SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 21
BAB 2 
TINJAUAN PUSTAKA 
2.1 Peran Orang Tua 
Dalam semua kelompok keluarga terdapat status ayah dan ibu yang dikenal 
secara sosial disertai dengan peran sanksi sosial yang menentukan perilaku seksual 
yang tepat dan tanggung jawab untuk membesarkan anak. Pedoman perilaku peran ini 
berfungsi untuk mengendalikan konflik seksual dalam masyarakat dan memberikan 
perawatan yang berkelanjutan bagi anak-anaknya. Derajat komitmen orang tua dan 
cara mereka memainkan peran masing-masing dipengaruhi oleh pengalaman sosial 
mereka yang unik. (Wong,2008) 
Definisi peran telah berubah sebagai hasil dari perubahan ekonomi dan gerakan 
kebebasan kaum perempuan. Perempuan telah mencapai keseimbangan posisi dengan 
laki- laki dalam bidang pendidikan, makin banyak yang menjadi pekerja, dan jumlah 
perempuan yang mempunyai sedikit atau bahkan tidak mempunyai anak sama sekali 
semakin meningkat. Selama masa kanak-kanak, khususnya pada golongan menengah 
ke atas, cenderung tidak lagi mengacu pada perbedaan karakter agresi dasar pada 
laki- laki, perempuan, ketergantungan, dan pencapaian. Karena perempuan berubah, 
diperlukan adanya perubahan dalam peran penunjang laki-laki. (Wong,2008)
2.1.1. Persiapan untuk masa menjadi orang tua 
Tujuan dasar menjadi orang tua adalah meningkatkan daya tahan fisik dan 
kesehatan anak, mengembangkan keterampilan dan kemampuan yang penting agar 
dapat menjadi orang dewasa yang mandiri, dan membantu mengembangkan 
kemampuan perilaku untuk memaksimalkan nilai-nilai budaya dan kepercayaan. 
Walaupun demikian, orang tua baru memiliki peran sabagai orang tua dengan 
pengalaman yang sedikit dan pengetahuan yang kurang memadai, walaupun tidak ada 
tugas yang sebanding dengan membesarkan seorang manusia, dalam konsekuensi 
secara keseluruhan. (Wong,2008) 
Orang tua mereka sendiri mungkin merupakan satu-satunya orang yang di 
observasi oleh orang tua baru secara saksama dalam peran orang tua. Orang tua 
membesarkan anak mereka dengan cara yang hamper sama seperti mereka terdahulu 
di besarkan. Keterampilan dan pengetahuan penting lain yang perlu diketahi oleh 
orang tua agar dapat merasa lebih nyaman dalam peran sebagai orang tua meliputi 
pemahaman dasar tentang pertumbuhan dan perkembangan masa kanak-kanak, 
mandi, memberi makan, penggunaan mainan, dan keterampilan interpersonal. 
(Wong,2008) 
2.1.2. Faktor orang tua yang memengaruhi transisi ke masa menjadi orang tua 
1. Usia orang tua 
Usia yang paling memuaskan untuk membesarkan anak adalah antara 
18 dan 35 tahun. Selama waktu ini orang tua dianggap berada pada 
kondisi kesehatan yang optimum, dengan perkiraan usia harapan hidup
yang memungkinkan waktu yang cukup dan memadai untuk 
membangun sebuah keluarga. (Wong,2008) 
2. Keterlibatan ayah 
Praktik saat ini yang mendorong interaksi awal ayah-bayi yang telah 
mengindikasikan bahwa ayah tampak memiliki ketertarikan terhadap 
bayi mereka. Bahkan ayah yang memiliki kontak awal yang lebih 
sedikit dengan bayi mereka yang baru lahir akan menjadi lebih terlibat 
dengan bayinya pada beberapa bulan kemudian, walaupun tipe 
interaksinya berbeda dengan yang dilakukan oleh ibu. (Wong,2008) 
3. Pendidikan menjadi orang tua 
Pasangan yang baru pertama kali menjadi orang tua yang mendapat 
lebih banyak bantuan dalam mempersiapkan diri untuk menjadi orang 
tua mengalami lebih sedikit stress dalam masa transisi daripada 
mereka yang tidak memiliki bantuan (Menurut Gage dan Christensen 
dalam Wong,2008). 
4. Sistem pendukung 
Keberhasilan adaptasi terhadap stress transisi pada masa menjadi 
orang tua melibatkan sedikitnya dua jenis sumber keluarga (Menurut 
McCubbin dalam Wong,2008). Pertama, sumber internal keluarga, 
seperti kemampuan adaptasi dan integrasi. Jenis sumber kedua untuk 
koping terhadap stress alah penggunaan strategi koping yang 
memperkuat organisasi dan fungsi keluarga. (Wong,2008)
2.2 Pengertian Pola Asuh 
Pola asuh merupakan bagiaan dari proses pemeliharaan anak dengan 
menggunakan teknik dan metode yang menitik beratkan pada kasih sayang dan 
ketulusan cinta yang mendalam dari orang tua. Pola asuh tidak akan terlepas dari 
adanya sebuah keluarga. Keluarga merupakan suatu satuaan kekerabatan yang juga 
merupakan satuan tempat tinggal yang ditandai oleh adanya kerja sama ekonomi dan 
mempunyai fungsi untuk melanjutkan keturunan sampai mendidik dan 
membesarkannya (Widjaja dalam Darokah dan Safari, 2005). Dilihat dari 
komposisinya, keluarga menjadi 2 macam, yaitu “keluarga inti” (terdiri dari ayah dan 
ibu bersama anak-anaknya) dan “keluarga luas” (yang meliputi kerabat dekat dengan 
baik dari ayah maupun ibu, seperti nenek, kakek, paman, dan bibi (Ilahi,2013). 
Pola pengasuhan adalah asuhan yang diberikan ibu atau pengasuh lain berupa 
sikap dan perilaku dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan, 
merawat, menjaga kebersihan, memberi kasih sayang, dan sebagainya. Kesemuanya 
berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan fisik, mental dan status gizi, 
pendidikan umum, pengetahuan tentang pengasuhan anak yang baik, peran dalam 
keluarga, dan masyarakat dan lain sebagainya (Sooekiman dalam Septiari,2012) 
Pola asuh adalah suatu sikap yang dilakukan orangtua, yaitu ayah dan ibu 
dalam berinteraksi dengan anaknya. Bagaimana cara ayah dan ibu memberikan 
disiplin, hadiah, hukuman, pemberian perhatian, dan tanggapan-tanggapan lain 
berpengaruh pada pembentukan kepribadian anak. Ini karena ayah dan ibu merupakan 
model awak bagi anak dalam berhubungan dengan orang lain (Ilahi,2013)
Pola asuh oarangtua adalah bagaimana orang tua atau keluarga memperlakukan 
anak, mendidik, membimbing, dan mendisplinkan anak dalam mencapai proses 
kedewasaan hingga pada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan 
masyarakat pada umumnya ( Casmini dalam buku Septiari,2012) 
2.2.1. Jenis pola asuh 
Metode asuh yang digunakan oleh orang tua kepada anak menjadi faktor 
utama yang menentukan potensi dan karakter seorang anak. Ada banyak jenis-jenis 
pola asuh orang tua yang sering menjadi pedoman bagi siapa saja yang ingin 
mencetak generasi paripurna untuk diandalkan bagi kemajuan bangsa ke depannya. 
Jenis-jenis pola asuh orang tua ini masing-masing memiliki karakteristik dan ciri khas 
yang berbeda sehingga tergantung bagaimana anda mempraktikkannya sebagai teknik 
dan pedoman untuk merawat anak dengan pendekatan berbeda pula (Ilahi,2013). 
1. Authotariaan atau otoriter 
Pola ini menggunakan pendekatan yang memaksakan 
kehendak orang tua kepada anak. Anak harus menuntut kepada orang 
tua. Keinginan orang tua harus dituruti, anak tidak boleh 
mengeluarkan pendapat. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak 
menjadi penakut, pencemas, menarik diri dari pergaulan, kurang 
adaptif, kurang tajam, kurang tujuan, curiga kepada orang lain, dan 
mudah stress (Septiari,2012). 
Pola asuh orang tua otoriter atau dictator dimana orang tua 
mencoba untuk mengontrol perilaku dan sikap anak melalui perintah
yang tidak boleh dibantah. Mereka menetapkan aturan dan regulasi 
atau standar perilaku yan dituntun untuk diikuti secara kaku dan tidak 
boleh dipertanyakan. Mereka menilai dan memberi penghargaan atas 
kepatuhan absolut, sikap mematuhi kata-kata mereka, dan 
menghormati prinsip dan kepercayaan keluarga tanpa kegagalan. 
Mereka menghukum secara paksa setiap perilaku yang berlawanan 
dengan standar orang tua. Otoritas orang tua dilakukan dengan 
penjelasan yang sedikit dan keterlibatan anak yang sedikit dan 
keterlibatan anak yang sedikit dalam mengambil keputusan. Pesannta 
adalah “Lakukan saja karena saya mengatakan begitu” (Wong,2008). 
Hukuman tidak selaku berupa hukuman fisik tetapi mungkin 
berupa penarikan dari rasa cinta dan pengakuan. Latihan yang hati-hati 
sering kali mengakibatkan perilaku menurut secara kaku pada anak, 
yang cenderung untuk menjadi sensitive, cepat lelah dan tunduk. 
Mereka cenderung menjadi sopan, setia, jujur dan dapat diandalkan 
tetapi mudah dikontrol. Perilaku-perilaku ini lebih khas terlihat ketika 
penggunaan kekuasaan dictator orang tua disertai dengan supervise 
ketat dan kasih sayang yang masuk akal. Jika tidak, penggunaan 
kekuasaan dictator lebih cenderung untuk dihubungkan dengan 
menentang dan anti sosial (Wong,2008)
Pola asuh otoriter (Authoriativve Parenting) merupakan gaya 
pengasuhan, menghukum, memaksa anak mengikuti aturan dan 
control yang ketat. Orang tua menuntut anak mengikuti perintah-perintahnya, 
sering memukul anak, memaksakan aturan tanpa 
penjelasan dan menunjukkan amarah (Soetjiningsih,2012) 
Profil perilaku anak : mudah tersinggung, penakut, pemurung, 
tidak bahagia, mudah stress, tidak mempunyai arah masa depan yang 
jelas, tidak bersahabat (Yusuf,2004) 
Anak sering murung, sedih, takut, gelisah, mudah marah atau 
kesal, licik dan bermusuhan, penarikan diri, rentan terhadap stress 
(Parke dan Virginia,1999) 
2. Permisif atau laissez-faire 
