SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 25
RCC CATALYST




OLEH :
I NJOMAN SUBAKTI IRIANTO - 717306
PRINSIP DASAR KATALIS RFCC

 Katalis FCC yang banyak dipergunakan saat ini mempunyai komponen utama
  silika dan alumina oxide.
 Selain itu juga terdapat kandungan Sodium, Calsium, Magnesium dan sedikit
   Lanthanum serta Cerium.
 Keaktifan suatu katalis terdapat pada sisi asam yang sangat memungkinkan
  untuk melakukan pemecahan molekul dengan baik menjadi fraksi-fraksi ringan
  seperti yang diinginkan, tanpa banyak terjadi pengendapan coke pada
  permukaan katalis.
 Empat sifat-sifat yang menentukan performance katalitis zeolite adalah :
   1. Zeolite mempunyai kemampuan pertukaran kation.
   2. Kation dipertukarkan dengan H+, menghasilkan sejumlah besar sisi asam
       yang sangat kuat.
   3. Zeolite mempunyai diameter pori tertentu dan rongga yang teratur dengan
       dimensi terbatas yang memungkinkan reaksi transisi dan intermedia sesuai
       batasan.
   4. Diameter pori zeolite disesuaikan dengan dimensi molekul (< 10 Å) yang
       membatasi akses molekul masuk-keluar sisi dalam tempat terjadinya
       transformasi katalitis.
                                                       Page 2
PRINSIP DASAR KATALIS RFCC
 Sifat pertama dan kedua berfungsi sebagai aktifitas katalis, sedangkan
  sifat ketiga dan keempat berfungsi sebagai ketajaman selektifitas.
 Aktifitas katalis zeolite yang tinggi menguntungkan untuk menghasilkan
  gasoline, tetapi untuk menghasilkan middle distillate masih dipakai katalis
  type amorphous.
 Keaktifan katalis yang tinggi dimanfaatkan dengan konsep waktu kontak
  yang singkat untuk perengkahan melalui riser.
 Waktu kontak yang singkat dipergunakan untuk mencegah seminimum
   mungkin terjadinya over cracking yang tidak diinginkan sehingga dapat
   dihasilkan konversi yang baik.
 Dalam proses perengkahan, molekul minyak memasuki rongga katalis
  untuk bereaksi. Hasil reaksi perengkahan akan keluar meninggalkan
  katalis, sehingga reaksi dapat berlangsung tidak terbatas.
 Molekul yang mempunyai ukuran cukup kecil < 10 Å dapat masuk kedalam
  pori Y zeolite, sedangkan molekul dengan struktur yang lebih besar (antara
  10 - 25 Å) tergantung pada aromaticity dan rantai cabang serta kandungan
  sulfur, senyawa nitrogen dan metal, tidak cukup untuk masuk kedalam pori
  zeolite.
                                                    Page 3
PRINSIP DASAR KATALIS RFCC

 Perengkahan molekul residu pada katalis dilakukan dengan dua langkah
   1. Pertama, precracking molekul berukuran besar dilakukan pada sisi
      active matrix diluar permukaan kristal zeolite.
   2. Kedua, perengkahan molekul intermediate dan kecil menjadi gasoline
      dapat terjadi pada sisi matrix maupun zeolite.
 Perengkahan pada sisi matrix memungkinkan terjadinya produk yang tidak
   diharapkan sedangkan perengkahan pada sisi zeolite akan menghasilkan
   produk yang berharga.
 Untuk mengurangi reaksi yang tidak diharapkan pada sisi matrix, katalis
   sebaiknya mempunyai aktifitas hydrogen transfer yang rendah.
 Polynuclear naphtene/aromatik, resin dan asphaltene dikonversi menjadi
   coke.
 Sebagian besar coke ini akan menempel pada permukaan zeolite katalis
   sehingga menurunkan aktifitasnya.



                                                 Page 4
PRINSIP DASAR KATALIS RFCC


Katalis RFCC berbentuk bubuk halus dengan ukuran diameter partikel rata-rata 75
micron yang mempunyai 4 sistem komponen utama yaitu :
1. ZEOLITE.
   ● Merupakan komponen kunci pada RFCC catalyst untuk menghasilkan
     selektifitas produk dan aktifitas katalitis yang tinggi.
   ● Performance katalis tergantung pada besarnya nature & quality zeolite.
   ● Disebut juga molecular sieve dan mempunyai struktur yang lebih dikenal
     dengan lattice structure yang berupa susunan dasar blok silica (SiO4) dan
     alumina (AlO4) tetrahedra yang terdiri dari satu atom silicon atau aluminium
     pada titik pusat dengan satu atom oksigen pada keempat sudutnya.
   ● Terdapat 2 type zeolite yaitu X dan Y yang umum dipergunakan dan identik
     dalam struktur namun berbeda pada Silica / Alumina ratio (SAR).
   ● Type Y mempunyai SAR dan kestabilan hydrothermal yang lebih besar
     dibanding type X .
   ● Zeolite memainkan peranan yang penting pada performance katalis secara
     keseluruhan.

                                                        Page 5
PRINSIP DASAR KATALIS RFCC


2. MATRIX.
  ● Matrix adalah komponen lain selain zeolite yang juga mempunyai aktifitas
    katalitis atau yang sering disebut dengan active matrix.
  ● Alumina merupakan sumber active matrix, sebagian besar active matrix
    yang dipergunakan pada katalis RFCC adalah amorphous.
  ● Active matrix secara significant berkontribusi pada performance RFCC
    katalis.
  ● Pori-pori zeolite terlalu kecil dan tidak dapat melakukan perengkahan
    molekul hydrocarbon yang mempunyai end point > 480 °C, active matrix
    mempunyai struktur pori yang dapat melakukan difusi molekul hydrocarbon
    tersebut keluar-masuk pori katalis.
  ● Sisi asam katalis terdapat pada matrix katalis sebagai primary cracking.
    Tidak mempunyai selektifitas seperti zeolite tetapi dapat merengkah molekul
     yang lebih besar yang tidak dapat masuk kedalam pori-pori zeolite.
  ● Active matrix juga berfungsi sebagai pelindung zeolite dari deaktifasi dini
    akibat impurities seperti vanadium dan basic nitrogen yang ditangkap pada
    active matrix.

