SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 8
Baixar para ler offline
Bul. Agron. 25 (2) :15-22 (1997)
CARA PENANAMAN SETEK BULUH
BAMBU BETUNG, ANDONG, TEMEN, HITAM, DAN TALI
(Planting Method of Culm Cuttings of
Dendrocalnmus asper, Gignntochlonpsrudoarundinacea,
Gigantochloa niter, Gigantochloa atroviolnceae
nnd Gigantoclrlonnpus)
Sandra Arifin Aziz 1)
ABSTRACT
Experiments of the planting method of two nodes culm cuttings horizontally and one node
culm vertically were carried out on Dendrocalamus asper, Gigantochloapseudoarundinacea, and G.
atter (Experiment l), and D. asper, G. atroviolacea, and G. apus (Experiment 2). Factorial
Randomized Block Design were used, with the first factor: planting method of two nodes culm
cuttings horizontally and one node culm cuttings vertically and bamboo species as the second factor.
All combinations were replicated four times.
Two nodes culm cuttings planted horizontally was better than one node culm cuttings planted
vertically. Gigantochloa atter had the best growth percentage (60 %) and followed by G. pseu-
doarundinacea 56 %, D. asper 52 %, G. atroviolncea and G. opus < 10 %. G. apus could not be
propagated vertically. Vertical planting with one node in the dry season is not advisable.
RINGKASAN
Percobaan penanaman setek buluh secara horizontal dua buku dan vertikal satu buku dilakukan
pada bambu betung, andong, temen (percobaan l), betung, hitam dan tali (percobaan 2). Rancangan
yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial, dengan faktor pertama : cara
penanaman setek buluh dua buku secara horizontal dan setek buluh satu buku secara vertikal danjenis
bambu sebagai faktor kedua. Semua kombinasi perlakuan diulang empat kali.
Didapatkan bahwa penanaman setek buluh dua buku secara horizontal lebih baik dari setek
buluh satu buku secara vertikal. Bambu temen mempunyai persentase turnbuh terbaik (60 %) diikuti
berturut-turut oleh barnbu andong 56 %, betung 52%, hitam dan tali < 10 %. Bambu tali belum dapat
ditanam secara vertikal. Penanaman secara vertikal tidak disarankan di musim kemarau.
PENDAHULUAN
Bambu dapat diperbanyak baik secara
generatif maupun secara vegetatif. Pembiakan
bambu dengan cara generatif mempunyai
kendala karena sulit mendapatkan biji bambu.
Pembiakan yang umum dilaksanakan pada
bambu adalah dengan cara vegetatif. Ter-
dapat beberapa cara pembiakan secara vegetatif,
yaitu dengan menggunakan anakan atau offset
(Banik, 1980), setek buluh, setek cabang dan
teknik kultur jaringan (Mc. Clure, 1966; Hasan,
1980;Farelly, 1984).
Penggunaan offset dianggap terlalu
berat. bulky, sulit ditransportasikan dan setlap
rumpun induk hanya bisa menyediakan bahan
yang terbatas (Banik, 1980).Di lain pihak
tingkat keberhasilannya relatif tinggi
(Sindoesoewarno, 1963; Sutiyono et al. 1984).
Karena kerugian-kerugian di atas, penggunaan
akar rimpang sebagai bahan perbanyakan dalam
skala besar menjadi tidak praktis (Hasan, 1980).
' ~ t a f~urusanBudidaya Pertanian, Faperta IPB
Bul. Agron. 25 (2) : 15-22(1997)
adalah33.75%, sedangkanpenanamanvertikal
hanya21 % (Aziz et al. 1991). Pumama(1995)
menemukanbahwa hanya 16 % yang mampu
berakardari setekyangbertunas(88.33%) pada
bambusembilang(D. giganteus).
Dari hasi1penelitianMc. ClUTe(1996)
diketahuibahwasetekbu1uhBambusavulgaris
menunjukkan peningkatan vitalitas sampai
umur buluh lima tahun. Banik (1980) dan
Austin dan Veda (1983) menyatakanbahwa
setekbuluh D. strictus yang bernmur kurang
daTiduatahunmemberikanbasilterbaik.
Penanaman setek buluh dapat
dilakukandengantiga caravertikal, miring, clan
horizontal(Mc. CluTe,1966;Austin clanVeda,
1983;Ma Naixun clanZhanWenyan,1996;Oai
Qihui, 1996). MenurutAziz etal. (1991) pada
bambubetung,kecepatanmunculnyatunasbarn
clanpertumbuhanakar sertatajuk, relatif lebih
cep.at pada penanaman horizontal. Namun
demikian pertumbuhan akar clan tajuk dari
penanaman vertikal jauh lebih bait dari
penanamanhorizontal.
Beberapabasilpenelitianmenunjukkan
bahwa air clankelembabanmerupakanfaktoT
yang paling penting dalam pembibitan (Aziz
et al. 1991 ; Manurung, 1991 ; Haris, 1992 ;
Suyanto,1992).
Menurut Sindoesoewamo (1963),
pembiakan vegetatif dengan menggunakan
setekbu1uhmempunyai keuntungan, yaitu tidak
per1umerusak atau membongkar rumpun yang
ada daD daTi satu buluh dapat diperoleh
beberapa bibit. Menurut Prastowomanan
( 1962), keuntungan lain daTisetek bu1uhadalah
bibit dapat dipero1eh relatif 1ebih mudah daD
murah, waktu pengambilan 1ebih cepat,
memungkinkan pembiakan bagi areal yang 1uas
daD untuk setek tidur pembentukan rumpun
lebih cepat. Kerugiannya adalah persentase
tumbuhnya 1ebihrendah daripada offset, kurang
tahan kekeringan dan karena dalam ruas-
ruasnya tidak cukup tersimpan zat cadangan
makanan, kemampuan tumbuhnya kecil
(Sindoesoewamo, 1963).
Menurut Farelly (1984), keberhasilan
penanaman bambu dengan setek bu1uh
bergantung pada species bambu yang
digunakan, posisi bu1uhdaDumur buluh.
Perbanyakan dengan ouluh menurut
Uchimura (1980) daD Aziz, Ghu1amahdi daD
Adiwirman (1991) merupakan cara
perbanyakan yang sejauh ini berhasil untuk
jenis bambu simpodia1 yang mudah berakar.
Sedangkan perbanyakan dengan menggunakan
cabang menurut Hasan (1980) clan Aziz, et al.
(1991)kurang berhasil.
Bambu ampe1 (Bambusa vulgaris)
dikenal mudah diperbanyak dengan setekbuluh,
sementara tingkat keberhasilan setek buluh
bambu temen (Gigantochola atter), bambu
andong (G. pseudoarundinacea) daD bambu
betung (Dendrocalamus asper) adalah rendah
(Prastowomanan, 1962; Haris, 1992; Suyatno,
1992).
BAHANDAN METODE
Penelitian ini terdiri daTi dua
percobaan,yaitu nercobaan I, pada bambu
betung, andongdan temen, dilakukan mulai
bulan November 1994 sampaiFebruari 1995,
dan nercobaan2 pada bambu tali, hitam dan
betungdilakukanmulai bulanApril sampaiJuni
1995.
Kedua percobaan menggunakan
RancanganAcak Kelompok Faktorial dengan
faktor pertama : penanamansetek buluh dua
buku secarahorizontal clan setek buluh satu
buku secaravertikal, clanfaktor kedua : jenis
bambu. Setiap kombinasi perlakuan diulang
empatkali clanmasing-masingterdiri dari 10
setekbuluh.
MenurutAziz et al. (1991),kemungkin-
an bahansetek buluh denganumur clanbagi-
an buluh yang berbeda akan menghasil-
kankeberhasilanyangberbeda.Setekdari bagi-
