SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi yang di tandai dengan kemajuan dunia ilmu informasi dan teknologi,
memberikan banyak perubahan dan tekanan dalam segala bidang. Dunia pendidikan yang
secara filosofis di pandang sebagai alat atau wadah untuk mencerdaskan dan membentuk
watak manusia agar lebih baik (humanisasi), sekarang sudah mulai bergeser atau disorientasi.
Demikian terjadi salah satunya dikarenakan kurang siapnya pendidikan untuk mengikuti
perkembangan zaman yang begitu cepat. Sehingga pendidikan mendapat krisis dalam hal
kepercayaan dari masyarakat, dan lebih ironisnya lagi bahwa pendidikan sekarang sudah
masuk dalam krisis pembentukan karakter (kepribadian) secara baik.
Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan primer atau mutlak yang harus
dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia
dapat hidup berkembang dengan cita-cita untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep
pandangan hidupnya.[1] Dalam pengertian sederhana dan umum makna pendidikan adalah
usaha sadar manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan
baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan
agama.
Pendidikan bertujuan tidak sekedar proses alih budaya atau alih ilmu pengetahuan (transfer of
knowledge), tetapi juga sekaligus sebagai proses alih nilai (transfer of value). Artinya bahwa
Pendidikan, di samping proses pertalian dan transmisi pengetahuan, juga berkenaan dengan
proses perkembangan dan pembentukan kepribadian atau karakter masyarakat. Dalam rangka
internalisasi nilai-nilai budi pekerti kepada peserta didik, maka perlu adanya optimalisasi
pendidikan. Perlu kita sadari bahwa fungsi pendidikan Nasional adalah mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembanganya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakul
karimah, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Pendidikan juga dipandang sebagai sebuah sistem sosial, artinya
dikatakan sistem sosial disebabkan di dalamnya berkumpul manusia yang saling berinteraksi
dengan lingkungannya. Untuk menuju pada pendidikan yang dapat beradaptasi dengan
lingkungannya, yaitu dengan cara melakuakan perubahan-perubahan susunan dan proses dari
bagian-bagian yang ada dalam pendidikan itu sendiri.[3] Sehingga pendidikan sebagai agen
perubahan sosial diharapkan peranannya mampu mewujudkan perubahan nilai-nilai sikap,
moral, pola pikir, perilaku intelektual, ketrampilan, dan wawasan para peserta didik sesuai
dengan tujuan pendidikan itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi di atas, maka dapat ditarik rumusan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian pendidikan dan pembentukan karakter?
2. Bagaimana hubungan antara pendidikan dan pembentukan karakter?
3. Bagaimana implementasi pendidikan karakter?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penulis menulis makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan dan pembentukan karakter.
2. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan pembentukan karakter.
3. Untuk menambah wawasan khasanah keilmuan tentang wacana implementasi pendidikan
karakter.
BAB II
PEMBAHASAN
1. A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[4] Dalam pengertian
yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan
dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan
nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat.[5]
Berbicara pendidikan sangat erat kaitannya dengan kemajuan peradaban manusia. Karena
pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan manusia yang tidak pernah bisa
ditinggalkan. Sebagai sebuah proses, ada dua asumsi yang berbeda mengenai pendidikan
dalam kehidupan manusia. Pertama, ia bisa dianggap sebagai proses yang terjadi secara tidak
disengaja atau berjalan secara alamiah. Dalam hal ini, pendidikan bukanlah proses yang
diorganisasikan dan direncanakan secara sistematis, melainkan merupakan bagian kehidupan
yang memang telah berjalan sejak manusia itu ada. Kedua, pendidikan bisa dianggap sebagai
proses yang terjadi secara di segaja, direncanakan, dan didesain dengan sistematis
berdasarkan aturan-aturan yang berlaku terutama perundang-undangan yang dibuat atas dasar
kesepakatan masyarakat.
Tujuan-tujuan pendidikan misalnya secara umum orang memahami bahwa tujuan pendidikan
adalah mengarahkan manusia agar berdaya, berpengetahuan, cerdas, serta memiliki wawasan
ketrampilan agar siap menghadapi tantangan kehidupan dengan potensi-potensinya yang
telah diasah dalam proses pendidikan. Misalnya, kita sering memahami bersama secara
universal bahwa pendidikan itu berkaitan dengan kegiatan yang terdiri dari proses dan tujuan
berikut.
1. Proses pemberdayaan (empowerment), yaitu ketika pendidikan adalah proses kegiatan
yang membuat manusia menjadi lebih berdaya menghadapi keadaan yang lemah menjadi
kuat.
2. Proses pencerahan (enlightment) dan penyadaran (conscientization), yaitu ketika
pendidikan merupakan proses mencerahkan manusia melalui dibukanya wawasan dengan
pengetahuan, dari yang tidak tahu menjadi tahu.
3. Proses memberikan motivasi dan inspirasi, yaitu suatu upaya agar para peserta didik
tergerak untuk bangkit da berperan bukan hanya sekedar karena arahan dan paksaan,
melainkan karena diinspirasi oleh apa yang dilihatnya yang memicu semangat dan
bakatnya.
4. Proses mengubah perilaku, yaitu bahwa pendidikan memberikan nilai-nilai yang luhur
dan ideal yang diharapkan mengatur perilaku peserta didik kearah yang lebih baik.[6]
Akan tetapi, proses realitas yang terjadi dan sering kita jumpai adalah proses dan out
put pendidikan tidak sesuai dengan cita-cita yang indah semacam itu. Mislanya, kita justru
melihat realitas pendidikan yang terkesan menghasilkan manusia-manusia yang kehilangan
potensi dirinya, manusia yang serakah, merusak dan penindas baru bagi kaum yang lemah,