Orang tua serba membolehkan anak berbuat apa saja. Orang 
tua memiliki kehangatan, dan menerima apa adanya. Kehangatan 
cenderung memanjakan, ingin dituruti keinginannnya. Sedangkan 
menerima apa adanya cenderung memberikan kebebasan kepada anak 
untuk berbuat apa saja. Pola asuh ini dapat menyebabkan anak agresif 
tidak patuh orang tua, sok kuasa, kurang mampu mengontrol diri 
(Septiari,2012) 
Pola asuh yang membiarkan (permissive indulgent) merupakan gaya 
pengasuhan yang mana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak 
tetapi menetapkan sedikit batas, tidak terlalu menuntut, dan tidak
mengontrol mereka. Orang tua membiarkan anak melakukan apa saja 
yang mereka inginkan sehingga anak tidak pernah belajar 
mengendalikan perilakunya sendiri dan selalu mengharapkan 
kemauannya dituruti (Soetjiningsih,2012) 
Pola asuh permisif atau laissez-faire adalah orang tua memiliki 
sedikit control atau tidak sama sekali atas tindakan anak-anak mereka. 
Orang tua yang bermaksud baik ini kadang-kadang bingung antara 
sikap permisif dan pemberian izin. Mereka menghindari untuk 
memaksakan standar perilaku mereka dan mengizinkan anak mereka 
untuk mengatur aktivitas mereka sendiri sebanyak mungkin. Orang tua 
ini menganggap diri mereka sendiri sebagai sumber untuk anak, bukan 
merupakan model peran (Wong,2008). 
Jika peraturan memang ada, orang tua menjelaskan alasan yang 
mendasarinya, mendukung pendapat anak, dan berkonsultasi dengan 
mereka dalam proses pembuatan keputusan. Mereka memberlakukan 
kebebasan dalam bertindak, disiplin yang inkonsisten, tidak 
menetapkan batasan-batasan yang masuk akal, dan tidak mencegah 
anak yang merusak rutinitas di rumah. Orang tua jarang menghukum 
anak, karena sebagian besar perilaku di anggap dapat di terima. Anak-anak 
dari orang tua yang submisis sering kali tidak mematuhi, tidak 
menghormati, tidak bertanggung jawab, dan secara umum tidak 
mematuhi kekuasaan ( Wong,2008)
Profil perilaku anak : Bersikap impulsive dan agresif, suka 
memberontak, kurang memiliki rasa percaya diri dan pengendalian 
diri, suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya, prestasinya rendah 
(Yusuf,1999). 
Cepat marah tetapi cepat untuk memulihkan suasana, sedikit 
mandiri, hidup tanpa tujuan, patuh dan mudah marah (Parke dan 
Virginia,1999). 
3. Authoritative atau demokratik 
Orang tua sangat memperhatikan kebutuhan anak dan 
mencukupinya dengan pertimbangan faktor kepentinngan dan 
kebutuhan. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak mandiri, 
mempunyai control diri, mempunyai kepercayaan dir i yang kuat, dapat 
berinteraksi dengan teman sebayanya dengan baik, mampu 
menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru, 
kooperatif dengan orang dewasa, penurut, patuh dan berorientasi pada 
prestasi (Septiari,2012) 
Pola asuh otoritatif atau demokratis adalah gaya pengasuhan 
yang mendorong anak untuk mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas 
dan pengendalian atas tindakan anak. Jadi orang tua masih 
melakukan control pada anak tetapi tidak terlalu ketat. Umumnya, 
orang tua bersikap tegas tetapi mau memberikan penjelasan mengenai
aturang yang ditetapkan dan mau bermusyawarah atau berdiskusi 
(Soetjiningsih,2012) 
Pola asuh authoritative atau demokratik adalah orang tua 
mengombinasikan praktik pengasuh anak dari dua gaya yang ekstrem. 
Mereka mengarahkan perilaku dan sikap anak dengan menekankan 
alasan peraturan dan secara negative menguatkan penyimpangan. 
Mereka menghormati individialitas dari setiap anak dan mengizinkan 
mereka untuk menyuarakan keberatannya terhadap standar atau 
peraturan keluarga. Kontrol orang tua kuat dan konsisten tetapi disertai 
dengan dukungan, pengertian, dan keamanan. Kontrol difokuskan 
pada masalah, tidak ada penarikan rasa cinta atau takut pada hukuman. 
Orang tua ini membantu “pengarahan diri pribadi” suatu kesadaran 
mengatur perilaku berdasarkan perasaan bersalah, bukan karena takut 
tertangkap atau takut dihukum. Standar realistis orang tua dan harapan 
yang masuk akal menghasilkan anak dengan harga diri tinggi, dan 
sangat interaktif dengan anak lain (Wong,2008) 
Profil perilaku anak : Bersikap bersahabat, memiliki rasa percaya d iri, mampu 
mengendalikan diri (self control), bersikap sopan, mau bekerja sama, meiliki rasa 
ingin tahunya yang tinggi, mempunyai tujuan/arah hidup yang jelas, berorintasi 
terhadap prestasi (Yusuf,2004)
Tabe l 2.1 Pe ngaruh “Parenting Styl” Terhadap Pe rilaku Anak 
Parenting 
Styles 
Sikap Atau Perilaku Orangtua Profil Perilaku Anak 
1. Authoritarian 1. Sikap “acceptance” rendah, 
namun kontrolnya tonggi 
2. Suka menghukum secara fisik 
3. Bersikap mengomando 
(mengharuskan/ memerintah anak 
untuk melakukan sesuatu tanpa 
kompromi) 
4. Bersikap kaku (keras) 
5. Cenderung emosional dan 
bersikap menolak 
1. Mudah tersinggung 
2. Penakut 
3. Pemurung, tidak bahagia 
4. Mudah terpengaruh 
5. Mudah stress 
6. Tidak mempunyai arah 
masa depan yang jelas 
7. Tidak bersahabat 
(Yusuf, 2004). 
2. Permissive 1. Sikap “acceptance” nya tinggi, 
namun kontrolnya rendah 
2. Memberikan kebebasan kepada 
anak untuk menyatakan 
dorongan/keiginannya 
1. Bersikap impulsive dan 
agresif 
2. Suka memberontak 
3. Kurang memiliki rasa 
percaya diri dan 
pengendaliaan diri 
4. Suka mendominasi 
5. Tidak jelas arah hidupnya 
6. Prestasinya rendah 
(Yusuf, 2004). 
3. Authoritative 1. Sikap “acceptance” dan 
kontrolnya tinggi 
2. Bersikap responsive terhadap 
kebutuhan anak 
3. Mendorong anak untuk 
menyatakan pendapat atau 
pertanyaan 
4. Memberikan penjelasan 
tentang dampak perbuatan 
yang baik dan yang buruk 
(Yusuf, 2004). 
1. Bersikap bersahabat 
2. Memiliki rasa percaya diri 
3. Mampu mengendalikan 
diri (self control) 
4. Besikap sopan 
5. Mau bekerja sama 
6. Memiliki rasa ingin 
tahunya yang tinggi 
7. Mempunyai tujuan/arah 
hidup yang jelas 
8. Berorientasi terhadap 
prestasi 
(Yusuf, 2004).
2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh 
1. Pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja dengan tidak bekerja 
Kepribadian anak, sikap, kebiasaan dan pola perilaku yang 
dibentuk selama tahun-tahun pertama, sangat menentukan seberapa 
jauh individu-individu berhasil menyesuaikan diri dalam kehidupan 
ketika menyesuaikan diri dalam kehidupan ketika mereka bertambah 
tua. Kenyataan tersebut menyiratkan betapa pent ingnya dasar-dasar 
yang diberikan orang tua pada anaknya waktu masih masa kanak-kanak. 
Karena dasar inilah yang akan membentuk kepribadian anak 
yang di bawa sampai hari tua nanti (Septiari,2012) 
Pada kenyataan sekarang ini adalah berkurangnya perhatian orang 
tua terhadap anaknya karena keduanya sama-sama bekerja. Hal ini 
mengakibatkan terbatasnya interaksi anak dengan kedua orang tuanya. 
Keadaan ini biasanya terjadi pada keluarga-keluarga muda yang 
semuanya bekerja. Anak-anak kurang mendapat perhatian dan kasih 
sayang dari kedua orang tuanya, padahal pada usia ini anak sangat 
membutuhkan perhatian lebih dari orang tua terutama untuk 
perkembangan kepribadiannya (Septiari,2012)
Anak yang ditinggal kedua orang tuanya akan cenderung manja. 
Biasanya orang tua akan merasa bersalah karena sudah meninggalkan 
anak seharian, sehingga orang tua akan menuruti semua permintaan si 
anak untuk menebus kesalahan tersebut tanpa berpikir panjang, lebih 
lanjut permintaan anak baik atau tidak untuk perkembangan 
kepribadian anak selanjutnya (Septiari,2012) 
2. Pengaruh pola asuh orang tua yang berpendidikan tinggi dengan yang 
berpendidikan rendah 
Latar belakang pendidikan orang tua mempunyai pengaruh 
yang besar terhadap pembentukan kepribadian anak. Orang tua yang 
mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi akan lebih 
memperhatikan segala perubahan, dan setiap perkembangan yang 
terjadi pada anaknya. Orang tua yang berpendidikan tinggi umumnya 
mengetahui bagaimana tingkat perkembangan anak khususnya untuk 
pembentukan kepribadian yang baik bagi anak. Orang tua yang 
berpendidikan tinggi umunya dapat mengajarkan sopan santun 
kepada orang lain, baik dalam berbicara ataupun dalam hal lain 
(Septiari,2012)
Berbeda dengan orang tua yang mempunyai latar belakang 
pendidikan rendah. Dalam pengasuhan anak umumnya orang tua 
kurang memperhatikan tingkat perkembangan anak. Hal ini 
dikarenakan orang tua yang masih awam dan tidak mengetahui 
tingkat perkembangan anak. Bagaimana naknya berkembang dan 
dalam tahap apa anak pada saat itu. Orang tua biasanya mengasuh 
anak dengan gaya dan cara mereka sendiri. Apa yang menurut 
mereka baik untuk anaknya. Anaknya dengan polas asuh orang tua 
yang seperti ini akan membentuk suatu kepribadian yang kurang baik 
(Septiari,2012) 
3. Pengaruh pola asuh orang tua dengan tingkat ekonomi menengah ke 
atas dan menengah ke bawah 
Permasalahan ekonomi dalam keluarga merupakan masalah 
yang sering di hadapi. Tanpa disadari bahwa permasalahan ekonomi 
dalam keluarga akan berdampak pada anak. Orang tua terkadang 