an tengah clan ujung buluh memberikanha-
.sil yang lebih baik dibandingkan dengan
pangkal (Bumarlong,1980; Aziz, et al. 1991;
Suyanto,1992).
Keberhasilan perbanyakan bambu
betungdaTisetekbuluh yangditanamhorizontal
SandraArifm Aziz 16
Bul. Agron. 25(2) : 15-22(1997)
Setek yang ditanam, bail horizontal
maupun vertikal diberi air ke dalarn ruas-
ruasnya,kemudian ditanam. Penanamanhori-
zontaldilakukan ::t 10 cmdi bawahpermukaan
tanah, sedangkan vertikal, bukunya berada
:t 10 cm dibawah permukaantanah. Lubang
pada bambu yang ditanam vertikal kemudian
ditutupdenganplastik.
Setelah ditanam, permukaan tanah
ditutup denganjerami padi, agar kelembaban
tanahternsteljaga.
Pengamatandilakukan pada persen-
tase tumbuh, waktu keluar tunas, jumlah
tunas/setek, panjang tunas, jumlah ranting,
panjangranting,bobotkeringakarclantajuk.
BASIL DAN PEMBABASAN
Percobaan1
ditanamhorizontal pada akhir percobaan.Hal
ini menunjukkanbahwawalaupunpada7 MST
persentumbuh penanamanvertikal nyata lebih
tinggi (67.33 %) dibandingkan penanaman
horizontal(44.33 %), tetapi kondisipenanaman
vertikal tidak menunjang pertumbuhanbibit.
Diperkirakanhal ini disebabkanoleh kelemba-
ban disekitar setek yang kurang pada per-
tumbuhan vertikal dibandingkan penanaman
horizontal.
Buluh yang digunakanpada percobaan
ini berumur ::!: 1 tahun, sehinggadidapatkan
basil yang cukup bail. Ini sesuai dengan
pemyataan Boontawe (1988), bahwa buluh
yang berumur satutahun mempunyaiaktivitas
tumbuhyangpalingbesar.
Cara penanamanvertikal memberikan
persentasetumbuh tanamanyang nyata lebih
bail daTi penanaman horizontal sampai
pengamatanminggu ke-7 untuk semuajenis
bambu yang dicoba. Das (1988) menyatakan
bahwaseteksatubuku selainmempunyaiharga
yang lebih murah, dapat diandalkan daD
mudah ditransportasikan, juga mempunyai
keberhasilanpembibitanyangtinggi.
Persentasetumbuh yang jauh lebih
besar daTi basil percobaansebelumnyapada
tahun1989(Aziz ef al., 1991)yangdilakukan
pada bambu betung (vertikal 21 % dan
horizontal 33.75 %) diperkirakan akibat
perlakuanbahan setek yang lebih berhati-hati
daTi saat penebangansampai penanamandi
percobaan,yaitu denganmenjagakelembaban
daTibahansetektersebut. TambacdanVictucio
(1991)menyatakanbahwasetekbuluhduabuku
mempunyaikeberhasilantumbuh yang tinggi
padabambuampeldanbetung,sedangkansetek
satubuku hanyapadabambuanpel. Berbeda
denganbasil penelitian ini yaitu 77 % untuk
satu buku dan 43 % untuk dua buku pada
bambulemen,penelitianTombacdan Victucio
(199I) mempunyai persentase keberhasilan
penbibitanbambutemenyanglebihrendah.
Dari pengamatan pada penanaman
vertikal terlihat kecenderunganbahwa bahan
setek yang mempunyai diameter yang besar
mempunyai keberhasilantumbuh yang lebih
bail daripadayangberdiameterlebihkecil.
Sampai dengan tujuh mingu setelah
tanam(MST), persentasetumbuhbambutemen
WItuk penanaman vertikal adalah 77 %
(Tabel I). Namun, pada akhir percobaan
didapatkan jumlah tunas bambu temen
yang terendah (12.900 cm). Hal ini
menyebabkanbobot kering akar daD bobot
kering tajuknya terendah dibandingkan
perlakuanlainnya (Tabel 2).
Buluh yang digunakanpada percobaan
ini berumur :t 1 tahun, sehinggadidapatkan
basil yang cukup baik. Ini sesuai dengan
pemyataan Boontawe (1988), bahwa buluh
yang berumursatutahun mempunyaiaktivitas
tumbuhyangpalingbesar.
Cars penanamanvertikal memberikan
persentasetumbuh tanamanyang nyata lebih
baik daTi penanaman horizontal sampai
pengamatanminggu ke-7 untuk semuajenis
bambu yang dicoba. Das (1988) menyatakan
bahwaseteksatubuku selainmempWIyaiharga
yang lebih murah, dapat diandalkan daD
mudah.
Bambu temen yang ditanam vertikal
mempunyaibobot kering akar dan tajuk yang
terendah diikuti oleh bambu temen yang
Cara Penanaman. 17
Bul. Agron. 25 (2) : 15-22 (1997)
Tabel PersentaseSetekTumbuhpadaBambuBetung,Andong daDTemenyangDitanamVertikal
danHorizontal
Jumlah tunas setek daDpanjang tunas
terpanjangrata-rata sampai pengamatanke-7
tidak dipengaruhioleh jenis bambu daD cara
penanaman.
Percobaan 2
Pada akhir pengamatan,jumlah tunas,
jumlah ranting, bobot keling akar dan tajuk
tidak dipengharuhioleh cara penanamandan
jenis bambuyangditanam(Tabel3).
Jenis bambu mempengaruhi panjang
rantulg daD panjang tunas. Bambu hitam
mempunyaitunas panjang (5.393 cm) diikuti
betung daDtali, masing-masingberturut-turut
3.842 dan 0.431 cm. Sedangkanpanjang
rantulgbetungdantali tidak berbeda(1.882cm
daD 1.891 cm) tetapi berbedadenganbambu
hitam(1.268cm).
8ambutali tidak tumbuhtunasnyapada
tanamanvertikal, yang berarti carapembibitan
ini tidak cocok untuk bambu tali. Contoh
tanamanyangdiambil untuk bambubetungdaD
hitam yang ditanamvel1ikal tidak mempunyai
akar. Kemungkinandenganpenambahanwaktu
pengamatanakanmemberikanbasil yang lebih
baik.
Dari beberapa percobaan yang telah
dilakukan, diketahui bahwajumlah tunas dan
ranting yang lebih banyak akan menunjukkan
keberhasilantumbuh bibit yang lebih baik.
PadaTabel3 diperolehinformasibahwajumlah
tunasbambu betung dan hitam yang ditanam
ve11ikalmemangsangatrendah.
Bambutali yang ditanamvertikal tidak
tumbuh tunasnya,tetapi tumbuh ranting dan
cabang-cabangbahansetek. Ini sesuaidengan
penemuanStapleton(1985) bahwa, kompetisi
yang besar daTitunas-tunasyang tidak akan
berakarmengurangipembentukanakar. Pem-
bentukanakarterjadipadabuku-bukudasardaTi
cabang, hal ini berbedadaTiyang dikemuka-
kan oleh PROSEA (1995), bahwa akar keluar
daTibuku bu1uh. Panjangranting penanaman
vertika1nyata lebih tinggi dibandingkanyang
ditapam horizontal, tetapi panjang tunas
penanaman horizontal lebih tinggi daTi
penanamanvert~al. Tunaskelihatannyalebih
mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan
dibandingkanran~'ing
Bambu yang ditanam horizontal lebih
baik tumbuhnya dibandingkan yang ditanam
vertikal untuk panjang tunas. Penanaman
horizontal pada bambu hitam mempunyai
panjangtunastertinggi (9.177 cm) yang tidak
berbeda dengan betting (7.294 cm) yang
ditanamhol1zontal,diikuti oleh bambu hitam
yang ditanam vertikal (1.608) cm). Bambu
hitam pertumbuhannyatidak rapat,rumpunnya
biasanyalebih kecil daTijenis-jenisbambulain
karena hanya satu rebung yang muncul daTi
bu1uhyang lama, sedangkanbambu tali bisa
lebih daTidua rebungyang muncul daTibuluh
yanglama(Widjaja, 1987). Keduajenis bambu