serta manusia-manusia yang justru mengisi sistem yang mengarahkan menuju tatanan yang
malah tidak memanusiakan manusia.
1. B. Pengertian Pembentukan Karakter
Hakekat karakater ialah Menurut Simon Philips, karakter adalah kumpulan tata nilai yang
menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.
Sedangkan Doni Koesoema, memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian.
Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri
seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari
lingkungan.[7] Sementara Winnie, memahami bahwa istilah karakter memiliki dua
pengertian. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila
seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut
memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka
menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter
erat kaitannya dengan “personality”. Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter (a
person of character) apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral.[8]
Dalam hal ini akar dari semua tindakan yang jahat dan buruk, tindakan kejahatan, terletak
pada hilangnya karakter. Karakter yang kuat adalah sandangan fundamental yang
memberikan kemampuan kepada populasi manusia untuk hidup bersama dalam kedamaian
serta membentuk dunia yang dipenuhi dengan kebaikan dan kebajikan, yang bebas dari
kekerasan dan tindakan-tindakan tidak bermoral.
Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi
hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan. Karakter
dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan
bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.[9]
Untuk memahami makna pembangunan karakter dan mengapa hal itu penting, ada suatu
kisah yang menarik yang akan penulis sampaikan. Suatu ketika, ada seorang pendidik yang
mengusulkan kepada seorang kepala sekolah agar dalam penerimaan peserta didik baru tidak
menggunakan tes ujian masuk dalam model apapun. Reaksi sang kepala sekolah menjadi
tekaget-kaget luar biasa. “Kalau penerimaan peserta didik baru tidak melalui tes terdahulu,
pasti sekolah ini nanti akan banyak diisi oleh peserta didik yang bodoh-bodoh dan nakal-
nakal. Terus bagaimana kualitas lulusan kita nanti”. Demikian alasan sang kepala sekolah.
Kemudian, ia menjelaskan alasannya kepada kepala sekolah tersebut. Alasannya begini: para
peserta didik baru itu pada dasarnya tidak ada yang bodoh, tidak ada yang nakal, tidak ada
yang kekurangan sifatnya. Dengan demikian, setelah para peserta didik baru yang masuk
tanpa tes itu diterima, mereka kemudian akan menjalani penelitian kecerdasan yang dimiliki
masing-masing. Hal ini dalam istilah ilmi psikologi pendidikan disebut Multi Intelegences
Research (MIR). Tindakan tersebut digunakan untuk mengetahui gaya belajar peserta didik,
sebuah data yang sangat penting yang harus diketahui oleh para guru yang akan mengajar
mereka.
Menurut penulis, cerita pendidik tersebut memang ada benarnya juga. Pendidikan adalah
proses pembangunan karakter. Jadi, sudah seharusnya tak menjadi sebuah masalah bagi siapa
pun yang akan masuk di dalamnya (sekolah). Pembangunan karakter adalah prose
membentuk karakter, dari yang kurang baik menjadi yang lebih baik.[10] Senada dengan
kata-kata filosof kaliber Plato (428-347 SM), beliau mengatakan “Jika Anda bertanya apa
manfaat pendidikan, maka jawabannya sederhana: Pendidikan membuat orang menjadi lebih
baik dan orang baik tentu berperilaku baik”.
1. C. Hubungan Antara Pendidikan dan Pembentukan Karakter
“Manusia hanya dapat menjadi sungguh-sungguh manusia melalui pendidikan dan
pembentukan diri (character) yang berkelanjutan. Manusia hanya dapat dididik oleh
manusia lain yang juga dididik oleh manusia yang lain”,begitu kata Immanuel Kant. Artinya
bahwa, pendidikan dan pembentukan karakter sejak awal munculnya pendidikan oleh para
ahli dianggap sebagai hal yang niscaya dan saling berhubungan.
John Dewey, misalnya, pada tahun 1961, pernah berkata juga. “Sudah merupakan hal lumrah
dalam teori pendidikan bahwa pembentukan watak atau karakter merupakan tujuan umum
pengajaran dan pendidikan budi pekerti di sekolah.[11] Pendidikan karakter pada hakikatnya
ingin membentuk individu menjadi seorang pribadi bermoral yang dapat menghayati
kebebasan dan tanggung jawabnya, dalam relasinya dengan orang lain dan dunianya di dalam
komunitas pendidikan. Komunitas pendidikan ini bisa memiliki cakupan lokal, nasional,
maupun internasional (antar negara).
Sejalan dengan implementasi pendidikan karakter, UNESCO dalam empat pilar pendidikan
secara implisit sebenarnya juga menyinggung perlunya pendidikan karakter. Seperti kita
ketahui ada empat pilar pendidikan yang diharapkan ditegakkan dalam implementasi
pendidikan diseluruh dunia, yang meliputi; learning to know, learning to do, learning to
be, dan learning to live together. Dua pilar terakhir learning to be, dan learning to live
together pada hakekatnya adalah implementasi dari pendidikan karakter.
Dengan demikian, pendidikan karakter mempunyai visi senantiasa mengarahkan diri pada
pembentukan individu bermoral, cakap mengambil keputusan yang tampil dalam
perilakunya, sekaligus mampu berperan aktif dalam membangun kehidupan bersama.
Pendidikan karakter dimulai dari lingkungan keluarga karena lingkungan inilah yang pertama
kali dikenal oleh seseorang sejak ia lahir. Lingkungan keluarga sangat berpengaruh karena
merupakan dasar dari pembentukan karakter seseorang. Selanjutnya lingkungan tempat
tinggal, lingkungan pergaulan dan sampai pada lingkungan pendidikan (sekolah).
1. a. Posisi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Nasional
Dalam kebijakan nasional ditegaskan, antara lain bahwa pembangunan karakter bangsa
merupakan kebutuhan asasi dalam proses berbangsa dan bernegara. Sejak awal kemerdekaan,
