Dokumen tersebut membahas analisis rencana kenaikan tarif tagihan pelanggan PDAM di Kabupaten Majalengka. Dokumen menjelaskan karakteristik pengelolaan air masyarakat pedesaan dan perkotaan, keluhan konsumen terhadap layanan PDAM, serta perlu tidaknya kenaikan tarif mengingat air merupakan hak asasi masyarakat.
1. KAJIAN DAN PENGAMATAN ATAS ANALISIS
KE DEPAN RENCANA KENAIKAN TARIF
TAGIHAN PELANGGAN PDAM
MAJALENGKA
Diajukan Sebagai Bentuk Upaya Perlindungan Konsumen Pelanggan
Dalam Menghadapi Rencana Kenaikan Tarif Tagihan
Pelanggan PDAM di Kabupaten Majalengka
Kerjasama :
Tim ylbk Majalengka dan PDAM Majalengka
LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN SWADAYA MASYARAKAT (LPKSM)
YAYASAN LEMBAGA BANTUAN KONSUMEN (YLBK) MAJALENGKA
SK Menkeh RI No: C.1702 HT.03.01 Th. 1999, Kemenhukam No.C-1590.HT.01.02 Th 2007
TD LPKSM No: 517/860 Th 2007
Sekretariat : Jl. Babakan No. 292 Majalengka 45411 Tlp./HP. 085335941999
Desember, 2019
2. 2
KAJIAN DAN PENGAMATAN ATAS ANALISIS KE DEPAN RENCANA
KENAIKAN TARIF TAGIHAN PELANGGAN PDAM KABUPATEN
MAJALENGKA
A. HAKIKAT AIR
Air merupakan kebutuhan dasar hidup mahluk hidup yang esensial tidak
hanya bagi manusia tetapi juga maKhluk lainnya di sekitar. Air merupakan
karunia Tuhan yang melimpah ruah tidak hanya terhampar di atas permukaan
bumi tetapi juga terkandung di perut bumi. Tinggal bagaimana manusia
mengeksporasi dan memperlakukannya secara arif dan bijaksana agar karunia
Tuhan itu menjadi bermanfaat dan tidak menimbulkan madhorot di muka
bumi.
B. KARAKTERISTIK &HISTORI PENGELOLAAN AIR
Karakteristik pengelolaan air masyarakat dalam perspektif konsumen :
1. Masyarakat Dataran Tinggi
Pengelolaan air dan pendistribusian air merupakan suatu hal yang
lumrah di kalangan masyarakat pedesaan terutama kawasan pegunungan.
Mereka masyarakat pegunungan yang berada di dataran tinggi
memanfaatkan satu sumber mata air yang dapat didistribusikan untuk
pasokan seluruh penduduknya.
Pengelolaannya dilakukan secara tradisional oleh pihak desa
setempat dan masyarakat dengan menyambungkan pipa-pipa melalui
terminal dan kanal air dari sumber mata air terhadap rumah-rumah
penduduk.
Air pegunungan yang dipergunakan mereka seringkali melimpah
ruah terutama saat musim penghujan, yang dapat mereka pergunakan
selain untuk kehidupan rumah tangga juga untuk kolam ikan, pengairan
sawah dan lainnya. Sekalipun air terbuang hal itu tidaklah sia-sia, karena
air meresap kembali ke tanah dan melalui sungai yang bermanfaat
kemudian bagi mereka masyarakat di dataran rendah sebahai sebuah
siklus.
3. 3
Pengaturan air masyarakat pegunungan terkelola sedari dulu, yang
akhirnya kini dibebankan iuran warga untuk pasokan airnya dengan tarif
tertentu setiap bulannya, tanpa memperhitungakan kubikasi air yang
dipergunakan. Tarif iuran warga sesekali mengalami kenaikan dimana
diperlukan adanya upaya pemeliharaan atas kerusakan-kerusakan pipa agar
menjaga kelangsungan pasokan air yang dibutuhkan masyarakat setempat.