ini mempunyai percabangan yang berada
dibagian atas buluh, pada buku 8-11 pada
bambutali danbuku ke-l0 padabambuhitam
(PROSEA, 1995). Kemungkinan besar per-
cabanganyang lebih banyaksampaimendekati
pangkalbuluh,bisadijadikanacuanbahwajenis
atau rumpun bambu tersebut mudah diper-
banyaksecaravegetatif
Kondisi tanamandi pembibitankurang
baik dibandingkanpercobaan1, karenacurah
18SandraArifin Aziz
Bul. Agron. 25 (2) : 15-22(1997)
hujan yang tidak menunjang pada saat
penanamandi bulanJuni,yaitu 593rom(April),
489.6mm(Mei) dan 197.7mm (Juni)perbulan.
Keadaankekeringanini sudahdiusahakanuntuk
diatasi denganpenyiramandi bulan Juni daD
pemberianmulsa.
Keterangan
CaraPenanaman
19
Bul. Agron. 25(2): 15-22(1997)
Tabel3. PanjangTunas,PanjangRanting,lumlah Tunas,lumlah Ranting, Bobot Kering Akar dan
Bobot Kering Tajuk BambuBetung,Hitam danTali yangDitanamVertikal danHorizontal
padaMinggu ke-l 0
Angka-angkayangdiikuti olehhw"Ufkecil yangberbedamerupakanpengaruhinteraksiyangnyataberbeda
pactataraf kesalahanlima persen. Angka-angkayang diikuti oleh huruf besaryang berbedapactakolom
ataubarisyangsarnamerupakanpengaruhfaktortunggalyangnyataberbedapactauji BNT limapersen.
Keterangan
setek buluh dua buku yang ditanam secara
horizontal.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Austin, P. daDK. Veda. 1983. Bamboo. John
WeatherHill, Inc. New York. 216 p.
Aziz, S.A., M. Ghulamahdi daD Adiwinnan.
1991. Kemungkinan cara pembibitan
daD pemberian Rootone F pada
perbanyakan bambu betung (Dendroca-
lamus asper (Shult f) Backer ex
Heyne). Laboratorium Ekotisiologi
Tanaman. Jurusan Budidaya Pe11anian,
Faperta,IPB. Bogor.
Cara penanaman horizontal dengan
bahan setek buluh dua buku lebih baik
dibandingkanpenanamanvertikal satubuku.
Bambu temen mempunyai persentase
tumbuhbibit yanglebih bail (60 %) dibanding-
kan, berturut-turut daTi yang terbaik, bambu
andong56 %, betung52 %, hitam <10 %, dan
tali < 10 %. Bambutali belum dapatditanam
secaravertikal.
Penanamandi musim kemarau tidak
disarankanuntuk carapembibitanini. Kalau-
punalan dilakukansebaiknyadenganmemakai
20SandraArifin Aziz
Bul. Agron. 25 (2) : 15-22 (1997)
Banik, R.L. 1980. PJ'opagationof bambooby
clonal methodsand by seeds. l!1 G.
Lessard & Chouinard (eds.), Bamboo
Research in Asia, p. ]39-]50.
Proceddingof a workshop 28-30 May,
1981. Singapore.
Boontawe,B. 1988.Statusof bambooresearch
and depelopmentIII Thailandl!1 I.V.R.
Rao, R. Guanaharanand C.B. Sastry
(eds.), Bamboo current research.
Proceedingsof The InternationalWork-
shop,14-18Nov, ]988. India.
Manurung,H.D.J. 1991.Pengaruhzatpengatur
tumbuh IAA, ffiA dan NAA terhadap
pertumbuhan setek cabang bambu
betting (Dendrocalamusasper (Schult
f) Backer ex Heyne). Karya Ilmiah.
Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta,
IPB. Bogor.
Ma NaizunandZhanWenyan. 1996. Bamboo
siviculture. l!1 Fu Maoyi and Xiao
Jinghua(eds.),p. 34-43,Cultivationand
Utilization on Bamboos. The Research
Institute of Subtripical Foresty, Tha
Chinese'Academy of Forestry. P.R
Shina.
Mc. Clure, F.A. 1966. The bamboos- a fresh
perspective. HaJvardUniversity Press.
Cambridge,Masschusetts.347halo
Prastowomanan, H. ]962. Kemungkinan
bambu untuk memenuhi kebutuhan
bahan mentah pabrik kertas. Lembaga
Penelitian Kehutanan. Bogor. 132halo
Bumarlong, A.A. ]980. Country report of
Philliphines. l!1 G. Lessardsand A.
Chouinard (eds.), Bamboo Resarchin
Asia. p. 69-80. Proceedingsof a
workshop28-30May 1980.Singapore.
Oai Qihui. ]996. OrientationCultivation of
Bamboos. l!1 I.V.R. Rao, R.
Guanaharanand C.B. Sastry (eds.),
Bamboo currentresearch. Proceedings
of The International Wokshop, ]4-] 8
Nov, 1988. India.
Pr'osea.1995. Bamboo.l!! S.Dt'ansfieldandE.
A. Widjaya (eds.), Plant Resourcesof
South East Asia no. 7. Backhuiys,
Liedeu. 189p.
PUIllama, B.G. 1995. Pengaruh pupuk
Gandasil-D terhadap keberhasilan
perakaran setek batang bambu
sembilang (Delldrocalamus gigallteus
Munro). Karya Ilmia. Jurusan
Budidaya Pel1anian, Faperta, IPB.
Bogor.
Sindoesoewamo,R.D. 1963. PenanamandaD
penebangan barnbu dalarn hutan
Kalisetail. LaporanLembagaPenelitian
Hutan.bogor.
Stapleton, C.M.A. 1985. Studies on vegetative
propagation of Bambusa and dendro-
calamus species by culm cuttings. In
A.N. Rao; C. Dhanarajan, and C.B.
Sustl"y (eds.), p. 146-]59, Recent
Resarchon Bamboo. Proceeding of the
111tema-tionalBamboo Wokshop, Oct 6-
14, 1985. Hongshore, P.R.China.
Das, A.N. 1988. Bamboo research in Nepal. In
Fu Maoyi and Xiao Jianghua (eds.), p.
44-54, Cultivation and Utilization on
Bamboos. The Research Institute of
Subtropical Forestry, The Chinese
Academy of Forestry. P.R. China.
Farelly, D. 1984. The book of bamboo. Sierra
Club books. San Fransisco. 322 p.
Haris, R.Z. 1992. Pengaruh jumlah buku
terhadap keberhasilan set~k bambu
andong. Karya ilmia. Jurusan Budidaya
Pertanian, Faperta, IPB. Bogor.
Hasan, S.M. 1980. Lesson from past studies on
the propagation of bamboo. In G.
Lessard and A. Chouinard (eds.),
Bamboo Research in Asia. P. 131-]38.
Proceeding of a workshop 28-30 May,
1980. Singapore.
Cara Penanam,Ul
21
Bul. Agron. 25 (2) : 15-22 (1997)
Widjaya, E.A. 1987. Arevision of Ma1esian
Gigantochloa (Poacea Bambosoidae).
Reinwardtia,vol 10,part 3. 1987:291-
380.
Sutiyono. Hendromono,M. Warkani daD I.
Sukardi. 1992. Teknik budidaya
tanamanbambu. BadanPenelitiandaD
PengembanganKehutanan. Bogor. 13
halo
Ucapan Terima Kasih
Ucapanterima kasihpenulis sampaikan
kepada Direktorat PembinaanPenelitian dan
Pengabdianpada Masyarakat,Direktorat Jen-
deralPendidikanTinggi, Depa11emenpendidik-
an dan Kebudayaan,Republik Indonesia,yang
telahmembiayaipenelitianini lewatdanaHibah
BersaingIll. Tak lupa pula penulis menyam-
paikan terima kasih kepadaJohan dan Yuda
Kurniawan yang telah membantu pada
pelaksanaanpercobaanini.
Suyanto,A. 1992. Pengaruhjumlah terhadap
keberhasi]ansetekbambutemen. Karya
llmiah. Jurusan Budidaya Pertanian,
Faperta,IPB. Bogor.
Tamboc, C.C and F.D. Virtucia. 1991.
Bamboo researchand depelopmentin
the Phillipines. ill Bamb9oin Asia and
Pasific. Nov, 27-30. IDRC-FAO and
UNDP. 1995.
Uchimura,E. 1980. Ba,mboocuitivar. ~G.
Lessard and A.'c"Chouinard (eds.),
BambooResearchin i:sia. Proceedings
of a Workshop 28-30 May, 1980.
Singapore.
22
SandraArifin Aziz

