Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari sistem sirkulasi darah, kontraksi otot jantung, dan fungsi otak pada katak. Hasilnya adalah kontraksi jantung katak normal sebesar 78 kali per menit dan berubah ketika diberi perlakuan seperti dilepaskan perikardium dan ikatan Stanius. Pembuluh darah arteri dan vena juga dapat dibedakan, dengan arteri berukuran lebih kecil dan aliran darah lebih terang
1. Laporan Praktikum Dasar Fisiologi Ternak. No. 1 : 1-8 (Halaman)
RANGSANGAN DAN KONTRAKSI OTOT JANTUNG, SISTEM SIRKULASI
DARAH, RANGSANGAN DAN AKSI INTEGRASI SARAF, DAN FUNGSI OTAK
M. Asfar Syafar*, Dhian Ramadhanty**
*
Peserta Praktikum Dasar Fisiologi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
**
Staf Asisten Laboratorium Dasar Fisologi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin
ABSTRAK
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melihat sistem peredaran darah arteri dan vena
pada katak, melihat bagaimana kontraksi pada jantung katak terhadap berbagi perlakuan yang
diberikan, mengetahui keseimbangan aksi pada tubuh katak dari pengaruh perlakuan yang
diberikan, dan mengetahui bagaimana pengaruh yang timbul setelah otak katak tersebut dirusak.
Hasil yang diperoleh adalah kontraksi denyut jantung pada katak normal yaitu 78 per menit,
setelah perikardiumnya dilepas maka denyut jantung meningkat menjadi 81 per menit, pada
ikatan Stanius I diperoleh hasil kontraksi jantung mencapai 75 per menit, sedangkan pada ikatan
stanius II jantung kembali mengalami peningkatan kontraksi mencapai 85 per menit. Dari hasil
pengamatan sirkulasi darah katak diketahui bahwa pembuluh darah arteri berbentuk kecil serta
aliran darah lebih terang dan aliran keluarnya jantung. Selain itu, terlihat juga pembuluh darah
vena yang berukuran lebih besar daripada arteri, alirannya lambat menuju jantung, serta
warnanya lebih gelap karena mengandung CO2 dan miskin oksigen. Katak yang normal sewaktu diberikan perlakuan memperlihatkan respon yang baik. Dengan kata lain, pada saat katak
diberikan beberapa perlakuan memperlihatkan pengaruh yang sangat kuat, hal ini disebabkan
karena adanya pengaruh dari gerakan sadar yang ditimbulkan oleh katak tersebut namun setelah
dirusak jaringan serebelum dan medulla oblongata, tampak terlihat bahwa respon yang
diberikan nyaris tidak ada meskipun katak masih memberikan gerakan spontan namun aspek
lainnya sudah tidak ada respon yang ditimbulkan.
Kata kunci : Katak, Jantung, Arteri, Vena, Spinal.
Jantung pada dasarnya adalah
suatu pompa ganda yang menghasilkan
tekanan pendorong agar darah mengalir
melalui sirkulasi paru dan sirkulasi
sistemik. Otak manusia adalah struktur
pusat pengaturan yang memiliki volume
sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel
saraf atau neuron. Otak manusia
bertanggung jawab terhadap pengaturan
seluruh badan dan pemikiran manusia.
Otak dan sel saraf didalamnya dipercayai
dapat mempengaruhi kognisi manusia.
Atas dasar inilah dilakukan
praktikum mengenai sistem sirkulasi darah,
PENDAHULUAN
Sistem peredaran darah adalah
sistem yang mempunyai sangkut paut
dengan pergerakan darah di dalam
pembuluh darah dan juga perpindahan
darah dari satu tempat ke tempat lain.
Fungsi peredaran darah adalah mengangkut
zat-zat makanan dari saluran pencernaan ke
seluruh jaringan tubuh, mengangkut O2
dari organ pernapasan ke seluruh jaringan
tubuh dan CO2 dari seluruh jaringan ke
organ pernapasan.
