SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 27
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus
diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Sarana pelayanan kesehatan/sarpelkes (Rumah Sakit,
Klinik, Laboratorium, Puskesmas) adalah institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat

dengan

karateristik

tersendiri

yang

dipengaruhi

oleh

perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan
pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. Rumah Sakit
harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya
manusia, kefarmasian, dan peralatan. Persyaratan peralatan sebagaimana
dimaksud meliputi peralatan medis dan nonmedis harus memenuhi standar
pelayanan, persyaratan keamanan, keselamatan dan laik pakai. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit Pasal 16 ayat 2, peralatan medis sebagaimana dimaksud diatas harus
diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan
dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.
Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan salah satu kebutuhan
dasar yang diperlukan setiap orang. Hal ini telah didasari sejak berabad-abad
yang lalu, dari bentuk pelayanan kesehatan oleh murid-murid Aesculapius
yang dikenal dengan persaudaraan Aesculapid di Yunani, yang merupakan
kumpulan para ahli kedokteran modern pada zamannya dengan Aesculapius
sebagai maha gurunya dan Hippocrates dengan sumpahna untuk menjunjang
tinggi profesi kedokteran. Dan seterusnya sampai saat ini para ahli kedokteran
dan kesehatan senantiasa berusaha meningkatkan mutu dirinya, profesinya,
maupun peralatan kedokerannya demikian pula, kemampuan manajerial

1
kesehatan,

khususnya

manajemen

mutu

pelayanan

kesehatan

juga

ditingkatkan.
Memasuki abad ke 21, yang semakin maju, adalah sudah seharusnya,
bahwa pendekatan mutu paripurna yang berorientasi pada kepuasan
pelanggan atau pasien menjadi strategi utama bagi organisasi pelayanan
kesehatan di Indonesia, agar supaya tetap eksis, ditengah persaingan global
yang semakin ketat.
Pada tahun 2003, kawasan Asia Tenggara akan menjadi kawasan
perdagangan bebas. Pada tahun 2010, Negara-negara maju di kawasan Asia
Pasifik akan membuka pintunya lebar-lebar bagi komoditi dan jasa yang kita
hasilkan. Sebaliknya pada tahun 2020, kita harus membuka lebar pasaran kita
untuk menerima komoditi dan jasa dari Negara maju.
Hal ini berarti bahwa pada saat itu, kita harus mampu bersaing, khususnya
dalam pelayanan kesehatan, tidak hanya dengan sesame sejawat dalam negeri,
namun benar-benar harus mampu bersaing dengan sejawat Negara lain yang
mungkin lebih maju atau bahkan sangat maju atau sangat professional.
Salah satu strategi yang paling tepat dalam mengantisipasi adanya
persaingan adalah melalui pendekatan mutu paripurna (Total Quality
Management) atau peningkatan mutu berkelanjutan (Continue Quality
Improvement) dalam pelayanan kesehatan yang berorientasi selain pada
proses pelayanan yang bermutu, juga mutu pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan keinginan pelanggan atau pasien, dengan motto yang masih actual
sampai saat ini “Pasien adalah Raja di Rumah Sakit atau Puskesmas”, suatu
pergesaran paradigm yang seharusnya terjadi, bukan “Dokter yang menjadi
raja di rumah sakit atau puskesmas”.
Semuanya ini jelas memerlukan upaya-upaya yang cukup kompleks.
Untuk itu semua jajaran dari pejaat struktural dan pejabat fungsional dapat
meningkatkan kemampuan profesionalnya, namun juga yang paling penting
adalah mengubah sikap mental pejabat yang ingin dilayani menjadi pelayan
kesehatan yang dipercaya.

2
Organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas,
praktek dokter, apotek, laboratorium dan sebagainya pada dasarnya adalah
organisasi jasa pelayanan umum. Oleh karenanya rumah sakit dan puskesmas
dan organisasi pelayanan kesehatan lainnya sebagai pelayanan pelayan
masyarakat perlu memiliki karakter mutu pelayanan kesehatan prima yang
sesuai denga harapan pasien, selain diharapkan membentuk pelayanan medis
yang bermutu. Hal tersebut seharusnya disadari oleh para manajer kedokteran
dan kesehaan di segala lapisan dan kedudukan termasuk tenaga medis,
paramedik, apotek, laboratorium, petugas dapur, petugas transportasi
ambulance, petugas kebersihan dan seluruhnya.
Dalam sebuah organisasi pemecahan masalah dan pembuatan keputusan
adalah salah satu dari proses manajemen yang sangat penting khususnya
dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Hal ini dikarenakan bahwa
pada hakekatnya fungsi-fungsi manajemen lainnya dilatar belakangi oleh
adanya sebuah keputusan yang diambil oleh seorang manajer yang kemudian
secara hirarkis dibuat oleh lini-lini manajemen di tingkat staf-staf yang
diperlukan. Selain itu, masalah pengambilan keputusan merupakan hal yang
paling mendasar dimiliki oleh decision maker demi kesuksesan sebuah
organisasi. Pemahaman terhadap akar permasalahan adalah hal yang dominan
sehingga pengambilan keputusan dapat dipertanggungjawabkan. Pengambilan
keputusan juga mutlak dibutuhkan bagi manajer pelayanan kesehatan dengan
usaha meminimalisir resiko, pemanfaatan dan penghematan anggaran serta
efisiensi dan efektivitas sebuah kegiatan agar menjamin kualitas sebuah
pelayanan kesehatan.
Rumah sakit seyogyanya mempertimbangkan bahwa pelayanan di rumah
sakit merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan
para profesional dibidang pelayanan kesehatan dan tingkat pelayanan yang
akan membangun suatu kontinuitas pelayanan. Maksud dan tujuannya adalah
menyelaraskan kebutuhan pasien dibidang pelayanan kesehatan dengan
pelayanan yang tersedia di rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan,
kemudian merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya. Hasilnya