bangsa Indonesia sudah bertekad untuk menjadikan pembangunan karakter bangsa sebagai
bahan penting dan tidak dipisahkan dari pembangunan nasional.
Secara ekplisit pendidikan karakter (watak) adalah amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang pada pasal 3 menegaskan bahwa “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Potensi peserta didik yang akan dikembangkan seperti beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab pada hakikatnya dekat dengan makna
karakter. Senada dengan sembilan pilar pendidikan karakter yang telah dilansir oleh
Kementrian Pendidikan Nasional antara lain. (1). Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, (2).
Kemandirian dan Tanggung jawab, (3). Kejujuran dan Diplomatis, (4). Hormat dan Santun,
(5). Dermawan, Suka tolong menolong, dan Gotong royong, (6). Percaya diri dan Kerja
keras, (7). Kepemimpinan dan Keadilan, (8). Baik dan Rendah hati, dan (9). Toleransi,
Perdamaian, dan Kesatuan.
Disamping itu pelaksanaanya juga harus tetap memperhatikan K4 (kesehatan, kebersihan,
kerapian, dan keamanan). Dengan demikian pengembangan potensi tersebut juga harus
menjadi landasan implementasi pendidikan karakter di Indonesia.
1. b. Implementasi Pendidikan Karakter di Indonesia
Sebelum pada implementasi di Indonesia, sebaiknya kita mengetahui hasil Sarasehan
Nasional Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Hal ini yang selanjutnya menghasilkan
sebuah Kesepakatan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang
dinyatakan sebgai berikut:
a). Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan
dari pendidikan nasional secara utuh.
b). Pendidikan budaya dan karakter bangsa harus dikembangkan secara komperhensif sebagai
proses pembudayaan. Oleh karena itu, pendidikan dan kebudayaan secara kelembagaan perlu
diwadahi secara utuh.
c). Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah, masyarakat, sekolah, dan orang tua. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan
budaya dan karakter bangsa harus melibatkan keempat unsur tersebut.
d). Dalam upaya merevitalisasi pendidikan budaya dan karakter bangsa diperlukan gerakan
nasional guna menggugah semangat kebersamaan dalam pelaksanaan di lapangan.
Kemudian bagaimana implementasi pendidikan karakter di Indonesia. Menurut Kementrian
Pendidikan Nasional, pendidikan karakter harus meliputi dan berlangsung pada.
1. c. Strategi dan Metodelogi Pendidikan Karakter
Strategi disini dapat dimaknai dalam kaitannya dengan kurikulum, strategi dalam kaitannya
dengan model tokoh, serta strategi dalam kaitannya dengan metodologi. Dalam kaitannya
dengan kurikulum, startegi yang umum dilaksanakan adalah mengintergrasikan pendidikan
karakter dalam bahan ajar.[13] Artinya, tidak membuat kurikulum pendidikan karakter
tersendiri. Strategi yang kaitannya dengan model tokoh yang sering dilakukan dunia
pendidikan di negara-ngara Barat adalah bahwa seluruh tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan di sekolah harus mampu menjadi model teladan yang baik (uswah hasanah).
Dalam kaitannya dengan metodologi, strategi yang umum diimplementasikan pada
pelaksanaan pendidikan karakter di negara-negara Barat antara lain adalah strategi
pemanduan, pujian dan hadiah, definisikan dan latihan, penegakan disiplin, dan juga perangai
bulan ini. Dan strategi lain yang harus dipraktekan oleh guru pada umumnya ialah keaktifan
guru bimbingan dan konseling sebagai pendidik karakter.
Strategi pengembangan karakter yang diterapkan di Indonesia yang dirancang oleh
Kementrian Pendidikan Nasional (2010), antara lain. Melalui transformasi budaya sekolah
dan habituasi melalui kegiatan ekstrakurikuler. Menurut para ahli bahwa implementasi
strategi pendidikan karakter melalui transformasi budaya dan perikehidupan sekolah,
dirasakan efektif dari pada harus mengubah dengan menambahkan materi pendidiakan
karakter kedalam muatan kurikulum.
BAB III
PENUTUP
1. A. Kesimpulan
Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab yang pada hakikatnya sangat
dekat dengan perannya untuk membentuk manusia yang berkarakter baik.
Dengan demikian, pendidikan karakter mempunyai visi senantiasa mengarahkan diri pada
pembentukan individu bermoral, cakap mengambil keputusan yang tampil dalam
perilakunya, sekaligus mampu berperan aktif dalam membangun kehidupan bersama dalam
tantangan global. Kemudian menurut Kementrian Pendidikan Nasional, pendidikan karakter
harus meliputi dan berlangsung pada.
1). Pendidikan Formal (pemerintah)
2). Pendidikan Nonformal (masyarakat)
3). Pendidikan Informal (keluarga)
Yang dari ketiga lembaga pendidikan di atas dalam implementasinya harus saling berkerja
sama dan melengkapi dengan baik, hal demikian dilakukan agar terbentuknya sebuah kondisi
dan suasana yang kondusif serta nyaman dalam proses pendidikan dan pembentukan karakter
bagi setiap manusia
DAFTAR PUSTAKA
Goble. Frank G., 1991, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham
Maslow, Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Samani. Muchlas dan Hariyanto, 2011, “Konsep dan Model” Pendidikan
Karakter, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Koesoema. Doni A, 2010, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di
Zaman Global, Jakarta: Grasindo.
Mu‟in. Fatchul, 2011, Pendidikan Karakter (Konstruksi Teoretik dan Praktek),
Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil „Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan
sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga
selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW,
kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku
umatnya.
makalah ini penulis membahas mengenai “PEMBENTUKAN KARAKTER ” dengan makalah ini
penulis mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya.
Raha, Juli 2013
Penyusun