                                                      Page 6
PRINSIP DASAR KATALIS RFCC


3. BINDER & FILLER.
  ● Filler yang dipergunakan adalah clay yang dicampurkan pada katalis untuk
    mengendalikan aktifitas katalis.
  ● Binder yang dipergunakan adalah alumina polymer bertindak sebagai
    perekat untuk mengikat zeolite, matrix dan clay menjadi satu.
  ● Fungsi binder menjadi lebih penting pada katalis yang mempunyai
    konsentrasi zeolite tinggi.
  ● Kedua Filler dan Binder tersebut membentuk integritas phisik (ABD, Atrition
    Index, PSD dll), mechanical strength, media heat transfer dan media
    fluidisasi dari katalis.




                                                      Page 7
PRINSIP DASAR KATALIS RFCC




                   Page 8
REAKSI PERENGKAHAN KATALITIS
 Semua komponen crude oil yang mempunyai rentang titik didih diatas
  350 °C dapat diklasifikasikan sebagai residu, termasuk HGO, VGO dan
  vacuum bottom.
 Sebagian besar material ini mengandung mono/ polynuclear naphtenes,
  mono/ polynuclear aromatik, resin dan asphaltenes.
 Residu mempunyai densitas dan viskositas serta kandungan conradson
  carbon, sulfur, basic nitrogen dan metal yang lebih besar dibanding pada
  gasoil.
 Reaksi cracking merupakan reaksi pemecahan ikatan C-C, yang reaksinya
  bersifat endothermis dan secara thermodinamika reaksi tersebut dapat
  berlangsung dengan baik pada temperatur tinggi.
 Serangkaian reaksi yang kompleks akan terjadi pada saat molekul umpan
  dikontakan dengan katalis pada temperatur 500 - 760 °C.
 Distribusi produk yang dihasilkan tergantung pada banyak faktor termasuk
  kondisi umpan dan kekuatan sisi asam katalis.
 Meskipun reaksi yang terjadi adalah catalytic cracking, namun reaksi
  thermal cracking juga terjadi akibat kurang idealnya kontak antara umpan
  dengan katalis dalam riser.
                                                  Page 9
REAKSI PERENGKAHAN KATALITIS
REAKSI-REAKSI PENTING YANG TERJADI PADA RFCC ADALAH :
1. Cracking.
 a. Paraffin terengkah menjadi olefin dan paraffin yang lebih kecil.
    Cn H 2 n + 2        Cm H 2 m + Cp H 2 p + 2         dimana n = m + P
   paraffin                olefin      paraffin
 b. Olefin terengkah menjadi olefin yang lebih kecil.
    Cn H 2n              CmH2m + CpH2p                       dimana n = m + P
   olefin                  olefin     olefin
 c. Perengkahan rantai samping aromatik.
    ArCnH2n + 1          Ar CmH 2 m-1 + Cm H 2m+2        dimana n = 2 m

 d. Naphthene (cycloparaffin) terengkah menjadi olefin.
    Cyclo-CnH2n             CmH2m + CpH2p               dimana n = m + P
                            olefin     olefin
   jika cycloparaffin mengandung cincin cyclohexane,
   Cyclo-Cn H 2 n        C6 H 12 + Cm H 2 m + Cp H 2 p dimana n = m+p+6
    olefin              cyclohexane     olefin      olefin
                                                                Page 10
REAKSI PERENGKAHAN KATALITIS

2.   ISOMERIZATION.
     a.     n-Olefin menjadi iso-Olefin
          1- CnH2n                   trans-2-CnH2n

      b.    n-Paraffin menjadi iso-Paraffin.
          n-CnH2n                iso-CnH2n

3. HYDROGEN TRANSFER.
    a. Naphthene + Olefin                       Aromatik + Paraffin
     b. Cyclo aromatisasi.
       C6 H 12 + 3C5 H 10                      C6 H 6 + 3C5 H 12

    c.  Olefin menjadi paraffin dan aromatik.
       4C6 H 12                   3C6 H 14 + C6 H 6


                                                        Page 11
REAKSI PERENGKAHAN KATALITIS

4. ALKYL GROUP TRANSFER/TRANSALKYLATION.
    C6 H 4 (C6 H 4)                 C6 H 12 + Cm H 2 m + Cp H 2 p

5. CYCLISASI OLEFIN MENJADI NAPHTHENE.
 


    C7 H 14               CH 3-cyclo-C6 H 11

6. DEALKYLASI.
    Iso-C3H 7-C6H 5              C6H 6 + C 3H 6

7. DEHYDROGENASI.
    n-C8H 18              C8H 16 + H 2

8. REAKSI KONDENSASI.
    CH = CH 2 + R 1CH = CH R 2                           + 2H

         R2

         R1

                                                            Page 12
SIFAT-SIFAT KATALIS RFCC
1. Particle Size Distribution (PSD - micron).
   PSD merupakan indikator sifat-sifat fluidisasi katalis, efisiensi cyclone dan
   atrition resistance katalis. Distribusi ukuran katalis umumnya adalah 0 – 40
   micron : 22 % max, 40 – 80 micron : 65 % max & 80 – 120 micron : 13 % max.
   Peningkatan partikel halus menunjukkan tingginya catalyst atrition dan
   rendahnya partikel halus menunjukan turunnya efisiensi cyclone yang dapat
   diyakinkan pada MCB.

2. Surface Area (SA - m2/g).
   Pori-pori katalis merupakan bagian tempat terjadinya reaksi perengkahan
   sehingga surface area rongga pori-pori menggambarkan keaktifan suatu
   katalis. Surface area berkorelasi langsung dengan aktifitas katalis. Surface
   area untuk fresh catalyst adalah > 200 m2/g, sedangkan untuk E-cat adalah
   70 - 200 m2/g. Kondisi hydrothermal dapat merusak struktur zeolite dan
   menurunkan SA.

3. Pore Volume (PV - ml/gr).
  PV mengindikasikan kwantitas rongga dalam partikel katalis dan merupakan
  petunjuk deaktifasi suatu type katalis pada komersial unit.
                                                        Page 13
SIFAT-SIFAT KATALIS RFCC

  Deaktifasi hydrothermal kecil sekali pengaruhnya terhadap volume pori katalis,
  meskipun deaktifasi hydrothemal dapat mengakibatkan penurunan PV katalis.

4. Apparent Bulk Density (ABD – gr/cc).
  ABD merupakan perbandingan berat katalis per satuan volume dalam bentuk
  curah. ABD yg terlalu tinggi akan mempersulit fluidisasi katalis dan bila terlalu
  rendah akan mengakibatkan katalis loss yang berlebihan. Fresh cat umumnya
  mempunyai ABD sekitar 0,7 – 1,0 gr/cc sedang E-cat mempunyai ABD antara
  0,8 – 1,0 gr/cc.

