Dokumen tersebut membahas tentang sifilis optik dan neuropati. Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang dapat menyerang mata dan saraf optik. Gejala sifilis optik dan neuropati dapat berupa konjungtivitis, keratitis, uveitis, retinitis, papilitis, dan gangguan pupilo motorik. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan serologi dan cairan serebrospinal, sedangkan peng
2. • Sifilis adalah infeksi menular
seksual yang disebabkan oleh
bakteri spiroset Treponema
pallidum sub-spesies pallidum
• Tanda dan gejala sifilis
bervariasi bergantung pada
fase mana penyakit tersebut
muncul (primer, sekunder,
laten, dan tersier)
• Neuropati optik merupakan
gangguan fungsional atau
perubahan patologis pada nervus
optikus, kadang terbatas hanya
pada lesi non-inflamatorik,
berlawanan dengan neuritis.
PENDAHULUAN
3. Maps
Diperkirakan ada 12 juta kasus baru
sifilis per tahun, yang sebagian besar
terjadi di negara berkembang.
Di Amerika Serikat, tingkat sifilis primer
dan sekunder turun drastis antara tahun
1990 dan 2000, tetapi sejak tahun 2000
peningkatan telah diamati pada laki-laki
berhubungan seks dengan laki-laki
Kasus sifilis di Indonesia adalah 0,61%.
Penderita yang terbanyak adalah stadium
laten, disusul sifilis stadium I yang jarang,
dan yang langka ialah sifilis stadium II.
5. • Studi pada hewan telah menunjukkan bahwa
organisme T. pallidum muncul di kelenjar getah bening
dalam beberapa menit setelah inokulasi dan tersebar
luas ke seluruh tubuh dalam beberapa jam.
• Manifestasi okular dapat terjadi pada setiap tahap
(primer, sekunder, atau tersier)
• Sifilis memiliki berbagai target di mata, termasuk
konjungtiva, sklera, kornea, lensa, saluran uveal,
retina, pembuluh darah retina, saraf optik, jalur
pupillomotor, dan saraf kranial.
• Kemungkinan syphilitic CNS dan keterlibatan okular
meningkat pada koinfeksi HIV
7. 1. Tahap masuknya Treponema
Treponema pallidum masuk ke dalam
tubuh melalui lesi kulit atau selaput
lendIr
2. Stadium 1 (SI)
Kerusakan vaskuler ini mengakibatkan
aliran darah pada daerah papula
tersebut berkurang sehingga terjadi
erosi atau ulkus, dan keadaan ini
disebut afek primer SI
8. 3. Stadium II (SII)
Perjalanan secara hematogen akan
menyebarkan kuman ke seluruh jaringan
tubuh, tetapi manifestasinya baru akan
tampak kemudian
4. Stadium laten
Stadium laten adalah stadium tanpa
tanda atau gejala klinis, tetapi infeksi
masih ada dan aktif yang ditandai
dengan S.T.S. (Serologic Test for
Syphilis) positif
9. 5. Stadium gumma
Keseimbangan antara Treponema
dan jaringan dapat tiba-tiba berubah,
sebabnya belum jelas, mungkin
trauma merupakan salah satu faktor
untuk timbulnya SIII yang berbentuk
gumma.
11. ❄ Tahap 1
❄ 9-90 hari setelah
terinfeksi. Timbul: luka
kecil, bundar dan tidak
sakit chancre- tepatnya
pada kulit yang
terpapar/kontak
langsung dengan
penderita.
12. ❄ Tahap 2
❄ 1-2 bulan kemudian, Penyebaran hematogen yang
terjadi pada tahap ini dapat menyebabkan penyakit
neurologis, oftalmologis, gastrointestinal, dan hati.
❄ Mata terpengaruh pada sekitar 10% kasus
❄ Dapat muncul gejala: sakit tenggorokan, sakit pada
bagian dalam mulut, nyeri otot, demam, lesu, rambut
rontok
13. ❄ Laten:
❄ Periode laten ada antara hilangnya manifestasi
sekunder dan pengobatan atau perkembangan sifilis
tersier . Laten awal menggambarkan periode waktu
dalam satu tahun infeksi awal, dan laten akhir periode
waktu setelah satu tahun sejak infeksi awal. Dari
pasien yang tidak diobati dalam periode laten, sekitar
sepertiga berkembang menjadi sifilis tersier
14. ❄ Gumma:
❄ Reaksi granulomatosa jinak lokal. Meskipun paling
sering ditemukan di kulit dan selaput lendir, mereka
dapat melibatkan bagian tubuh manapun termasuk
koroid dan iris. Sebagian besar berkembang dalam 15
tahun setelah resolusi sifilis sekunder tetapi dapat
berkembang dalam waktu satu tahun.
