengan ketentuan waktu dan di mana
saja berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadits sebagai berikut:
tidak sah shalat di pesawat yang
sedang terbang dengan alasan:
(1) Sulit mendapatkan (tidak
tersedia) air untuk wudhu
maupun debu yang
memenuhi syarat untuk
tayamum ( ).
19
(2) Shalatnya tidak menapak bumi
( ) karena pesawat
terbang tidak menyentuh bumi.
Ulama yang mengatakan tidak sah
VKDODWDGDODK,PDP+DQD¿GDQ,PDP
0DOLNZDODXSXQEDJL,PDP+DQD¿GL
qadha setelah sampai di darat. Bagi
yang sama sekali tidak melaksanakan
shalat dianjurkan berdzikir.
b) Pendapat kedua mengatakan sah shalat
dalam pesawat yang sedang terbang,
dengan alasan:
(1) Kewajiban shalat dibebankan sesuai
dengan ketentuan waktu dan di mana
saja berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadits sebagai berikut:
Artinya:
Sungguh,shalatituadalahkewajiban
yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman (QS. Al-
�
������
��
��
���� ����
� �
�����
�������
��� �
���
����
��
���
��
� ��������
�
������
�
���
(
�
�
�
�
�
�
(2) Shalatnya tidak menapak bumi
( ) karena pesawat
terbang tidak menyentuh bumi.
Ulama yang mengatakan tidak sah
VKDODWDGDODK,PDP+DQD¿GDQ,PDP
0DOLNZDODXSXQEDJL,PDP+DQD¿GL
qadha setelah sampai di darat. Bagi
yang sama sekali tidak melaksanakan
shalat dianjurkan berdzikir.
b) Pendapat kedua mengatakan sah shalat
dalam pesawat yang sedang terbang,
dengan alasan:
(1) Kewajiban shalat dibebankan sesuai
dengan ketentuan waktu dan di mana
saja berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadits sebagai berikut:
Artinya:
Sungguh,shalatituadalahkewajiban
yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman (QS. Al-
�
������
��
��
���� ����
� �
�����
�������
��� �
���
����
��
���
��
� ��������
�
������
�
���
(
�
�
�
�
�
�
22
(1) Sulit mendapatkan (tidak tersedia)
air untuk wudhu maupun debu yang
memenuhi syarat untuk tayamum
(2) Shalatnya tidak menapak bu-
mi karena pesawat
terbang tidak menyentuh bumi.
Ulama yang mengatakan tidak sah
shalat adalah Imam Hanafi dan
Imam Malik walaupun bagi Imam
Hanafi di qadha setelah sampai di
darat. Bagi yang sama sekali tidak
melaksanakan shalat dianjurkan
berdzikir.
b). Pendapat kedua mengatakan sah shalat
dalam pesawat yang sedang terbang,
dengan alasan:
(1) Kewajiban shalat dibebankan sesuai
dengan ketentuan waktu dan di mana
saja berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadits sebagai berikut:
tidak sah shalat di pesawat yang
sedang terbang dengan alasan:
(1) Sulit mendapatkan (tidak
tersedia) air untuk wudhu
maupun debu yang
memenuhi syarat untuk
tayamum ( ).
19
(2) Shalatnya tidak menapak bumi
( ) karena pesawat
terbang tidak menyentuh bumi.
Ulama yang mengatakan tidak sah
VKDODWDGDODK,PDP+DQD¿GDQ,PDP
0DOLNZDODXSXQEDJL,PDP+DQD¿GL
qadha setelah sampai di darat. Bagi
yang sama sekali tidak melaksanakan
shalat dianjurkan berdzikir.
b) Pendapat kedua mengatakan sah shalat
dalam pesawat yang sedang terbang,
dengan alasan:
(1) Kewajiban shalat dibebankan sesuai
dengan ketentuan waktu dan di mana
saja berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadits sebagai berikut:
Artinya:
Sungguh,shalatituadalahkewajiban
yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman (QS. Al-
�
������
��
��
���� ����
� �
�����
�������
��� �
���
����
��
���
��
� ��������
�
������
�
���
(
�
�
�
�
�
�
(2) Shalatnya tidak menapak bumi
( ) karena pesawat
terbang tidak menyentuh bumi.
Ulama yang mengatakan tidak sah
VKDODWDGDODK,PDP+DQD¿GDQ,PDP
0DOLNZDODXSXQEDJL,PDP+DQD¿GL
qadha setelah sampai di darat. Bagi
yang sama sekali tidak melaksanakan
shalat dianjurkan berdzikir.
b) Pendapat kedua mengatakan sah shalat
dalam pesawat yang sedang terbang,
dengan alasan:
(1) Kewajiban shalat dibebankan sesuai
dengan ketentuan waktu dan di mana
saja berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadits sebagai berikut:
Artinya:
Sungguh,shalatituadalahkewajiban
yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman (QS. Al-
�
������
��
��
���� ����
� �
�����
�������
��� �
���
����
��
���
��
� ��������
�
������
�
���
(
�
�
�
�
�
�
22
23
Artinya:
Sungguh,shalatituadalahkewajiban
yang ditentukan waktunya atas
orang­orang yang beriman (QS. Al-
Nisa’: 103).
Artinya:
Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha bahwa
dia meminjam kepada Asma’ sebuah
kalung lalu kalung itu rusak. Maka
Artinya:
Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha bahwa
dia meminjam kepada Asma’ sebuah
kalung lalu kalung itu rusak. Maka
Rasulullah perintahkan orang-orang
dari para shahabat beliau untuk
mencarinya. Kemudian waktu shalat
tiba dan akhirnya mereka shalat tanpa
berwudlu’ (HR. al-Bukhari).
(2) Keadaan darurat tidak meng-
ƢÈ
Ȁċ
ºǻÈ¢ƢÈ
ȀÌ
ºǼÈ
ǟÉǾÙËǴdz¦ È
ȆÊ
ǓÈ
°ÈƨÈ
njÊƟƢÈ
ǟ Ì
ǺÈ
ǟ

È
ǠÈ
ºƬÌ
LJ¦
Å̈È
®ÈȐÊǫ ÈƢÈ
ǸÌ
LJÈ¢ Ì
ǺÊ
Ƿ Ì
©È
°Ƣ
ȄċǴÈ
ǏÊ
ǾÙËǴdz¦É
¾Ì
ȂÉ
LJÈ
°È
DzÈ
LJÌ
°ÈƘÈǧÌ
ƪÈ
ǰÈǴÈ
ȀÈ
ºǧ
Ê
ǾÊƥƢÈ
ƸÌ
ǏÈ¢Ì
ǺÊ
ǷƢÅ
LJƢÈǻÈ
ǶċǴÈ
LJÈ
ÂÊ
ǾÌȈÈǴÈ
ǟÉǾÙËǴdz¦
É̈ÈȐċ
ǐdz¦ Ì
ǶÉ
ȀÌ
ºƬÈ
ǯ
È
°Ì
®ÈƘÈǧ ƢÈ
ȀÊƦÈǴÈǗ Ì
ȆÊǧ
Ç
Ì
ȂÉ
ǓÉ
 Ê
ǂÌȈÈǤÊƥ ¦Ì
ȂċǴÈ
ǐÈǧ

ǽ¦Â°
ðƢƼƦdz¦

23
Artinya:
Sungguh,shalatituadalahkewajiban
yang ditentukan waktunya atas
orang­orang yang beriman (QS. Al-
Nisa’: 103).
Artinya:
Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha bahwa
dia meminjam kepada Asma’ sebuah
kalung lalu kalung itu rusak. Maka
Artinya:
Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha bahwa
dia meminjam kepada Asma’ sebuah
kalung lalu kalung itu rusak. Maka
Rasulullah perintahkan orang-orang
dari para shahabat beliau untuk
mencarinya. Kemudian waktu shalat
tiba dan akhirnya mereka shalat tanpa
berwudlu’ (HR. al-Bukhari).
(2) Keadaan darurat tidak meng-
ƢÈ
Ȁċ
ºǻÈ¢ƢÈ
ȀÌ
ºǼÈ
ǟÉǾÙËǴdz¦ È
ȆÊ
ǓÈ
°ÈƨÈ
njÊƟƢÈ
ǟ Ì
ǺÈ
ǟ

È
ǠÈ
ºƬÌ
LJ¦
Å̈È
®ÈȐÊǫ ÈƢÈ
ǸÌ
LJÈ¢ Ì
ǺÊ
Ƿ Ì
©È
°Ƣ
ȄċǴÈ
ǏÊ
ǾÙËǴdz¦É
¾Ì
ȂÉ
LJÈ
°È
DzÈ
LJÌ
°ÈƘÈǧÌ
ƪÈ
ǰÈǴÈ
ȀÈ
ºǧ
Ê
ǾÊƥƢÈ
ƸÌ
ǏÈ¢Ì
ǺÊ
ǷƢÅ
LJƢÈǻÈ
ǶċǴÈ
LJÈ
ÂÊ
ǾÌȈÈǴÈ
ǟÉǾÙËǴdz¦
É̈ÈȐċ
ǐdz¦ Ì
ǶÉ
ȀÌ
ºƬÈ
ǯ
È
°Ì
®ÈƘÈǧ ƢÈ
ȀÊƦÈǴÈǗ Ì
ȆÊǧ
Ç
Ì
ȂÉ
ǓÉ
 Ê
ǂÌȈÈǤÊƥ ¦Ì
ȂċǴÈ
ǐÈǧ

ǽ¦Â°
ðƢƼƦdz¦

23
23
Artinya:
Sungguh,shalatituadalahkewajiban
yang ditentukan waktunya atas
orang­orang yang beriman (QS. Al-
Nisa’: 103).
Artinya:
Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha bahwa
dia meminjam kepada Asma’ sebuah
kalung lalu kalung itu rusak. Maka
Artinya:
Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha bahwa
dia meminjam kepada Asma’ sebuah
kalung lalu kalung itu rusak. Maka
Rasulullah perintahkan orang-orang
dari para shahabat beliau untuk
mencarinya. Kemudian waktu shalat
tiba dan akhirnya mereka shalat tanpa
berwudlu’ (HR. al-Bukhari).
(2) Keadaan darurat tidak meng-
ƢÈ
Ȁċ
ºǻÈ¢ƢÈ
ȀÌ
ºǼÈ
ǟÉǾÙËǴdz¦ È
ȆÊ
ǓÈ
°ÈƨÈ
njÊƟƢÈ
ǟ Ì
ǺÈ
ǟ

È
ǠÈ
ºƬÌ
LJ¦
Å̈È
®ÈȐÊǫ ÈƢÈ
ǸÌ
LJÈ¢ Ì
ǺÊ
Ƿ Ì
©È
°Ƣ
ȄċǴÈ
ǏÊ
ǾÙËǴdz¦É
¾Ì
ȂÉ
LJÈ
°È
DzÈ
LJÌ
°ÈƘÈǧÌ
ƪÈ
ǰÈǴÈ
ȀÈ
ºǧ
Ê
ǾÊƥƢÈ
ƸÌ
ǏÈ¢Ì
ǺÊ
ǷƢÅ
LJƢÈǻÈ
ǶċǴÈ
LJÈ
ÂÊ
ǾÌȈÈǴÈ
ǟÉǾÙËǴdz¦
É̈ÈȐċ
ǐdz¦ Ì
ǶÉ
ȀÌ
ºƬÈ
ǯ
È
°Ì
®ÈƘÈǧ ƢÈ
ȀÊƦÈǴÈǗ Ì
ȆÊǧ
Ç
Ì
ȂÉ
ǓÉ
 Ê
ǂÌȈÈǤÊƥ ¦Ì
ȂċǴÈ
ǐÈǧ

ǽ¦Â°
ðƢƼƦdz¦

23
Artinya:
Sungguh,shalatituadalahkewajiban
yang ditentukan waktunya atas
orang­orang yang beriman (QS. Al-
Nisa’: 103).
Artinya:
Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha bahwa
dia meminjam kepada Asma’ sebuah
kalung lalu kalung itu rusak. Maka
Artinya:
Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha bahwa
dia meminjam kepada Asma’ sebuah
kalung lalu kalung itu rusak. Maka
Rasulullah perintahkan orang-orang
dari para shahabat beliau untuk
mencarinya. Kemudian waktu shalat
tiba dan akhirnya mereka shalat tanpa
berwudlu’ (HR. al-Bukhari).
(2) Keadaan darurat tidak meng-
ƢÈ
Ȁċ
ºǻÈ¢ƢÈ
ȀÌ
ºǼÈ
ǟÉǾÙËǴdz¦ È
ȆÊ
ǓÈ
°ÈƨÈ
njÊƟƢÈ
ǟ Ì
ǺÈ
ǟ

È
ǠÈ
ºƬÌ
LJ¦
Å̈È
®ÈȐÊǫ ÈƢÈ
ǸÌ
LJÈ¢ Ì
ǺÊ
Ƿ Ì
©È
°Ƣ
ȄċǴÈ
ǏÊ
ǾÙËǴdz¦É
¾Ì
ȂÉ
LJÈ
°È
DzÈ
LJÌ
°ÈƘÈǧÌ
ƪÈ
ǰÈǴÈ
ȀÈ
ºǧ
Ê
ǾÊƥƢÈ
ƸÌ
ǏÈ¢Ì
ǺÊ
ǷƢÅ
LJƢÈǻÈ
ǶċǴÈ
LJÈ
ÂÊ
ǾÌȈÈǴÈ
ǟÉǾÙËǴdz¦
É̈ÈȐċ
ǐdz¦ Ì
ǶÉ
ȀÌ
ºƬÈ
ǯ
È
°Ì
®ÈƘÈǧ ƢÈ
ȀÊƦÈǴÈǗ Ì
ȆÊǧ
Ç
Ì
ȂÉ
ǓÉ
 Ê
ǂÌȈÈǤÊƥ ¦Ì
ȂċǴÈ
ǐÈǧ

ǽ¦Â°
ðƢƼƦdz¦

23
24
24
Rasulullah perintahkan orang­orang
dari para shahabat beliau untuk
mencarinya. Kemudian waktu shalat
tiba dan akhirnya mereka shalat tanpa
berwudlu’ (HR. al-Bukhari).
(2) Keadaan darurat tidak meng-
hilangkan kewajiban shalat sesuai
kemampuan.
Ulama yang mengatakan sah
shalatnya dengan kedua alasan
tersebut di atas adalah Imam
Ahmad dan Imam Syafi’i, walaupun
Imam Syafi’i mewajibkan i’adah
(mengulang) setibanya di darat
karena shalatnya di pesawat hanya
untuk menghormati waktu shalat
(lihurmatil wakti). Dengan cara
dilaksanakan sebagai berikut:
(a) Dilaksanakan segera setelah
sampai di tempat tujuan.
(b) Dilaksanakan sebagaimana
shalat biasa, yaitu dengan gerak
shalat sempurna (kamilah)
bukan ima’ah (isyarat).
24
Rasulullah perintahkan orang­orang
dari para shahabat beliau untuk
mencarinya. Kemudian waktu shalat
tiba dan akhirnya mereka shalat tanpa
berwudlu’ (HR. al-Bukhari).
(2) Keadaan darurat tidak meng-
hilangkan kewajiban shalat sesuai
kemampuan.
Ulama yang mengatakan sah
shalatnya dengan kedua alasan
tersebut di atas adalah Imam
Ahmad dan Imam Syafi’i, walaupun
Imam Syafi’i mewajibkan i’adah
(mengulang) setibanya di darat
karena shalatnya di pesawat hanya
untuk menghormati waktu shalat
(lihurmatil wakti). Dengan cara
dilaksanakan sebagai berikut:
(a) Dilaksanakan segera setelah
sampai di tempat tujuan.
(b) Dilaksanakan sebagaimana
shalat biasa, yaitu dengan gerak
shalat sempurna (kamilah)
bukan ima’ah (isyarat).
24
Rasulullah perintahkan orang­orang
dari para shahabat beliau untuk
mencarinya. Kemudian waktu shalat
tiba dan akhirnya mereka shalat tanpa
berwudlu’ (HR. al-Bukhari).
(2) Keadaan darurat tidak meng-
hilangkan kewajiban shalat sesuai
kemampuan.
Ulama yang mengatakan sah
shalatnya dengan kedua alasan
tersebut di atas adalah Imam
Ahmad dan Imam Syafi’i, walaupun
Imam Syafi’i mewajibkan i’adah
(mengulang) setibanya di darat
karena shalatnya di pesawat hanya
untuk menghormati waktu shalat
(lihurmatil wakti). Dengan cara
dilaksanakan sebagai berikut:
(a) Dilaksanakan segera setelah
sampai di tempat tujuan.
(b) Dilaksanakan sebagaimana
shalat biasa, yaitu dengan gerak
shalat sempurna (kamilah)
bukan ima’ah (isyarat).
24
Rasulullah perintahkan orang­orang
dari para shahabat beliau untuk
mencarinya. Kemudian waktu shalat
tiba dan akhirnya mereka shalat tanpa
berwudlu’ (HR. al-Bukhari).
(2) Keadaan darurat tidak meng-
hilangkan kewajiban shalat sesuai
kemampuan.
Ulama yang mengatakan sah
shalatnya dengan kedua alasan
tersebut di atas adalah Imam
Ahmad dan Imam Syafi’i, walaupun
Imam Syafi’i mewajibkan i’adah
(mengulang) setibanya di darat
karena shalatnya di pesawat hanya
untuk menghormati waktu shalat
(lihurmatil wakti). Dengan cara
dilaksanakan sebagai berikut:
(a) Dilaksanakan segera setelah
sampai di tempat tujuan.
(b) Dilaksanakan sebagaimana
shalat biasa, yaitu dengan gerak
shalat sempurna (kamilah)
bukan ima’ah (isyarat).
24
25
2). Tata cara pelaksanaan
shalat di pesawat
a). Tetap duduk di kursi
pesawat dengan posisi
biasa atau dengan
melipat kedua kaki
dalam posisi miring
atau tawaruk (tahiyat).
b). Qiblatnya mengikuti
arah terbangnya pesa-
wat.
c). Melaksanakan selu-
ruh gerakan rukun
shalat semampunya
dengan ima’ah (isya-
rat).
C. DI BANDAR UDARA ARAB SAUDI
(KEDATANGAN)
1. Bandara King Abdul Aziz Jeddah
a. Turun dari pesawat dengan
tertib, jangan lupa tas tentengan
dan paspor.
b. Menunggu di ruang yang
tersedia untuk pemeriksaan
imigrasi, lama pemeriksaan ± 2
jam.
25
2). Tata cara pelaksanaan
shalat di pesawat
a). Tetap duduk di kursi
pesawat dengan posisi
biasa atau dengan
melipat kedua kaki
dalam posisi miring
atau tawaruk (tahiyat).
b). Qiblatnya mengikuti
arah terbangnya pesa-
wat.
c). Melaksanakan selu-
ruh gerakan rukun
shalat semampunya
dengan ima’ah (isya-
rat).
C. DI BANDAR UDARA ARAB SAUDI
(KEDATANGAN)
1. Bandara King Abdul Aziz Jeddah
a. Turun dari pesawat dengan
tertib, jangan lupa tas tentengan
dan paspor.
b. Menunggu di ruang yang
tersedia untuk pemeriksaan
imigrasi, lama pemeriksaan ± 2
jam.
25
25
2). Tata cara pelaksanaan
shalat di pesawat
a). Tetap duduk di kursi
pesawat dengan posisi
biasa atau dengan
melipat kedua kaki
dalam posisi miring
atau tawaruk (tahiyat).
b). Qiblatnya mengikuti
arah terbangnya pesa-
wat.
c). Melaksanakan selu-
ruh gerakan rukun
shalat semampunya
dengan ima’ah (isya-
rat).
C. DI BANDAR UDARA ARAB SAUDI
(KEDATANGAN)
1. Bandara King Abdul Aziz Jeddah
a. Turun dari pesawat dengan
tertib, jangan lupa tas tentengan
dan paspor.
b. Menunggu di ruang yang
tersedia untuk pemeriksaan
imigrasi, lama pemeriksaan ± 2
jam.
25
2). Tata cara pelaksanaan
shalat di pesawat
a). Tetap duduk di kursi
pesawat dengan posisi
biasa atau dengan
melipat kedua kaki
dalam posisi miring
atau tawaruk (tahiyat).
b). Qiblatnya mengikuti
arah terbangnya pesa-
wat.
c). Melaksanakan selu-
ruh gerakan rukun
shalat semampunya
dengan ima’ah (isya-
rat).
C. DI BANDAR UDARA ARAB SAUDI
(KEDATANGAN)
1. Bandara King Abdul Aziz Jeddah
a. Turun dari pesawat dengan
tertib, jangan lupa tas tentengan
dan paspor.
b. Menunggu di ruang yang
tersedia untuk pemeriksaan
imigrasi, lama pemeriksaan ± 2
jam.
25
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf
Buku Tuntunan.pdf

