persentasi tentang modul ajar kelas lima kelas enam semster 2458902569-Modul-...
Laporan kti bahadiman
1. MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn MATERI KEBEBASAN
BERORGANISASI MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF
MODEL STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) PADA
SISWA KELAS V MI WAKADIA KABUPATEN MUNA TAHUN
PELAJARAN 2013/2014
BAHADIMAN
NIM : 822 175 838
Mahasiswa Universitas Terbuka Semester VIII
ABSTRAK
Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi
belajar aktif, namun kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerja sama
kelompok kecil akan memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif
dengan cara khusus. Pada kegiatan pembelajaran ada beberapa model yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswasalah satunya adalah pembelajaran kooperatif
model STAD. Pembelajaran Kooperatif model STAD dapat meningkatkan
kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah,
meningkatkan komitmen,menghilangkan prasangka buruk terhadap teman
sebayanya. Ada beberapa manfaat menerapkan pembelajaran koopertaif model
STAD dalam mengajarkan kebebasan berorganisasi, yaitu pembelajaran
kooperatif model STAD dapat mempermudah siswa dalam memahami pelajaran
serta dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar serta membina
sifat kebersamaan. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (Action
Research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari lima tahap yaitu :
Perencanaan, tindakan, observasi dan evaluasi, tahap refleksi dan indicator
kinerja. Data yang diperolehberupa hasil tes formatif lembar Observasi, kegiatan
mengajar. Dari hasil analisis di dapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklusI sampai siklus II, yaitu siklus I (77%) dan siklus II
(94,5%).
1
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan
kualitas pengajaran yang di laksanakan. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan
dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan
belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas pengajarannya, sebagaimana
termaktub dalam kurikulum KTSP menghendaki agar guru dapat menerapkan
model pembelajaran yang memungkinkan siswa karena merasa senang dan tidak
bosan terhadap materi yang diajarkan sehingga hasil belajarnya dapat meningkat.
Namun, harapan tersebut belum sesuai dengan kenyataan yang ditemui di
lapangan.Masih banyak guru yang kurang memperhatikan kesesuaian antara
model pembelajaran dengan materi yang di ajarkan, akibatnya hasil belajar siswa
rendah.
Pada kegiatan pembelajaran ada beberapa model pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif
model STAD. Penerapan model STAD pada kegiatan pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.Hal ini sejalan dengan pendapat Dewi (1999)
yang menyatakan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model STAD dapat
meningkatkan proporsi jawaban siswa pada tes hasil belajar.
Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antara siswa. Dari sini
siswa akan melakukankomunikasi aktif dengan sesame temannya. Dengan
komunikasi tersebut di harapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan
mudah.Pengalaman mengajar di Madarsah Ibtidayah Wakadia, prestasi belajar
PKn masih tergolong rendah dari satu tahun terakhir ini. Nilai PKn Rata-rata 60-
65. Hal ini di karenakan metode mengajar yang di lakukan masih menggunakan
metode konfesional, yaitu guru selalu aktif sedangkan siswa hanya pasif dalam
artian hanya mendengarkan ceramah guru, tanpa mencari sendiri informasi
tentang materi yang di ajarakan. Oleh karena itu untuk meningkatkan prestasi
2
3. siswa dapat di lakukan dengan metode bervariasi, seperti pembelajaran kooperatif
model STAD.
1. Identifikasi Masalah
Dari hasil diskusi tersebut di peroleh beberapa masalah yang terjadi dalam
pembelajaran :
a. Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
b. Kurangnya perhatian siswa dalam proses belajar mengajar
c. Tidak adanya motivasi siswa untuk mengembangkan pemahaman
terhadap materi yang di ajarkan.
2. Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka yang menjadi factor
penyebab rendahnya prestasi belajar siswa yaitu :
a. Guru menggunakan metode ceramah yang monoton
b. Guru tidak menggunakan metode diskusi
c. Guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal
yang belumdi ketahui atau yang belum di mengerti tentang materi yang di
ajarkan.