15. ❄ Tersier:
❄ Keterlibatan kardiovaskular dan neurologis pada sifilis
tersier memiliki risiko yang besar, Keterlibatan
neurologis meliputi sifilis meningeal,
meningovaskular, dan parenkim (tabes dorsalis dan
paresis umum).
16. Reaksi Jarisch-Herxheimer:
Dalam kasus sifilis okular, reaksi Jarisch-Herxheimer
telah dijelaskan menyebabkan penurunan ketajaman
visual, pembengkakan Optik disc dengan edema makula
dan cotton wool spot.
17. Neurosifilis
Neurosifilis dibagi menjadi empat macam:
- Neurosifilis asimtomatik.
- Sifilis meningovaskular (sifilis serebrospinalis), misalnya meningitis,
meningomielitis, endarteritis sifilitika.
- Sifilis parenkim: tabes dorsalis dan demensia paralitika.
- Guma.
20. Konjungtiva :
Luka sifilis pada palpebra atau
konjungtiva pada sifilis primer
dan gumma pada konjungtiva
pada sifilis tersier.
Konjungtivitis ringan
kemungkinan umum terjadi
pada sifilis sekunder.
Konjungtivitis seperti
sarkoidosis dengan granuloma
juga dapat terjadi.
Sclera :
Isolated episcleritis
lebih sering terjadi
selama tahap sekunder
dan isolated lebih
sering terjadi selama
tahap tersier sifilis
(Margo). Syphilitic
scleritis bisa nodular
atau diffuse.
Segment Anterior
21. Kornea :
Keratitis sifilis kornea adalah
peradangan stroma kornea
unilateral atau bilateral yang
diperantarai imun, dan tidak
bersifat ulseratif maupun
supuratif. keratitis interstitial
tidak responsif terhadap
penisilin tetapi membaik
dengan steroid.
crystalline Lens:
Lensa dapat
terpengaruh pada sifilis
kongenital, sekunder,
atau tersier. Pada
sebagian besar kasus,
hasilnya adalah
katarak, [8]
kemungkinan besar
karena peradangan
uvea.
Anterior Segment
23. Uveal tract: Uveitis
Retina :Sifilis dapat hadir sebagai retinitis necrotizing atau non-
necrotizing di makula, perifer tengah dan retina perifer, exudative
retinal detachment, Acute syphilitic posterior placoid
chorioretinitis (ASPPC)
Optic disc : Bermanifestasi sebagai perineuritis, neuritis optic
anterior atau retrobulbar, dan papilledema. Manifestasi ini dapat
muncul pada diskus optik sebagai neuroretinitis, pallor, atau solid
inflammatory lesion
28. ❄ Pupillomotor pathways
❄ Argyll Robertson adalah temuan klasik pada
sifilis. Pupil Argyll Robertson bersifat miotik dan
tidak menyempit sebagai respons terhadap
cahaya tetapi menyempit sebagai respons
terhadap penglihatan dekat.
29. Photo by Michael Pardo · Public Domain · flic.kr/p/Bymohg
DIAGNOSTIK
30.
31. • Nontreponemal: Classically, VDRL and RPR card test screening
untuk active disease dan antibody quantification.
• Treponemal: FTA-ABS (Tes penyerapan antibodi treponemal
neon), MHA-TA (Uji microhemagglutination-T. pallidum), dan tes
aglutinasi partikel T. pallidum mendeteksi infeksi sebelumnya atau
saat ini.
• Neurosifilis: untuk mendiagnosis neurosifilis, CSF dapat diuji.
Umumnya, pertama dengan CSF-VDRL dan kemudian CSF-FTA-
ABS jika tes pertama positif
• Immunoassays: Enzyme immunoassay (EIA) dan
Chemiluminescence immunoassays (CIA) lebih sensitif daripada
RPR. Pasien dengan infeksi yang sangat awal atau akhir mungkin
positif oleh EIA dan CIA tetapi negatif untuk RPR.
33. Antibiotics:
Rekomendasi rejime untuk Dewasa : IV aqueous crystalline penicillin G 18-24
million units per hari (baik sebagai infus kontinyu atau 3-4 million units setiap 4
jam) funtuk 10-14 hari. Alternative regimen untuk dewasa adalah procaine
penicillin 2.4 million units IM per hari dan probenecid 500mg PO tiap hari,
maupun selama 10-14 days.