Mais conteúdo relacionado

Semelhante a Buku Tuntunan.pdf

Seminar Proposal: Studi Peluang Pengembangan Pariwisata Halal di Kabupaten Ba...
Seminar Proposal: Studi Peluang Pengembangan Pariwisata Halal di Kabupaten Ba...Seminar Proposal: Studi Peluang Pengembangan Pariwisata Halal di Kabupaten Ba...
Seminar Proposal: Studi Peluang Pengembangan Pariwisata Halal di Kabupaten Ba...Craftee2
 
Ppt kel. 5 (materi 2) agama islam 3
Ppt kel. 5 (materi 2) agama islam 3 Ppt kel. 5 (materi 2) agama islam 3
Ppt kel. 5 (materi 2) agama islam 3 najdahannabila
 
Ppt kel. 5 (materi 2)
Ppt kel. 5 (materi 2)Ppt kel. 5 (materi 2)
Ppt kel. 5 (materi 2)SriWasillah
 
Profil dan karakteristik jamaah calon haji kota sibolga tahun 2016
Profil dan karakteristik jamaah calon haji kota sibolga tahun 2016Profil dan karakteristik jamaah calon haji kota sibolga tahun 2016
Profil dan karakteristik jamaah calon haji kota sibolga tahun 2016Harry Alfauzan
 
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8Makalah fiqih kelompok 6 materi 8
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8NavenAbsurd
 
Kertas Kerja MPP Minggu Kesenian Islam
Kertas Kerja MPP Minggu Kesenian IslamKertas Kerja MPP Minggu Kesenian Islam
Kertas Kerja MPP Minggu Kesenian IslamAzizi Ahmad
 
Laporan pertanggung jawaban manasik haji 2014
Laporan pertanggung jawaban manasik haji 2014Laporan pertanggung jawaban manasik haji 2014
Laporan pertanggung jawaban manasik haji 2014M Mubaraq
 
Buku fiqih kelas 1 mi
Buku fiqih kelas 1 miBuku fiqih kelas 1 mi
Buku fiqih kelas 1 miEvi Sofia
 
PRAKTIKUM PELAYANAN HAJI DAN UMRAH OLEH TIKA KUMALA SARI. SM VII MD-A FDK UIN...
PRAKTIKUM PELAYANAN HAJI DAN UMRAH OLEH TIKA KUMALA SARI. SM VII MD-A FDK UIN...PRAKTIKUM PELAYANAN HAJI DAN UMRAH OLEH TIKA KUMALA SARI. SM VII MD-A FDK UIN...
PRAKTIKUM PELAYANAN HAJI DAN UMRAH OLEH TIKA KUMALA SARI. SM VII MD-A FDK UIN...UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
 
29 april 2021, sambutan bupati wonosobo nuzulul quran
29 april 2021, sambutan bupati wonosobo nuzulul quran29 april 2021, sambutan bupati wonosobo nuzulul quran
29 april 2021, sambutan bupati wonosobo nuzulul quranShintaDevi11
 
Buku siswa MI bidang Study Fikih Kelas 4 revisi 2019
Buku siswa MI bidang Study Fikih Kelas 4 revisi 2019Buku siswa MI bidang Study Fikih Kelas 4 revisi 2019
Buku siswa MI bidang Study Fikih Kelas 4 revisi 2019Eddy Saputra
 
Fikih MI 4 ayomadrasah.pdf
Fikih MI 4 ayomadrasah.pdfFikih MI 4 ayomadrasah.pdf
Fikih MI 4 ayomadrasah.pdfHudanLinnas1
 
Buletin Ukhuwah vol.1 isu 4
Buletin Ukhuwah vol.1 isu 4Buletin Ukhuwah vol.1 isu 4
Buletin Ukhuwah vol.1 isu 4shahaidi
 
Buku aqidah akhlak kelas 1
Buku aqidah akhlak kelas 1Buku aqidah akhlak kelas 1
Buku aqidah akhlak kelas 1Evi Sofia
 
Buku aqidah akhlak kelas 1
Buku aqidah akhlak kelas 1Buku aqidah akhlak kelas 1
Buku aqidah akhlak kelas 1Evi Sofia
 

Semelhante a Buku Tuntunan.pdf (20)

Seminar Proposal: Studi Peluang Pengembangan Pariwisata Halal di Kabupaten Ba...
Seminar Proposal: Studi Peluang Pengembangan Pariwisata Halal di Kabupaten Ba...Seminar Proposal: Studi Peluang Pengembangan Pariwisata Halal di Kabupaten Ba...
Seminar Proposal: Studi Peluang Pengembangan Pariwisata Halal di Kabupaten Ba...
 
Ppt kel. 5 (materi 2) agama islam 3
Ppt kel. 5 (materi 2) agama islam 3 Ppt kel. 5 (materi 2) agama islam 3
Ppt kel. 5 (materi 2) agama islam 3
 
Ppt kel. 5 (materi 2)
Ppt kel. 5 (materi 2)Ppt kel. 5 (materi 2)
Ppt kel. 5 (materi 2)
 
Profil dan karakteristik jamaah calon haji kota sibolga tahun 2016
Profil dan karakteristik jamaah calon haji kota sibolga tahun 2016Profil dan karakteristik jamaah calon haji kota sibolga tahun 2016
Profil dan karakteristik jamaah calon haji kota sibolga tahun 2016
 
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8Makalah fiqih kelompok 6 materi 8
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8
 
Kertas Kerja MPP Minggu Kesenian Islam
Kertas Kerja MPP Minggu Kesenian IslamKertas Kerja MPP Minggu Kesenian Islam
Kertas Kerja MPP Minggu Kesenian Islam
 
Laporan pertanggung jawaban manasik haji 2014
Laporan pertanggung jawaban manasik haji 2014Laporan pertanggung jawaban manasik haji 2014
Laporan pertanggung jawaban manasik haji 2014
 
Buku fiqih kelas 1 mi
Buku fiqih kelas 1 miBuku fiqih kelas 1 mi
Buku fiqih kelas 1 mi
 
PRAKTIKUM PELAYANAN HAJI DAN UMRAH OLEH TIKA KUMALA SARI. SM VII MD-A FDK UIN...
PRAKTIKUM PELAYANAN HAJI DAN UMRAH OLEH TIKA KUMALA SARI. SM VII MD-A FDK UIN...PRAKTIKUM PELAYANAN HAJI DAN UMRAH OLEH TIKA KUMALA SARI. SM VII MD-A FDK UIN...
PRAKTIKUM PELAYANAN HAJI DAN UMRAH OLEH TIKA KUMALA SARI. SM VII MD-A FDK UIN...
 
29 april 2021, sambutan bupati wonosobo nuzulul quran
29 april 2021, sambutan bupati wonosobo nuzulul quran29 april 2021, sambutan bupati wonosobo nuzulul quran
29 april 2021, sambutan bupati wonosobo nuzulul quran
 
Buku siswa MI bidang Study Fikih Kelas 4 revisi 2019
Buku siswa MI bidang Study Fikih Kelas 4 revisi 2019Buku siswa MI bidang Study Fikih Kelas 4 revisi 2019
Buku siswa MI bidang Study Fikih Kelas 4 revisi 2019
 
Dimensi v
Dimensi vDimensi v
Dimensi v
 
AL_MAUN.pptx
AL_MAUN.pptxAL_MAUN.pptx
AL_MAUN.pptx
 
Islam Nusantara.docx
Islam Nusantara.docxIslam Nusantara.docx
Islam Nusantara.docx
 
Islam Nusantara.pdf
Islam Nusantara.pdfIslam Nusantara.pdf
Islam Nusantara.pdf
 
Proposal zis1
Proposal zis1Proposal zis1
Proposal zis1
 
Fikih MI 4 ayomadrasah.pdf
Fikih MI 4 ayomadrasah.pdfFikih MI 4 ayomadrasah.pdf
Fikih MI 4 ayomadrasah.pdf
 
Buletin Ukhuwah vol.1 isu 4
Buletin Ukhuwah vol.1 isu 4Buletin Ukhuwah vol.1 isu 4
Buletin Ukhuwah vol.1 isu 4
 
Buku aqidah akhlak kelas 1
Buku aqidah akhlak kelas 1Buku aqidah akhlak kelas 1
Buku aqidah akhlak kelas 1
 
Buku aqidah akhlak kelas 1
Buku aqidah akhlak kelas 1Buku aqidah akhlak kelas 1
Buku aqidah akhlak kelas 1
 

Último

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxDewiUmbar
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxsalmnor
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptxfurqanridha
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMMPenyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMMRiniGela
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXIksanSaputra6
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024RahmadLalu1
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxIvvatulAini
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxMaskuratulMunawaroh
 

Último (20)

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMMPenyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 

