Padang lamun merupakan ekosistem penting yang terdiri dari berbagai jenis lamun. Lamun hidup di perairan dangkal dan memainkan peran penting dalam ekosistem pesisir seperti sebagai sumber nutrisi dan tempat berlindung bagi beragam biota. Faktor lingkungan seperti cahaya, suhu, salinitas, dan substrat berpengaruh terhadap distribusi dan kestabilan ekosistem lamun.
1. Deskripsi Bioekologis
Lamun (seagrass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang
memiliki dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati yang hidup terendam di dalam laut
beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di
dalam air, beberapa ahli juga mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai tumbuhan air
berbunga, hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta berbiak
dengan biji dan tunas.
Karena pola hidup lamun sering berupa hamparan maka dikenal juga istilah padang lamun
(Seagrass bed) yaitu hamparan vegetasi lamun yang menutup suatu area pesisir/laut dangkal,
terbentuk dari satu jenis atau lebih dengan kerapatan padat atau jarang. Lamun umumnya
membentuk padang lamun yang luas di dasar laut yang masih dapat dijangkau oleh cahaya
matahari yang memadai bagi pertumbuhannya. Lamun hidup di perairan yang dangkal dan
jernih, dengan sirkulasi air yang baik. Air yang bersirkulasi diperlukan untuk menghantarkan
zat-zat hara dan oksigen, serta mengangkut hasil metabolisme lamun ke luar daerah padang
lamun.
Hampir semua tipe substrat dapat ditumbuhi lamun, mulai dari substrat berlumpur sampai
berbatu. Namun padang lamun yang luas lebih sering ditemukan di substrat lumpur-berpasir
yang tebal antara hutan rawa mangrove dan terumbu karang. Sedangkan sistem (organisasi)
ekologi padang lamun yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik disebut Ekosistem
Lamun (Seagrass ecosystem).Habitat tempat hidup lamun adalah perairan dangkal agak
berpasir dan sering juga dijumpai di terumbu karang.
Di seluruh dunia diperkirakan terdapat sebanyak 52 jenis lamun, di mana di Indonesia
ditemukan sekitar 15 jenis yang termasuk ke dalam 2 famili: (1) Hydrocharitaceae, dan (2)
Potamogetonaceae. Jenis yang membentuk komunitas padang lamun tunggal, antara lain:
Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Cymodocea serrulata, dan
Thallassodendron ciliatum. Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktivitas
2. organiknya, dengan keanekaragaman biota yang juga cukup tinggi. Pada ekosistem ini hidup
beraneka ragam biota laut (Gambar 17), seperti ikan, krustasea, moluska (Pinna sp., Lambis
sp., Strombus sp.), Ekinodermata (Holothuria sp., Synapta sp., Diadema sp., Archaster sp.,
Linckia sp.), dan cacing Polikaeta.
Klasifikasi
Klasifikasi menurut den Hartog (1970) dan Menez, Phillips, dan Calumpong (1983) :
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Famili : Potamogetonacea
Subfamili : Zosteroideae
Genus : Zostera , Phyllospadix, Heterozostera
Subfamili : Posidonioideae
Genus : Posidonia
Subfamili : Cymodoceoideae
Genus : Halodule, Cymodoceae, Syringodium, Amphibolis, Thalassodendron
Famili : Hydrocharitaceae
Subfamili : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Subfamili : Thalassioideae
Genus : Thalassia
Subfamili : Halophiloideae
Genus : Halophila
Fungsi Padang Lamun
Secara ekologis padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting bagi wilayah pesisir,
yaitu :
Produsen detritus dan zat hara.
3. Mengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak, dengan sistem perakaran
yang padat dan saling menyilang.
Sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar, dan memijah bagi
beberapa jenis biota laut, terutama yang melewati masa dewasanya di lingkungan ini.
Sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari sengatan
matahari.
Pemanfaatan Padang Lamun
Padang lamun dapat dimanfaatkan sebagai berikut :
Tempat kegiatan marikultur berbagai jenis ikan, kerang-kerangan dan tiram.
Tempat rekreasi atau pariwisata.
Sumber pupuk hijau.