5. Loss Of Ignition (LOI - %).
  LOI mengindikasikan banyaknya material yang hilang bersama katalis sesudah
  terjadi pemanasan pada temperatur (800 – 950 °C) dan periode tertentu.
  Kandungan air, ammonia dan sulphate akan menguap pada temperatur
  tersebut. Kelembaban fresh catalyst umumnya 10 – 15 %, bila terlalu tinggi
  maka katalis akan menggumpal dan bila terlalu rendah (< 5 %) maka katalis
  akan kering sehingga dapat menimbulkan pengaruh listrik statis.


                                                         Page 14
SIFAT-SIFAT KATALIS RFCC
6. Micro Activity Test (MAT - % wt).
   MAT merupakan kemampuan konversi suatu katalis dengan mempergunakan
   umpan gasoil standard yang dihitung dengan mengukur keaktifan dan
   selektifitas katalis tersebut. Harga MAT fresh catalayst umumnya 72 min dan
   untuk E-cat antara 66 – 68.

7. Rare Earth (RE2O3 - % wt).
   Element RE2O3 seperti cerium dan lanthanum bertindak sebagai jembatan
   untuk menstabilisasi atom aluminium dalam struktur zeolite, mencegah atom
   zeolite terpisah dari lactice zeolite saat katalis terekspose oleh steam pada
   temperatur tinggi di regenerator. RE2O3 meningkatkan aktifitas zeolite (MAT)
   dan selektifitas gasoline namun menurunkan ON. Penurunan ON ini akibat
   promosi reaksi hydrogen transfer. RE2O3 juga dapat meningkatkan kestabil
   an thermal dan hydrothermal pada zeolite.

8. Alumina (Al2O3 - % wt).
   Al2O3 dalam e-cat merupakan persen berat total alumina (active & inactive)
   dalam katalis curah yang bertindak untuk menjaga kestabilan thermal dan
   hydrothermal baik pada zeolite maupun pada matrix katalis.
                                                       Page 15
SIFAT-SIFAT KATALIS RFCC
   Kandungan alumina dalam e-cat berkorelasi langsung dengan kandungan
   alumina dalam fresh-cat, sehingga alumina level dalam e-cat dapat dipergu
   nakan sebagai perhitungan pada saat melakukan penggantian katalis dengan
   brand yang lain.

9. Sodium (Na - %wt).
   Sodium dalam e-cat merupakan total sodium yang berasal dari fresh feed dan
   fresh katalis. Sodium dapat mendeaktifasi sisi asam katalis dan dapat meng
   akibatkan collapsnya struktur kristal zeolite. Sodium dapat juga menurunkan
   ON gasoline.

10. Metals (Nickel – Ni & Vanadium – V ppm wt).
   Metal bila terdeposit pada katalis akan cenderung meningkatkan produk gas
   hydrogen dan coke sehingga membebani MAB dan WGC compressor. Logam-
   logam tersebut mengakibatkan reaksi dehydrogenasi yang akan meningkatkan
   produksi hydrogen dan menurunkan yield gasoline. V dapat merusak zeolite
   activity dan menurunkan konversi. Kwantitas metal pada e-cat ditentukan oleh
   level metal pada feed stock dan catalyst addition rate.

                                                      Page 16
SIFAT-SIFAT KATALIS RFCC
11. Carbon on Regenerated Catalyst (CRC - %wt).
   Deposit carbon pada e-cat yang terjadi selama perengkahan akan menutupi
   permukaan katalis dan akan menurunkan aktifitas katalis sehingga menurun
   kan konversi. Jika CRC naik, menunjukan kurang baiknya udara pembakaran
   atau spent catalyst distributor.

12. Coke factor - CF dan Gas Factor – GF (% wt).
   Menunjukan kecenderungan suatu e-cat untuk menghasilkan coke dan gas
   pada tingkat konversi yang sama. CF dan GF dipengaruhi oleh type fresh
   catalyst dan level metal yang terdeposit pada e-cat. CF dan GF dapat juga
   mengindikasikan aktifitas dehydrogenasi metal pada katalis. Penambahan
   alumina amorhpous pada katalis akan cenderung meningkatkan nonselective
   cracking yang mengahsilkan coke dan gas.

13. Dynamic Activity (DA).
   Dua e-cat dengan MAT yang sama dapat menghasilkan konversi yang ber
   beda apabila dioperasikan dengan delta coke yang berbeda. DA diperguna
   kan untuk menentukan hubungan antara coke selectivity dengan coke yield
   yang dihasilkan.
                                                    Page 17
SIFAT-SIFAT KATALIS RFCC
                           Kinetic MAT Conversions
              DA =
                              Coke yield, wt %
                       MAT Conv, wt %                          E-Cat MAT Conv
    Kin. MAT Conv =                          MAT Conv =
                      100 - MAT Conv, wt %                 Standard MAT Test

14. Surface Area – Kinetic (SA/K) Number.
    SA/K number mengindikasikan jumlah surface area katalis yang diperlukan
    untuk menghasilkan satu unit konversi.
             Surface Area, m2/gr
   SA/K =
           Kinetic MAT Conversions

15. Atrition Index (AI).
   AI merupakan indikasi kekuatan dan kekerasan suatu katalis. Makin besar AI
   katalis makin baik karena katalis tersebut tidak mudah hancur yg menimbul
   kan debu namun akan berakibat buruk pada bagian peralatan akan mudah
   terkikis.

                                                     Page 18
SIFAT-SIFAT KATALIS RFCC
16. Sintering Index ( SI).
    SI merupakan indeks menurunnya keaktifan katalis akibat tertutupnya pori-
    pori katalis oleh lelehan katalis (aglomerasi) akibat panas yang berlebihan.
    Hal ini ditunjukan oleh persentase pori-pori katalis yang tertutup oleh lelehan
    katalis tersebut. Selain temperatur berlebihan, sintering juga dipromote oleh
    adanya kandungan Na dalam feed yang dapat menurunkan titik leleh katalis
    sehingga katalis akan menyatu dan kehilangan luas permukaan.