1
2. M. Asfar Syafar – I 111 12 286
kontraksi otot jantung, aksi integrasi saraf,
dan fungsi otak untuk melihat secara
langsung sistem peredaran darah pada arteri
dan vena, respon jantung ketika diberikan
perlakuan, dan pengaruh yang timbul
ketika otak sebagai sistem saraf pusat
dirusak. .
Tujuan dari praktikum ini adalah
untuk melihat sistem peredaran darah arteri
dan vena pada katak, melihat bagaimana
kontraksi pada jantung katak terhadap
berbagi perlakuan yang diberikan,
mengetahui keseimbangan aksi pada tubuh
katak dari pengaruh perlakuan yang
diberikan, dan mengetahui bagaimana
pengaruh yang timbul setelah otak katak
tersebut dirusak.
dengan cara mengikat longgar dengan
menggunakan benang antara sinus venosus
dan atrium kemudian memperhatikan
kontraksinya. Setelah itu kita membuat
ikatan stanius II dengan ikatan longgar
antara atrium dan ventrikel lalu
memperhatikan kontraksinya. Selanjutnya
membuat kembali ikatan seperti tadi
dengan ikatan keras dan menghitung
frekuensi denyut jantung permenit.
b) Sistem Sirkulasi Darah
Merusak otak dan sumsum
belakang kodok dengan menusuk pada
bagian foramen occipitale kemudian
membentangkannya di atas papan preparat.
Setelah itu membentangkan selaput pada
salah satu kakinya dan melihatnya di
bawah mikroskop.
c) Aksi Integrasi Saraf
Mengamati reaksi-reaksi pada
katak normal, seperti keseimbangan, reaksi
terhadap pengangkatan papan tiba-tiba,
reaksi terhadap papan dengan kataknya,
kondisi kelopak mata, sikap badan,
gerakan-gerakan
spontan,
cara
mengembang dan berenang di air, dan
frekuensi nafas.
d) Fungsi Otak
Untuk aktivitas tubuh katak normal
kita mengamati reaksi-reaksi pada katak
normal, seperti sikap badan (postur),
gerakan-gerakan spontan, keseimbangan
badan (refleks bangkit), kemampuan
berenang, dan frekuensi nafas. Kemudian
mencatat hasil dari pengamatan tersebut.
Untuk katak spinal kita merusak
otak katak dengan menusuk foramen
occipitale dengan kawat penusuk otak kirakira ¾ cm ke belakang dari tempat
pemotongan terakhir, kemudian memutar
kawatnya untuk merusak tenunan
syarafnya. Setelah itu melakukan perlakuan
seperti pada keadaan normal tadi dan
mencatat hasil pengamatan tersebut.
Untuk decerebrasi, dengan menggunakan katak yang sama kita memotong
otak katak secara melintang menurut suatu
garsis yang menghubungkan tepi-tepi
anterior dan kedua gendang telinga
(membran tympani yang terletak di
MATERI DAN METODE
Praktikum ini dilaksanakan pada
hari Senin, 21 Oktober 2013 pukul 14.00
wita – selesai bertempat di Laboratorium
Fisiologi Ternak, Fakultas Peternakan,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah mikroskop, papan
preparat kodok, jarum pentul, pinset, pipet
tetes, gunting bedah, ember, jarum
preparat, pisau bedah (scalpel), dan
stopwach. Bahan yang digunakan pada
praktikum ini adalah kodok, NaCl 0,6%,
air, dan benang.
Adapun metode kerja untuk
percobaan ini terdiri atas:
a) Rangsangan dan Kontraksi Otot
Jantung
Urutan rangsangan dan kontraksi
otot jantung dimulai dengan merusak otak
kodok dengan menusuk foramen occipitale
kemudian
membaringkannya
secara
terlentang di atas papan preparat dengan
menggunakan jarum pentul. Setelah itu,
membuka dadanya hingga jantungnya
terlihat. Kemudian menghitung frekuensi
jantung permenit serta mempelajari bagianbagian jantung.
Untuk percobaan ikatan-ikatan
stanius kita menggunakan jantung yang
sama tadi untuk membuat ikatan stanius I
2
3. M. Asfar Syafar – I 111 12 286
belakang dan di bawah kedua mata).