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JENUH AIR PADA TANAMAN PADI DAN KEDELAI UNTUK ME...
PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JENUH AIR PADA TANAMAN PADI DAN KEDELAI UNTUK ME...PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JENUH AIR PADA TANAMAN PADI DAN KEDELAI UNTUK ME...
PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JENUH AIR PADA TANAMAN PADI DAN KEDELAI UNTUK ME...
Repository Ipb
 
Acara ii persemaian
Acara ii persemaianAcara ii persemaian
Acara ii persemaian
perdos5 cuy
 

Mais procurados (18)

PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JENUH AIR PADA TANAMAN PADI DAN KEDELAI UNTUK ME...
PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JENUH AIR PADA TANAMAN PADI DAN KEDELAI UNTUK ME...PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JENUH AIR PADA TANAMAN PADI DAN KEDELAI UNTUK ME...
PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA JENUH AIR PADA TANAMAN PADI DAN KEDELAI UNTUK ME...
 
Acara ii persemaian
Acara ii persemaianAcara ii persemaian
Acara ii persemaian
 
Persemaian tanaman
Persemaian tanamanPersemaian tanaman
Persemaian tanaman
 
Mpt 2 konsep pembuatan varietas
Mpt 2 konsep pembuatan varietasMpt 2 konsep pembuatan varietas
Mpt 2 konsep pembuatan varietas
 
Laporan praktikum
Laporan praktikumLaporan praktikum
Laporan praktikum
 
Journal irvandra
Journal irvandraJournal irvandra
Journal irvandra
 
Tahapan budidaya hijauan pakan
Tahapan budidaya hijauan pakanTahapan budidaya hijauan pakan
Tahapan budidaya hijauan pakan
 
HAND-OUT KULIAH BUDIDAYA TANAMAN PANGAN D3-PSL UNSOED Bab 3 budidaya padi
HAND-OUT KULIAH BUDIDAYA TANAMAN PANGAN D3-PSL UNSOED Bab 3 budidaya padiHAND-OUT KULIAH BUDIDAYA TANAMAN PANGAN D3-PSL UNSOED Bab 3 budidaya padi
HAND-OUT KULIAH BUDIDAYA TANAMAN PANGAN D3-PSL UNSOED Bab 3 budidaya padi
 
Acara vii
Acara viiAcara vii
Acara vii
 
Teknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman panganTeknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman pangan
 
Proposal jagung
Proposal jagungProposal jagung
Proposal jagung
 
Padi
PadiPadi
Padi
 
Proposal jagung di kabupaten muna
Proposal jagung di kabupaten munaProposal jagung di kabupaten muna
Proposal jagung di kabupaten muna
 
Penelitian pisang
Penelitian pisangPenelitian pisang
Penelitian pisang
 
D010202
D010202D010202
D010202
 
POLA TANAM AGROFORESTI
POLA TANAM AGROFORESTIPOLA TANAM AGROFORESTI
POLA TANAM AGROFORESTI
 
13 55-1-pb
13 55-1-pb13 55-1-pb
13 55-1-pb
 
TEKNO EKONOMI BUDIDA YA TANAMAN PENGHASIL ENERGI ALTERNATIF
TEKNO EKONOMI BUDIDA YA TANAMAN PENGHASIL ENERGI ALTERNATIFTEKNO EKONOMI BUDIDA YA TANAMAN PENGHASIL ENERGI ALTERNATIF
TEKNO EKONOMI BUDIDA YA TANAMAN PENGHASIL ENERGI ALTERNATIF
 

Destaque

Pediatric Trauma-FINAL
Pediatric Trauma-FINALPediatric Trauma-FINAL
Pediatric Trauma-FINAL
aalthekair
 
Models de negoci @estrategica
Models de negoci   @estrategicaModels de negoci   @estrategica
Models de negoci @estrategica
IQS Barcelona
 
โรคปอดฝุ่นทราย
โรคปอดฝุ่นทรายโรคปอดฝุ่นทราย
โรคปอดฝุ่นทราย
Wan Ngamwongwan
 

Destaque (20)

Matrix Reimprinting for Forgiving the Unforgivable
Matrix Reimprinting for Forgiving the UnforgivableMatrix Reimprinting for Forgiving the Unforgivable
Matrix Reimprinting for Forgiving the Unforgivable
 
Tieptuyen
TieptuyenTieptuyen
Tieptuyen
 
Il settore agroalimentare e le sfide ambientali ed energetiche
Il settore agroalimentare e le sfide ambientali ed energeticheIl settore agroalimentare e le sfide ambientali ed energetiche
Il settore agroalimentare e le sfide ambientali ed energetiche
 
Pediatric Trauma-FINAL
Pediatric Trauma-FINALPediatric Trauma-FINAL
Pediatric Trauma-FINAL
 
Building the Team Building the Brand
Building the Team Building the BrandBuilding the Team Building the Brand
Building the Team Building the Brand
 