Ciri-ciri Ekologis
Menurut Den Hartog, 1977, Lamun mempunyai beberapa sifat yang menjadikannya mampu
bertahan hidup di laut yaitu :
1. Terdapat di perairan pantai yang landai, di dataran lumpur/pasir
2. Pada batas terendah daerah pasang surut dekat hutan bakau atau di dataran terumbu
karang
3. Mampu hidup sampai kedalaman 30 meter, di perairan tenang dan terlindung
4. Sangat tergantung pada cahaya matahari yang masuk ke perairan
5. Mampu melakukan proses metabolisme termasuk daur generatif secara optimal jika
keseluruhan tubuhnya terbenam air
6. Mampu hidup di media air asin
7. Mempunyai sistem perakaran yang berkembang baik
Karakter Sistem Vegetatif
Berdasarkan karakter bentuk pertumbuhan, sistem percabangan, dan struktur anatomik,
lamun dapat dikelompokkan menjadi 6 kategori (den Hartog, 1967) yaitu:
Herba;percabangan monopodial, Daun panjang atau berbentuk ikat pinggang; punya
saluran udara
Parvozosterid, daun panjang dan sempit: Halodule dan Zostera subgenus Zosterella
1. Magnozosterid, daun panjang tapi tidak lebar : Zostera subgenus Zostera,
Cymodacea dan Thalassia
2. Syringodiid, daun bulat seperti lidi dengan ujung runcing (subulate) : Syringodium
4. 3. Enhalid, daun panjang dan kaku seperti kulit atau berbentuk ikat pinggang yang kasar
: Enhalus, Posidonia, Phyllospadix.
Daun berb entuk elips, bulat telur, berbentuk tombak atau panjang, rapuh dan tanpa saluran
udara
1. Halophilid : Halophila
Berkayu; percabangan simpodial, daun tumbuh teratur pada kiri dan kanan.
1. Amphibolid: Amphibolis, Thalassodendron dan Heterostera.
Bentuk vegetatif lamun memperlihatkan karakter tingkat keseragaman yang tinggi. Hampir
semua genera memiliki rhizoma yang sudah berkembang dengan baik dan bentuk daun yang
memanjang (linear) atau berbentuk sangat panjang seperti ikat pinggang (belt), kecuali jenis
Halophila memiliki bentuk lonjong.
Berbagai bentuk pertumbuhan tersebut mempunyai kaitan dengan perbedaan ekologik lamun
(den Hartog, 1977). Misalnya Parvozosterid dan Halophilid dapat dijumpai pada hampir
semua habitat, mulai dari pasir yang kasar sampai limpur yang lunak, mulai dari daerah
dangkal sampai dalam, mulai dari laut terbuka sampai estuari. Magnosterid dapat dijumpai
pada berbagai substrat, tatapi terbatas pada daerah sublitoral sampai batas rata-rata daerah
surut perbani.
Struktur Vegetasi
Struktur vegetasi lamun dapat dijelaskan sebagai berikut :
Terdapat 15 spesies yang ditemukan di Indonesia, dari 52 spesies di seluruh dunia
Termasuk ke dalam dua famili : Hydrocharitaceae dan Potamogetonaceae
Spesies yang membentuk komunitas padang lamun tunggal, a.l.: Thalassia
hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, H.uninervis, Cymodacea serrulata,
Thallassodendron ciliatum
Komunitas tunggal umum dijumpai di dataran lumpur dekat hutan mangrove
Komunitas campuran sering dijumpai tumbuh di substrat berpasir yang kondisi
perairannya tenang
FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN
Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap distribusi dan kestabilan
ekosistem padang lamun
adalah :
1. Kecerahan
2. Temperatur
3. Salinitas
4. Substrat
5. Kecepatan arus
Kecerahan
5. Penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan sangat mempengaruhi proses fotosintesis
yang dilakukan oleh tumbuhan lamun. Lamun membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi
untuk proses fotosintesa tersebut dan jika suatu perairan mendapat pengaruh akibat aktivitas
pembangunan sehingga meningkatkan sedimentasi pada badan air yang akhirnya
mempengaruhi turbiditas maka akan berdampak buruk terhadap proses fotosintesis. Kondisi
ini secara luas akan mengganggu produktivitas primer ekosistem lamun.
