1. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Teknologi adalah perkembangan alat bantu untuk memudahkan pekerjaan
manusia. Teknologi juga sebagai alat untuk pemanfaatan pengetahuan dan ilmu
pengetahuan. Teknologi pun memasuki berbagai bidang dalam kehidupan manusia
untuk meningkatkan efektifitas suatu produksi ataupun kegiatan untuk penggunanya.
Dunia pendidikan pun tidak luput dari integrasi teknologi dalam rangka efektifitas
dan efisiensi pembelajaran. Teknologi dalam bidang pendidikan juga harus dapat
dikembangkan dengan baik demi terwujudnya kehidupan bangsa yang cerdas yang
tertuang dalam UUD 1945.
Bangsa yang cerdas berarti mengarah pada sumber daya manusia yang
berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas berakar pada kualitas pendidikan
yang juga berkualitas. Karena hakikatnya untuk mengembangkan diri manusia
membutuhkan pendidikan agar dapat menjadi manusia yang berkualitas dan berguna
bagi masyarakat bangsa dan negara.
Manusia dapat mengembangkan diri melalui pendidikan karena manusia
menyadari hakikat siapa sebenarnya dirinya. Salah satu pengenalan manusia terhadap
dirinya sendiri adalah dengan aspek-aspek berikut:
1. Kemampuan Menyadari Diri
2. Kemampuan Bereksistensi
3. Kata hati
4. Moral
5. Tanggung Jawab
6. Rasa Kebebasan
2. 7. Kewajiban dan Hak
8. Kemampuan Menghayati Kebahagian
Aspek-aspek tersebut dalam rangka meningkatkan pengembangan dirinya dan
kualitas hidup manusia jalan utama adalah melalui pendidikan. Dalam, mendidik atau
bertugas sebagai pendidik sangat penting mengetahui aspek-aspek hakekat manusia
tersebut agar menjadi arah sesungguhnya atau tujuan paling utama meningkatkan
kualitas hidup manusia. Pendidikan memiliki konsep dan pengertian yang luas dan
batasan-batasan untuk dikaji lebih dalam.Salah satu tugas penting para pendidik
adalah mengetahui, memahami dan dapat mengaplikasikan serta menerapkan kajian
ilmu tentang konsep pendidikan.
Teknologi merupakan salah satu pemecahan masalah dalam dunia pendidikan,
karena dapat menembus batas ruang dan waktu. Integrasinya pun makin kuat pada
masa globalisasi teknologi dapat menjadi sarana penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia yang sangat memiliki berbagai pulau yang berjauhan dan terpisah-pisah
serta ragam budaya. Pemecahan masalah tersebut merupakan salah satu kepentingan
dari teknologi pembelajaran.
Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, tapi dikarenakan
kekayaan Indonesia yang memiliki berbagai daerah hal tersebut membuat masih
adanya daerah-daerah yang belum tersentuh pendidikan. Sangat diperlukan
pembentukan sumber-sumber belajar agar masyarakat Indonesia yang belum
terjangkau pendidikan merasakan bagaimana pembelajaran. Disinilah peran penting
Teknologi Pembelajaran.
B. BATASAN MASALAH
Dalam pembuatan makalah ini pemakalah merumuskan sebagai berikut :
1. Apa pengertian tekhnologi
2. Apa pengertian pembelajan
3. Apa pengertian teknologi pembelajaran
3. 4. Bagaimana ruang lingkup teknologi pembelajaran
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
1. Dapat mengetahui pengertian teknologi
2. Dapat mengetahui pengertian pembelajaran
3. Dapat mengetahui pengetrtian teknologi pendidikan
4. Dapat mengetahui ruang lingkup teknologi pendidikan
4. B AB II
P E M B A H A S A N
A. PENGERTIAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
1. Pengertian Teknologi.
Teknologi berasal dari kata “textere” (bahasa Latin) yang artinya “to weave or
construct”, menenun atau membangun. Dalam bahasa Yunani teknologi berasal dari
kata “Technologia” yang menurut Webster Dictionary berarti systematetic treatment
atau penanganan sesuatu secara sistematis. Arti lain dari Teknologi diambil dari kata
Techne sebagai dasar yaitu art, skill dan science yang berarti keahlian, keterampilan,
dan ilmu.
