SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 18
Analisis Kebijakan Kesehatan
PP No. 33 Tahun 2012
tentang
Pemberian ASI Eksklusif
Disusun Oleh:
Siska Fiany
G1B011006
PP No. 33 Tahun 2012
tentang
Pemberian ASI Eksklusif
KONTEKS
KEBIJAKAN
CONTENT
KEBIJAKAN
AKTOR
KEBIJAKAN
PROSES
KEBIJAKAN
Aktor Kebijakan
1. Pembuat, pelaksana dan Pengawas kebijakan :
Pemerintah pusat yaitu Kementerian kesehatan RI.
2. Pelaksana kebijakan : Pemerintah provinsi yaitu Dinas
Kesehatan Provinsi; dan Pemerintah Kabupaten/kota
yaitu Dinkes Kab/kota; Tempat kerja; Tempat sarana
umum yaitu Fasilitas pelayanan kesehatan beserta
tenaga kesehatan, hotel dan penginapan, tempat
rekreasi, terminal angkutan darat dan tempat sarana
umum lainnya.
3. Sasaran kebijakan : Ibu melahirkan, bayi umur 0-6
bulan, keluarga bayi dan masyarakat.
4. Pihak yang dirugikan: Produsen susu formula
Konteks Kebijakan
Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan
antara lain adalah penurunan angka kematian
Bayi dan peningkatan status gizi masyarakat.
Status gizi masyarakat akan baik apabila perilaku
gizi yang baik dilakukan pada setiap tahap
kehidupan termasuk pada Bayi.
• Faktor situasional: Angka ASI Eksklusif 2010 di Indonesia sangat rendah yaitu
hanya 15,3%.
• Faktor struktural: Ibu yang berstatus wanita career kurang kesadarannya untuk
meberikan ASI eksklusif pada anaknya
• Faktor budaya: kebiasaan mayoritas ibu indonesia yang sudah memberikan
makanan lain selain ASI sebelum bayi berumur 6 bulan.
• Faktor Internasional: Deklarasi Innocenti di Florence, Italia tahun 1990 :
menyatakan bahwa setiap negara diharuskan memberikan perlindungan dan
dorongan kepada ibu agar berhasil menyusui secara eksklusif kepada bayinya
Beberapa kendala dalam hal pemberian ASI Eksklusif adalah ibu tidak percaya diri
bahwa dirinya mampu menyusui dengan baik sehingga mencukupi seluruh
kebutuhan gizi Bayi.
Hal ini antara lain disebabkan karena:
1. Kurangnya pengetahuan ibu
2. Kurangnya dukungan Keluarga
3. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif
4. Kurangnya dukungan Tenaga Kesehatan, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dan
produsen makanan bayi untuk keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya.
Konteks Kebijakan
Konten Kebijakan
Tujuan :
a. Menjamin pemenuhan hak Bayi untuk
mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan
sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan
memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangannya;
b. Memberikan perlindungan kepada ibu dalam
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya; dan
c. Meningkatkan peran dan dukungan Keluarga,
masyarakat, Pemerintah Daerah, dan
Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Konten Kebijakan
Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur:
1. Tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota;
2. Air susu ibu eksklusif;
3. Penggunaan susu formula dan produk bayi lainnya;
4. Tempat kerja dan tempat sarana umum;
5. Dukungan masyarakat;
6. Pendanaan; dan
7. Pembinaan dan pengawasan.
Konten Kebijakan
10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan menyusui sebagai berikut:
a. Membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan dikomunikasikan kepada
semua staf pelayanan kesehatan;
b. Melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan menerapkan kebijakan
menyusui tersebut;
c. Menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang manfaat dan
manajemen menyusui;
d. membantu ibu menyusui dini dalam waktu 60 (enam puluh) menit pertama
persalinan;
e. Membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan menyusui meskipun ibu
dipisah dari bayinya;
f. memberikan ASI saja kepada Bayi baru lahir kecuali ada indikasi medis;
g. Menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu 24 (dua
puluh empat) jam;
h. Menganjurkan menyusui sesuai permintaan Bayi;
i. Tidak memberi dot kepada Bayi; dan
j. Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan merujuk ibu
kepada kelompok tersebut setelah keluar dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Proses Perumusan Kebijakan
• Identifikasi masalah dan isu: tingginya angka kematian ibu,
angka kematian bayi dan angka gizi buruk di Indonesia. Upaya
pemberian ASI Eksklusif merupakan salah satu upaya dalam
menekan angka gizi buruk sehingga akan menekan angka
kematian bayi serta kematian ibu. Didukung dengan adanya
kesepakatan internasional yaitu:
1.Deklarasi Innocenti di Florence, Italia tahun 1990 :
menyatakan bahwa setiap negara diharuskan memberikan
perlindungan dan dorongan kepada ibu agar berhasil
menyusui secara eksklusif kepada bayinya
2.Kode Internasional Pemasaran PASI diadopsi oleh WHA
(World Health Assembly), tahun 1981
Proses Perumusan Kebijakan
Perumusan Kebijakan :
• Pemerintah mencanangkan Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan
ASI, yang dicanangkan oleh Presiden RI pada Peringatan Hari Ibu ke 62
tahun 1990 diikuti oleh pencanangan Gerakan Masyarakat Peduli ASI
pada tanggal 5 Agustus 2000
