SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 13
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN
RETENSI URIN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Retensio urine adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine dari vesika
urinaria. (Kapita Selekta Kedokteran).
Retensio urine adalah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi
meskipun terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut.
(Brunner & Suddarth).
Retensio urine adalah sutau keadaan penumpukan urine di kandung
kemih dan tidak punya kemampuan untuk mengosongkannya secara
sempurna.

2. Etiologi
Adapun penyebab dari penyakit retensio urine adalah sebagai berikut :
a. Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinallis.
Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian ataupun
seluruhnya, misalnya pada operasi miles dan mesenterasi pelvis,
kelainan medulla spinalis, misalnya miningokel, tabes doraslis, atau
spasmus sfinkter yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat.
b. Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, atoni
pada pasien DM atau penyakit neurologist, divertikel yang besar.
c. Intravesikal berupa pembesaran prostate, kekakuan leher vesika,
striktur, batu kecil, tumor pada leher vesika, atau fimosis.
d. Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran porstat, kelainan
patologi urethra (infeksi, tumor, kalkulus), trauma, disfungsi neurogenik
kandung kemih.

1
e. Beberapa

obat

mencakup

preparat

antikolinergik

antispasmotik

(atropine), preparat antidepressant antipsikotik (Fenotiazin), preparat
antihistamin
f. (Pseudoefedrin hidroklorida = Sudafed), preparat penyekat adrenergic
(Propanolol), preparat antihipertensi (hidralasin).

3. Patofisiologi
Pada retensio urine, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh
disertai rasa sakit yang hebat di daerah suprapubik dan hasrat ingin miksi
yang hebat disertai mengejan. Retensio urine dapat terjadi menurut lokasi,
factor obat dan factor lainnya seperti ansietas, kelainan patologi urethra,
trauma dan lain sebagainya.
Berdasarkan lokasi bisa dibagi menjadi supra vesikal berupa
kerusakan pusat miksi di medulla spinalsi menyebabkan kerusaan simpatis
dan parasimpatis sebagian atau seluruhnya sehingga tidak terjadi koneksi
dengan otot detrusor yang mengakibatkan tidak adanya atau menurunnya
relaksasi otot spinkter internal, vesikal berupa kelemahan otot detrusor
karena lama teregang, intravesikal berupa hipertrofi prostate, tumor atau
kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil menyebabkan obstruksi urethra
sehingga urine sisa meningkat dan terjadi dilatasi bladder kemudian distensi
abdomen. Factor obat dapat mempengaruhi proses BAK, menurunkan
tekanan darah, menurunkan filtrasi glumerolus sehingga menyebabkan
produksi urine menurun. Factor lain berupa kecemasan, kelainan patologi
urethra, trauma dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan tensi otot
perut, peri anal, spinkter anal eksterna tidak dapat relaksasi dengan baik.
Dari semua factor di atas menyebabkan urine mengalir labat
kemudian terjadi poliuria karena pengosongan kandung kemih tidak efisien.
Selanjutnya terjadi distensi bladder dan distensi abdomen sehingga
memerlukan tindakan, salah satunya berupa kateterisasi urethra

2
4. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala pada penyakit ini adalah sebagai berikut:
Diawali dengan urine mengalir lambat.
Kemudian terjadi poliuria yang makin lama menjadi parah karena
pengosongan kandung kemih tidak efisien.
Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih.
Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK.
Pada retensi berat bisa mencapai 2000 - 3000 cc

5. Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada retensio
urine adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan specimen urine.
Pengambilan: steril, random, midstream.
Penagmbilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, KEton, Nitrit.
Sistoskopy, IVP.

6. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada retensio urin adalah sebagai
berikut:
Kateterisasi urethra.
Dilatasi urethra dengan boudy.
Drainage suprapubik.

3
B. KONSEP KEPERAWATAN
I. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
 Aktifitas/Istrahat
Gejala

: Tidak bisa tidur/istrahat dengan tenang jika rasa nyeri
timbul

Tanda

: Gelisah

 Eliminasi
Gejala

: Penurunan dorongan aliran urine, keragu-raguan pada
awal berkemih, kandung kemih terasa penuh, tidak dapat
berkemih kecuali dengan cara mengejan, urin keluar
sedikit-sedikit.