Steroid :
Dexametasone 3 kali sehari
Fase primer secara umum ditandai dengan munculnya chancre tunggal (ulserasi keras, tidak menimbulkan rasa sakit, tidak gatal di kulit), sifilis sekunder ditandai dengan ruam yang menyebar yang seringkali muncul di telapak tangan dan tumit kaki, sifilis laten biasanya tidak memiliki atau hanya menunjukkan sedikit gejala, dan sifilis tersier dengan gejala gumma, neurologis, atau jantung. Namun, penyakit ini telah dikenal sebagai "peniru ulung" karena kemunculannya ditandai dengan gejala yang tidak sama. Diagnosis biasanya dilakukan melalui tes darah; namun, bakteri juga dapat dilihat melalui mikroskop. Sifilis dapat diobati secara efektif dengan antibiotik, khususnya dengan suntikan penisilin G (yang disuntikkan untuk neurosifilis), ataupun ceftriakson, dan bagi pasien yang memiliki alergi berat terhadap penisilin, doksisiklin atau azitromisin dapat diberikan secara oral atau diminum
Tahap 1
9-90 hari setelah terinfeksi. Timbul: luka kecil, bundar dan tidak sakit chancre- tepatnya pada kulit yang terpapar/kontak langsung dengan penderita. Chancre tempat masuknya penyakit hampir selalu munci di dalam dan sekitar genetalia, anus bahkan mulut. Pada kasus yang tidak dibobati (sampai tahai 1 berakhir), setelah beberapa minggu, chancre akan menghilang tapi bakteri tetap berada di tubuh penderita.
Sifilis laten
Sifilis laten merupakan stadium sifilis tanpa gejala klinis, akan tetapi pemeriksaan serologis reaktif. Dalam perjalanan penyakit sifilis selalu melalui tingkat laten, selama bertahun-tahun atau seumur hidup. Akan tetapi bukan berarti penyakit akan berhenti pada tingkat ini, sebab dapat berjalan menjadi sifilis lanjut, berbentuk gumma, kelainan susunan syaraf pusat dan kardiovaskuler. Tes serologik darah positif, sedangkan tes likuor serebrospinalis negatif. Tes yang dianjurkan ialah VDRL dan TPHA. 1,2,3
Fase ini bisa berlangsung bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan sepanjang hidup penderita. Pada awal fase laten kadang luka yang infeksius kembali muncul .
Kelainan kulit dapat menyerupai berbagai penyakit kulit sehingga disebut the great imitator. Selain member kelainan pada kulit, SII dapat juga member kelainan pada mukosa, kelenjar getah bening, mata, hepar, tulang dan saraf. Gejala lainnya adalah merasa tidak enak badan ( malaise ) kehilangan nafsu makan , mual, lelah, demam, dan anemia. 1,2,3
Gejala pada kulit timbul kira-kira 2 minggu – 6 bulan (rata-rata 6 minggu) setelah hilangnya luka primer. Kelainan yang khas pada kulit bersifat makulopapiler, folikuler, atau postuler. Karakteristik adalah alopesia rambut kepala yang tidak rata (month eaten) pada daerah oksipital. Alis mata dapat menghilang pada sepertiga bagian lateral. Papula yang basah dapat dilihat pada daerah anogenital dan pada mulut. Papula ini dekenal dengan nama kondilomata lata, dan mempunyai arti diagnostik untuk penyakit ini. Kondilomata lata agak meninggi, berbentuk budar, pinggirnya basah dan ditutup oleh eksudat yang berwarna kelabu. Treponema pallidium dapat dijumpai pada luka ini dan tes srologik biasanya positif. Limfadeno patia adalah tanda penting, kadang-kadang splenomegali dijumpai juga. Aspirasi dengan jarum dari kelenjer limfe yang bengkak pada biasanya menemukan cairan yang mengandung treponema pallidium yang dapat dilihat pada pemeriksaan lapangan gelap. 1,2,3
Tidak mempunyai tanda-tanda atau gejala klinis. Tanda positif hanya serum yang reaktif, dan kadang-kadang cairan spinal juga reaktif. Jika fase laten berlangsung sampai 4 tahun, maka penyakit ini tidak menular lagi, kecuali pada janin yang dikandung wanita yang berpenyakit sifilis. 1,2,3
Biasanya tidak menular, diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan tes serologik. Lama masa laten beberapa tahun hingga bertahun-tahun, bahkan dapat seumur hidup. Likuor serebrospinalis hendaknya diperiksa untuk menyingkirkan neurosifilis asimtomatik. Demikian pula sinar-X aorta untuk melihat, apakah ada aorititis. 1,2,3V