Setelah itu memberikan perlakuan seperti
halnya prosedur sebelumnya dan mencatat
hasilnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a) Rangsangan dan Kontraksi Otot
Jantung
Berdasarkan hasil praktikum
tentang Rangsangan dan Kontraksi Otot
Jantung, maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 1. Hasil Praktikum Rangsangan dan Kontraksi Otot Jantung
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
Kontraksi Jantung
Normal
Perikardium dilepas
Stanius I
75
78
Stanius II
85
Sumber: Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2013
Berdasarkan hasil praktikum yang
telah dilakukan maka diperoleh hasil
bahwa kontraksi denyut jantung pada katak
normal yaitu 78 per menit, selanjutnya
setelah perikardiumnya dilepas maka
denyut jantung meningkat menjadi 81 per
menit, hal ini disebabkan karena pada saat
diikat, jantung kekurangan ransangan atau
oksigen sehingga jantung itu berkontraksi
lebih cepat. Selanjutnya dilakukan ikatan
Stanius I dan diperoleh hasil kontraksi
jantung mencapai 75 per menit, terjadi
penurunan kontraksi hal itu disebabkan
karena jantung sudah terbiasa dengan
kondisi
yang
kekurangan
oksigen
meskipun pembuluh baliknya diikat.
Selanjutnya pada ikatan stanius II jantung
kembali mengalami peningkatan kontraksi
mencapai 85 per menit hal ini disebabkan
karena ikatan stanius II yang lebih rapat
dibanding stanius I sehingga kondisi
jantung kembali kritis dan memompa
secara keras. Hal ini sesuai dengan
pendapat Ganong (2003) yang menyatakan
bahwa beberapa sifat-sifat jantung yaitu
eksitabilitas adalah kemampuan jantung
untuk berkontraksi
bila
mendapat
rangsangan dengan intensitas yang cukup
besar, daya hantar merupakan kemampuan
jantung untuk menghantarkan impuls, daya
kontraksi merupakan kemampuan jantung
untuk berdenyut/berkontraksi. Keotomatisan merupakan kemampuan jantung untuk
berdenyut dengan sendirinya tanpa ada
impuls yang datang dari luar jantung,
hokum starling pada jantung yaitu otot
tidak
berkontraksi
bila
kekuatan
rangsangan tidak cukup kuat, tetapi akan
berkontraksi secara maksimum jika
kekuatan rangsangan cukup kuat.
Jantung katak mempunyai sistem
peredaran darah ganda, dimana jantung
katak terdiri atas tiga ruang yaitu serambi
kiri, serambi kanan dan bilik. Karena
jantung katak hanya mempunyai satu bilik,
darah yang banyak mengandung oksigen
dan karbon dioksida masih bercampur
dalam bilik jantung. Darah katak tersusun
dari plasma darah yang terang (cerah) dan
berisi sel – sel darah (korpuskula), yakni sel
– sel darah merah, sel darah putih dan
keeping sel darah. Jantung katak terdiri dari
sebuah bilik yang berdinding tebal dan
letaknya disebelah posterior; dua buah
3
4. M. Asfar Syafar – I 111 12 286
serambi , yakni serambi kanan (atrium
dekster) dan serambi kiri (atrium sinister);
sinus venosus yang berbentuk segitiga dan
terletak disebelah dorsal dari jantung; dan
Trunkus arteriosus berupa pembuluh bulat
yang keluar dari bagian dasar anterior bilik
(Anonim, 2009).
b) Sistem Sirkulasi Darah
Hasil pengamatan sistem sirkulasi
darah katak dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 1. Hasil Praktikum Sistem Sirkulasi Darah pada Katak
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK DASAR
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
Keterangan:
A.
Pembuluh darah Arteri
B.