Models de negoci @estrategica
Models de negoci   @estrategicaModels de negoci   @estrategica
Models de negoci @estrategica
 
2010_PMC Neurological Disease
2010_PMC Neurological Disease2010_PMC Neurological Disease
2010_PMC Neurological Disease
 
โรคปอดฝุ่นทราย
โรคปอดฝุ่นทรายโรคปอดฝุ่นทราย
โรคปอดฝุ่นทราย
 
Review Perbandingan UU Minerba No. 11 Th. 1967 VS UU No.4 Th. 2009
Review Perbandingan UU Minerba No. 11 Th. 1967 VS UU No.4 Th. 2009Review Perbandingan UU Minerba No. 11 Th. 1967 VS UU No.4 Th. 2009
Review Perbandingan UU Minerba No. 11 Th. 1967 VS UU No.4 Th. 2009
 
Qué es marketing
Qué es marketingQué es marketing
Qué es marketing
 
Presentation Social Media Day
Presentation Social Media DayPresentation Social Media Day
Presentation Social Media Day
 
Apparent Life Threatening Events
Apparent Life Threatening EventsApparent Life Threatening Events
Apparent Life Threatening Events
 
Lydia Proschinger Matrix Reimprinting 20 april 2013
Lydia Proschinger Matrix Reimprinting 20 april 2013Lydia Proschinger Matrix Reimprinting 20 april 2013
Lydia Proschinger Matrix Reimprinting 20 april 2013
 
Things You Want See
Things You Want SeeThings You Want See
Things You Want See
 
Team building
Team buildingTeam building
Team building
 
How to make your wife happy
How to make your wife happyHow to make your wife happy
How to make your wife happy
 
تسجيل
تسجيلتسجيل
تسجيل
 
Trello - 規劃工作與生活的管理工具
Trello - 規劃工作與生活的管理工具Trello - 規劃工作與生活的管理工具
Trello - 規劃工作與生活的管理工具
 
LUIS FERNANDO MARIN
LUIS FERNANDO MARINLUIS FERNANDO MARIN
LUIS FERNANDO MARIN
 
LUIS FERNANDO MARIN
LUIS FERNANDO MARINLUIS FERNANDO MARIN
LUIS FERNANDO MARIN
 

Semelhante a 2.3

POLA TANAM PROPAGUL DAN BIBIT Rhizophora stylosa Griff..pdf
POLA TANAM PROPAGUL DAN BIBIT Rhizophora stylosa Griff..pdfPOLA TANAM PROPAGUL DAN BIBIT Rhizophora stylosa Griff..pdf
POLA TANAM PROPAGUL DAN BIBIT Rhizophora stylosa Griff..pdf
adityarahman81
 
112-181-2-PB.Pdf
112-181-2-PB.Pdf112-181-2-PB.Pdf
112-181-2-PB.Pdf
febjoki
 
3557-Article Text-16025-1-10-20230629 (1).pdf
3557-Article Text-16025-1-10-20230629 (1).pdf3557-Article Text-16025-1-10-20230629 (1).pdf
3557-Article Text-16025-1-10-20230629 (1).pdf
MuhammadSarif8
 
Kuliah 6 dda (materi 3)
Kuliah 6 dda (materi 3)Kuliah 6 dda (materi 3)
Kuliah 6 dda (materi 3)
Asmar Wiranto
 
Kuliah 6 dda (materi 3)
Kuliah 6 dda (materi 3)Kuliah 6 dda (materi 3)
Kuliah 6 dda (materi 3)
Asmar Wiranto
 
ABU SEKAM PADI.pdf
ABU SEKAM PADI.pdfABU SEKAM PADI.pdf
ABU SEKAM PADI.pdf
RisWandi38
 

Semelhante a 2.3 (14)

POLA TANAM PROPAGUL DAN BIBIT Rhizophora stylosa Griff..pdf
POLA TANAM PROPAGUL DAN BIBIT Rhizophora stylosa Griff..pdfPOLA TANAM PROPAGUL DAN BIBIT Rhizophora stylosa Griff..pdf
POLA TANAM PROPAGUL DAN BIBIT Rhizophora stylosa Griff..pdf
 
Arti penting gulma
Arti penting gulmaArti penting gulma
Arti penting gulma
 
Arti penting gulma
Arti penting gulmaArti penting gulma
Arti penting gulma
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
 
Tugas makalah
Tugas makalahTugas makalah
Tugas makalah
 
Makalah_34 Makalah presentasi gulma kel 5
Makalah_34 Makalah presentasi gulma kel 5Makalah_34 Makalah presentasi gulma kel 5
Makalah_34 Makalah presentasi gulma kel 5
 
112-181-2-PB.Pdf
112-181-2-PB.Pdf112-181-2-PB.Pdf
112-181-2-PB.Pdf
 
Laporan vegetatif tanaman puring
Laporan vegetatif tanaman puringLaporan vegetatif tanaman puring
Laporan vegetatif tanaman puring
 
3557-Article Text-16025-1-10-20230629 (1).pdf
3557-Article Text-16025-1-10-20230629 (1).pdf3557-Article Text-16025-1-10-20230629 (1).pdf
3557-Article Text-16025-1-10-20230629 (1).pdf
 
Kuliah 6 dda (materi 3)
Kuliah 6 dda (materi 3)Kuliah 6 dda (materi 3)
Kuliah 6 dda (materi 3)
 
Kuliah 6 dda (materi 3)
Kuliah 6 dda (materi 3)Kuliah 6 dda (materi 3)
Kuliah 6 dda (materi 3)
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
ABU SEKAM PADI.pdf
ABU SEKAM PADI.pdfABU SEKAM PADI.pdf
ABU SEKAM PADI.pdf
 
Presentasi no 5 4_perspektif benih tanaman rempah dan obat di indonesia
Presentasi no 5 4_perspektif benih tanaman rempah dan obat di indonesiaPresentasi no 5 4_perspektif benih tanaman rempah dan obat di indonesia
Presentasi no 5 4_perspektif benih tanaman rempah dan obat di indonesia
 