Teknologi dapat dijadikan alat untuk pemanfaatan pengetahuan dan ilmu
pengetahuan. Salisbury (2002:7) mengungkapkan bahwa teknologi adalah penerapan
ilmu atau pengetahuan yang terorganisir secara sistematis untuk penyelesaian tugas-
tugas secara praktis. Praktik penggunaan teknologi akan meningkatkan nilai tambah
terhadap produk ilmu pengetahuan Teknologi seringkali oleh masyarakat diartikan
sebagai alat elektronik atau mesin.
2. Pengertian pembelajaran
Berikut merupakan pengertian pembelajaran menurut ahli pendidikan, peraturan
perundang-undangan :
a. Pembelajaran adalah suatu proses untuk memanusiakan manusia sehingga
membuat manusia mempunyai kehidupan berbudaya. (Pidarta, 2 : 1997)
5. b. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pembelajaran Nasional,
Pembelajaran adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
c. Pendidikan menurut Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232, berasal dari kata "didik",
Lalu kata ini mendapat awalan kata "me" sehingga menjadi "mendidik" artinya
memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan
adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
d. Pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke
generasi yang lain. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok
diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.(Lasula
& Tirtarahardja, 33: 2005)
3. Pengertian teknologi pembelajaran
Ada beberapa pengertian mengenai teknologi pembelajaran yaitu anata lain :
a. Merupakan pengembangan, penerapan dan penilaian sistem-sistem, teknik dan alat
Bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar siswa.
b. Menurut Webster Dictionary mengatakan bahwa teknologi pendidikan yaitu sebagai
pegangan atau pelaksanaan pendidikan secara sistematis, menurut system tertentu
yang akan dijelaskan kemudian.
c. Teknologi pendidikan ialah gabungan manusia, peralatan, teknik dan peristiwa
yang bertujuan untuk memberi kesan baik kepada pendidikan" (Crowell
(1971):Encyclopedia of education)
6. d. Teknologi Pendidikan/pembelajaran menurut Council for educational Technology
for the United Kingdiom (CET) : pengembangan, penerapan, dan penilaian sistem-
sistem, teknik-teknik dan alat bantu untuk memperbaiki proses belajar manusia.
1. Definisi Association for Educational Communications Technology (AECT)
1963
“ Komunikasi audio-visual adalah cabang dari teori dan praktek
pendidikan yang terutama berkepentingan dengan mendesain, dan menggunakan
pesan guna mengendalikan proses belajar, mencakup kegiatan : (a) mempelajari
kelemahan dan kelebihan suatu pesan dalam proses belajar; (b) penstrukturan dan
sistematisasi oleh orang maupun instrumen dalam lingkungan pendidikan,
meliputi : perencanaan, produksi, pemilihan, manajemen dan pemanfaatan dari
komponen maupun keseluruhan sistem pembelajaran. Tujuan praktisnya adalah
pemanfaatan tiap metode dan medium komunikasi secara efektif untuk membantu
pengembangan potensi pembelajar secara maksimal.”
Meski masih menggunakan istilah komunikasi audio-visual, definisi di
atas telah menghasilkan kerangka dasar bagi pengembangan Teknologi
Pembelajaran berikutnya serta dapat mendorong terjadinya peningkatan
pembelajaran.
Menurut Januszewski dan Persichitte, pada definisi ini terdapat tiga
peralihan konseptual utama yang memberikan kontribusi pada formulasi pelbagai
pengertian TP sebagai suatu teori: 1) Penggunaan konsep “proses” daripada
konsep “produk”; 2) penggunaan istilah “pesan” dan “instrumentasi media”
daripada “bahan” dan “mesin”; dan 3) pengenalan pada bagian-bagian teori
belajar dan teori komunikasi. Memahami tiga gagasan tersebut dan dampaknya
antara satu dengan lainnya merupakan kunci penting untuk memahami gagasan
TP tahun 1963.
7. 2. Definisi Commission on Instruction Technology (CIT) 1970
“Dalam pengertian yang lebih umum, teknologi pembelajaran diartikan
sebagai media yang lahir sebagai akibat revolusi komunikasi yang dapat
digunakan untuk keperluan pembelajaran di samping guru, buku teks, dan papan
tulis bagian yang membentuk teknologi pembelajaran adalah televisi, film, OHP,
komputer dan bagian perangkat keras maupun lunak lainnya.”