Buku Tuntunan.pdf

  • 1.
  • 2. i i Dt.VII.I.1/A.1 TUNTUNAN MANASIK HAJI DAN UMRAH KEMENTERIAN AGAMA R.I. DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH JAKARTA 1437 H / 2016 M
  • 4. iii Ir. H. Joko Widodo Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo Presiden Republik Indonesia iii Ir. H. Joko Widodo Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo Presiden Republik Indonesia
  • 6. v Drs. M. H. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Drs. M. H. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia v Drs. M. H. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Drs. M. H. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia
  • 8. vii Lukman Hakim Saefuddin Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saefuddin Menteri Agama Republik Indonesia vii Lukman Hakim Saefuddin Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saefuddin Menteri Agama Republik Indonesia
  • 10. ix KATA PENGANTAR Ibadah haji merupakan perjalanan spiritual yang diperintahkan oleh Allah SWT. Kewajiban tersebut ditujukan bagi umat Islam yang mampu secara materi, fisik dan mental. Disamping itu, dalam pelaksanaannya. jemaah haji harus memahami ilmu manasik haji. Dengan pemahaman tersebut diharapkan jemaah dapat menunaikan ibadah sesuai ketentuan syariat Islam dan memperoleh haji mabrur. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 mengamanatkan bahwa Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kepada Jemaah haji. Salah satu bentuk pembinaan adalah pengadaan buku paket bimbingan manasik haji , yang terdiri dari: 1. Tuntunan Manasik Haji dan Umrah; 2. Doa dan Dzikir Manasik Haji dan Umrah. KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, saya menyambut baik atas terbitnya buku ”Paket Bimbingan Manasik Haji” edisi Ibadah haji merupakan perjalanan spiritual yang diperintahkan oleh Allah SWT. Kewajiban tersebut ditujukan bagi umat Islam yang mampu secara materi, fisik dan mental. Disamping itu, dalam pelaksanaannya. jemaah haji harus memahami ilmu manasik haji. Dengan pemahaman tersebut diharapkan jemaah dapat menunaikan ibadah sesuai ketentuan syariat Islam dan memperoleh haji mabrur. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 mengamanatkan bahwa Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kepada Jemaah haji. Salah satu bentuk pembinaan adalah pengadaan buku paket bimbingan manasik haji , yang terdiri dari: ii KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, saya menyambut baik atas terbitnya buku ”Paket Bimbingan Manasik Haji” edisi Ibadah haji merupakan perjalanan spiritual yang diperintahkan oleh Allah SWT. Kewajiban tersebut ditujukan bagi umat Islam yang mampu secara materi, fisik dan mental. Disamping itu, dalam pelaksanaannya. jemaah haji harus memahami ilmu manasik haji. Dengan pemahaman tersebut diharapkan jemaah dapat menunaikan ibadah sesuai ketentuan syariat Islam dan memperoleh haji mabrur. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 mengamanatkan bahwa Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kepada Jemaah haji. Salah satu bentuk pembinaan adalah pengadaan buku paket bimbingan manasik haji , yang terdiri dari: ii ix ix KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, saya menyambut baik atas terbitnya buku ”Paket Bimbingan Manasik Haji” edisi Ibadah haji merupakan perjalanan spiritual yang diperintahkan oleh Allah SWT. Kewajiban tersebut ditujukan bagi umat Islam yang mampu secara materi, fisik dan mental. Disamping itu, dalam pelaksanaannya. jemaah haji harus memahami ilmu manasik haji. Dengan pemahaman tersebut diharapkan jemaah dapat menunaikan ibadah sesuai ketentuan syariat Islam dan memperoleh haji mabrur. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 mengamanatkan bahwa Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kepada Jemaah haji. Salah satu bentuk pembinaan adalah pengadaan buku paket bimbingan manasik haji , yang terdiri dari: ii ii ix
  • 11. x Doa-doa yang terdapat dalam buku ini bcrsumber dari Teks al-Qur’an, a1- Hadits. dan doa-doa yang diajarkan oleh para ulama dalam kitab-kitab salaf (klasik). Jakarta, 27 Mei 2016 Direktur Jenderal PHU, Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA NIP. 195704141982031003 xii x 1. Tuntunan Manasik Haji dan Umrah; 2. Doa dan Dzikir Manasik Haji dan Umrah. Doa-doa yang terdapat dalam buku ini bcrsumber dari Teks al-Qur’an, a1- Hadits. dan doa-doa yang diajarkan oleh para ulama dalam kitab-kitab salaf (klasik). Jakarta, 27 Mei 2016 Direktur Jenderal PHU, Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA NIP. 195704141982031003 ii 1. Tuntunan Manasik Haji dan Umrah; 2. Doa dan Dzikir Manasik Haji dan Umrah. Doa-doa yang terdapat dalam buku ini bcrsumber dari Teks al-Qur’an, a1- Hadits. dan doa-doa yang diajarkan oleh para ulama dalam kitab-kitab salaf (klasik). Jakarta, 27 Mei 2016 Direktur Jenderal PHU, Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA NIP. 195704141982031003 ii x 1. Tuntunan Manasik Haji dan Umrah; 2. Doa dan Dzikir Manasik Haji dan Umrah. Doa-doa yang terdapat dalam buku ini bcrsumber dari Teks al-Qur’an, a1- Hadits. dan doa-doa yang diajarkan oleh para ulama dalam kitab-kitab salaf (klasik). Jakarta, 27 Mei 2016 Direktur Jenderal PHU, Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA NIP. 195704141982031003 ii
  • 12. xi SAMBUTAN MENTERI AGAMA REPUBLIKINDONESIA Assalamu 'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas taufik dan hidayah-Nya, saya menyambut baik penerbitan buku Paket Bimbingan Manasik Haji edisi tahun 1437 H/2016 M sebagai panduan beribadah bagi seluruh jemaah haji Indonesia. Buku ini diberikan kepada setiap jemaah haji agar secara mandiri dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang ibadah haji. Hal ini penting mengingat ibadah haji memiliki kekhususan tersendiri baik dari segi tata cara maupun tempat dan waktu pelaksanaannya. Penerbitan buku ini merupakan salah satu wujud pembinaan dan pelayanan Pemerintah dalam penyelenggaraan ibadah haji sesuai undang-undang. Setiap tahun Pemerintah Indonesia memberangkatkan jemaah haji dalam xi SAMBUTAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas taufik dan hidayah-Nya, saya menyambut baik penerbitan buku Paket Bimbingan Manasik Haji edisi tahun 1437 H/2016 M sebagai panduan beribadah bagi seluruh jemaah haji Indonesia. Buku ini diberikan kepada setiap jemaah haji agar secara mandiri dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang ibadah haji. Hal ini penting mengingat ibadah haji memiliki kekhususan tersendiri baik dari segi tata cara maupun tempat dan waktu pelaksanaannya. Penerbitan buku ini merupakan salah satu wujud pembinaan dan pelayanan Pemerintah dalam penyelenggaraan ibadah haji sesuai undang-undang. Setiap tahun Pemerintah Indonesia memberangkatkan jemaah haji dalam xi xi xi SAMBUTAN MENTERI AGAMA REPUBLIKINDONESIA Assalamu 'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas taufik dan hidayah-Nya, saya menyambut baik penerbitan buku Paket Bimbingan Manasik Haji edisi tahun 1437 H/2016 M sebagai panduan beribadah bagi seluruh jemaah haji Indonesia. Buku ini diberikan kepada setiap jemaah haji agar secara mandiri dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang ibadah haji. Hal ini penting mengingat ibadah haji memiliki kekhususan tersendiri baik dari segi tata cara maupun tempat dan waktu pelaksanaannya. Penerbitan buku ini merupakan salah satu wujud pembinaan dan pelayanan Pemerintah dalam penyelenggaraan ibadah haji sesuai undang-undang. Setiap tahun Pemerintah Indonesia memberangkatkan jemaah haji dalam xi SAMBUTAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas taufik dan hidayah-Nya, saya menyambut baik penerbitan buku Paket Bimbingan Manasik Haji edisi tahun 1437 H/2016 M sebagai panduan beribadah bagi seluruh jemaah haji Indonesia. Buku ini diberikan kepada setiap jemaah haji agar secara mandiri dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang ibadah haji. Hal ini penting mengingat ibadah haji memiliki kekhususan tersendiri baik dari segi tata cara maupun tempat dan waktu pelaksanaannya. Penerbitan buku ini merupakan salah satu wujud pembinaan dan pelayanan Pemerintah dalam penyelenggaraan ibadah haji sesuai undang-undang. Setiap tahun Pemerintah Indonesia memberangkatkan jemaah haji dalam xi xi
  • 13. xii xii jumlah terbesar sedunia dengan profil jemaah haji yang lebih beragam ketimbang negara lain. Karena itu, di samping menyediakan buku panduan, Pemerintah terus mengoptimalkan bimbingan ibadah haji. Saya berharap buku bimbingan manasik haji ini bermanfaat bagi seluruh jemaah haji Indonesia dalam memandu pelaksanaan ibadah haji ke Tanah Suci sesuai tuntunan syariah. Selamat menunaikan ibadah haji kepada seluruh jemaah haji Indonesia. Semoga meraih haji mabrur yang terwujudkan dengan peningkatan upaya perbaikan diri dan kemampuan menebarkan kemaslahatan bagi sesama. Wassalamu 'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh Jakarta, 27 Mei 2016 Menteri Agama RI Lukman Hakim Saefuddin xii xii jumlah terbesar sedunia dengan profil jemaah haji yang lebih beragam ketimbang negara lain. Karena itu, di samping menyediakan buku panduan, Pemerintah terus mengoptimalkan bimbingan ibadah haji. Saya berharap buku bimbingan manasik haji ini bermanfaat bagi seluruh jemaah haji Indonesia dalam memandu pelaksanaan ibadah haji ke Tanah Suci sesuai tuntunan syariah. Selamat menunaikan ibadah haji kepada seluruh jemaah haji Indonesia. Semoga meraih haji mabrur yang terwujudkan dengan peningkatan upaya perbaikan diri dan kemampuan menebarkan kemaslahatan bagi sesama. Wassalamu 'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh Jakarta, 27 Mei 2016 Menteri Agama RI Lukman Hakim Saefuddin xii jumlah terbesar sedunia dengan profil jemaah haji yang lebih beragam ketimbang negara lain. Karena itu, di samping menyediakan buku panduan, Pemerintah terus mengoptimalkan bimbingan ibadah haji. Saya berharap buku bimbingan manasik haji ini bermanfaat bagi seluruh jemaah haji Indonesia dalam memandu pelaksanaan ibadah haji ke Tanah Suci sesuai tuntunan syariah. Selamat menunaikan ibadah haji kepada seluruh jemaah haji Indonesia. Semoga meraih haji mabrur yang terwujudkan dengan peningkatan upaya perbaikan diri dan kemampuan menebarkan kemaslahatan bagi sesama. Wassalamu 'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh Jakarta, 27 Mei 2016 Menteri Agama RI Lukman Hakim Saefuddin xii xii jumlah terbesar sedunia dengan profil jemaah haji yang lebih beragam ketimbang negara lain. Karena itu, di samping menyediakan buku panduan, Pemerintah terus mengoptimalkan bimbingan ibadah haji. Saya berharap buku bimbingan manasik haji ini bermanfaat bagi seluruh jemaah haji Indonesia dalam memandu pelaksanaan ibadah haji ke Tanah Suci sesuai tuntunan syariah. Selamat menunaikan ibadah haji kepada seluruh jemaah haji Indonesia. Semoga meraih haji mabrur yang terwujudkan dengan peningkatan upaya perbaikan diri dan kemampuan menebarkan kemaslahatan bagi sesama. Wassalamu 'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh Jakarta, 27 Mei 2016 Menteri Agama RI Lukman Hakim Saefuddin xii
  • 14. xiii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................. i SAMBUTAN .......................................... iii DAFTAR ISI........................................... v BAB I PENDAHULUAN..................... 1 A. LATAR BELAKANG.......... 1 B. TUJUAN.............................. 1 C. SASARAN........................... 2 D. ABSTRAKSI ....................... 3 BAB II PROSEDUR PERJALANAN IBADAH HAJI DAN UMRAH 5 A. PERSIAPAN ........................ 5 1. Mental dan Fisik............. 5 2. Material (Bekal) ............. 6 3. Kiat Meraih Haji Mabrur 7 4. Bimbingan Manasik Haji 8 5. Pemeliharaan Kesehatan dan Kebugaran ............... 9 6. Pengelompokan ............. 9 B. PEMBERANGKATAN........ 11 1. Kegiatan Menjelang Berangkat ..... 11 v DAFTAR ISI KATA PENGANTAR................................ ix SAMBUTAN .......................................... xi DAFTAR ISI........................................... xii BAB I PENDAHULUAN..................... 1 A. LATAR BELAKANG.......... 1 B. TUJUAN.............................. 1 C. SASARAN........................... 2 D. ABSTRAKSI ....................... 3 BAB II PROSEDUR PERJALANAN IBADAH HAJI DAN UMRAH 5 A. PERSIAPAN ........................ 5 1. Mental dan Fisik............. 5 2. Material (Bekal) ............. 6 3. Kiat Meraih Haji Mabrur 7 4. Bimbingan Manasik Haji 8 5. Pemeliharaan Kesehatan dan Kebugaran ............... 9 6. Pengelompokan ............. 9 B. PEMBERANGKATAN........ 11 1. Kegiatan Menjelang Berangkat ..... 11 v xiii xiii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR................................ ix SAMBUTAN .......................................... xi DAFTAR ISI............................................ xiii BAB I PENDAHULUAN..................... 1 A. LATAR BELAKANG.......... 1 B. TUJUAN.............................. 1 C. SASARAN........................... 2 D. ABSTRAKSI ....................... 3 BAB II PROSEDUR PERJALANAN IBADAH HAJI DAN UMRAH 5 A. PERSIAPAN ........................ 5 1. Mental ............................ 5 2. Fisik ................................ 6 3. Material (Bekal).............. 6 4. Kiat Meraih Haji Mabrur 7 5. Bimbingan Manasik Haji 8 6. Pemeliharaan Kesehatan dan Kebugaran ............... 9 7. Pengelompokan ............. 9 B. PEMBERANGKATAN........ 11 1. Kegiatan Menjelang Berangkat ..... 11 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................. i SAMBUTAN .......................................... iii DAFTAR ISI........................................... v BAB I PENDAHULUAN..................... 1 A. LATAR BELAKANG.......... 1 B. TUJUAN.............................. 1 C. SASARAN........................... 2 D. ABSTRAKSI ....................... 3 BAB II PROSEDUR PERJALANAN IBADAH HAJI DAN UMRAH 5 A. PERSIAPAN ........................ 5 1. Mental dan Fisik............. 5 2. Material (Bekal) ............. 6 3. Kiat Meraih Haji Mabrur 7 4. Bimbingan Manasik Haji 8 5. Pemeliharaan Kesehatan dan Kebugaran ............... 9 6. Pengelompokan ............. 9 B. PEMBERANGKATAN........ 11 1. Kegiatan Menjelang Berangkat ..... 11 v v xiii
  • 15. xiv xiv 2. Selama Perjalanan dari Rumah Kediaman sampai ke Asrama Haji Embarkasi....................... 11 3. Di Asrama Haji Embarkasi....................... 12 4. Berangkat Menuju Bandara Embarkasi....................... 15 5 1 . . . . i s a k r a b m E a r a d n a B i D . 5 6. Di Pesawat...................... 16 C. DIBANDARUDARA ARAB SAUDI (KEDATANGAN)........ 25 1. Bandara King Abdul Aziz Jeddah............................. 25 2. Berangkat Menuju Makkah........................... 29 3. Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz Madinah ...... 30 D. DI PEMONDOKAN............ 33 1. Madinah.......................... 33 2. Makkah........................... 39 E. DI ARMINA......................... 47 1. Padang Arafat.................. 47 xiv 2. Selama Perjalanan dari Rumah Kediaman sampai ke Asrama Haji Embarkasi....................... 11 3. Di Asrama Haji Embarkasi....................... 12 4. Berangkat Menuju Bandara Embarkasi....................... 15 5. Di Bandara Embarkasi.... 15 6. Di Pesawat...................... 16 C. DIBANDARUDARA ARAB SAUDI (KEDATANGAN)........ 25 1. Bandara King Abdul Aziz Jeddah............................. 25 2. Berangkat Menuju Madinah/Makkah............ 29 3. Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz Madinah ...... 30 D. DI PEMONDOKAN............ 33 1. Madinah.......................... 33 2. Makkah........................... 39 E. DI ARMINA......................... 49 1. Padang Arafat.................. 49 vi 2. Selama Perjalanan dari Rumah Kediaman sampai ke Asrama Haji Embarkasi....................... 11 3. Di Asrama Haji Embarkasi....................... 12 4. Berangkat Menuju Bandara Embarkasi....................... 15 5. Di Bandara Embarkasi.... 15 6. Di Pesawat...................... 16 C. DIBANDARUDARA ARAB SAUDI (KEDATANGAN)........ 25 1. Bandara King Abdul Aziz Jeddah............................. 25 2. Berangkat Menuju Madinah/Makkah............ 29 3. Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz Madinah ...... 30 D. DI PEMONDOKAN............ 33 1. Madinah.......................... 33 2. Makkah........................... 39 E. DI ARMINA......................... 49 1. Padang Arafat.................. 49 xiv 2. Selama Perjalanan dari Rumah Kediaman sampai ke Asrama Haji Embarkasi....................... 11 3. Di Asrama Haji Embarkasi....................... 12 4. Berangkat Menuju Bandara Embarkasi....................... 15 5. Di Bandara Embarkasi.... 15 6. Di Pesawat...................... 16 C. DIBANDARUDARA ARAB SAUDI (KEDATANGAN)........ 25 1. Bandara King Abdul Aziz Jeddah............................. 25 2. Berangkat Menuju Madinah/Makkah............ 29 3. Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz Madinah ...... 30 D. DI PEMONDOKAN............ 33 1. Madinah.......................... 33 2. Makkah........................... 39 E. DI ARMINA......................... 49 1. Padang Arafat.................. 49 vi