                                                         Page 19
SIFAT-SIFAT FRESH CATALYST
           ITEM          TYPICAL        CCIC        GRACE          AKZO N    GRACE
                          SPEC         ELZ-4070    Ramct 27 PT     FOC–90S   Aurora1
CHEM PROP
a. LOI                    15 max         10.3         15.0            13.0    15,0
b. Al2O,3 Wt %            30 – 55         32           53              49      46
c. Na2O, Wt %             0.6 max      0.4 – 0.5       0.3            0.3     0.35
d. SO, Wt %               1.2 max         0.6           -              -       2.5
e. Fe, Wt %               1.2 max         0.3         0.85             -      0.85
f. RE2O3, Wt %            1.2 – 1.8       1.2          1.8            1.3      3.3
PHYS. PROP
a. App Bulk Den, Gr/ml   0.70 – 0.79      0.7         0.78            0.77    0.75
b. Surface Area, M2/gr   200 – 260       214           255            210      290
c. Pore Volume, Ml/gr     0.15 min       0.15         0.38            0.47    0.40
d. Attrition Index          3–7           3.0          5.0            3.5      7.0
e. Part Distribution
  < 20 Micron Wt %         2 max           -            1              -        1
  < 40 Micron Wt %        20 max          17           10              -       12
  < 80 Micron Wt %            -            -            -              -        -
  < 150 Micron Wt %        90 min       90 min         96              -       96
  Avrg Part Size Wt %     69 – 80         58           76              72      71
MAT, Wt %                  72 min       74 – 76        74              82      76

                                                                 Page 20
TERIMAKASIH
ATAS PERHATIANNYA
SEMOGA BERMANFAAT



             Page 21
SIFAT-SIFAT KATALIS RFCC




                  Page 22
SIFAT-SIFAT KATALIS RFCC




                  Page 23
SIFAT-SIFAT KATALIS RFCC




                  Page 24
SIFAT-SIFAT KATALIS RFCC




                  Page 25

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Alkil halida ; subtitusi dan eliminasi
Alkil halida ; subtitusi dan eliminasiAlkil halida ; subtitusi dan eliminasi
Alkil halida ; subtitusi dan eliminasiHensen Tobing
 
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilidalaporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilidaqlp
 
Makalah Botani Farmasi: 6. Metabolisme Karbohidrat | Kelas: 2H | Dosen: Yayuk...
Makalah Botani Farmasi: 6. Metabolisme Karbohidrat | Kelas: 2H | Dosen: Yayuk...Makalah Botani Farmasi: 6. Metabolisme Karbohidrat | Kelas: 2H | Dosen: Yayuk...
Makalah Botani Farmasi: 6. Metabolisme Karbohidrat | Kelas: 2H | Dosen: Yayuk...Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
 
Penetapan Kadar Sulfat dalam Garam Glauber (Na2SO4.10H2O) SMK-SMAK Bogor
Penetapan Kadar Sulfat dalam Garam Glauber (Na2SO4.10H2O) SMK-SMAK BogorPenetapan Kadar Sulfat dalam Garam Glauber (Na2SO4.10H2O) SMK-SMAK Bogor
Penetapan Kadar Sulfat dalam Garam Glauber (Na2SO4.10H2O) SMK-SMAK BogorDeviPurnama
 
Teori anion kation benar
Teori anion kation benarTeori anion kation benar
Teori anion kation benarAyu lestari
 
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPT
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPTTeori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPT
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPTUniversity Of Jakarta
 
Proyeksi ruang molekul (Kimia Organik III)
Proyeksi ruang molekul (Kimia Organik III)Proyeksi ruang molekul (Kimia Organik III)
Proyeksi ruang molekul (Kimia Organik III)Daniel Marison
 
Ppt alkena dan alkuna
Ppt alkena dan alkunaPpt alkena dan alkuna
Ppt alkena dan alkunaHensen Tobing
 
Laporan tetap metil ester (1)
Laporan tetap metil ester (1)Laporan tetap metil ester (1)
Laporan tetap metil ester (1)nabila zarwan
 
Reaksi reaksi sintesis senyawa organik
Reaksi reaksi sintesis senyawa organikReaksi reaksi sintesis senyawa organik
Reaksi reaksi sintesis senyawa organikMifta Rahmat
 
Analisis Kation Golongan I, II, III, IV dan V
Analisis Kation Golongan I, II, III, IV dan VAnalisis Kation Golongan I, II, III, IV dan V
Analisis Kation Golongan I, II, III, IV dan VUniversitas Negeri Medan
 
Macam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannyaMacam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannyaMulky Smaikers
 
liquid chromatography mass spectrometry
liquid chromatography mass spectrometryliquid chromatography mass spectrometry
liquid chromatography mass spectrometrygrachea aeryndhien
 

Mais procurados (20)

Reaksi penataan ulang
Reaksi penataan ulangReaksi penataan ulang
Reaksi penataan ulang
 
Kompleksn
KompleksnKompleksn
Kompleksn
 
Biosentesis asam lemak
Biosentesis asam lemak Biosentesis asam lemak
Biosentesis asam lemak
 
Alkil halida ; subtitusi dan eliminasi
Alkil halida ; subtitusi dan eliminasiAlkil halida ; subtitusi dan eliminasi
Alkil halida ; subtitusi dan eliminasi
 
Senyawa Anorganik
Senyawa AnorganikSenyawa Anorganik
Senyawa Anorganik
 
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilidalaporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
 
Makalah Botani Farmasi: 6. Metabolisme Karbohidrat | Kelas: 2H | Dosen: Yayuk...
Makalah Botani Farmasi: 6. Metabolisme Karbohidrat | Kelas: 2H | Dosen: Yayuk...Makalah Botani Farmasi: 6. Metabolisme Karbohidrat | Kelas: 2H | Dosen: Yayuk...
Makalah Botani Farmasi: 6. Metabolisme Karbohidrat | Kelas: 2H | Dosen: Yayuk...
 
