2. ARAH PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN
(RPJMN 2020-2024)
Sumber: Dokumen 20-24 RPJMN
Visi
Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui jaminan kesehatan nasional, khususnya penguatan pelayanan kesehatan primer dengan
peningkatan upaya promotif dan preventif yang didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi.
Meningkatkan
kesehatan ibu, anak,
keluarga berencana dan
kesehatan reproduksi
Mempercepat perbaikan
gizi masyarakat
Meningkatkan
pengendalian penyakit
Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat (GERMAS)
Memperkuat sistem
kesehatan &
pengendalian obat dan
makanan
▪ Angka kematian ibu (AKI)
(per100.000 kelahiran hidup)
▪ Angka kematian bayi
(AKB) (per 1000 kelahiran
hidup)
▪ Angka kematian neonatal
(per 1000 kelahiran hidup)
▪ Persentase imunisasi dasar
lengkap pada anak usia 12-
23 bulan
▪ Insidensi HIV (per 1.000
penduduk yang tidak
terinfeksi HIV)
▪ Insidensi tuberkulosis (per
100.000 penduduk)
▪ Jumlah kabupaten/kota yang
mencapai eliminasi malaria
▪ Persentase fasilitas
kesehatan tingkat pertama
terakreditasi
▪ Persentase rumah sakit
terakreditasi
▪ Persentase puskesmas
dengan jenis tenaga
kesehatan sesuai standar
▪ Persentase puskesmas
tanpa dokter
▪ Persentase puskesmas
dengan ketersediaan obat
esensial
▪ Prevalensi stunting
(pendek dan sangat
pendek) pada balita (%)
▪ Prevalensi wasting (kurus
dan sangat kurus) pada
balita (%)
▪ Persentase merokok
penduduk usia 10-18 tahun
▪ Prevalensi obesitas pada
penduduk usia > 18 tahun
(persen)
▪ Jumlah kabupaten/kota sehat
2
3. TARGET INDIKATOR KINERJA PROGRAM (IKP) P2P TAHUN 2022 – 2024
No
INDIKATOR KINERJA PROGRAM
Target dan Capaian
2022 2023
Target
2024
Target Capaian Target
Capaian
TW4
1 Persentase pengobatan penyakit menular pada Balita 50 71.9 70 90
2 Persentase skrining penyakit menular pada kelompok berisiko 95 95.1 100 97,1 100
3
TARGET INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) P2P TAHUN 2024 – 2024
No
INDIKATOR KINERJA
Target dan Capaian
2022 2023
2024
Target Capaian Target
Capaian
TW4
I PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR
1 Persentase pengobatan kasus diare sesuai standar 50 90.6 70 91,39 85
2 Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini Hepatitis B dan C pada populasi berisiko 95 95.1 100 97,1 100
4. STRATEGI PENANGGULANGAN HEPATITIS VIRUS
Promosi kesehatan
4
Pencegahan
1 Surveilans dan Penemuan Kasus
2 Penanganan Kasus
3
• Penerapan PHBS
• Vaksin hepatitis B
• Pencegahan penularan hepatitis B
dari ibu ke anak
• Notifikasi pasangan dan anak
• Uji saring IMLTD (Infeksi Menular
Lewat Transfusi Darah) pada darah
donor
• Penerapan kewaspadaan standar
• Pengurangan dampak buruk bagi
penasun
• Skrining-testing hepatitis B pada
populasi berisiko tinggi menularkan
• Skrining-testing hepatitis C pada
populasi berisiko tinggi (penasun,
pasien hemodialisis, WBP, ODHIV)
• Penemuan kasus aktif masyarakat
dan faskes beserta jejaringnya
• Perluasan akses pemeriksaan viral
load untuk diagnosis hepatitis B dan C
• Pencatatan, pelaporan, dan analisis
• Penanganan kasus hepatitis B
sesuai standar
• Pengobatan hepatitis C dengan
DAA (Direct Acting Antiviral)
• Penanganan donor darah hasil
uji saring positif hepatitis B atau C
• Penyediaan akses pemantauan