3. Alternatif dan prioritas pemecahan masalah
Dari penyebab rendahnya prestasi belajar siswa tersebut, maka perlu di
tempuh langkah-langkah prioritas pemecahan masalah sebagai berikut :
a. Dalam mengajar guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang
bervariasi
b. Untuk melatih siswa dalam memberikan ide-ide dan pemecahan masalah,
maka guru hendaknya menggunakan metode diskusi
c. Diakhir pembelajaran guru hendaknya memberi kesempatan kepada siswa
untuk menanyakanhal-hal yang belum di mengerti dalam materi
pembelajaran.
3
4. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang ini, maka penulis merumuskan permasalahannya
sebagai berikut :
1. Apakah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model STAD
pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas
V MI Wakadia?
2. Apakah penerapan pembelajaran koopertif model STAD pada
pembelajaran PKn kelas V MI Wakadia dapat memberi pengaruh yang
signifikan?
C. Tujuan Penelitian perbaikan pembelajaran
Tujuan yang hendak di capai pada penelitian ini adalah :
1. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar PKn setelah di terapkannya
pembelajaran model STAD pada siswa kelas V MI Wakadia.
2. Ingin mengetahui pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif model
STAD dalam kegiatan belajar mengajar PKn pada siswa kelas V MI
Wakadia.
D. Manfaat penelitian perbaikan pembelajaran
Hasil perbaikan pembelajaran kooperatif model STAD ini dapat memberi
manfaat bagi :
1. Sekolah, sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi
belajar siswa khususnya pada mata pelajaran PKn
2. Guru, sebagai bahan pemilihan dan pertimbangan guru PKn dan lainnya
dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dalam proses belajar
mengajar khususnya guru MI Wakadia Kab. Muna
3. Siswa, di harapkan peneliti dapat menambah daya tarik siswa terhadap
mata pelajaran PKn dan meningkatkan pemahaman konsep PKn
khususnya materi kebebasan berorganisasi.
4
5. BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Menarik Minat dan Perhatian Siswa
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat perhatian
siswa dalam mengajar.Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada
diri seseorang. Minat ini besar pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan
minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa
minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Mengingat pentingnya
minat belajar, Ovide Dectory (1871-1932) mendasarkan system pendidikan
pada pusat minat yang pada umumnya dimiliki oleh setiap orang yaitu minat
terhadap makanan, perlindungan terhadap pangaruh iklim (pakaian dan
rumah), mempertahankan diri terhadap macam-macam bahaya dan musuh,
bekerja sama dalam olahraga (dalam. Mursela dan Usman, M.Uzer, 2005:27)
Mursell dalam bukunya Succesfull Teaching (dalam user, M.Usman,
2005:29), memberikan suatu klarifikasi yang berguna bagi guru dalam
memberikan pelajaran kepada siswa.Ia mengemukakan 22 macam minat yang
diantaranya bahwa anak memiliki minat terhadap belajar. Dengan demikian,
pada hakekatnya setiap anak berminat terhadap belajar, dan guru sendiri
hendaknya berusaha membangkitkan minat terhadap belajar.
B. Membangkitkan Motivasi Siswa
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya dalam
melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisasi yang
menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau
perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-
motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang
mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan
tertentu. (Uzer. M. Usman, 2005:28-29).
5
6. Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau
melakukan belajar. Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu dan dapat
pula timbul akibat pengaruh dari luar. Hal ini dapat di uraikan sebagai
berikut:
1. Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu
sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan
sendiri. Misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu
pengetahuan dan ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa dan
Negara. Oleh karena itu, ia rajin belajar, tanpa ada suruhan dari orang
lain.
2. Motivasi ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar
individu, apakah karena adanya ajakan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan
sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh
oleh orangtuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya.
Untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, guru hendaknya berusaha
dengan berbagai cara. Berikut ini adalah beberapa cara membangkitkan
motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi intrinsik.
1. Kompetisi (persaingan). Guru berusaha menciptakan persaingan
diantara siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha
memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan
mengatasi prestasi orang lain.
2. Pace making (membuat tujuan sementara atau dekat) : pada awal
kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu
menyampaikan kepada siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan
demikian siswa berusaha untuk mencapai TIK tersebut.
3. Tujuan yang jelas : motif mendorong individu untuk mencapai tujuan.
makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang
6
7. bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakukan suatu
perbuatan.