Penetapan Kadar Sulfat dalam Garam Glauber (Na2SO4.10H2O) SMK-SMAK Bogor
Penetapan Kadar Sulfat dalam Garam Glauber (Na2SO4.10H2O) SMK-SMAK BogorPenetapan Kadar Sulfat dalam Garam Glauber (Na2SO4.10H2O) SMK-SMAK Bogor
Penetapan Kadar Sulfat dalam Garam Glauber (Na2SO4.10H2O) SMK-SMAK Bogor
 
Teori anion kation benar
Teori anion kation benarTeori anion kation benar
Teori anion kation benar
 
Konformasi isomer
Konformasi isomerKonformasi isomer
Konformasi isomer
 
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPT
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPTTeori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPT
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPT
 
Proyeksi ruang molekul (Kimia Organik III)
Proyeksi ruang molekul (Kimia Organik III)Proyeksi ruang molekul (Kimia Organik III)
Proyeksi ruang molekul (Kimia Organik III)
 
Ppt alkena dan alkuna
Ppt alkena dan alkunaPpt alkena dan alkuna
Ppt alkena dan alkuna
 
Laporan tetap metil ester (1)
Laporan tetap metil ester (1)Laporan tetap metil ester (1)
Laporan tetap metil ester (1)
 
Reaksi reaksi sintesis senyawa organik
Reaksi reaksi sintesis senyawa organikReaksi reaksi sintesis senyawa organik
Reaksi reaksi sintesis senyawa organik
 
Kimia Organik Lanjut
Kimia Organik LanjutKimia Organik Lanjut
Kimia Organik Lanjut
 
Analisis Kation Golongan I, II, III, IV dan V
Analisis Kation Golongan I, II, III, IV dan VAnalisis Kation Golongan I, II, III, IV dan V
Analisis Kation Golongan I, II, III, IV dan V
 
Ppt batu radium
Ppt batu radiumPpt batu radium
Ppt batu radium
 
Macam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannyaMacam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannya
 
liquid chromatography mass spectrometry
liquid chromatography mass spectrometryliquid chromatography mass spectrometry
liquid chromatography mass spectrometry
 

Semelhante a Rcc catalyst

Semelhante a Rcc catalyst (20)

Refinery 06 - Hydrocracking Process.pdf
Refinery 06 - Hydrocracking Process.pdfRefinery 06 - Hydrocracking Process.pdf
Refinery 06 - Hydrocracking Process.pdf
 
reaksi-reaksi-organologam.pptx
reaksi-reaksi-organologam.pptxreaksi-reaksi-organologam.pptx
reaksi-reaksi-organologam.pptx
 
Catalitik reforming proses
Catalitik reforming prosesCatalitik reforming proses
Catalitik reforming proses
 
Catalitik reforming proses
Catalitik reforming prosesCatalitik reforming proses
Catalitik reforming proses
 
Katalis2
Katalis2Katalis2
Katalis2
 
Pembuatan SiO2 dengan metode sol gel
Pembuatan SiO2 dengan metode sol gelPembuatan SiO2 dengan metode sol gel
Pembuatan SiO2 dengan metode sol gel
 
Alkilasi
AlkilasiAlkilasi
Alkilasi
 
Ion Exchanger of Technology by BMD Street Consulting
Ion Exchanger of Technology by BMD Street ConsultingIon Exchanger of Technology by BMD Street Consulting
Ion Exchanger of Technology by BMD Street Consulting
 
ALKALI
ALKALIALKALI
ALKALI
 
32.tridewiputri.pptx
32.tridewiputri.pptx32.tridewiputri.pptx
32.tridewiputri.pptx
 
Mitokondria
MitokondriaMitokondria
Mitokondria
 
Mitokondria
MitokondriaMitokondria
Mitokondria
 
Mitokondria
MitokondriaMitokondria
Mitokondria
 
Pemisahan kation dengan penukar ion
Pemisahan kation dengan penukar ionPemisahan kation dengan penukar ion
Pemisahan kation dengan penukar ion
 
20130911130900 unit 3 ikatan tunggal
20130911130900 unit 3 ikatan tunggal20130911130900 unit 3 ikatan tunggal
20130911130900 unit 3 ikatan tunggal
 
Teknologi minyak nabati "Cracking"
Teknologi minyak nabati "Cracking"Teknologi minyak nabati "Cracking"
Teknologi minyak nabati "Cracking"
 
water treatment plant.pptx
water treatment plant.pptxwater treatment plant.pptx
water treatment plant.pptx
 
PPT KIMIA ASAM LEMAK KELOMPOK 5.pptx
PPT KIMIA ASAM LEMAK KELOMPOK 5.pptxPPT KIMIA ASAM LEMAK KELOMPOK 5.pptx
PPT KIMIA ASAM LEMAK KELOMPOK 5.pptx
 
Gatot Trimulyadi- Grafting by irradiation for ion exchange
Gatot Trimulyadi- Grafting by irradiation for ion exchangeGatot Trimulyadi- Grafting by irradiation for ion exchange
Gatot Trimulyadi- Grafting by irradiation for ion exchange
 
Katalis heterogen
Katalis heterogenKatalis heterogen
Katalis heterogen
 

Mais de Diponegoro University (20)

Converting bbm to bbg
Converting bbm to bbgConverting bbm to bbg
Converting bbm to bbg
 
Coal bed methane
Coal bed methaneCoal bed methane
Coal bed methane
 
Lube oil complex
Lube oil complexLube oil complex
Lube oil complex
 
Eor
EorEor
Eor
 
Oil rig disaster piper alpha
Oil rig disaster piper alphaOil rig disaster piper alpha
Oil rig disaster piper alpha
 
Rcc di ru vi pertamina balongan
Rcc di ru vi pertamina balonganRcc di ru vi pertamina balongan
Rcc di ru vi pertamina balongan
 
Natural gas processing
Natural gas processingNatural gas processing
Natural gas processing
 
Spiral wound membrane
Spiral wound membraneSpiral wound membrane
Spiral wound membrane
 
Cementing
CementingCementing
Cementing
 
Piping and pipeline part 2
Piping and pipeline part 2Piping and pipeline part 2
Piping and pipeline part 2
 
Presentasi laporan umum
Presentasi laporan umumPresentasi laporan umum
Presentasi laporan umum
 
Fufu
FufuFufu
Fufu
 
Chemical industries disaster
Chemical industries disasterChemical industries disaster
Chemical industries disaster
 
Piping and pipeline
Piping and pipelinePiping and pipeline
Piping and pipeline
 
Stands for nuclear
Stands for nuclearStands for nuclear
Stands for nuclear
 
Polymer
PolymerPolymer
Polymer
 
Flixborough disaster
Flixborough disasterFlixborough disaster
Flixborough disaster
 
Geothermal power plant
Geothermal power plantGeothermal power plant
Geothermal power plant
 