hasil pengobatan hepatitis C
• Pendekatan multisektor dalam promosi kesehatan dan penyampaian edukasi pencegahan dan pengendalian hepatitis
• Pesan edukasi bagi masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian hepatitis dengan media yang sesuai
• Promosi kesehatan dengan menyampaikan KIE serta keterlibatan kader kesehatan
5. STRATEGI PENGENDALIAN DIARE
TARGET BY 2030: Mengakhiri kematian akibat diare pada akhir tahun 2030
Target 2022: Persentase pengobatan kasus diare sesuai standar sebesar 50%, capaian 89,71%
PROMOSI KESEHATAN
4
PENCEGAHAN
1 SURVEILANS
2 PENANGANAN KASUS
3
1. Cakupan ASI eksklusif 6 bulan pertama
kehidupan
2. Cakupan dan kualitas pemberian makanan
tambahan yang adekuat bagi bayi dan anak
3. Akses dan cakupan pemberian suplemen
vitamin A
4. Akses dan cakupan imunisasi campak, dan
rotavirus
5. Mencuci tangan dengan sabun
6. Akses ketersediaan air layak minum dan
sanitasi layak
1. Mengatasi under reporting : Active
Surveilance
a) Validasi data di Puskesmas
b) Penyisiran kasus di fasyankes swasta, PDM, PBM
c) Penegakan aturan pelaporan kasus diare balita
b) Mengatasi undetected cases : Active Case
Finding
a) Edukasi pencegahan dan pengendalian diare
b) Optimalisasi peran kader dalam surveilans aktif di
masyarakat
c) Penyisiran kasus di fasyankes swasta, PDM, PBM
3. Sistem dan manajemen data yang valid dan
handal
4. Penguatan sistem kewaspadaan dini KLB
• Mendekatkan pelayanan kesehatan ke
masyarakat
• Meningkatkan akses transportasi, sistem
rujukan dan fasilitas perawatan intensif anak
• Kualitas tatalaksana bayi dan anak sakit
• Pemberian Oralit dan Zinc sesuai standar
pada diare
• Peningkatan kapasitas petugas terkait
tatalaksana kasus dan manajemen program.
• Sosialisasi dan advokasi pentingnya zinc bagi
balita diare
• kegiatan kunjungan rumah untuk memantau
kepatuhan minum zinc di kabupaten/kota
lokus stunting
• Meningkatkan perilaku keluarga (termasuk peran ayah), pengasuh, sekolah, dan masyarakat dalam pencegahan, pengendalian penyakit, dan faktor risiko.
• Menguatkan komunikasi, informasi, dan edukasi yang inovatif, sensitif budaya dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi serta memanfaatkan
momentum atau hari peringatan khusus.
• Melibatkan masyarakat, organisasi kemasyarakatan, penggiat media sosial, dalam berbagai upaya pencegahan, deteksi dini dan pengendalian diare.
6. Diare sebagai penyebab kematian ke-2 yang diketahui pada balita (12-59 bulan)
Profil Kesehatan Indonesia 2022
7. Terjadi 175 kematian neonatus, bayi, balita karena diare di Indonesia
Profil Kesehatan Indonesia 2022
10. Analisis Situasi Diare Jan-Des Tahun 2023
10
91,39% kasus diare pada balita telah diberikan pengobatan dgn oralit dan zinc
Sumber: Data rutin per 18 Januari 2024
Pencegahan diare dengan koordinasi LP-LS: ASI eksklusif, PMT,
suplementasi vit A, imunisasi MR-rota, PHBS
1
Promosi kesehatan
4
Surveilans
2
Penanganan
3
Fokus Program
▪ ACF berbasis faskes dan masyarakat
▪ Peningkatan catpor
▪ Pemberian oralit dan zinc
▪ Pengawasan pengobatan tuntas
97.63
97.58
97.14
96.10
95.60
94.00
93.40
93.14
92.81
92.25
91.23
90.87
90.45
90.16
90.05
89.83
88.95
88.77
88.65
88.06
87.87
87.80
87.78
87.70
87.51
87.23
84.60
84.51
83.89
82.88
82.86
82.72
81.96
81.78
81.77
81.13
79.02
77.13
72.34
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
