1. ASKEP HIPERTENSI
Posted on 08/24/2011 by akper insan husada
ASKEP HIPERTENSI
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian Hipertensi
Definisi atau pengertian hipertensi banyak dikemukakan oleh para ahli. WHO
mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah diatas 160/95 mmhg, sementara
itu Smelttzer & Bare (2002:896) mengemukakan bahwa hipertensi merupakan tekanan darah
persisten atau terus menerus sehingga melebihi batas normal dimana tekanan sistolik diatas
140 mmhg dan tekanan diastole diatas 90 mmhg. Pendapat yang sama juga diutarakan oleh
doenges (2000:42). Pendapat senada juga disampaikan oleh TIM POKJA RS Harapan Kita,
Jakarta (1993:199) dan Prof. Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007), yang menyatakan bahwa
hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan tekanan diastolik
lebih dari 90 mmHg.
Terdapat perbedaan tentang batasan tentang hipertensi seperti diajukan oleh kaplan
(1990:205) yaitu pria, usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah
waktu berbaring diatas atau sama dengan 130/90mmhg, sedangkan pada usia lebih dari 45
tahun dikatakan hipertensi bila tekanan darah diatas 145/95 mmhg. Sedangkan pada wanita
tekanan darah diatas sama dengan 160/95 mmhg. Hal yang berbeda diungkapkan TIM
POKJA RS Harapan Kita (1993:198) pada usia dibawah 40 tahun dikatakan sistolik lebih dari
140 mmhg dan untuk usia antara 60-70 tahun tekanan darah sistolik 150-155 mmHg masih
dianggap normal. Hipertensi pada usia lanjut didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih
besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg ditemukan dua
kali atau lebih pada dua atau lebih pemeriksaan yang berbeda. (JNC VI, 1997).
Untuk usia kurang dari 18 tahun dikatakan hipertensi bila dua kali kunjungan yang berbeda
waktu didapatkan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih, atau apabila tekanan darah
sistolik pada beberapa pengukuran didapatkan nilai yang menetap diatas 140mmHg (R. P.
Sidabutar dan Waguno P, 1990).
Berdasarkan pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipertensi merupakan
kenaikan tekanan darah dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan atau diastolik lebih
dari 90 mmhg.
2. Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi hipertensi juga banyak diungkapkan oleh para ahli, diantaranya WHO
menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I tekanan darah
meningkat tanpa gejala-gejala dari gangguan atau kerusakan sistem kardiovaskuler. Tingkat
II tekanan darah dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler, tetapi tanpa adanya gejala-gejala
kerusakan atau gangguan dari alat atau organ lain. Tingkat III tekanan darah meningkat
dengan gejala – gejala yang jelas dari kerusakan dan gangguan faal dari target organ.
Sedangkan JVC VII, Klasifikasi hipertensi adalah :
Kategori Tekanan sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)
Normal < sbp =” Sistole” pressure =” DBP”>= 160 dan DBP >= 100. mm Hg.)
2. Sedangkan menurut TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta, membagi hipertensi 6 tingkat
yaitu hipertensi perbatasan (borderline) yaitu tekanan darah diastolik, normal kadang 90100mmHg. Hipertensi ringan, tekanan darah diastolik 90-140mmHg. Hipertensi sedang,
tekanan darah diastolik 105-114 mmHg. Hipertensi berat tekanan darah diastolik
>115mmHg. Hipertensi maligna/ krisis yaitu tekanan darah diastolik lebih dari 120 mmHg
yang disertai gangguan fungsi target organ. Hipertensi sistolik yaitu tekanan darah sistolik
lebih dari 160 mmHg.
Pada hipertensi krisis dibagi lagi menjadi 2, menurut melalui TIM POKJA RS Harapan Kita
(2003:63) yaitu: hipertensi emergensi akut, membahayakan jiwa, hal ini terjadi karena
disfungsi atau kerusakan organ target. Yang kedua adalah hipertensi urgensi yaitu hipertensi
berat tanpa ada gangguan organ target akan tetapi tekanan darah perlu diturunkan dengan
segera atau secara bertahap dalam waktu 24-48 jam, sebab penurunan tekanan darah dengan
cepat akan menimbulkan efek ischemik pada organ target.
3. Etiologi
Penyebab terjadinya hipertensi adalah terdiri dari berbagai faktor, diantaranya Reeves&
lockhart(2001:114) mengemukakan bahwa Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan
hipertensi adalah stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia). Sedang Long (1995:660),
TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:63) dan Yayasan jantung Indonesia (2007)
menambahkan bahwa Penyebab hipertensi dapat dibedakan menurut jenis hipertensi yaitu
hipertensi primer (essensial) merupakan tekenan darah tinggi yang disebabkan karena retensi
air dan garam yang tidak normal, sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas,
hiperkolesteroemia, emosi yang tergannggu /stress dan merokok. Sedangkan hipertensi
sekunder merupakan tekanan darah tinggi yang disebabkan karena penyakit kelenjar adrenal,
penyakit ginjal, toxemia gravidarum, peningkatan tekanan intra cranial, yang disebabkan
tumor otak, dan pengaruh obat tertentu missal obat kontrasepsi.
Dari uraian pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab hipertensi beragam
diantaranya adalah: stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia, retensi air dan garam yang
tidak normal, sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas, hiperkolesteroemia, penyakit
kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum, peningkatan tekanan intra cranial,
yang disebabkan tumor otak, pengaruh obat tertentu missal obat kontrasepsi, asupan garam
yang tinggi, kurang olah raga, genetik, Obesitas, Aterosklerosis, kelainan ginjal, tetapi
sebagian besar tidak diketahui penyebabnya.
4. Patofisiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2002:898) mengatakan bahwa Mekanisme yang mengontrol
konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor pada medulla oblongata
di otak dimana dari vasomotor ini mulai saraf simpatik yang berlanjut ke bawah korda
spinalis dan keluar dari kolomna medulla ke ganglia simpatis di torax dan abdomen,
rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah
melalui sy