Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Konsep jihad telah berkembang dari ideologi perang ofensif menjadi ideologi anti-kolonialisme
2. Gerakan teroris kontemporer meyakini jihad sebagai perang permanen tanpa dialog, berbeda dengan pandangan sufistik dan normatif Islam klasik
3. Deviasi konsep jihad menjadi perang ofensif semula bertujuan untuk kepentingan penguasa ekspansionis
3. Pada era ekspansi teritorial khilafah, jihad ditafsirkan sebagai
ideologi perang ofensif oleh penguasa untuk menjustifikasi
kepentingan ekspansionis. Jihad dalam perspektif sufistik
terkesan melankolis dan nir-kekerasan, tetapi kondisi sosio-
politik yang datang silih berganti menuntut adanya
pembacaan baru terhadap konsep jihad. Konsep jihad
kemudian berkembang sebagai ideologi anti-kolonialisme.
4. Pandangan normatif jihad permanen
yang dianut oleh gerakan terorisme
kontemporer mempercayai bahwa jihad
adalah sebuah keniscayaan permanen
dan menafikan dialog antar-peradaban.
Di Indonesia, norma jihad semacam itu
dianut oleh para teroris seperti Imam
Samudra sebagaimana yang tertulis
dalam bukunya, Aku melawan teroris.
5. Teror yang dilakukan oleh muslim radikal saat ini
berakar dari doktrin kolot yang berkembang dalam
tradisi pemikiran Islam klasik. Budaya Islam telah
dicemari oleh pemahaman radikal bahwa ayat-
ayat pedang telah menghapus ayat-ayat yang
mengajarkan toleransi dan inklusivisme.
Akibatnya, Islam yang semula mengajarkan
kedamaian berubah menjadi ideologi kekerasan.
6. Deviasi konsep jihad menjadi perang
ofensif muncul untuk melayani
kepentingan penguasa penguasa yang
berambisi melakukan ekspansi. Ambisi
ekspansi atas nama dakwah Islam yang
diperkokoh dengan teori nasikh-man-sukh
telah mempengaruhi terbentuknya fikih
teroris.
7. Teori naskh merupakan sarana
pembakuan perang ofensif dalam fikih
teroris yang mencampuradukkan antara
jihad (perjuangan), qital (peperangan),
qatl (membunuh), dan ghazw (perang
ala suku Arab Jahiliyah yang bertujuan
meraup harta rampasan. Teori naskh
muncul untuk mengatasi asumsi adanya
kontradiksi antarayat dalam Al-Quran.
8. Dalam Q.S. At-Taubah (9): 6 Allah berfirman:
“Dan jika seorang di antara orang-orang
musyrikin itu meminta perlindungan
kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia
sempat mendengar firman Allah, kemudian
antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya.
Demikian itu disebabkan mereka kaum yang
tidak mengetahui,”
9. Dari upaya validasi konsep jihad yang
dilakukan Bonney, Hisam Rusydi, Syahrour, al-
Ghazali dan ulama lainnya, mereka mencapai
kesimpulan bahwa terkait dengan perang
bersenjata, konsep jihad yang autentik adalah
perjuangan untuk tujuan defensif. Di satu sisi,
Islam bukanlah agama yang menganut
pasifisme yang melarang jihad. Namun, di sisi
lain, Islam merupakan agama kasih sayang
universal dan perang dalam jihad fi sabilillah
hanya boleh dilakukan untuk tujuan defensif.