“Teknologi Pembelajaran merupakan usaha sistematik dalam merancang,
melaksanakan, dan mengevaluasi keseluruhan proses belajar untuk suatu tujuan
khusus, serta didasarkan pada penelitian tentang proses belajar dan komunikasi
pada manusia yang menggunakan kombinasi sumber manusia dan manusia agar
belajar dapat berlangsung efektif.”
Dengan mencantumkan istilah tujuan khusus, tampaknya rumusan tersebut
berusaha mengakomodir pengaruh pemikiran B.F. Skinner (salah seorang tokoh
Psikologi Behaviorisme) dalam teknologi pembelajaran. Begitu juga, rumusan
tersebut memandang pentingnya penelitian tentang metode dan teknik yang
digunakan untuk mencapai tujuan khusus.
3. Definisi Silber 1970
“Teknologi Pembelajaran adalah pengembangan (riset, desain, produksi,
evaluasi, dukungan-pasokan, pemanfaatan) komponen sistem pembelajaran
(pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan latar) serta pengelolaan usaha
8. pengembangan (organisasi dan personal) secara sistematik, dengan tujuan untuk
memecahkan masalah belajar”.
Definisi yang dikemukakan oleh Kenneth Silber di atas menyebutkan
istilah pengembangan. Pada definisi sebelumnya yang dimaksud dengan
pengembangan lebih diartikan pada pengembangan potensi manusia. Dalam
definisi Silber, penggunaan istilah pengembangan memuat dua pengertian,
disamping berkaitan dengan pengembangan potensi manusia juga diartikan pula
sebagai pengembangan dari Teknologi Pembelajaran itu sendiri, yang mencakup :
perancangan, produksi, penggunaan dan penilaian teknologi untuk pembelajaran.
Definisi ini berbeda dengan definisi sebelumnya dalam tiga hal: pertama,
pandangan tentang pengembangan. Pada definisi sebelumnya yang dimaksud
dengan pengembangan lebih diartikan pada pengembangan potensi manusia
sedangkan pada definisi Silber, istilah pengembangan bersifat terbuka memuat
perancangan, produksi, pemanfaatan dan evaluasi teknologi untuk pembelajaran;
Kedua, definisi 1970, demikian pula definisi 1963, beranggapan bahwa TP
bersifat man-machine system dan itu berkaitan dengan bahan. Sedangkan definisi
ini tidak hanya demikian tetapi juga merubah skup TP dengan menambah
komponen bidang ini seperti teknik dan latar. Dan terakhir, gagasan tentang TP
sebagai upaya problem solving merupakan sumbangsih original Silber, dan itu
merupakan inti dari definisi tersebut. Ide ini kemudian banyak diadopsi oleh
definisi selanjutnya.
4. Definisi MacKenzie dan Eraut 1971
“Teknologi Pendidikan merupakan studi sistematik mengenai cara
bagaimana tujuan pendidikan dapat dicapai”
9. Definisi sebelumnya meliputi istilah, “mesin”, instrumen” atau “media”,
sedangkan dalam definisi MacKenzie dan Eraut ini tidak menyebutkan perangkat
lunak maupun perangkat keras, tetapi lebih berorientasi pada proses.
5. Definisi AECT 1972
Pada tahun 1972, AECT berupaya merevisi defisini yang sudah ada (1963,
1970, 1971), dengan memberikan rumusan sebagai berikut :
“Teknologi Pendidikan adalah suatu bidang yang berkepentingan dengan
memfasilitasi belajar pada manusia melalui usaha sistematik dalam : identifikasi,
pengembangan, pengorganisasian dan pemanfaatan berbagai macam sumber
belajar serta dengan pengelolaan atas keseluruhan proses tersebut”.
Definisi ini didasari semangat untuk menetapkan komunikasi audio-visual
sebagai suatu bidang studi. Ketentuan ini mengembangkan gagasan bahwa
teknologi pendidikan merupakan suatu profesi.
6. Definisi AECT 1977
“Teknologi pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi
orang, prosedur, gagasan, sarana, dan organisasi untuk menganalisis masalah,
merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam
segala aspek belajar pada manusia.
Definisi tahun 1977, AECT berusaha mengidentifikasi sebagai suatu teori,
bidang dan profesi. Definisi sebelumnya, kecuali pada tahun 1963, tidak
menekankan teknologi pendidikan sebagai suatu teori.
7. Definisi AECT 1994
10. “ Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain,
pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan
sumber untuk belajar.”