Dari temuan ini diperoleh bahwa karakter masyarakat pegunungan;
memiliki sumber mata air bersama, dalam pengelolaannya selalu
mengedapankan kelompok, dan pembebanannya melalui pembayaran
iuran bulanan.
2. Masyarakat Dataran Rendah
Berbeda dataran, maka berbeda pula karakteristik pengelolaan air.
Pada masyarakat dataran rendah, air yang dipergunakan yaitu air yang
berasal dari sumur-sumur air. Sehingga hampir setiap rumah mempunyai
kepemilikan sumber air. Semula dikelola secara tradisional dengan ditarik
timba dan sekarang beralih modern melalui penggunaan mesin pompa
listrik, sehingga iuran air diakumulasikan dalam tagihan listrik.
Dari analisis ini ditemukan karakter masyarakat dataran rendah;
cenderung memiliki sumber air individu yang tanpa adanya
keberpengaruhan individu lainnya bukan dalam suatu kelompok.
C. DISPARITAS PEMANFAATAN TERHAAP TARIF PDAM
PDAM dalam kaca konsumen merupakan para pelaku usaha yang mengelola
dan mendistribusikan pasokan air melalui upaya pemanfaatan alat dan
teknologi secara luxury. Keberadaan PDAM dan paparan pendistribsuian air,
notabene hampir sebagian besar mengelola air pada kawasan dataran rendah.
Sehingga yang dihadapi PDAM dalam persepsi konsumen harus menghadapi
pola karakter masyarakat pula. Beberapa karakter masyarakat yang timbul
secara disparitas yaitu :
4. 4
1. Individual Masyarakat
Kebutuhan air merupakan hajatnya orang banyak yang tidak
terbatas stratifikasi, tidak hanya golongan masyarakat mampu, tetapi juga
mereka masyarakat yang tidak mampu.
Konotasi individual muncul karena kepemilikan sumur pribadi
sebagai sumber mata air, sehingga dirasa belum perlu menjadi pelanggan
PDAM. Maka keegoisan itu dapat luluh manakala debit air sumur
berkurang di saat musim kemarau.
Mereka pelanggan plus yang selain pelanggan PDAM juga
memiliki sumur dapat diminmalisir karena kekurangan air dapat berganti
satu sama lainnya. Namun bagi mereka yang memiliki sumur dan tidak
berlangganan PDAM, hal ini menyulitkan sehingga banyak dari mereka
yang mengajukan ingin menjadi pelanggan PDAM, yang secara naluriah
kemanusiannya berupaya agar air ada di rumahnya terutama saat kesulitan
air di musim kemarau.
Terdapat dua hal ketimpangan secara individu dalam hal
kepelangganan yaitu :
a. Bagaimana jadinya bilamana mereka masyarakat kurang mampu yang
ingin menjadi pelanggan, tetapi kurang mampu membayarnya,
sedangkan di depan rumah tempat tinggal mereka melintas pipa
PDAM?, dan
b. Bagaimana jadinya mereka yang sanggup membayar berapapun untuk
menjadi pelanggan karena mampu, tetapi di daerahnya belum melintas
pipa-pipa PDAM
Maka dari itu upaya penerapan tarif tagihan air alangkah baiknya
disesuaikan dengan stratifikasi sosial tersebut mengingat masih banyak
dari mereka masyarakat kurang mampu yang ingin turut pula menikmati
hasil dari air yang kelola Negara melalui PDAM.
Selai itu terkait kenaikan tarif maka hendaknya sesuai dengan
kondisi konsumen yang tepat, seperti saat musim kemarau, seiring isu
sulitnya air. Sekalipun diterapkan saat musim penghujan, dengan dalih
5. 5
alasan yang rasional seperti banyaknya kerusakan pipa pipa akibat adanya
longsor dan bencana lainnya yang harus diperbaiki, contoh untuk
pergantian pipa-pipa baru.
