Tulisan ini membahas ide konseptual tentang pembentukan community college di Indonesia untuk pembelajar dewasa dengan model self-directed learning. Sayangnya, penerapannya masih dianggap sebagai utopia karena berbeda dengan paradigma pendidikan Indonesia. Namun, penulis berargumen bahwa community college dapat dirintis secara perlahan melalui komunitas belajar secara online.
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
Pembentukan community college
1. qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwe
rtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty
PEMBENTUKAN COMMUNITY
COLLEGE DI INDONESIA: SEBUAH
uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio
UTOPIA?
Tugas Mata Kuliah
Psikologi Pendidikan Lanjutan
pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas
Soetam Rizky Wicaksono
NIM : 110121609138
dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg
S3 – TEP – PPS UM
hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjk
lzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx
cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvb
nmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm
qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw
ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert
2. Soetam Rizky – 110121609138 – S3 TEP - PEMBENTUKAN COMMUNITY COLLEGE DI INDONESIA: SEBUAH UTOPIA?
I. Pendahuluan
Lingkungan pembelajaran orang dewasa sangatlah berbeda dengan lingkungan pembelajaran di
masa kanak-kanak. Pembelajaran orang dewasa yang memang lebih sesuai diterapkan untuk lingkungan
pembelajaran yang berorientasi demokratis, diharapkan lebih membawa “orang dewasa” menapak ke
tahapan yang lebih humanis (Merriam, 2001:6).
Karenanya di era teknologi informasi yang semakin bersifat global, model pembelajaran yang
berasaskan komunitas atau learning community jauh lebih bisa diterima bagi pembelajaran orang
dewasa yang umumnya diasosiasikan dengan level perguruan tinggi. Bahkan di level perguruan tinggi
dinyatakan bahwa pembelajaran berbasis komunitas menjadi sebuah misi terbaik dari reputasi dan fakta
yang bisa didapat dari sebuah perguruan tinggi (Stafford, 2006:1).
Namun demikian, pembelajaran berbasis komunitas masih menjadi sesuatu yang sangat asing di
Indonesia. Fenomena pembelajaran berbasis komunitas masih dianggap sebagai sesuatu yang dapat
merontokkan paradigma sekolah formal. Bahkan di Indonesia saat ini, Universitas Terbuka yang
dianggap sebagai pelopor pembelajaran perguruan tinggi yang menerapkan model self directed learning
masih merasa bahwa pelaksanaannya terkendala, khususnya di sektor infrastruktur yang tidak merata di
seluruh kawasan Indonesia (Belawati & Zuhairi, :6).
Dengan tinjauan tersebut, maka makalah ini didalamya membahas ide konseptual mengenai
pembelajaran berbasis komunitas khususnya bagi pembelajar dewasa di level perguruan tinggi dengan
model pembelajaran self directed learning. Tentu saja penerapan dari ide konseptual ini diharapkan
tidak hanya akan menjadi sebuah utopia, namun diharapkan dapat menjadi sebuah mimpi baru yang
nantinya benar-benar dapat terwujud di kemudian hari.
II. Kajian Pustaka
Pembelajaran orang dewasa atau lazim disebut sebagai andragogy disebut sebagai ilmu dan seni
yang dapat membantu orang dewasa untuk belajar (Merriam, 2001:5). Berbeda dengan pebelajar anak-
anak, maka pebelajar dewasa lebih disarankan untuk tidak berada di lingkungan pembelajaran yang
kaku, penuh peraturan dan berada dalam institusi yang konvensional (Knowles, Holton & Swanson,
2005:38). Karenanya para pebelajar dewasa diharapkan lebih nyaman berada di sebuah lingkungan
pembelajaran yang bersifat komunitas serta saling mendukung satu sama lain di dalam lingkungan
tersebut.
Tugas Psikologi Pendidikan Lanjutan – 08-11-2011 Hal. 1
3. Soetam Rizky – 110121609138 – S3 TEP - PEMBENTUKAN COMMUNITY COLLEGE DI INDONESIA: SEBUAH UTOPIA?
Salah satu ciri pebelajar dewasa adalah adanya sifat self directed learning yang secara umum
mencirikan beberapa hal penting yakni (Tenant, 2006:8):
1. Kemampuan untuk mengembangkan rasa ingin tahu
2. Kemampuan untuk mengajukan pertanyaan
3. Kemampuan untuk mengorganisasi data untuk menjadikan jawaban yang benar
4. Kemampuan untuk dapat melakukan generalisasi dan mengkomunikasikan jawaban dari pertanyaan
yang muncul.
