Pengenalan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendidikan Kab. Bogor.pptx
Tokoh seni indonesia
1. TOKOH SENI INDONESIA – DIDIK NINI THOWOK
BiograFI :
Didik Nini Thowok adalah anak sulung dari lima bersaudara, keempat adiknya Lihat Daftar
Tokoh Perempuan
perempuan. Ia dilahirkan di Temanggung, 13 November 1954 dengan nama Kwee Tjoen Lian.
Didik kecil sering sakit-sakitan sehingga orangtuanya memutuskan untuk mengganti namanya
menjadi Kwee Tjoen An. Darah Tionghoa diwarisinya dari sang ayah, Kwee Yoe Tiang.
Sementara ibunya, Suminah, adalah Lihat Daftar Tokoh Perempuan
perempuan asli Jawa asal Desa Citayem, Cilacap.
Setelah meletusnya peristiwa G30S/PKI, pemerintah mewajibkan seluruh keturunan Tionghoa
untuk mengganti nama Tionghoanya dengan nama pribumi. Sejak saat itu nama Kwee Tjoen An
tidak lagi digunakan dan berganti menjadi Didik Hadiprayitno. Ayah Didik, yang kemudian
berganti nama menjadi Hadiprayitno, bekerja sebagai penjual kulit sapi dan kambing, sedangkan
ibunya membuka warung kelontong di Pasar Kayu. Karena suatu hal, usaha ayahnya mengalami
gulung tikar. Agar dapat menafkahi istri serta kelima orang anaknya, Hadiprayitno bekerja
sebagai supir truk. Didik sekeluarga tinggal bersama kakek dan neneknya. Hidup mereka sangat
sederhana dan pas-pasan.
Koreografi tari ciptaannya yang pertama dibuat pada pertengahan 1971. Tarian itu diberi judul
"Tari Persembahan", yang merupakan perpaduan gerak tari Bali dan Jawa. Didik tampil pertama
kali sebagai penari Lihat Daftar Tokoh Perempuan
wanita lengkap dengan kebaya dan sanggulnya saat acara kelulusan SMA tahun 1972.
Totalitasnya sebagai penari tak tanggung-tanggung. Karena kerap membawakan tarian
perempuan, Didik juga merias wajahnya layaknya seorang perempuan. Keinginan Didik untuk
terus mempertajam kemampuan menarinya kian tak terbendung. Setelah lulus SMA, ia ingin
melanjutkan pendidikan ke Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Wakil Presiden Republik
Indonesia (1972-1978)
Yogyakarta. Namun karena terbentur masalah biaya, ia harus menunda keinginannya. Ia juga
menyadari keterbatasan orangtuanya yang masih harus membiayai keempat adiknya. Oleh
karena itu Didik berusaha mencari biaya kuliah dengan bekerja di Kabin Kebudayaan Kabupaten
2. Temanggung sebagai guru tari.
Pada tahun 1974, setelah dua tahun bekerja, berbekal tabungan, Didik berangkat ke Wakil
Presiden Republik Indonesia (1972-1978)
Yogyakarta dan mendaftar ke ASTI. Tari Manipuri yang dengan apik dibawakannya berhasil
memikat dewan juri sekaligus membuatnya diterima sebagai mahasiswa ASTI.
Hidup sebagai perantau yang jauh dari kampung halaman membuat Didik harus mencari
penghasilan untuk menyambung hidup. Keterampilan 'perempuan' yang dulu diajarkan neneknya
dirasa sangat berguna. Didik menerima pesanan membuat bordir, juga menjual hasil
kerajinannya, seperti syal dan taplak meja.