• Kepmenkes No. 237 tahun 1997 tentang Pemasaran Pengganti Air Susu
Ibu (ASI)
• Kepmenkes No. 450 tahun 2004 tentang Pemberian ASI Eksklusif pada
bayi di Indonesia dibuah dari 4 bulan menjadi 6 bulan.
Dalam rangka melindungi, mendukung dan mempromosikan pemberian
ASI Eksklusif perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan dukungan dari
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan
Tenaga Kesehatan, masyarakat serta Keluarga agar ibu dapat memberikan
ASI Eksklusif kepada Bayi. Untuk maksud tersebut, maka diperlukan
Peraturan Pemerintah tentang Pemberian ASI Eksklusif.
• Kemudian pada akhirnya disusunlah kebijakan yang Tercantum pada PP
No 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif.
Strategi program pemberian ASI Eksklusif dilakukan secara terpadu,
berjenjang, dan berkesinambungan.
Pelaksanaan Kebijakan
• Menurut dr Utami, ruang laktasi tidak terealisasikan
karena kurangnya gerak dari masyarakat dan
pemerintahan. Semua elemen, mulai dari Kementerian
Kesehatan, Kementerian Tenaga Kerja hingga praktisi
kesehatan seharusnya ikut bertanggung jawab.
Selain itu, banyak ibu yang tidak berani melapor karena
takut kehilangan pekerjaan dan dipecat dari
pekerjaannya. Sehingga ibu lebih merelakan anaknya
mendapatkan susu formula. "Ini yang bahaya, apalagi
kalau sampai ibu mengandalkan donor ASI," katanya
(http://life.viva.co.id/ ,21 agustus 2013).
Pelaksanaan Kebijakan
• Jum'at, 5 Juli 2013 − 16:28 WIB
• Sindonews.com - Kesadaran pemilik
perusahaan di Kulonprogo untuk menyediakan
ruang laktasi sangat minim. Dari ratusan
perusahaan, mulai skala kecil hingga besar,
hanya 10 yang menyediakan ruang laktasi
(Sodik, 2013).
ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DI PUSKESMAS BRANGSONG 02 KABUPATEN KENDAL
Yuliana Saptiti Sari
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program
pemberian ASI di Puskesmas Brangsong kurang optimal. Petunjuk
teknis SOP sudah tersedia di Puskesmas namun pelaksanaanya belum
sesuai dengan SOP. Dana diambilkan dari dana BOK Gizi. Pelaksanaan
program dilakukan dengan penyuluhan saat pemeriksaan di Puskesmas
dan kegiatan Posyandu. Komunikasi dalam program kurang optimal,
Alat peraga penunjang program sangat kurang. Watak atau sikap
petugas yakni komitmen, respon, dan pemahaman dalam pelaksanaan
program sudah baik.
Implementasi Program ASI Eksklusif dan Peran Petugas KIA di
Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Durian Kec. Aek Natas
Kabupaten Labuhanbatu Utara
• Damanik, Dahlia Romince 6-Feb-2014
• Petugas KIA sebagai pemberi penyuluhan tentang ASI eksklusif tapi kenyataannya
banyak petugas yang masih memiliki pengetahuan yang kurang tentang
pentingnya pemberian ASI yang pertama kali keluar (kolostrum) walaupun
jumlahnya sedikit, selanjutnya pengetahuan yang kurang tentang komposisi ASI
dan belum dilatih tentang konseling menyusui dan kurangnya promosi ASI
Eksklusif.
• Hasil penelitian menunjukan bahwa masih banyak ibu yang belum mengetahui
apa itu ASI eksklusif dan mengapa harus 6 bulan pemberiannya. Dapat dilihat juga
bahwa pengimplementasiannya masih sangat kurang dirasakan, karena petugas
KIA dari puskesmas hanya melakukan penyuluhan di posyandu yang dilaksanakan
tiap bulannya dan menurut beberapa informan bahwa terkadang petugas lupa
menyampaikan bahwa bayi usia dibawah 6 bulan jangan diberi susu formula atau
bahkan makanan tambahaan, jadi masih banyak ibu yang tidak mengetahui hal
tersebut.
• Implementasi program ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Bandar Durian
belum berjalan dengan maksimal antara lain juga disebabkan karena belum
adanya aturan tertulis tentang pemberian ASI eksklusif dan diberi sanksi yang
tegas bagi pelanggarnya.
Proses Perumusan Kebijakan
• Evaluasi Kebijakan: Mengawasi pelaksanaan dan
pencapaian program pemberian ASI Eksklusif di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan pendidikan
kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana umum, dan
kegiatan di masyarakat dalam skala provinsi;
Adanya sanksi Administratif bagi pelaksana kebijakan
yang tidak mematuhi peraturan berupa teguran lisan,
teguran tertulis, dan pencabutan izin.
• Tempat-tempat umum yang tidak menyediakan ruang
laktasi bisa dikenakan hukuman maksimal tiga tahun
penjara atau denda Rp 300 juta (www.beritasatu.com).
Evaluasi Kebijakan ASI eksklusif
• Belum ada jurnal/penelitian tentang evaluasi
PP No 33 Tahun 2012
• Namun terlihat peningkatan cakupan Angka
ASI Eksklusif yaitu yang semula pada tahun
2010 di Indonesia hanya 15,3% meningkat
menjadi 38% berdasarkan data riskesdas
2013.
Evaluasi Kebijakan
• The World Breast-Feeding Trends Initiatives Report yang
dikeluarkan tahun 2010, menempatkan Indonesia di
urutan ke-30 dari 33 negara yang disurvei dalam hal
prevalensi pemberian ASI ekslusif.
Posisi tersebut jauh di bawah negara-negara Afrika seperti
Malawi, Ghana, dan Zambia yang tingkat
pembangunannya tidak sebaik Indonesia
(www.beritasatu.com), 25 januari 2012 )
• Angka cakupan ASI Esklusif di Indonesia berdasarkan hasil
riskesdas tahun 2013 adalah sebesar 38%
THANK YOU