4. Kesempurnaan untuk sukses : kesuksesan dapat menimbulkan rasa
puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan
kegagalan akan, membawaefek sebaliknya. Dengan demikian, guru
hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk
meraih sukses dengan usaha sendiri, tentu saja dengan bimbingan
guru.
5. Minat yang besar : motif akan timbul jika individu memiliki minat
yang besar
6. Mengadakan penilaian atau tes : pada umumnya semua siswa mau
belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti
dalam kenyataan bahwa siswa yang tidak belajar bila tidak ada
ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan
ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar
mendapat nilai yang baik,jadi angka atau nilai itu merupakan motivasi
yang kuat bagi siswa.
C. Defenisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang atau mahluk
hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian
atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman. (KBBI, 1996 : 14)
Sependapat dengan pernyataan tersebut sutomo (1993 : 68)
mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan
seseorang yang dengan sengaja dilakukan, sehingga memungkinkan dia
belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula.
Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan tingkah
laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik,
tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya
pikir, sikap dan lain-lain. (Soetomo, 1993:120).
7
8. Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan
siswa belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.
D. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
dimana siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu untuk
memahami dalam belajar.Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitannya
dengan sifat-sifat siswa, baik yang bersifat kognitif seperti kecerdasan dan
bakat maupun yang bersifat afektif seperti motivasi, rasa percaya diri dan
minatnya.
Davidson dan Karoll (1991) menyatakan bahwa belajar kooperatif
adalah kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar dalam kelompok
kecil yang saling berbagi ide-ide dan belajar secara kolaboratif untuk
memecahkan masalah-masalah yang ada dalam tugas mereka.
Pernyataan tersebut sependapat dengan Setyaningsih (2001:8) metode
pembelajaran kooperatif memusatkan aktivitas di kelas pada siswa dengan
cara mengelompokkan siswa untuk bekerja sama dalam proses pembelajaran.
Disamping itu Nur (1996:4), mengemukakan bahwa dalam
pembelajaran ini siswa saling mendorong untuk belajar, saling memperkuat
upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang menunjang pencapaian
hasil belajar yang tinggi.
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya sebagai objek
belajar tetapi menjadi subjek belajar karena mereka dapat berkreasi secara
maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena pembelajaran
kooperatif merupakan metode alternative dalam mendekati permasalahan,
mampu mengerjakan tugas besar, meningkatkan keterampilan komunikasi
dan sosial, serta perolehan kepercayaan diri.
8
9. E. Metode Pembelajaran Koopertaif Model STAD
Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif model STAD
sebagai berikut :
1. Kelompokkan siswa dengan masing-masing kelompok terdiri dari tiga
sampai dengan lima orang. Anggota-anggota kelompok dibuat heterogen,
meliputi karakteristik kecerdasan, kamampuan, motivasi belajar, jenis
kelamin, ataupun latar belakang etnis yang berbeda.
2. Kegiatan belajar dimulai dengn presentasi guru dalam menjelaskan
pelajaran berupa paparan masalah, pemberian data, pemberian contoh.
Tujuan presentasiadalah untuk mengenalkan konsep dan mendorong rasa
ingin tahu siswa.
3. Pemahaman konsep dilakukan dengan cara siswa diberi tugas-tugas
kelompok. Mereka boleh mengerjakan tugas-tugas tersebut secara
serentak atau saling bergantian menanyakan kepada temannya yang lain
atau mendiskusikan masalah dalam kelompok atau apa saja untuk
menguasai materi pelajaran tersebut. Para siswa tidak hanya dituntut
mengisi lembar jawaban, tapi juga untuk mempelajari konsepnya.
Anggota kelompok diberitahu bahwa mereka dianggap belum selesai
mempelajari materi sampai semua anggota kelompok memahami materi
pelajaran tersebut.
4. Siswa diberi tes atau kuis individual dan teman sekelompoknya tidak
boleh menolonh satu sama lain. Tes individual ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu konsep dengan cara
siswa diberikan soal yang dapat diselesaikan dengan cara menerapkan
konsep yang dimiliki sebelumnya.
5. Hasil tes atau kuis selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata
sebelumnya danpoin akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan
siswa mencapai atau melebihi kinerja sebelumnya. Poin ini selanjutnya
dijumlahkan untuk membentuk skor kelompok.