melampiaskan kekesalan dalam menghadapi permasalahan pada anak. 
Anak usia prasekolah yang belum mengerti tentang masalah 
perekonomian dalam keluarga hanya akan menjadi korban dari orang 
tua. Dalam pola asuh yang diberikan oleh orang tua yang tingkat 
perekonomiannya menengah ke atas dalam pengasuhannya biasanya 
orang tua memanjakan anak. Apapun yang diinginkan oleh si anak
akan dipenuhi oleh orang tua. Pengasuhan anak sebagian besar hanya 
sebatas materi. Perhatian dan kasih sayang orang tua diwujudkan 
dalam materi atau pemenuhan kebutuhan anak (Septiari,2012) 
2.3. Peran Sosial 
Kebanyakan konsep diri anak diturunkan dari ide mereka tentang peran sosial 
mereka. Peran adalah kreasi budaya, oleh karena itu budaya menentukan pola 
perilaku seseorang dalam berbagai posisi sosial. Semua orang yang memegang posisi 
sosial serupa memiliki kewajiban untuk berperilaku dalam cara tertentu. Suatu peran 
melarang beberapa perilaku dan mengizinkan perilaku lain. Karena budaya 
menggambarkan dan memperjelas peran, maka berpengaruh signifikan pada 
perkembangan konsep diri anak (Wong,2008) 
2.3.1. Pengaruh Sub Budaya 
1. Etnisitas 
Etnisitas adalah klasifikasi atau afiliasi dengan setiap kelompok dasar 
atau pembagian umat manusia atau setiap populasi heterogen yang 
dibedakan oleh adat istiadat, karakteristik, bahasa atau faktor 
pembeda lain yang sejenis. Perbedaan etnik meluas ke banyak area 
dan termasuk manifestasi seperti struktur keluarga, bahasa, kesukaan 
makanan, kode moral, dan ekspresi emosi. Beberapa standar perilaku 
dihasilkan dari warisan budaya kelompok etnik tertentu.
2. Kelas sosial/okupasional 
Meskipun terdapat pengecualian, kemungkinan pengaruh paling besar 
pada praktik pengasuhan anak dan konsikuensinya adalah kelas sosial 
keluarga tempat anak dilahirkan. Perbedaan dalam tujuan dan praktik 
pengasuhan anak, serta sikap terhadap kesehatan, terbukti lebih besar 
di antara kelas sosial daripada di antara kelompok etnik dan ras. 
3. Tunawisma 
Anak tunawisma adalah orang yang kekurangan sumber daya dan 
ikatan komunitas yang perlu untuk memberikan mereka tempat tinggal 
pribadi yang adekuat. Kurangnya hunian permanen mengurangi 
kebutuhan paling dasar untuk pertumbuhan dan perkembangan yang 
tepat. Ketunawismaan menganggu pertemanan dan sekolah anak 
(Menurut Strehlow dan Amos Jones dalam Wong,2008). Anak 
tunawisma menderita gangguan fisik dan mental yang lebih besar dari 
yang ditemukan pada anak miskin yang memiliki tempat tinggal 
permanen. 
4. Sekolah 
Setelah keluarga, sekolah memberikan kekuatan besar dalam 
memberikan kontinuitas antar generasi dengan memberikan sejumlah 
budaya dari anggota yang lebih besar ke yang lebih muda dalam cara
ini anak disiapkan untuk menjalankan peran sosial tradisional yang 
diharapkan atas mereka untuk bertindak sebagai ornag dewasa 
masyarakat. Aturan dan peraturan sekolah mengenai kehadiran, 
hubungaan otoritas, dan system sanksi dan penghargaan yang 
didasarkan pada prestasi menunjukkan pada anak tentang harapan dan 
perilaku dunia kerja dan hubungan orang dewasa. 
5. Budaya sekelompok sebaya 
Hubungan sebaya makin penting dan berpengaruh ketika anak masuk 
sekolah. Di sekolah, anak memiliki apa yang dapat dianggap sebagai 
budaya mereka sendiri. Ini paling tampak pada anak sekolah dan 
dalam kelompok bermain yang tidak diawasi. Kelompok bermain ini 
menujukkan budaya ini dalam bentuk lebih murni daripada kelompok 
sekolah, yang sebagian dohasilkan oleh orang dewasa. Budaya 
kelompok sebaya memiliki rahasia, adat istiadat, dan kode etik dengan 
siapa mereka meningkatkan perasaan solidaritas kelompok dan 
perpisahan dari orang dewasa. 
2.3.2 Perkembangan Sosial 
Salah satu agens sosialisasi terpenting dalam kehidupan anak usia sekolaha 
adalah kelompok teman sebaya. Selain orang tua dan sekolah, kelompok teman 
sebaya memberi sejumlah hal yang penting kepada anggotanya. Anak-anak memiliki
budaya mereka sendiri, disertai rahasia, adat istiadat, dank ode etik yang 
meningkatkan rasa solidaritas kelompok dan melepaskan diri dari orang dewasa. 
Melalui hubungan dengan teman sebaya, anak belajar bagaiman menghadapi 
dominansi dan permusuhan, berhubungan dengan pemimpin dan pemegang 
kekuasaan, serta menggali ide-ide dan lingkungan fisik (Wong,2008) 
2.3.3 Hubungan sosial dan kerja sama 
Hubungan dengan teman sebaya sehari-hari memberikan interaksi sosial 
paling penting untuk anak usia sekolah. Untuk pertama kalinya, anak mampu 
bergabung dalam aktivitas kelompok dengan antusiasme yang tidak terbatas dan 
partisipasi yang mantap. Interaksi sebelumnya terbatas dalam periode yang pendek di 
bawah pengawasan orang dewasa yang ketat. Dengan peningkatan ketrampilan dan 
kesempatan yang lebih luas, anak mulai terlibat dengan salah satu atau beberapa 
kelompok teman sebaya, yaitu merupakan tempat anak dapat mempe roleh status 
sebagai anggota yang dihargai. (Wong,2008) 
Pengalaman berharga dipelajari dari interaksi sehari-hari dengan teman 
sebaya. Pertama, anak belajar menghargai perbedaan sudut pandang yang ditunjukkan 
dalam kelompok teman sebaya. Kedua, anak bertambah sensitive terhadap norma 
sosial dan tekanan dari kelompok teman sebaya. Ketiga, interaksi diantara teman 
sebaya berperan penting dalam pembentukan hubungan persahabatan dengan sesama 
jenis. Periode usia sekolah adalah waktu ketika anak memiliki sahaba t yaitu tempat
berbagi rahasia, lelucon pribadi, dan petualangan, mereka saling membantu jika 
temannya menghadapi masalah. 
Klub dan kelompom teman sebaya. Salah satu karakteristik yang menonjol 
pada masa kanak-kanak pertengahan dalah pembentukan kelompok-kelompok formal 
atau klub. Gambaran penting pada banyak kelompok ini adalah peraturan yang kaku 
dipaksakan kepada anggota-anggotanya. Selama masa awal sekolah, kelompok yang 
dibentuk lebih kecil dan kurang terorganisasi, dengan perubahan keanggotaan dan 
sedikit struktur formal. Perpaduan karakteristik kelompok atau kelompok kecil yang 
lebih lama pada masa sekolah selanjutnya tidak terlihat dengan jelas. Biasanya tetapi 
tidak selalu, kelompok anak perempuan kurang bersifat formal dibandingkan dengan 
kelompok anak laki- laki, dan walaupun kemungkinan kedua jenis kelamin masih 
bercampur pada tahun-tahun pertama sekolah, pada akhir masa sekolah. Dalam ikatan 
kelompok teman sebaya yang kuat juga terdapat sifat-sifat membahayakan. Tekanan 
teman sebaya dapat memaksa anak untuk mengambil risiko, bahkan melawan 
penilaian mereka yang lebih baik. Aktivitas kelompok sebaya yang menyebabkan 
kekerasan geng yang tidak dapat diterima, melanggar hokum, dan bersifat criminal 
dan menunjukkan tantangan yang signifikan bagi para profesional kesehatan dan guru 
yang bekerja dengan anak-anak (Wong,2008)
2.4. Tumbuh kembang personal-sosial anak usia 6-8tahun 
1. Anak usia 6 tahun 
Dapat berbagi dan bekerja sama dengan lebih baik. Memiliki 
kebutuhan yang besar untuk anak-anak seusianya. Untuk menanga kan 
melakukan kecurangan. Sering melakukan permainan yang kasar. 
Sering merasa cemburu terhadap adiknya. Melakukan tindakan yang 
sering dilihat dilakukan oleh orang dewasa. Memiliki perilaku yang 
kadang-kadang suka suka marah (temper tantrum).anak menjadi 
pembual (beromong besar). Anak lebih mandiri, kemungkinan 
dipengaruhi oleh sekolah. Mempunyai cara sendiri dalam melakukan 
sesuatu, peningkatan sosialisasi. 
2. Anak usia 7 tahun 
Menjadi anggota kelompok keluarga yang sebenarnya. Mengambil 
bagian dalam permainan kelompok. Anak laki- laki memilih bermain 
dengan anak laki- laki; anak perempuan memilih bermain dengan anak 
perempuan. Banyak menghabiskan waktu sendirian, tidak memerlukan 
banyak dampingan.
3. Anak usia 8-9 tahun 
Mudah ditinggalkan sendiri di rumah. Menyukai system penghargaan. 
Mendramatisasi, lebih mampu bersosialisasi. Berperilaku lebih baik. 
Tertarik dalam hubungan dengan lawan jenisnya tetapi tidak 
mengetahui hal tersebut. Pergi dari rumah dan lingkungannya dengan 
bebas, sendirian atau dengan teman-temannya. Menyukai persaingan 
dan permainan. Menunjukkan pilihan dalam memilih teman atau 
kelompok. Paling sering bermain dengan teman-teman dari kelompok 
sejenis tetapi mulai berbaur dengan lawan jenis. Mengembangkan 
kesopanan. Membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Menyukai 
aktivitas pramuka, olahraga berkelompok. 
4. Anak usia 10-12 tahun 
Mencintai teman-temannya;terus menerus membicarakan tentang 
teman-temannya. Lebih selektif memilih teman; dapat mempunyai sahabat. 
Menikmati percakapan. Mulai menyukai lawan jenis. Lebih diplomatis. 
Menyukai keluarga ; keluarga benar-benar memiliki arti penting. Mencintai 
ibu dan ingin menyenangkannya dengan berbagai cara. Memperlihatkan rasa 
kasih sayang. Mencintai ayah sebagai sosok yang dikagumi dan mungkin 
diidolakan. Menghormati orang tua.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Risiko kehamilan 4 t
Risiko kehamilan  4 tRisiko kehamilan  4 t
Risiko kehamilan 4 t
Rahma Agustin
 