3
adalah meningkatkan mutu pelayanan pasien dan efisiensi penggunaan
sumber daya yang tersedia di rumah sakit. Informasi diperlukan untuk
membuat keputusan yang benar tentang : Kebutuhan pasien yang mana yang
dapat dilayani rumah sakit, Pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien
serta Transfer dan pemulangan pasien yang tepat ke rumah atau ke palayanan
lain.
Banyak harapan yang dikemukakan tentang mutu pelayanan kesehatan.
Dalam makalah ini akan diuraikan masalah yang berkaitan dengan
pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, metode statistik, dan tentang
evaluasi pelayanan kesehatan.
Dikemukakan pula tentang standarisasi dan akreditasi pelayanan
kesehatan yang merupakan bagian dari kegiatan menjaga mutu pelayanan
kesehatan. Meskipun yang dikemukakan sebagian besar adalah standarisasi
dan akreditasi rumah sakit, namun apabila lebih dicermati berbagai hal dapat
menjadi acuan untuk Puskesmas maupun organisasi pelayanan kesehatan
yang lain.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi rumusan masalah yaitu
bagaimana Data Dan Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini ialah untuk mengetahui
Data Dan Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan.

4
BAB 1I
PEMBAHASAN
DATA DAN JAMINAN MUTU LAYANAN KESEHATAN
2.1 Pengertian
1. Data
Data merupakan salah satu hal utama yang dikaji dalam masalah
Teknologi Informasi dan Komunikasi. Penggunaan dan pemanfaatan data
sudah mencakup banyak aspek. Berikut adalah pembahasan definisi data
berdasarkan berbagai sumber.
Data menggambarkan sebuah representasi fakta yang tersusun secara
terstruktur, dengan kata lain bahwa “Generally, data represent a structured
codification of single primary entities, as well as of transactions involving
two or more primary entities .” (Vercellis, 2009: 6). Selain deskripsi dari
sebuah fakta, data dapat pula merepresentasikan suatu objek sebagaimana
dikemukakan oleh Wawan dan Munir (2006: 1) bahwa “Data adalah nilai
yang merepresentasikan deskripsi dari suatu objek atau kejadian (event) “
Dengan demikian dapat dijelaskan kembali bahwa data merupakan suatu
objek, kejadian, atau fakta yang terdokumentasikan dengan memiliki
kodifikasi terstruktur untuk suatu atau beberapa entitas.
2. Informasi
Informasi merupakan sesuatu yang dihasilkan dari pengolahan data. Data
yang sudah ada dikemas dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi
sebuah informasi yang berguna. Berikut adalah definisi informasi berdasarkan
berbagai sumber.
Informasi merupakan suatu hasil dari pemrosesan data menjadi sesuatu
yang bermakna bagi yang menerimanya, sebagaimana dikemukakan oleh
Vercellis (2009: 7) “Information is the outcome of extraction and processing
activities carried out on data, and it appears meaningful for those who

5
receive it in a specific domain .” Selain merupakan hasil dari pengolahan
data, informasi juga menggambarkan sebuah kejadian, sebagaimana
dikemukakan oleh Wawan dan Munir (2006: 1) bahwa “Informasi merupakan
hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang menggambarkan suatu
kejadian-kejadian (event) yang nyata (fact) dengan lebih berguna dan lebih
berarti “.
Dengan demikian informasi dapat dijelaskan kembali sebagai sesuatu
yang dihasilkan dari pengolahan data menjadi lebih mudah dimengerti dan
bermakna yang menggambarkan suatu kejadian dan fakta yang ada.

3. Mutu
Banyak pengertian tentang mutu antara lain:
1. Mutu adalah tingkat kesempurnaan dan penampilan sesuatu yang sudah
diamati ( Wnston Dictionary, 1956 )
2. Mutu adalah sifat ang dimiliki oleh suatu progam ( Donabedian,1980 )
3. Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri suatu barang atau jasa yang
didalamnya terkandung pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan
para pengguna ( DIN ISO 8402, 1986 )
Jadi , Mutu ( quality ) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan
karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuan dalam
memuaskan kebutuhan konsumen, baik kebutuhan yang dinyatakan maupun
kebutuhan yang tersirat. Mutu juga adalah suatu konsep yang multi dimensi,
artinya pengertiannya akan berbeda-beda dari orang per orang tergantung
pada kepentingan, latar belakang kehidupan, pendidikan, dan harapan
seseorang terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.
Beberapa pengertian tentang mutu pelayanan kesehatan:
1. Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap jasa pemakai pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
tingkat kepuasan rata- rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai
dengan standar dan kode etik profesi ( Azhrul Aswar,1996 )

6
2. Mutu pelayanan kesehatan adalah Memenuhi dan melebihi kebutuhan
serta harapan pelanggan melalui peningkatan yang berkelanjutan atas
seluruh proses. Pelanggan meliputi pasien, keluarga, dan lainnya yang
datang untuk mendapatkan pelayanan dokter, karyawan ( Mary R.
Zimmerman )
Pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan secara
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan baik perorangan, keluarga, kelompok ataupun
masyarakat.
Pelayanan Medik Dasar adalah bagian dari pelayanan kesehatan yang
dilandasi ilmu klinik (clinical science). Pelayanan medik dasar merupakan
pelayanan medik perorangan yang meliputi aspek:
a. Pencehahan primer (health promotion & specific protection) yang dapat
dilakukan oleh tenga non medik dan medik/kesehatan
b. Pencegahan sekunder, yang terdiri dari deteksi dini dan pengobatan serta
pembatasan cacat
c. Pencegahan tersier, berupa rehabilitsi medik yang dilakukan oleh
dokter/perawat, sesuai dengan kompetensi yang berkaitan dengan
keahliannya.
Pelayanan kesehatan adalah tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan, yang di satu pihak menimbulkan kepuasan pelanggan
(pasien/klien) sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata pelanggan, serta di
pihak lain tatacara penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan etika
profesi yang telah ditetapkan.
Secara umum pengertian mutu pelayanan kesehatan adalah derajat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan
standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di
rumah sakit atau puskesmas secara wajar, effisien, dan efektif serta diberikan
secara aman dan menuaskan secara norma , etika, hukum dan sosial budaya