9
10. 6. Setelah itu guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang terbaik
prestasinya atau yang telah memenuhi kriteria tertentu. Penghargaan
disini dapat berupa hadiah, sertifikat, dan lain-lain.
Gagasan utama dibalik model STAD adalah untuk memotivasi para
siswa untuk mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai
keterampilan-keterampilan yang disajikan oleh guru. Jika para siswa
menginginkan agar kelompok mereka memperoleh penghargaan, mereka
harus membantu temansekelompoknya mempelajari materi yang diberikan.
Mereka harus mendorong teman mereka untuk melakukan yang terbaik dan
menyatakan suatu norma bahwa belajar itu merupakan suatu yang penting,
berharga dan menyenangkan.
F. Manfaat Belajar Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa
untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama
(Felder, 1994:2). Pembelajaran kooperatifmemiliki manfaat sebagai berikut :
a. Meningkatkan hasil belajar pembelajar
b. Meningkatkan hubungan antar kelompok
c. Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar, belajar kooperatif
dapat membina sifat kebersamaan, peduli satu sama lain dan tenggang
rasa, serta mempunyai rasa adil terhadap keberhasilan tim.
d. Menumbuhkan realisasi kebutuhan pembelajar untuk belajar berpikir
e. Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan.
10
11. BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat, Waktu dan Pihak yang membantu Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah nama mata pelajaran dan topik yang menjadi
sasaran atau tujuan dilaksanakannya penelitian. Mata pelajaran yang
dijadikan bahan penelitian adalah PKn kelas V khususnya tentang
Kebebasan Berorganisasi.
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitiaan adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan.Penelitian ini
bertempat di Madrasah Ibtidayah Wakadia Kabupaten Muna.
3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini di langsungkan. Penelitian ini di laksanakan padabulan
maret sampai bulan April, yaitu siklus I berlangsung hari Sabtu, 29 Maret
2014 dan siklus II berlangsung hari Rabu 2 April 2014, tahun pelajaran
2013/2014.
4. Pihak yang membantu dalam penelitian
Pihak yang membantu dalam penelitian ini adalah paraguru yang ada di
MI Wakadia khususnya Kepala Sekolah dan guru yang menjadi
pendamping peneliti dalam melaksanakan penelitian.
11
12. B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pembelajaran pra siklus I, soal tes formatif I
dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga
dipersiapkan lembar observasi pengolahan metode pembelajaran
kooperatif model STAD.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan
pada tanggal 29 maret 2014 di kelas V MI Wakadia, Kabupaten Muna
dengan jumlah siswa 18 orang. Pelaksanaan metode pembelajaran
kooperatif model STAD melalui tahapan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pembelajaran
2. Membentuk kelompok
3. Diskusi kelompok
4. Memberikan tes
5. Memberikan penghargaan kelompok yang terbaik
6. Menentukan nilai individualdan kelompok.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagaipengajar, sedangkan yang
bertindak sebagai pengamat adalah wali kelas V. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah
dipersiapkan.
c. Observasi dan Evaluasi
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar.
Adapun aspek-aspek yang diamati pada tahap ini adalah sebagai
berikut :
12
13. a. Bagian Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Menghubungkan dengan pembelajaran sebelumnya
4. Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar
b. Kegiatan Inti
1. Mempresentasikan langkah-langkah metode pembelajaran
kooperatif
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Melatih keterampilan kooperatif
4. Mengawasi setiap kelompok bergiliran
5. Memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami
kesulitan
c. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi.
Berdasarkan hasil pengamatan (observasi) pada aspek-aspek
tersebut dalam pengelolaan pembelajaran pada siklus I dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif model STAD yaitu
yang mendapatkancriteriakurang baik adalah memotifasi
siswa,menyampaikan tujuan pembelajaran, pengelolaan waktu, dan
siswa kurang antusias. Keempat aspek yang mendapat kurang baik
diatas, merupakan suat kelemahan yang terjadi pada siklus I dan akan
dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan
pada siklus II.
13
14. d. Tahap Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di peroleh informasi
dari hasil pengamatan sebagai berikut :
1) Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan
menyampaikan tujuan pembelajaran
2) Guru kurang maksimal dalam pengelolaan waktu
3) Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung
e. Indikator Kinerja
1. Hasil belajar siswa dikatakan tuntas apabila 80%siswa mencapai
nilai KKM 70 yang ditetapkan oleh sekolah
2. Ketuntasan aktifitas mengajar guru dianggap berhasil apabila
dalam pelaksanaan scenario pembelajaran mencapai 80%.