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Penggunaan KMS
Penggunaan KMSPenggunaan KMS
Penggunaan KMS
Ryaniegizi
 
Gizi menyusui
Gizi menyusuiGizi menyusui
Gizi menyusui
Kindal
 
Gizi, pertumbuhan & perkembangan balita
Gizi, pertumbuhan & perkembangan balitaGizi, pertumbuhan & perkembangan balita
Gizi, pertumbuhan & perkembangan balita
Cut Ampon Lambiheue
 
Implementasi upaya penurunan kasus kematian ibu dan bayi
Implementasi upaya penurunan kasus kematian ibu dan bayiImplementasi upaya penurunan kasus kematian ibu dan bayi
Implementasi upaya penurunan kasus kematian ibu dan bayi
Muh Saleh
 
Kekurangan energi kronik_(kek)_ppt
Kekurangan energi kronik_(kek)_pptKekurangan energi kronik_(kek)_ppt
Kekurangan energi kronik_(kek)_ppt
gina dwi
 
Gizi balita anak sekolah
Gizi balita anak sekolahGizi balita anak sekolah
Gizi balita anak sekolah
destariska
 
Ppt mengenal gizi seimbang
Ppt mengenal gizi seimbangPpt mengenal gizi seimbang
Ppt mengenal gizi seimbang
Vivi Amelia
 

Mais procurados (20)

Gizi pada bayi & balita
Gizi pada bayi & balitaGizi pada bayi & balita
Gizi pada bayi & balita
 
Penggunaan KMS
Penggunaan KMSPenggunaan KMS
Penggunaan KMS
 
ISI PIRINGKU MALA.pptx
ISI PIRINGKU MALA.pptxISI PIRINGKU MALA.pptx
ISI PIRINGKU MALA.pptx
 
Gizi menyusui
Gizi menyusuiGizi menyusui
Gizi menyusui
 
gizi pada ibu hamil
gizi pada ibu hamilgizi pada ibu hamil
gizi pada ibu hamil
 
Gizi pada bumil & busui
Gizi pada bumil & busuiGizi pada bumil & busui
Gizi pada bumil & busui
 
Gizi, pertumbuhan & perkembangan balita
Gizi, pertumbuhan & perkembangan balitaGizi, pertumbuhan & perkembangan balita
Gizi, pertumbuhan & perkembangan balita
 
Askeb. saban pnc AKBID PARAMATA RAHA
Askeb. saban pnc AKBID PARAMATA RAHA Askeb. saban pnc AKBID PARAMATA RAHA
Askeb. saban pnc AKBID PARAMATA RAHA
 
kelas balita 12-59 bulan.ppt
kelas balita 12-59 bulan.pptkelas balita 12-59 bulan.ppt
kelas balita 12-59 bulan.ppt
 