7
dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah , serta
masyarakat konsumen.
Selain itu mutu pelayanan kesehatan diartikan berbeda sebagai berikut :
1.

Menurut pasien/ masyarakat empati , menghargai, dan tanggap sesuai
dengan kebutuhan dan ramah.

2.

Menurut petugas kesehatan adalah bebas melakukan segala sesuatu
secara profesional sesuai dengan ilmu pengetahuan, keterampilan , dan
peralatan yang memenuhi standar.

3.

Menurut manajer / administrator adalah mendorong manager untuk
mengatur staf dan pasien/ masyarakat yang baik.

4.

Menurut yayasan atau pemilik adalah menuntut pemilik agar memiliki
tenaga profesional yang bermutu dan cukup.
Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi tentang masalah peayanan

kesehatan seharusnya pedoman yang dipakai adalah hakekat dasar dari
diselenggaranya pelayanan kesehatan tersebut. Yang dimaksud hakekat dasar
tersebut adalah memenuhi kebutuhan dan tuntunan para pemakai jasa
pelayanan kesehatan yang apabila berhasil dipenuhi akan menimbulkan rasa
puas (client satisfaction) terhadap pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Jadi yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan adalah menunjuk
pada ringkat pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri
setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula mutu
pelayanan kesehatan. Sekalipun pengertian mutu yang terkait dengan
keputusan ini telah diterima secara luas , namun penerapannya tidaklah
semudah yang diperkirakan. Masalah pokok yang ditemukan ialah karena
kepuasan tersebut bersifat subjektif. Tiap orang, tergantung dari kepuasan
yang dimiliki, dapat saja memiliki tingkat kepuasan yang berbeda untuk satu
mutu pelayanan kesehatan yang sama. Disamping itu sering pula ditemukan
pelayanan kesehatan yang sekalipun dinilai telah memuaskan pasien, namun

8
ketika ditinjau dari kode etik serta standar pelayanan profesi, kinerjanya tetap
tidak terpenuhi.
Kesimpulan, Jadi mutu pelayanan kesehatan menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan, di mana di satu pihak dapat menimbulkan
kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata- rata
penduduk, akan tetapi di pihak lain dalam tatacara penyelenggaraannya juga
sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan adalah suatu proses upaya yang
dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu
dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan berdasarkan standar yang telah ditetapkan
serta menentukan dan melaksanakan cara pemecahan masalah mutu sesuai
dengan kemampuan yang ada dan menilai hasil yang dicapai guna menyusun
saran trindaklanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

2.2 Data Dan Jaminan Mutu Layanan Kesehatan
1. Data dan informasi
Keberhasilan penerapan jaminan mutu layanan kesehatan sangat
bergantung pada ketersediaan informasi yang tapat dan akurat yang dapat
digunakan. Informasi adalah hasil pengumpulan data setelah data itu diolah,
dianalisis dan diinterprestasi. Suatu keputusan baru dapat dibuat setelah
informasi yang dierlukan tersedia. Ketetapan suatu keputusan yang diambil
akan bergantung pada keakuratan informasi yang tersedia dan ketersediaan
informasi yang tepat waktu.
Data yang terdapat dalam Tabel 19.1 adalah berat bdan bayi yang lahir di
puskesmas Sumberwaras dalam gram selama bulan Januari dan Februari
tahun 1999. Coba buat data tersebut menjadi informasi!

9
Berdasarkan rata-rata hitung berat badan bayi yang lahir pada bulan
Januari dan Februari, informasi yang diperoleh, antara lain:
Dalam bulan Januari rata-rata berat badab bayi lahir adalah 2933 g.
Dalam bulan Februari rata-rata berat badan bayi adalah 2700 g.
Dalam bulan februari rata-rata berat badan bayi lahir mengalami
penurunan.
Informasi tersebut dapat pula disajikan degan cara lain, yaitu dengan
membandingkan berat badan bayi lahir dengan bayi lahir dengan berat badan
bayi lahir normal (2500 gram), seperti berikut:
Table 19.1
Berat badan bayi lahir (dalam gram)

Januari
3500
3300
2800
3400
2200
2900
3100
2400
2800
26.400

Februari
2700
2200
2900
3100
2400
2400
2800
3100
21.600

Sumber: dikutip dari Mimeograph Modul Pemanfaatan Data, Pemecahan Masalah
Bersumber Daya Tim

Dalam bulan Jauari, 2 dari 9 kelahiran menghasilkan bayi dengan berat
badan di bawah 2500 gram atau berat badan bayi lahir rendah (BBLR).
Dalam bulan Februari, 3 dari 8kelahiran menghasilkan bayi dengan berat
badan di bawah 2500 gram atau berat badan bayi lahir rendah (BBLR)

10
Proporsi bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
mengalami peningkatan dalam bulan februari dan jika ditampilkan dengan
grafik akan terlihat seperti grafik di bawah ini.