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaranyang terdiri dari rencana Pembelajaran II, soal tes
formatif II dan alat-alat pengajaranyang mendukung. Selain itu juga
dipersiapkan langkah-langkah observasi pengelolaan metode
pembelajaran kooperatif model STAD.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan
pada tanggal 2 April 2014 di kelas V MI Wakadia dengan jumlah
siswa 18 siswa. Pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif model
STAD melalui tahapan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pembelajaran
2. Diskusi kelompok
3. Memberi tes
4. Memberikan penghargaan kelompok yang terbaik
14
15. 5. Menentukan nilai individual dan kelompok.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar sedangkan
yang bertindak sebagai pengamat adalah wali kelas V. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada pembelajaran yang telah
dipersiapkan.
c. Observasi dan evaluasi
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan (observasi dan di
laksanakan bersamaan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar.
Ada beberapa aspek yang diamati peneliti dalam pengelolaan
pembelajaran pada siklus II yaitu sebagai berikut :
a. Bagian Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Menghubungkan dengan pembelajaran sebelumnya
4. Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar
b. Kegiatan Inti
1. Mempresentasikan langkah-langkah metode pembelajaran
kooperatif
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Melatih keterampilan kooperatif
4. Mengawasi setiap kelompok bergiliran
5. Memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami
kesulitan
c. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi.
Berdasarkan hasil pengamatan (observasi) pada aspek-aspek
tersebut dalam pengelolaan pembelajaran pada siklus II dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif model STAD
mendapatkan penilaian cukup baik dari para pengamat adalah
15
16. memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan /
menemukan konsep dan pengelolaan waktu.
Aspek-aspek tersebut mencapai keberhasilan 85%.
Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan metode
pembelajaran kooperatif model STAD di harapkan berhasil lebih
dari pencapaian sebelumnya.
d. Tahap Refleksi
Pada tahap ini akan di kaji apa yang telah terlaksana dengan
baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar
dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD.
Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Selama proses belajar mengajar guru tidak melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang
belum sempurna, tetapi presentase pelaksanaannya untuk
masing-masing aspek cukup besar.
2. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
selama proses belajar mengajar berlangsung.
3. Kekurangan pada siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan
dan peningkatan sehinggamenjadi lebih baik.
e. Indikator Kinerja
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II, maka pencapaian
hasil kinerja adalah :
1. Hasil belajar siswa sudah mencapai ketuntasan yaitu mencapai
90%
2. Aktifitas mengajar guru telah mencapai ketuntasan hingga
melebihi ketuntasan yang ditetapkan yaitu mencapai 85%.
16
17. C. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan
pembelajaran perlu diadakan analisis data. Pada penelitian menggunakan
teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu meode penelitian yang bersifat
menggambarka kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh
dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa, juga
untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta
aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau presentase keberhasilan
siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan
cara evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut
sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
;1
n
x
x
n
i
i∑=
=
ni ,...,2,1=
dimana x : Nilai rata-rata
∑=
n
i
ix
1
: Jumlah semua nilai siswa
n : Jumlah siswa
2. Untuk ketentuan belajar
Ada dua kategori ketentuan belajar yaitu secara perorangan dan secara
klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum
(Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah
mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas tersebut tuntas belajar baik di
kelas tersebut terdapat 85%.
17
18. Untuk menghitung persentase ketentuan belajar digunakan rumus sebagai
berikut
%100×=
∑
∑
siswa
belajartuntasyangsiswa
P
18
19. BAB I
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Siklus I
Pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I pada tanggal 29
Maret 2014 di kelas V Madrasah Ibtidayah Wakadia Kabupaten Muna dengan
jumlah siswa 18 orang. Metode yang digunakan dalam pembelajaran tersebut
adalah pembelajaran kooperatif model STAD, dengan tujuan untuk
meningkatkan prestasi belajar PKn yang selanjutnya untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar maupun dalam
menyelesaikan tugas individu maupun kelompok.