  • 16. xv 2. Muzdalifah ...................... 52 3. Mina ................................ 53 F. KEGIATAN SETELAH ARMINA.............................. 56 G. DI BANDAR UDARA ARAB SAUDI (KEPULANGAN)................ 57 H. DI BANDAR UDARA DEBARKASI (DI TANAH AIR) ................ 58 I. DI ASRAMA HAJI.............. 60 J. DI KAMPUNG HALAMAN ......................... 61 BAB III KETENTUAN DAN HIKMAH HAJI / UMRAH........................ 63 A. UMRAH.............................. 63 B. HAJI.................................... 67 C. PELAKSANAAN MANASIK HAJI / UMRAH.................. 74 1. Haji tamattu’................... 74 2. Haji ifrad......................... 138 3. Haji qiran........................ 140 vii 2. Muzdalifah ...................... 52 3. Mina ................................ 53 F. KEGIATAN SETELAH ARMINA.............................. 56 G. DI BANDAR UDARA ARAB SAUDI (KEPULANGAN)................ 57 H. DI BANDAR UDARA DEBARKASI (DI TANAH AIR) ................ 58 I. DI ASRAMA HAJI.............. 60 J. DI KAMPUNG HALAMAN ......................... 61 BAB III KETENTUAN DAN HIKMAH HAJI / UMRAH........................ 63 A. UMRAH.............................. 63 B. HAJI.................................... 67 C. PELAKSANAAN MANASIK HAJI / UMRAH.................. 74 1. Haji tamattu’................... 74 2. Haji ifrad......................... 138 3. Haji qiran........................ 140 vii xv 2. Muzdalifah ...................... 50 3. Mina ................................ 51 F. KEGIATAN SETELAH ARMINA.............................. 53 G. DI BANDAR UDARA ARAB SAUDI (KEPULANGAN)................ 55 H. DI BANDAR UDARA DEBARKASI (DI TANAH AIR) ................ 56 I. DI ASRAMA HAJI.............. 57 J. DI KAMPUNG HALAMAN ......................... 58 BAB III KETENTUAN DAN HIKMAH HAJI / UMRAH........................ 62 A. UMRAH.............................. 62 B. HAJI.................................... 66 C. PELAKSANAAN MANASIK HAJI / UMRAH.................. 73 1. Haji tamattu’................... 73 2. Haji ifrad......................... 137 3. Haji qiran........................ 139 2. Muzdalifah ...................... 52 3. Mina ................................ 53 F. KEGIATAN SETELAH ARMINA.............................. 56 G. DI BANDAR UDARA ARAB SAUDI (KEPULANGAN)................ 57 H. DI BANDAR UDARA DEBARKASI (DI TANAH AIR) ................ 58 I. DI ASRAMA HAJI.............. 60 J. DI KAMPUNG HALAMAN ......................... 61 BAB III KETENTUAN DAN HIKMAH HAJI / UMRAH........................ 63 A. UMRAH.............................. 63 B. HAJI.................................... 67 C. PELAKSANAAN MANASIK HAJI / UMRAH.................. 74 1. Haji tamattu’................... 74 2. Haji ifrad......................... 138 3. Haji qiran........................ 140 vii vii
  • 17. xvi xvi BAB IV TEMPAT-TEMPAT ZIARAH DI TANAH SUCI ..................... 144 A. KOTA MADINAH.............. 144 B. KOTA MAKKAH............... 181 C. HIKMAH ZIARAH ........... 186 BAB V TANYA JAWAB MANASIK HAJI DAN UMRAH ............... 189 A. PENGERTIAN, SYARAT, RUKUN, DAN WAJIB HAJI.................................... 189 B. IHRAM DARI MIQAT....... 195 C. THAWAF ............................ 207 D. MUNAJAT DI MULTAZAM, SHALAT DI BELAKANG MAQAM IBRAHIM, DAN SHALAT DI HIJIR ISMAIL ............................................. 215 E. SA’I ..................................... 218 F. WUKUF.............................. 220 G. MABIT DI MUZDALIFAH 223 H. MELONTAR JAMRAH ..... 225 viii BAB IV TEMPAT-TEMPAT ZIARAH DI TANAH SUCI ..................... 145 A. KOTA MADINAH.............. 145 B. KOTA MAKKAH............... 182 C. HIKMAH ZIARAH ........... 187 BAB V TANYA JAWAB MANASIK HAJI DAN UMRAH ............... 191 A. PENGERTIAN, SYARAT, RUKUN, DAN WAJIB HAJI.................................... 191 B. IHRAM DARI MIQAT....... 197 C. THAWAF ............................ 209 D. MUNAJAT DI MULTAZAM, SHALAT DI BELAKANG MAQAM IBRAHIM, DAN SHALAT DI HIJIR ISMAIL ............................................. 217 E. SA’I ..................................... 220 F. WUKUF.............................. 222 G. MABIT DI MUZDALIFAH 225 H. MELONTAR JAMRAH ..... 227 viii BAB IV TEMPAT-TEMPAT ZIARAH DI TANAH SUCI ..................... 145 A. KOTA MADINAH.............. 145 B. KOTA MAKKAH............... 182 C. HIKMAH ZIARAH ........... 187 BAB V TANYA JAWAB MANASIK HAJI DAN UMRAH ............... 191 A. PENGERTIAN, SYARAT, RUKUN, DAN WAJIB HAJI.................................... 191 B. IHRAM DARI MIQAT....... 197 C. THAWAF ............................ 209 D. MUNAJAT DI MULTAZAM, SHALAT DI BELAKANG MAQAM IBRAHIM, DAN SHALAT DI HIJIR ISMAIL ............................................. 217 E. SA’I ..................................... 220 F. WUKUF.............................. 222 G. MABIT DI MUZDALIFAH 225 H. MELONTAR JAMRAH ..... 227 viii BAB IV TEMPAT-TEMPAT ZIARAH DI TANAH SUCI ..................... 145 A. KOTA MADINAH.............. 145 B. KOTA MAKKAH............... 182 C. HIKMAH ZIARAH ........... 187 BAB V TANYA JAWAB MANASIK HAJI DAN UMRAH ............... 191 A. PENGERTIAN, SYARAT, RUKUN, DAN WAJIB HAJI.................................... 191 B. IHRAM DARI MIQAT....... 197 C. THAWAF ............................ 209 D. MUNAJAT DI MULTAZAM, SHALAT DI BELAKANG MAQAM IBRAHIM, DAN SHALAT DI HIJIR ISMAIL ............................................. 217 E. SA’I ..................................... 220 F. WUKUF.............................. 222 G. MABIT DI MUZDALIFAH 225 H. MELONTAR JAMRAH ..... 227 viii
  • 18. xvii I. MABIT DI MINA DAN NAFAR ............................... 233 J. TAHALLUL........................ 237 K. DAM ................................... 240 L. HAJI BADAL ..................... 246 M. HAJI PEREMPUAN........... 246 N. PELAKSANAAN IBADAH HAJI BAGI JEMAAH HAJI YANG SAKIT ATAU UDZUR............................... 250 O. SHALAT BERJAMAAH DI MASJID NABAWI DAN MASJIDIL HARAM MAKKAH........................... 254 P. TAYAMUM DAN SHALAT DI PESAWAT...................... 256 Q. AKHLAKUL KARIMAH JEMAAH HAJI................... 259 R. KATEGORI RAFAS, FUSUQ DAN JIDAL ........................ 260 S. HAJI MABRUR.................. 262 BAB VI PENUTUP ................................ 265 LAMPIRAN – LAMPIRAN................... 267 ix I. MABIT DI MINA DAN NAFAR ............................... 233 J. TAHALLUL........................ 237 K. DAM ................................... 240 L. HAJI BADAL ..................... 246 M. HAJI PEREMPUAN........... 246 N. PELAKSANAAN IBADAH HAJI BAGI JEMAAH HAJI YANG SAKIT ATAU UDZUR............................... 250 O. SHALAT BERJAMAAH DI MASJID NABAWI DAN MASJIDIL HARAM MAKKAH........................... 254 P. TAYAMUM DAN SHALAT DI PESAWAT...................... 256 Q. AKHLAKUL KARIMAH JEMAAH HAJI................... 259 R. KATEGORI RAFAS, FUSUQ DAN JIDAL ........................ 260 S. HAJI MABRUR.................. 262 BAB VI PENUTUP ................................ 265 LAMPIRAN – LAMPIRAN................... 267 ix xvii I. MABIT DI MINA DAN NAFAR ............................... 231 J. TAHALLUL........................ 235 K. DAM ................................... 238 L. HAJI BADAL ..................... 244 M. HAJI PEREMPUAN........... 244 N. PELAKSANAAN IBADAH HAJI BAGI JEMAAH HAJI YANG SAKIT ATAU UDZUR............................... 248 O. SHALAT BERJAMAAH DI MASJID NABAWI DAN MASJIDIL HARAM MAKKAH........................... 252 P. TAYAMUM DAN SHALAT DI PESAWAT...................... 254 Q. AKHLAKUL KARIMAH JEMAAH HAJI................... 257 R. KATEGORI RAFAS, FUSUQ DAN JIDAL ........................ 258 S. HAJI MABRUR.................. 260 BAB VI PENUTUP ................................ 263 LAMPIRAN – LAMPIRAN................... 265 I. MABIT DI MINA DAN NAFAR ............................... 233 J. TAHALLUL........................ 237 K. DAM ................................... 240 L. HAJI BADAL ..................... 246 M. HAJI PEREMPUAN........... 246 N. PELAKSANAAN IBADAH HAJI BAGI JEMAAH HAJI YANG SAKIT ATAU UDZUR............................... 250 O. SHALAT BERJAMAAH DI MASJID NABAWI DAN MASJIDIL HARAM MAKKAH........................... 254 P. TAYAMUM DAN SHALAT DI PESAWAT...................... 256 Q. AKHLAKUL KARIMAH JEMAAH HAJI................... 259 R. KATEGORI RAFAS, FUSUQ DAN JIDAL ........................ 260 S. HAJI MABRUR.................. 262 BAB VI PENUTUP ................................ 265 LAMPIRAN – LAMPIRAN................... 267 ix ix
  • 20. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Bimbingan jemaah haji merupakan bagian dari pembinaan, pelayanan, dan perlindungan terhadap jemaah haji yang menjadi salah satu tugas pemerintah sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. 2. Keadaan jemaah haji yang sangat majemuk dalam pendidikan, usia, dan tingkat pemahaman terhadap ilmu manasik haji membutuhkan format buku yang praktis namun dapat mencukupi sebagai standar dasar pembimbingan. B. TUJUAN 1. Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah dimaksudkan untuk menjadi pedoman bagi jemaah haji 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Bimbingan jemaah haji merupakan bagian dari pembinaan, pelayanan, dan perlindungan terhadap jemaah haji yang menjadi salah satu tugas pemerintah sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. 2. Keadaan jemaah haji yang sangat majemuk dalam pendidikan, usia, dan tingkat pemahaman terhadap ilmu manasik haji membutuhkan format buku yang praktis namun dapat mencukupi sebagai standar dasar pembimbingan. B. TUJUAN 1. Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah dimaksudkan untuk menjadi pedoman bagi jemaah haji 11 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Bimbingan jemaah haji merupakan bagian dari pembinaan, pelayanan, dan perlindungan terhadap jemaah haji yang menjadi salah satu tugas pemerintah sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. 2. Keadaan jemaah haji yang sangat majemuk dalam pendidikan, usia, dan tingkat pemahaman terhadap ilmu manasik haji membutuhkan format buku yang praktis namun dapat mencukupi sebagai standar dasar pembimbingan. B. TUJUAN 1. Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah dimaksudkan untuk menjadi pedoman bagi jemaah haji 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Bimbingan jemaah haji merupakan bagian dari pembinaan, pelayanan, dan perlindungan terhadap jemaah haji yang menjadi salah satu tugas pemerintah sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. 2. Keadaan jemaah haji yang sangat majemuk dalam pendidikan, usia, dan tingkat pemahaman terhadap ilmu manasik haji membutuhkan format buku yang praktis namun dapat mencukupi sebagai standar dasar pembimbingan. B. TUJUAN 1. Buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah dimaksudkan untuk menjadi pedoman bagi jemaah haji 1
  • 21. 2 2 Indonesia dalam melaksanakan haji sesuai dengan alur gerak dan tempat kegiatan ibadah. 2. Jemaah haji dapat memahami penatalaksanaan ibadah hajinya secara benar dan sempurna sehingga mendapatkan haji mabrur. C. SASARAN 1. Membekali setiap jemaah haji yang telah mendapatkan porsi keberangkatan tahun berjalan dengan buku tuntunan manasik haji dan umrah secara lengkap sebagai pedoman dalam melaksanakan ibadah haji. 2. Sebagai pegangan bagi para pelatih dalam menyusun standar dan silabus pelatihan jemaah haji. 3. Buku ini tidak dimaksudkan sebagai referensi akademis perhajian bagi akademisi, akan tetapi semata- mata sebagai tuntunan peserta bim- bingan (jemaah haji) yang akan me- laksanakan ibadah haji. 2 Indonesia dalam melaksanakan haji sesuai dengan alur gerak dan tempat kegiatan ibadah. 2. Jemaah haji dapat memahami penatalaksanaan ibadah hajinya secara benar dan sempurna sehingga mendapatkan haji mabrur. C. SASARAN 1. Membekali setiap jemaah haji yang telah mendapatkan porsi keberangkatan tahun berjalan dengan buku tuntunan manasik haji dan umrah secara lengkap sebagai pedoman dalam melaksanakan ibadah haji. 2. Sebagai pegangan bagi para pelatih dalam menyusun standar dan silabus pelatihan jemaah haji. 3. Buku ini tidak dimaksudkan sebagai referensi akademis perhajian bagi akademisi, akan tetapi semata- mata sebagai tuntunan peserta bim- bingan (jemaah haji) yang akan me- laksanakan ibadah haji. 2 Indonesia dalam melaksanakan haji sesuai dengan alur gerak dan tempat kegiatan ibadah. 2. Jemaah haji dapat memahami penatalaksanaan ibadah hajinya secara benar dan sempurna sehingga mendapatkan haji mabrur. C. SASARAN 1. Membekali setiap jemaah haji yang telah mendapatkan porsi keberangkatan tahun berjalan dengan buku tuntunan manasik haji dan umrah secara lengkap sebagai pedoman dalam melaksanakan ibadah haji. 2. Sebagai pegangan bagi para pelatih dalam menyusun standar dan silabus pelatihan jemaah haji. 3. Buku ini tidak dimaksudkan sebagai referensi akademis perhajian bagi akademisi, akan tetapi semata- mata sebagai tuntunan peserta bim- bingan (jemaah haji) yang akan me- laksanakan ibadah haji. 2 Indonesia dalam melaksanakan haji sesuai dengan alur gerak dan tempat kegiatan ibadah. 2. Jemaah haji dapat memahami penatalaksanaan ibadah hajinya secara benar dan sempurna sehingga mendapatkan haji mabrur. C. SASARAN 1. Membekali setiap jemaah haji yang telah mendapatkan porsi keberangkatan tahun berjalan dengan buku tuntunan manasik haji dan umrah secara lengkap sebagai pedoman dalam melaksanakan ibadah haji. 2. Sebagai pegangan bagi para pelatih dalam menyusun standar dan silabus pelatihan jemaah haji. 3. Buku ini tidak dimaksudkan sebagai referensi akademis perhajian bagi akademisi, akan tetapi semata- mata sebagai tuntunan peserta bim- bingan (jemaah haji) yang akan me- laksanakan ibadah haji. 2
  • 22. 3 D. ABSTRAKSI Secara keseluruhan buku ini berisikan petunjuk manasik haji dan umrah, tata cara pelaksanaan ibadah haji meliputi ketentuan hukum dan hikmah tasyri’nya dilengkapi dengan tanya jawab manasik haji dan umrah, penjelasan beberapa tempat bersejarah serta syiar-syiar perhajian yang dianggap perlu. 3 D. ABSTRAKSI Secara keseluruhan buku ini berisikan petunjuk manasik haji dan umrah, tata cara pelaksanaan ibadah haji meliputi ketentuan hukum dan hikmah tasyri’nya dilengkapi dengan tanya jawab manasik haji dan umrah, penjelasan beberapa tempat bersejarah serta syiar-syiar perhajian yang dianggap perlu. 33 D. ABSTRAKSI Secara keseluruhan buku ini berisikan petunjuk manasik haji dan umrah, tata cara pelaksanaan ibadah haji meliputi ketentuan hukum dan hikmah tasyri’nya dilengkapi dengan tanya jawab manasik haji dan umrah, penjelasan beberapa tempat bersejarah serta syiar-syiar perhajian yang dianggap perlu. 3 D. ABSTRAKSI Secara keseluruhan buku ini berisikan petunjuk manasik haji dan umrah, tata cara pelaksanaan ibadah haji meliputi ketentuan hukum dan hikmah tasyri’nya dilengkapi dengan tanya jawab manasik haji dan umrah, penjelasan beberapa tempat bersejarah serta syiar-syiar perhajian yang dianggap perlu. 3