Kie persiapan menjadi orang tua
Kie persiapan menjadi orang tuaKie persiapan menjadi orang tua
Kie persiapan menjadi orang tua
Monica Fermanda
 
KESEHATAN ANAK REMAJA
KESEHATAN ANAK REMAJAKESEHATAN ANAK REMAJA
KESEHATAN ANAK REMAJA
Zakiah dr
 
Kesehatan Reproduksi PPT (Materi PMR)
Kesehatan Reproduksi PPT (Materi PMR)Kesehatan Reproduksi PPT (Materi PMR)
Kesehatan Reproduksi PPT (Materi PMR)
Andhika Pratama
 
Etika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdf
Etika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdfEtika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdf
Etika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdf
promkesseyegan
 
Konsep perilaku kesehatan
Konsep perilaku kesehatanKonsep perilaku kesehatan
Konsep perilaku kesehatan
om_wiez
 

Mais procurados (20)

PPT STRES
PPT STRESPPT STRES
PPT STRES
 
Gizi seimbang anak dengan stunting
Gizi seimbang anak dengan stuntingGizi seimbang anak dengan stunting
Gizi seimbang anak dengan stunting
 
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik
 
Risiko kehamilan 4 t
Risiko kehamilan  4 tRisiko kehamilan  4 t
Risiko kehamilan 4 t
 
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan MasyarakatPromosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
 
Kie persiapan menjadi orang tua
Kie persiapan menjadi orang tuaKie persiapan menjadi orang tua
Kie persiapan menjadi orang tua
 
Tugas k.k. 2 askeb pranikah
Tugas k.k. 2 askeb pranikahTugas k.k. 2 askeb pranikah
Tugas k.k. 2 askeb pranikah
 
PPT Kehamilan Remaja
PPT Kehamilan RemajaPPT Kehamilan Remaja
PPT Kehamilan Remaja
 
Percakapan konseling antara bidan dengan
Percakapan konseling antara bidan denganPercakapan konseling antara bidan dengan
Percakapan konseling antara bidan dengan
 
KESEHATAN ANAK REMAJA
KESEHATAN ANAK REMAJAKESEHATAN ANAK REMAJA
KESEHATAN ANAK REMAJA
 
1. konsep kesehatan reproduksi
1. konsep kesehatan reproduksi1. konsep kesehatan reproduksi
1. konsep kesehatan reproduksi
 
Promkes (midwifery)-- Prinsip Perubahan Perilaku
Promkes (midwifery)-- Prinsip Perubahan  PerilakuPromkes (midwifery)-- Prinsip Perubahan  Perilaku
Promkes (midwifery)-- Prinsip Perubahan Perilaku
 
Kesehatan Reproduksi PPT (Materi PMR)
Kesehatan Reproduksi PPT (Materi PMR)Kesehatan Reproduksi PPT (Materi PMR)
Kesehatan Reproduksi PPT (Materi PMR)
 
Etika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdf
Etika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdfEtika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdf
Etika dalam Promosi Kesehatan - di sampaikan oleh Yayi S P(1).pdf
 
KEHAMILAN DAN PERKEMBANGAN JANIN PPT
KEHAMILAN DAN PERKEMBANGAN JANIN PPTKEHAMILAN DAN PERKEMBANGAN JANIN PPT
KEHAMILAN DAN PERKEMBANGAN JANIN PPT
 
Pernikahan dini
Pernikahan diniPernikahan dini
Pernikahan dini
 
Contoh askeb persalinan normal
Contoh askeb persalinan normalContoh askeb persalinan normal
Contoh askeb persalinan normal
 
Konsep perilaku kesehatan
Konsep perilaku kesehatanKonsep perilaku kesehatan
Konsep perilaku kesehatan
 
Buku Panduan Kader Posyandu
Buku Panduan Kader PosyanduBuku Panduan Kader Posyandu
Buku Panduan Kader Posyandu
 
KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...
KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...
KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...
 

Destaque

Pola asuh yang baik bagi anak usia 4
Pola asuh yang baik bagi anak usia 4Pola asuh yang baik bagi anak usia 4
Pola asuh yang baik bagi anak usia 4
Meita Rizki
 
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap
Pengaruh pola asuh orang tua terhadapPengaruh pola asuh orang tua terhadap
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap
Ras Moammar
 
Qualcomm's Proximity Beacon
Qualcomm's Proximity BeaconQualcomm's Proximity Beacon
Qualcomm's Proximity Beacon
Deema98
 
Theatre powerpoint
Theatre powerpointTheatre powerpoint
Theatre powerpoint
trungtdo1
 

Destaque (20)

Pola asuh yang baik bagi anak usia 4
Pola asuh yang baik bagi anak usia 4Pola asuh yang baik bagi anak usia 4
Pola asuh yang baik bagi anak usia 4
 
Data kementrian kesehatan tahun 2012
Data kementrian kesehatan tahun 2012Data kementrian kesehatan tahun 2012
Data kementrian kesehatan tahun 2012
 
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap
Pengaruh pola asuh orang tua terhadapPengaruh pola asuh orang tua terhadap
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap
 
Tech Wildcatters’ EMERGE Program Highlights First Responder Products
Tech Wildcatters’ EMERGE Program Highlights First Responder ProductsTech Wildcatters’ EMERGE Program Highlights First Responder Products
Tech Wildcatters’ EMERGE Program Highlights First Responder Products
 
Girl Scout Brownies Build a Swing for Children with Disabilities
Girl Scout Brownies Build a Swing for Children with DisabilitiesGirl Scout Brownies Build a Swing for Children with Disabilities
Girl Scout Brownies Build a Swing for Children with Disabilities
 
Sleepiness Problem
Sleepiness ProblemSleepiness Problem
Sleepiness Problem
 
The Dallas Mavericks’ 2011 Run for the NBA Championship
The Dallas Mavericks’ 2011 Run for the NBA ChampionshipThe Dallas Mavericks’ 2011 Run for the NBA Championship
The Dallas Mavericks’ 2011 Run for the NBA Championship
 
Qualcomm's Proximity Beacon
Qualcomm's Proximity BeaconQualcomm's Proximity Beacon
Qualcomm's Proximity Beacon
 