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"Syifa Nadia
 
KD 9 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Pesantren dan Madrasah
KD 9 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Pesantren dan Madrasah KD 9 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Pesantren dan Madrasah
KD 9 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Pesantren dan Madrasah Syarifatul Marwiyah
 
Lingkunga pendidikan ppt
Lingkunga pendidikan pptLingkunga pendidikan ppt
Lingkunga pendidikan pptAisyah Turidho
 
Latar belakang perlunya bk di sekolah
Latar belakang perlunya bk di sekolahLatar belakang perlunya bk di sekolah
Latar belakang perlunya bk di sekolahmustazie
 
Makalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan EmosiMakalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan Emosianna rasyla
 
pendidikan karakter di sekolah
pendidikan karakter di sekolahpendidikan karakter di sekolah
pendidikan karakter di sekolahemri ardi
 
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)Rendra Fahrurrozie
 
Makalah pend. islam orde baru
Makalah pend. islam orde baruMakalah pend. islam orde baru
Makalah pend. islam orde baruYuliana Aminulloh
 
MakalahTenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
MakalahTenaga Pendidik dan Tenaga KependidikanMakalahTenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
MakalahTenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikanlinda_rosalina
 
BUKTI-BUKTI KEHIDUPAN PENGARUH HINDU-BUDDHA YANG MASIH ADA PADA SAAT INI
BUKTI-BUKTI KEHIDUPAN PENGARUH HINDU-BUDDHA YANG MASIH ADA PADA SAAT INIBUKTI-BUKTI KEHIDUPAN PENGARUH HINDU-BUDDHA YANG MASIH ADA PADA SAAT INI
BUKTI-BUKTI KEHIDUPAN PENGARUH HINDU-BUDDHA YANG MASIH ADA PADA SAAT INIArmadira Enno
 
Ppt. pendidikan karakter
Ppt. pendidikan karakterPpt. pendidikan karakter
Ppt. pendidikan karakterReni H_dika BK
 
Makalah pendidikan agama islam iman islam ihsan
Makalah pendidikan agama islam iman islam ihsanMakalah pendidikan agama islam iman islam ihsan
Makalah pendidikan agama islam iman islam ihsanElsashania26
 
Ppt kosep dan fungsi manajemen pendidikan islam
Ppt kosep dan fungsi manajemen pendidikan islamPpt kosep dan fungsi manajemen pendidikan islam
Ppt kosep dan fungsi manajemen pendidikan islamarsita_alazhari
 
Soal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didikSoal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didikeli priyatna laidan
 
Makalah PAI 'Kepemimpinan Islam'
Makalah PAI 'Kepemimpinan Islam'Makalah PAI 'Kepemimpinan Islam'
Makalah PAI 'Kepemimpinan Islam'Ana Zuliyanti
 
Konsep Moderasi Beragama
Konsep Moderasi BeragamaKonsep Moderasi Beragama
Konsep Moderasi BeragamaAnis Masykhur
 
Pengantar pendidikan pancasila
Pengantar pendidikan pancasilaPengantar pendidikan pancasila
Pengantar pendidikan pancasilaRobet Saputra
 
MAKALAH Budaya Kerja Syariah
MAKALAH Budaya Kerja SyariahMAKALAH Budaya Kerja Syariah
MAKALAH Budaya Kerja SyariahRizki Ogawa
 

Mais procurados (20)

RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
 
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
 
KD 9 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Pesantren dan Madrasah
KD 9 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Pesantren dan Madrasah KD 9 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Pesantren dan Madrasah
KD 9 - Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Pesantren dan Madrasah
 
Lingkunga pendidikan ppt
Lingkunga pendidikan pptLingkunga pendidikan ppt
Lingkunga pendidikan ppt
 
Latar belakang perlunya bk di sekolah
Latar belakang perlunya bk di sekolahLatar belakang perlunya bk di sekolah
Latar belakang perlunya bk di sekolah
 
Makalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan EmosiMakalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan Emosi
 
pendidikan karakter di sekolah
pendidikan karakter di sekolahpendidikan karakter di sekolah
pendidikan karakter di sekolah
 
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)
 
Makalah pend. islam orde baru
Makalah pend. islam orde baruMakalah pend. islam orde baru
Makalah pend. islam orde baru
 
Sosiometri
SosiometriSosiometri
Sosiometri
 
MakalahTenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
MakalahTenaga Pendidik dan Tenaga KependidikanMakalahTenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
MakalahTenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
 
BUKTI-BUKTI KEHIDUPAN PENGARUH HINDU-BUDDHA YANG MASIH ADA PADA SAAT INI
BUKTI-BUKTI KEHIDUPAN PENGARUH HINDU-BUDDHA YANG MASIH ADA PADA SAAT INIBUKTI-BUKTI KEHIDUPAN PENGARUH HINDU-BUDDHA YANG MASIH ADA PADA SAAT INI
BUKTI-BUKTI KEHIDUPAN PENGARUH HINDU-BUDDHA YANG MASIH ADA PADA SAAT INI
 
Ppt. pendidikan karakter
Ppt. pendidikan karakterPpt. pendidikan karakter
Ppt. pendidikan karakter
 
