Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (KHI) merupakan kompilasi hukum Islam yang digunakan sebagai acuan hukum di Pengadilan Agama. KHI dikompilasi berdasarkan kitab-kitab fikih klasik dan diperbarui secara berkala untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. KHI terdiri dari tiga buku yang membahas hukum perkawinan, kewarisan, dan wakaf.
2. Dibagi atas beberapa peradilan :
1. Peradilan Gubernemen
2. Peradilan Pribumi
3. Peradilan Swapraja
4. Peradilan Agama
5. Peradilan Desa
Berdasarlan Stbl 1855 No 2 (pasal 77 RR)
ditentukan batas-batas kewenangan PA :
a. PA tidak berwenang dalam perkara pidana
b. Apabila menurut hukum agama perkara
tersebut harus diputuskanoleh PA
3. Munculnya teori receptio in complexu yang
ditemukan oleh willem christian van den berg
(1845-1927)” isinya:
“Bagi orang islam berlaku penuh hukum islam,
sebab ia telah memeluk agama islam, walaupun
dalam pelaksanaanya ada penyimpanganpenyimpangan”.
PA untuk Jawa dan Madura diresmikan oleh PMH
melalui Stbl. 1882 no. 152 dengan sebutan
Priesteraad, Pengadilan Serambi
4.
Munculnya teori receptio yang ditemukan
oleh christian snouck hurgronye (1857)
“hukum islam dapat dianggap sebagai hukum
masyarakat apabila telah memenuhi:
a.
Hukum adat atau diterima hukum adat
Sekalipun sudah diterima, kaidah hukum
islam tidak Boleh bertentangan dengan
b.
undang-undang hindia Belanda
5. Dengan
Munculnya teori diatas, maka
kewenangan PA untuk Jawa Dan Madura
diubah dengan Stbl 1937 No. 116 dan 610
Perubahan terutama masalah yang
berhubungan dengan kewarisan diserahkan
menjadi kewenangan Pengadilan Umum
dengan pertimbangan hukum waris Islam
belum menjadi hukum adat
Daerah Kalsel dan Kaltim, didirikan Stbl.
1937 No. 638 dan 639 dengan sebutan
Krapatan Qadli dan Krapatan Qadli Besar
6. HUKUM BARAT
BERLAKU DI PENGADILAN NEGERI
HUKUM ADAT
BERLAKU DI PENGADILAN NEGERI
HUKUM ISLAM
BERLAKU DI PENGADILAN AGAMA
7. 1 tahun pasca merdeka, pembinaan PA
berpindah kepada Kementrian Agama dari
Kementrian Kehakiman melalui PP No.
5/SD/1946
UU no. 19 Tahun 1948, PA dimasukkan dalam
Peradilan Umum
Berdasarkan UU Darurat No. 1 tahun
1951, menghapus Peradilan Swapraja Dan
Peradilan Desa
8. UU 19 / 1948 dicabut oleh UU No.7 / 1989
tentan Peradilan Agama, mulai berlaku 29
Desember 1989
UU no. 14/ 1970 tentang kekuasaan
kehakiman yang mensejajarkan peradilan
agama dengan peradilan lainnya
Perkembangan jumlah PA semakin banyak,
setiap Kab/ KotaMadya (PA I), setiap Provinsi
( PTA )
9.
Tujuan utama pembentukan UU Peradilan
Agama :
a. Mempertegas kedudukan dan kekuasaan peradilan
agama sebagai kekuasaan kehakiman
b. Menciptakan kesatuan hukum peradilan agama
10. Peradilan Agama hanya diperuntukkan bagi
orang2 Islam
Menerapkan opsi hukum dalam perkara
kewarisan
Kompetensi Absolut Peradilan Agama :
a. Perkawinan
b. Kewarisan, wasiat dan hibah yang dilakukan
berdasarkan hukum Islam
c. Wakaf dan shadaqah
11. PASAL 49 AYAT (1): PENGADILAN AGAMA BERTUGAS DAN BERWENANG
MEMERIKSA, MEMUTUS DAN MENYELESAIKAN PERKARA-PERKARA DI TINGKAT
PERTAMA ANTARA ORANG BERAGAMA ISLAM DI BIDANG:
PERKAWINAN
KEWARISAN, WASIAT DAN HIBAH YANG DILAKUKAN BERDASARKAN
HUKUM ISLAM
IZIN BERISTRI LEBIH DARI SATU,
IZIN BAGI YANG BERUSIA KURANG DARI 21 TAHUN,
JIKA TERJADI PERBEDAAN PENDAPAT PADA ORANGTUA,
DISPENSASI KAWIN,
PENCEGAHAN PERKAWINAN,
PEMBATALAN PERKAWINAN,
PENYELESAIAN HARTA BERSAMA DLL
PENENTUAN SIAPA AHLI WARIS,
PENENTUAN HARTA PENINGGALAN DLL
WAKAF DAN SHADAQAH
12. Hukum
Acara yang berlaku pada Pengadilan
dalam lingkungan Peradilan Agama adalah
Hukum Acara Perdata yang berlaku pada
Pengadilan dalam lingkungan Peradilan
Umum, kecuali yang telah diatur secara
khusus dalam Undang-undang ini
Sidang
pemeriksaan dilakukan secara
terbuka, kecuali karena alasan UU atau
perintah hakim, dapat dilaksanakan secara
tertutup.
