Pasien laki-laki berusia 44 tahun dirawat di rumah sakit karena osteosarcoma pada tibia kiri yang telah dioperasi amputasi. Pasien mengeluh nyeri luka operasi dan kelemahan umum. Diagnosis pasien adalah osteosarcoma status pasca amputasi tibia kiri hari ke-4 yang memerlukan perawatan nyeri, pencegahan infeksi, dan pemantauan kesembuhan luka operasi.
1. Karsinoma tulang
Pasien Tn.G umur 44 tahun , tanggal 12 oktober 2013 dirawat diruang orthopedic RSCM Jakarta.
Riwayat kesehatan sekarang : pasien post op amputasi hari ke 4 atas indikasi osteosarcoma
proximal tibia. Mengeluh nyeri pada kaki kiri sekitar daerah luka post amputasi, nyeri bertambah
jika digerakkan .
Pengkajian :
Pemeriksaan fisik : BB 69kg, sebelum sakit 73kg, TB 165 cm, TD 110/80 mmHg, nadi
104x/menit, RR 20X/menit, suhu 36,2o
C, keadaan umum tampak lemah dan kesakitan. Luka
post op amputasi pada kaki kiri, terpasang drain terisi cairan berwarna merah ±30 cc.
Riwayat kesehatan dahulu :
tidak ada riwayat hipertensi, maupun diabetes mellitus. 1 tahun yang lalu pernah dirawat karena
ada benjolan kaki kiri, dan dilakukan biopsy selanjutnya disarankan operasi. Pasien tidak
memiliki riwayat alegi obat maupun makanan. Memiliki kebiasan merokok sejak umur 17 tahun.
1 bungkus sehari.
Riwayat social : tinggal bersama istri, telah memiliki 3 orang anak. Bekerja sebagai pedagang.
Data penunjang :
Laboratorium : Hb : 15, 4 g/Dl, Ht :43 %, Leukosit : 11 Ribu/il, Trombosit : 203 Ribu /ul, PT :
13,5 %, APTT 33,9%.
Therapy : cairan : NaCL O,9% 500 cc : 20 tetes / menit, Cefazolin 3 x 1 gram, ketorolac 3x 30
mb, ranitidine 2x 50 mg.
Diit : TKTP
Pertanyaan :
1. Identifikasi dan jelaskan secara singkat, istilah istilah pada kasus diatas yang belum
diketahui oleh kelompok ?
Jawab :
2. Jelaskan pengertian dan bagaimana patofisiologi osteosarcoma pada kasus diatas ?
Jawab :
a. Pengertian osteosarcoma
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling
sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut
(Price. 1998: 1213).
2. Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) merupakan tulang primer maligna yang
paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke
paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah
menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat (Smeltzer. 2001: 2347).
Tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal
dan humerus proksimal. Tempat yang paling jarang adalah pelvis, kolumna,
vertebra, mandibula, klavikula, skapula, atau tulang-tulang pada tangan dan kaki.
Lebih dari 50% kasus terjadi pada daerah lutut (Otto.2003: 72).
Sarkoma Osteogenik (osteosarkoma) merupakan tumor tulang primer maligna
yang paling sering dabn berakibat fatal. Tumor ini menyebabkan metastasis awal
pada paru (Smeltzer Suzanne, 2001: 2347)
b. Patofisiologi
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.
Penyebab osteosarkoma belum jelas diketahui, adanya hubungan kekeluargaan
menjadi suatu predisposisi. Begitu pula adanya herediter. Dikatakan beberapa
virusonkogenik dapat menimbulkan osteosarkoma pada hewan percobaan. Radiasi
ion dikatakan menjadi 3% penyebab langsung osteosarkoma. Akhir-akhir ini
dikatakan ada 2 tumor suppressor gene yang berperan secara signifikan terhadap
tumorigenesis pada osteosarkoma yaitu protein P53 ( kromosom 17) dan Rb
(kromosom 13).
Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang
memunculkan perkiraan adanya pengaruh dalam patogenesis osteosarkoma. Mulai
tumbuh bisa didalam tulang atau pada permukaan tulang dan berlanjut sampai pada
jaringan lunak sekitar tulang epifisis dan tulang rawan sendi bertindak sebagai barier
pertumbuhan tumor kedalam sendi. Osteosarkoma mengadakan metastase secara
hematogen paling sering keparu atau pada tulang lainnya dan didapatkan sekitar 15%-
20% telah mengalami metastase pada saat diagnosis ditegakkan (Salter, robert:
2006).Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons
osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang).
Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa tidak
menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan
mengancam jiwa.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada
ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor
terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan sring
dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau
kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor
3. ini memecah melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya;
garis epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka
terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga
terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
4.
5. 3. Bagaimana penatalaksanaan medisosteosarkoma diatas ?