2.3

  • 1. Bul. Agron. 25 (2) :15-22 (1997) CARA PENANAMAN SETEK BULUH BAMBU BETUNG, ANDONG, TEMEN, HITAM, DAN TALI (Planting Method of Culm Cuttings of Dendrocalnmus asper, Gignntochlonpsrudoarundinacea, Gigantochloa niter, Gigantochloa atroviolnceae nnd Gigantoclrlonnpus) Sandra Arifin Aziz 1) ABSTRACT Experiments of the planting method of two nodes culm cuttings horizontally and one node culm vertically were carried out on Dendrocalamus asper, Gigantochloapseudoarundinacea, and G. atter (Experiment l), and D. asper, G. atroviolacea, and G. apus (Experiment 2). Factorial Randomized Block Design were used, with the first factor: planting method of two nodes culm cuttings horizontally and one node culm cuttings vertically and bamboo species as the second factor. All combinations were replicated four times. Two nodes culm cuttings planted horizontally was better than one node culm cuttings planted vertically. Gigantochloa atter had the best growth percentage (60 %) and followed by G. pseu- doarundinacea 56 %, D. asper 52 %, G. atroviolncea and G. opus < 10 %. G. apus could not be propagated vertically. Vertical planting with one node in the dry season is not advisable. RINGKASAN Percobaan penanaman setek buluh secara horizontal dua buku dan vertikal satu buku dilakukan pada bambu betung, andong, temen (percobaan l), betung, hitam dan tali (percobaan 2). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial, dengan faktor pertama : cara penanaman setek buluh dua buku secara horizontal dan setek buluh satu buku secara vertikal danjenis bambu sebagai faktor kedua. Semua kombinasi perlakuan diulang empat kali. Didapatkan bahwa penanaman setek buluh dua buku secara horizontal lebih baik dari setek buluh satu buku secara vertikal. Bambu temen mempunyai persentase turnbuh terbaik (60 %) diikuti berturut-turut oleh barnbu andong 56 %, betung 52%, hitam dan tali < 10 %. Bambu tali belum dapat ditanam secara vertikal. Penanaman secara vertikal tidak disarankan di musim kemarau. PENDAHULUAN Bambu dapat diperbanyak baik secara generatif maupun secara vegetatif. Pembiakan bambu dengan cara generatif mempunyai kendala karena sulit mendapatkan biji bambu. Pembiakan yang umum dilaksanakan pada bambu adalah dengan cara vegetatif. Ter- dapat beberapa cara pembiakan secara vegetatif, yaitu dengan menggunakan anakan atau offset (Banik, 1980), setek buluh, setek cabang dan teknik kultur jaringan (Mc. Clure, 1966; Hasan, 1980;Farelly, 1984). Penggunaan offset dianggap terlalu berat. bulky, sulit ditransportasikan dan setlap rumpun induk hanya bisa menyediakan bahan yang terbatas (Banik, 1980).Di lain pihak tingkat keberhasilannya relatif tinggi (Sindoesoewarno, 1963; Sutiyono et al. 1984). Karena kerugian-kerugian di atas, penggunaan akar rimpang sebagai bahan perbanyakan dalam skala besar menjadi tidak praktis (Hasan, 1980). ' ~ t a f~urusanBudidaya Pertanian, Faperta IPB
  • 2. Bul. Agron. 25 (2) : 15-22(1997) adalah33.75%, sedangkanpenanamanvertikal hanya21 % (Aziz et al. 1991). Pumama(1995) menemukanbahwa hanya 16 % yang mampu berakardari setekyangbertunas(88.33%) pada bambusembilang(D. giganteus). Dari hasi1penelitianMc. ClUTe(1996) diketahuibahwasetekbu1uhBambusavulgaris menunjukkan peningkatan vitalitas sampai umur buluh lima tahun. Banik (1980) dan Austin dan Veda (1983) menyatakanbahwa setekbuluh D. strictus yang bernmur kurang daTiduatahunmemberikanbasilterbaik. Penanaman setek buluh dapat dilakukandengantiga caravertikal, miring, clan horizontal(Mc. CluTe,1966;Austin clanVeda, 1983;Ma Naixun clanZhanWenyan,1996;Oai Qihui, 1996). MenurutAziz etal. (1991) pada bambubetung,kecepatanmunculnyatunasbarn clanpertumbuhanakar sertatajuk, relatif lebih cep.at pada penanaman horizontal. Namun demikian pertumbuhan akar clan tajuk dari penanaman vertikal jauh lebih bait dari penanamanhorizontal. Beberapabasilpenelitianmenunjukkan bahwa air clankelembabanmerupakanfaktoT yang paling penting dalam pembibitan (Aziz et al. 1991 ; Manurung, 1991 ; Haris, 1992 ; Suyanto,1992). Menurut Sindoesoewamo (1963), pembiakan vegetatif dengan menggunakan setekbu1uhmempunyai keuntungan, yaitu tidak per1umerusak atau membongkar rumpun yang ada daD daTi satu buluh dapat diperoleh beberapa bibit. Menurut Prastowomanan ( 1962), keuntungan lain daTisetek bu1uhadalah bibit dapat dipero1eh relatif 1ebih mudah daD murah, waktu pengambilan 1ebih cepat, memungkinkan pembiakan bagi areal yang 1uas daD untuk setek tidur pembentukan rumpun lebih cepat. Kerugiannya adalah persentase tumbuhnya 1ebihrendah daripada offset, kurang tahan kekeringan dan karena dalam ruas- ruasnya tidak cukup tersimpan zat cadangan makanan, kemampuan tumbuhnya kecil (Sindoesoewamo, 1963). Menurut Farelly (1984), keberhasilan penanaman bambu dengan setek bu1uh bergantung pada species bambu yang digunakan, posisi bu1uhdaDumur buluh. Perbanyakan dengan ouluh menurut Uchimura (1980) daD Aziz, Ghu1amahdi daD Adiwirman (1991) merupakan cara perbanyakan yang sejauh ini berhasil untuk jenis bambu simpodia1 yang mudah berakar. Sedangkan perbanyakan dengan menggunakan cabang menurut Hasan (1980) clan Aziz, et al. (1991)kurang berhasil. Bambu ampe1 (Bambusa vulgaris) dikenal mudah diperbanyak dengan setekbuluh, sementara tingkat keberhasilan setek buluh bambu temen (Gigantochola atter), bambu andong (G. pseudoarundinacea) daD bambu betung (Dendrocalamus asper) adalah rendah (Prastowomanan, 1962; Haris, 1992; Suyatno, 1992). BAHANDAN METODE Penelitian ini terdiri daTi dua percobaan,yaitu nercobaan I, pada bambu betung, andongdan temen, dilakukan mulai bulan November 1994 sampaiFebruari 1995, dan nercobaan2 pada bambu tali, hitam dan betungdilakukanmulai bulanApril sampaiJuni 1995. Kedua percobaan menggunakan RancanganAcak Kelompok Faktorial dengan faktor pertama : penanamansetek buluh dua buku secarahorizontal clan setek buluh satu buku secaravertikal, clanfaktor kedua : jenis bambu. Setiap kombinasi perlakuan diulang empatkali clanmasing-masingterdiri dari 10 setekbuluh. MenurutAziz et al. (1991),kemungkin- an bahansetek buluh denganumur clanbagi- an buluh yang berbeda akan menghasil- kankeberhasilanyangberbeda.Setekdari bagi- an tengah clan ujung buluh memberikanha- .sil yang lebih baik dibandingkan dengan pangkal (Bumarlong,1980; Aziz, et al. 1991; Suyanto,1992). Keberhasilan perbanyakan bambu betungdaTisetekbuluh yangditanamhorizontal SandraArifm Aziz 16