Tanda

: Distensi vesika urinaria, pengeluaran urin < 1500 ml/hari,
pengeluaran urin sedikit, nampak pemasangan kateter

 Makanan/cairan
Gejala

: Klien mengeluh tidak nafsu makan, klien mengeluh mual
dan muntah

Tanda

: Penurunan berat badan, porsi makan tidak dihabiskan

 Seksualitas
Gejala

: Penurunan kemampuan dalam melakukan hubungan
seksual

 Nyeri/Kenyamanan
Gejala

: Klien mengeluh nyeri saat berkemih

Tanda

: Ekspresi wajah nampak meringis bila nyeri timbul,
nampak memegang area yang sakit. Nyeri tekan daerah
daerah suprapubik, distensi abdomen

 Integritas Ego
Gejala

: Klien mengeluh tentang penyakitnya, klien mengeluh
khawatir dengan penyakitnya

Tanda

: Nampak ketakutan, gelisah

4
b. Pengelompokan Data
Data Subyektif
 Klien mengeluh tidak bisa tidur/istrahat dengan tenang jika rasa
nyeri timbul
 Klien mengeluh berkemih dengan cara mengejan
 Klien mengeluh keragu-raguan pada awal berkemih
 Klien mengeluh kandung kemih terasa penuh
 Klien mengeluh tidak dapat berkemih
 Klien mengeluh urin keluar sedikit-sedikit
 Klien mengeluh tidak nafsu makan
 Klien mengeluh mual dan muntah
 Klien mengeluh penurunan kemampuan dalam melakukan
hubungan seksual
 Klien mengeluh nyeri saat berkemih
 Klien mengeluh tentang penyakitnya
 Klien mengeluh khawatir dengan penyakitnya

Data Obyektif
 Gelisah
 Distensi vesika urinaria
 Pengeluaran urin < 1500 ml/hari
 Penurunan berat badan, Porsi makan tidak dihabiskan
 Ekspresi wajah nampak meringis bila nyeri timbul
 Nampak memegang area yang sakit
 Nyeri tekan daerah daerah suprapubik
 Distensi abdomen
 Nampak ketakutan
 Pengeluaran urin sedikit
 Tndakan kateterisasi

5
c. Analisa Data
PROBLEM

ETIOLOGI
Faktor penyebab

 Klien mengeluh tidak

↓

bisa tidur/istrahat

Retensi urin

Ds :

SYMPTOM
Nyeri

↓

dengan tenang jika
rasa nyeri timbul

Distensi vesika urinaria

 Klien mengeluh nyeri

↓

saat berkemih

Menekan saraf disekitarnya
↓

Do :
 Distensi vesika
urinaria
 Ekspresi wajah

Merangsang pengeluaran
bradikinin, serotinin dan
prostaglandin
↓

nampak meringis
bila nyeri timbul

Impuls nyeri disampaikan ke

 Nampak memegang

thalamus

area yang sakit

↓

 Distensi abdomen

Nyeri dipersepsikan

 Nyeri tekan daerah
daerah suprapubik
Ds :

Kerusakan pusat miksi di medulla

 Klien mengeluh

spinalsi
↓

berkemih dengan
cara mengejan
 Klien mengeluh

Kerusaan simpatis dan parasimpatis
sebagian atau seluruhnya
↓

kandung kemih
terasa penuh
 Klien mengeluh tidak

Tidak terjadi koneksi dengan otot
detrusor

dapat berkemih

↓

 Klien mengeluh urin

Menurunnya relaksasi otot spinkter
↓

keluar sedikit-sedikit

6

Gangguan
pola eliminasi :
retensi urin
Do :

Obstruksi urethra
↓

 Pengeluaran urin
sedikit

Urin sisa meningkat
↓

 Distensi vesika
urinaria

Dilatasi bladder/distensi abdomen
↓

 Pengeluaran urin <
1500 ml/hari

Retensi urin

Ds :
 Klien

Adanya diagnosa medik
↓

mengeluh

berkemih

dengan

Perubahan status kesehatan
↓

cara mengejan
 Klien

mengeluh

Kurang terpajang informasi
↓

keragu-raguan pada
awal berkemih

Stress psikologis
↓

 Klien mengeluh tidak
dapat berkemih

Ansietas

Ansietas

Do :
 Gelisah
 Nampak ketakutan
Do :
 Tindakan

Ketidakmampuan mengosongkan
urin di kandung kemih
↓

kataterisasi

Haluaran urin sedikit
↓
Penumpukan urin dikandung kemih
↓
Tindakan pemasangan kateter
↓
Resiko infeksi