Dalam hasil penelitian tindakan kelas yang diamati peneliti pada
kegiatan perbaikan pembelajaran PKn kelas V melalui tes formatif pada
siklus I diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1.1. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Setiap Siswa pada Siklus I
No Nama Siswa
Siklus I
Hasil Keterangan
1 Radit 70 Tuntas
2 Agung Zulkaidah 80 Tuntas
3 Rolan 80 Tuntas
4 Faizal 70 Tuntas
5 M. Rizal Ma’ruf 90 Tuntas
6 Riah Hidayah 60 Tidak Tuntas
7 Sukaridin Alan S 70 Tuntas
8 Afon 70 Tuntas
9 La Ode Ramidul 80 Tuntas
10 Yuni 60 Tidak Tuntas
11 Nuraini Zalianti 90 Tuntas
12 Armini 90 Tuntas
13 Efi Tamala 60 Tidak Tuntas
14 Nilam Shariah 60 Tidak Tuntas
15 Filta 90 Tuntas
16 Nurmaya 70 Tuntas
17 Nurma 80 Tuntas
18 Oka Riana 80 Tuntas
Presentase Hasil Tes 77% Tidak Tuntas
19
20. Dari tabel rekapitulasi hasil tes formatif siswa pada siklus I dapat
diperoleh analisis data penelitian sebagai berikut:
1. Siswa yang mendapat nilai 60 sebanyak 4 (22 %)
2. Siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 5 (27,5 %)
3. Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 5 (27,5 %)
4. Siswa yang mendapat nilai 90 sebanyak 4 (22 %)
Berdasarkan table dan analisis hasil tes formatif siswa pada siklus I
dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif
model STAD diperoleh nilai siswa mencapai ketuntasan 77% atau ada 14
siswa dari 18 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa
yang memperoleh nilai ≥ 70 hanya sebesar 77% lebih kecil dari presentase
ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 80 %. Hal ini disebabkan oleh
siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan
digunakan guru dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatifmodel
STAD.
2. Siklus II
Pelaksanaan kegiatan siklus II pada tanggal 2 April 2014 dikelas V
Madarasah Ibtidayah Wakadia dengan jumlah siswa 18 orang. Metode yang
digunakan dalam pembelajaran pada siklus lanjutan ini adalah pembelajaran
kooperatif model STAD.
Dari hasil penelitian hasil pembelajaran PKn Kelas V melalui Tes
Formatif pada siklus II di peroleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1.2. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Setiap Siswa pada Siklus II
No Nama Siswa
Siklus I
Hasil Keterangan
1 Radit 80 Tuntas
2 Agung Zulkaidah 80 Tuntas
3 Rolan 90 Tuntas
4 Faizal 70 Tuntas
20
21. 5 M. Rizal Ma’ruf 90 Tuntas
6 Riah Hidayah 60 Tidak Tuntas
7 Sukaridin Alan S 80 Tuntas
8 Afon 80 Tuntas
9 La Ode Ramidul 80 Tuntas
10 Yuni 70 Tuntas
11 Nuraini Zalianti 70 Tuntas
12 Armini 90 Tuntas
13 Efi Tamala 90 Tuntas
14 Nilam Shariah 80 Tuntas
15 Filta 70 Tuntas
16 Nurmaya 80 Tuntas
17 Nurma 90 Tuntas
18 Oka Riana 90 Tuntas
Presentase Hasil Tes 94,5 % Tuntas
Dari tabel rekapitulasi hasil tes formatif siswa pada siklus II dapat
diperoleh analisis data penelitian sebagai berikut:
1. Siswa yang mendapat nilai 60 sebanyak 1 (5,5 %)
2. Siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 4 (22 %)
3. Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 7 (38,5 %)
4. Siswa yang mendapat nilai 90 sebanyak 6 (33 %)
Berdasarkan table dan analisis hasil tes formatif siswa pada siklus II
diperoleh nilai siswa mencapai ketuntasan 94,5 % dan dari 18 siswa yang
telah tuntas sebanyak 18 siswa dan 1 sisanya belum mencapai ketuntasan
belajar. Maka secara klasikal ketentuan belajar yang telah tercapai sebesar
94,5 % (termasuk kategori tuntas. Hasil pada siklus II ini mengalami
peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar pada
siklus II ini dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam menerapkan metode
pembelajaran kooperatif model STAD sehingga siswa menjadi terbiasa
dengan pembelajaran seperti ini dan siswa lebih mudah dalam memahami
materi yang telah diberikan.