Skc part 1
Skc part 1Skc part 1
Skc part 1
 
Batubara
BatubaraBatubara
Batubara
 

Rcc catalyst

  • 1. RCC CATALYST OLEH : I NJOMAN SUBAKTI IRIANTO - 717306
  • 2. PRINSIP DASAR KATALIS RFCC  Katalis FCC yang banyak dipergunakan saat ini mempunyai komponen utama silika dan alumina oxide.  Selain itu juga terdapat kandungan Sodium, Calsium, Magnesium dan sedikit Lanthanum serta Cerium.  Keaktifan suatu katalis terdapat pada sisi asam yang sangat memungkinkan untuk melakukan pemecahan molekul dengan baik menjadi fraksi-fraksi ringan seperti yang diinginkan, tanpa banyak terjadi pengendapan coke pada permukaan katalis.  Empat sifat-sifat yang menentukan performance katalitis zeolite adalah : 1. Zeolite mempunyai kemampuan pertukaran kation. 2. Kation dipertukarkan dengan H+, menghasilkan sejumlah besar sisi asam yang sangat kuat. 3. Zeolite mempunyai diameter pori tertentu dan rongga yang teratur dengan dimensi terbatas yang memungkinkan reaksi transisi dan intermedia sesuai batasan. 4. Diameter pori zeolite disesuaikan dengan dimensi molekul (< 10 Å) yang membatasi akses molekul masuk-keluar sisi dalam tempat terjadinya transformasi katalitis. Page 2
  • 3. PRINSIP DASAR KATALIS RFCC  Sifat pertama dan kedua berfungsi sebagai aktifitas katalis, sedangkan sifat ketiga dan keempat berfungsi sebagai ketajaman selektifitas.  Aktifitas katalis zeolite yang tinggi menguntungkan untuk menghasilkan gasoline, tetapi untuk menghasilkan middle distillate masih dipakai katalis type amorphous.  Keaktifan katalis yang tinggi dimanfaatkan dengan konsep waktu kontak yang singkat untuk perengkahan melalui riser.  Waktu kontak yang singkat dipergunakan untuk mencegah seminimum mungkin terjadinya over cracking yang tidak diinginkan sehingga dapat dihasilkan konversi yang baik.  Dalam proses perengkahan, molekul minyak memasuki rongga katalis untuk bereaksi. Hasil reaksi perengkahan akan keluar meninggalkan katalis, sehingga reaksi dapat berlangsung tidak terbatas.  Molekul yang mempunyai ukuran cukup kecil < 10 Å dapat masuk kedalam pori Y zeolite, sedangkan molekul dengan struktur yang lebih besar (antara 10 - 25 Å) tergantung pada aromaticity dan rantai cabang serta kandungan sulfur, senyawa nitrogen dan metal, tidak cukup untuk masuk kedalam pori zeolite. Page 3
  • 4. PRINSIP DASAR KATALIS RFCC  Perengkahan molekul residu pada katalis dilakukan dengan dua langkah 1. Pertama, precracking molekul berukuran besar dilakukan pada sisi active matrix diluar permukaan kristal zeolite. 2. Kedua, perengkahan molekul intermediate dan kecil menjadi gasoline dapat terjadi pada sisi matrix maupun zeolite.  Perengkahan pada sisi matrix memungkinkan terjadinya produk yang tidak diharapkan sedangkan perengkahan pada sisi zeolite akan menghasilkan produk yang berharga.  Untuk mengurangi reaksi yang tidak diharapkan pada sisi matrix, katalis sebaiknya mempunyai aktifitas hydrogen transfer yang rendah.  Polynuclear naphtene/aromatik, resin dan asphaltene dikonversi menjadi coke.  Sebagian besar coke ini akan menempel pada permukaan zeolite katalis sehingga menurunkan aktifitasnya. Page 4
  • 5. PRINSIP DASAR KATALIS RFCC Katalis RFCC berbentuk bubuk halus dengan ukuran diameter partikel rata-rata 75 micron yang mempunyai 4 sistem komponen utama yaitu : 1. ZEOLITE. ● Merupakan komponen kunci pada RFCC catalyst untuk menghasilkan selektifitas produk dan aktifitas katalitis yang tinggi. ● Performance katalis tergantung pada besarnya nature & quality zeolite. ● Disebut juga molecular sieve dan mempunyai struktur yang lebih dikenal dengan lattice structure yang berupa susunan dasar blok silica (SiO4) dan alumina (AlO4) tetrahedra yang terdiri dari satu atom silicon atau aluminium pada titik pusat dengan satu atom oksigen pada keempat sudutnya. ● Terdapat 2 type zeolite yaitu X dan Y yang umum dipergunakan dan identik dalam struktur namun berbeda pada Silica / Alumina ratio (SAR). ● Type Y mempunyai SAR dan kestabilan hydrothermal yang lebih besar dibanding type X . ● Zeolite memainkan peranan yang penting pada performance katalis secara keseluruhan. Page 5
  • 6. PRINSIP DASAR KATALIS RFCC 2. MATRIX. ● Matrix adalah komponen lain selain zeolite yang juga mempunyai aktifitas katalitis atau yang sering disebut dengan active matrix. ● Alumina merupakan sumber active matrix, sebagian besar active matrix yang dipergunakan pada katalis RFCC adalah amorphous. ● Active matrix secara significant berkontribusi pada performance RFCC katalis. ● Pori-pori zeolite terlalu kecil dan tidak dapat melakukan perengkahan molekul hydrocarbon yang mempunyai end point > 480 °C, active matrix mempunyai struktur pori yang dapat melakukan difusi molekul hydrocarbon tersebut keluar-masuk pori katalis. ● Sisi asam katalis terdapat pada matrix katalis sebagai primary cracking. Tidak mempunyai selektifitas seperti zeolite tetapi dapat merengkah molekul yang lebih besar yang tidak dapat masuk kedalam pori-pori zeolite. ● Active matrix juga berfungsi sebagai pelindung zeolite dari deaktifasi dini akibat impurities seperti vanadium dan basic nitrogen yang ditangkap pada active matrix. Page 6