PPT Gizi Balita
PPT Gizi Balita PPT Gizi Balita
PPT Gizi Balita
 
Implementasi upaya penurunan kasus kematian ibu dan bayi
Implementasi upaya penurunan kasus kematian ibu dan bayiImplementasi upaya penurunan kasus kematian ibu dan bayi
Implementasi upaya penurunan kasus kematian ibu dan bayi
 
Askeb asfiksia
Askeb asfiksiaAskeb asfiksia
Askeb asfiksia
 
8. gizi seimbang untuk ibu hamil
8. gizi seimbang untuk ibu hamil8. gizi seimbang untuk ibu hamil
8. gizi seimbang untuk ibu hamil
 
1 paparan stunting-dir.gizi-1222
1 paparan stunting-dir.gizi-12221 paparan stunting-dir.gizi-1222
1 paparan stunting-dir.gizi-1222
 
Kekurangan energi kronik_(kek)_ppt
Kekurangan energi kronik_(kek)_pptKekurangan energi kronik_(kek)_ppt
Kekurangan energi kronik_(kek)_ppt
 
Penyuluhan asi
Penyuluhan asiPenyuluhan asi
Penyuluhan asi
 
Leaflet anemia ibu hamil
Leaflet anemia ibu hamilLeaflet anemia ibu hamil
Leaflet anemia ibu hamil
 
Gizi balita anak sekolah
Gizi balita anak sekolahGizi balita anak sekolah
Gizi balita anak sekolah
 
Gizi anak sekolah dasar
Gizi anak sekolah dasar Gizi anak sekolah dasar
Gizi anak sekolah dasar
 
Ppt mengenal gizi seimbang
Ppt mengenal gizi seimbangPpt mengenal gizi seimbang
Ppt mengenal gizi seimbang
 

Destaque

Leaflet 100 kehidupan pertama
Leaflet 100 kehidupan pertamaLeaflet 100 kehidupan pertama
Leaflet 100 kehidupan pertama
Baim Muach
 
1000 hari kehidupan
1000 hari kehidupan1000 hari kehidupan
1000 hari kehidupan
tmthaib
 
Making health policy
Making health policyMaking health policy
Making health policy
Hasan Rahim
 
KEYSTONE / Module 4 / Slideshow 3 / Health Policy & System Research Framework...
KEYSTONE / Module 4 / Slideshow 3 / Health Policy & System Research Framework...KEYSTONE / Module 4 / Slideshow 3 / Health Policy & System Research Framework...
KEYSTONE / Module 4 / Slideshow 3 / Health Policy & System Research Framework...
Public Health Foundation of India (PHFI)
 
KEYSTONE / Module 1 / Slideshow 3 / Health System and Health Policy Framewor...
 KEYSTONE / Module 1 / Slideshow 3 / Health System and Health Policy Framewor... KEYSTONE / Module 1 / Slideshow 3 / Health System and Health Policy Framewor...
KEYSTONE / Module 1 / Slideshow 3 / Health System and Health Policy Framewor...
Public Health Foundation of India (PHFI)
 
Health triangle
Health triangleHealth triangle
Health triangle
kdcsdross
 

Destaque (20)

Kebijakan implementasi asi ekslusif
Kebijakan implementasi asi ekslusifKebijakan implementasi asi ekslusif
Kebijakan implementasi asi ekslusif
 
12 21-1-sm
12 21-1-sm12 21-1-sm
12 21-1-sm
 
Presentasi Regulasi ASI
Presentasi Regulasi ASIPresentasi Regulasi ASI
Presentasi Regulasi ASI
 
Policy Brief
Policy BriefPolicy Brief
Policy Brief
 
Leaflet 100 kehidupan pertama
Leaflet 100 kehidupan pertamaLeaflet 100 kehidupan pertama
Leaflet 100 kehidupan pertama
 
Kebijakan publik keluarga berencana
Kebijakan publik keluarga berencanaKebijakan publik keluarga berencana
Kebijakan publik keluarga berencana
 
Jazmedia Making Health Policy Book
Jazmedia Making Health Policy Book Jazmedia Making Health Policy Book
Jazmedia Making Health Policy Book
 
Kebijakan prog imunisasi 2015 acc
Kebijakan prog imunisasi 2015 accKebijakan prog imunisasi 2015 acc
Kebijakan prog imunisasi 2015 acc
 
Policy Brief Analisis Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Imunisasi Dasar L...
Policy Brief Analisis Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Imunisasi Dasar L...Policy Brief Analisis Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Imunisasi Dasar L...
Policy Brief Analisis Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Imunisasi Dasar L...
 