7

Resiko infeksi
d. Prioritas Masalah
1) Nyeri
2) Gangguan pola eliminasi
3) Ansietas
4) Resiko infeksi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan obstruksi uretra, distensi bladder ditandai
dengan :
Ds :  Klien mengeluh tidak bisa tidur/istrahat dengan tenang jika
rasa nyeri timbul
 Klien mengeluh nyeri saat berkemih
Do :  Distensi vesika urinaria
 Ekspresi wajah nampak meringis bila nyeri timbul
 Nampak memegang area yang sakit
 Distensi abdomen dan nyeri tekan daerah daerah suprapubik
b. Gangguan pola eliminasi : retensi urin berhubungan dengan adanya
hambatan uretra menurunnya relaksasi otot spinkter ditandai dengan :
Ds :  Klien mengeluh berkemih dengan cara mengejan
 Klien mengeluh kandung kemih terasa penuh
 Klien mengeluh tidak dapat berkemih
 Klien mengeluh urin keluar sedikit-sedikit
Do :  Pengeluaran urin sedikit
 Distensi vesika urinaria
 Pengeluaran urin < 1500 ml/hari
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai
dengan :
Ds :  Klien mengeluh berkemih dengan cara mengejan
 Klien mengeluh keragu-raguan pada awal berkemih
 Klien mengeluh tidak dapat berkemih
Do :  Gelisah dan nampak ketakutan
8
d. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan kateterisasi ditandai
dengan :
Do :  Tindakan kateterisasi

3. Perencanaan
a. Nyeri berhubungan dengan obstruksi uretra, distensi bladder
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien menyatakan nyeri
hilang dan mampu untuk melakukan istirahat dengan tenang.
Intervensi :
1) Kaji nyeri, lokasi dan intensitas.
Rasional

:

memberikan

informasi

untuk

membantu

dalam

menentukan pilihan / keefektivan intervensi.
2) Perhatikan tirah baring bila diindikasikan.
Rasional : tirah baring mungkin diperlukan pada awal selama fase
retensi akut.
3) Ajarkan klien tehnik relaksasi dan tehnik distraksi
Rasional

:

membantu

mengurangi

rasa

nyeri

dengan

cara

mengalihkan perhatian klien
4) Masukkan kateter untuk kelancaran drainase.
Rasional : pengaliran kandung kemih menurunkan tegangan dan
kepekaan kelenjar.
5) Kolaborasi dalam pemberian obat antianalgetik sesuai indikasi,
contoh eperidin.
Rasional

: untuk menghilangkan nyeri berat dan memberikan

relaksasi mental dan fisik.

9
b. Gangguan pola eliminasi retensi urin berhubungan dengan adanya
hambatan urethra, kelemahan otot spinkter
Tujuan:
Setelah diberikan tindakan keperawatan klien dapat berkemih
dengan jumlah yang cukup dan tidak teraba distensi kandung kemih.
Intervensi :
1) Dorong pasien untuk berkemih tiap 2 - 4 jam dan bila tiba-tiba
dirasakan.
Rasional : meminimalkan retensi urin, distensi berlebihan pada
kandung kemih.
2) Observasi aliran urine, perhatikan ukuran dan kekuatan.
Rasional

: berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan

intervensi.
3) Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih.
Rasional

: retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran

perkemihan atas yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal.
4) Dorong pasien untuk berkemih bila terasa adanya dorongan.
Rasional : berkemih dengan dorongan mencegah retensi urine.
5) Dorong masukan cairan sampai 3000 ml/hari.
Rasional : peningkatan aliran cairan mempertahankan perfusi ginjal
dan membersihkan ginjal dan kandung kemih dari pertumbuhan
bakteri.
6) Awasi tanda-tanda vital.
Rasional : kehilangan fungsi ginjal mengakibatkan penurunan
eliminasi cairan dan akumulasi sisa toksik.
7) Berikan obat-obatan antispasmodik.
Rasional : menghilangkan spasme kandung kemih.

10
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan:
Tampak rileks, menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi.
Menunjukkan rentang tepat tentang perasaan dan penurunan rasa
takutnya.
Menyatakan pemahaman proses penyakit.
Berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi :
1) Kaji ulang tanda atau gejala yang memerlukan tindakan atau evaluasi
medik.
Rasional : intervensi cepat dapat mencegah komplikasi lebih serius.
2) Berikan informasi tentang prosedur dan apa yang akan terjadi,
contoh kateter, iritasi kandung kemih.
Rasional : membantu pasien memahami tujuan dari apa yang akan
dilakukan dan mengurangi masalah karena ketidak tahuan.
3) Dorong pasien untuk menyatakan rasa takut dan atau perasaan
perhatian.
Rasional : membantu pasien memahami perasaan dapat merupakan
rehabilitasi.
4) Dorong pasien atau orang terdekat untuk menyatakan masalah /
perasaan.
Rasional : mendefinisikan masalah, memberikan kesempatan untuk
menjawab pertanyaan dan solusi pemecahan masalah.
5) Pertahankan perilaku nyata dalam melakukan prosedur atau
menerima pasien.
Rasional : menyatakan penerimaan dan menghilangkan rasa malu
pasien.
6) Berikan informasi bahwa kondisi tidak ditularkan secara seksual
Rasional : mungkin merupakan ketakutan yang tidak dibicarakan.
7) Anjurkan menghindari makanan berbumbu, kopi, dan minuman
mengandung alkohol.
11
Rasional