Pembuluh darah Vena
A
B
Preparat
: Selaput Renang pada Katak
Pembesaran : 40 x
Sumber
: http://www.crayonpedia.org
Berdasarkan hasil praktikum
terlihat bahwa, terdapat pembuluh darah
arteri yang berbentuk kecil serta aliran
darah lebih terang dan aliran keluarnya
jantung. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sonjaya (2013), yang menyatakan bahwa
arteri adalah pembuluh darah yang keluar
dari jantung menuju kapiler. Bentuk
bercabang-cabang dan mempunyai ciri-ciri
yaitu ukurannya lebih kecil dari vena,
cairan yang ada di dalamnya kaya oksigen
tapi miskin CO2 sehinga warna darahnya
lebih terang.
Selain pembuluh darah arteri,
terlihat juga pembuluh darah vena yang
berukuran lebih besar daripada arteri,
alirannya lambat menuju jantung, serta
warnanya lebih gelap karena mengandung
CO2 dan miskin oksigen. Hal ini sesuai
dengan pendapat Guyton (1995), yang
menyatakan bahwa bentuk vena yaitu
bercabang-cabang dentan kiri yaitu vena
selalu berkurang dan besar bila
dibandingkan dengan arteri, jumlahnya
lebih dari areteri dan merupakan darah
yang miskin oksigen dan kaya CO2.
Sistem peredaran darah pada katak
merupakan sistem peredaran darah tertutup
karena organ sirkulasi darahnya sudah
kompleks dimana darah mengalir dari
4
5. M. Asfar Syafar – I 111 12 286
jantung ke seluruh tubuh melalui arteri dan
kembali lagi ke jantung melalui vena. Hal
ini sesuai dengan pendapat Budhisetiawan
(2009), bahwa sistem peredaran darah
tertutup adalah sistem peredaran darah
dimana darah mengalir dari jantung ke
seluruh tubuh melalui pembuluh arteri dan
dari seluruh tubuh darah kembali ke
jantung melalui pembuluh vena.
Lebih lanjut Budhisetiawan (2009)
menambahkan bahwa, dalam sistem
peredaran darah dikenal ada dua jenis
peredaran darah, yaitu sistem peredaran
darah terbuka dan sistem peredaran darah
tertutup. Sistem peredaran darah terbuka
yaitu system peredaran darah yang dapat
langsung masuk ke dalam jaringan tubuh
dan masuk kedalam pembuluh getah
bening dengan ujung yang terbuka.
Sedangkan system peradaran darah tertutup
yaitu sistem peredaran darah yang selalu
berada/melalui pembuluh darah, tidak
pernah langsung masuk ke dalam jaringan
tubuh. Contohnya : semua golongan
vertebrata, termasuk manusia.
Menurut Sari (2009) system peredaran darah pada katak, dimulai pada saat
darah mula – mula berkumpul di sinus
venosus, dan kemudian karena adanya
kontraksi maka darah akan masuk serambi
kanan. pada saat itu, darah yang
mengandung O2, yang berasal dari paruparu masuk ke serambi kiri. Bila kedua
serambi berkontraksi maka darah akan
terdorong ke dalam bilik. Dalam bilik
terjadi sedikit percampuran darah yang
kaya O2 dan miskin O2
Untuk selanjutnya, darah yang
kaya O2 dalam bilik dipompa melalui
trunkus arteriosus menuju arteri hingga
akhirnya sampai di arteri yang sangat kecil
(kapiler) diseluruh jaringan tubuh. Dari
seluruh jaringan tubuh, darah akan kembali
ke jantung melewati pembuluh balik yang
kecil (venula) dan kemudian ke vena dan
akhirnya ke jantung, sementara itu, darah
yang miskin dipompa keluar melewati
arteri konus tubular. Pada katak dikenal
adanya sistem porta , yaitu suatu sistem
yang dibentuk oleh pembuluh balik (vena )
saja (Sari, 2009).