Meski dirumuskan dalam kalimat yang lebih sederhana, definisi ini
sesungguhnya mengandung makna yang dalam. Definisi ini berupaya semakin
memperkokoh teknologi pembelajaran sebagai suatu bidang dan profesi, yang
tentunya perlu didukung oleh landasan teori dan praktek yang kokoh. Definisi ini
juga berusaha menyempurnakan wilayah atau kawasan bidang kegiatan dari
teknologi pembelajaran. Di samping itu, definisi ini berusaha menekankan
pentingnya proses dan produk.
8. Definisi AECT (2004)
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama
dalam bidang pendidikan, psikologi dan komunikasi-informasi, TP sebagai
bidang ilmu juga semakin berkembang. Demikian pula dengan definisinya juga
mengalami perbaikan. Hal itu juga tidak dapat dilepaskan dari evaluasi dan kritik
terhadap definisi 1994.
Kritik utama yang ditujukan pada definisi 1994 adalah bahwa TP tampak
terlalu berpendakatan sistem dalam mengembangkan pembelajaran dan itu terlalu
membatasi mainstrem guru, administrator sekolah, peneliti dan juga para sarjana
TP. Karenanya, definisi 1994 direvisi dengan definisi 2004 sebagaimana
dirumuskan berikut ini:
“Studi dan praktik yang berlandaskan etika dalam menfasilitasi belajar
dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengelolaan
pelbagai proses dan sumber teknologi yang tepat”.
11. Pada definisi yang terbaru ini, gagasan tentang etika mulai dimasukkan.
Sebagaimana kritik terhadap definisi 1994, mainstrem ilmuan, teknolog, dan
praktisi TP begitu dibatasi dalam pendekatan sistem yang memang demikianlah
salah satu karakteristik teknologi, sehingga menyebabkan TP demikian tidak
luwes dan kehilangan sisi kemanusiaan dalam pelbagai domainnya. Karenanya,
diharapkan landasan etika yang menjadi sumbangsih utama definisi terbaru ini
bisa menanggulangi, meminjam istilah Prof. Dimayati, “keterbudakan teknologi”
dalam pembelajaran.
Jika kita amati isi kandungan definisi-definisi teknologi pembelajaran di atas,
tampaknya dari waktu ke waktu teknologi pemebelajaran mengalami proses
“metamorfosa” menuju penyempurnaan. Yang semula hanya dipandang sebagai alat
ke sistem yang lebih luas, dari hanya berorientasi pada praktek menuju ke teori dan
praktek, dari produk menuju ke proses dan produk, dan akhirnya melalui perjalanan
evolusionernya saat ini teknologi pembelajaran telah menjadi sebuah bidang dan
profesi.
Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang demikian pesat, khususnya dalam bidang pendidikan, psikologi dan komunikasi
maka tidak mustahil ke depannya teknologi pembelajaran akan semakin terus
berkembang dan memperkokoh diri menjadi suatu disiplin ilmu dan profesi yang
dapat lebih jauh memberikan manfaat bagi pencapaian efektivitas dan efisiensi
pembelajaran.
Kendati demikian, harus diakui bahwa perkembangan bidang dan profesi
teknologi pembelajaran di Indonesia hingga saat ini masih boleh dikatakan belum
optimal, baik dalam hal design, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, maupun
evaluasinya. Kiranya masih dibutuhkan usaha perjuangan yang sungguh-sungguh dari
12. semua pihak yang terkait dengan teknologi pembelajaran, baik dari kalangan
akademisi, peneliti maupun praktisi.
B. RUANG LINGKUP KAJIAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Teknologi Pembelajaran dalam keseluruhan kegiatannya bertujuan untuk:
1. Meningkatkan fungsi dan peran komponen-komponen sistem instruksional
seperti guru, pesan, bahan, peralatan, teknik, lingkungan dan sebagainya
untuk memecahkan masalah-masalah kependidikan;
2. meningkatkan fungsi pengembangan instruksional seperti riset teori, desain,
produksi, logistik dan sebagainya untuk menganalisis masalah, merancang,
melaksanakan dan menilai upaya pemecahan masalah-masalah kependidikan;
3. meningkatkan fungsi manejemen instruksional, baik manajemen personil
maupun manajemen organisasinya untuk mengkoordinasikan salah satu atau
beberapa fungsi yang telah disebutkan di atas.