  • 3. Bul. Agron. 25(2) : 15-22(1997) Setek yang ditanam, bail horizontal maupun vertikal diberi air ke dalarn ruas- ruasnya,kemudian ditanam. Penanamanhori- zontaldilakukan ::t 10 cmdi bawahpermukaan tanah, sedangkan vertikal, bukunya berada :t 10 cm dibawah permukaantanah. Lubang pada bambu yang ditanam vertikal kemudian ditutupdenganplastik. Setelah ditanam, permukaan tanah ditutup denganjerami padi, agar kelembaban tanahternsteljaga. Pengamatandilakukan pada persen- tase tumbuh, waktu keluar tunas, jumlah tunas/setek, panjang tunas, jumlah ranting, panjangranting,bobotkeringakarclantajuk. BASIL DAN PEMBABASAN Percobaan1 ditanamhorizontal pada akhir percobaan.Hal ini menunjukkanbahwawalaupunpada7 MST persentumbuh penanamanvertikal nyata lebih tinggi (67.33 %) dibandingkan penanaman horizontal(44.33 %), tetapi kondisipenanaman vertikal tidak menunjang pertumbuhanbibit. Diperkirakanhal ini disebabkanoleh kelemba- ban disekitar setek yang kurang pada per- tumbuhan vertikal dibandingkan penanaman horizontal. Buluh yang digunakanpada percobaan ini berumur ::!: 1 tahun, sehinggadidapatkan basil yang cukup bail. Ini sesuai dengan pemyataan Boontawe (1988), bahwa buluh yang berumur satutahun mempunyaiaktivitas tumbuhyangpalingbesar. Cara penanamanvertikal memberikan persentasetumbuh tanamanyang nyata lebih bail daTi penanaman horizontal sampai pengamatanminggu ke-7 untuk semuajenis bambu yang dicoba. Das (1988) menyatakan bahwaseteksatubuku selainmempunyaiharga yang lebih murah, dapat diandalkan daD mudah ditransportasikan, juga mempunyai keberhasilanpembibitanyangtinggi. Persentasetumbuh yang jauh lebih besar daTi basil percobaansebelumnyapada tahun1989(Aziz ef al., 1991)yangdilakukan pada bambu betung (vertikal 21 % dan horizontal 33.75 %) diperkirakan akibat perlakuanbahan setek yang lebih berhati-hati daTi saat penebangansampai penanamandi percobaan,yaitu denganmenjagakelembaban daTibahansetektersebut. TambacdanVictucio (1991)menyatakanbahwasetekbuluhduabuku mempunyaikeberhasilantumbuh yang tinggi padabambuampeldanbetung,sedangkansetek satubuku hanyapadabambuanpel. Berbeda denganbasil penelitian ini yaitu 77 % untuk satu buku dan 43 % untuk dua buku pada bambulemen,penelitianTombacdan Victucio (199I) mempunyai persentase keberhasilan penbibitanbambutemenyanglebihrendah. Dari pengamatan pada penanaman vertikal terlihat kecenderunganbahwa bahan setek yang mempunyai diameter yang besar mempunyai keberhasilantumbuh yang lebih bail daripadayangberdiameterlebihkecil. Sampai dengan tujuh mingu setelah tanam(MST), persentasetumbuhbambutemen WItuk penanaman vertikal adalah 77 % (Tabel I). Namun, pada akhir percobaan didapatkan jumlah tunas bambu temen yang terendah (12.900 cm). Hal ini menyebabkanbobot kering akar daD bobot kering tajuknya terendah dibandingkan perlakuanlainnya (Tabel 2). Buluh yang digunakanpada percobaan ini berumur :t 1 tahun, sehinggadidapatkan basil yang cukup baik. Ini sesuai dengan pemyataan Boontawe (1988), bahwa buluh yang berumursatutahun mempunyaiaktivitas tumbuhyangpalingbesar. Cars penanamanvertikal memberikan persentasetumbuh tanamanyang nyata lebih baik daTi penanaman horizontal sampai pengamatanminggu ke-7 untuk semuajenis bambu yang dicoba. Das (1988) menyatakan bahwaseteksatubuku selainmempWIyaiharga yang lebih murah, dapat diandalkan daD mudah. Bambu temen yang ditanam vertikal mempunyaibobot kering akar dan tajuk yang terendah diikuti oleh bambu temen yang Cara Penanaman. 17
  • 4. Bul. Agron. 25 (2) : 15-22 (1997) Tabel PersentaseSetekTumbuhpadaBambuBetung,Andong daDTemenyangDitanamVertikal danHorizontal Jumlah tunas setek daDpanjang tunas terpanjangrata-rata sampai pengamatanke-7 tidak dipengaruhioleh jenis bambu daD cara penanaman. Percobaan 2 Pada akhir pengamatan,jumlah tunas, jumlah ranting, bobot keling akar dan tajuk tidak dipengharuhioleh cara penanamandan jenis bambuyangditanam(Tabel3). Jenis bambu mempengaruhi panjang rantulg daD panjang tunas. Bambu hitam mempunyaitunas panjang (5.393 cm) diikuti betung daDtali, masing-masingberturut-turut 3.842 dan 0.431 cm. Sedangkanpanjang rantulgbetungdantali tidak berbeda(1.882cm daD 1.891 cm) tetapi berbedadenganbambu hitam(1.268cm). 8ambutali tidak tumbuhtunasnyapada tanamanvertikal, yang berarti carapembibitan ini tidak cocok untuk bambu tali. Contoh tanamanyangdiambil untuk bambubetungdaD hitam yang ditanamvel1ikal tidak mempunyai akar. Kemungkinandenganpenambahanwaktu pengamatanakanmemberikanbasil yang lebih baik. Dari beberapa percobaan yang telah dilakukan, diketahui bahwajumlah tunas dan ranting yang lebih banyak akan menunjukkan keberhasilantumbuh bibit yang lebih baik. PadaTabel3 diperolehinformasibahwajumlah tunasbambu betung dan hitam yang ditanam ve11ikalmemangsangatrendah. Bambutali yang ditanamvertikal tidak tumbuh tunasnya,tetapi tumbuh ranting dan cabang-cabangbahansetek. Ini sesuaidengan penemuanStapleton(1985) bahwa, kompetisi yang besar daTitunas-tunasyang tidak akan berakarmengurangipembentukanakar. Pem- bentukanakarterjadipadabuku-bukudasardaTi cabang, hal ini berbedadaTiyang dikemuka- kan oleh PROSEA (1995), bahwa akar keluar daTibuku bu1uh. Panjangranting penanaman vertika1nyata lebih tinggi dibandingkanyang ditapam horizontal, tetapi panjang tunas penanaman horizontal lebih tinggi daTi penanamanvert~al. Tunaskelihatannyalebih mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan dibandingkanran~'ing Bambu yang ditanam horizontal lebih baik tumbuhnya dibandingkan yang ditanam vertikal untuk panjang tunas. Penanaman horizontal pada bambu hitam mempunyai panjangtunastertinggi (9.177 cm) yang tidak berbeda dengan betting (7.294 cm) yang ditanamhol1zontal,diikuti oleh bambu hitam yang ditanam vertikal (1.608) cm). Bambu hitam pertumbuhannyatidak rapat,rumpunnya biasanyalebih kecil daTijenis-jenisbambulain karena hanya satu rebung yang muncul daTi bu1uhyang lama, sedangkanbambu tali bisa lebih daTidua rebungyang muncul daTibuluh yanglama(Widjaja, 1987). Keduajenis bambu ini mempunyai percabangan yang berada dibagian atas buluh, pada buku 8-11 pada bambutali danbuku ke-l0 padabambuhitam (PROSEA, 1995). Kemungkinan besar per- cabanganyang lebih banyaksampaimendekati pangkalbuluh,bisadijadikanacuanbahwajenis atau rumpun bambu tersebut mudah diper- banyaksecaravegetatif Kondisi tanamandi pembibitankurang baik dibandingkanpercobaan1, karenacurah 18SandraArifin Aziz