Makalah pendidikan agama islam iman islam ihsan
Makalah pendidikan agama islam iman islam ihsanMakalah pendidikan agama islam iman islam ihsan
Makalah pendidikan agama islam iman islam ihsan
 
Ppt kosep dan fungsi manajemen pendidikan islam
Ppt kosep dan fungsi manajemen pendidikan islamPpt kosep dan fungsi manajemen pendidikan islam
Ppt kosep dan fungsi manajemen pendidikan islam
 
Soal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didikSoal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didik
 
Makalah PAI 'Kepemimpinan Islam'
Makalah PAI 'Kepemimpinan Islam'Makalah PAI 'Kepemimpinan Islam'
Makalah PAI 'Kepemimpinan Islam'
 
Konsep Moderasi Beragama
Konsep Moderasi BeragamaKonsep Moderasi Beragama
Konsep Moderasi Beragama
 
Pengantar pendidikan pancasila
Pengantar pendidikan pancasilaPengantar pendidikan pancasila
Pengantar pendidikan pancasila
 
MAKALAH Budaya Kerja Syariah
MAKALAH Budaya Kerja SyariahMAKALAH Budaya Kerja Syariah
MAKALAH Budaya Kerja Syariah
 

Semelhante a Pembentukan Karakter melalui Pendidikan

Revisi pendidikan-dan-masyarakat-penting
Revisi pendidikan-dan-masyarakat-pentingRevisi pendidikan-dan-masyarakat-penting
Revisi pendidikan-dan-masyarakat-pentingNailal Annisa
 
Pemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikan
Pemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikanPemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikan
Pemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikanwt_19_88
 
Manajemen lembaga pendidikan
Manajemen lembaga pendidikanManajemen lembaga pendidikan
Manajemen lembaga pendidikanEdwarn Abazel
 
makalah hakikat pendidikan
makalah hakikat pendidikanmakalah hakikat pendidikan
makalah hakikat pendidikanfuji dea delpani
 
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYAPENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYAimam shofwan
 
Filosofi pendidikan
Filosofi pendidikanFilosofi pendidikan
Filosofi pendidikanMut Mu3tiah
 
Pendidikan moral upaya mendidik generasi seutuhnya
Pendidikan moral upaya mendidik generasi seutuhnyaPendidikan moral upaya mendidik generasi seutuhnya
Pendidikan moral upaya mendidik generasi seutuhnyaYanuar Hadi Saputro
 
Konsep pendidikan
Konsep pendidikanKonsep pendidikan
Konsep pendidikansha_macc
 
Kebijakan pendidikan
Kebijakan pendidikan Kebijakan pendidikan
Kebijakan pendidikan Erik Kuswanto
 
Landasan sosial budaya pendidikan
Landasan sosial budaya pendidikanLandasan sosial budaya pendidikan
Landasan sosial budaya pendidikanemri ardi
 
P.p bab 11 created nila rahmadhani
P.p bab 11 created nila rahmadhaniP.p bab 11 created nila rahmadhani
P.p bab 11 created nila rahmadhaninilarahmadhani
 
Sosiologi pendidikan
Sosiologi pendidikanSosiologi pendidikan
Sosiologi pendidikanNarendra
 
Sosiologi pendidikan
Sosiologi pendidikanSosiologi pendidikan
Sosiologi pendidikanNarendra
 
Konseppendidikan 121010031652-phpapp02
Konseppendidikan 121010031652-phpapp02Konseppendidikan 121010031652-phpapp02
Konseppendidikan 121010031652-phpapp02Wan Azmanan Wan Yusoff
 

Semelhante a Pembentukan Karakter melalui Pendidikan (20)

Makalah pembentukan karakter
Makalah pembentukan karakterMakalah pembentukan karakter
Makalah pembentukan karakter
 
Isbd
IsbdIsbd
Isbd
 
Revisi pendidikan-dan-masyarakat-penting
Revisi pendidikan-dan-masyarakat-pentingRevisi pendidikan-dan-masyarakat-penting
Revisi pendidikan-dan-masyarakat-penting
 
Pemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikan
Pemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikanPemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikan
Pemikiran ki hajar dewantara tentang pendidikan
 
Manajemen lembaga pendidikan
Manajemen lembaga pendidikanManajemen lembaga pendidikan
Manajemen lembaga pendidikan
 
makalah hakikat pendidikan
makalah hakikat pendidikanmakalah hakikat pendidikan
makalah hakikat pendidikan
 
Integritas moral siswa
Integritas moral siswaIntegritas moral siswa
Integritas moral siswa
 
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYAPENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
 
Filosofi pendidikan
Filosofi pendidikanFilosofi pendidikan
Filosofi pendidikan
 
Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia
Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban ManusiaHakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia
Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia
 
Pendidikan moral upaya mendidik generasi seutuhnya
Pendidikan moral upaya mendidik generasi seutuhnyaPendidikan moral upaya mendidik generasi seutuhnya
Pendidikan moral upaya mendidik generasi seutuhnya
 
Pancasila
PancasilaPancasila
Pancasila
 
Konsep pendidikan
Konsep pendidikanKonsep pendidikan
Konsep pendidikan
 
Kebijakan pendidikan
Kebijakan pendidikan Kebijakan pendidikan
Kebijakan pendidikan
 
Landasan sosial budaya pendidikan
Landasan sosial budaya pendidikanLandasan sosial budaya pendidikan
Landasan sosial budaya pendidikan
 
P.p bab 11 created nila rahmadhani
P.p bab 11 created nila rahmadhaniP.p bab 11 created nila rahmadhani
P.p bab 11 created nila rahmadhani
 