PHFI and MEASURE Evaluation Collaboration: Partnership and Beyond
PHFI and MEASURE Evaluation Collaboration: Partnership and Beyond PHFI and MEASURE Evaluation Collaboration: Partnership and Beyond
PHFI and MEASURE Evaluation Collaboration: Partnership and Beyond
 
LinkedIn as Continuing Professional Development Tools for Medical Doctors.(A...
LinkedIn as Continuing Professional  Development Tools for Medical Doctors.(A...LinkedIn as Continuing Professional  Development Tools for Medical Doctors.(A...
LinkedIn as Continuing Professional Development Tools for Medical Doctors.(A...
 
1000 hari kehidupan
1000 hari kehidupan1000 hari kehidupan
1000 hari kehidupan
 
National Health Policy
National Health Policy National Health Policy
National Health Policy
 
Gerakan 1000 hpk fix
Gerakan 1000 hpk fixGerakan 1000 hpk fix
Gerakan 1000 hpk fix
 
Making health policy
Making health policyMaking health policy
Making health policy
 
KEYSTONE / Module 4 / Slideshow 3 / Health Policy & System Research Framework...
KEYSTONE / Module 4 / Slideshow 3 / Health Policy & System Research Framework...KEYSTONE / Module 4 / Slideshow 3 / Health Policy & System Research Framework...
KEYSTONE / Module 4 / Slideshow 3 / Health Policy & System Research Framework...
 
KEYSTONE / Module 1 / Slideshow 3 / Health System and Health Policy Framewor...
 KEYSTONE / Module 1 / Slideshow 3 / Health System and Health Policy Framewor... KEYSTONE / Module 1 / Slideshow 3 / Health System and Health Policy Framewor...
KEYSTONE / Module 1 / Slideshow 3 / Health System and Health Policy Framewor...
 
National health policy 2017
National health policy 2017 National health policy 2017
National health policy 2017
 
Health triangle
Health triangleHealth triangle
Health triangle
 
Transforming Gender Norms, Roles, and Power Dynamics to Reduce GBV: A Systema...
Transforming Gender Norms, Roles, and Power Dynamics to Reduce GBV: A Systema...Transforming Gender Norms, Roles, and Power Dynamics to Reduce GBV: A Systema...
Transforming Gender Norms, Roles, and Power Dynamics to Reduce GBV: A Systema...
 

Semelhante a Analisis Kebijakan Kesehatan PP No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif

SOSIALISASI HAM UNTUK KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA
SOSIALISASI HAM UNTUK KABUPATEN/KOTA DI INDONESIASOSIALISASI HAM UNTUK KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA
SOSIALISASI HAM UNTUK KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA
Sukmardani12
 
ppt kebijakan asi ekslusif.pptx
ppt kebijakan asi ekslusif.pptxppt kebijakan asi ekslusif.pptx
ppt kebijakan asi ekslusif.pptx
NersAlim
 
DOWNLOAD MODUL PELATIHAN stunting & KPM.pptx
DOWNLOAD MODUL PELATIHAN stunting & KPM.pptxDOWNLOAD MODUL PELATIHAN stunting & KPM.pptx
DOWNLOAD MODUL PELATIHAN stunting & KPM.pptx
ZainalArifin848408
 
PPT AKTUALISASI contoh latsar tentang penyusunan
PPT AKTUALISASI contoh latsar tentang penyusunanPPT AKTUALISASI contoh latsar tentang penyusunan
PPT AKTUALISASI contoh latsar tentang penyusunan
RameSihombing
 

Semelhante a Analisis Kebijakan Kesehatan PP No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif (20)

SOSIALISASI HAM UNTUK KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA
SOSIALISASI HAM UNTUK KABUPATEN/KOTA DI INDONESIASOSIALISASI HAM UNTUK KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA
SOSIALISASI HAM UNTUK KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA
 
ppt kebijakan asi ekslusif.pptx
ppt kebijakan asi ekslusif.pptxppt kebijakan asi ekslusif.pptx
ppt kebijakan asi ekslusif.pptx
 
Determinan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposal
Determinan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposalDeterminan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposal
Determinan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposal
 
Pedoman Pekan ASI Sedunia 2012
Pedoman Pekan ASI Sedunia 2012Pedoman Pekan ASI Sedunia 2012
Pedoman Pekan ASI Sedunia 2012
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Pola makan dan asuh_Stunting_RitaDama.pptx
Pola makan dan asuh_Stunting_RitaDama.pptxPola makan dan asuh_Stunting_RitaDama.pptx
Pola makan dan asuh_Stunting_RitaDama.pptx
 
DOWNLOAD MODUL PELATIHAN stunting & KPM.pptx
DOWNLOAD MODUL PELATIHAN stunting & KPM.pptxDOWNLOAD MODUL PELATIHAN stunting & KPM.pptx
DOWNLOAD MODUL PELATIHAN stunting & KPM.pptx
 