Jawab :
Belakangan ini Osteosarkoma mempunyai prognosis yang lebih baik, disebabkan
oleh prosedur penegakkan diagnosis dan staging dari tumor yang lebih baik, begitu juga
dengan adanya pengobatan yang lebih canggih. Dalam penanganan osteosarkoma
modalitas pengobatannya dapat dibagi atas dua bagian yaitu dengan kemoterapi dan
dengan operasi.
a. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan yang sangat vital pada osteosarkoma, terbukti
dalam 30 tahun belakangan ini dengan kemoterapi dapat mempermudah melakukan
prosedur operasi penyelamatan ekstremitas (limb salvage procedure) dan
meningkatkan survival rate dari penderita. Kemoterapi juga mengurangi metastase ke
paru-paru dan sekalipun ada, mempermudah melakukan eksisi pada metastase
tersebut. Regimen standar kemoterapi yang dipergunakan dalam pengobatan
osteosarkoma adalah kemoterapi preoperatif (preoperative chemotherapy) yang
disebut juga dengan induction chemotherapy atau neoadjuvant chemotherapy dan
kemoterapi postoperatif (postoperative chemotherapy) yang disebut juga dengan
adjuvant chemotherapy.
b. Operasi
Saat ini prosedur Limb Salvage (penyelamatan ekstremitas) merupakan tujuan yang
diharapkan dalam operasi suatu osteosarkoma.
c. Follow-up Post-operasi
Post operasi dilanjutkan pemberian kemoterapi obat multiagent seperti pada sebelum
operasi. Setelah pemberian kemoterapinya selesai maka dilakukan pengawasan
terhadap kekambuhan tumor secara lokal maupun adanya metastase, dan komplikasi
terhadap proses rekonstruksinya. Biasanya komplikasi yang terjadi terhadap
rekonstruksinya adalah: longgarnya prostesis, infeksi, kegagalan mekanik
Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan
kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin
(doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX)
dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi. Bila
terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal
intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau
kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ).
4. Mengapa pasien memerlukan pemeriksaan biopsy?
6. Meurut ( Muttaqin Arif , 2008 ) Karena dengan dilakukannya biopsy dapat membantu
menetapkan diagnosis serta grading tumor. Waktu pelaksanaan biopsy sangat penting
sebab dapat mempengaruhi hasil pemeriksan radiologi yang dipergunakan pada grading.
Apabila pemeriksaan CT-Scan dilakukan setelah biopsy, akan tampak perdarahan pada
jaringan lumak yang memberikan gambaran suatu keganasan pada jaringan lunak.
Ada dua metode pemeriksaan biopsy, yaitu biopsy secara tertutup dan secara terbuka.
Biopsy tertutup dengan menggunakan jarum halus ( fine needle aspiration , FNA )
dengan melakukan sitodiagnosis,merupakan salah satu cara biopsy untuk melakukan
diagnosis pada tumor. Keuntungan dari FNA adalah sebagai berikut.
Tidak perlu perawatan klien
Risiko komplikasi seperti perdarahan dan infeksi, dapat dihindarkan
Mencegah penyebaran tumor
Dibandingkan dengan biopsy terbuka, biopsy jarum dapat mengambil material
dari beberapa bagian tumor
Hasil awal dapat diketahui dalam 15-20 menit setelah biopsy
Dapat ditentukkan rencana pemeriksaan selanjutnya serta anjuran terapi sesaat
setelah hasil biopsy yang diketahui dengan cepat.
Biopsy tertutup dilakukan pada :
Tumor sumsum tulang, misalnya pada myeloma multiple
Untuk konfirmasi metastasis suatu tumor
Untuk mendiagnosis suatu kista tulang yang sederhana
Membedakan infeksi dan penyakit granuloma eosinofilik
Konfirmasi penemuan histologis sarcoma
Konfirmasi rekurens local.
Pemeriksaan biopsy tertutup dengan jarum tidak dianjurkan pada tumor ganas
tulang primer lainnya.
Biopsy terbuka . biopsy terbuka adalah metode biopsy melalui tindakan operatif.
Keunggulan biopsy terbuka dibandingkan dengan biopsy tertutup, yaitu dapat
mengambil jaringan yang lebih besaruntuk pemeriksaan histologis dan pemeriksaan
ultramikrokopik, mengurangi kesalahan pengambilan jaringan, dan mengurangi
kecenderungan perbedaan diagnostic tumor jinak dan tumor ganas .
Biopsy terbuka tidak boleh dilakukan bila dapat menimbulkan kesulitan pada
prosedur operasi berikutnya, misalnya pada reseksi end-block. Untuk itu, biopsy
terbuka dilakukan dnegan cara, yaitu :
Sekecil mungkin, tetapi jaringan yang diambil tepat.
Diambil secaralongitudinal dan tidak secara horizontal
Menghindaris struktur neurovaskuler yang besar
Biopsy terbuka dapat dilakukan dngan beberpa cara , yaitu :
7. Biopsy insisional. Biopsy insisional dilakukan melalui pegambilan sebagian
jaringan tumor
Biopsy eksisional. Dilakukan dengan mengeluarkan seluruh tumor, baik hanya
seluruh jaringan tumor saja ataupun dikeluarkan bersama sama dengan anggota
gerak. ( amputasi ).
5. Mengapa pasien memerlukan obat-obatan dan diet seperti diatas, jelaskan alasannya?
NaCL O,9% :
Cefazolin 3 x 1 gr : untuk mencegah terjadinya infeksi ( antibiotic )
ketorolac 3x 30 mg : untuk mengurangi nyeri ( analgetik )
ranitidine 2x 50 mg. :sebagai pencegah naiknya asam lambung sebagai efek samping
pemberian ketorolac ( antiemetic )
6. Berdasarkan data diatas, tentukan 4 diagnosa keperawatan dan jelaskan kemungkinan
penyebab ( etiologi) atau dampaknya ?
7. Tentukan rencana keperawatan ( dx, tujuan , intervensi, rasional serta evaluasi yang
diharapkan)?
8. Bagaimanakah pendidikan kesehatan yang harus diinformasikan terkait mobilisasi pasca
perawatan ). Buat SAP dan medianya ?