  • 24. 5 BAB II PROSEDUR PERJALANAN IBADAH HAJI DAN UMRAH A. PERSIAPAN 1. Mental a. Bertaubat kepada Allah Swt., memperbanyak dzikir dan mohon bimbingan dari Allah Swt. b. Menyelesaikan masalah- masalah yang berkenaan dengan tanggung jawabnya, meliputi tanggung jawab keluarga, pekerjaan dan utang-piutang. c. Silaturahmi dengan sanak keluarga, kawan, dan masyarakat dengan mohon maaf dan doa restu. d. Membiasakan pola hidup sehat agar tidak sulit melakukan ibadah haji/umrah. e. Mempelajari manasik atau tatacara ibadah haji sesuai ketentuan hukum Islam. 5 BAB II PROSEDUR PERJALANAN IBADAH HAJI DAN UMRAH A. PERSIAPAN 1. Mental a. Bertaubat kepada Allah Swt., memperbanyak dzikir dan mohon bimbingan dari Allah Swt. b. Menyelesaikan masalah- masalah yang berkenaan dengan tanggung jawabnya, meliputi tanggung jawab keluarga, pekerjaan dan utang-piutang. c. Silaturahmi dengan sanak keluarga, kawan, dan masyarakat dengan mohon maaf dan doa restu. d. Membiasakan pola hidup sehat agar tidak sulit melakukan ibadah haji/umrah. e. Mempelajari manasik atau tatacara ibadah haji sesuai ketentuan hukum Islam. 55 BAB II PROSEDUR PERJALANAN IBADAH HAJI DAN UMRAH A. PERSIAPAN 1. Mental a. Bertaubat kepada Allah Swt., memperbanyak dzikir dan mohon bimbingan dari Allah Swt. b. Menyelesaikan masalah- masalah yang berkenaan dengan tanggung jawabnya, meliputi tanggung jawab keluarga, pekerjaan dan utang-piutang. c. Silaturahmi dengan sanak keluarga, kawan, dan masyarakat dengan mohon maaf dan doa restu. d. Membiasakan pola hidup sehat agar tidak sulit melakukan ibadah haji/umrah. e. Mempelajari manasik atau tatacara ibadah haji sesuai ketentuan hukum Islam. 5 BAB II PROSEDUR PERJALANAN IBADAH HAJI DAN UMRAH A. PERSIAPAN 1. Mental a. Bertaubat kepada Allah Swt., memperbanyak dzikir dan mohon bimbingan dari Allah Swt. b. Menyelesaikan masalah- masalah yang berkenaan dengan tanggung jawabnya, meliputi tanggung jawab keluarga, pekerjaan dan utang-piutang. c. Silaturahmi dengan sanak keluarga, kawan, dan masyarakat dengan mohon maaf dan doa restu. d. Membiasakan pola hidup sehat agar tidak sulit melakukan ibadah haji/umrah. e. Mempelajari manasik atau tatacara ibadah haji sesuai ketentuan hukum Islam. 5
  • 25. 6 6 2. Fisik a. Berolah raga secara teratur, olah raga yang disarankan adalah olahraga aerobic, seperti Jalan Kaki, Jogging, Senam, Bersepeda. Bagi Jemaah yang memiliki penyakit jantung, gangguan pernafasan, kencing manis hendaknya berkonsultasi dengan dokter sebelum berolah raga atau melakukan latihan fisik. b. Menjaga berat badan dengan mengkonsumsi makanan sehat dan seimbang. 3. Material (Bekal) a. Mempersiapkan bekal secukupnya selama dalam perjalanan dan bekal untuk keluarga yang ditinggalkan. b. Dibolehkan melaksanakan wali- matus safar bagi yang mampu dengan niat mensyukuri nikmat dan menghindari sifat riya. c. Membawa perlengkapan ke tanah suci seperti : pakaian ± 5 (lima) stel termasuk pakaian seragam bermotif batik yang sudah ditetapkan sebagai identitas nasional, dikarenakan lebih praktis. Pakaian perempuan tidak transparan (tidak tipis dan tidak ketat 6 2. Fisik a. Berolah raga secara teratur, olah raga yang disarankan adalah olahraga aerobic, seperti Jalan Kaki, Jogging, Senam, Bersepeda. Bagi Jemaah yang memiliki penyakit jantung, gangguan pernafasan, kencing manis hendaknya berkonsultasi dengan dokter sebelum berolah raga atau melakukan latihan fisik. b. Menjaga berat badan dengan mengkonsumsi makanan sehat dan seimbang. 3. Material (Bekal) a. Mempersiapkan bekal secukupnya selama dalam perjalanan dan bekal untuk keluarga yang ditinggalkan. b. Dibolehkan melaksanakan wali- matus safar bagi yang mampu dengan niat mensyukuri nikmat dan menghindari sifat riya. c. Membawa perlengkapan ke tanah suci seperti : pakaian ± 5 (lima) stel termasuk pakaian seragam bermotif batik yang sudah ditetapkan sebagai identitas nasional, dikarenakan lebih praktis. Pakaian perempuan tidak transparan (tidak tipis dan tidak ketat 6 2. Fisik a. Berolah raga secara teratur, olah raga yang disarankan adalah olahraga aerobic, seperti Jalan Kaki, Jogging, Senam, Bersepeda. Bagi Jemaah yang memiliki penyakit jantung, gangguan pernafasan, kencing manis hendaknya berkonsultasi dengan dokter sebelum berolah raga atau melakukan latihan fisik. b. Menjaga berat badan dengan mengkonsumsi makanan sehat dan seimbang. 3. Material (Bekal) a. Mempersiapkan bekal secukupnya selama dalam perjalanan dan bekal untuk keluarga yang ditinggalkan. b. Dibolehkan melaksanakan wali- matus safar bagi yang mampu dengan niat mensyukuri nikmat dan menghindari sifat riya. c. Membawa perlengkapan ke tanah suci seperti : pakaian ± 5 (lima) stel termasuk pakaian seragam bermotif batik yang sudah ditetapkan sebagai identitas nasional, dikarenakan lebih praktis. Pakaian perempuan tidak transparan (tidak tipis dan tidak ketat 6 2. Fisik a. Berolah raga secara teratur, olah raga yang disarankan adalah olahraga aerobic, seperti Jalan Kaki, Jogging, Senam, Bersepeda. Bagi Jemaah yang memiliki penyakit jantung, gangguan pernafasan, kencing manis hendaknya berkonsultasi dengan dokter sebelum berolah raga atau melakukan latihan fisik. b. Menjaga berat badan dengan mengkonsumsi makanan sehat dan seimbang. 3. Material (Bekal) a. Mempersiapkan bekal secukupnya selama dalam perjalanan dan bekal untuk keluarga yang ditinggalkan. b. Dibolehkan melaksanakan wali- matus safar bagi yang mampu dengan niat mensyukuri nikmat dan menghindari sifat riya. c. Membawa perlengkapan ke tanah suci seperti : pakaian ± 5 (lima) stel termasuk pakaian seragam bermotif batik yang sudah ditetapkan sebagai identitas nasional, dikarenakan lebih praktis. Pakaian perempuan tidak transparan (tidak tipis dan tidak ketat 6
  • 26. 7 ketat). Jemaah haji tidak boleh membawa atau menerima titipan barang-barang seperti: dokumen negara (selain paspor), benda tajam (pisau, gunting, dan lain- lain), dan tidak boleh membawa kompor, minyak goreng, barang yang mudah meledak, cetakan yang bergambar /VCD porno dan lain-lain yang dapat mengganggu kelancaran dan keselamatan penerbangan. 4. Kiat Meraih Haji Mabrur a. Niat yang tulus (ikhlas semata-mata karena Allah) dan sebaik-baik bekal adalah takwa kepada Allah. b. Biaya yang digunakan berasal dari usaha/harta yang halal. c. Pelaksanaan hajinya baik rukun, wajib, dan sunahnya sesuai tuntunan ketentuan syariat. d. Selama dalam perjalanan dan ibadah haji tidak melakukan rafas (ucapan/ perbuatan yang bersifat pornografi), fasiq (perbuatan maksiat/dosa), dan jidal (berbantah-bantahan dan pertengkaran). e. Setelah kembali dari ibadah haji meningkatkan kualitas ibadah dan 7 ketat). Jemaah haji tidak boleh membawa atau menerima titipan barang-barang seperti: dokumen negara (selain paspor), benda tajam (pisau, gunting, dan lain- lain), dan tidak boleh membawa kompor, minyak goreng, barang yang mudah meledak, cetakan yang bergambar/ VCD porno dan lain-lain yang dapat mengganggu kelancaran dan keselamatan penerbangan. 4. Kiat Meraih Haji Mabrur a. Niat yang tulus (ikhlas semata-mata karena Allah) dan sebaik-baik bekal adalah takwa kepada Allah. b. Biaya yang digunakan berasal dari usaha/harta yang halal. c. Pelaksanaan hajinya baik rukun, wajib, dan sunahnya sesuai tuntunan ketentuan syariat. d. Selama dalam perjalanan dan ibadah haji tidak melakukan rafas (ucapan/ perbuatan yang bersifat pornografi), fasiq (perbuatan maksiat/dosa), dan jidal (berbantah-bantahan dan pertengkaran). e. Setelah kembali dari ibadah haji meningkatkan kualitas ibadah dan 7 7 ketat). Jemaah haji tidak boleh membawa atau menerima titipan barang-barang seperti: dokumen negara (selain paspor), benda tajam (pisau, gunting, dan lain- lain), dan tidak boleh membawa kompor, minyak goreng, barang yang mudah meledak, cetakan yang bergambar /VCD porno dan lain-lain yang dapat mengganggu kelancaran dan keselamatan penerbangan. 4. Kiat Meraih Haji Mabrur a. Niat yang tulus (ikhlas semata-mata karena Allah) dan sebaik-baik bekal adalah takwa kepada Allah. b. Biaya yang digunakan berasal dari usaha/harta yang halal. c. Pelaksanaan hajinya baik rukun, wajib, dan sunahnya sesuai tuntunan ketentuan syariat. d. Selama dalam perjalanan dan ibadah haji tidak melakukan rafas (ucapan/ perbuatan yang bersifat pornografi), fasiq (perbuatan maksiat/dosa), dan jidal (berbantah-bantahan dan pertengkaran). e. Setelah kembali dari ibadah haji meningkatkan kualitas ibadah dan 7 ketat). Jemaah haji tidak boleh membawa atau menerima titipan barang-barang seperti: dokumen negara (selain paspor), benda tajam (pisau, gunting, dan lain- lain), dan tidak boleh membawa kompor, minyak goreng, barang yang mudah meledak, cetakan yang bergambar/ VCD porno dan lain-lain yang dapat mengganggu kelancaran dan keselamatan penerbangan. 4. Kiat Meraih Haji Mabrur a. Niat yang tulus (ikhlas semata-mata karena Allah) dan sebaik-baik bekal adalah takwa kepada Allah. b. Biaya yang digunakan berasal dari usaha/harta yang halal. c. Pelaksanaan hajinya baik rukun, wajib, dan sunahnya sesuai tuntunan ketentuan syariat. d. Selama dalam perjalanan dan ibadah haji tidak melakukan rafas (ucapan/ perbuatan yang bersifat pornografi), fasiq (perbuatan maksiat/dosa), dan jidal (berbantah-bantahan dan pertengkaran). e. Setelah kembali dari ibadah haji meningkatkan kualitas ibadah dan 7
  • 27. 8 8 kepedulian sosial yang ditandai dengan: 1). Perilaku dan tutur katanya lebih baik. 2). Menebarkan kedamaian dan kesejahteraan. 3). Senang memberi dan membantu kepentingan ummat. 5. Bimbingan Manasik Haji a. Jemaah haji yang telah mendapatkan kuota tahun berjalan akan mendapatkan Buku Paket Bim- bingan Manasik Haji, terdiri dari: 1). Tuntunan Manasik Haji dan Umrah. 2). Doa dan Dzikir Manasik Haji dan Umrah. b. Bentuk bimbingan diberikan da m a l 2 sistem yaitu kelompok dan massal. c. Sistem bimbingan kelompok dilaksanakan di Kecamatan oleh KUA Kecamatan. d. Sistem bimbingan massal dilaksanakan di Kabupaten/Kota 8 kepedulian sosial yang ditandai dengan: 1). Perilaku dan tutur katanya lebih baik. 2). Menebarkan kedamaian dan kesejahteraan. 3). Senang memberi dan membantu kepentingan ummat. 4. Bimbingan Manasik Haji a. Jemaah haji yang telah mendapatkan kuota tahun berjalan akan mendapatkan Buku Paket Bim- bingan Manasik Haji, terdiri dari: 1). Tuntunan Manasik Haji dan Umrah. 2). Do’a dan Dzikir Manasik Haji dan Umrah. b. Bentuk bimbingan diberikan dalam 2 sistem yaitu kelompok dan massal. c. Sistem bimbingan kelompok dilaksanakan di Kecamatan oleh KUA Kecamatan. d. Sistem bimbingan massal dilaksanakan di Kabupaten/Kota 8 kepedulian sosial yang ditandai dengan: 1). Perilaku dan tutur katanya lebih baik. 2). Menebarkan kedamaian dan kesejahteraan. 3). Senang memberi dan membantu kepentingan ummat. 4. Bimbingan Manasik Haji a. Jemaah haji yang telah mendapatkan kuota tahun berjalan akan mendapatkan Buku Paket Bim- bingan Manasik Haji, terdiri dari: 1). Tuntunan Manasik Haji dan Umrah. 2). Doa dan Dzikir Manasik Haji dan Umrah. b. Bentuk bimbingan diberikan dalam 2 sistem yaitu kelompok dan massal. c. Sistem bimbingan kelompok dilaksanakan di Kecamatan oleh KUA Kecamatan. d. Sistem bimbingan massal dilaksanakan di Kabupaten/Kota 8 kepedulian sosial yang ditandai dengan: 1). Perilaku dan tutur katanya lebih baik. 2). Menebarkan kedamaian dan kesejahteraan. 3). Senang memberi dan membantu kepentingan ummat. 4. Bimbingan Manasik Haji a. Jemaah haji yang telah mendapatkan kuota tahun berjalan akan mendapatkan Buku Paket Bim- bingan Manasik Haji, terdiri dari: 1). Tuntunan Manasik Haji dan Umrah. 2). Do’a dan Dzikir Manasik Haji dan Umrah. b. Bentuk bimbingan diberikan dalam 2 sistem yaitu kelompok dan massal. c. Sistem bimbingan kelompok dilaksanakan di Kecamatan oleh KUA Kecamatan. d. Sistem bimbingan massal dilaksanakan di Kabupaten/Kota 8
  • 28. 9 oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. 5. Pemeliharaan Kesehatan dan Kebugaran Jemaah haji yang telah terdaftar dan kuotanya masuk dalam urutan berangkat pada tahun berjalan, diberikan pem- binaan kesehatan, tuntunan menjaga dan meningkatkan kebugaran sebagai persiapan pelaksanaan haji di Arab Saudi yang sangat membutuhkan kesehatan dan kebugaran yang prima. Pembinaan kesehatan ini diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bekerja sama dengan Puskesmas Kecamatan. 6. Pengelompokan a. Pengelompokan bimbingan jemaah haji diatur berdasarkan pertimbangan domisili jemaah dan keluarga. b. Setiap 11 orang jemaah haji dikelompokkan dalam 1 regu dan setiap 4 regu (45 orang) dikelompokkan dalam satu rombongan. 9 oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. 5. Pemeliharaan Kesehatan dan Kebugaran Jemaah haji yang telah terdaftar dan kuotanya masuk dalam urutan berangkat pada tahun berjalan, diberikan pem- binaan kesehatan, tuntunan menjaga dan meningkatkan kebugaran sebagai persiapan pelaksanaan haji di Arab Saudi yang sangat membutuhkan kesehatan dan kebugaran yang prima. Pembinaan kesehatan ini diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bekerja sama dengan Puskesmas Kecamatan. 6. Pengelompokan a. Pengelompokan bimbingan jemaah haji diatur berdasarkan pertimbangan domisili jemaah dan keluarga. b. Setiap 11 orang jemaah haji dikelompokkan dalam 1 regu dan setiap 4 regu (45 orang) dikelompokkan dalam satu rombongan. 99 oleh Kantor Kementerian Agama . a t o K / n e t a p u b a K 6. Pemeliharaan Kesehatan dan Kebugaran Jemaah haji yang telah terdaftar dan kuotanya masuk dalam urutan berangkat pada tahun berjalan, diberikan pem- binaan kesehatan, tuntunan men a g a j dan meningkatkan kebugaran se i a g a b persiapan pelaksanaan haji di Arab Saudi yang sangat membutuhkan kesehatan dan kebugaran yang prima. Pembinaan kesehatan ini diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bekerja sama dengan Puskesmas Kecamatan. 7. Pengelompokan a. Pengelompokan bimbingan jemaah haji diatur berdasarkan pertim n a g n a b . a g r a u l e k n a d h a a m e j i l i s i m o d b. Setiap 11 orang jemaah haji dikelompokkan dalam 1 regu dan setiap 4 regu (45 orang) dikelompokkan dalam satu rombongan. oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. 5. Pemeliharaan Kesehatan dan Kebugaran Jemaah haji yang telah terdaftar dan kuotanya masuk dalam urutan berangkat pada tahun berjalan, diberikan pem- binaan kesehatan, tuntunan menjaga dan meningkatkan kebugaran sebagai persiapan pelaksanaan haji di Arab Saudi yang sangat membutuhkan kesehatan dan kebugaran yang prima. Pembinaan kesehatan ini diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bekerja sama dengan Puskesmas Kecamatan. 6. Pengelompokan a. Pengelompokan bimbingan jemaah haji diatur berdasarkan pertimbangan domisili jemaah dan keluarga. b. Setiap 11 orang jemaah haji dikelompokkan dalam 1 regu dan setiap 4 regu (45 orang) dikelompokkan dalam satu rombongan. 9 9
  • 29. 10 10 c. Penugasan pembimbing diatur oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. d. Jadwal dan tempat bimbingan diatur oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. e. Jemaah haji akan diberangkatkan dalam satu kelompok terbang (Kloter) dengan kapasitas pesawat ber variasi yaitu: 360 orang, 390 orang dan 455 orang. Dalam Kloter tersebut terdapat petugas operasional yang menyertai jemaah haji terdiri dari: 1). Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI) sebagai Ketua Kloter. 2). Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI). 3). Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) sebagai pelayan kesehatan. 4). Ketua Rombongan. 5). Ketua Regu. 10 c. Penugasan pembimbing diatur oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. d. Jadwal dan tempat bimbingan diatur oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. e. Jemaah haji akan diberangkatkan dalam satu kelompok terbang (Kloter) dengan kapasitas pesawat bervariasi yaitu: 325 orang, 360 orang, 405 orang, 450 orang dan 455 orang. Dalam Kloter tersebut terdapat petugas operasional yang menyertai jemaah haji terdiri dari: 1). Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI) sebagai Ketua Kloter. 2). Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI). 3). Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) sebagai pelayan kesehatan. 4). Ketua Rombongan. 5). Ketua Regu. 10 c. Penugasan pembimbing diatur oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. d. Jadwal dan tempat bimbingan diatur oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. e. Jemaah haji akan diberangkatkan dalam satu kelompok terbang (Kloter) dengan kapasitas pesawat ber variasi yaitu: 360 orang, 390 orang dan 455 orang. Dalam Kloter tersebut terdapat petugas operasional yang menyertai jemaah haji terdiri dari: 1). Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI) sebagai Ketua Kloter. 2). Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI). 3). Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) sebagai pelayan kesehatan. 4). Ketua Rombongan. 5). Ketua Regu. 10 c. Penugasan pembimbing diatur oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. d. Jadwal dan tempat bimbingan diatur oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. e. Jemaah haji akan diberangkatkan dalam satu kelompok terbang (Kloter) dengan kapasitas pesawat bervariasi yaitu: 325 orang, 360 orang, 405 orang, 450 orang dan 455 orang. Dalam Kloter tersebut terdapat petugas operasional yang menyertai jemaah haji terdiri dari: 1). Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI) sebagai Ketua Kloter. 2). Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI). 3). Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) sebagai pelayan kesehatan. 4). Ketua Rombongan. 5). Ketua Regu. 10