7 KAK KB.docx
7 KAK KB.docx7 KAK KB.docx
7 KAK KB.docx
 
Pedoman pelayanan gizi ukm
Pedoman pelayanan gizi ukmPedoman pelayanan gizi ukm
Pedoman pelayanan gizi ukm
 
PPT AKTUALISASI contoh latsar tentang penyusunan
PPT AKTUALISASI contoh latsar tentang penyusunanPPT AKTUALISASI contoh latsar tentang penyusunan
PPT AKTUALISASI contoh latsar tentang penyusunan
 
540270710 kak-sweeping-tidak-datang-possyandu
540270710 kak-sweeping-tidak-datang-possyandu540270710 kak-sweeping-tidak-datang-possyandu
540270710 kak-sweeping-tidak-datang-possyandu
 
PIS-PK
PIS-PKPIS-PK
PIS-PK
 
panduan pelayanan kb edit.pdf
panduan pelayanan kb edit.pdfpanduan pelayanan kb edit.pdf
panduan pelayanan kb edit.pdf
 
P4K_PROGRAM_PERENCANAAN_PERSALINAN_DAN_P.ppt
P4K_PROGRAM_PERENCANAAN_PERSALINAN_DAN_P.pptP4K_PROGRAM_PERENCANAAN_PERSALINAN_DAN_P.ppt
P4K_PROGRAM_PERENCANAAN_PERSALINAN_DAN_P.ppt
 
P4K_PROGRAM_PERENCANAAN_PERSALINAN_DAN_P.ppt
P4K_PROGRAM_PERENCANAAN_PERSALINAN_DAN_P.pptP4K_PROGRAM_PERENCANAAN_PERSALINAN_DAN_P.ppt
P4K_PROGRAM_PERENCANAAN_PERSALINAN_DAN_P.ppt
 
KONVERGENSI STUNTING.pptx
KONVERGENSI STUNTING.pptxKONVERGENSI STUNTING.pptx
KONVERGENSI STUNTING.pptx
 
mpasi idai.pdf
mpasi idai.pdfmpasi idai.pdf
mpasi idai.pdf
 
P4K_PROGRAM_PERENCANAAN_PERSALINAN_DAN_P.ppt
P4K_PROGRAM_PERENCANAAN_PERSALINAN_DAN_P.pptP4K_PROGRAM_PERENCANAAN_PERSALINAN_DAN_P.ppt
P4K_PROGRAM_PERENCANAAN_PERSALINAN_DAN_P.ppt
 
PB 1 Konsep dan Kebijakan Penurunan Stunting Fix Jatim.pptx
PB 1 Konsep dan Kebijakan Penurunan Stunting Fix Jatim.pptxPB 1 Konsep dan Kebijakan Penurunan Stunting Fix Jatim.pptx
PB 1 Konsep dan Kebijakan Penurunan Stunting Fix Jatim.pptx
 
9 KAK ASI.docx
9 KAK ASI.docx9 KAK ASI.docx
9 KAK ASI.docx
 

Último

Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASIStandar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
germanaaprianineno
 
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioIMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
Safrina Ramadhani
 
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccaskep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
anangkuniawan
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
haslinahaslina3
 
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank MaybankUNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
csooyoung073
 
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
cels17082019
 

Último (17)

Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASIStandar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
 
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
 
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.pptpartograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
 
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptx
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptxMekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptx
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptx
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
 
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
 
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioIMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
 
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccaskep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
 
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHANKONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
 
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank MaybankUNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
 
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYAPPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA
PPT LAPORAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA
 
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdfPPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
 
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
 
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptPPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
 

Analisis Kebijakan Kesehatan PP No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif

  • 1. Analisis Kebijakan Kesehatan PP No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif Disusun Oleh: Siska Fiany G1B011006
  • 2. PP No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif KONTEKS KEBIJAKAN CONTENT KEBIJAKAN AKTOR KEBIJAKAN PROSES KEBIJAKAN
  • 3. Aktor Kebijakan 1. Pembuat, pelaksana dan Pengawas kebijakan : Pemerintah pusat yaitu Kementerian kesehatan RI. 2. Pelaksana kebijakan : Pemerintah provinsi yaitu Dinas Kesehatan Provinsi; dan Pemerintah Kabupaten/kota yaitu Dinkes Kab/kota; Tempat kerja; Tempat sarana umum yaitu Fasilitas pelayanan kesehatan beserta tenaga kesehatan, hotel dan penginapan, tempat rekreasi, terminal angkutan darat dan tempat sarana umum lainnya. 3. Sasaran kebijakan : Ibu melahirkan, bayi umur 0-6 bulan, keluarga bayi dan masyarakat. 4. Pihak yang dirugikan: Produsen susu formula
  • 4. Konteks Kebijakan Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan antara lain adalah penurunan angka kematian Bayi dan peningkatan status gizi masyarakat. Status gizi masyarakat akan baik apabila perilaku gizi yang baik dilakukan pada setiap tahap kehidupan termasuk pada Bayi.
  • 5. • Faktor situasional: Angka ASI Eksklusif 2010 di Indonesia sangat rendah yaitu hanya 15,3%. • Faktor struktural: Ibu yang berstatus wanita career kurang kesadarannya untuk meberikan ASI eksklusif pada anaknya • Faktor budaya: kebiasaan mayoritas ibu indonesia yang sudah memberikan makanan lain selain ASI sebelum bayi berumur 6 bulan. • Faktor Internasional: Deklarasi Innocenti di Florence, Italia tahun 1990 : menyatakan bahwa setiap negara diharuskan memberikan perlindungan dan dorongan kepada ibu agar berhasil menyusui secara eksklusif kepada bayinya Beberapa kendala dalam hal pemberian ASI Eksklusif adalah ibu tidak percaya diri bahwa dirinya mampu menyusui dengan baik sehingga mencukupi seluruh kebutuhan gizi Bayi. Hal ini antara lain disebabkan karena: 1. Kurangnya pengetahuan ibu 2. Kurangnya dukungan Keluarga 3. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif 4. Kurangnya dukungan Tenaga Kesehatan, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dan produsen makanan bayi untuk keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya. Konteks Kebijakan
  • 6. Konten Kebijakan Tujuan : a. Menjamin pemenuhan hak Bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya; b. Memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya; dan c. Meningkatkan peran dan dukungan Keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif.
  • 7. Konten Kebijakan Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur: 1. Tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota; 2. Air susu ibu eksklusif; 3. Penggunaan susu formula dan produk bayi lainnya; 4. Tempat kerja dan tempat sarana umum; 5. Dukungan masyarakat; 6. Pendanaan; dan 7. Pembinaan dan pengawasan.
  • 8. Konten Kebijakan 10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan menyusui sebagai berikut: a. Membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan dikomunikasikan kepada semua staf pelayanan kesehatan; b. Melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan menerapkan kebijakan menyusui tersebut; c. Menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang manfaat dan manajemen menyusui; d. membantu ibu menyusui dini dalam waktu 60 (enam puluh) menit pertama persalinan; e. Membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan menyusui meskipun ibu dipisah dari bayinya; f. memberikan ASI saja kepada Bayi baru lahir kecuali ada indikasi medis; g. Menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu 24 (dua puluh empat) jam; h. Menganjurkan menyusui sesuai permintaan Bayi; i. Tidak memberi dot kepada Bayi; dan j. Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut setelah keluar dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
  • 9. Proses Perumusan Kebijakan • Identifikasi masalah dan isu: tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi dan angka gizi buruk di Indonesia. Upaya pemberian ASI Eksklusif merupakan salah satu upaya dalam menekan angka gizi buruk sehingga akan menekan angka kematian bayi serta kematian ibu. Didukung dengan adanya kesepakatan internasional yaitu: 1.Deklarasi Innocenti di Florence, Italia tahun 1990 : menyatakan bahwa setiap negara diharuskan memberikan perlindungan dan dorongan kepada ibu agar berhasil menyusui secara eksklusif kepada bayinya 2.Kode Internasional Pemasaran PASI diadopsi oleh WHA (World Health Assembly), tahun 1981