Tetapi seseorang tidak akan menjadi seorang yang dianggap dewasa secara instan, terlebih jika
ditinjau dari sisi model pembelajaran yang memungkinkan seseorang dianggap sebagai pebelajar
dewasa dengan adanya perkembangan dan proses yang terjadi tidak hanya dalam waktu singkat
(Knowles, Holton & Swanson, 2005:220). Pebelajar dewasa atau adult learner diharapkan dapat memiliki
kemampuan utama agar dapat terlibat di dalam lingkup pembelajaran dewasa yakni rasa ingin tahu.
Salah satu hal yang diharapkan dapat mengikat pebelajar dewasa untuk mendapatkan rasa ingin tahu
adalah dengan terlibat ke dalam sebuah proses pembelajaran secara kolaboratif (Knowles, Holton &
Swanson, 2005:183).
Lingkup pembelajaran kolaboratif yang diasumsikan paling sesuai di dalam lingkungan pebelajar
dewasa adalah dengan memasuki lingkungan pembelajaran berbasis komunitas di level perguruan tinggi
atau lazim disebut sebagai community college. Perguruan tinggi berbasis komunitas atau community
college ini dianggap sebagai sebuah solusi yang dapat secara cepat memberikan pembelajaran bagi
pebelajar dewasa dengan sebuah sistem yang demokratis serta berbiaya rendah (Stafford, 2006:3).
Pengadaan community college saat ini bahkan secara formal telah diakui keberadaannya dan
dianggap sebagai sebuah kompensasi dari keberadaan sekolah formal yang seringkali menisbikan
keberadaan pendidikan yang tidak setara berdasarkan ras, etnis dan jenis kelamin (Stafford, 2006:4).
Keberadaan sekolah formal juga dianggap tidak menerapkan keadilan di beberapa negara yang
didalamnya memberikan sedikit kesempatan bagi penduduknya untuk bersekolah (Ilich, 1970:5).
Karenanya diharapkan terjadi sebuah hukum yang dapat menjamin tidak adanya diskriminasi di dalam
mendapatkan sumber belajar (Ilich, 1970:4).
Dengan adanya community college yang bersifat terbuka, baik dari sisi perekrutan yang tidak
lagi mengharuskan seseorang memiliki level tertentu di dalam hasil akhir nilai untuk masuk ke dalam
lingkungan tersebut, maka kesempatan belajar akan lebih terbuka bagi siapa saja yang menginginkan
Tugas Psikologi Pendidikan Lanjutan – 08-11-2011 Hal. 2
4. Soetam Rizky – 110121609138 – S3 TEP - PEMBENTUKAN COMMUNITY COLLEGE DI INDONESIA: SEBUAH UTOPIA?
sebuah proses pembelajaran yang tetap layak untuk diakui secara formal (Stafford, 2006). Ini berarti
bahwa pembentukan sebuah lingkungan pembelajaran yang mengutamakan kesetaraan dapat lebih
menjamin pemerataan pendidikan dibandingkan pembentukan sekolah formal (Ilich, 1970).
III. Pembahasan
Pembentukan community college yang lebih ditujukan kepada pebelajar dewasa saat ini secara
formal telah diakui keberadaannya di Amerika Serikat. Community college yang memiliki biaya lebih
murah dikarenakan para pengajarnya juga berasal dari komunitas, begitu pula bahan ajarnya, hingga
saat ini masih belum terwujud di Indonesia.
Keberadaan Universitas Terbuka yang secara formal dibentuk oleh pemerintah, tidaklah sama
dengan keberadaan community college. Hal ini disebabkan bahwa prinsip dari pelaksanaan Universitas
Terbuka adalah distance learning yang dikelola secara resmi dengan kurikulum serta bahan ajar yang
telah baku layaknya yang ada di sebuah perguruan tinggi biasa. Sedangkan keberadaan community
college lebih mengarah kepada sumbangsih dari komunitas yang secara terbuka menjadi sumber bahan
ajar bagi satu sama lain tetapi tetap terkontrol dan dikelola secara profesional.
Salah satu ciri lain dari community college adalah pengakuan secara formal dari pemerintah bagi
para pebelajar yang telah berhasil menyelesaikan masa studinya di dalam perguruan tinggi tersebut
(Stafford, 2006). Sehingga masih terdapat ijazah yang dapat dipergunakan untuk memperoleh pekerjaan
secara formal. Hal tersebut tentu saja dapat menjadi sebuah mimpi besar yang sepertinya masih akan
jauh dari kenyataan di Indonesia.