Pendidikan lingkungan bencana di desa tempur Uploaded by Wahyu Dwi Pranata
Pendidikan lingkungan bencana di desa tempur Uploaded by Wahyu Dwi PranataPendidikan lingkungan bencana di desa tempur Uploaded by Wahyu Dwi Pranata
Pendidikan lingkungan bencana di desa tempur Uploaded by Wahyu Dwi Pranata
 
Ralph Johnson:
Ralph Johnson: Ralph Johnson:
Ralph Johnson:
 
North Dakota Bankers Association - Social Engagement Strategy
North Dakota Bankers Association - Social Engagement Strategy North Dakota Bankers Association - Social Engagement Strategy
North Dakota Bankers Association - Social Engagement Strategy
 
Theater
TheaterTheater
Theater
 
Family Compass - Families First
Family Compass - Families FirstFamily Compass - Families First
Family Compass - Families First
 
Mrc indonesia family and brotherhoods_wahyu dwi pranata
Mrc indonesia family and brotherhoods_wahyu dwi pranataMrc indonesia family and brotherhoods_wahyu dwi pranata
Mrc indonesia family and brotherhoods_wahyu dwi pranata
 
Berfikir opini (Introduction to Write Opinion)
Berfikir opini (Introduction to Write Opinion)Berfikir opini (Introduction to Write Opinion)
Berfikir opini (Introduction to Write Opinion)
 
Addressing the Impact of Poverty at the SVP Dallas bigBANG! 2014 Conf.
Addressing the Impact of Poverty at the SVP Dallas bigBANG! 2014 Conf.Addressing the Impact of Poverty at the SVP Dallas bigBANG! 2014 Conf.
Addressing the Impact of Poverty at the SVP Dallas bigBANG! 2014 Conf.
 
SVP Dallas Hosts 2014 bigBANG Convergence
SVP Dallas Hosts 2014 bigBANG ConvergenceSVP Dallas Hosts 2014 bigBANG Convergence
SVP Dallas Hosts 2014 bigBANG Convergence
 
Theatre powerpoint
Theatre powerpointTheatre powerpoint
Theatre powerpoint
 
Pendidikan lingkungan bencana di desa menawan Uploaded by Wahyu Dwi Pranata
Pendidikan lingkungan bencana di desa menawan Uploaded by Wahyu Dwi PranataPendidikan lingkungan bencana di desa menawan Uploaded by Wahyu Dwi Pranata
Pendidikan lingkungan bencana di desa menawan Uploaded by Wahyu Dwi Pranata
 
Operation Kindness Helps Animals with Special Needs
Operation Kindness Helps Animals with Special NeedsOperation Kindness Helps Animals with Special Needs
Operation Kindness Helps Animals with Special Needs
 

Semelhante a Pola asuh orang tua

Td10003 latihan 1 jenry saiparudin
Td10003 latihan 1 jenry saiparudinTd10003 latihan 1 jenry saiparudin
Td10003 latihan 1 jenry saiparudin
Jenry Saiparudin
 
Pengaruh pola-asuh-orangtua-terhadap-pembentukan-kepribadian
Pengaruh pola-asuh-orangtua-terhadap-pembentukan-kepribadianPengaruh pola-asuh-orangtua-terhadap-pembentukan-kepribadian
Pengaruh pola-asuh-orangtua-terhadap-pembentukan-kepribadian
ROSMAINIAMRIL29
 
Bab ii pi PENYEBAB SCHIZOPHRENIA PADA ANAK DILIHAT DARI POLA ASUH DALAM KELU...
Bab ii pi PENYEBAB SCHIZOPHRENIA PADA ANAK DILIHAT  DARI POLA ASUH DALAM KELU...Bab ii pi PENYEBAB SCHIZOPHRENIA PADA ANAK DILIHAT  DARI POLA ASUH DALAM KELU...
Bab ii pi PENYEBAB SCHIZOPHRENIA PADA ANAK DILIHAT DARI POLA ASUH DALAM KELU...
Tyaseta Sardjono
 
Ilmu sosial dasar - Pertemuan 2
Ilmu sosial dasar - Pertemuan 2Ilmu sosial dasar - Pertemuan 2
Ilmu sosial dasar - Pertemuan 2
Bayu Radityo
 
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anakPengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak
rismawijayanti
 
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anakPengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak
rismawijayanti
 
Pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja dan yang tidak bekerja terhadap pem...
Pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja dan yang tidak bekerja terhadap pem...Pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja dan yang tidak bekerja terhadap pem...
Pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja dan yang tidak bekerja terhadap pem...
Operator Warnet Vast Raha
 
Pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja dan yang tidak bekerja terhadap pem...
Pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja dan yang tidak bekerja terhadap pem...Pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja dan yang tidak bekerja terhadap pem...
Pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja dan yang tidak bekerja terhadap pem...
Operator Warnet Vast Raha
 
Memahami peran remaja dalam keluarga
Memahami peran remaja dalam keluargaMemahami peran remaja dalam keluarga
Memahami peran remaja dalam keluarga
Badrus Baedowi Majid
 

Semelhante a Pola asuh orang tua (20)

PENGASUHAN DAN PEKERJAAN
PENGASUHAN DAN PEKERJAANPENGASUHAN DAN PEKERJAAN
PENGASUHAN DAN PEKERJAAN
 
Peran keluarga dan perkembangannya dalam kespro lansia.pptx
Peran keluarga dan perkembangannya dalam kespro lansia.pptxPeran keluarga dan perkembangannya dalam kespro lansia.pptx
Peran keluarga dan perkembangannya dalam kespro lansia.pptx
 
Hdps 4103 Perancangan dan Pengajaran Afektif
Hdps 4103 Perancangan dan Pengajaran AfektifHdps 4103 Perancangan dan Pengajaran Afektif
Hdps 4103 Perancangan dan Pengajaran Afektif
 
Rahmat adil yusuf harahap, ltm mpkt
Rahmat adil yusuf harahap, ltm mpktRahmat adil yusuf harahap, ltm mpkt
Rahmat adil yusuf harahap, ltm mpkt
 
Td10003 latihan 1 jenry saiparudin
Td10003 latihan 1 jenry saiparudinTd10003 latihan 1 jenry saiparudin
Td10003 latihan 1 jenry saiparudin
 
Pengaruh pola-asuh-orangtua-terhadap-pembentukan-kepribadian
Pengaruh pola-asuh-orangtua-terhadap-pembentukan-kepribadianPengaruh pola-asuh-orangtua-terhadap-pembentukan-kepribadian
Pengaruh pola-asuh-orangtua-terhadap-pembentukan-kepribadian
 
Peran pola asuh otoritatif orang tua, pendidikan orang tua dan jumlah saudara...
Peran pola asuh otoritatif orang tua, pendidikan orang tua dan jumlah saudara...Peran pola asuh otoritatif orang tua, pendidikan orang tua dan jumlah saudara...
Peran pola asuh otoritatif orang tua, pendidikan orang tua dan jumlah saudara...
 
Bab ii pi PENYEBAB SCHIZOPHRENIA PADA ANAK DILIHAT DARI POLA ASUH DALAM KELU...
Bab ii pi PENYEBAB SCHIZOPHRENIA PADA ANAK DILIHAT  DARI POLA ASUH DALAM KELU...Bab ii pi PENYEBAB SCHIZOPHRENIA PADA ANAK DILIHAT  DARI POLA ASUH DALAM KELU...
Bab ii pi PENYEBAB SCHIZOPHRENIA PADA ANAK DILIHAT DARI POLA ASUH DALAM KELU...
 
Ilmu sosial dasar - Pertemuan 2
Ilmu sosial dasar - Pertemuan 2Ilmu sosial dasar - Pertemuan 2
Ilmu sosial dasar - Pertemuan 2
 
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anakPengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak
 
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anakPengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak
 
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anakPengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak
 
Bab i1
Bab i1Bab i1
Bab i1
 
Bab i1
Bab i1Bab i1
Bab i1
 
Jurnal pola asuh pada usia dini
Jurnal pola asuh pada usia diniJurnal pola asuh pada usia dini
Jurnal pola asuh pada usia dini
 
Masalah kesehatan remaja dan penanganannya
Masalah kesehatan remaja dan penanganannyaMasalah kesehatan remaja dan penanganannya
Masalah kesehatan remaja dan penanganannya
 
Pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja dan yang tidak bekerja terhadap pem...
Pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja dan yang tidak bekerja terhadap pem...Pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja dan yang tidak bekerja terhadap pem...
Pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja dan yang tidak bekerja terhadap pem...
 
Pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja dan yang tidak bekerja terhadap pem...
Pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja dan yang tidak bekerja terhadap pem...Pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja dan yang tidak bekerja terhadap pem...
Pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja dan yang tidak bekerja terhadap pem...
 
MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi (5)
MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi (5) MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi (5)
MODUL STIMULASI Sinau Terapan Ilmu Psikologi (5)
 
Memahami peran remaja dalam keluarga
Memahami peran remaja dalam keluargaMemahami peran remaja dalam keluarga
Memahami peran remaja dalam keluarga
 

Último

Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 

Último (20)

Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 

Pola asuh orang tua

  • 1. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Orang Tua Dalam semua kelompok keluarga terdapat status ayah dan ibu yang dikenal secara sosial disertai dengan peran sanksi sosial yang menentukan perilaku seksual yang tepat dan tanggung jawab untuk membesarkan anak. Pedoman perilaku peran ini berfungsi untuk mengendalikan konflik seksual dalam masyarakat dan memberikan perawatan yang berkelanjutan bagi anak-anaknya. Derajat komitmen orang tua dan cara mereka memainkan peran masing-masing dipengaruhi oleh pengalaman sosial mereka yang unik. (Wong,2008) Definisi peran telah berubah sebagai hasil dari perubahan ekonomi dan gerakan kebebasan kaum perempuan. Perempuan telah mencapai keseimbangan posisi dengan laki- laki dalam bidang pendidikan, makin banyak yang menjadi pekerja, dan jumlah perempuan yang mempunyai sedikit atau bahkan tidak mempunyai anak sama sekali semakin meningkat. Selama masa kanak-kanak, khususnya pada golongan menengah ke atas, cenderung tidak lagi mengacu pada perbedaan karakter agresi dasar pada laki- laki, perempuan, ketergantungan, dan pencapaian. Karena perempuan berubah, diperlukan adanya perubahan dalam peran penunjang laki-laki. (Wong,2008)
  • 2. 2.1.1. Persiapan untuk masa menjadi orang tua Tujuan dasar menjadi orang tua adalah meningkatkan daya tahan fisik dan kesehatan anak, mengembangkan keterampilan dan kemampuan yang penting agar dapat menjadi orang dewasa yang mandiri, dan membantu mengembangkan kemampuan perilaku untuk memaksimalkan nilai-nilai budaya dan kepercayaan. Walaupun demikian, orang tua baru memiliki peran sabagai orang tua dengan pengalaman yang sedikit dan pengetahuan yang kurang memadai, walaupun tidak ada tugas yang sebanding dengan membesarkan seorang manusia, dalam konsekuensi secara keseluruhan. (Wong,2008) Orang tua mereka sendiri mungkin merupakan satu-satunya orang yang di observasi oleh orang tua baru secara saksama dalam peran orang tua. Orang tua membesarkan anak mereka dengan cara yang hamper sama seperti mereka terdahulu di besarkan. Keterampilan dan pengetahuan penting lain yang perlu diketahi oleh orang tua agar dapat merasa lebih nyaman dalam peran sebagai orang tua meliputi pemahaman dasar tentang pertumbuhan dan perkembangan masa kanak-kanak, mandi, memberi makan, penggunaan mainan, dan keterampilan interpersonal. (Wong,2008) 2.1.2. Faktor orang tua yang memengaruhi transisi ke masa menjadi orang tua 1. Usia orang tua Usia yang paling memuaskan untuk membesarkan anak adalah antara 18 dan 35 tahun. Selama waktu ini orang tua dianggap berada pada kondisi kesehatan yang optimum, dengan perkiraan usia harapan hidup
  • 3. yang memungkinkan waktu yang cukup dan memadai untuk membangun sebuah keluarga. (Wong,2008) 2. Keterlibatan ayah Praktik saat ini yang mendorong interaksi awal ayah-bayi yang telah mengindikasikan bahwa ayah tampak memiliki ketertarikan terhadap bayi mereka. Bahkan ayah yang memiliki kontak awal yang lebih sedikit dengan bayi mereka yang baru lahir akan menjadi lebih terlibat dengan bayinya pada beberapa bulan kemudian, walaupun tipe interaksinya berbeda dengan yang dilakukan oleh ibu. (Wong,2008) 3. Pendidikan menjadi orang tua Pasangan yang baru pertama kali menjadi orang tua yang mendapat lebih banyak bantuan dalam mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua mengalami lebih sedikit stress dalam masa transisi daripada mereka yang tidak memiliki bantuan (Menurut Gage dan Christensen dalam Wong,2008). 4. Sistem pendukung Keberhasilan adaptasi terhadap stress transisi pada masa menjadi orang tua melibatkan sedikitnya dua jenis sumber keluarga (Menurut McCubbin dalam Wong,2008). Pertama, sumber internal keluarga, seperti kemampuan adaptasi dan integrasi. Jenis sumber kedua untuk koping terhadap stress alah penggunaan strategi koping yang memperkuat organisasi dan fungsi keluarga. (Wong,2008)
  • 4. 2.2 Pengertian Pola Asuh Pola asuh merupakan bagiaan dari proses pemeliharaan anak dengan menggunakan teknik dan metode yang menitik beratkan pada kasih sayang dan ketulusan cinta yang mendalam dari orang tua. Pola asuh tidak akan terlepas dari adanya sebuah keluarga. Keluarga merupakan suatu satuaan kekerabatan yang juga merupakan satuan tempat tinggal yang ditandai oleh adanya kerja sama ekonomi dan mempunyai fungsi untuk melanjutkan keturunan sampai mendidik dan membesarkannya (Widjaja dalam Darokah dan Safari, 2005). Dilihat dari komposisinya, keluarga menjadi 2 macam, yaitu “keluarga inti” (terdiri dari ayah dan ibu bersama anak-anaknya) dan “keluarga luas” (yang meliputi kerabat dekat dengan baik dari ayah maupun ibu, seperti nenek, kakek, paman, dan bibi (Ilahi,2013). Pola pengasuhan adalah asuhan yang diberikan ibu atau pengasuh lain berupa sikap dan perilaku dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat, menjaga kebersihan, memberi kasih sayang, dan sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan fisik, mental dan status gizi, pendidikan umum, pengetahuan tentang pengasuhan anak yang baik, peran dalam keluarga, dan masyarakat dan lain sebagainya (Sooekiman dalam Septiari,2012) Pola asuh adalah suatu sikap yang dilakukan orangtua, yaitu ayah dan ibu dalam berinteraksi dengan anaknya. Bagaimana cara ayah dan ibu memberikan disiplin, hadiah, hukuman, pemberian perhatian, dan tanggapan-tanggapan lain berpengaruh pada pembentukan kepribadian anak. Ini karena ayah dan ibu merupakan model awak bagi anak dalam berhubungan dengan orang lain (Ilahi,2013)
  • 5. Pola asuh oarangtua adalah bagaimana orang tua atau keluarga memperlakukan anak, mendidik, membimbing, dan mendisplinkan anak dalam mencapai proses kedewasaan hingga pada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan masyarakat pada umumnya ( Casmini dalam buku Septiari,2012) 2.2.1. Jenis pola asuh Metode asuh yang digunakan oleh orang tua kepada anak menjadi faktor utama yang menentukan potensi dan karakter seorang anak. Ada banyak jenis-jenis pola asuh orang tua yang sering menjadi pedoman bagi siapa saja yang ingin mencetak generasi paripurna untuk diandalkan bagi kemajuan bangsa ke depannya. Jenis-jenis pola asuh orang tua ini masing-masing memiliki karakteristik dan ciri khas yang berbeda sehingga tergantung bagaimana anda mempraktikkannya sebagai teknik dan pedoman untuk merawat anak dengan pendekatan berbeda pula (Ilahi,2013). 1. Authotariaan atau otoriter Pola ini menggunakan pendekatan yang memaksakan kehendak orang tua kepada anak. Anak harus menuntut kepada orang tua. Keinginan orang tua harus dituruti, anak tidak boleh mengeluarkan pendapat. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak menjadi penakut, pencemas, menarik diri dari pergaulan, kurang adaptif, kurang tajam, kurang tujuan, curiga kepada orang lain, dan mudah stress (Septiari,2012). Pola asuh orang tua otoriter atau dictator dimana orang tua mencoba untuk mengontrol perilaku dan sikap anak melalui perintah
  • 6. yang tidak boleh dibantah. Mereka menetapkan aturan dan regulasi atau standar perilaku yan dituntun untuk diikuti secara kaku dan tidak boleh dipertanyakan. Mereka menilai dan memberi penghargaan atas kepatuhan absolut, sikap mematuhi kata-kata mereka, dan menghormati prinsip dan kepercayaan keluarga tanpa kegagalan. Mereka menghukum secara paksa setiap perilaku yang berlawanan dengan standar orang tua. Otoritas orang tua dilakukan dengan penjelasan yang sedikit dan keterlibatan anak yang sedikit dan keterlibatan anak yang sedikit dalam mengambil keputusan. Pesannta adalah “Lakukan saja karena saya mengatakan begitu” (Wong,2008). Hukuman tidak selaku berupa hukuman fisik tetapi mungkin berupa penarikan dari rasa cinta dan pengakuan. Latihan yang hati-hati sering kali mengakibatkan perilaku menurut secara kaku pada anak, yang cenderung untuk menjadi sensitive, cepat lelah dan tunduk. Mereka cenderung menjadi sopan, setia, jujur dan dapat diandalkan tetapi mudah dikontrol. Perilaku-perilaku ini lebih khas terlihat ketika penggunaan kekuasaan dictator orang tua disertai dengan supervise ketat dan kasih sayang yang masuk akal. Jika tidak, penggunaan kekuasaan dictator lebih cenderung untuk dihubungkan dengan menentang dan anti sosial (Wong,2008)