:

peningkatan

tiba-tiba

pada

aliran

urine

dapat

menyebabkan distensi kandung kemih dan kehilangan tonus
kandung kemih, mengakibatkan episode retensi urinaria akut.

d. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan kateterisasi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat Mencapai waktu
penyembuhan dan tidak mengalami tanda infeksi.
Intervensi :
1) Pertahankan sistem kateter steril, berikan perawatan kateter regular
dengan sabun dan air, berikan salep antibiotik di sekitar sisi kateter.
Rasional : mencegah pemasukan bakteri dan infeksi.
2) Awasi tanda-tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi
dan pernafasan cepat, gelisah.
Rasional : untuk mengetahui hemodinamika pasien.
3) Observasi sekitar kateter suprapubik.
Rasional : kateter suprapubik meningkatkan resiko infeksi yang di
indikasi kan dengan iritema.

12
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E. Marilynn, Moorhouse Frances Mary, Geisster C Alice. 1999. Rencana
Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien Edisi 3. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.
Mansyoer Arif, dkk. 2001. Kapita selekta kedokteran Jilid 1 Edisi ke tiga. Jakarta:
Media Aesculapius.

13

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Laporan pendahuluan gea
Laporan pendahuluan geaLaporan pendahuluan gea
Laporan pendahuluan gea
Cha Cha
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
ﱞﱞ ﱞﱞ ﱞﱞ
 
Resume hd tn.y
Resume hd tn.yResume hd tn.y
Resume hd tn.y
DINARIZ
 
Analisan dan diagnosa kep, keluarga
Analisan dan diagnosa kep, keluargaAnalisan dan diagnosa kep, keluarga
Analisan dan diagnosa kep, keluarga
yaenk_ekis
 

Mais procurados (20)

Laporan pendahuluan gea
Laporan pendahuluan geaLaporan pendahuluan gea
Laporan pendahuluan gea
 
Analisa data gagal jantung
Analisa data gagal jantungAnalisa data gagal jantung
Analisa data gagal jantung
 
3. asuhan keperawatan pada batu ginjal
3. asuhan keperawatan pada batu ginjal3. asuhan keperawatan pada batu ginjal
3. asuhan keperawatan pada batu ginjal
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjal
Asuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjalAsuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjal
Asuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjal
 
Askep retensi urine (3)
Askep retensi urine (3)Askep retensi urine (3)
Askep retensi urine (3)
 
Resume hd tn.y
Resume hd tn.yResume hd tn.y
Resume hd tn.y
 
Deni lp eliminasi
Deni lp eliminasiDeni lp eliminasi
Deni lp eliminasi
 
Sp isolasi sosial
Sp isolasi sosialSp isolasi sosial
Sp isolasi sosial
 
1. asuhan keperawatan pada bph
1. asuhan keperawatan pada bph1. asuhan keperawatan pada bph
1. asuhan keperawatan pada bph
 
Askep kolik renal
Askep kolik renalAskep kolik renal
Askep kolik renal
 
Sp rpk
Sp rpkSp rpk
Sp rpk
 
Klasifikasi data
Klasifikasi dataKlasifikasi data
Klasifikasi data
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan Infeksi
 
format pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasformat pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitas
 
Analisan dan diagnosa kep, keluarga
Analisan dan diagnosa kep, keluargaAnalisan dan diagnosa kep, keluarga
Analisan dan diagnosa kep, keluarga
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
 
Lp defisit perawatan diri
Lp defisit perawatan diriLp defisit perawatan diri
Lp defisit perawatan diri
 

Destaque (12)

Retensi urine
Retensi urineRetensi urine
Retensi urine
 
Asuhan keperawatan retensi urin
Asuhan keperawatan retensi urinAsuhan keperawatan retensi urin
Asuhan keperawatan retensi urin
 
Sap dc bhb
Sap dc bhbSap dc bhb
Sap dc bhb
 
Kti batyol ladislaus
Kti batyol ladislausKti batyol ladislaus
Kti batyol ladislaus
 