25
20

15
Bayi BB normal
10

Bayi BB rendah

5
0
Januari

Februari

Perhitungan rata-rata berat badan bayi lahir tidak lazim dilakukan, yang
pentingdiketahui adalah jumlah bayi lahir dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) karena diperlukan untuk melakukan tindak lanjut.
2. Sumber dan jenis data
Pengalaman dan pengamatan lapangan menunjukkan bahwa penggunaan
data dalam siklus pemecahan masalah mutu layanan kesehatan merupakan
salah satu matarantai kegiatan yang paling lemah. Oleh sebab itu, sumber,
jenis data, dan metode perolehan data perlu dijelaskan. Data yang berada di
lingkunga Puskesmas dapat berasal dari rekam medic, catatan puskesmas,
masyarakat, dan sebagainya. Data juga dapat dibagi menjadi dua jenis, data
kualitatif dan data kuantitatif. Selain itu data juga dapat dikelompokkan
berdasarkan motode pengumpulannya, antara lain:
Data perimer, yaitu data yang di peroleh langsung dari sumbernya,
misalnya keluhan pasien atau hasil wawancara dengan pasien.

11
Data skunder, yaitu data yang diperoleh tidak langsung dari sumbernya,
misalnya diambil dari rekam medic, laporan puskesmas atau catatan
puskesmas.
Data saling tsilang atau Cross sectional data data, yaitu data yang
dikumpulkan pada suatu saat tertentu, misalnya jumlah pasien pada hari
kamis atau jumlah kelahiran pada tanggal 3 Februari 1999.
Data longitudinal, yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu,
misalnya jumlah kasus diare tifa bulan berturut-turu, jumlah layanan
antenatal setiap bulan dalam tiga tahun berturut-turut. Data longitudinal
dapat digunakan untuk melihat kecenderungan, pola penyakit musiman,
atau data diluar kisaran.
3. Besar sampel
Ada beberapa rumus yang dapat digunakan untuk menetukan besar
sampel pengumpulan data. Besar sampel dalam penggunaan siklus
pemecahan masalah mutu layanan kesehatan tidak terlalu penting, karena
pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan bukan kegiatan penelitian atau
riset.
Kumpulkan data sampe anda yakin bahwa anda telah memahami pola
yang terkumpul sehingga dapat membuat suatu keputusan. Ada kalanya
diperlukan 15 sampel saja, tetapi ada kalanya juga diperlukan 100 sampel
atau lebih. Besar smpel dapat ditentukan berdasarkan variasi data dan jenis
keputusan yang akan dibuat. Apabila tidak ada variasi jawaban, pengumpulan
data tidak perlu banyak. Pengumpulan data dapat dihentikan jika data telah
menunjukkan arah suatu keputusan yang jelas. Contoh, seorang pasien diberi
obat Cotrimoxazole. Sore harinya pasien itu datang ke puskesmas dengan
keluhan gatal pada seluruh badan disertai wajah yang bengkak akibat reaksi
minum obat Cotrimoxazole.

12
Table 19.2
Alasan 15 Ibu bersalindengan bantuan dukun

Alasan
Jumlah Ibu
Biaya dukun murah
6
Takut dijahit oleh bidan
4
Bidan tempat tinggalnya jauh
3
Duku kerabat saya
1
Biasa bersalin dengan dukun
1
Jumlah
15
Jika demikian puskesmas tidak perlu mengumpulkan data lain sebelum
mengambil keputusan untuk mengganti obat antibiotika lain. Dengan data
tunggal saja sudah cukup untuk membuat keputusan. Contoh lain, karena ada
keluhan masyarakat, puskesmas melakukan wawancara kepada 30 anggota
masyarakat. Wawancara tersebut ternyata menghasilkan 26 jenis usulan untuk
memperbaiki layanan kesehatan puskesmas. Hasil wawancara tersebut
menunjukkan variasi yang begitu besar sehingga diperlukan pengumpulan
data yang lebih banyak lagiagar keputusan untuk memperbaiki layanan
kesehatan puskesmas dapat ditentukan. Contoh lain, untuk mengetahui
mengapa ibu lebih suka melakukan persalinan dengan bantuan dukun dari
pada bidan, melakukan wawancara terhadap 15 ibu yang melakukan
persalinan dengan bantuan dukun. Hasilnya antara lain 6 ibu menjawab
dukun murah, 4 ibu menjawaab takut jahit oleh bidan, 3 ibu menjawab tempat
tinggal bidan jauh, seorang ibu menjawab dukun adalah kerabatnya, dan
seorang lagi menjawab sudah biasa bersalin dengan bantuan dukun.
Meskipun terdapat 5 jenis jawaban, tetapi jawaban yang terbanyak ialah biaya
dukun murah, takut dijahit oleh bidan, dan tempat tinggal bidan jauh.
Apakah diperlukan pengumpulan data lagi ? apakah akan terjadi
perbuhan distribusi jawaban ? kemungkinan besar tidak akan terjadi
perubahan distribusi jawaban, pengumpulan data tidak diperlukan lagi.
Berdasarkan hasil pengumpulan data tersebut kita sudah dapat bisa
mengambil suatu keputusan. Contoh, pada sebuah puskesmas, terdapat sedikit
sekali balita dengan diaknosis pneumonia yang datang berobat kembali
13
setelah dua hari beobat di rumah. Setelah dilakukan pengamatan terhadap
seorang perawat yang selalu menangani balita batuk dan kesulitan bernapas,
hasilnya dicatat pada table 19.3.apakah data tersebut sudah cukup untuk
megambil suatu keputusan terhadap perawat tersebut.
Table 19.3
Hasil pengamatan terhadap perawat yang sedang melakukan penyuluhan
kesehatan kepada ibu yang balitanya menderita pneumonia.