c) Rangsangan dan Aksi Integrasi
Syaraf
Berdasarkan hasil praktikum
tentang Rangsangan dan Aksi Integrasi
Syaraf, maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 2. Hasil Praktikum Rangsangan dan Kontraksi Otot Jantung
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
Perlakuan
Normal
Sikap badan (posture)
Gerakan- gerakan spontan
Keseimbangan badan (reflek bangkit)
Kemampuan berenang
Frekuensi napas
Sumber: Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak Dasar, 2013
Berdasarkan hasil praktikum yang
telah dilakukan, maka diperoleh hasil
bahwa katak yang normal sewaktu
diberikan perlakuan memperlihatkan respon yang baik. Dengan kata lain, pada saat
katak diberikan beberapa perlakuan
memperlihatkan pengaruh yang sangat
kuat, hal ini disebabkan karena adanya
pengaruh dari gerakan sadar yang
ditimbulkan oleh katak tersebut. Hal ini
5
6. M. Asfar Syafar – I 111 12 286
sesuai dengan pendapat Ganong (2003)
yang menyatakan bahwa gerakan
merupakan pola koordinasi yang sangat
sederhana untuk menjelaskan penghantaran
impuls oleh saraf, dimana gerakan pada
umumnya terjadi secara sadar yang
terkontrol oleh saraf.
Lebih lanjut Ganong (2003)
menambahkan bahwa mekanisme jalannya
rangsangan pada gerak sadar dimulai dari
adanya impuls yang melalui jalan panjang
yaitu dari reseptor ke saraf sensori dibawa
ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak,
kemudian hasil dari olahan oleh otak
berupa tanggapan dibawa oleh saraf
motorik
sebagai
perintah
harus
dilaksanakan oleh reseptor.
Pada Ampibi, sistem saraf sadar
disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu
saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf
sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf
yang keluar dari sumsum tulang belakang.
Pada amphibi saraf cranial berjumlah 10
pasang yaitu tiga pasang saraf sensori, lima
pasang saraf motor, dan empat pasang saraf
gabungan sensori dan motor (Iqbal, 2007).
d) Fungsi Otak
Berdasarkan hasil praktikum
tentang fungsi otak, maka diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Praktikum Rangsangan dan Kontraksi Otot Jantung
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
Perlakuan
Normal
Spinal
Sikap badan (posture)
Gerakan- gerakan spontan
Keseimbangan badan (reflek bangkit)
Kemampuan berenang
Frekuensi napas
Sumber: Data Hasil Praktikum Fisiologi Ternak, 2013
Berdasarkan hasil praktikum yang
telah dilakukan, maka diperoleh hasil
bahwa katak normal sewaktu diberikan perlakuan memperlihatkan respon yang baik,
sedangkan pada katak spinal masih
memperlihatkan respon perlakuan yang
cukup baik meskipun pada respon
keseimbangan badannya sudah menurun,
sedangkan pada katak decebrasi, dimana
yang dirusak adalah jaringan serebelum
dan medulla oblongata, tampak terlihat
bahwa respon yang diberikan nyaris tidak
ada meskipun katak masih memberikan
gerakan spontan namun aspek lainnya
sudah tidak ada respon yang ditimbulkan.
Hal ini disebabkan karena fungsi dari
serebelum dan medulla oblongata telah
dirusak sehingga kontrol terhadap gerak
+
+
+
Decerebrasi
+
-
dan keseimbangan lainnya tidak berjalan
dengan baik. Hal ini sesuai dengan
pendapat Iqbal (2007) yang menyatakan
bahwa, serebelum mempunyai fungsi
utama dalam koordinasi gerakan otot yang
terjadi secara sadar, keseimbangan, dan
posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang
merugikan atau berbahaya maka gerakan
sadar yang normal tidak mungkin
dilaksanakan. Serebelum pada amphibi
mereduksi, karena aktifitas otot relative
berkurang. Sedangkan medulla oblongata
(sumsum lanjutan) berfungsi menghantar
impuls yang datang dari medula spinalis
menuju ke otak. Sumsum lanjutan juga
mempengaruhi refleks fisiologi seperti
detak jantung, tekanan darah, volume dan
kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan,
6
7. M. Asfar Syafar – I 111 12 286
dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu,
sumsum lanjutan juga mengatur gerak
refleks yang lain
Lebih lanjut Iqbal (2007)
menambahkan bahwa, otak dan medulla
spinalis pada amphibi (katak), selain
dilindungi oleh tengkorak dan ruas-ruas
tulang belakang, juga dilindungi oleh 2
lapisan selaput meninges. Dua lapisan
meninges pada amphibi dari luar ke dalam
adalah duramatar (yang berupa jaringan
ikat) dan pia-arakniod yang vascular. Di
antara dua lapisan tersebut terdapat spatium
subdurale. Bila membran ini terkena infeksi
maka akan terjadi radang yang disebut
meningitis.