Obstruksi distal
Obstruksi distalObstruksi distal
Obstruksi distal
 
52827738 refrat-retensi-urine
52827738 refrat-retensi-urine52827738 refrat-retensi-urine
52827738 refrat-retensi-urine
 
Abses paru Akper pemkab muna
Abses paru Akper pemkab munaAbses paru Akper pemkab muna
Abses paru Akper pemkab muna
 
138689681 leaflet-urine-bladder
138689681 leaflet-urine-bladder138689681 leaflet-urine-bladder
138689681 leaflet-urine-bladder
 
Pengkajian Data Subjektif
Pengkajian Data SubjektifPengkajian Data Subjektif
Pengkajian Data Subjektif
 
Pemasangan kateter
Pemasangan kateterPemasangan kateter
Pemasangan kateter
 
Aulia venny dt retensi urin dr. indra
Aulia venny dt retensi urin dr. indraAulia venny dt retensi urin dr. indra
Aulia venny dt retensi urin dr. indra
 
Panduan manajemen nyeri
Panduan manajemen nyeri Panduan manajemen nyeri
Panduan manajemen nyeri
 

Semelhante a Retensi urine

Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAskep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Operator Warnet Vast Raha
 

Semelhante a Retensi urine (20)

Retensi urine
Retensi urineRetensi urine
Retensi urine
 
Rentensi urine
Rentensi urineRentensi urine
Rentensi urine
 
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAskep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Inkontenensia urin
Inkontenensia urinInkontenensia urin
Inkontenensia urin
 
Inkontinensia urin AKPER PEMKAB MUNA
Inkontinensia urin AKPER PEMKAB MUNA Inkontinensia urin AKPER PEMKAB MUNA
Inkontinensia urin AKPER PEMKAB MUNA
 
Bph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNABph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNA
 
Bph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNA Bph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNA
 
Bph
BphBph
Bph
 
Eliminasi alvi (bab)
Eliminasi alvi (bab)Eliminasi alvi (bab)
Eliminasi alvi (bab)
 
PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASIPEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
 
GADAR dan KEKRITISAN KEMIH.ppt
GADAR dan KEKRITISAN KEMIH.pptGADAR dan KEKRITISAN KEMIH.ppt
GADAR dan KEKRITISAN KEMIH.ppt
 
Eliminasi Urine.ppt
Eliminasi Urine.pptEliminasi Urine.ppt
Eliminasi Urine.ppt
 
Kolelitiasis AKPER PEMKAB MUNA
Kolelitiasis AKPER PEMKAB MUNA Kolelitiasis AKPER PEMKAB MUNA
Kolelitiasis AKPER PEMKAB MUNA
 
Kolelitiasis
KolelitiasisKolelitiasis
Kolelitiasis
 
Gadar ''kolik renal'' AKPER PEMKAB MUNA
Gadar ''kolik renal'' AKPER PEMKAB MUNA Gadar ''kolik renal'' AKPER PEMKAB MUNA
Gadar ''kolik renal'' AKPER PEMKAB MUNA
 
ujian
ujianujian
ujian
 
Ileus
IleusIleus
Ileus
 
Ileus AKPER PEMKAB MUNA
Ileus AKPER PEMKAB MUNA Ileus AKPER PEMKAB MUNA
Ileus AKPER PEMKAB MUNA
 