  • 7. PRINSIP DASAR KATALIS RFCC 3. BINDER & FILLER. ● Filler yang dipergunakan adalah clay yang dicampurkan pada katalis untuk mengendalikan aktifitas katalis. ● Binder yang dipergunakan adalah alumina polymer bertindak sebagai perekat untuk mengikat zeolite, matrix dan clay menjadi satu. ● Fungsi binder menjadi lebih penting pada katalis yang mempunyai konsentrasi zeolite tinggi. ● Kedua Filler dan Binder tersebut membentuk integritas phisik (ABD, Atrition Index, PSD dll), mechanical strength, media heat transfer dan media fluidisasi dari katalis. Page 7
  • 8. PRINSIP DASAR KATALIS RFCC Page 8
  • 9. REAKSI PERENGKAHAN KATALITIS  Semua komponen crude oil yang mempunyai rentang titik didih diatas 350 °C dapat diklasifikasikan sebagai residu, termasuk HGO, VGO dan vacuum bottom.  Sebagian besar material ini mengandung mono/ polynuclear naphtenes, mono/ polynuclear aromatik, resin dan asphaltenes.  Residu mempunyai densitas dan viskositas serta kandungan conradson carbon, sulfur, basic nitrogen dan metal yang lebih besar dibanding pada gasoil.  Reaksi cracking merupakan reaksi pemecahan ikatan C-C, yang reaksinya bersifat endothermis dan secara thermodinamika reaksi tersebut dapat berlangsung dengan baik pada temperatur tinggi.  Serangkaian reaksi yang kompleks akan terjadi pada saat molekul umpan dikontakan dengan katalis pada temperatur 500 - 760 °C.  Distribusi produk yang dihasilkan tergantung pada banyak faktor termasuk kondisi umpan dan kekuatan sisi asam katalis.  Meskipun reaksi yang terjadi adalah catalytic cracking, namun reaksi thermal cracking juga terjadi akibat kurang idealnya kontak antara umpan dengan katalis dalam riser. Page 9
  • 10. REAKSI PERENGKAHAN KATALITIS REAKSI-REAKSI PENTING YANG TERJADI PADA RFCC ADALAH : 1. Cracking. a. Paraffin terengkah menjadi olefin dan paraffin yang lebih kecil. Cn H 2 n + 2 Cm H 2 m + Cp H 2 p + 2 dimana n = m + P paraffin olefin paraffin b. Olefin terengkah menjadi olefin yang lebih kecil. Cn H 2n CmH2m + CpH2p dimana n = m + P olefin olefin olefin c. Perengkahan rantai samping aromatik. ArCnH2n + 1 Ar CmH 2 m-1 + Cm H 2m+2 dimana n = 2 m d. Naphthene (cycloparaffin) terengkah menjadi olefin. Cyclo-CnH2n CmH2m + CpH2p dimana n = m + P olefin olefin jika cycloparaffin mengandung cincin cyclohexane, Cyclo-Cn H 2 n C6 H 12 + Cm H 2 m + Cp H 2 p dimana n = m+p+6 olefin cyclohexane olefin olefin Page 10
  • 11. REAKSI PERENGKAHAN KATALITIS 2.   ISOMERIZATION. a.     n-Olefin menjadi iso-Olefin 1- CnH2n trans-2-CnH2n  b.    n-Paraffin menjadi iso-Paraffin. n-CnH2n iso-CnH2n 3. HYDROGEN TRANSFER. a. Naphthene + Olefin Aromatik + Paraffin  b. Cyclo aromatisasi. C6 H 12 + 3C5 H 10 C6 H 6 + 3C5 H 12   c.  Olefin menjadi paraffin dan aromatik. 4C6 H 12 3C6 H 14 + C6 H 6 Page 11
  • 12. REAKSI PERENGKAHAN KATALITIS 4. ALKYL GROUP TRANSFER/TRANSALKYLATION. C6 H 4 (C6 H 4) C6 H 12 + Cm H 2 m + Cp H 2 p 5. CYCLISASI OLEFIN MENJADI NAPHTHENE.   C7 H 14 CH 3-cyclo-C6 H 11 6. DEALKYLASI. Iso-C3H 7-C6H 5 C6H 6 + C 3H 6 7. DEHYDROGENASI. n-C8H 18 C8H 16 + H 2 8. REAKSI KONDENSASI. CH = CH 2 + R 1CH = CH R 2 + 2H R2 R1 Page 12
  • 13. SIFAT-SIFAT KATALIS RFCC 1. Particle Size Distribution (PSD - micron). PSD merupakan indikator sifat-sifat fluidisasi katalis, efisiensi cyclone dan atrition resistance katalis. Distribusi ukuran katalis umumnya adalah 0 – 40 micron : 22 % max, 40 – 80 micron : 65 % max & 80 – 120 micron : 13 % max. Peningkatan partikel halus menunjukkan tingginya catalyst atrition dan rendahnya partikel halus menunjukan turunnya efisiensi cyclone yang dapat diyakinkan pada MCB. 2. Surface Area (SA - m2/g). Pori-pori katalis merupakan bagian tempat terjadinya reaksi perengkahan sehingga surface area rongga pori-pori menggambarkan keaktifan suatu katalis. Surface area berkorelasi langsung dengan aktifitas katalis. Surface area untuk fresh catalyst adalah > 200 m2/g, sedangkan untuk E-cat adalah 70 - 200 m2/g. Kondisi hydrothermal dapat merusak struktur zeolite dan menurunkan SA. 3. Pore Volume (PV - ml/gr). PV mengindikasikan kwantitas rongga dalam partikel katalis dan merupakan petunjuk deaktifasi suatu type katalis pada komersial unit. Page 13
  • 14. SIFAT-SIFAT KATALIS RFCC Deaktifasi hydrothermal kecil sekali pengaruhnya terhadap volume pori katalis, meskipun deaktifasi hydrothemal dapat mengakibatkan penurunan PV katalis. 4. Apparent Bulk Density (ABD – gr/cc). ABD merupakan perbandingan berat katalis per satuan volume dalam bentuk curah. ABD yg terlalu tinggi akan mempersulit fluidisasi katalis dan bila terlalu rendah akan mengakibatkan katalis loss yang berlebihan. Fresh cat umumnya mempunyai ABD sekitar 0,7 – 1,0 gr/cc sedang E-cat mempunyai ABD antara 0,8 – 1,0 gr/cc. 5. Loss Of Ignition (LOI - %). LOI mengindikasikan banyaknya material yang hilang bersama katalis sesudah terjadi pemanasan pada temperatur (800 – 950 °C) dan periode tertentu. Kandungan air, ammonia dan sulphate akan menguap pada temperatur tersebut. Kelembaban fresh catalyst umumnya 10 – 15 %, bila terlalu tinggi maka katalis akan menggumpal dan bila terlalu rendah (< 5 %) maka katalis akan kering sehingga dapat menimbulkan pengaruh listrik statis. Page 14