Sosiologi pendidikan
Sosiologi pendidikanSosiologi pendidikan
Sosiologi pendidikan
 
Sosiologi pendidikan
Sosiologi pendidikanSosiologi pendidikan
Sosiologi pendidikan
 
Pendidikan moral
Pendidikan moralPendidikan moral
Pendidikan moral
 
Konseppendidikan 121010031652-phpapp02
Konseppendidikan 121010031652-phpapp02Konseppendidikan 121010031652-phpapp02
Konseppendidikan 121010031652-phpapp02
 

Mais de Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Mais de Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Pembentukan Karakter melalui Pendidikan

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi yang di tandai dengan kemajuan dunia ilmu informasi dan teknologi, memberikan banyak perubahan dan tekanan dalam segala bidang. Dunia pendidikan yang secara filosofis di pandang sebagai alat atau wadah untuk mencerdaskan dan membentuk watak manusia agar lebih baik (humanisasi), sekarang sudah mulai bergeser atau disorientasi. Demikian terjadi salah satunya dikarenakan kurang siapnya pendidikan untuk mengikuti perkembangan zaman yang begitu cepat. Sehingga pendidikan mendapat krisis dalam hal kepercayaan dari masyarakat, dan lebih ironisnya lagi bahwa pendidikan sekarang sudah masuk dalam krisis pembentukan karakter (kepribadian) secara baik. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan primer atau mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang dengan cita-cita untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep pandangan hidupnya.[1] Dalam pengertian sederhana dan umum makna pendidikan adalah usaha sadar manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan agama. Pendidikan bertujuan tidak sekedar proses alih budaya atau alih ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga sekaligus sebagai proses alih nilai (transfer of value). Artinya bahwa Pendidikan, di samping proses pertalian dan transmisi pengetahuan, juga berkenaan dengan proses perkembangan dan pembentukan kepribadian atau karakter masyarakat. Dalam rangka internalisasi nilai-nilai budi pekerti kepada peserta didik, maka perlu adanya optimalisasi pendidikan. Perlu kita sadari bahwa fungsi pendidikan Nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembanganya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakul karimah, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan juga dipandang sebagai sebuah sistem sosial, artinya dikatakan sistem sosial disebabkan di dalamnya berkumpul manusia yang saling berinteraksi dengan lingkungannya. Untuk menuju pada pendidikan yang dapat beradaptasi dengan lingkungannya, yaitu dengan cara melakuakan perubahan-perubahan susunan dan proses dari bagian-bagian yang ada dalam pendidikan itu sendiri.[3] Sehingga pendidikan sebagai agen perubahan sosial diharapkan peranannya mampu mewujudkan perubahan nilai-nilai sikap, moral, pola pikir, perilaku intelektual, ketrampilan, dan wawasan para peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri. B. Rumusan Masalah Berdasarkan deskripsi di atas, maka dapat ditarik rumusan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengertian pendidikan dan pembentukan karakter? 2. Bagaimana hubungan antara pendidikan dan pembentukan karakter? 3. Bagaimana implementasi pendidikan karakter? C. Tujuan Penulisan Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penulis menulis makalah ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan dan pembentukan karakter. 2. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan pembentukan karakter. 3. Untuk menambah wawasan khasanah keilmuan tentang wacana implementasi pendidikan karakter.
  • 2. BAB II PEMBAHASAN 1. A. Pengertian Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[4] Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat.[5] Berbicara pendidikan sangat erat kaitannya dengan kemajuan peradaban manusia. Karena pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan manusia yang tidak pernah bisa ditinggalkan. Sebagai sebuah proses, ada dua asumsi yang berbeda mengenai pendidikan dalam kehidupan manusia. Pertama, ia bisa dianggap sebagai proses yang terjadi secara tidak disengaja atau berjalan secara alamiah. Dalam hal ini, pendidikan bukanlah proses yang diorganisasikan dan direncanakan secara sistematis, melainkan merupakan bagian kehidupan yang memang telah berjalan sejak manusia itu ada. Kedua, pendidikan bisa dianggap sebagai proses yang terjadi secara di segaja, direncanakan, dan didesain dengan sistematis berdasarkan aturan-aturan yang berlaku terutama perundang-undangan yang dibuat atas dasar kesepakatan masyarakat. Tujuan-tujuan pendidikan misalnya secara umum orang memahami bahwa tujuan pendidikan adalah mengarahkan manusia agar berdaya, berpengetahuan, cerdas, serta memiliki wawasan ketrampilan agar siap menghadapi tantangan kehidupan dengan potensi-potensinya yang telah diasah dalam proses pendidikan. Misalnya, kita sering memahami bersama secara universal bahwa pendidikan itu berkaitan dengan kegiatan yang terdiri dari proses dan tujuan berikut. 1. Proses pemberdayaan (empowerment), yaitu ketika pendidikan adalah proses kegiatan yang membuat manusia menjadi lebih berdaya menghadapi keadaan yang lemah menjadi kuat. 2. Proses pencerahan (enlightment) dan penyadaran (conscientization), yaitu ketika pendidikan merupakan proses mencerahkan manusia melalui dibukanya wawasan dengan pengetahuan, dari yang tidak tahu menjadi tahu. 3. Proses memberikan motivasi dan inspirasi, yaitu suatu upaya agar para peserta didik tergerak untuk bangkit da berperan bukan hanya sekedar karena arahan dan paksaan, melainkan karena diinspirasi oleh apa yang dilihatnya yang memicu semangat dan bakatnya. 