1. PPT BPH.pptx
1. PPT BPH.pptx1. PPT BPH.pptx
1. PPT BPH.pptx
 
Inkontinensia urin
Inkontinensia urinInkontinensia urin
Inkontinensia urin
 

Mais de Operator Warnet Vast Raha

Mais de Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Retensi urine

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN RETENSI URIN A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Pengertian Retensio urine adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine dari vesika urinaria. (Kapita Selekta Kedokteran). Retensio urine adalah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut. (Brunner & Suddarth). Retensio urine adalah sutau keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak punya kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna. 2. Etiologi Adapun penyebab dari penyakit retensio urine adalah sebagai berikut : a. Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinallis. Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian ataupun seluruhnya, misalnya pada operasi miles dan mesenterasi pelvis, kelainan medulla spinalis, misalnya miningokel, tabes doraslis, atau spasmus sfinkter yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat. b. Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, atoni pada pasien DM atau penyakit neurologist, divertikel yang besar. c. Intravesikal berupa pembesaran prostate, kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil, tumor pada leher vesika, atau fimosis. d. Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran porstat, kelainan patologi urethra (infeksi, tumor, kalkulus), trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih. 1
  • 2. e. Beberapa obat mencakup preparat antikolinergik antispasmotik (atropine), preparat antidepressant antipsikotik (Fenotiazin), preparat antihistamin f. (Pseudoefedrin hidroklorida = Sudafed), preparat penyekat adrenergic (Propanolol), preparat antihipertensi (hidralasin). 3. Patofisiologi Pada retensio urine, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai rasa sakit yang hebat di daerah suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat disertai mengejan. Retensio urine dapat terjadi menurut lokasi, factor obat dan factor lainnya seperti ansietas, kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya. Berdasarkan lokasi bisa dibagi menjadi supra vesikal berupa kerusakan pusat miksi di medulla spinalsi menyebabkan kerusaan simpatis dan parasimpatis sebagian atau seluruhnya sehingga tidak terjadi koneksi dengan otot detrusor yang mengakibatkan tidak adanya atau menurunnya relaksasi otot spinkter internal, vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, intravesikal berupa hipertrofi prostate, tumor atau kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil menyebabkan obstruksi urethra sehingga urine sisa meningkat dan terjadi dilatasi bladder kemudian distensi abdomen. Factor obat dapat mempengaruhi proses BAK, menurunkan tekanan darah, menurunkan filtrasi glumerolus sehingga menyebabkan produksi urine menurun. Factor lain berupa kecemasan, kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan tensi otot perut, peri anal, spinkter anal eksterna tidak dapat relaksasi dengan baik. Dari semua factor di atas menyebabkan urine mengalir labat kemudian terjadi poliuria karena pengosongan kandung kemih tidak efisien. Selanjutnya terjadi distensi bladder dan distensi abdomen sehingga memerlukan tindakan, salah satunya berupa kateterisasi urethra 2
  • 3. 4. Manifestasi Klinis Adapun tanda dan gejala pada penyakit ini adalah sebagai berikut: Diawali dengan urine mengalir lambat. Kemudian terjadi poliuria yang makin lama menjadi parah karena pengosongan kandung kemih tidak efisien. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih. Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK. Pada retensi berat bisa mencapai 2000 - 3000 cc 5. Pemeriksaan Diagnostik Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada retensio urine adalah sebagai berikut : Pemeriksaan specimen urine. Pengambilan: steril, random, midstream. Penagmbilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, KEton, Nitrit. Sistoskopy, IVP. 6. Penatalaksanaan Medik Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada retensio urin adalah sebagai berikut: Kateterisasi urethra. Dilatasi urethra dengan boudy. Drainage suprapubik. 3