  • 10. Proses Perumusan Kebijakan Perumusan Kebijakan : • Pemerintah mencanangkan Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan ASI, yang dicanangkan oleh Presiden RI pada Peringatan Hari Ibu ke 62 tahun 1990 diikuti oleh pencanangan Gerakan Masyarakat Peduli ASI pada tanggal 5 Agustus 2000 • Kepmenkes No. 237 tahun 1997 tentang Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu (ASI) • Kepmenkes No. 450 tahun 2004 tentang Pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Indonesia dibuah dari 4 bulan menjadi 6 bulan. Dalam rangka melindungi, mendukung dan mempromosikan pemberian ASI Eksklusif perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan dukungan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Tenaga Kesehatan, masyarakat serta Keluarga agar ibu dapat memberikan ASI Eksklusif kepada Bayi. Untuk maksud tersebut, maka diperlukan Peraturan Pemerintah tentang Pemberian ASI Eksklusif. • Kemudian pada akhirnya disusunlah kebijakan yang Tercantum pada PP No 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif. Strategi program pemberian ASI Eksklusif dilakukan secara terpadu, berjenjang, dan berkesinambungan.
  • 11. Pelaksanaan Kebijakan • Menurut dr Utami, ruang laktasi tidak terealisasikan karena kurangnya gerak dari masyarakat dan pemerintahan. Semua elemen, mulai dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Tenaga Kerja hingga praktisi kesehatan seharusnya ikut bertanggung jawab. Selain itu, banyak ibu yang tidak berani melapor karena takut kehilangan pekerjaan dan dipecat dari pekerjaannya. Sehingga ibu lebih merelakan anaknya mendapatkan susu formula. "Ini yang bahaya, apalagi kalau sampai ibu mengandalkan donor ASI," katanya (http://life.viva.co.id/ ,21 agustus 2013).
  • 12. Pelaksanaan Kebijakan • Jum'at, 5 Juli 2013 − 16:28 WIB • Sindonews.com - Kesadaran pemilik perusahaan di Kulonprogo untuk menyediakan ruang laktasi sangat minim. Dari ratusan perusahaan, mulai skala kecil hingga besar, hanya 10 yang menyediakan ruang laktasi (Sodik, 2013).
  • 13. ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS BRANGSONG 02 KABUPATEN KENDAL Yuliana Saptiti Sari JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program pemberian ASI di Puskesmas Brangsong kurang optimal. Petunjuk teknis SOP sudah tersedia di Puskesmas namun pelaksanaanya belum sesuai dengan SOP. Dana diambilkan dari dana BOK Gizi. Pelaksanaan program dilakukan dengan penyuluhan saat pemeriksaan di Puskesmas dan kegiatan Posyandu. Komunikasi dalam program kurang optimal, Alat peraga penunjang program sangat kurang. Watak atau sikap petugas yakni komitmen, respon, dan pemahaman dalam pelaksanaan program sudah baik.
  • 14. Implementasi Program ASI Eksklusif dan Peran Petugas KIA di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Durian Kec. Aek Natas Kabupaten Labuhanbatu Utara • Damanik, Dahlia Romince 6-Feb-2014 • Petugas KIA sebagai pemberi penyuluhan tentang ASI eksklusif tapi kenyataannya banyak petugas yang masih memiliki pengetahuan yang kurang tentang pentingnya pemberian ASI yang pertama kali keluar (kolostrum) walaupun jumlahnya sedikit, selanjutnya pengetahuan yang kurang tentang komposisi ASI dan belum dilatih tentang konseling menyusui dan kurangnya promosi ASI Eksklusif. • Hasil penelitian menunjukan bahwa masih banyak ibu yang belum mengetahui apa itu ASI eksklusif dan mengapa harus 6 bulan pemberiannya. Dapat dilihat juga bahwa pengimplementasiannya masih sangat kurang dirasakan, karena petugas KIA dari puskesmas hanya melakukan penyuluhan di posyandu yang dilaksanakan tiap bulannya dan menurut beberapa informan bahwa terkadang petugas lupa menyampaikan bahwa bayi usia dibawah 6 bulan jangan diberi susu formula atau bahkan makanan tambahaan, jadi masih banyak ibu yang tidak mengetahui hal tersebut. • Implementasi program ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Bandar Durian belum berjalan dengan maksimal antara lain juga disebabkan karena belum adanya aturan tertulis tentang pemberian ASI eksklusif dan diberi sanksi yang tegas bagi pelanggarnya.
  • 15. Proses Perumusan Kebijakan • Evaluasi Kebijakan: Mengawasi pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan pendidikan kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana umum, dan kegiatan di masyarakat dalam skala provinsi; Adanya sanksi Administratif bagi pelaksana kebijakan yang tidak mematuhi peraturan berupa teguran lisan, teguran tertulis, dan pencabutan izin. • Tempat-tempat umum yang tidak menyediakan ruang laktasi bisa dikenakan hukuman maksimal tiga tahun penjara atau denda Rp 300 juta (www.beritasatu.com).
  • 16. Evaluasi Kebijakan ASI eksklusif • Belum ada jurnal/penelitian tentang evaluasi PP No 33 Tahun 2012 • Namun terlihat peningkatan cakupan Angka ASI Eksklusif yaitu yang semula pada tahun 2010 di Indonesia hanya 15,3% meningkat menjadi 38% berdasarkan data riskesdas 2013.
  • 17. Evaluasi Kebijakan • The World Breast-Feeding Trends Initiatives Report yang dikeluarkan tahun 2010, menempatkan Indonesia di urutan ke-30 dari 33 negara yang disurvei dalam hal prevalensi pemberian ASI ekslusif. Posisi tersebut jauh di bawah negara-negara Afrika seperti Malawi, Ghana, dan Zambia yang tingkat pembangunannya tidak sebaik Indonesia (www.beritasatu.com), 25 januari 2012 ) • Angka cakupan ASI Esklusif di Indonesia berdasarkan hasil riskesdas tahun 2013 adalah sebesar 38%