Jawa
Timur
Kepri
Babel
Banten
Lampung
Jawa
Barat
DKI
Jakarta
Kaltara
Papua
Barat
Gorontalo
Nasional
Papua
Pegunungan
Kalsel
Maluku
Sumbar
NTB
Kalteng
Sulteng
NTT
Sulbar
Aceh
Maluku
Utara
Kaltim
Sumut
D
I
Yogyakarta
Jambi
Provinsi
Papua
Bali
Jawa
Tengah
Papua
Tengah
Sumsel
Sulut
Riau
Bengkulu
Sulsel
Papua
Selatan
Kalbar
Sultra
Papua
Barat
Daya
≥90% 50% – 89.9% <50%
2,228,187
763,070
34.25%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
100.00%
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
Target Penemuan Kasus Jumlah Penemuan Kasus
Sumber: Data rutin per 18 Januari 2024
11. Permasalahan dan Strategi Peningkatan Penemuan dan Tatalaksana Kasus
No. Masalah Strategi
1. Penemuan kasus balita diare masih belum optimal • Sosialisasi dan advokasi kepada pemerintah daerah terutama pada provinsi
dengan cakupan <50% di tahun 2021
• Mengatasi under reporting : Active Surveilance
✓ Validasi data di Puskesmas
✓ Penyisiran kasus di fasyankes swasta, PDM, PBM
✓ Penegakan aturan pelaporan kasus diare balita
• Mengatasi undetected cases : Active Case Finding
✓ Edukasi pencegahan dan pengendalian diare
✓ Optimalisasi peran kader dalam surveilans aktif di masyarakat
✓ Penyisiran kasus di fasyankes swasta, PDM, PBM
• Mengoptimalkan media komunikasi (melaksanakan peningkatan kapasitas dan
monev secara online) untuk meningkatkan kemampuan dan kepatuhan petugas
dalam mengirim laporan
• Sosialiasi dan advokasi pentingnya zinc bagi balita diare serta kegiatan kunjungan
rumah untuk memantau kepatuhan minum zinc di kabupaten/Kota lokus stunting
2. Under-reporting cases >> Balita yang sudah mengakses
layanan, namun belum terlapor dan tercatat Bisa terjadi
di faskes pemerintah dan swasta; primer dan rujukan.
3. Undetected (under diagnosis cases) >>Balita diare
namun belum mengakses layanan di Puskesmas (11%
tanpa pengobatan, 57,1% berobat ke sektor swasta
(SDKI 2017).
4. Kapasitas tenaga Kesehatan untuk skrining derajat
dehidrasidan tindak lanjut tatalaksana pada balita diare
masih belum standar dan merata
5. Kepatuhan orang tua dan pengasuh balita diare untuk
menghabiskan zinc masih rendah
12. Strategi dan Rencana Tindak Lanjut Penguatan Diare-PISP 2024
12
No Pilar Kegiatan Timeline
1 Pencegahan 1. Revisi pedoman manajemen program PISP TW2-3
2. Pembuatan media KIE
3. Advosos penanggulangan diare TW2, TW3 (Kegiatan Orientasi Petugas dlm P2 Diare-PISP
daring- luring)
2 Surveilans 1. Penyusunan pedoman surveilans tifoid TW1-2
2. Penyusunan pedoman surveilans hepatitis A TW1-2
3. Orientasi dalam rangka penguatan sistem kewaspadaan dini
KLB PISP
TW2, TW3 (Kegiatan Orientasi Petugas dlm P2 Diare-PISP
daring-luring)
4. Memperluas cakupan SIHEPI ke fasyankes swasta, PDM dan
PBM
(in line dengan integrasi SATU SEHAT oleh DTO)
3 Penanganan 1. Advosos pemanfaatan dana BOK untuk kegiatan pemantauan
minum oralit dan zinc
TW2, TW3 (Kegiatan Orientasi Petugas dlm P2 Diare-PISP
daring-luring)
2. Penguatan penanganan diare-PISP bersama Komli Diare dan
ISP
TW1, TW3, sewaktu2; = keg APBN Koordinasi LP-LS dan unit
terkait (Rapat Komli Diare PISP daring)
4. Penyusunan peta jalan implementasi RAN Diare 2023-2030 TW1
5. OJT tatalaksana kasus dan manajemen program TW2, TW3 (Kegiatan Orientasi Petugas dlm P2 Diare-PISP
daring-luring)