Apakah perawat
Memberitahu kapan ibu harus
kembali

Balita A

Balita B

Balita C

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Meminta ibu mengulangi apa
pesan yang telah disampaikan
oleh perwat
Menanyakan kepada ibu apakah
ingin mengajukan pertanyaan
tersebut

Berdasarkan data yang terkumpul, diambil kesimpulan bahwa perawat
tidak melakukan penyuluhan kesehatan dengan baik sehingga para ibu-ibu
tidak membawah balitanya untuk melakukan tidak lanjut setelah dua hari
beobat dirumah. Semua kegiatan perawat, konsisten tidak dilakukan. Dengan
demikian kemungkinan besar data yang terkumpul itu sudah cukup untuk
mengambil suatu kesimpulan dan keputusan.
Mengapa demikian? Pengalaman menunjukkan bahwa petugas kesehatan
umumnya cenderung konsisten dalam memberikan layanan kesehatan.
Perawat itu ternyata konsisten tidak melakukan penyuluhan kesehatan yang
bai, yaitu tidak member tahu kapan ibu harus datang kembali ke Puskesmas

14
membawa balitanya, tidak menanyakan apakh ibu mengerti pesan apa yang
telah disampaikan, dan tidak member kesempatan pada ibu untuk bertanya.
Contoh lain, dengan wilayah kerja suatu puskesmas, jumlah bayi yang
telah mendapat imunisasi lengkap sangat sedikit. Penyebebnya, kemungkinan
besar ialah ibu tidak mengetahui manfaat imunisasi dan jenis penyakit apa
saja yang dapat di cegah dengan imunisas. Untuk membuktikan hal tersebut
dilakukan wawancara terhadap 25 ibu yang sedang membawa anaknya untuk
imunisasiyaitu sewaktu akan meninggalkan puskesmas. Pertanyaan yang
diajukan berkaitan dengan penyakit apa saja yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Hasil wawancara tersebut dapat dilihat dalam table 19.4.
Table 19.4
Jawaban wawancara 25 ibu
Penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi
Tetanus
Tuberkolosis (TBC)
Polio
Batuk rejan
Campak
Difteri
Hepatitis
Malaria
Kurang darah

Jumlah ibu yang
memberi jawaban
19
18
14
12
10
5
4
3
1

Table 19.5
Jawaban yang benar hasil wawancara 25 ibu
Penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi
7 jenis penyakit
6 jenis penyakit
5 jenis penyakit
4 jenis penyakit
3 jenis penyakit
2 jenis penyakit
1 jenis penyakit

Julah ibu yang dapat
menyebutkan jenis
penyakit
1
2
2
3
5
15
7

15
Meskipun jawabanya sangat bervariasi, jika kita simak dengan cermat
maka dari jawaban yang di berikan oleh 25 ibu terdapat 2 macam jawaban,
yaitu jawaban yang benar dan jawaban yang salah. Untuk jelas lihat table
19.5. hanya 52% dari ibu yang dapat menjawab dengan benar 3 jenis penyakit
atau lebih yang dapat dicegah dengan imunisasi sehingga dapat disimpulkan
bahwa pengetahuan dari para ibu tersebut mengenai imunisasi perlukan
ditingkatkan.
Kesimpulan apa yang dapat dibuat dari data yang telah terkumpul di
atas? Dari contoh di atas dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa tidak perlu
melakukan analisis yang terlalu rinci atau kompleks karena sesungguhnya
yang ingin diketahui hanyalah apakah ibu mengetahui jenis-jenis penyakit
yang dapat di cengah dengan melakukan imunisasi. Jawaban pertanyaan
tersebut tentu saja tidak, karena hanya 52% dari 25 ibu yang diwawancarai
mengetahui 3 atau lebih peyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Contoh lain, suatu puskesmas menghadapi masalah terlalu banyaknya
jumlah suntukan yang di berikan kepada pasien yang berobat. Untuk
mengetahui pnyebabnya dilakukan pengamatan register harian selama 2 bulan
berturut-turutterhadap setiap petugas puskesmas yang telah member
suntikkan kepada pasien di puskesmas. Data yang terkumpul dimuat dalam
table 19.6.
Jika dilihat, jumlah rata-rata hitung suntikan yang dilakukan oleh setiap
petugas puskesmas tidak terlalu banyak berbeda, meskipun suntikan
terbanyak dilakukan oleh petugas B dan suntikan yang paling sedikit
dilakukan oleh petugas C. Namun, apabila dicermati, petugas B pernah
memberikan ≥11 suntikan selama 6 hari berturut-turut, mengapa? Apakah
petugas B mendapat tugas tertentu? Sebaliknya petugas C, pernah selama 10
hari tidak pernah memberikan suntikan, apakah dia tidak masuk kerja?
Dengan melihat hasil data yang telah dikumpulkan tersebut belum dapat
disimpulkan bahwa banyaknya suntikan tersebut bukan karena ulah seseorang
atau beberapa petugas saja. Apakah perlu mengumpulkan data lagi? Tentu
saja perlu, tetapi untuk data yang lain, bukan sepertin data terdahulu.

16
Agar pengumpulan data dapat dilakukan dengan mudah dan data yang
terkumpul tertata sesuai kebutuhan, diperlukan suatu instrumen pengumpulan
data, yaitu:
Lembar periksa (checkseet)
Daftar tilik atau (checklist)
Kuesioner (questionnaires), dengan bentuk pertanyaan yang jelas atau
spesifik dalam kalimat yang sederhana dan tidak memberikan pengertian
ganda serta tidak sugestif.
Tabel 19.8
Matriks data ibu-ibu balitanya pneumonia tidak kembali ke puskesmas
Kemungkinan
penyebab
Ibu tidak tahu
bahwa
harus
kembali
ke
puskesmas
setelah 2 hari
beobat di rumah
Ibu menganggap
tidak
perlu
kembali
kepuskesmas
setelah 2 hari

Pertanyaan data

Sumber data

Metodologi

Berapa
%
ibu
mengetahui bahwa
harus kembali ke
puskesmas setelah
2 hari berobat di
rumah?
Berapa % ibu yang
anak-anaknya
menderita
pneumonia
menganggap
penting
periksa
ulang?