  • 30. 11 B. PEMBERANGKATAN 1. Kegiatan Menjelang Berangkat a. Menjaga kondisi kesehatan dengan makan makanan yang bergizi dan menjaga kebugaran/ kesehatan secara teratur. b. Menyelesaikan urusan pribadi, dinas, dan sosial kemasyarakatan. c. Menyiapkan bekal untuk keluarga yang ditinggalkan. d. Menyiapkan barang-barang bawaan, yaitu dokumen (Surat Panggilan Masuk Asrama/ SPMA, bukti setor warna biru, buku kesehatan), bekal, pakaian, dan obat-obatan. e. Dianjurkan shalat sunat dua rakaat dan dianjurkan pula berdo’a untuk keselamatan diri dankeluargayangditinggalkan. 2. Selama Perjalanan dari Rumah Kediaman sampai ke Asrama Haji Embarkasi. 11 B. PEMBERANGKATAN 1. Kegiatan Menjelang Berangkat a. Menjaga kondisi kesehatan dengan makan makanan yang bergizi dan menjaga kebugaran/ kesehatan secara teratur. b. Menyelesaikan urusan pribadi, dinas, dan sosial kemasyarakatan. c. Menyiapkan bekal untuk keluarga yang ditinggalkan. d. Menyiapkan barang-barang bawaan, yaitu dokumen (Surat Panggilan Masuk Asrama/ SPMA, bukti setor warna biru, buku kesehatan), bekal, pakaian, dan obat-obatan. e. Dianjurkan shalat sunat dua rakaat dan dianjurkan pula berdoa untuk keselamatan diri dankeluargayangditinggalkan. 2. Selama Perjalanan dari Rumah Kediaman sampai ke Asrama Haji Embarkasi. 11 11 B. PEMBERANGKATAN 1. Kegiatan Menjelang Berangkat a. Menjaga kondisi kesehatan dengan makan makanan yang bergizi dan menjaga kebugaran/ kesehatan secara teratur. b. Menyelesaikan urusan pribadi, dinas, dan sosial kemasyarakatan. c. Menyiapkan bekal untuk keluarga yang ditinggalkan. d. Menyiapkan barang-barang bawaan, yaitu dokumen (Surat Panggilan Masuk Asrama/ SPMA, bukti setor warna biru, buku kesehatan), bekal, pakaian, dan obat-obatan. e. Dianjurkan shalat sunat dua rakaat dan dianjurkan pula berdo’a untuk keselamatan diri dankeluargayangditinggalkan. 2. Selama Perjalanan dari Rumah Kediaman sampai ke Asrama Haji Embarkasi. 11 B. PEMBERANGKATAN 1. Kegiatan Menjelang Berangkat a. Menjaga kondisi kesehatan dengan makan makanan yang bergizi dan menjaga kebugaran/ kesehatan secara teratur. b. Menyelesaikan urusan pribadi, dinas, dan sosial kemasyarakatan. c. Menyiapkan bekal untuk keluarga yang ditinggalkan. d. Menyiapkan barang-barang bawaan, yaitu dokumen (Surat Panggilan Masuk Asrama/ SPMA, bukti setor warna biru, buku kesehatan), bekal, pakaian, dan obat-obatan. e. Dianjurkan shalat sunat dua rakaat dan dianjurkan pula berdoa untuk keselamatan diri dankeluargayangditinggalkan. 2. Selama Perjalanan dari Rumah Kediaman sampai ke Asrama Haji Embarkasi. 11
  • 31. 12 12 a. Dianjurkan memperbanyak doa dan dzikir. b. Pada dasarnya talbiyah dibaca dalam keadaan berihram, namun dapat saja dilakukan pada saat-saat tertentu guna pemantapan seperti ketika berangkat dari rumah menuju asrama (tanpa disertai niat ihram, semata- mata sebagai dzikir biasa). c. Selama dalam perjalanan sudah berlaku hukum musafir, dengan demikian boleh menjama’ dan meng-qasar shalat, kecuali setelah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi sebaiknya tidak diqasar dan dijama’. 3. Di Asrama Haji Embarkasi a. Pada saat Kedatangan di Asrama Haji Embarkasi. 1). Menyerahkan Surat Panggi- lan Masuk Asrama (SPMA) dan bukti setor lunas BPIH warna biru. 2). Menerima kartu makan dan akomodasi selama di Asrama Haji. 12 a. Dianjurkan memperbanyak do’a dan dzikir. b. Pada dasarnya talbiyah dibaca dalam keadaan berihram, namun dapat saja dilakukan pada saat-saat tertentu guna pemantapan seperti ketika berangkat dari rumah menuju asrama (tanpa disertai niat ihram, semata- mata sebagai dzikir biasa). c. Selama dalam perjalanan sudah berlaku hukum musafir, dengan demikian boleh menjama’ dan meng-qasar shalat, kecuali setelah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi sebaiknya tidak diqasar dan dijama’. 3. Di Asrama Haji Embarkasi a. Pada saat Kedatangan di Asrama Haji Embarkasi. 1). Menyerahkan Surat Panggi- lan Masuk Asrama (SPMA) dan bukti setor lunas BPIH warna biru. 2). Menerima kartu makan dan akomodasi selama di Asrama Haji. 12 a. Dianjurkan memperbanyak doa dan dzikir. b. Pada dasarnya talbiyah dibaca dalam keadaan berihram, namun dapat saja dilakukan pada saat-saat tertentu guna pemantapan seperti ketika berangkat dari rumah menuju asrama (tanpa disertai niat ihram, semata- mata sebagai dzikir biasa). c. Selama dalam perjalanan sudah berlaku hukum musafir, dengan demikian boleh menjama’ dan meng-qasar shalat, kecuali setelah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi sebaiknya tidak diqasar dan dijama’. 3. Di Asrama Haji Embarkasi a. Pada saat Kedatangan di Asrama Haji Embarkasi. 1). Menyerahkan Surat Panggi- lan Masuk Asrama (SPMA) dan bukti setor lunas BPIH warna biru. 2). Menerima kartu makan dan akomodasi selama di Asrama Haji. 12 a. Dianjurkan memperbanyak do’a dan dzikir. b. Pada dasarnya talbiyah dibaca dalam keadaan berihram, namun dapat saja dilakukan pada saat-saat tertentu guna pemantapan seperti ketika berangkat dari rumah menuju asrama (tanpa disertai niat ihram, semata- mata sebagai dzikir biasa). c. Selama dalam perjalanan sudah berlaku hukum musafir, dengan demikian boleh menjama’ dan meng-qasar shalat, kecuali setelah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi sebaiknya tidak diqasar dan dijama’. 3. Di Asrama Haji Embarkasi a. Pada saat Kedatangan di Asrama Haji Embarkasi. 1). Menyerahkan Surat Panggi- lan Masuk Asrama (SPMA) dan bukti setor lunas BPIH warna biru. 2). Menerima kartu makan dan akomodasi selama di Asrama Haji. 12
  • 32. 13 3). Memeriksakan kesehatan fisik (pemeriksaan akhir). 4). Menimbang dan memeriksa- kan barang bawaan (koper). b. SelamadiAsramaHajiEmbarkasi. 1). Menempati kamar yang telah disediakan. 2). Dianjurkan mengikuti pem- binaan manasik haji. 3). Mendapatkan pemeriksaan atau pelayanan kesehatan. 4). Menerima paspor, gelang identitas dan living cost (biaya hidup selama di Arab Saudi) sebesar 1.500 Riyal Saudi. 5). Untuk kelancaran proses keberangkatan, jemaah haji tidak diperkenankan keluar masuk Asrama Haji dan mengutamakan istirahat. 6). Masing-masing jemaah haji menjaga barang bawaan yang berharga. 7). Menjaga ketertiban dan kebersihan. 13 3). Memeriksakan kesehatan fisik (pemeriksaan akhir). 4). Menimbang dan memeriksa- kan barang bawaan (koper). b. SelamadiAsramaHajiEmbarkasi. 1). Menempati kamar yang telah disediakan. 2). Dianjurkan mengikuti pem- binaan manasik haji. 3). Mendapatkan pemeriksaan atau pelayanan kesehatan. 4). Menerima paspor, gelang identitas dan living cost (biaya hidup selama di Arab Saudi) sebesar 1.500 Riyal Saudi. 5). Untuk kelancaran proses keberangkatan, jemaah haji tidak diperkenankan keluar masuk Asrama Haji dan mengutamakan istirahat. 6). Masing-masing jemaah haji menjaga barang bawaan yang berharga. 7). Menjaga ketertiban dan kebersihan. 13 13 3). Memeriksakan kesehatan fisik (pemeriksaan akhir). 4). Menimbang dan memeriksa- kan barang bawaan (koper). b. SelamadiAsramaHajiEmbarkasi. 1). Menempati kamar yang telah disediakan. 2). Dianjurkan mengikuti pem- binaan manasik haji. 3). Mendapatkan pemeriksaan atau pelayanan kesehatan. 4). Menerima paspor, gelang identitas dan living cost (biaya hidup selama di Arab Saudi) sebesar 1.500 Riyal Saudi. 5). Untuk kelancaran proses keberangkatan, jemaah haji tidak diperkenankan keluar masuk Asrama Haji dan mengutamakan istirahat. 6). Masing-masing jemaah haji menjaga barang bawaan yang berharga. 7). Menjaga ketertiban dan kebersihan. 13 3). Memeriksakan kesehatan fisik (pemeriksaan akhir). 4). Menimbang dan memeriksa- kan barang bawaan (koper). b. SelamadiAsramaHajiEmbarkasi. 1). Menempati kamar yang telah disediakan. 2). Dianjurkan mengikuti pem- binaan manasik haji. 3). Mendapatkan pemeriksaan atau pelayanan kesehatan. 4). Menerima paspor, gelang identitas dan living cost (biaya hidup selama di Arab Saudi) sebesar 1.500 Riyal Saudi. 5). Untuk kelancaran proses keberangkatan, jemaah haji tidak diperkenankan keluar masuk Asrama Haji dan mengutamakan istirahat. 6). Masing-masing jemaah haji menjaga barang bawaan yang berharga. 7). Menjaga ketertiban dan kebersihan. 13
  • 33. 14 14 SUASANA JEMAAH HAJI DI ASRAMA HAJI SUASANA JAMAAH HAJI DI ASRAMA HAJI 12 14 SUASANA JEMAAH HAJI DI ASRAMA HAJI SUASANA JAMAAH HAJI DI ASRAMA HAJI 12 14 SUASANA JEMAAH HAJI DI ASRAMA HAJI SUASANA JAMAAH HAJI DI ASRAMA HAJI 12 14 SUASANA JEMAAH HAJI DI ASRAMA HAJI SUASANA JAMAAH HAJI DI ASRAMA HAJI 12 14
  • 34. 15 4. Berangkat Menuju Bandara Embarkasi a. Menaiki bus dengan tertib dan teratur sesuai dengan regu dan rombongannya. b. Dilarang membawa benda-benda tajam, barang yang mudah meledak, majalah/rekaman porno, tulisan-tulisan yang bersifat provokatif, narkoba, rokok, dan jamu yang berlebihan. c. Tidak diperbolehkan menerima titipan barang dari siapapun. d. Tas tentengan dan tas paspor jangan sampai tertinggal. e. Berangkat menuju Bandara dan berdo’a. 5. Di Bandara Embarkasi a. Turun dari bus dengan tertib dan teratur. b. Tas tentengan dan tas paspor jangan tertinggal dalam bus. c. Menaiki pesawat dengan tertib, menunjukkan paspor dan boarding pass. 15 4. Berangkat Menuju Bandara Embarkasi a. Menaiki bus dengan tertib dan teratur sesuai dengan regu dan rombongannya. b. Dilarang membawa benda-benda tajam, barang yang mudah meledak, majalah/rekaman porno, tulisan-tulisan yang bersifat provokatif, narkoba, rokok, dan jamu yang berlebihan. c. Tidak diperbolehkan menerima titipan barang dari siapapun. d. Tas tentengan dan tas paspor jangan sampai tertinggal. e. Berangkat menuju Bandara dan berdoa. 5. Di Bandara Embarkasi a. Turun dari bus dengan tertib dan teratur. b. Tas tentengan dan tas paspor jangan tertinggal dalam bus. c. Menaiki pesawat dengan tertib, menunjukkan paspor dan boarding pass. 15 15 4. Berangkat Menuju Bandara Embarkasi a. Menaiki bus dengan tertib dan teratur sesuai dengan regu dan rombongannya. b. Dilarang membawa benda-benda tajam, barang yang mudah meledak, majalah/rekaman porno, tulisan-tulisan yang bersifat provokatif, narkoba, rokok, dan jamu yang berlebihan. c. Tidak diperbolehkan menerima titipan barang dari siapapun. d. Tas tentengan dan tas paspor jangan sampai tertinggal. e. Berangkat menuju Bandara dan berdo’a. 5. Di Bandara Embarkasi a. Turun dari bus dengan tertib dan teratur. b. Tas tentengan dan tas paspor jangan tertinggal dalam bus. c. Menaiki pesawat dengan tertib, menunjukkan paspor dan boarding pass. 15 4. Berangkat Menuju Bandara Embarkasi a. Menaiki bus dengan tertib dan teratur sesuai dengan regu dan rombongannya. b. Dilarang membawa benda-benda tajam, barang yang mudah meledak, majalah/rekaman porno, tulisan-tulisan yang bersifat provokatif, narkoba, rokok, dan jamu yang berlebihan. c. Tidak diperbolehkan menerima titipan barang dari siapapun. d. Tas tentengan dan tas paspor jangan sampai tertinggal. e. Berangkat menuju Bandara dan berdoa. 5. Di Bandara Embarkasi a. Turun dari bus dengan tertib dan teratur. b. Tas tentengan dan tas paspor jangan tertinggal dalam bus. c. Menaiki pesawat dengan tertib, menunjukkan paspor dan boarding pass. 15
  • 35. 16 16 6. Di Pesawat a. Selama di dalam pesawat jemaah haji agar mematuhi: 1). Petunjuk yang disampaikan awak kabin (pramugara/i) atau petugas kloter. 2). Simpan tas tentengan di tempat yang telah disediakan (kabin). 3). Duduk tenang dan gunakan sabuk pengaman, jangan berjalan hilir mudik selama dalam perjalanan, kecuali ada keperluan. 4). Selama dalam perjalanan dilarang merokok dan mengaktifkan HP. 5). Memperbanyak dzikir dan doa serta membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an. 6). Perhatikan tata cara penggunaan toilet, hati-hati dalam penggunaan air jangan sampai tercecer di lantai pesawat karena bisa membahayakan keselamatan penerbangan. 16 6. Di Pesawat a. Selama di dalam pesawat jemaah haji agar mematuhi: 1). Petunjuk yang disampaikan awak kabin (pramugara/i) atau petugas kloter. 2). Simpan tas tentengan di tempat yang telah disediakan (kabin). 3). Duduk tenang dan gunakan sabuk pengaman, jangan berjalan hilir mudik selama dalam perjalanan, kecuali ada keperluan. 4). Selama dalam perjalanan tidak diperkenankan merokok dan mengaktifkan HP. 5). Memperbanyak dzikir dan do’a serta membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an. 6). Perhatikan tata cara penggunaan WC, hati- hati dalam penggunaan air jangan sampai tercecer di lantai pesawat karena bisa membahayakan keselamatan penerbangan. 16 6. Di Pesawat a. Selama di dalam pesawat jemaah haji agar mematuhi: 1). Petunjuk yang disampaikan awak kabin (pramugara/i) atau petugas kloter. 2). Simpan tas tentengan di tempat yang telah disediakan (kabin). 3). Duduk tenang dan gunakan sabuk pengaman, jangan berjalan hilir mudik selama dalam perjalanan, kecuali ada keperluan. 4). Selama dalam perjalanan dilarang merokok dan mengaktifkan HP. 5). Memperbanyak dzikir dan doa serta membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an. 6). Perhatikan tata cara penggunaan toilet, hati-hati dalam penggunaan air jangan sampai tercecer di lantai pesawat karena bisa membahayakan keselamatan penerbangan. 16 6. Di Pesawat a. Selama di dalam pesawat jemaah haji agar mematuhi: 1). Petunjuk yang disampaikan awak kabin (pramugara/i) atau petugas kloter. 2). Simpan tas tentengan di tempat yang telah disediakan (kabin). 3). Duduk tenang dan gunakan sabuk pengaman, jangan berjalan hilir mudik selama dalam perjalanan, kecuali ada keperluan. 4). Selama dalam perjalanan tidak diperkenankan merokok dan mengaktifkan HP. 5). Memperbanyak dzikir dan do’a serta membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an. 6). Perhatikan tata cara penggunaan WC, hati- hati dalam penggunaan air jangan sampai tercecer di lantai pesawat karena bisa membahayakan keselamatan penerbangan. 16