13. Pada tanggal 20 Maret 2006 keluar UU No.
3 Th. 2006 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989
tentang Peradilan Agama.
Beberapa Perubahan Pokok dalam UU No. 3
Th. 2006 :
a. Di lingkungan Peradilan Agama dapat
diadakan pengkhususan pengadilan
yang diatur dengan Undang-Undang.
14. b. Kompetensi absolut : perkawinan;
waris; wasiat; hibah; wakaf; zakat;
infaq; shadaqah; dan ekonomi syari'ah
(Pasal 49).
c. Sengketa hak milik antar orang Islam
diputus bersama perkara Pasal 49
d. Opsi hukum dalam perkara kewarisan
dihapus
15. Pada Tanggal 29 Oktober 2009
keluar UU No. 50 Th. 2009
tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1989 tentang Peradilan Agama.
16.
17. H.
Abdurrahman, SH. : “Kompilasi Hukum
Islam di Indonesia merupakan rangkuman
dari berbagai kitab yang ditulis oleh ulama
fikih yang biasa dipergunakan sebagai
referensi pada Pengadilan Agama untuk
diolah dan dikembangkan serta dihimpun ke
dalam satu himpunan.”
18
18. Tata Hukum Nasional awal kemerdekaan:
1. Hukum produk legislasi kolonial.
2. Hukum adat.
3. Hukum Islam, dan
4. Hukum produk legislasi nasional.
Dapat disimpulkan bahwa KHI merupakan
gabungan antara hukum Islam dg produk
legisalasi nasional dalam kata lain
“pemberlakuan hukum Islam melalui
legislasi.”
19
19. Awal mula diumumkan oleh Menteri
Agama RI : Munawir Sjadzali, MA. (19831993)
Maret 1985 Presiden Soeharto ambil
prakarsa penyusunan KHI. Ditindaklanjuti
pada tanggal 25 Maret 1985 Mahkamah
Agung
dg
Departemen
Agama
mengeluarkan keputusan bersama Nomor
07/KMA/1985 dan No. 25 tahun 1985 yang
ditandatangani di Yogyakarta oleh Ketua
MA dan Menteri Agama.
20
20. Menggambarkan
ragam
makna
kehidupan
masyarakat Islam Indonesia, terutama tentang :
1) adanya norma hukum yang hidup dalam
masyrakat dan berperan
serta mengatur
interaksi sosial.
2) aktualisasi normatif dari eksplanasi fungsional
ajaran Islam yang berimplikasi terpenuhinya
tuntutan kebutuhan hukum.
3) kesepakatan dari para ulama.
21
21. Buku
I
: Hukum Perkawinan.
(Pasal 1 - 170)
Buku II : Hukum Kewarisan.
(Pasal 171 – 214)
Buku III : Hukum Perwakafan.
(Pasal 215 – 229)
22
22. 1.
Asas Sukarela.
2. Asas Persetujuan kedua belah pihak.
3. Asas Kebebasan memilih.
4. Asas Kemitraan suami – istri.
5. Asas berlaku untuk selama-lamanya.
6. Asas monogami terbuka.
23
23. 1. Asas Ijbari. bersifat otomatis
2. Asas Bilateral. mewaris dari 2 belah
pihak
3. Asas Individual.
4. Asas Keadilan Berimbang.
5. Asas Akibat Kematian.
24
24. 1. Asas kebolehan atau mubah.
2. Asas kemaslahatan dalam kehidupan.
3. Asas kebebasan dan kesukarelaan.
4. Asas menolak mudharat dan mengambil
manfaat.
5. Asas kebajikan.
6. Asas kekeluargaan atau asas
kebersamaan sederajat.
7. Asas adil dan berimbang.
8. Asas mendahulukan kewajiban daripada
hak.
25
25. 9. Asas merugikan diri sendiri dan orang lain.
10. Asas kemampuan berbuat atau bertindak.
11. Asas kebebasan berusaha.
12. Asas mendapatkan sesuatu karena usaha dan
jasa.
13. Asas perlindungan hak.
14. Asas hak milik berfungsi sosial.
15. Asas yang beriktikad baik harus dilindungi.
16. Asas risiko dibebaskan pada harta bukan pada
pekerja.
17. Asas mengatur dan memberi petunjuk.
18. Asas tertulis atau diucapkan di depan saksi.
26