4. Proses mengubah perilaku, yaitu bahwa pendidikan memberikan nilai-nilai yang luhur dan ideal yang diharapkan mengatur perilaku peserta didik kearah yang lebih baik.[6] Akan tetapi, proses realitas yang terjadi dan sering kita jumpai adalah proses dan out put pendidikan tidak sesuai dengan cita-cita yang indah semacam itu. Mislanya, kita justru melihat realitas pendidikan yang terkesan menghasilkan manusia-manusia yang kehilangan potensi dirinya, manusia yang serakah, merusak dan penindas baru bagi kaum yang lemah, serta manusia-manusia yang justru mengisi sistem yang mengarahkan menuju tatanan yang malah tidak memanusiakan manusia. 1. B. Pengertian Pembentukan Karakter Hakekat karakater ialah Menurut Simon Philips, karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkan Doni Koesoema, memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.[7] Sementara Winnie, memahami bahwa istilah karakter memiliki dua
  • 3. pengertian. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan “personality”. Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral.[8] Dalam hal ini akar dari semua tindakan yang jahat dan buruk, tindakan kejahatan, terletak pada hilangnya karakter. Karakter yang kuat adalah sandangan fundamental yang memberikan kemampuan kepada populasi manusia untuk hidup bersama dalam kedamaian serta membentuk dunia yang dipenuhi dengan kebaikan dan kebajikan, yang bebas dari kekerasan dan tindakan-tindakan tidak bermoral. Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan. Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.[9] Untuk memahami makna pembangunan karakter dan mengapa hal itu penting, ada suatu kisah yang menarik yang akan penulis sampaikan. Suatu ketika, ada seorang pendidik yang mengusulkan kepada seorang kepala sekolah agar dalam penerimaan peserta didik baru tidak menggunakan tes ujian masuk dalam model apapun. Reaksi sang kepala sekolah menjadi tekaget-kaget luar biasa. “Kalau penerimaan peserta didik baru tidak melalui tes terdahulu, pasti sekolah ini nanti akan banyak diisi oleh peserta didik yang bodoh-bodoh dan nakal- nakal. Terus bagaimana kualitas lulusan kita nanti”. Demikian alasan sang kepala sekolah. Kemudian, ia menjelaskan alasannya kepada kepala sekolah tersebut. Alasannya begini: para peserta didik baru itu pada dasarnya tidak ada yang bodoh, tidak ada yang nakal, tidak ada yang kekurangan sifatnya. Dengan demikian, setelah para peserta didik baru yang masuk tanpa tes itu diterima, mereka kemudian akan menjalani penelitian kecerdasan yang dimiliki masing-masing. Hal ini dalam istilah ilmi psikologi pendidikan disebut Multi Intelegences Research (MIR). Tindakan tersebut digunakan untuk mengetahui gaya belajar peserta didik, sebuah data yang sangat penting yang harus diketahui oleh para guru yang akan mengajar mereka. Menurut penulis, cerita pendidik tersebut memang ada benarnya juga. Pendidikan adalah proses pembangunan karakter. Jadi, sudah seharusnya tak menjadi sebuah masalah bagi siapa pun yang akan masuk di dalamnya (sekolah). Pembangunan karakter adalah prose membentuk karakter, dari yang kurang baik menjadi yang lebih baik.[10] Senada dengan kata-kata filosof kaliber Plato (428-347 SM), beliau mengatakan “Jika Anda bertanya apa manfaat pendidikan, maka jawabannya sederhana: Pendidikan membuat orang menjadi lebih baik dan orang baik tentu berperilaku baik”. 1. C. Hubungan Antara Pendidikan dan Pembentukan Karakter “Manusia hanya dapat menjadi sungguh-sungguh manusia melalui pendidikan dan pembentukan diri (character) yang berkelanjutan. Manusia hanya dapat dididik oleh manusia lain yang juga dididik oleh manusia yang lain”,begitu kata Immanuel Kant. Artinya bahwa, pendidikan dan pembentukan karakter sejak awal munculnya pendidikan oleh para ahli dianggap sebagai hal yang niscaya dan saling berhubungan. John Dewey, misalnya, pada tahun 1961, pernah berkata juga. “Sudah merupakan hal lumrah dalam teori pendidikan bahwa pembentukan watak atau karakter merupakan tujuan umum pengajaran dan pendidikan budi pekerti di sekolah.[11] Pendidikan karakter pada hakikatnya ingin membentuk individu menjadi seorang pribadi bermoral yang dapat menghayati kebebasan dan tanggung jawabnya, dalam relasinya dengan orang lain dan dunianya di dalam
  • 4. komunitas pendidikan. Komunitas pendidikan ini bisa memiliki cakupan lokal, nasional, maupun internasional (antar negara). Sejalan dengan implementasi pendidikan karakter, UNESCO dalam empat pilar pendidikan secara implisit sebenarnya juga menyinggung perlunya pendidikan karakter. Seperti kita ketahui ada empat pilar pendidikan yang diharapkan ditegakkan dalam implementasi pendidikan diseluruh dunia, yang meliputi; learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. Dua pilar terakhir learning to be, dan learning to live together pada hakekatnya adalah implementasi dari pendidikan karakter. Dengan demikian, pendidikan karakter mempunyai visi senantiasa mengarahkan diri pada pembentukan individu bermoral, cakap mengambil keputusan yang tampil dalam perilakunya, sekaligus mampu berperan aktif dalam membangun kehidupan bersama. Pendidikan karakter dimulai dari lingkungan keluarga karena lingkungan inilah yang pertama kali dikenal oleh seseorang sejak ia lahir. Lingkungan keluarga sangat berpengaruh karena merupakan dasar dari pembentukan karakter seseorang. Selanjutnya lingkungan tempat tinggal, lingkungan pergaulan dan sampai pada lingkungan pendidikan (sekolah). 1. a. Posisi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Nasional Dalam kebijakan nasional ditegaskan, antara lain bahwa pembangunan karakter bangsa merupakan kebutuhan asasi dalam proses berbangsa dan bernegara. Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia sudah bertekad untuk menjadikan pembangunan karakter bangsa sebagai bahan penting dan tidak dipisahkan dari pembangunan nasional. Secara ekplisit pendidikan karakter (watak) adalah amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang pada pasal 3 menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Potensi peserta didik yang akan dikembangkan seperti beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab pada hakikatnya dekat dengan makna karakter. Senada dengan sembilan pilar pendidikan karakter yang telah dilansir oleh Kementrian Pendidikan Nasional antara lain. (1). Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, (2). Kemandirian dan Tanggung jawab, (3). Kejujuran dan Diplomatis, (4). Hormat dan Santun, (5). Dermawan, Suka tolong menolong, dan Gotong royong, (6). Percaya diri dan Kerja keras, (7). Kepemimpinan dan Keadilan, (8). Baik dan Rendah hati, dan (9). Toleransi, Perdamaian, dan Kesatuan. Disamping itu pelaksanaanya juga harus tetap memperhatikan K4 (kesehatan, kebersihan, kerapian, dan keamanan). Dengan demikian pengembangan potensi tersebut juga harus menjadi landasan implementasi pendidikan karakter di Indonesia. 1. b. Implementasi Pendidikan Karakter di Indonesia Sebelum pada implementasi di Indonesia, sebaiknya kita mengetahui hasil Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Hal ini yang selanjutnya menghasilkan sebuah Kesepakatan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang dinyatakan sebgai berikut: a). Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari pendidikan nasional secara utuh.
  • 5. b). Pendidikan budaya dan karakter bangsa harus dikembangkan secara komperhensif sebagai proses pembudayaan. Oleh karena itu, pendidikan dan kebudayaan secara kelembagaan perlu diwadahi secara utuh. c). Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, sekolah, dan orang tua. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa harus melibatkan keempat unsur tersebut. d). Dalam upaya merevitalisasi pendidikan budaya dan karakter bangsa diperlukan gerakan nasional guna menggugah semangat kebersamaan dalam pelaksanaan di lapangan. Kemudian bagaimana implementasi pendidikan karakter di Indonesia. Menurut Kementrian Pendidikan Nasional, pendidikan karakter harus meliputi dan berlangsung pada. 1. c. Strategi dan Metodelogi Pendidikan Karakter Strategi disini dapat dimaknai dalam kaitannya dengan kurikulum, strategi dalam kaitannya dengan model tokoh, serta strategi dalam kaitannya dengan metodologi. Dalam kaitannya dengan kurikulum, startegi yang umum dilaksanakan adalah mengintergrasikan pendidikan karakter dalam bahan ajar.[13] Artinya, tidak membuat kurikulum pendidikan karakter tersendiri. Strategi yang kaitannya dengan model tokoh yang sering dilakukan dunia pendidikan di negara-ngara Barat adalah bahwa seluruh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah harus mampu menjadi model teladan yang baik (uswah hasanah). Dalam kaitannya dengan metodologi, strategi yang umum diimplementasikan pada pelaksanaan pendidikan karakter di negara-negara Barat antara lain adalah strategi pemanduan, pujian dan hadiah, definisikan dan latihan, penegakan disiplin, dan juga perangai bulan ini. Dan strategi lain yang harus dipraktekan oleh guru pada umumnya ialah keaktifan guru bimbingan dan konseling sebagai pendidik karakter. Strategi pengembangan karakter yang diterapkan di Indonesia yang dirancang oleh Kementrian Pendidikan Nasional (2010), antara lain. Melalui transformasi budaya sekolah dan habituasi melalui kegiatan ekstrakurikuler. Menurut para ahli bahwa implementasi strategi pendidikan karakter melalui transformasi budaya dan perikehidupan sekolah, dirasakan efektif dari pada harus mengubah dengan menambahkan materi pendidiakan karakter kedalam muatan kurikulum.
  • 6. BAB III PENUTUP 1. A. Kesimpulan Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab yang pada hakikatnya sangat dekat dengan perannya untuk membentuk manusia yang berkarakter baik. Dengan demikian, pendidikan karakter mempunyai visi senantiasa mengarahkan diri pada pembentukan individu bermoral, cakap mengambil keputusan yang tampil dalam perilakunya, sekaligus mampu berperan aktif dalam membangun kehidupan bersama dalam tantangan global. Kemudian menurut Kementrian Pendidikan Nasional, pendidikan karakter harus meliputi dan berlangsung pada. 1). Pendidikan Formal (pemerintah) 2). Pendidikan Nonformal (masyarakat) 3). Pendidikan Informal (keluarga) Yang dari ketiga lembaga pendidikan di atas dalam implementasinya harus saling berkerja sama dan melengkapi dengan baik, hal demikian dilakukan agar terbentuknya sebuah kondisi dan suasana yang kondusif serta nyaman dalam proses pendidikan dan pembentukan karakter bagi setiap manusia DAFTAR PUSTAKA Goble. Frank G., 1991, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow, Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Samani. Muchlas dan Hariyanto, 2011, “Konsep dan Model” Pendidikan Karakter, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Koesoema. Doni A, 2010, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta: Grasindo. Mu‟in. Fatchul, 2011, Pendidikan Karakter (Konstruksi Teoretik dan Praktek), Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.
  • 7. KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil „Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya. makalah ini penulis membahas mengenai “PEMBENTUKAN KARAKTER ” dengan makalah ini penulis mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya. Raha, Juli 2013 Penyusun