  • 4. B. KONSEP KEPERAWATAN I. Pengkajian a. Pengumpulan Data  Aktifitas/Istrahat Gejala : Tidak bisa tidur/istrahat dengan tenang jika rasa nyeri timbul Tanda : Gelisah  Eliminasi Gejala : Penurunan dorongan aliran urine, keragu-raguan pada awal berkemih, kandung kemih terasa penuh, tidak dapat berkemih kecuali dengan cara mengejan, urin keluar sedikit-sedikit. Tanda : Distensi vesika urinaria, pengeluaran urin < 1500 ml/hari, pengeluaran urin sedikit, nampak pemasangan kateter  Makanan/cairan Gejala : Klien mengeluh tidak nafsu makan, klien mengeluh mual dan muntah Tanda : Penurunan berat badan, porsi makan tidak dihabiskan  Seksualitas Gejala : Penurunan kemampuan dalam melakukan hubungan seksual  Nyeri/Kenyamanan Gejala : Klien mengeluh nyeri saat berkemih Tanda : Ekspresi wajah nampak meringis bila nyeri timbul, nampak memegang area yang sakit. Nyeri tekan daerah daerah suprapubik, distensi abdomen  Integritas Ego Gejala : Klien mengeluh tentang penyakitnya, klien mengeluh khawatir dengan penyakitnya Tanda : Nampak ketakutan, gelisah 4
  • 5. b. Pengelompokan Data Data Subyektif  Klien mengeluh tidak bisa tidur/istrahat dengan tenang jika rasa nyeri timbul  Klien mengeluh berkemih dengan cara mengejan  Klien mengeluh keragu-raguan pada awal berkemih  Klien mengeluh kandung kemih terasa penuh  Klien mengeluh tidak dapat berkemih  Klien mengeluh urin keluar sedikit-sedikit  Klien mengeluh tidak nafsu makan  Klien mengeluh mual dan muntah  Klien mengeluh penurunan kemampuan dalam melakukan hubungan seksual  Klien mengeluh nyeri saat berkemih  Klien mengeluh tentang penyakitnya  Klien mengeluh khawatir dengan penyakitnya Data Obyektif  Gelisah  Distensi vesika urinaria  Pengeluaran urin < 1500 ml/hari  Penurunan berat badan, Porsi makan tidak dihabiskan  Ekspresi wajah nampak meringis bila nyeri timbul  Nampak memegang area yang sakit  Nyeri tekan daerah daerah suprapubik  Distensi abdomen  Nampak ketakutan  Pengeluaran urin sedikit  Tndakan kateterisasi 5
  • 6. c. Analisa Data PROBLEM ETIOLOGI Faktor penyebab  Klien mengeluh tidak ↓ bisa tidur/istrahat Retensi urin Ds : SYMPTOM Nyeri ↓ dengan tenang jika rasa nyeri timbul Distensi vesika urinaria  Klien mengeluh nyeri ↓ saat berkemih Menekan saraf disekitarnya ↓ Do :  Distensi vesika urinaria  Ekspresi wajah Merangsang pengeluaran bradikinin, serotinin dan prostaglandin ↓ nampak meringis bila nyeri timbul Impuls nyeri disampaikan ke  Nampak memegang thalamus area yang sakit ↓  Distensi abdomen Nyeri dipersepsikan  Nyeri tekan daerah daerah suprapubik Ds : Kerusakan pusat miksi di medulla  Klien mengeluh spinalsi ↓ berkemih dengan cara mengejan  Klien mengeluh Kerusaan simpatis dan parasimpatis sebagian atau seluruhnya ↓ kandung kemih terasa penuh  Klien mengeluh tidak Tidak terjadi koneksi dengan otot detrusor dapat berkemih ↓  Klien mengeluh urin Menurunnya relaksasi otot spinkter ↓ keluar sedikit-sedikit 6 Gangguan pola eliminasi : retensi urin
  • 7. Do : Obstruksi urethra ↓  Pengeluaran urin sedikit Urin sisa meningkat ↓  Distensi vesika urinaria Dilatasi bladder/distensi abdomen ↓  Pengeluaran urin < 1500 ml/hari Retensi urin Ds :  Klien Adanya diagnosa medik ↓ mengeluh berkemih dengan Perubahan status kesehatan ↓ cara mengejan  Klien mengeluh Kurang terpajang informasi ↓ keragu-raguan pada awal berkemih Stress psikologis ↓  Klien mengeluh tidak dapat berkemih Ansietas Ansietas Do :  Gelisah  Nampak ketakutan Do :  Tindakan Ketidakmampuan mengosongkan urin di kandung kemih ↓ kataterisasi Haluaran urin sedikit ↓ Penumpukan urin dikandung kemih ↓ Tindakan pemasangan kateter ↓ Resiko infeksi 7 Resiko infeksi
  • 8. d. Prioritas Masalah 1) Nyeri 2) Gangguan pola eliminasi 3) Ansietas 4) Resiko infeksi 2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri berhubungan dengan obstruksi uretra, distensi bladder ditandai dengan : Ds :  Klien mengeluh tidak bisa tidur/istrahat dengan tenang jika rasa nyeri timbul  Klien mengeluh nyeri saat berkemih Do :  Distensi vesika urinaria  Ekspresi wajah nampak meringis bila nyeri timbul  Nampak memegang area yang sakit  Distensi abdomen dan nyeri tekan daerah daerah suprapubik b. Gangguan pola eliminasi : retensi urin berhubungan dengan adanya hambatan uretra menurunnya relaksasi otot spinkter ditandai dengan : Ds :  Klien mengeluh berkemih dengan cara mengejan  Klien mengeluh kandung kemih terasa penuh  Klien mengeluh tidak dapat berkemih  Klien mengeluh urin keluar sedikit-sedikit Do :  Pengeluaran urin sedikit  Distensi vesika urinaria  Pengeluaran urin < 1500 ml/hari c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan : Ds :  Klien mengeluh berkemih dengan cara mengejan  Klien mengeluh keragu-raguan pada awal berkemih  Klien mengeluh tidak dapat berkemih Do :  Gelisah dan nampak ketakutan 8