Ibu yang
kembali

tidak Wawancara

Ibu yang
kembali

tidak Wawancara

Sumber : dikutip dari mimeograph modul pemanfaatan data. Pemecahan masalah
bersumber daya tim

Contoh lain, dalam wilayah kerja suatu puskesmas banyak ibu yang tidak
membawa balitanya yang menderita pneumonia kembali berobat ke
puskesmas setelah 2 hari berobat di rumah. Untuk mengetahui penyebab
masalah mengapa ibu tidak membawa balitanya ke puskesmas setelah 2
hari berobat di rumah, kelompok pemecah masalah membuat metriks dapat
seperti tabel 19.8.

17
Berikut bentuk untuk data di atas. Ibu tidak tahu bahwa harus kemabli ke
puskesmas setelah 2 hari berobat di rumah, kuisionernya antara lain dapat
dibuat sebagai berikut :
1. Apakah ibu mengetahui bahwa balita ibu harus di bawa kembali ke
puskesmas untuk periksa ulang ?
2. Jika jawabannya tahu, dilanjutkan dengan pertanyaan berikut, kapan
anaknya harus dibawa kembali kepuskesmas ?
Ibu tidak menganggap perlu kembali ke puskesmas setelah 2 hari, di sisni
ibu kemungkinan besar akan menjawab perlu, tetapi perlu dilanjutkan
dengan pernyataan yang berikut :
1. Apakah perlu membawa balita ibu kembali ke puskesmas setelah 2
hari berobat di rumah ? jika jawabannya perlu, dilanjutkan dengan
pernyataan berikut.
2. Apa perlunya membawa balita ibu kembali ke puskesmas setelah 2
hari berobat di rumah ?
Dari jawaban ini akan terlihat apakah ibu mengerti

arti penting

membawah balitanya ke puskesmas setelah 2 hari berobat di rumah.
Apabila jawabanya biasa saja, berarti ibu tidak tidak/kurang mengerti arti
penting membawa balitanya kembali berobat ke puskesmas setelah 2 hari
berobat di rumah. Jika jawabanya untuk dilihat dokter pakah balitanya
menjadi lebih baik atau lebih parah atau perlu diperiksa oleh dokter untuk
mendapat obat lain dan seterusnya. Berarti ibu mengerti mengapa harus
membawa balitanya ke puskesmas setelah 2 hari berobat di rumah.

Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang berbentuk kuesioner ada 3 macam,
antara lain :

18
-

Kuesioner tertutup (closed ended )

-

Kuesioner terbuka (open ended)

-

Kuesioner kombinasi
Kuesioner Tertutup
Pada kuesioner tertutup, responden hanya akan memilih jawaban yang
telah disediakan, misalnya :

-

Benar atau salah

-

Sering, jarang, tidak pernah

-

Ya atau tidak
Pengelolaan dan analisis data yang dikumpulkan dengan kuesioner tertutup
(closed ended) relatif lebih muda karena dapat di kualifikasikan.
Kuesioner Terbuka
Pada kuesioner terbuka (open ended) , responden harus memberikan
uraian dari jawaban pernyataan yang terdapat dalam kuesioner sehingga
data yang terkumpul relatif akan lebih sulit di analisis.
Kuesioner Kombinasi
Dengan membuat kuesioner gabungan yang terdiri dari kuesioner tertutup
dan kuesioner terbuka, informasi yang di peroleh akan lebih luas. Data
dapat dikumpulkan dengan berbagia cara. Cara pengumpulan data yang
akan digunakan akan disesuaikan dengan tujuan pengumpulan data dan dat
apa yang diinginkan serta umber data apa yang diperlukan.
Pengamatan Langsung
Data yang diproleh dari pengamatan langsung merupakan data yang relatif
paling baik. Pengamatan langsung ini dapat dilakukan dngan 3 cara, yaitu :
Pengamatan langsung dengan daftar tilik

19
cara ini sangat lazim di gunakan untuk melihat apakah telah terjadi
suatu penyimpangan, misalnya penyimpanan terhadap prosedur atau
standar layanan kesehatan.
Pengamatan langsung tanpa daftar tilik
Cara ini kurang baik, sebab hasil pengamatannya akan menjadi sangat
subyektif

dan

kemungkinan

besar

setiap

pengamatan

akan

memberikan hasil pengamatan yang berbeda sehingga akan menyulit
dalam membuat kesimpulannya.
Mystery shopper
Mystery shopper maksudnya pengamatan dilakukan oleh seorang yang tidak
dikenal atau misterius. Setelah dilatih, pengamatan misterius itu akan
berpura-pura menjadi pasien dan mencatat semua yang dialaminya selama
menjadi pasien. Cara ini dapat pula dilakukan dengan bertanya langsung
kepada pasien.
Pemeriksaan Kartu Rekam Medik
Rekam medik pasien puskesmas seringkali tidak lengkap dan tidak akurat,
namun suatu rekam medik. Selalu rekam dapat memberikan informasi yang
bermanfaat mengenai mutu layanan kesehatan. Misalnya , kesalahan
diognosis, kesalahan pengobatan, terhenti, terhenti, atau terputusnya suatu
pengobatan, kegagalan pengobatan pada penyakit kronis, gagalnya rencana
pemeriksaan ulang atau tidak lanjut yang telah di jadwalkan, kelengkapan
data, dan tidak terlaksnannya rujukan pasien.
Wawancara
Wawancara adalah salah satu cara pengumpulan data dengan melakukan
tanya jawab pada seorang atau sekelompok orang atau responden untuk
meminta pendapat atau keterangan mengenai sesuatu hal yang dianggap
perlu dan penting. Wawancara ada 2 macam, yaitu;
1. Wawancara perorangan

