Novel ini menceritakan kisah cinta tragis antara Roro Mendut dan Pronocitro yang berakhir dengan kematian mereka. Roro Mendut menolak menjadi selir Tumenggung Wiraguna karena sudah jatuh cinta pada Pronocitro, sementara Wiraguna bersikeras memiliki Roro Mendut. Pronocitro membantu Roro Mendut kabur namun mereka dibunuh Wiraguna. Novel ini menggambarkan perjuangan seorang wanita melawan adat dan me
3. Novel ini mengisahkan
kisah cinta antara Roro
Mendut dengan
Pronocitro yang
berakhir dengan tragis.
4. Kisah cinta antara Roro Mendut dengan Pronocitro
Roro Mendut adalah gadis pantai dari desa Telukcikal. Roro Mendut
hidup dengan Kakek Siwa atau orang tua angkatnya karena ia adalah anak
yatim piatu. Ketika menginjak dewasa, ia dipungut oleh Adipati Pragolo
penguasa Pati yang tidak mau tunduk pada kerajaan Mataram. Ambisi pihak
Mataram adalah menyatukan seluruh daerah Jawa dalam kesatuannya.
Daerah Pati yang belum mau tunduk pun menjadi sasaran Mataram.
Maka diutuslah Panglima Perang Mataram, Tumenggung Wiraguna
untuk memberantas Pati. Segera puri Pragolo dihancurkan dengan cepat kilat
karena kalah senjata. Sebagai rampasan perang, dibawalah seluruh selir dan
permaisuri puri Pragolo. Tumenggung Wiraguna terkesima melihat Roro
Mendut karena kelincahan dan keberaniannya untuk lari dari tentara
Mataram. Maka sebagai permintaan balas jasa atas keberhasilannya ini,
Wiraguna memohon Susuhan Hanyakrakusuma (Sultan Agung) untuk
mendapatkan Roro Mendut sebagai selirnya. Bagi Wiraguna, bukan
kecantikan Roro Mendut yang ia inginkan, tetapi dalam hatinya ia
memandang Roro Mendut sebagai lambang orang Utara yang tidak mau
mengakui kedaulatan Mataram dan Roro Mendut ini adalah wanita yang
memiliki inner beauty yang dahsyat.
5. Adat Jawa waktu itu menganggap wanita sebagai
lambang kejantanan dan kekuasaan. Maka banyak pembesar
Jawa memiliki banyak wanita waktu itu. Adat ini ditentang
Roro Mendut secara langsung dengan tidak mau menjadi selir
Wiraguna. Roro Mendut memiliki dayang yaitu Ni Semangka
dan Genduk Duku. Dengan kedua dayangnya inilah Roro
Mendut membagikan prinsip hidupnya untuk tidak mau
begitu saja tunduk kepada kaum lelaki.
Sebagai akibat tindakan Roro Mendut yang tidak mau
dijadikan selir oleh Wiraguna, Wiraguna menghukum
Mendut untuk membayar pajak setiap hari. Mendut pun
membuka usaha menjual puntung-puntung rokok yang telah
ia basahi dengan bibirnya. Usaha puntung rokok Mendut ini
laku keras, bahkan pembelinya ada yang berasal dari
golongan bangsawan. Hadirnya Mendut membawa kekacauan
tatanan masyarakat terutama kaum lelaki karena banyak dari
antara mereka yang rela menjual harta miliknya untuk
membeli puntung Roro Mendut.
6. Sebenarnya hati Mendut sudah tertambat pada seorang
pemuda yang ia jumpai di pelabuhan tempat ia menjual ikan
bersama Kakek Siwanya. Pemuda itu bernama Pronocitro, anak
seorang janda pengusaha perkapalan yang kaya raya. Pronocitor pun
menaruh hati pada Mendut tapi ia tidak punya kesempatan untuk
mengungkapkan perasaannya. Karena alasan itulah ia tidak mau
menjadi selir Wiraguna. Ia ingin memperjuangkan apa yang menjadi
impiannya. Seorang wanita tidak melulu tunduk pada kekuasaan
lelaki. Prinsip itulah yang ia pegang.
Tanpa disengaja, Pronocitro pergi ke Mataram dan ia pun
bertemu dengan Mendut. Pronocitro pun menyamar sebagai seorang
pekatik kuda di Wirogunan supaya dapat membawa kabur Mendut.
Setelah dipilih waktu yang tepat, segeralah Pronocitro membawa
kabur Mendut dari keputren Wirogunan. Marahlah Wiraguna
mengetahui kaburnya Mendut dan Pronocitro. Diperintahkannya
bala tentaranya mencari Mendut dan Pronocitro. Wirraguna pun
menemukan Mendut dan Pronocitro di muara sungai Opak.
Terjadilah pertarungan antara Wiraguan dan Pronocitro. Sebuah
akhir tragis harus dialami Mendut dan Pronocitro. Mendut dan
Pronocitro tewas di tangan Wiraguna.
7. Hal penting dalam novel Roro Mendut ini :
Mengambarkan perjuangan seorang wanita yang
menentang adat kebiasaan masyarakat waktu
itu.
Baginya setiap manusia memiliki kebebasan
untuk mengejar impiannya.
Mempertahankan cinta menjadi harga mati
meski dengan pengorbanan yang tak sedikit.
Novel Mendut ini juga menggambarkan sikap pria
yang lebih menggunakan kekuataannya untuk
memenuhi keinginannya