Keseimbangan antara Treponema dan jaringan dapat tiba-tiba berubah, sebabnya belum jelas, mungkin trauma merupakan salah satu faktor untuk timbulnya SIII yang berbentuk gumma. Pada stadium gumma ini, Treponemasukar ditemukan tetapi reaksinya bersifat destruktif. Lesi sembuh berangsur-angsur dengan pembentukan jaringan fibrotik dan lesi tersier ini dapat berlangsung beberapa tahun. Treponema pallidumdapat mencapai sistem kardiovaskuler dan saraf pusat dalam waktu dini tetapi kerusakan yang ditimbulkannya terjadi perlahan-lahan sehingga perlu waktu bertahun- tahun untuk menimbulkan gejala klinis. Hampir 2/3 kasus dengan stadium laten dapat meneruskan hidupnya tanpa menimbulkan gejala klinis. 1,2,3
Lesi pertama umumnya terlihat antara tiga sampai sepuluh tahun setelah S I. Kelainan yang khas ialah guma, yakni infiltrat sirkumskrip, kronis, biasanya melunak, dan destruktif. Besar guma bervariasi dari lentikular sampai sebesar telur ayam. Kulit di atasnya mula-mula tidak menunjukkan tanda-tanda radang akut dan dapat digerakkan. Setelah beber pa bulan mulai melunak, biasanya mulai dari tengah, tanda-tanda radang mulai tampak, kulit menjadi eritematosa dan livid serta melekat terhadap guma tersebut. Kemudian terjadi perforasi dan keluarlah cairan seropurulen, kadang-kadang sanguinolen; pada beberapa kasus disertai jaringan nekrotik. 1,2,3
Tempat perforasi akan meluas menjadi ulkus, bentuknya lonjong/bulat, dindingnya curam, seolah-olah kulit tersebut terdorong ke luar. Beberapa ulkus berkonfluensi sehingga membentuk pinggiryang polisiklik. Jikatelah menjadi ulkus, maka infiltrat yang terdapat di bawahnya yang semula sebagai benjolan menjadi datar. Tanpa pengobatan guma tersebut akan bertahan beberapa bulan hingga beberapa tahun. Biasanya guma solitar, tetapi dapat pula multipel, umumnya asimetrik. Gejala umum biasanya tidak terdapat, tetapi jika guma multipel dan perlunakannya cepat, dapat disertai demam. 1,2,3
Selain guma, kelainan yang lain pada S III ialah nodus. Mula- mula di kutan kemudian ke epidermis, pertumbuhannya lambat yakni beberapa minggu/bulan dan umumnya meninggalkan sikatriks yang hipotrofi. Nodus tersebut dalam perkembangannya mirip guma, mengalami nekrosis di tengah dan membentuk ulkus. Dapat pula tanpa nekrosis dan menjadi sklerotik. Perbedaannya dengan guma, nodus lebih superfisial dan lebih kecil (miliar hingga lentikular), lebih banyak, mempunyai kecenderungan untuk bergerombol atau berkonfluensi; selain itu tersebar (diseminata). Warnanya merah kecoklatan. 1,2,3
Nodus-nodus yang berkonfluensi dapat tumbuh terns secara serpiginosa. Bagian yang belum sembuh dapat tertutup skuama seperti lilin dan disebut psoriasiformis. Kelenjar getah bening regional tidak membesar. Kelainan yang jarang ialah yang disebut nodositas juxta articularis berupa nodus-nodus subkutan yang fibrotik, tidak melunak, indolen, biasanya pada sendi besar. 1,2,3
1. Neurosifilis Aasimtomatik
Diagnosis berdasarkan kelainan pada likuor serebrospinalis. Kelainan tersebut belum cukup memberi gejala klinis.
Sifilis meningovaskular.
Terjadi inflamasi vaskular dan perivaskular. Pembuluh darah di otak dan medula spinalis mengalami endarteritis proliferatif dan infiltrasi perivaskular berupa limfosit, sel plasma, dan fibroblas. 1,2,3
Pembentukan jaringan fibrotik menyebabkan terjadinya fibrosis sehingga perdarahannya berkurang akibat mengecilnya lumen. Selain itu jugs dapat terjadi trombosis akibat nekrosis jaringan karena terbentuknya gums kecil multipel. 1,2,3
Bentuk ini terjadi beberapa bulan hingga lima tahun sejak S I. Gejalanya bermacam-macam bergantung pada letak lesi. Gejala yang sering terdapat ialah: nyeri kepala, konvulsi fokal atau umum, papil nervus optikus sembab, gangguan mental, gejala-gejala meningitis basalis dengan kelumpuhan saraf-saraf otak, atrofi nervus optikus, gangguan hipotalamus, gangguan piramidal, gangguan miksi dan defekasi, stupor, atau koma. Bentuk yang sering dijumpai ialah endarteritis sifilitika dengan hemiparesis karena penyumbatan arteri otak. 1,2,3
3. Sifilis parenkim
Termasuk golongan ini ialah tabes dorsalis dan demensia paralitika.
Gambar 10-2 korioretinitis sifilis. A, foto Fundus korioretinitis sifilis akut. Perhatikan edema difus pada diskus, retina, dan koroid di kutub posterior. B, foto Fundus menunjukkan korioretinitis penyembuhan setelah 2 minggu terapi penisilin intravena. Perhatikan eksudat keras subretinal yang mengatur, serta pengurangan edema diskus dan peradangan koroid.