2. Kelompok Sosial
Pelanggan cenderung beragam baik dari strata sosial kelompok
masyarakat, sehingga penggunaannya pun cenderung berbeda pula.
a. Ekonomis
Pemanfaatan air PDAM untuk kebutuhan hidup dasar dibagi dua
1) Rumahan; pemanfaatan anggota keluarga untuk urusan dasar
rumah tangga; minum, pengolahan makanan, mandi, mencuci
pakaian dan berwudu.
2) Fasilitas Publik ; sarana prasarana yang bersifat non komersil pada
suatu komunitas umum, seperti langgar/surau/mesjid, perkantoran,
dll.
b. Bisnis
Pemanfaatan air PDAM selain kebutuhan dasar rumah tangga juga
untuk keperluan bisnis yang dijalankan, dalam hal ini air bersifat
pendukung layanan, seperti ; salon, hotel, restoran, home industri,
swalayan, dll.
c. Komersil
Pemanfaatan air secara esensi berbahan air, untuk diolah, djiual dan/
dipakai dalam bisnisnya, seperti ; Depot Air, Cuci Steam, Toilet
Berbayar, Kolam Renang, dll.
Mengingat variansi perbedaan peruntukannya yang terkandung
disparitas sosial. Terutama saat kelangkaan air, untuk berwudu dan mandi
dirinya juga sulit pada pengguna rumahan, sedangkan di sisi lain para
pengusaha dengan bebasnya mencuci steam kendaraannya yang nampak
pada masyarakat perkotaan. Maka untuk mengurangi ketimpangan,
hendaknya penerapan tarif dan kenaikan tagihan air dapat disesuaikan
secara tepat sesuai klasifikasi kelompok sosial tersebut.
6. 6
D. KELUHAN DAN PENGADUAN KONSUMEN TERHADAP RENCANA
KENAIKAN TARIF PDAM
1. Konsumen Pelanggan
Persepsi konsumen hasil analisis persepsinya terhadap air PDAM
kini, dipandang negatif sebagai suatu kerugian konsumen manakala tarif
dinaikan namun pelayanannya masih kurang memuaskan. Diantaranya
diakibatkan:
a. Manakala air tidak mengalir, jika ada informasi kerusakan pipa, tidak
hanya di musim kemarau tetapi juga di musim hujan, menurunkan
kekurang percayaan konsumen
b. Debit air kurang, terutama di daerah perkotaan pada jam-jam tertentu
pemakaian yaitu pagi dan sore, menimbulkan kekurang nyamanan
konsumen
c. Kualitas dianggap kurang higien, manakala timbul corak air baik dari
warna maupun bau berbeda dari biasanya, menimbulkan persepsi
kekurang amanan:
1) Warna putih, konsumen mempersepsikan campuran kaforit yang
terlalu banyak yang dianggap membahayakan untuk diminum,
menyebabkan iritasi kulit, juga ditandai dengan banyaknya ikan
mati.
2) Warna keruh kecoklatan dan berpasir, konsumen mempersepsikan
adanya perbaikan pipa dengan kualitas air tidak jernih yang tidak
dapat digunakan segera ketika memerlukannya. Sehingga perlu
adanya upaya penampungan agar air menjadi jernih. Selaiitu
dipersepsikan air keruh dapat merusak pipa-pipa saluran sehingga
menimbulkan mampet dan karat. Terutama bagi mereka yang
menyedot ke mesin meteran langsung menggunakan pompa untuk
mengisi water tower (torn), seringkali pompa menjadi rusak.