20
Wawancara perorangan diguanakan untuk mengetahui pengetahuan,
sikap dan perilaku perorangan.
2. Wawancara kelopok
Wawancara kelompok adalah wawancara yang dilakukan kepada
sekelompok responden, (5-10 orang). Wawancara kelompok tidak dapat
digunakan untuk memperoleh informasi pribadi, pendapat dan
tanggapan pribadi, data kuantitatif, serta informasi yang kemungkinan
besar dipengaruhi oleh penerimaan masyarakat atau kelompok.
Ada satu bentuk wawancara kelompok yang disebut dengan nama
diskusi kelompok terarah (focus group discussion, FGD). Pelaksanaan
diskusi ini harus memenuhi syarat, antara lain :
kelompok responden harus setara dan homogen
jumlah responden dalam kelompok 5-10 orang
dilaksanakan pada tempat yang netral dan harus dipandu oleh seorang
fasilitator yang dibantu oleh seorang pembuat catatan, jika mungkin
dilengkapi pula dengan alat perekam, baik audio maupun visual.
Lama diskusi 1-2 jam
Persiapan diskusi kelompok terarah antara lain, menetapkan tujuan
diskusi,

menyusun

skenario

dan

pertanyaan

untuk

pengarahan,

menentukan responden , dan memberikan pemberitahuan kepada
responden.
Manfaat diskusi kelompok terarah antara lain, peserta akan terangsang
untuk memikirkan atau mengajukan gagasan baru setelah mendengar apa
yang di ungkapkan peserta lain dn menimbulkan keberanian kepada
peserta untuk berbicara mengenai sesuatu hal, setelah mendengar peserta
lain mengungkapkan persoalan tersebut.
Dapat mengetahui apakah ada hal yang dipertentangkan. Jika terjadi
perdebatan di antara peserta, perdebatan itu menunjukkan bahwa para
peserta mempunyai suatu gagasan atau pandangan yang kuat sehingga
berupaya mempertahankannya.

21
Berikut contoh penggunaan rekam medik sebagai sumber data. Di suatu
puskesmas banyak sekali ibu yang tidak membawa balitanya yang
menderita pneumonia kembali berobat ke puskesmas setelah 2 hari berobat
di rumah. Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap 25 rekam medik balita
yang di diagnosis menderita pneumonia, ternyata hanya 25 % ibu yang
membawa balitannya kembali berobat ke puskesmas.
Untuk mencari penyebab ketidak hadiran ibu tersebut di puskesmas guan
tindak lanjut, dilakukan wawancara terhadap 15 ibu yang balitannya
didiagnosis menderita pneumonia sewaktu ibu tersebut akan meninggalkan
peskesmas. (exit interview). Hasil wawancara dapat dilihat dalam tabel 19.9
Tabel 19.9
Jawaban wawancara 15 ribu yang balitanya menderita pneumonia
No

1

2.

Pertanyaan

Apakah ibu perlu
membawa
kembali
anak ke puskesmas
untuk periksa ulang ?
Kapan
ibu
harus
membawa anak ibu
kembali ke peskesmas
untuk tindak lanjut ?
Setealh 2 hari
Setelah 3 hari

Jawaban
ibu
Ya
5

Tidak
10

4
1

Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulak bahwa:
Hanya ibu (26,6%) yang mengetahui bahwa harus membawa kembali
anaknya setelah 2 hari.
Hanya dengan membuat 2 pertanyaan, dapat terungkap mengapa ibu
tidak datang kembali ke puskesmas untuk tidak lanjut setelah 2 hari
berobat

di

rumah,

yaitu

karena

ketidaktahuan.

Penyebab

ketidaktahuan mungkin karena tidak dilakukan penyuluhan kesehatan
22
kepada ibu atau penyuluhan kesehatan dilakukan tetapi pesannya tidak
didengar dan tidak dimengerti oleh ibu.
Karena penyebab masalah adalah penyuluhan kesehatan, maka harus
dilakukan pengamatan langsung terhadap petugas puskesmas yang
sedang memberi penyuluhan kesehatan kepada ibu yang anaknya
menderita pneumonia.

23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan demikian dapat dijelaskan kembali bahwa data merupakan suatu
objek, kejadian, atau fakta yang terdokumentasikan dengan memiliki
kodifikasi terstruktur untuk suatu atau beberapa entitas. Dari data dapat di
hasilkan suatu informasi.
Informasi merupakan sesuatu yang dihasilkan dari pengolahan data. Data
yang sudah ada dikemas dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi
sebuah informasi yang berguna. Berikut adalah definisi informasi berdasarkan
berbagai sumber.
Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan adalah suatu proses upaya yang
dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu
dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan berdasarkan standar yang telah ditetapkan
serta menentukan dan melaksanakan cara pemecahan masalah mutu sesuai
dengan kemampuan yang ada dan menilai hasil yang dicapai guna menyusun
saran trindaklanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Keberhasilan penerapan jaminan mutu layanan kesehatan sangat
bergantung pada ketersediaan informasi yang tapat dan akurat yang dapat
digunakan. Informasi adalah hasil pengumpulan data setelah data itu diolah,
dianalisis dan diinterprestasi. Suatu keputusan baru dapat dibuat setelah
informasi yang dierlukan tersedia. Ketetapan suatu keputusan yang diambil
akan bergantung pada keakuratan informasi yang tersedia dan ketersediaan
informasi yang tepat waktu.
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan

24
serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain
promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,
perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana,
kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
b.