  • 5. Bul. Agron. 25 (2) : 15-22(1997) hujan yang tidak menunjang pada saat penanamandi bulanJuni,yaitu 593rom(April), 489.6mm(Mei) dan 197.7mm (Juni)perbulan. Keadaankekeringanini sudahdiusahakanuntuk diatasi denganpenyiramandi bulan Juni daD pemberianmulsa. Keterangan CaraPenanaman 19
  • 6. Bul. Agron. 25(2): 15-22(1997) Tabel3. PanjangTunas,PanjangRanting,lumlah Tunas,lumlah Ranting, Bobot Kering Akar dan Bobot Kering Tajuk BambuBetung,Hitam danTali yangDitanamVertikal danHorizontal padaMinggu ke-l 0 Angka-angkayangdiikuti olehhw"Ufkecil yangberbedamerupakanpengaruhinteraksiyangnyataberbeda pactataraf kesalahanlima persen. Angka-angkayang diikuti oleh huruf besaryang berbedapactakolom ataubarisyangsarnamerupakanpengaruhfaktortunggalyangnyataberbedapactauji BNT limapersen. Keterangan setek buluh dua buku yang ditanam secara horizontal. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA Austin, P. daDK. Veda. 1983. Bamboo. John WeatherHill, Inc. New York. 216 p. Aziz, S.A., M. Ghulamahdi daD Adiwinnan. 1991. Kemungkinan cara pembibitan daD pemberian Rootone F pada perbanyakan bambu betung (Dendroca- lamus asper (Shult f) Backer ex Heyne). Laboratorium Ekotisiologi Tanaman. Jurusan Budidaya Pe11anian, Faperta,IPB. Bogor. Cara penanaman horizontal dengan bahan setek buluh dua buku lebih baik dibandingkanpenanamanvertikal satubuku. Bambu temen mempunyai persentase tumbuhbibit yanglebih bail (60 %) dibanding- kan, berturut-turut daTi yang terbaik, bambu andong56 %, betung52 %, hitam <10 %, dan tali < 10 %. Bambutali belum dapatditanam secaravertikal. Penanamandi musim kemarau tidak disarankanuntuk carapembibitanini. Kalau- punalan dilakukansebaiknyadenganmemakai 20SandraArifin Aziz
  • 7. Bul. Agron. 25 (2) : 15-22 (1997) Banik, R.L. 1980. PJ'opagationof bambooby clonal methodsand by seeds. l!1 G. Lessard & Chouinard (eds.), Bamboo Research in Asia, p. ]39-]50. Proceddingof a workshop 28-30 May, 1981. Singapore. Boontawe,B. 1988.Statusof bambooresearch and depelopmentIII Thailandl!1 I.V.R. Rao, R. Guanaharanand C.B. Sastry (eds.), Bamboo current research. Proceedingsof The InternationalWork- shop,14-18Nov, ]988. India. Manurung,H.D.J. 1991.Pengaruhzatpengatur tumbuh IAA, ffiA dan NAA terhadap pertumbuhan setek cabang bambu betting (Dendrocalamusasper (Schult f) Backer ex Heyne). Karya Ilmiah. Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta, IPB. Bogor. Ma NaizunandZhanWenyan. 1996. Bamboo siviculture. l!1 Fu Maoyi and Xiao Jinghua(eds.),p. 34-43,Cultivationand Utilization on Bamboos. The Research Institute of Subtripical Foresty, Tha Chinese'Academy of Forestry. P.R Shina. Mc. Clure, F.A. 1966. The bamboos- a fresh perspective. HaJvardUniversity Press. Cambridge,Masschusetts.347halo Prastowomanan, H. ]962. Kemungkinan bambu untuk memenuhi kebutuhan bahan mentah pabrik kertas. Lembaga Penelitian Kehutanan. Bogor. 132halo Bumarlong, A.A. ]980. Country report of Philliphines. l!1 G. Lessardsand A. Chouinard (eds.), Bamboo Resarchin Asia. p. 69-80. Proceedingsof a workshop28-30May 1980.Singapore. Oai Qihui. ]996. OrientationCultivation of Bamboos. l!1 I.V.R. Rao, R. Guanaharanand C.B. Sastry (eds.), Bamboo currentresearch. Proceedings of The International Wokshop, ]4-] 8 Nov, 1988. India. Pr'osea.1995. Bamboo.l!! S.Dt'ansfieldandE. A. Widjaya (eds.), Plant Resourcesof South East Asia no. 7. Backhuiys, Liedeu. 189p. PUIllama, B.G. 1995. Pengaruh pupuk Gandasil-D terhadap keberhasilan perakaran setek batang bambu sembilang (Delldrocalamus gigallteus Munro). Karya Ilmia. Jurusan Budidaya Pel1anian, Faperta, IPB. Bogor. Sindoesoewamo,R.D. 1963. PenanamandaD penebangan barnbu dalarn hutan Kalisetail. LaporanLembagaPenelitian Hutan.bogor. Stapleton, C.M.A. 1985. Studies on vegetative propagation of Bambusa and dendro- calamus species by culm cuttings. In A.N. Rao; C. Dhanarajan, and C.B. Sustl"y (eds.), p. 146-]59, Recent Resarchon Bamboo. Proceeding of the 111tema-tionalBamboo Wokshop, Oct 6- 14, 1985. Hongshore, P.R.China. Das, A.N. 1988. Bamboo research in Nepal. In Fu Maoyi and Xiao Jianghua (eds.), p. 44-54, Cultivation and Utilization on Bamboos. The Research Institute of Subtropical Forestry, The Chinese Academy of Forestry. P.R. China. Farelly, D. 1984. The book of bamboo. Sierra Club books. San Fransisco. 322 p. Haris, R.Z. 1992. Pengaruh jumlah buku terhadap keberhasilan set~k bambu andong. Karya ilmia. Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta, IPB. Bogor. Hasan, S.M. 1980. Lesson from past studies on the propagation of bamboo. In G. Lessard and A. Chouinard (eds.), Bamboo Research in Asia. P. 131-]38. Proceeding of a workshop 28-30 May, 1980. Singapore. Cara Penanam,Ul 21
  • 8. Bul. Agron. 25 (2) : 15-22 (1997) Widjaya, E.A. 1987. Arevision of Ma1esian Gigantochloa (Poacea Bambosoidae). Reinwardtia,vol 10,part 3. 1987:291- 380. Sutiyono. Hendromono,M. Warkani daD I. Sukardi. 1992. Teknik budidaya tanamanbambu. BadanPenelitiandaD PengembanganKehutanan. Bogor. 13 halo Ucapan Terima Kasih Ucapanterima kasihpenulis sampaikan kepada Direktorat PembinaanPenelitian dan Pengabdianpada Masyarakat,Direktorat Jen- deralPendidikanTinggi, Depa11emenpendidik- an dan Kebudayaan,Republik Indonesia,yang telahmembiayaipenelitianini lewatdanaHibah BersaingIll. Tak lupa pula penulis menyam- paikan terima kasih kepadaJohan dan Yuda Kurniawan yang telah membantu pada pelaksanaanpercobaanini. Suyanto,A. 1992. Pengaruhjumlah terhadap keberhasi]ansetekbambutemen. Karya llmiah. Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta,IPB. Bogor. Tamboc, C.C and F.D. Virtucia. 1991. Bamboo researchand depelopmentin the Phillipines. ill Bamb9oin Asia and Pasific. Nov, 27-30. IDRC-FAO and UNDP. 1995. Uchimura,E. 1980. Ba,mboocuitivar. ~G. Lessard and A.'c"Chouinard (eds.), BambooResearchin i:sia. Proceedings of a Workshop 28-30 May, 1980. Singapore. 22 SandraArifin Aziz