Tokoh Seni Indonesia – Ali Sukri (Koreografer)
Biografi :
Lahir di Pariaman, 28 Oktober 1978,Ali Sukri kini merupakan salah seorang koreografer muda asal
Sumatra Barat. Ayah Sukri yang seorang pelatih silat di karang taruna sering mengajak Sukri kecil
menonton para pemuda berlatih silat dan menari Indang setiap usai sholat maghrib. Sukri sering disuruh
ikut belajar tari indang, tetapi selalu menolak dan lebih senang belajar silat.Tahun 1993 keluarga Sukri
pindah ke kota Padang. Tahun 1994, Sukri lulus SMP dan melanjutkan studi ke Sekolah Teknik
Menengah mengambil jurusan bangunan. Tetapi karena semua keluarga mengharapkan Sukri masuk ke
Sekolah Menengah Karawitan Indonesia akhirnya ia masuk SMKI di Padang. Teman-teman Sukri di
SMKI yang dominan putri membuat Sukri merasa terasing; apalagi pelajaran di SMKI banyak praktek
tari, padahal Sukri hanya bisa silat.
Namun Sukri bertahan di SMKI untuk menyenangkan orang tuanya meskipun menghadapi
banyak kendala. Perubahan terjadi awal tahun kedua ketika seorang guru SMKI—koreografer
Ery Mefri–menawarkan kepada siswa/i untuk belajar tari secara serius di sanggar tari yang
dipinpinnya dengan satu syarat: mengikuti segala ketentuan yang berlaku di sanggar tari Nan
Jombang.
3. Sukri pun bergabung. Bulan pertama, Sukri hanya diminta mengamati proses latihan para senior.
Bulan berikutnya, Sukri mulai diajar pemanasan dan teknik tari. Perlahan tetapi pasti semangat
Sukri tumbuh dan setelah enam bulan, Sukri semakin bergairah, bahkan mulai jatuh cinta pada
tari. Melihat kemajuan Sukri yang pesat, Ery Mefri pun langsung mengajari Sukri berbagai
tekhnik tari yang ia miliki.
Tahun terakhir di SMKI (1997), Sukri mengikuti lomba kreasi tari tunggal se-Kotamadya
Padang dan memenangkan Juara Pertama. Sementara itu ia mendapat tawaran beasiswa PMDK
ke Universitas Negeri Yogyakarta. Sayang, pada waktu yang sama, Nan Jombang ada program
pertunjukan keliling ke Jawa-Sumatra. Sukripun melepas beasiswa PMDK untuk mengikuti
pentas keliling Nan Jombang.
Setahun berikutnya Sukri tekun berlatih di sanggar tari Nan Jombang: 5 hari seminggu dari jam
10:00 pagi sampai 09:00 malam. Pengalaman ini mengasah Sukri menjadi penari pilihan, tetapi
membuat orangtuanya khawatir. Mereka ingin Sukri meneruskan studi. Akibatnya tahun 1998
Sukri masuk STSI Padangpanjang. Itupun dengan sedikit ketegangan karena Ery Mefri ingin
Sukri tetap menjadi penari Nan Jombang.
Di STSI Sukri membuktikan kemampuannya dengan menyusun duet Dentuman Gong untuk
memperingati wafatnya perintis tari baru Minang: Hoerijah Adam 10 November 1998. Karya ini
berkisah tentang seseorang yang berada di lingkungan yang baru dan harus merintis hidup yang
baru dari nol. Bulan yang sama, Sukri membuat Baliak Ka-Asa untuk merayakan ulangtahun
STSI Padangpanjang dan mendapat sambutan hangat. Di samping belajar dari Ery Mefri dan
pendidikan formal di STSI Padangpanjang, Sukri pernah belajar koreografi dari penata tari Boi
G. Sakti, Tom Ibnur, dan mengikuti workshop koreografi penati tari Taiwan kenamaan Lin
Hwai-min yang diselenggarakan Kelola di Surakarta 2007.
Lulus S-1 STSI tahun 2002, Sukri menjadi guru tidak tetap di SMKI Padang. Baru tahun 2004
ia menjadi dosen di almamaternya, STSI Padangpanjang sambil tetap aktif membuat karya.
Tahun yang sama Sukri mendirikan “Sukri Dance Theatre” sebagai wadah kegiatan kreatif.
Tahun 2006, Sukri mengambil program pascasarjana di Institut Seni Indonesia Surakarta yang ia
selesaikan tahun 2008.