  • 7. Pola asuh otoriter (Authoriativve Parenting) merupakan gaya pengasuhan, menghukum, memaksa anak mengikuti aturan dan control yang ketat. Orang tua menuntut anak mengikuti perintah-perintahnya, sering memukul anak, memaksakan aturan tanpa penjelasan dan menunjukkan amarah (Soetjiningsih,2012) Profil perilaku anak : mudah tersinggung, penakut, pemurung, tidak bahagia, mudah stress, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas, tidak bersahabat (Yusuf,2004) Anak sering murung, sedih, takut, gelisah, mudah marah atau kesal, licik dan bermusuhan, penarikan diri, rentan terhadap stress (Parke dan Virginia,1999) 2. Permisif atau laissez-faire Orang tua serba membolehkan anak berbuat apa saja. Orang tua memiliki kehangatan, dan menerima apa adanya. Kehangatan cenderung memanjakan, ingin dituruti keinginannnya. Sedangkan menerima apa adanya cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat apa saja. Pola asuh ini dapat menyebabkan anak agresif tidak patuh orang tua, sok kuasa, kurang mampu mengontrol diri (Septiari,2012) Pola asuh yang membiarkan (permissive indulgent) merupakan gaya pengasuhan yang mana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak tetapi menetapkan sedikit batas, tidak terlalu menuntut, dan tidak
  • 8. mengontrol mereka. Orang tua membiarkan anak melakukan apa saja yang mereka inginkan sehingga anak tidak pernah belajar mengendalikan perilakunya sendiri dan selalu mengharapkan kemauannya dituruti (Soetjiningsih,2012) Pola asuh permisif atau laissez-faire adalah orang tua memiliki sedikit control atau tidak sama sekali atas tindakan anak-anak mereka. Orang tua yang bermaksud baik ini kadang-kadang bingung antara sikap permisif dan pemberian izin. Mereka menghindari untuk memaksakan standar perilaku mereka dan mengizinkan anak mereka untuk mengatur aktivitas mereka sendiri sebanyak mungkin. Orang tua ini menganggap diri mereka sendiri sebagai sumber untuk anak, bukan merupakan model peran (Wong,2008). Jika peraturan memang ada, orang tua menjelaskan alasan yang mendasarinya, mendukung pendapat anak, dan berkonsultasi dengan mereka dalam proses pembuatan keputusan. Mereka memberlakukan kebebasan dalam bertindak, disiplin yang inkonsisten, tidak menetapkan batasan-batasan yang masuk akal, dan tidak mencegah anak yang merusak rutinitas di rumah. Orang tua jarang menghukum anak, karena sebagian besar perilaku di anggap dapat di terima. Anak-anak dari orang tua yang submisis sering kali tidak mematuhi, tidak menghormati, tidak bertanggung jawab, dan secara umum tidak mematuhi kekuasaan ( Wong,2008)
  • 9. Profil perilaku anak : Bersikap impulsive dan agresif, suka memberontak, kurang memiliki rasa percaya diri dan pengendalian diri, suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya, prestasinya rendah (Yusuf,1999). Cepat marah tetapi cepat untuk memulihkan suasana, sedikit mandiri, hidup tanpa tujuan, patuh dan mudah marah (Parke dan Virginia,1999). 3. Authoritative atau demokratik Orang tua sangat memperhatikan kebutuhan anak dan mencukupinya dengan pertimbangan faktor kepentinngan dan kebutuhan. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak mandiri, mempunyai control diri, mempunyai kepercayaan dir i yang kuat, dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dengan baik, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru, kooperatif dengan orang dewasa, penurut, patuh dan berorientasi pada prestasi (Septiari,2012) Pola asuh otoritatif atau demokratis adalah gaya pengasuhan yang mendorong anak untuk mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas dan pengendalian atas tindakan anak. Jadi orang tua masih melakukan control pada anak tetapi tidak terlalu ketat. Umumnya, orang tua bersikap tegas tetapi mau memberikan penjelasan mengenai
  • 10. aturang yang ditetapkan dan mau bermusyawarah atau berdiskusi (Soetjiningsih,2012) Pola asuh authoritative atau demokratik adalah orang tua mengombinasikan praktik pengasuh anak dari dua gaya yang ekstrem. Mereka mengarahkan perilaku dan sikap anak dengan menekankan alasan peraturan dan secara negative menguatkan penyimpangan. Mereka menghormati individialitas dari setiap anak dan mengizinkan mereka untuk menyuarakan keberatannya terhadap standar atau peraturan keluarga. Kontrol orang tua kuat dan konsisten tetapi disertai dengan dukungan, pengertian, dan keamanan. Kontrol difokuskan pada masalah, tidak ada penarikan rasa cinta atau takut pada hukuman. Orang tua ini membantu “pengarahan diri pribadi” suatu kesadaran mengatur perilaku berdasarkan perasaan bersalah, bukan karena takut tertangkap atau takut dihukum. Standar realistis orang tua dan harapan yang masuk akal menghasilkan anak dengan harga diri tinggi, dan sangat interaktif dengan anak lain (Wong,2008) Profil perilaku anak : Bersikap bersahabat, memiliki rasa percaya d iri, mampu mengendalikan diri (self control), bersikap sopan, mau bekerja sama, meiliki rasa ingin tahunya yang tinggi, mempunyai tujuan/arah hidup yang jelas, berorintasi terhadap prestasi (Yusuf,2004)
  • 11. Tabe l 2.1 Pe ngaruh “Parenting Styl” Terhadap Pe rilaku Anak Parenting Styles Sikap Atau Perilaku Orangtua Profil Perilaku Anak 1. Authoritarian 1. Sikap “acceptance” rendah, namun kontrolnya tonggi 2. Suka menghukum secara fisik 3. Bersikap mengomando (mengharuskan/ memerintah anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi) 4. Bersikap kaku (keras) 5. Cenderung emosional dan bersikap menolak 1. Mudah tersinggung 2. Penakut 3. Pemurung, tidak bahagia 4. Mudah terpengaruh 5. Mudah stress 6. Tidak mempunyai arah masa depan yang jelas 7. Tidak bersahabat (Yusuf, 2004). 2. Permissive 1. Sikap “acceptance” nya tinggi, namun kontrolnya rendah 2. Memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan/keiginannya 1. Bersikap impulsive dan agresif 2. Suka memberontak 3. Kurang memiliki rasa percaya diri dan pengendaliaan diri 4. Suka mendominasi 5. Tidak jelas arah hidupnya 6. Prestasinya rendah (Yusuf, 2004). 3. Authoritative 1. Sikap “acceptance” dan kontrolnya tinggi 2. Bersikap responsive terhadap kebutuhan anak 3. Mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan 4. Memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan yang buruk (Yusuf, 2004). 1. Bersikap bersahabat 2. Memiliki rasa percaya diri 3. Mampu mengendalikan diri (self control) 4. Besikap sopan 5. Mau bekerja sama 6. Memiliki rasa ingin tahunya yang tinggi 7. Mempunyai tujuan/arah hidup yang jelas 8. Berorientasi terhadap prestasi (Yusuf, 2004).
  • 12. 2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh 1. Pengaruh pola asuh orang tua yang bekerja dengan tidak bekerja Kepribadian anak, sikap, kebiasaan dan pola perilaku yang dibentuk selama tahun-tahun pertama, sangat menentukan seberapa jauh individu-individu berhasil menyesuaikan diri dalam kehidupan ketika menyesuaikan diri dalam kehidupan ketika mereka bertambah tua. Kenyataan tersebut menyiratkan betapa pent ingnya dasar-dasar yang diberikan orang tua pada anaknya waktu masih masa kanak-kanak. Karena dasar inilah yang akan membentuk kepribadian anak yang di bawa sampai hari tua nanti (Septiari,2012) Pada kenyataan sekarang ini adalah berkurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya karena keduanya sama-sama bekerja. Hal ini mengakibatkan terbatasnya interaksi anak dengan kedua orang tuanya. Keadaan ini biasanya terjadi pada keluarga-keluarga muda yang semuanya bekerja. Anak-anak kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya, padahal pada usia ini anak sangat membutuhkan perhatian lebih dari orang tua terutama untuk perkembangan kepribadiannya (Septiari,2012)
  • 13. Anak yang ditinggal kedua orang tuanya akan cenderung manja. Biasanya orang tua akan merasa bersalah karena sudah meninggalkan anak seharian, sehingga orang tua akan menuruti semua permintaan si anak untuk menebus kesalahan tersebut tanpa berpikir panjang, lebih lanjut permintaan anak baik atau tidak untuk perkembangan kepribadian anak selanjutnya (Septiari,2012) 2. Pengaruh pola asuh orang tua yang berpendidikan tinggi dengan yang berpendidikan rendah Latar belakang pendidikan orang tua mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan kepribadian anak. Orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi akan lebih memperhatikan segala perubahan, dan setiap perkembangan yang terjadi pada anaknya. Orang tua yang berpendidikan tinggi umumnya mengetahui bagaimana tingkat perkembangan anak khususnya untuk pembentukan kepribadian yang baik bagi anak. Orang tua yang berpendidikan tinggi umunya dapat mengajarkan sopan santun kepada orang lain, baik dalam berbicara ataupun dalam hal lain (Septiari,2012)