Pada otak amphibi (katak) terdapat
bagian-bagian Lobus olfaktorius pada
amphibi memiliki trunckus bulbus
olfaktorius); Otak besar yang terdiri atas
sepasang hemispermiun serebri; Otak
tengah (mesensefalon) dimana thalamus
amphibi terletak di bagian dorsal otak dan
merupakan jembatan antara serebrum dan
mesenshefalon; Otak kecil pada amphibi
mereduksi, karena aktifitas otot relative
berkurang; Sumsum lanjutan (medulla
oblongata) yang berfungsi menghantar
impuls yang datang dari medula spinalis
menuju ke otak; dan Sumsum tulang
belakang (medulla spinalis) yang berfungsi
menghantarkan impuls sensori dari saraf
perifer ke otak dan menyampaikan impuls
motoris dari otak ke saraf perifer. Selain itu
juga merupakan pusat dari refleks (Iqbal,
2007).
darah katak diketahui bahwa pembuluh
darah arteri berbentuk kecil serta aliran
darah lebih terang dan aliran keluarnya
jantung. Selain itu, terlihat juga pembuluh
darah vena yang berukuran lebih besar
daripada arteri, alirannya lambat menuju
jantung, serta warnanya lebih gelap karena
mengandung CO2 dan miskin oksigen. Kat
ak yang normal sewaktu diberikan perlakua
n memperlihatkan respon yang baik. Dengan kata lain, pada saat katak diberikan
beberapa perlakuan memperlihatkan penga
ruh yang sangat kuat, hal ini disebabkan
karena adanya pengaruh dari gerakan sadar
yang ditimbulkan oleh katak tersebut
namun setelah dirusak jaringan serebelum
dan medulla oblongata, tampak terlihat
bahwa respon yang diberikan nyaris tidak
ada meskipun katak masih memberikan
gerakan spontan namun aspek lainnya
sudah tidak ada respon yang ditimbulkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Sistem Peredaran Darah Pa
da Vertebrata. http://www.crayonp
edia.org/mw/6._Sistem_Peredaran
_Darah_pada_Vertebrata_11.2.
Diakses pada 22 Oktober 2013
Budhisetiawan, Marjam. 2009. Mendayakan Fungsi Belahan Otak Kanan.
The National University of Singapore. Http://fungsi-otak
kanan_html. Diakses pada 22
Oktober 2013
KESIMPULAN
Ganong, William. 2003. Fisiologi Kedokter
an Edisi 20. Penerbit:Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Berdasarkan hasil praktikum maka
dapat disimpulkan bahwa bahwa kontraksi
denyut jantung pada katak normal yaitu 78
per menit, setelah perikardiumnya dilepas
maka denyut jantung meningkat menjadi
81 per menit, pada ikatan Stanius I
diperoleh hasil kontraksi jantung mencapai
75 per menit, sedangkan pada ikatan
stanius II jantung kembali mengalami
peningkatan kontraksi mencapai 85 per
menit. Dari hasil pengamatan sirkulasi
Guyton, C. R. 1995. Fisiologi Manusia
Edisi
Revisi.
Penerbit:Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Iqbal. 2007. System Syaraf. http://iqbalali.c
om.htm. Diakses pada 22 Oktober
2013
7
8. M. Asfar Syafar – I 111 12 286
Sari, 2009. Pembuluh Darah dan Tekanan Darah. http://panji1102.blogspo
t.com/2008/03/pem-buluh-darahdan-tekanan-darah.html. Diakses
pada 22 Oktober 2013
Sonjaya, H. 2013. Bahan Ajar Fisiologi
Ternak Dasar. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin,
Makassar.
8