3) Bau air berbeda dari biasanya, menimbulkan keraguan konsumen
untuk menanak air untuk diminumnya
7. 7
d. Tarif pembayaran tagihan melonjak yang kurang diketahui pelanggan
berdampak buruk terhadap loyalitas pelanggan, seperti :
1) Karena kebocoran pipa-pipa saluran di rumah yang tidek diketahui
mereka, meningkatkan kisaran kubikasi meter
2) Pemberlakuan denda terlambat pembayaran tagihan bulanan, yang
dirasa memberatkan terutama bagi pelanggan kurang mampu
3) Anggapan bobot isi air yang kurang dengan intensitas dorongan
angin berlebih memutar mesin meter lebih kencang, dipersepsikan
akan tinggi pula angka meter yang tidak setimbang dengan air yang
keluar.
2. Pelanggan baru/Calon Pelanggan
Hasil analisis banyaknya calon pelanggan yang masih kurangnya
kesadaran untuk menjadi pelanggan, sekalipun mereka tahu bahwa air di
daerahnya sangatlah minim. Indikasi kekurang sadaran untuk menjadi
pelanggan disebabkan :
a. Buruknya isu PDAM di masyarakat dengan kejadian air tidak mengalir
yang memapar masyarakat sekalipun hanya beberapa kali, namun isu
tersebut mencuat secara sosial dan memapar pengaruh calon pelanggan
untuk berpikir dua kali antara untuk menjadi pelanggan PDAM dan
atau mempergunakan sumber lainnya seperti sumur bor.
b. Persepsi mahalnya biaya pemasangan PDAM dan tarif bulanan
terutama bagi mereka masyarakat kurang mampu
c. Konflik diri dan pertimbangan klasik masyarakat secara ekonomis,
tidak mau terbebani biaya bulanan, karena terlampau berat dengan
tagihan bulanan lainnnya, seperti tagihan Listrik, BPJS, Iuran Sampah,
Keamanan, Arisan dan lainnya
d. Power partial, masih merasa cukup kuat dengan sumber-sumber air
alternatif yang ada sekarang seperti adanya sumur yang sekalipun
hanya bermanfaat di musim hujan, padahal mereka kekurangan di
musim kemarau.
8. 8
e. Miss estimated, kurangnya kecerdasan dalam membandingkan harga
PDAM dan pemakaian sumur dengan beban listrik mesin pompa air
bulanan ataupun mereka belum menghitung dan menakarnya.
f. Bad Habit, kentalnya asumsi masyarakat bawah tepian sungai yang
terbiasa mempergunakan air sungai, sekalipun tidak higien yang
mungkin berisiko penyakit, namun kebiasaan itu sulit dihilangkan
terutama pada masyarakat dataran rendah yang dekat dengan daerah
aliran sungai.
E. EVALUASI, PERLUKAN KENAIKAN TARIF TAGIHAN PDAM ?
Air merupakan hajatnya hidup orang banyak yang kedudukannya
dikuasai oleh Negara dan dikelola untuk kemanfaatan masyarakat sebesar-
besarnya. Maka pengelolaan air oleh PDAM salah satunya, memiliki fungsi
yang teramat jelas, untuk mendistribusikan pasokan kebutuhan air masyarakat
secara khusus para pelanggannya. Tidak hanya rumah-rumah penduduk yang
membutuhkannya, selain itu juga fasilitas-fasilitas publik yang bersentuhan
dengan masyarakat.
Tentu saja secara logika dalam penalaran akal sehat, para pelanggan
ingin pasokan airnya berkelanjutan agar dapat terus dinikmati karena bagian
dari esensi kehidupan yang harus dipelihara dan dirawat. ”Tuhan menciptakan
air satu kali dan terus menerus dalam siklus air yang berkelanjutan bagi
mahluk hidup”. Maka dari itu suatu kewajiban bagi manusia, salah satunya
melalui PDAM untuk mengelolanya secara berkelanjutan pula. Jangan sampai
para pelanggan tidak memperoleh pasokan air dari apa yang menjadi hak
mereka.