Ciri lain dari community college yang utama adalah penyesuaian dengan gaya belajar dari
pebelajar dewasa yang lebih dilandasi oleh rasa keingintahuan dan motivasi belajar yang
mengakumulasikan pengalaman serta kebutuhan dibandingkan dengan keterpaksaan dalam
mempelajari sesuatu (Merriam, 2001:5). Hal tersebut seringkali dianggap bertentangan dengan
paradigma yang ada di pendidikan Indonesia di berbagai level yang lebih mengutamakan pendidikan
dengan model behavioristik dibandingkan model konstruktifistik. Ini juga berarti bahwa pembentukan
community college sepertinya hanya menjadi sebuah utopia di masa kini untuk Indonesia.
Namun dari sekian banyak pesimisme yang tersirat, pembentukan community college
sesungguhnya dapat dirintis secara perlahan hingga nantinya mendapatkan pengakuan secara formal.
Seperti halnya yang terjadi di Amerika Serikat, pembentukan community college harus didukung dengan
adanya sebuah komunitas yang memiliki komitmen kuat akan pemerataan pendidikan serta niatan yang
Tugas Psikologi Pendidikan Lanjutan – 08-11-2011 Hal. 3
5. Soetam Rizky – 110121609138 – S3 TEP - PEMBENTUKAN COMMUNITY COLLEGE DI INDONESIA: SEBUAH UTOPIA?
tulus bahwa saat kita berbagi pengetahuan, maka kita akan semakin menambah pengetahuan yang kita
miliki.
Hingga saat ini pembentukan community college telah dirintis oleh beberapa komunitas dengan
mendirikan sistem pembelajaran secara online, seperti ilmukomputer.com. Sayangnya, rintisan tersebut
masih bersifat mentah dari sisi rancangan pembelajaran sehingga tampaknya akan sangat sulit untuk
mendapatkan pengakuan secara formal. Di rintisan lainnya, telah dilakukan oleh beberapa vendor besar
kelas dunia seperti Microsoft yang mendirikan Microsoft Virtual Academy. Dengan rancangan
pembelajaran yang lebih terarah dan teruji secara internasional, hasil yang diperoleh sesungguhnya
sangat komprehensif, namun masih juga belum mendapatkan pengakuan secara formal di Indonesia.
IV. Kesimpulan
Dari paparan yang telah diuraikan tersebut, dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:
1. Pembentukan sebuah community college lebih sesuai diterapkan untuk level pebelajar dewasa yang
lebih menekankan rasa keingintahuan mendalam dan keinginan untuk belajar sesuai dengan apa
yang dibutuhkan atau penekanan sifat self directed learning.
2. Pembentukan community college membutuhkan teknologi pembelajaran yang komprehensif agar
hasil pembelajarannya dapat lebih terarah meski proses pembelajaran yang ada didalamnya
menekankan terhadap kebebasan belajar.
3. Pengakuan secara formal terhadap community college di Indonesia memang masih belum terjadi,
namun jika pada saatnya nanti sebuah komunitas berhasil menerapkan sistem ini secara “baik dan
benar”, bukanlah sebuah hal yang mustahil untuk mewujudkan mimpi adanya community college di
Indonesia.
4. Rintisan pembentukan community college di Indonesia dapat diwujudkan melalui pembentukan
komunitas belajar secara online, dengan melibatkan pebelajar ataupun pembelajar dewasa yang
dapat secara tulus menyumbangkan bahan ajar sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal di
dalam komunitas tersebut tanpa memandang perbedaan ras, etnis, agama ataupun diskriminasi
lainnya.
V. Daftar Pustaka
Belawati, Tian & Amin Zuhairi, 2007,The Practice of a Quality Assurance System in Open and Distance
Learning: A case study at Universitas Terbuka Indonesia (The Indonesia Open University),
International Review of Research in Open and Distance Learning, Volume 8 (1), 2007
Ilich, Ivan, 1970, Deschooling Society, CIDOC
Tugas Psikologi Pendidikan Lanjutan – 08-11-2011 Hal. 4
6. Soetam Rizky – 110121609138 – S3 TEP - PEMBENTUKAN COMMUNITY COLLEGE DI INDONESIA: SEBUAH UTOPIA?
Knowles, Malcolm, Elwood F. Holton III & Richard A. Swanson, 2005, The Adult Learner sixth edition,
Elsevier
Merriam, Sharan B, 2001, Andragogy and Self Directed Learning dalam The New Update on Adult
Learning Theory (ed. Sharan B. Merriam), Jossey-Bass
Stafford, Susan H, 2006, Community College : Is It Right for You?, Wiley Publishing
Tenant, Mark, 2006, Pshycology and Adult Learning third edition, Routledge Publishing
Tugas Psikologi Pendidikan Lanjutan – 08-11-2011 Hal. 5