TOKO SENI
INDONESIA-HARTATI
4. BIOGRAFI :
Dibesarkan di keluarga yang sebagian besar bekerja sebagai guru, ketertarikan Hartati pada
dunia tari muncul ketika ia masih di bangku SD. Waktu itu ia melihat pertunjukan tari Akademi
Seni Karawitan Indonesia (ASKI) Padang Panjang jurusan tari di kampungnya, Muara Labeuh di
Sumatera Barat. Sejak itu, anak kedua dari tiga bersaudara ini memilih tari sebagai jalan
hidupnya. Pendidikan tari sudah ditekuninya sejak bersekolah di Sekolah Menengah Karawitan
Indonesia (SMKI) jurusan tari di Sumatera Barat. Di sekolah inilah wanita kelahiran 1968 ini
makin menekuni tari Minang yang sudah dikenalnya sejak kecil. Setelah empat tahun di SMKI,
Hartati meneruskan kuliah di bidang tari di Institut Kesenian Jakarta tempat ia belajar koreografi.
Sebagai koreografer dari Minang, Hartati dikenal memiliki ciri gerakan tradisi Minang seperti
pencak silat dan randai yang diasahnya sewaktu bergabung dengan kelompok tari Gumarang
Sakti pimpinan almarhum Gusmiati Suid. Di kelompok inilah, Hartati belajar banyak tentang
idiom gerak, dasar koreografi dan keterlibatan tradisi sebagai kekuatan tari kontemporer
Indonesia. Pergulatannya di kelompok ini menumbuhkan misi dan tujuan hidupnya yaitu sebagai
koreografer tari wanita seperti para pendahulunya, Hoeriah Adam, Sofiani dan Gusmiati Suid,
nama-nama koreografer wanita dari Minang yang menjadi pelopor dasar tari kontemporer di
Indonesia.
TOKOH SENI INDONESIA – DANANG PAMUNGKAS
5. Biografi
Danang Pamungkas terlahir sebagai bungsu dari enam bersaudara, pada 30 Desember 1979. Ayah ibunya,
Darso Suwito dan Ngadimen, adalah petani yang bermukim di Banyuanyar, di pinggiran kota Surakarta,
Solo. Kehidupan petani yang bersahaja menjadi keseharian Danang di masa kecil, selain juga bersekolah
dimana ia mulai belajar menari dolanan sejak di bangku Taman Kanak-kanak dan menjadikannya hobi
hingga Sekolah Dasar. Ketika menginjak kelas 4 SD, Danang pentas untuk perayaan 17 Agustus di
kampungnya, dan bakatnya dilirik oleh Suwondo, seorang pegawai RRI Solo. Suwondo menganjurkan
pada orang tua Danang agar mengirimkan putra bungsu mereka
bersekolah ke SMKI (Sekolah Menengah Karawitan Indonesia) di pusat kota Solo. ―Orang tua saya
berharap, agar seperti Suwondo, saya juga bisa bekerja menjadi pegawai negeri
danpunyakehidupanyangmapan,‖kenangDanang.
Danang pun memulai rutinitas setiap hari bersepeda ke sekolah yang berlanjut hingga bertahun kemudian.
Awalnya, Danang mengaku bingung bersekolah di SMKI I dengan kurikulum yang bertitik berat pada
seni pertunjukan. ―Sekolah apa sih ini?,‖ begitu kilahnya. Namun pada tahun kedua, ia mengaku mulai
menikmatinya. Di SMKI, Danang mulai mengasah diri belajar repertoar tari klasik.
TUGAS KLIPING
BIOGRAFI KOREOGRAFER DARI INDONESIA
6. KELOMPOK: 7
NAMA : MUHAMMAD TASBIH YUNUS
SITTI RAHMAWATI BAGE
SULMURI
SMA NEGERI 1 RAHA
2013/2014
TUGAS KLIPING
BIOGRAFI KOREOGRAFER DARI INDONESIA
7. KELOMPOK: 7
NAMA : SITTI RAHMAYANTI
WA ODE MURNIA
DEBBY CAHYA AINUN
SMA NEGERI 1 RAHA
2013/2014