  • 36. 17 7). Apabila akan buang air kecil/ besar agar ke kamar kecil/WC dengan cara duduk di atas kloset dan untuk mensucikannya meng- gunakan tissue yang ada, setelah tissue dibasahi dengan air kran yang tersedia. Apabila masih ragu jangan segan meminta tolong kepada petugas. 8). Perhatikan ceramah, pemutaran film manasik haji yang di- pertunjukkan dalam perjalanan. 9). Apabila jemaah haji sakit, agar segera menghubungi petugas kesehatan. b. Shalat di perjalanan Shalat di perjalanan dapat dilaksanakan dengan cara Jama’ dan Qashar. Shalat ini merupakan rukhshah (keringanan) yang bisa dikerjakan ketika perjalanan berangkat ke Arab Saudi, perjalanan Madinah- Makkah / Makkah-Madinah, selama Armina dan perjalanan pulang ke tanah air. 1). Pengertian shalat Jama’ Qashar: a). Shalat Jama’: Jama’ artinya mengumpulkan,yaitu mengum- pulkan 2 (dua) shalat wajib mak- 17 7). Apabila akan buang air kecil/ besar agar ke toilet dengan cara duduk di atas kloset dan untuk mensucikannya meng- gunakan tissue yang ada, setelah tissue dibasahi dengan air kran yang tersedia. Apabila masih ragu jangan segan meminta tolong kepada petugas. 8). Perhatikan ceramah, pemutaran film manasik haji yang di- pertunjukkan dalam perjalanan. 9). Apabila jemaah haji sakit, agar segera menghubungi petugas kesehatan. b. Shalat di perjalanan Shalat di perjalanan dapat dilaksanakan dengan cara Jama’ dan Qashar. Shalat ini merupakan rukhshah (keringanan) yang bisa dikerjakan ketika perjalanan berangkat ke Arab Saudi, perjalanan Madinah- Makkah / Makkah-Madinah, selama Armina dan perjalanan pulang ke tanah air. 1). Pengertian shalat Jama’ Qashar: a). Shalat Jama’: Jama’ artinya mengumpulkan,yaitu mengum- pulkan 2 (dua) shalat wajib mak- 17 17 7). Apabila akan buang air kecil/ besar agar ke kamar kecil/WC dengan cara duduk di atas kloset dan untuk mensucikannya meng- gunakan tissue yang ada, setelah tissue dibasahi dengan air kran yang tersedia. Apabila masih ragu jangan segan meminta tolong kepada petugas. 8). Perhatikan ceramah, pemutaran film manasik haji yang di- pertunjukkan dalam perjalanan. 9). Apabila jemaah haji sakit, agar segera menghubungi petugas kesehatan. b. Shalat di perjalanan Shalat di perjalanan dapat dilaksanakan dengan cara Jama’ dan Qashar. Shalat ini merupakan rukhshah (keringanan) yang bisa dikerjakan ketika perjalanan berangkat ke Arab Saudi, perjalanan Madinah- Makkah / Makkah-Madinah, selama Armina dan perjalanan pulang ke tanah air. 1). Pengertian shalat Jama’ Qashar: a). Shalat Jama’: Jama’ artinya mengumpulkan,yaitu mengum- pulkan 2 (dua) shalat wajib mak- 17 7). Apabila akan buang air kecil/ besar agar ke toilet dengan cara duduk di atas kloset dan untuk mensucikannya meng- gunakan tissue yang ada, setelah tissue dibasahi dengan air kran yang tersedia. Apabila masih ragu jangan segan meminta tolong kepada petugas. 8). Perhatikan ceramah, pemutaran film manasik haji yang di- pertunjukkan dalam perjalanan. 9). Apabila jemaah haji sakit, agar segera menghubungi petugas kesehatan. b. Shalat di perjalanan Shalat di perjalanan dapat dilaksanakan dengan cara Jama’ dan Qashar. Shalat ini merupakan rukhshah (keringanan) yang bisa dikerjakan ketika perjalanan berangkat ke Arab Saudi, perjalanan Madinah- Makkah / Makkah-Madinah, selama Armina dan perjalanan pulang ke tanah air. 1). Pengertian shalat Jama’ Qashar: a). Shalat Jama’: Jama’ artinya mengumpulkan,yaitu mengum- pulkan 2 (dua) shalat wajib mak- 17
  • 37. 18 18 tubah yang dikerjakan dalam satu waktu yang sama. Shalat yang dapat dijama’ adalah Zhuhur dengan Ashar, Maghrib dengan Isya. b). Shalat Qashar: Qashar artinya memendekkan shalat yang 4 (empat) raka’at menjadi 2 (dua) raka’at (Zhuhur, Ashar dan Isya). c). Shalat Jama’ Qashar adalah dua shalat wajib maktubah dikerjakan bersamaan dengan memendekkan raka’at shalat yang 4 (empat) raka’at menjadi 2 (dua) raka’at. Zhuhur dengan Ashar, Maghrib dengan Isya. Shalat Jama’ Qashar dapat saja menjadi taqdim atau ta’khir. 2). Shalat Jama’ terbagi menjadi 2 (dua) cara: a). Jama’ Taqdim yaitu mengumpulkan 2 (dua) shalat yang dilaksanakan pada waktu shalat yang pertama, seperti shalat Zhuhur dengan shalat Ashar dikerjakan pada waktu shalat Zhuhur dan shalat Maghrib dengan shalat Isya dikerjakan pada waktu shalat Maghrib. 18 tubah yang dikerjakan dalam satu waktu yang sama. Shalat yang dapat dijama’ adalah Zhuhur dengan Ashar, Maghrib dengan Isya. b). Shalat Qashar: Qashar artinya memendekkan shalat yang 4 (empat) raka’at menjadi 2 (dua) raka’at (Zhuhur, Ashar dan Isya). c). Shalat Jama’ Qashar adalah dua shalat wajib maktubah dikerjakan bersamaan dengan memendekkan raka’at shalat yang 4 (empat) raka’at menjadi 2 (dua) raka’at. Zhuhur dengan Ashar, Maghrib dengan Isya. Shalat Jama’ Qashar dapat saja menjadi taqdim atau ta’khir. 2). Shalat Jama’ terbagi menjadi 2 (dua) cara: a). Jama’ Taqdim yaitu mengumpulkan 2 (dua) shalat yang dilaksanakan pada waktu shalat yang pertama, seperti shalat Zhuhur dengan shalat Ashar dikerjakan pada waktu shalat Zhuhur dan shalat Maghrib dengan shalat Isya dikerjakan pada waktu shalat Maghrib. 18 tubah yang dikerjakan dalam satu waktu yang sama. Shalat yang dapat dijama’ adalah Zhuhur dengan Ashar, Maghrib dengan Isya. b). Shalat Qashar: Qashar artinya memendekkan shalat yang 4 (empat) raka’at menjadi 2 (dua) raka’at (Zhuhur, Ashar dan Isya). c). Shalat Jama’ Qashar adalah dua shalat wajib maktubah dikerjakan bersamaan dengan memendekkan raka’at shalat yang 4 (empat) raka’at menjadi 2 (dua) raka’at. Zhuhur dengan Ashar, Maghrib dengan Isya. Shalat Jama’ Qashar dapat saja menjadi taqdim atau ta’khir. 2). Shalat Jama’ terbagi menjadi 2 (dua) cara: a). Jama’ Taqdim yaitu mengumpulkan 2 (dua) shalat yang dilaksanakan pada waktu shalat yang pertama, seperti shalat Zhuhur dengan shalat Ashar dikerjakan pada waktu shalat Zhuhur dan shalat Maghrib dengan shalat Isya dikerjakan pada waktu shalat Maghrib. 18 tubah yang dikerjakan dalam satu waktu yang sama. Shalat yang dapat dijama’ adalah Zhuhur dengan Ashar, Maghrib dengan Isya. b). Shalat Qashar: Qashar artinya memendekkan shalat yang 4 (empat) raka’at menjadi 2 (dua) raka’at (Zhuhur, Ashar dan Isya). c). Shalat Jama’ Qashar adalah dua shalat wajib maktubah dikerjakan bersamaan dengan memendekkan raka’at shalat yang 4 (empat) raka’at menjadi 2 (dua) raka’at. Zhuhur dengan Ashar, Maghrib dengan Isya. Shalat Jama’ Qashar dapat saja menjadi taqdim atau ta’khir. 2). Shalat Jama’ terbagi menjadi 2 (dua) cara: a). Jama’ Taqdim yaitu mengumpulkan 2 (dua) shalat yang dilaksanakan pada waktu shalat yang pertama, seperti shalat Zhuhur dengan shalat Ashar dikerjakan pada waktu shalat Zhuhur dan shalat Maghrib dengan shalat Isya dikerjakan pada waktu shalat Maghrib. 18
  • 38. 19 b). Jama’ Ta’khir yaitu mengumpulkan 2 (dua) shalat yang dilaksanakan pada waktu shalat yang belakangan, seperti shalat Zhuhur dengan shalat Ashar dikerjakan pada waktu shalat Ashar dan shalat Maghrib dengan shalat Isya dikerjakan pada waktu shalat Isya. 3). Tata cara melaksanakan shalat Jama’ Qashar a). Jama’ Qashar Taqdim (1) Jika jama’ qashar Zhuhur dan Ashar maka dimulai dengan shalat Zhuhur lebih dulu kemudian shalat Ashar dan jika jama’ qashar Maghrib dan Isya maka yang didahulukan adalah shalat Maghrib baru shalat Isya. (2) Niat jama’ ketika takbiratul ihram shalat pertama. (3) Dilaksanakan bergabung tanpa diselingi dengan waktu dan amalan lain kecuali iqamat. b). Jama’ Qashar Ta’khir. 19 b). Jama’ Ta’khir yaitu mengumpulkan 2 (dua) shalat yang dilaksanakan pada waktu shalat yang belakangan, seperti shalat Zhuhur dengan shalat Ashar dikerjakan pada waktu shalat Ashar dan shalat Maghrib dengan shalat Isya dikerjakan pada waktu shalat Isya. 3). Tata cara melaksanakan shalat Jama’ Qashar a). Jama’ Qashar Taqdim (1) Jika jama’ qashar Zhuhur dan Ashar maka dimulai dengan shalat Zhuhur lebih dulu kemudian shalat Ashar dan jika jama’ qashar Maghrib dan Isya maka yang didahulukan adalah shalat Maghrib baru shalat Isya. (2) Niat jama’ ketika takbiratul ihram shalat pertama. (3) Dilaksanakan bergabung tanpa diselingi dengan waktu dan amalan lain kecuali iqamat. b). Jama’ Qashar Ta’khir. 19 19 b). Jama’ Ta’khir yaitu mengumpulkan 2 (dua) shalat yang dilaksanakan pada waktu shalat yang belakangan, seperti shalat Zhuhur dengan shalat Ashar dikerjakan pada waktu shalat Ashar dan shalat Maghrib dengan shalat Isya dikerjakan pada waktu shalat Isya. 3). Tata cara melaksanakan shalat Jama’ Qashar a). Jama’ Qashar Taqdim (1) Jika jama’ qashar Zhuhur dan Ashar maka dimulai dengan shalat Zhuhur lebih dulu kemudian shalat Ashar dan jika jama’ qashar Maghrib dan Isya maka yang didahulukan adalah shalat Maghrib baru shalat Isya. (2) Niat jama’ ketika takbiratul ihram shalat pertama. (3) Dilaksanakan bergabung tanpa diselingi dengan waktu dan amalan lain kecuali iqamat. b). Jama’ Qashar Ta’khir. 19 b). Jama’ Ta’khir yaitu mengumpulkan 2 (dua) shalat yang dilaksanakan pada waktu shalat yang belakangan, seperti shalat Zhuhur dengan shalat Ashar dikerjakan pada waktu shalat Ashar dan shalat Maghrib dengan shalat Isya dikerjakan pada waktu shalat Isya. 3). Tata cara melaksanakan shalat Jama’ Qashar a). Jama’ Qashar Taqdim (1) Jika jama’ qashar Zhuhur dan Ashar maka dimulai dengan shalat Zhuhur lebih dulu kemudian shalat Ashar dan jika jama’ qashar Maghrib dan Isya maka yang didahulukan adalah shalat Maghrib baru shalat Isya. (2) Niat jama’ ketika takbiratul ihram shalat pertama. (3) Dilaksanakan bergabung tanpa diselingi dengan waktu dan amalan lain kecuali iqamat. b). Jama’ Qashar Ta’khir. 19
  • 39. 20 20 (1) Berniat jama’ takhir pada saat masih di waktu awal. (2) Tidak harus berurutan di antara kedua shalat. Misalnya, jama’ qashar ta’khir antara Zhuhur dan Ashar dapat dilaksanakan Zhuhur dulu kemudian Ashar atau sebaliknya. (3) Niat jama’ketika takbiratul Ihram dilakukan pada shalat pertama. (4) Tidak perlu niat jama’ pada saat akan melaksanakan shalat yang kedua (menurut pendapat yang shahih). c. Tata cara tayamum di pesawat. Tayamum di pesawat dapat dilakukan dengan memilih salah satu cara sebagai berikut: 1). Cara pertama Tayamum dengan satu kali tepukan yaitu menepukkan kedua telapak tangan ke dinding pesawat atau sandaran kursi, lalu kedua telapak 20 (1) Berniat jama’ takhir pada saat masih di waktu awal. (2) Tidak harus berurutan di antara kedua shalat. Misalnya, jama’ qashar ta’khir antara Zhuhur dan Ashar dapat dilaksanakan Zhuhur dulu kemudian Ashar atau sebaliknya. (3) Niat jama’ketika takbiratul Ihram dilakukan pada shalat pertama. (4) Tidak perlu niat jama’ pada saat akan melaksanakan shalat yang kedua (menurut pendapat yang shahih). c. Tata cara tayamum di pesawat. Tayamum di pesawat dapat dilakukan dengan memilih salah satu cara sebagai berikut: 1). Cara pertama Tayamum dengan satu kali tepukan yaitu menepukkan kedua telapak tangan ke dinding pesawat atau sandaran kursi, lalu kedua telapak 20 (1) Berniat jama’ takhir pada saat masih di waktu awal. (2) Tidak harus berurutan di antara kedua shalat. Misalnya, jama’ qashar ta’khir antara Zhuhur dan Ashar dapat dilaksanakan Zhuhur dulu kemudian Ashar atau sebaliknya. (3) Niat jama’ketika takbiratul Ihram dilakukan pada shalat pertama. (4) Tidak perlu niat jama’ pada saat akan melaksanakan shalat yang kedua (menurut pendapat yang shahih). c. Tata cara tayamum di pesawat. Tayamum di pesawat dapat dilakukan dengan memilih salah satu cara sebagai berikut: 1). Cara pertama Tayamum dengan satu kali tepukan yaitu menepukkan kedua telapak tangan ke dinding pesawat atau sandaran kursi, lalu kedua telapak 20 (1) Berniat jama’ takhir pada saat masih di waktu awal. (2) Tidak harus berurutan di antara kedua shalat. Misalnya, jama’ qashar ta’khir antara Zhuhur dan Ashar dapat dilaksanakan Zhuhur dulu kemudian Ashar atau sebaliknya. (3) Niat jama’ketika takbiratul Ihram dilakukan pada shalat pertama. (4) Tidak perlu niat jama’ pada saat akan melaksanakan shalat yang kedua (menurut pendapat yang shahih). c. Tata cara tayamum di pesawat. Tayamum di pesawat dapat dilakukan dengan memilih salah satu cara sebagai berikut: 1). Cara pertama Tayamum dengan satu kali tepukan yaitu menepukkan kedua telapak tangan ke dinding pesawat atau sandaran kursi, lalu kedua telapak 20
  • 40. 21 tangan diusapkan ke muka langsung diusapkan kedua tangan mulai dari ujung jari sampai ke pergelangan tangan (punggung dan telapak tangan) secara merata. Dan tidak terputus antara usapan muka dengan usapan kedua tangan. 2). Cara kedua Tayamum dengan dua kali tepukan yaitu menepukkan kedua telapak tangan ke dinding pesawat atau sandaran kursi, lalu kedua telapak tangan disapukan ke muka kemudian tangan ditepukkan kembali ke tempat yang lain dari tepukan pertama lalu mengusapkan kedua telapak tangan kepada kedua tangan dari ujung jari sampai siku (luar dan dalam). d. Shalat di pesawat 1). Hukum shalat di pesawat. Hukum shalat dalam pesawat selama perjalanan terbagi kepada 2 (dua) pendapat: a). Pendapat pertama mengatakan tidak sah shalat di pesawat yang sedang terbang dengan alasan: 21 tangan diusapkan ke muka langsung diusapkan kedua tangan mulai dari ujung jari sampai ke pergelangan tangan (punggung dan telapak tangan) secara merata. Dan tidak terputus antara usapan muka dengan usapan kedua tangan. 2). Cara kedua Tayamum dengan dua kali tepukan yaitu menepukkan kedua telapak tangan ke dinding pesawat atau sandaran kursi, lalu kedua telapak tangan disapukan ke muka kemudian tangan ditepukkan kembali ke tempat yang lain dari tepukan pertama lalu mengusapkan kedua telapak tangan kepada kedua tangan dari ujung jari sampai siku (luar dan dalam). d. Shalat di pesawat 1). Hukum shalat di pesawat. Hukum shalat dalam pesawat selama perjalanan terbagi kepada 2 (dua) pendapat: a). Pendapat pertama mengatakan tidak sah shalat di pesawat yang sedang terbang dengan alasan: 21 21 tangan diusapkan ke muka langsung diusapkan kedua tangan mulai dari ujung jari sampai ke pergelangan tangan (punggung dan telapak tangan) secara merata. Dan tidak terputus antara usapan muka dengan usapan kedua tangan. 2). Cara kedua Tayamum dengan dua kali tepukan yaitu menepukkan kedua telapak tangan ke dinding pesawat atau sandaran kursi, lalu kedua telapak tangan disapukan ke muka kemudian tangan ditepukkan kembali ke tempat yang lain dari tepukan pertama lalu mengusapkan kedua telapak tangan kepada kedua tangan dari ujung jari sampai siku (luar dan dalam). d. Shalat di pesawat 1). Hukum shalat di pesawat. Hukum shalat dalam pesawat selama perjalanan terbagi kepada 2 (dua) pendapat: a). Pendapat pertama mengatakan tidak sah shalat di pesawat yang sedang terbang dengan alasan: 21 tangan diusapkan ke muka langsung diusapkan kedua tangan mulai dari ujung jari sampai ke pergelangan tangan (punggung dan telapak tangan) secara merata. Dan tidak terputus antara usapan muka dengan usapan kedua tangan. 2). Cara kedua Tayamum dengan dua kali tepukan yaitu menepukkan kedua telapak tangan ke dinding pesawat atau sandaran kursi, lalu kedua telapak tangan disapukan ke muka kemudian tangan ditepukkan kembali ke tempat yang lain dari tepukan pertama lalu mengusapkan kedua telapak tangan kepada kedua tangan dari ujung jari sampai siku (luar dan dalam). d. Shalat di pesawat 1). Hukum shalat di pesawat. Hukum shalat dalam pesawat selama perjalanan terbagi kepada 2 (dua) pendapat: a). Pendapat pertama mengatakan tidak sah shalat di pesawat yang sedang terbang dengan alasan: 21