Pada siklus II guru telah menerapkan metode pembelajaran kooperatif
model STAD dengan beik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar
siswa dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.
21
22. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan
untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa
ang telah ada dengan tujuan agar pelaksanaan proses belajar mengajar
berhasil sehingga apa apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai.
B. Pembahasan Hasil Penenlitian Perbaikan Pembelajaran
1. Siklus I
Berdasarkan hasil penelitian siklus I menunjukan bahwa metode
pembelajaran kooperatif model STAD memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa. Dibanding dengan perolehan nilai atau
hasil belajar siswa jauh meningkat jauh meningkat dari pembelajaran-
pembelajaran PKn sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil tes
formatif pada siklus I mencapai ketentuan 77 % atau ada 14 siswa dari 18
siswa sudah tuntas belajar. Dari perolehan nilai siswa melalui tes formatif
tersebut 4 siswa mendapat nilai rendah atau di bawah standar KKM yang
ditetapkan sekolah. Keempat siswa tersebut adalah Rian Hidayat (60), Efi
Tamala (60), Nilam Shariah (60) dan Yuni (60).
Bersarkan hasil observasi (pengamatan) ada beberapa factor penyebeb
rendahnya beberapa siswa tidak mencapai ketuntasan dalam menyelesaikan
tes formatif pada siklus I yaitu sebagai berikut:
a. Rendahnya minat siswa dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran.
b. Beberapa siswa masih merasa baru dan belum mengerti dengan penerapan
metode pembelajaran kooperatif model STAD.
2. Siklus II
Berdasarkan table dari analisis data hasil tes formatif pada siklus II
diperoleh nilai siswa mencapai ketuntasan 94,5 % dan dari 18 siswa yang
telah tuntas sebanyak 18 siswa dan 1 siswa belum mencapai ketuntasan
belajar. Satu siswa tersebut adalah Riab Hidayah (60). Salah satu factor
penyebab tidak tercapainya ketuntasan belajar yang ditetapkan oleh KKM
22
23. sekolah adalah rendahnya pemahaman siswa tersebut dalam proses
pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi (pengamatan) peningkatan hasil belajar pada
siklus II dipengaruhi oleh peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan
metode pembelajaran kooperatif model STAD sehingga siswa menjadi
terbiasa dengan pembelajaran seperti ini dan siswa lebih mudah dalam
memahami materi yang diberikan.
23
24. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebanyak dua siklus,
hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran kooperatif model STAD merupakan pembelajaran dimana
siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu untuk memahami
dalam belajar untuk mencapai prestasi tertinggi.
2. Metode pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan
prestasi belajar PKn.
3. Metode pembelajaran kooperatif model STAD memiliki dampak positif
dalam meningkatkan prestasi siswa yang ditandai dengan peningkatan
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (77 %) dan
siklus II (94,5%).
4. Metode pembelajaran kooperatif model STAD dapat menjadikan siswa
merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan
pendapat, gagasan dan pertanyaan.
5. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD mempunyai
pengaruh positif yaitu dapat meningkatkan motovasi belajar siswa.
B. Saran Tindak Lanjut
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar PKn lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal
bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran walau dalam
taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan
pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa
berhasil atau mampu masalah-masalah yang dihadapi.
24
25. 2. Pihak guru dan pemerhati pendidikan atau pihak yang berkecimpung
dalam dunia pendidikan disarankan untuk memberikan sosialisasi tentang
bagaimana menerapkan pembelajaran kooperatif model STAD dalam
pembelajaan kepada guru maupun sekolah.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di Madrasah Ibtidayah Wakadia kabupaten Muna tahun
pelejaran 2014/2014.
25
26. DAFTAR PUSTAKA
Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta:
Usaha Nasional.
Hasibuan, JJ. Dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajae Mengajar. Jakarta: Usaha
Nasional.
Margono. 1997. Metodologi Penenlitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta.
Galim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori BElajar dan Model Pembelajaran. Jakara: PAU-
PPAI, Universitas Terbuka.
26