  • 15. SIFAT-SIFAT KATALIS RFCC 6. Micro Activity Test (MAT - % wt). MAT merupakan kemampuan konversi suatu katalis dengan mempergunakan umpan gasoil standard yang dihitung dengan mengukur keaktifan dan selektifitas katalis tersebut. Harga MAT fresh catalayst umumnya 72 min dan untuk E-cat antara 66 – 68. 7. Rare Earth (RE2O3 - % wt). Element RE2O3 seperti cerium dan lanthanum bertindak sebagai jembatan untuk menstabilisasi atom aluminium dalam struktur zeolite, mencegah atom zeolite terpisah dari lactice zeolite saat katalis terekspose oleh steam pada temperatur tinggi di regenerator. RE2O3 meningkatkan aktifitas zeolite (MAT) dan selektifitas gasoline namun menurunkan ON. Penurunan ON ini akibat promosi reaksi hydrogen transfer. RE2O3 juga dapat meningkatkan kestabil an thermal dan hydrothermal pada zeolite. 8. Alumina (Al2O3 - % wt). Al2O3 dalam e-cat merupakan persen berat total alumina (active & inactive) dalam katalis curah yang bertindak untuk menjaga kestabilan thermal dan hydrothermal baik pada zeolite maupun pada matrix katalis. Page 15
  • 16. SIFAT-SIFAT KATALIS RFCC Kandungan alumina dalam e-cat berkorelasi langsung dengan kandungan alumina dalam fresh-cat, sehingga alumina level dalam e-cat dapat dipergu nakan sebagai perhitungan pada saat melakukan penggantian katalis dengan brand yang lain. 9. Sodium (Na - %wt). Sodium dalam e-cat merupakan total sodium yang berasal dari fresh feed dan fresh katalis. Sodium dapat mendeaktifasi sisi asam katalis dan dapat meng akibatkan collapsnya struktur kristal zeolite. Sodium dapat juga menurunkan ON gasoline. 10. Metals (Nickel – Ni & Vanadium – V ppm wt). Metal bila terdeposit pada katalis akan cenderung meningkatkan produk gas hydrogen dan coke sehingga membebani MAB dan WGC compressor. Logam- logam tersebut mengakibatkan reaksi dehydrogenasi yang akan meningkatkan produksi hydrogen dan menurunkan yield gasoline. V dapat merusak zeolite activity dan menurunkan konversi. Kwantitas metal pada e-cat ditentukan oleh level metal pada feed stock dan catalyst addition rate. Page 16
  • 17. SIFAT-SIFAT KATALIS RFCC 11. Carbon on Regenerated Catalyst (CRC - %wt). Deposit carbon pada e-cat yang terjadi selama perengkahan akan menutupi permukaan katalis dan akan menurunkan aktifitas katalis sehingga menurun kan konversi. Jika CRC naik, menunjukan kurang baiknya udara pembakaran atau spent catalyst distributor. 12. Coke factor - CF dan Gas Factor – GF (% wt). Menunjukan kecenderungan suatu e-cat untuk menghasilkan coke dan gas pada tingkat konversi yang sama. CF dan GF dipengaruhi oleh type fresh catalyst dan level metal yang terdeposit pada e-cat. CF dan GF dapat juga mengindikasikan aktifitas dehydrogenasi metal pada katalis. Penambahan alumina amorhpous pada katalis akan cenderung meningkatkan nonselective cracking yang mengahsilkan coke dan gas. 13. Dynamic Activity (DA). Dua e-cat dengan MAT yang sama dapat menghasilkan konversi yang ber beda apabila dioperasikan dengan delta coke yang berbeda. DA diperguna kan untuk menentukan hubungan antara coke selectivity dengan coke yield yang dihasilkan. Page 17
  • 18. SIFAT-SIFAT KATALIS RFCC Kinetic MAT Conversions DA = Coke yield, wt % MAT Conv, wt % E-Cat MAT Conv Kin. MAT Conv = MAT Conv = 100 - MAT Conv, wt % Standard MAT Test 14. Surface Area – Kinetic (SA/K) Number. SA/K number mengindikasikan jumlah surface area katalis yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit konversi. Surface Area, m2/gr SA/K = Kinetic MAT Conversions 15. Atrition Index (AI). AI merupakan indikasi kekuatan dan kekerasan suatu katalis. Makin besar AI katalis makin baik karena katalis tersebut tidak mudah hancur yg menimbul kan debu namun akan berakibat buruk pada bagian peralatan akan mudah terkikis. Page 18
  • 19. SIFAT-SIFAT KATALIS RFCC 16. Sintering Index ( SI). SI merupakan indeks menurunnya keaktifan katalis akibat tertutupnya pori- pori katalis oleh lelehan katalis (aglomerasi) akibat panas yang berlebihan. Hal ini ditunjukan oleh persentase pori-pori katalis yang tertutup oleh lelehan katalis tersebut. Selain temperatur berlebihan, sintering juga dipromote oleh adanya kandungan Na dalam feed yang dapat menurunkan titik leleh katalis sehingga katalis akan menyatu dan kehilangan luas permukaan. Page 19
  • 20. SIFAT-SIFAT FRESH CATALYST ITEM TYPICAL CCIC GRACE AKZO N GRACE SPEC ELZ-4070 Ramct 27 PT FOC–90S Aurora1 CHEM PROP a. LOI 15 max 10.3 15.0 13.0 15,0 b. Al2O,3 Wt % 30 – 55 32 53 49 46 c. Na2O, Wt % 0.6 max 0.4 – 0.5 0.3 0.3 0.35 d. SO, Wt % 1.2 max 0.6 - - 2.5 e. Fe, Wt % 1.2 max 0.3 0.85 - 0.85 f. RE2O3, Wt % 1.2 – 1.8 1.2 1.8 1.3 3.3 PHYS. PROP a. App Bulk Den, Gr/ml 0.70 – 0.79 0.7 0.78 0.77 0.75 b. Surface Area, M2/gr 200 – 260 214 255 210 290 c. Pore Volume, Ml/gr 0.15 min 0.15 0.38 0.47 0.40 d. Attrition Index 3–7 3.0 5.0 3.5 7.0 e. Part Distribution < 20 Micron Wt % 2 max - 1 - 1 < 40 Micron Wt % 20 max 17 10 - 12 < 80 Micron Wt % - - - - - < 150 Micron Wt % 90 min 90 min 96 - 96 Avrg Part Size Wt % 69 – 80 58 76 72 71 MAT, Wt % 72 min 74 – 76 74 82 76 Page 20