Jika dikaji lebih mendalam mengenai ciri-ciri dan tujuan teknologi
pembelajaran di atas, jelaslah bahwa kehadiran teknologi pembelajaran dalam
dunia pendidikan adalah karena adanya dorongan-dorongan tertentu.
Adapun hal-hal yang mendorong dikembangkannya teknologi pembelajaran adalah
sebagai berikut:
1. Adanya siswa atau peserta didik yang memerlukan bantuan dalam belajar
sesuai dengan kemampuannya, kebutuhannya, kondisinya dan tujuannya
2. sumber-sumber tradisonal sudah tidak mencukupi lagi kebutuhan pendidikan,
oleh karena itu, perlu dikembangkan dan dimanfaatkannya sumber-sumber
belajar baru
13. 3. Adanya komponen-komponen sistem instruksional berupa pesan, orang,
bahan, peralatan, teknik dan lingkungan yang perlu didayagunakan agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran secara efektitif dan efisien
4. Adanya kegiatan sebagai suatu sistem dalam mengembangkan sumber-sumber
belajar sebagai komponen sistem instruksional yang bertolak dari suatu teori
tertentu dan hasil penelitian, kemudian dirancang, diproduksi, disajikan,
digunakan, dinilai untuk disempurnakan, kemudian disebarkan
5. Adanya kegiatan belajar yang memanfaatkan sumber belajar sebagai
komponen sistem instruksional, serta lembaga atau instansi yang terlibat
langsung dalam kegiatan tersebut sehingga perlu dikelola dengan baik agar
kegiatan tersebut lebih berdaya guna
Kelima latar belakang tersebut, secara konseptual merupakan gejala bidang garapan
teknologi pembelajaran, sekaligus latar belakang diterapkannya konsep teknologi
pembelajaran.
Berikut ini akan dikemukakan secara singkat gerakan yang mendasari terwujudnya
bidang dan konsep teknologi pembelajaran seperti yang ada sekarang. Pertama
adalah lahirnya konsep alat bantu visual (visual aid) dalam pembelajaran. Kedua
adalah penggunaan alat bantu visual dalam pembelajaran berkembang dalam audio
visual aid. Kemudian yang ketiga adalah dengan dimasukkannya prinsip-prinsip
komunikasi dalam pembelajaran, dengan demikian maka tekanan tidak lagi
diletakkan pada benda atau bahan pelajaran dalam bentuk audio visual, tetapi
dipusatkan kepada keseluruhan proses komunikasi informasi/pesan (massage) dari
sumber (source), yaitu guru, kepada penerima (receiver), yaitu siswa. Keempat
adalah masuknya ilmu pengetahuan perilaku kepada teknologi pembelajaran. Kelima
adalah perkembangan konsep teknologi pembelajaran dari komunikasi audio visual
menuju ke pendekatan sistem dalam pembelajaran, dan akhirnya lahirlah konsep
teknologi pembelajaran seperti yang ada sekarang
14. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teknologi pembelajaran pada pokoknya
mempunyai lima jenis kegiatan yaitu:
1. Menganalisis masalah dan merumuskan masalah
2. Merancang pemecahan masalah
3. Mengembangkan pemecahan masalah
4. uji coba, penilaian dan revisi pemecahan masalah, dan
5. Penerapan dan pengendalian pemecahan masalah.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. teknologi adalah penerapan ilmu atau pengetahuan yang terorganisir secara
sistematis untuk penyelesaian tugas-tugas secara praktis. Praktik penggunaan
teknologi akan meningkatkan nilai tambah terhadap produk ilmu pengetahuan
Teknologi seringkali oleh masyarakat diartikan sebagai alat elektronik atau
mesin.
15. 2. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
3. Teknologi pendidikan ialah gabungan manusia, peralatan, teknik dan
peristiwa yang bertujuan untuk memberi kesan baik kepada pendidikan"
4. Adapun ruang lingkup kajian teknologi pendidikan ialah
a. Meningkatkan fungsi dan peran komponen-komponen sistem instruksional
b. Adanya kegiatan sebagai suatu sistem dalam mengembangkan sumber-sumber
belajar sebagai komponen sistem instruksional
c. DLL
B. SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penggunanya.
16. DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. S. Nasution. MA. Teknologi Pendidikan Penerbit Temmars Bandung tahun
1982
Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Yakarta: Rineka Cipta