  • 9. d. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan kateterisasi ditandai dengan : Do :  Tindakan kateterisasi 3. Perencanaan a. Nyeri berhubungan dengan obstruksi uretra, distensi bladder Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien menyatakan nyeri hilang dan mampu untuk melakukan istirahat dengan tenang. Intervensi : 1) Kaji nyeri, lokasi dan intensitas. Rasional : memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan / keefektivan intervensi. 2) Perhatikan tirah baring bila diindikasikan. Rasional : tirah baring mungkin diperlukan pada awal selama fase retensi akut. 3) Ajarkan klien tehnik relaksasi dan tehnik distraksi Rasional : membantu mengurangi rasa nyeri dengan cara mengalihkan perhatian klien 4) Masukkan kateter untuk kelancaran drainase. Rasional : pengaliran kandung kemih menurunkan tegangan dan kepekaan kelenjar. 5) Kolaborasi dalam pemberian obat antianalgetik sesuai indikasi, contoh eperidin. Rasional : untuk menghilangkan nyeri berat dan memberikan relaksasi mental dan fisik. 9
  • 10. b. Gangguan pola eliminasi retensi urin berhubungan dengan adanya hambatan urethra, kelemahan otot spinkter Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan klien dapat berkemih dengan jumlah yang cukup dan tidak teraba distensi kandung kemih. Intervensi : 1) Dorong pasien untuk berkemih tiap 2 - 4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan. Rasional : meminimalkan retensi urin, distensi berlebihan pada kandung kemih. 2) Observasi aliran urine, perhatikan ukuran dan kekuatan. Rasional : berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan intervensi. 3) Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih. Rasional : retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan atas yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal. 4) Dorong pasien untuk berkemih bila terasa adanya dorongan. Rasional : berkemih dengan dorongan mencegah retensi urine. 5) Dorong masukan cairan sampai 3000 ml/hari. Rasional : peningkatan aliran cairan mempertahankan perfusi ginjal dan membersihkan ginjal dan kandung kemih dari pertumbuhan bakteri. 6) Awasi tanda-tanda vital. Rasional : kehilangan fungsi ginjal mengakibatkan penurunan eliminasi cairan dan akumulasi sisa toksik. 7) Berikan obat-obatan antispasmodik. Rasional : menghilangkan spasme kandung kemih. 10
  • 11. c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan Tujuan: Tampak rileks, menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi. Menunjukkan rentang tepat tentang perasaan dan penurunan rasa takutnya. Menyatakan pemahaman proses penyakit. Berpartisipasi dalam program pengobatan. Intervensi : 1) Kaji ulang tanda atau gejala yang memerlukan tindakan atau evaluasi medik. Rasional : intervensi cepat dapat mencegah komplikasi lebih serius. 2) Berikan informasi tentang prosedur dan apa yang akan terjadi, contoh kateter, iritasi kandung kemih. Rasional : membantu pasien memahami tujuan dari apa yang akan dilakukan dan mengurangi masalah karena ketidak tahuan. 3) Dorong pasien untuk menyatakan rasa takut dan atau perasaan perhatian. Rasional : membantu pasien memahami perasaan dapat merupakan rehabilitasi. 4) Dorong pasien atau orang terdekat untuk menyatakan masalah / perasaan. Rasional : mendefinisikan masalah, memberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan dan solusi pemecahan masalah. 5) Pertahankan perilaku nyata dalam melakukan prosedur atau menerima pasien. Rasional : menyatakan penerimaan dan menghilangkan rasa malu pasien. 6) Berikan informasi bahwa kondisi tidak ditularkan secara seksual Rasional : mungkin merupakan ketakutan yang tidak dibicarakan. 7) Anjurkan menghindari makanan berbumbu, kopi, dan minuman mengandung alkohol. 11
  • 12. Rasional : peningkatan tiba-tiba pada aliran urine dapat menyebabkan distensi kandung kemih dan kehilangan tonus kandung kemih, mengakibatkan episode retensi urinaria akut. d. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan kateterisasi Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat Mencapai waktu penyembuhan dan tidak mengalami tanda infeksi. Intervensi : 1) Pertahankan sistem kateter steril, berikan perawatan kateter regular dengan sabun dan air, berikan salep antibiotik di sekitar sisi kateter. Rasional : mencegah pemasukan bakteri dan infeksi. 2) Awasi tanda-tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi dan pernafasan cepat, gelisah. Rasional : untuk mengetahui hemodinamika pasien. 3) Observasi sekitar kateter suprapubik. Rasional : kateter suprapubik meningkatkan resiko infeksi yang di indikasi kan dengan iritema. 12
  • 13. DAFTAR PUSTAKA Doenges E. Marilynn, Moorhouse Frances Mary, Geisster C Alice. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien Edisi 3. Jakarta: EGC. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC. Mansyoer Arif, dkk. 2001. Kapita selekta kedokteran Jilid 1 Edisi ke tiga. Jakarta: Media Aesculapius. 13