Temperatur
Secara umum ekosistem padang lamun ditemukan secara luas di daerah bersuhu dingin dan di
tropis. Hal ini mengindikasikan bahwa lamun memiliki toleransi yang luas terhadap
perubahan temparatur. Kondisi ini tidak selamanya benar jika kita hanya memfokuskan
terhadap lamun di daerah tropis karena kisaran lamun dapat tumbuh optimal hanya pada
temperatur 28-300C. Hal ini berkaitan dengan kemampuan proses fotosintesis yang akan
menurun jika temperatur berada di luar kisaran tersebut.
Salinitas
Kisaran salinitas yang dapat ditolerir lamun adalah 10-40‰ dan nilai optimumnya adalah
35‰. Penurunan salinitas akan menurunkan kemampuan lamun untuk melakukan
fotosintesis. Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi juga terhadap jenis dan umur.
Lamun yang tua dapat mentoleransi fluktuasi salinitas yang besar. Salinitas juga berpengaruh
terhadap biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar daun dan kecepatan pulih. Sedangkan
kerapatan semakin meningkat dengan meningkatnya salinitas.
Substrat
Padang lamun hidup pada berbagai macam tipe sedimen, mulai dari lumpur sampai karang.
Kebutuhan substrat yang utama bagi pengembangan padang lamun adalah kedalaman
sedimen yang cukup. Peranan kedalaman substrat dalam stabilitas sedimen mencakup 2 hal
yaitu : pelindung tanaman dari arus laut dan tempat pengolahan dan pemasok nutrien.
Kecepatan arus
Produktivitas padang lamun dipengaruhi oleh kecepatan arus.
6. Daur biogeokimia adalah daur zat atau materi ataupun senyawa kimia yang melalui
komponen biotik dan abiotik. Terdiri dari daur air, daur nitrogen, daur fosfor, daur karbon,
dan daur sulfur. Di sini saya akan menjelaskan secara singkat penjelasan masing-masing
daur.
1. Daur Air
Perpindahan air dari darat, laut, sungai, rawa, atmosfer, dan antara organisme dengan
lingkungan.
Tahapan:
a. Air dari permukaan bumi akan menguap (evaporasi)
b. Di udara, air tersebut akan menjadi awan dan mengalami kondensasi
c. Terjadi hujan, air turun kembali ke permukaan bumi
2. Daur Nitrogen
Pada umumnya makhluk hidup tidak dapat mengambil langsung nitrogen yang ada di
udara. Tapi nitrogen dapat diambil pada proses fiksasi nitrogen oleh bakteri
Azotobacter dan Rhizobium.
Nitrifikasi.
- Nitritasi : proses pengubahan amonia menjadi ion nitrit oleh Nitromonas dan
Nitrococcus
- Nitratasi: proses pengubahan nitrit menjadi nitrat oleh Nitrobacter
Denitrifikasi: proses pemecahan senyawa HNO3 menjadi gas N2 oleh Pseudomonas
denitrificans dan Thiobacillus denitrificans
3. Daur Fosfor
- Sangat dibutuhkan untuk membentuk asam nukleat, protein, ATP
- Fosfor tidak mengalami fase gan
- Batuan yang mengandung fosfat → pelapukan → fosfat terbawa ke laut → terbentuk
7. sedimen
- Bakteri dan jamur → mengurai materi anorganik di tanah → fosfor → dipakai
tumbuhan
- Fosfat di tanah → digunakan tumbuhan → dimakan herbivor → dimakan karnivor
→ fosfat keluar melalui urin dan feses
4. Daur Karbon
- Sumber karbon di alam: CO2
- CO2 di alam → fotosintesis → tumbuhan mati → karbon tersimpan di dalam fosil
- Makhluk hidup bernapas → mengeluarkan CO2 dipakai untuk fotosintesis
- Hewan mati → karbon tersimpan di dalam fosil
- Fosil → bahan bakar → CO2 terlepas kembali ke udara
5. Daur Sulfur
- Sulfur → fotosintesis → hewan → protein
- Sulfur mengalir ke laut atau terurai menjadi gas H2S dan SO2 → hujan