  • 41. 22 22 (1) Sulit mendapatkan (tidak tersedia) air untuk wudhu maupun debu yang memenuhi syarat untuk tayamum (2) Shalatnya tidak menapak bu- mi karena pesawat terbang tidak menyentuh bumi. Ulama yang mengatakan tidak sah shalat adalah Imam Hanafi dan Imam Malik walaupun bagi Imam Hanafi di qadha setelah sampai di darat. Bagi yang sama sekali tidak melaksanakan shalat dianjurkan berdzikir. b). Pendapat kedua mengatakan sah shalat dalam pesawat yang sedang terbang, dengan alasan: (1) Kewajiban shalat dibebankan sesuai dengan ketentuan waktu dan di mana saja berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits sebagai berikut: tidak sah shalat di pesawat yang sedang terbang dengan alasan: (1) Sulit mendapatkan (tidak tersedia) air untuk wudhu maupun debu yang memenuhi syarat untuk tayamum ( ). 19 (2) Shalatnya tidak menapak bumi ( ) karena pesawat terbang tidak menyentuh bumi. Ulama yang mengatakan tidak sah VKDODWDGDODK,PDP+DQD¿GDQ,PDP 0DOLNZDODXSXQEDJL,PDP+DQD¿GL qadha setelah sampai di darat. Bagi yang sama sekali tidak melaksanakan shalat dianjurkan berdzikir. b) Pendapat kedua mengatakan sah shalat dalam pesawat yang sedang terbang, dengan alasan: (1) Kewajiban shalat dibebankan sesuai dengan ketentuan waktu dan di mana saja berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits sebagai berikut: Artinya: Sungguh,shalatituadalahkewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman (QS. Al- � ������ �� �� ���� ���� � � ����� ������� ��� � ��� ���� �� ��� �� � �������� � ������ � ��� ( � � � � � � (2) Shalatnya tidak menapak bumi ( ) karena pesawat terbang tidak menyentuh bumi. Ulama yang mengatakan tidak sah VKDODWDGDODK,PDP+DQD¿GDQ,PDP 0DOLNZDODXSXQEDJL,PDP+DQD¿GL qadha setelah sampai di darat. Bagi yang sama sekali tidak melaksanakan shalat dianjurkan berdzikir. b) Pendapat kedua mengatakan sah shalat dalam pesawat yang sedang terbang, dengan alasan: (1) Kewajiban shalat dibebankan sesuai dengan ketentuan waktu dan di mana saja berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits sebagai berikut: Artinya: Sungguh,shalatituadalahkewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman (QS. Al- � ������ �� �� ���� ���� � � ����� ������� ��� � ��� ���� �� ��� �� � �������� � ������ � ��� ( � � � � � � 22 (1) Sulit mendapatkan (tidak tersedia) air untuk wudhu maupun debu yang memenuhi syarat untuk tayamum (2) Shalatnya tidak menapak bu- mi karena pesawat terbang tidak menyentuh bumi. Ulama yang mengatakan tidak sah shalat adalah Imam Hanafi dan Imam Malik walaupun bagi Imam Hanafi di qadha setelah sampai di darat. Bagi yang sama sekali tidak melaksanakan shalat dianjurkan berdzikir. b). Pendapat kedua mengatakan sah shalat dalam pesawat yang sedang terbang, dengan alasan: (1) Kewajiban shalat dibebankan sesuai dengan ketentuan waktu dan di mana saja berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits sebagai berikut: tidak sah shalat di pesawat yang sedang terbang dengan alasan: (1) Sulit mendapatkan (tidak tersedia) air untuk wudhu maupun debu yang memenuhi syarat untuk tayamum ( ). 19 (2) Shalatnya tidak menapak bumi ( ) karena pesawat terbang tidak menyentuh bumi. Ulama yang mengatakan tidak sah VKDODWDGDODK,PDP+DQD¿GDQ,PDP 0DOLNZDODXSXQEDJL,PDP+DQD¿GL qadha setelah sampai di darat. Bagi yang sama sekali tidak melaksanakan shalat dianjurkan berdzikir. b) Pendapat kedua mengatakan sah shalat dalam pesawat yang sedang terbang, dengan alasan: (1) Kewajiban shalat dibebankan sesuai dengan ketentuan waktu dan di mana saja berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits sebagai berikut: Artinya: Sungguh,shalatituadalahkewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman (QS. Al- � ������ �� �� ���� ���� � � ����� ������� ��� � ��� ���� �� ��� �� � �������� � ������ � ��� ( � � � � � � (2) Shalatnya tidak menapak bumi ( ) karena pesawat terbang tidak menyentuh bumi. Ulama yang mengatakan tidak sah VKDODWDGDODK,PDP+DQD¿GDQ,PDP 0DOLNZDODXSXQEDJL,PDP+DQD¿GL qadha setelah sampai di darat. Bagi yang sama sekali tidak melaksanakan shalat dianjurkan berdzikir. b) Pendapat kedua mengatakan sah shalat dalam pesawat yang sedang terbang, dengan alasan: (1) Kewajiban shalat dibebankan sesuai dengan ketentuan waktu dan di mana saja berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits sebagai berikut: Artinya: Sungguh,shalatituadalahkewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman (QS. Al- � ������ �� �� ���� ���� � � ����� ������� ��� � ��� ���� �� ��� �� � �������� � ������ � ��� ( � � � � � � 22 (1) Sulit mendapatkan (tidak tersedia) air untuk wudhu maupun debu yang memenuhi syarat untuk tayamum (2) Shalatnya tidak menapak bu- mi karena pesawat terbang tidak menyentuh bumi. Ulama yang mengatakan tidak sah shalat adalah Imam Hanafi dan Imam Malik walaupun bagi Imam Hanafi di qadha setelah sampai di darat. Bagi yang sama sekali tidak melaksanakan shalat dianjurkan berdzikir. b). Pendapat kedua mengatakan sah shalat dalam pesawat yang sedang terbang, dengan alasan: (1) Kewajiban shalat dibebankan sesuai dengan ketentuan waktu dan di mana saja berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits sebagai berikut: tidak sah shalat di pesawat yang sedang terbang dengan alasan: (1) Sulit mendapatkan (tidak tersedia) air untuk wudhu maupun debu yang memenuhi syarat untuk tayamum ( ). 19 (2) Shalatnya tidak menapak bumi ( ) karena pesawat terbang tidak menyentuh bumi. Ulama yang mengatakan tidak sah VKDODWDGDODK,PDP+DQD¿GDQ,PDP 0DOLNZDODXSXQEDJL,PDP+DQD¿GL qadha setelah sampai di darat. Bagi yang sama sekali tidak melaksanakan shalat dianjurkan berdzikir. b) Pendapat kedua mengatakan sah shalat dalam pesawat yang sedang terbang, dengan alasan: (1) Kewajiban shalat dibebankan sesuai dengan ketentuan waktu dan di mana saja berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits sebagai berikut: Artinya: Sungguh,shalatituadalahkewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman (QS. Al- � ������ �� �� ���� ���� � � ����� ������� ��� � ��� ���� �� ��� �� � �������� � ������ � ��� ( � � � � � � (2) Shalatnya tidak menapak bumi ( ) karena pesawat terbang tidak menyentuh bumi. Ulama yang mengatakan tidak sah VKDODWDGDODK,PDP+DQD¿GDQ,PDP 0DOLNZDODXSXQEDJL,PDP+DQD¿GL qadha setelah sampai di darat. Bagi yang sama sekali tidak melaksanakan shalat dianjurkan berdzikir. b) Pendapat kedua mengatakan sah shalat dalam pesawat yang sedang terbang, dengan alasan: (1) Kewajiban shalat dibebankan sesuai dengan ketentuan waktu dan di mana saja berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits sebagai berikut: Artinya: Sungguh,shalatituadalahkewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman (QS. Al- � ������ �� �� ���� ���� � � ����� ������� ��� � ��� ���� �� ��� �� � �������� � ������ � ��� ( � � � � � � 22 (1) Sulit mendapatkan (tidak tersedia) air untuk wudhu maupun debu yang memenuhi syarat untuk tayamum (2) Shalatnya tidak menapak bu- mi karena pesawat terbang tidak menyentuh bumi. Ulama yang mengatakan tidak sah shalat adalah Imam Hanafi dan Imam Malik walaupun bagi Imam Hanafi di qadha setelah sampai di darat. Bagi yang sama sekali tidak melaksanakan shalat dianjurkan berdzikir. b). Pendapat kedua mengatakan sah shalat dalam pesawat yang sedang terbang, dengan alasan: (1) Kewajiban shalat dibebankan sesuai dengan ketentuan waktu dan di mana saja berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits sebagai berikut: tidak sah shalat di pesawat yang sedang terbang dengan alasan: (1) Sulit mendapatkan (tidak tersedia) air untuk wudhu maupun debu yang memenuhi syarat untuk tayamum ( ). 19 (2) Shalatnya tidak menapak bumi ( ) karena pesawat terbang tidak menyentuh bumi. Ulama yang mengatakan tidak sah VKDODWDGDODK,PDP+DQD¿GDQ,PDP 0DOLNZDODXSXQEDJL,PDP+DQD¿GL qadha setelah sampai di darat. Bagi yang sama sekali tidak melaksanakan shalat dianjurkan berdzikir. b) Pendapat kedua mengatakan sah shalat dalam pesawat yang sedang terbang, dengan alasan: (1) Kewajiban shalat dibebankan sesuai dengan ketentuan waktu dan di mana saja berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits sebagai berikut: Artinya: Sungguh,shalatituadalahkewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman (QS. Al- � ������ �� �� ���� ���� � � ����� ������� ��� � ��� ���� �� ��� �� � �������� � ������ � ��� ( � � � � � � (2) Shalatnya tidak menapak bumi ( ) karena pesawat terbang tidak menyentuh bumi. Ulama yang mengatakan tidak sah VKDODWDGDODK,PDP+DQD¿GDQ,PDP 0DOLNZDODXSXQEDJL,PDP+DQD¿GL qadha setelah sampai di darat. Bagi yang sama sekali tidak melaksanakan shalat dianjurkan berdzikir. b) Pendapat kedua mengatakan sah shalat dalam pesawat yang sedang terbang, dengan alasan: (1) Kewajiban shalat dibebankan sesuai dengan ketentuan waktu dan di mana saja berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits sebagai berikut: Artinya: Sungguh,shalatituadalahkewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman (QS. Al- � ������ �� �� ���� ���� � � ����� ������� ��� � ��� ���� �� ��� �� � �������� � ������ � ��� ( � � � � � � 22
  • 42. 23 Artinya: Sungguh,shalatituadalahkewajiban yang ditentukan waktunya atas orang­orang yang beriman (QS. Al- Nisa’: 103). Artinya: Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha bahwa dia meminjam kepada Asma’ sebuah kalung lalu kalung itu rusak. Maka Artinya: Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha bahwa dia meminjam kepada Asma’ sebuah kalung lalu kalung itu rusak. Maka Rasulullah perintahkan orang-orang dari para shahabat beliau untuk mencarinya. Kemudian waktu shalat tiba dan akhirnya mereka shalat tanpa berwudlu’ (HR. al-Bukhari). (2) Keadaan darurat tidak meng- ƢÈ Ȁċ ºǻÈ¢ƢÈ ȀÌ ºǼÈ ǟÉǾÙËǴdz¦ È ȆÊ ǓÈ °ÈƨÈ njÊƟƢÈ ǟ Ì ǺÈ ǟ È ǠÈ ºƬÌ LJ¦ Å̈È ®ÈȐÊǫ ÈƢÈ ǸÌ LJÈ¢ Ì ǺÊ Ƿ Ì ©È °Ƣ ȄċǴÈ ǏÊ ǾÙËǴdz¦É ¾Ì ȂÉ LJÈ °È DzÈ LJÌ °ÈƘÈǧÌ ƪÈ ǰÈǴÈ ȀÈ ºǧ Ê ǾÊƥƢÈ ƸÌ ǏÈ¢Ì ǺÊ ǷƢÅ LJƢÈǻÈ ǶċǴÈ LJÈ ÂÊ ǾÌȈÈǴÈ ǟÉǾÙËǴdz¦ É̈ÈȐċ ǐdz¦ Ì ǶÉ ȀÌ ºƬÈ ǯ È °Ì ®ÈƘÈǧ ƢÈ ȀÊƦÈǴÈǗ Ì ȆÊǧ Ç Ì ȂÉ ǓÉ Â Ê ǂÌȈÈǤÊƥ ¦Ì ȂċǴÈ ǐÈǧ ǽ¦Â° ðƢƼƦdz¦ 23 Artinya: Sungguh,shalatituadalahkewajiban yang ditentukan waktunya atas orang­orang yang beriman (QS. Al- Nisa’: 103). Artinya: Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha bahwa dia meminjam kepada Asma’ sebuah kalung lalu kalung itu rusak. Maka Artinya: Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha bahwa dia meminjam kepada Asma’ sebuah kalung lalu kalung itu rusak. Maka Rasulullah perintahkan orang-orang dari para shahabat beliau untuk mencarinya. Kemudian waktu shalat tiba dan akhirnya mereka shalat tanpa berwudlu’ (HR. al-Bukhari). (2) Keadaan darurat tidak meng- ƢÈ Ȁċ ºǻÈ¢ƢÈ ȀÌ ºǼÈ ǟÉǾÙËǴdz¦ È ȆÊ ǓÈ °ÈƨÈ njÊƟƢÈ ǟ Ì ǺÈ ǟ È ǠÈ ºƬÌ LJ¦ Å̈È ®ÈȐÊǫ ÈƢÈ ǸÌ LJÈ¢ Ì ǺÊ Ƿ Ì ©È °Ƣ ȄċǴÈ ǏÊ ǾÙËǴdz¦É ¾Ì ȂÉ LJÈ °È DzÈ LJÌ °ÈƘÈǧÌ ƪÈ ǰÈǴÈ ȀÈ ºǧ Ê ǾÊƥƢÈ ƸÌ ǏÈ¢Ì ǺÊ ǷƢÅ LJƢÈǻÈ ǶċǴÈ LJÈ ÂÊ ǾÌȈÈǴÈ ǟÉǾÙËǴdz¦ É̈ÈȐċ ǐdz¦ Ì ǶÉ ȀÌ ºƬÈ ǯ È °Ì ®ÈƘÈǧ ƢÈ ȀÊƦÈǴÈǗ Ì ȆÊǧ Ç Ì ȂÉ ǓÉ Â Ê ǂÌȈÈǤÊƥ ¦Ì ȂċǴÈ ǐÈǧ ǽ¦Â° ðƢƼƦdz¦ 23 23 Artinya: Sungguh,shalatituadalahkewajiban yang ditentukan waktunya atas orang­orang yang beriman (QS. Al- Nisa’: 103). Artinya: Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha bahwa dia meminjam kepada Asma’ sebuah kalung lalu kalung itu rusak. Maka Artinya: Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha bahwa dia meminjam kepada Asma’ sebuah kalung lalu kalung itu rusak. Maka Rasulullah perintahkan orang-orang dari para shahabat beliau untuk mencarinya. Kemudian waktu shalat tiba dan akhirnya mereka shalat tanpa berwudlu’ (HR. al-Bukhari). (2) Keadaan darurat tidak meng- ƢÈ Ȁċ ºǻÈ¢ƢÈ ȀÌ ºǼÈ ǟÉǾÙËǴdz¦ È ȆÊ ǓÈ °ÈƨÈ njÊƟƢÈ ǟ Ì ǺÈ ǟ È ǠÈ ºƬÌ LJ¦ Å̈È ®ÈȐÊǫ ÈƢÈ ǸÌ LJÈ¢ Ì ǺÊ Ƿ Ì ©È °Ƣ ȄċǴÈ ǏÊ ǾÙËǴdz¦É ¾Ì ȂÉ LJÈ °È DzÈ LJÌ °ÈƘÈǧÌ ƪÈ ǰÈǴÈ ȀÈ ºǧ Ê ǾÊƥƢÈ ƸÌ ǏÈ¢Ì ǺÊ ǷƢÅ LJƢÈǻÈ ǶċǴÈ LJÈ ÂÊ ǾÌȈÈǴÈ ǟÉǾÙËǴdz¦ É̈ÈȐċ ǐdz¦ Ì ǶÉ ȀÌ ºƬÈ ǯ È °Ì ®ÈƘÈǧ ƢÈ ȀÊƦÈǴÈǗ Ì ȆÊǧ Ç Ì ȂÉ ǓÉ Â Ê ǂÌȈÈǤÊƥ ¦Ì ȂċǴÈ ǐÈǧ ǽ¦Â° ðƢƼƦdz¦ 23 Artinya: Sungguh,shalatituadalahkewajiban yang ditentukan waktunya atas orang­orang yang beriman (QS. Al- Nisa’: 103). Artinya: Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha bahwa dia meminjam kepada Asma’ sebuah kalung lalu kalung itu rusak. Maka Artinya: Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha bahwa dia meminjam kepada Asma’ sebuah kalung lalu kalung itu rusak. Maka Rasulullah perintahkan orang-orang dari para shahabat beliau untuk mencarinya. Kemudian waktu shalat tiba dan akhirnya mereka shalat tanpa berwudlu’ (HR. al-Bukhari). (2) Keadaan darurat tidak meng- ƢÈ Ȁċ ºǻÈ¢ƢÈ ȀÌ ºǼÈ ǟÉǾÙËǴdz¦ È ȆÊ ǓÈ °ÈƨÈ njÊƟƢÈ ǟ Ì ǺÈ ǟ È ǠÈ ºƬÌ LJ¦ Å̈È ®ÈȐÊǫ ÈƢÈ ǸÌ LJÈ¢ Ì ǺÊ Ƿ Ì ©È °Ƣ ȄċǴÈ ǏÊ ǾÙËǴdz¦É ¾Ì ȂÉ LJÈ °È DzÈ LJÌ °ÈƘÈǧÌ ƪÈ ǰÈǴÈ ȀÈ ºǧ Ê ǾÊƥƢÈ ƸÌ ǏÈ¢Ì ǺÊ ǷƢÅ LJƢÈǻÈ ǶċǴÈ LJÈ ÂÊ ǾÌȈÈǴÈ ǟÉǾÙËǴdz¦ É̈ÈȐċ ǐdz¦ Ì ǶÉ ȀÌ ºƬÈ ǯ È °Ì ®ÈƘÈǧ ƢÈ ȀÊƦÈǴÈǗ Ì ȆÊǧ Ç Ì ȂÉ ǓÉ Â Ê ǂÌȈÈǤÊƥ ¦Ì ȂċǴÈ ǐÈǧ ǽ¦Â° ðƢƼƦdz¦ 23
  • 43. 24 24 Rasulullah perintahkan orang­orang dari para shahabat beliau untuk mencarinya. Kemudian waktu shalat tiba dan akhirnya mereka shalat tanpa berwudlu’ (HR. al-Bukhari). (2) Keadaan darurat tidak meng- hilangkan kewajiban shalat sesuai kemampuan. Ulama yang mengatakan sah shalatnya dengan kedua alasan tersebut di atas adalah Imam Ahmad dan Imam Syafi’i, walaupun Imam Syafi’i mewajibkan i’adah (mengulang) setibanya di darat karena shalatnya di pesawat hanya untuk menghormati waktu shalat (lihurmatil wakti). Dengan cara dilaksanakan sebagai berikut: (a) Dilaksanakan segera setelah sampai di tempat tujuan. (b) Dilaksanakan sebagaimana shalat biasa, yaitu dengan gerak shalat sempurna (kamilah) bukan ima’ah (isyarat). 24 Rasulullah perintahkan orang­orang dari para shahabat beliau untuk mencarinya. Kemudian waktu shalat tiba dan akhirnya mereka shalat tanpa berwudlu’ (HR. al-Bukhari). (2) Keadaan darurat tidak meng- hilangkan kewajiban shalat sesuai kemampuan. Ulama yang mengatakan sah shalatnya dengan kedua alasan tersebut di atas adalah Imam Ahmad dan Imam Syafi’i, walaupun Imam Syafi’i mewajibkan i’adah (mengulang) setibanya di darat karena shalatnya di pesawat hanya untuk menghormati waktu shalat (lihurmatil wakti). Dengan cara dilaksanakan sebagai berikut: (a) Dilaksanakan segera setelah sampai di tempat tujuan. (b) Dilaksanakan sebagaimana shalat biasa, yaitu dengan gerak shalat sempurna (kamilah) bukan ima’ah (isyarat). 24 Rasulullah perintahkan orang­orang dari para shahabat beliau untuk mencarinya. Kemudian waktu shalat tiba dan akhirnya mereka shalat tanpa berwudlu’ (HR. al-Bukhari). (2) Keadaan darurat tidak meng- hilangkan kewajiban shalat sesuai kemampuan. Ulama yang mengatakan sah shalatnya dengan kedua alasan tersebut di atas adalah Imam Ahmad dan Imam Syafi’i, walaupun Imam Syafi’i mewajibkan i’adah (mengulang) setibanya di darat karena shalatnya di pesawat hanya untuk menghormati waktu shalat (lihurmatil wakti). Dengan cara dilaksanakan sebagai berikut: (a) Dilaksanakan segera setelah sampai di tempat tujuan. (b) Dilaksanakan sebagaimana shalat biasa, yaitu dengan gerak shalat sempurna (kamilah) bukan ima’ah (isyarat). 24 Rasulullah perintahkan orang­orang dari para shahabat beliau untuk mencarinya. Kemudian waktu shalat tiba dan akhirnya mereka shalat tanpa berwudlu’ (HR. al-Bukhari). (2) Keadaan darurat tidak meng- hilangkan kewajiban shalat sesuai kemampuan. Ulama yang mengatakan sah shalatnya dengan kedua alasan tersebut di atas adalah Imam Ahmad dan Imam Syafi’i, walaupun Imam Syafi’i mewajibkan i’adah (mengulang) setibanya di darat karena shalatnya di pesawat hanya untuk menghormati waktu shalat (lihurmatil wakti). Dengan cara dilaksanakan sebagai berikut: (a) Dilaksanakan segera setelah sampai di tempat tujuan. (b) Dilaksanakan sebagaimana shalat biasa, yaitu dengan gerak shalat sempurna (kamilah) bukan ima’ah (isyarat). 24
  • 44. 25 2). Tata cara pelaksanaan shalat di pesawat a). Tetap duduk di kursi pesawat dengan posisi biasa atau dengan melipat kedua kaki dalam posisi miring atau tawaruk (tahiyat). b). Qiblatnya mengikuti arah terbangnya pesa- wat. c). Melaksanakan selu- ruh gerakan rukun shalat semampunya dengan ima’ah (isya- rat). C. DI BANDAR UDARA ARAB SAUDI (KEDATANGAN) 1. Bandara King Abdul Aziz Jeddah a. Turun dari pesawat dengan tertib, jangan lupa tas tentengan dan paspor. b. Menunggu di ruang yang tersedia untuk pemeriksaan imigrasi, lama pemeriksaan ± 2 jam. 25 2). Tata cara pelaksanaan shalat di pesawat a). Tetap duduk di kursi pesawat dengan posisi biasa atau dengan melipat kedua kaki dalam posisi miring atau tawaruk (tahiyat). b). Qiblatnya mengikuti arah terbangnya pesa- wat. c). Melaksanakan selu- ruh gerakan rukun shalat semampunya dengan ima’ah (isya- rat). C. DI BANDAR UDARA ARAB SAUDI (KEDATANGAN) 1. Bandara King Abdul Aziz Jeddah a. Turun dari pesawat dengan tertib, jangan lupa tas tentengan dan paspor. b. Menunggu di ruang yang tersedia untuk pemeriksaan imigrasi, lama pemeriksaan ± 2 jam. 25 25 2). Tata cara pelaksanaan shalat di pesawat a). Tetap duduk di kursi pesawat dengan posisi biasa atau dengan melipat kedua kaki dalam posisi miring atau tawaruk (tahiyat). b). Qiblatnya mengikuti arah terbangnya pesa- wat. c). Melaksanakan selu- ruh gerakan rukun shalat semampunya dengan ima’ah (isya- rat). C. DI BANDAR UDARA ARAB SAUDI (KEDATANGAN) 1. Bandara King Abdul Aziz Jeddah a. Turun dari pesawat dengan tertib, jangan lupa tas tentengan dan paspor. b. Menunggu di ruang yang tersedia untuk pemeriksaan imigrasi, lama pemeriksaan ± 2 jam. 25 2). Tata cara pelaksanaan shalat di pesawat a). Tetap duduk di kursi pesawat dengan posisi biasa atau dengan melipat kedua kaki dalam posisi miring atau tawaruk (tahiyat). b). Qiblatnya mengikuti arah terbangnya pesa- wat. c). Melaksanakan selu- ruh gerakan rukun shalat semampunya dengan ima’ah (isya- rat). C. DI BANDAR UDARA ARAB SAUDI (KEDATANGAN) 1. Bandara King Abdul Aziz Jeddah a. Turun dari pesawat dengan tertib, jangan lupa tas tentengan dan paspor. b. Menunggu di ruang yang tersedia untuk pemeriksaan imigrasi, lama pemeriksaan ± 2 jam. 25