  • 14. Berbeda dengan orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan rendah. Dalam pengasuhan anak umumnya orang tua kurang memperhatikan tingkat perkembangan anak. Hal ini dikarenakan orang tua yang masih awam dan tidak mengetahui tingkat perkembangan anak. Bagaimana naknya berkembang dan dalam tahap apa anak pada saat itu. Orang tua biasanya mengasuh anak dengan gaya dan cara mereka sendiri. Apa yang menurut mereka baik untuk anaknya. Anaknya dengan polas asuh orang tua yang seperti ini akan membentuk suatu kepribadian yang kurang baik (Septiari,2012) 3. Pengaruh pola asuh orang tua dengan tingkat ekonomi menengah ke atas dan menengah ke bawah Permasalahan ekonomi dalam keluarga merupakan masalah yang sering di hadapi. Tanpa disadari bahwa permasalahan ekonomi dalam keluarga akan berdampak pada anak. Orang tua terkadang melampiaskan kekesalan dalam menghadapi permasalahan pada anak. Anak usia prasekolah yang belum mengerti tentang masalah perekonomian dalam keluarga hanya akan menjadi korban dari orang tua. Dalam pola asuh yang diberikan oleh orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah ke atas dalam pengasuhannya biasanya orang tua memanjakan anak. Apapun yang diinginkan oleh si anak
  • 15. akan dipenuhi oleh orang tua. Pengasuhan anak sebagian besar hanya sebatas materi. Perhatian dan kasih sayang orang tua diwujudkan dalam materi atau pemenuhan kebutuhan anak (Septiari,2012) 2.3. Peran Sosial Kebanyakan konsep diri anak diturunkan dari ide mereka tentang peran sosial mereka. Peran adalah kreasi budaya, oleh karena itu budaya menentukan pola perilaku seseorang dalam berbagai posisi sosial. Semua orang yang memegang posisi sosial serupa memiliki kewajiban untuk berperilaku dalam cara tertentu. Suatu peran melarang beberapa perilaku dan mengizinkan perilaku lain. Karena budaya menggambarkan dan memperjelas peran, maka berpengaruh signifikan pada perkembangan konsep diri anak (Wong,2008) 2.3.1. Pengaruh Sub Budaya 1. Etnisitas Etnisitas adalah klasifikasi atau afiliasi dengan setiap kelompok dasar atau pembagian umat manusia atau setiap populasi heterogen yang dibedakan oleh adat istiadat, karakteristik, bahasa atau faktor pembeda lain yang sejenis. Perbedaan etnik meluas ke banyak area dan termasuk manifestasi seperti struktur keluarga, bahasa, kesukaan makanan, kode moral, dan ekspresi emosi. Beberapa standar perilaku dihasilkan dari warisan budaya kelompok etnik tertentu.
  • 16. 2. Kelas sosial/okupasional Meskipun terdapat pengecualian, kemungkinan pengaruh paling besar pada praktik pengasuhan anak dan konsikuensinya adalah kelas sosial keluarga tempat anak dilahirkan. Perbedaan dalam tujuan dan praktik pengasuhan anak, serta sikap terhadap kesehatan, terbukti lebih besar di antara kelas sosial daripada di antara kelompok etnik dan ras. 3. Tunawisma Anak tunawisma adalah orang yang kekurangan sumber daya dan ikatan komunitas yang perlu untuk memberikan mereka tempat tinggal pribadi yang adekuat. Kurangnya hunian permanen mengurangi kebutuhan paling dasar untuk pertumbuhan dan perkembangan yang tepat. Ketunawismaan menganggu pertemanan dan sekolah anak (Menurut Strehlow dan Amos Jones dalam Wong,2008). Anak tunawisma menderita gangguan fisik dan mental yang lebih besar dari yang ditemukan pada anak miskin yang memiliki tempat tinggal permanen. 4. Sekolah Setelah keluarga, sekolah memberikan kekuatan besar dalam memberikan kontinuitas antar generasi dengan memberikan sejumlah budaya dari anggota yang lebih besar ke yang lebih muda dalam cara
  • 17. ini anak disiapkan untuk menjalankan peran sosial tradisional yang diharapkan atas mereka untuk bertindak sebagai ornag dewasa masyarakat. Aturan dan peraturan sekolah mengenai kehadiran, hubungaan otoritas, dan system sanksi dan penghargaan yang didasarkan pada prestasi menunjukkan pada anak tentang harapan dan perilaku dunia kerja dan hubungan orang dewasa. 5. Budaya sekelompok sebaya Hubungan sebaya makin penting dan berpengaruh ketika anak masuk sekolah. Di sekolah, anak memiliki apa yang dapat dianggap sebagai budaya mereka sendiri. Ini paling tampak pada anak sekolah dan dalam kelompok bermain yang tidak diawasi. Kelompok bermain ini menujukkan budaya ini dalam bentuk lebih murni daripada kelompok sekolah, yang sebagian dohasilkan oleh orang dewasa. Budaya kelompok sebaya memiliki rahasia, adat istiadat, dan kode etik dengan siapa mereka meningkatkan perasaan solidaritas kelompok dan perpisahan dari orang dewasa. 2.3.2 Perkembangan Sosial Salah satu agens sosialisasi terpenting dalam kehidupan anak usia sekolaha adalah kelompok teman sebaya. Selain orang tua dan sekolah, kelompok teman sebaya memberi sejumlah hal yang penting kepada anggotanya. Anak-anak memiliki
  • 18. budaya mereka sendiri, disertai rahasia, adat istiadat, dank ode etik yang meningkatkan rasa solidaritas kelompok dan melepaskan diri dari orang dewasa. Melalui hubungan dengan teman sebaya, anak belajar bagaiman menghadapi dominansi dan permusuhan, berhubungan dengan pemimpin dan pemegang kekuasaan, serta menggali ide-ide dan lingkungan fisik (Wong,2008) 2.3.3 Hubungan sosial dan kerja sama Hubungan dengan teman sebaya sehari-hari memberikan interaksi sosial paling penting untuk anak usia sekolah. Untuk pertama kalinya, anak mampu bergabung dalam aktivitas kelompok dengan antusiasme yang tidak terbatas dan partisipasi yang mantap. Interaksi sebelumnya terbatas dalam periode yang pendek di bawah pengawasan orang dewasa yang ketat. Dengan peningkatan ketrampilan dan kesempatan yang lebih luas, anak mulai terlibat dengan salah satu atau beberapa kelompok teman sebaya, yaitu merupakan tempat anak dapat mempe roleh status sebagai anggota yang dihargai. (Wong,2008) Pengalaman berharga dipelajari dari interaksi sehari-hari dengan teman sebaya. Pertama, anak belajar menghargai perbedaan sudut pandang yang ditunjukkan dalam kelompok teman sebaya. Kedua, anak bertambah sensitive terhadap norma sosial dan tekanan dari kelompok teman sebaya. Ketiga, interaksi diantara teman sebaya berperan penting dalam pembentukan hubungan persahabatan dengan sesama jenis. Periode usia sekolah adalah waktu ketika anak memiliki sahaba t yaitu tempat
  • 19. berbagi rahasia, lelucon pribadi, dan petualangan, mereka saling membantu jika temannya menghadapi masalah. Klub dan kelompom teman sebaya. Salah satu karakteristik yang menonjol pada masa kanak-kanak pertengahan dalah pembentukan kelompok-kelompok formal atau klub. Gambaran penting pada banyak kelompok ini adalah peraturan yang kaku dipaksakan kepada anggota-anggotanya. Selama masa awal sekolah, kelompok yang dibentuk lebih kecil dan kurang terorganisasi, dengan perubahan keanggotaan dan sedikit struktur formal. Perpaduan karakteristik kelompok atau kelompok kecil yang lebih lama pada masa sekolah selanjutnya tidak terlihat dengan jelas. Biasanya tetapi tidak selalu, kelompok anak perempuan kurang bersifat formal dibandingkan dengan kelompok anak laki- laki, dan walaupun kemungkinan kedua jenis kelamin masih bercampur pada tahun-tahun pertama sekolah, pada akhir masa sekolah. Dalam ikatan kelompok teman sebaya yang kuat juga terdapat sifat-sifat membahayakan. Tekanan teman sebaya dapat memaksa anak untuk mengambil risiko, bahkan melawan penilaian mereka yang lebih baik. Aktivitas kelompok sebaya yang menyebabkan kekerasan geng yang tidak dapat diterima, melanggar hokum, dan bersifat criminal dan menunjukkan tantangan yang signifikan bagi para profesional kesehatan dan guru yang bekerja dengan anak-anak (Wong,2008)
  • 20. 2.4. Tumbuh kembang personal-sosial anak usia 6-8tahun 1. Anak usia 6 tahun Dapat berbagi dan bekerja sama dengan lebih baik. Memiliki kebutuhan yang besar untuk anak-anak seusianya. Untuk menanga kan melakukan kecurangan. Sering melakukan permainan yang kasar. Sering merasa cemburu terhadap adiknya. Melakukan tindakan yang sering dilihat dilakukan oleh orang dewasa. Memiliki perilaku yang kadang-kadang suka suka marah (temper tantrum).anak menjadi pembual (beromong besar). Anak lebih mandiri, kemungkinan dipengaruhi oleh sekolah. Mempunyai cara sendiri dalam melakukan sesuatu, peningkatan sosialisasi. 2. Anak usia 7 tahun Menjadi anggota kelompok keluarga yang sebenarnya. Mengambil bagian dalam permainan kelompok. Anak laki- laki memilih bermain dengan anak laki- laki; anak perempuan memilih bermain dengan anak perempuan. Banyak menghabiskan waktu sendirian, tidak memerlukan banyak dampingan.
  • 21. 3. Anak usia 8-9 tahun Mudah ditinggalkan sendiri di rumah. Menyukai system penghargaan. Mendramatisasi, lebih mampu bersosialisasi. Berperilaku lebih baik. Tertarik dalam hubungan dengan lawan jenisnya tetapi tidak mengetahui hal tersebut. Pergi dari rumah dan lingkungannya dengan bebas, sendirian atau dengan teman-temannya. Menyukai persaingan dan permainan. Menunjukkan pilihan dalam memilih teman atau kelompok. Paling sering bermain dengan teman-teman dari kelompok sejenis tetapi mulai berbaur dengan lawan jenis. Mengembangkan kesopanan. Membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Menyukai aktivitas pramuka, olahraga berkelompok. 4. Anak usia 10-12 tahun Mencintai teman-temannya;terus menerus membicarakan tentang teman-temannya. Lebih selektif memilih teman; dapat mempunyai sahabat. Menikmati percakapan. Mulai menyukai lawan jenis. Lebih diplomatis. Menyukai keluarga ; keluarga benar-benar memiliki arti penting. Mencintai ibu dan ingin menyenangkannya dengan berbagai cara. Memperlihatkan rasa kasih sayang. Mencintai ayah sebagai sosok yang dikagumi dan mungkin diidolakan. Menghormati orang tua.