Sutu hal yang sentrik dan penuh sensitif, maka segala daya dan modal
apapun akan dikeluarkan oleh masyarakat agar mereka memperoleh air,
karena tanpa air dunia gersang. Maka manakala tarif tagihan PDAM dinaikan,
secara logis tidaklah akan timbul suatu polemik bila berdasarkan asas-asas
tertentu yang dipahami pelanggannya. Mengingat tidak semua masyarakat
adalah pelanggan PDAM, maka dengan pertimbangan alasan tersebut dapat
9. 9
mendukung rendahnya intensitas polemik, bilamana sekelumit permasalahan
itu terjadi di saat kenaikan tarif PDAM.
Namun dari pada itu dengan pertimbangan yang matang perlukah
kiranya kebijakan kenaikan tarif yang bertanggung jawab, bilamana kenaikan
tarif merupakan jalan satu-satunya., maka haruslah berlandaskan asas-asas
konsumen, diantaranya :
1. Asas keseimbangan
Melalui kenaikan tarif, pelanggan memperoleh hak distribusi air yang
setimbang dengan kualitas air sesuai peruntukannya untuk keperluan hidup
yang layak.
2. Asas berkelanjutan
Melalui kenaikan tarif, pelanggan terjamin berkurangnya hambatan dan
gangguan air, bilamana alokasi biaya untuk perbaikan, revitalisasi mesin
dan alat yang telah usang agar tidak masalah gangguan di kemudian hari
3. Asas kebersamaan
Melalui kenaikan tarif, pelanggan dan calon pelanggan baru memperoleh
pasokan dan distribusi air yang sama melalui pengembangan, pengadaan
mesin/alat untuk penambahan pipa-pipa jalur air saudara kita yang berada
pada kawasan yang minim air dan terutama zona yang belum tersentuh
PDAM
4. Asas manfaat
Melalui kenaikan tarif, pelanggan dapat terlayani secara optimal dalam
memanfaatkannya dengan distribusi air yang lancar sesuai keperluannya,
baik secara ekonomi, bisnis, maupun komersil
5. Asas keadilan
Melalui kenaikan tarif, pelanggan yang kurang mampu dapat tersubsidi
dan turut menikmati aliran air PDAM sebagaimana pelanggan lainnya
yang mampu.
10. 10
F. STRATEGI DAN TEKNIK/PENDEKATAN
Guna meminimalisir polemik di kemudian hari seiring kenaikan tarif PDAM,
salah satunya diperlukan upaya dengan contoh :
1. Dukungan kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai kenaikan tarif, agar
pelanggan tunduk dan patuh pada aturan
2. Upaya sosialisasi kenaikan tarif melalui media komunikasi terarah yang
terpapar sampai pada pelanggan langsung
3. Pemberian informasi pemberitahuan kenaikan yang jelas dan rasional agar
dapat dipahami melalui surat pemberitahuan pelanggan
4. Kerjasama dukungan terhadap rencana keniakan tarif dengan melibatkan
berbagai elemen sosial kemasyarakatan :
a. Upaya kerjasama dukungan aparatur pemerintahan selaku pemangku
kebijakan dari tingkat pusat sampai daerah RT/RW
b. Sosialisasi peran serta elemen masyarakat melalui kelembagaan dan
organisasi masyarakat yang relevan dalam mengawasai kebijakan
kenaikan tarif
5. Kompensasi pengembalian atas beban kenaikan tarif bagi pelanggan
contohnya :
a. Sosialisasi penggantian mesin meter usang maupun rusak, termasuk
reduksi pipa-pipa usang dengan ukuran tidak layak
b. Promosi potongan harga pemasangan PDAM bagi masyarakat kurang
mampu
c. Potongan pembiayaan bagi pelanggan PDAM infrastruktur layanan
publik seperti Mesjid, sekolah, dan lainnya
d. Jaminan pemerataan distribusi air pelanggan PDAM pada beberapa
kawasan yang minim pasokannya
e. Perluasan jangkauan area dalam manjaring pelanggan baru
f. Mempermudah proses administrasi dan pemasangan pelanggan baru,
dan
g. Promosi lainnya yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, sesuai
kebijakan dan peraturan yang berlaku