Saran
Diharapkan agar ketersediaan informasi yang tapat dan akurat yang dapat
selalu digunakan di unit-unit pelayanan kesehatan. Karena keberhasilan
penerapan jaminan mutu layanan kesehatan sangat bergantung pada
ketersediaan informasi yang tapat dan akurat yang dapat digunakan.
Informasi adalah hasil pengumpulan data setelah data itu diolah, dianalisis
dan diinterprestasi. Suatu keputusan baru dapat dibuat setelah informasi yang
dierlukan tersedia. Ketetapan suatu keputusan yang diambil akan bergantung
pada keakuratan informasi yang tersedia dan ketersediaan informasi yang
tepat waktu. Sehingga dengan begitu dapat meningkatkan mutu pelayanan di
Puskesmas maupun di unit-unit pelayanan kesehatan lainnya.
Agar selalu menerapkan Asuhan keperawatan dalam memberikan
pelayanan kepada pasien maupun keluarga, sehingga dapat menentukan
asuhan keperawatan yang sesuai baik bagi individu maupun keluarga.
Komunikasi dengan pasien maupun keluarga perlu ditingkatkan terutama
mengenai sesuatu yang berhubungan dengan rencana dan tujuan keperawatan
yang akan diberikan, sehingga pasien atau keluarga mengetahui rencana dan
jenis perawatan yang akan diterimanya. Meningkatkan disiplin kepada
karyawan yang sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga dapat
menumbuhkan kehandalan pelayanan kesehatan dan akhirnya meningkatkan
mutu pelayanan di Puskesmas maupun di unit-unit pelayanan kesehatan
lainnya pula.

25
DAFTAR PUSTAKA

Aditama. Tjandra Yoga. 2002. Manajemen Administrasi Rumah Sakit.
Universitas Indonesia Press. Jakarta,
Wijono, Djoko, 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Vol. I, Surabaya,
Airlangga, University Press.
_______, 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Vol. II, Surabaya,
Airlangga, University Press.
Boy S, Sabarguna. 2004. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Penerbit
Konsorsium Rumah Sakit Islam Jateng DI Yogyakarta,
Imbalo S, Pohan. 2007. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Penerbit Buku
Kedokteran. Ecg,
Depkes. 2008. Petunjuk Tehnis Program Jaminan Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas dan Jaringannya. Jakarta : Dirjen Binkesmas.
Ahmad Djojosugito, 2001. Kebijakan Pemerintah Dalam Pelayanan Kesehatan
Menyongsong AFTA 2003, Pusat Data dan Informasi PERSI, Jakarta,
Azwar. Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara.
Jakarta.
Depkes RI, 1996. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Cetakan IV, Jakarta.
Effendy. Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi
Kedua. EGC : Jakarta.
Eli Nurachma, 2007.Asuhan Keperawatan Bermutu Di Rumah Sakit, Jurnal
Keperawatan dan Penelitian Kesehatan, Jakarta.
Entjang. I.. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti. Jakarta.

26
Guwandi. 1991.Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Rineka Cipta. Jakarta.
Laksono Trisantoro, 2005. Good Governance dan Sistem Menjaga Mutu
Pelayanan Kesehatan, Surabaya.

Evy. 2011. Jaminan Mutu Dan Manajemen Pelayanan. Tersedia di:
http://evynurhidayah.blogspot.com/2011/02/jaminan-mutu-dan-manajemenpelayanan.html. Diakses Pada Tanggal 18 Mei 2013
Hermawan, lukas. 2010. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar. Tersedia di:
http://drlukashermawan.blogspot.com/2010/01/jaminan-mutu-playanankesehatan-dasar.html . Diakses Pada Tanggal 18 Mei 2013
Hardy. 2011. Mutu Pelayanan Kesehatan. Tersedia di:
http://hardysengawang.blogspot.com/2011/12/makalah-mutu-pelayanankesehatan.html. Diakses Pada Tanggal 18 Mei 2013
Saputra, Rudy. 2010. Jaminan Mutu Dan Manajemen Pelayanan. Tersedia di:
http://www.carantrik.com/2010/04/jaminan-mutu-dan-manajemenpelayanan.html . Diakses Pada Tanggal 18 Mei 2013

27

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Mutu pelayanan kesehatan
Mutu pelayanan kesehatanMutu pelayanan kesehatan
Mutu pelayanan kesehatanSulistia Rini
 
Konsep Dasar Jaminan Mutu
Konsep Dasar Jaminan MutuKonsep Dasar Jaminan Mutu
Konsep Dasar Jaminan Mutupjj_kemenkes
 
Makalah sistem sistem rujukan pelayanan di indonesia
Makalah sistem sistem rujukan pelayanan di indonesiaMakalah sistem sistem rujukan pelayanan di indonesia
Makalah sistem sistem rujukan pelayanan di indonesiaevinurmiftahuljannah
 
Rumah sakit sebagai industri
Rumah sakit sebagai industriRumah sakit sebagai industri
Rumah sakit sebagai industriDieka Rizki
 
Mutu pelayanan kesehatan
Mutu pelayanan kesehatanMutu pelayanan kesehatan
Mutu pelayanan kesehatanChiyapuri
 
Pengantar adm kes
Pengantar adm kesPengantar adm kes
Pengantar adm kesady suhardi
 
Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan
Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi KeperawatanManfaat dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan
Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatanpjj_kemenkes
 
Penilaian mutu pelayanan kebidanan
Penilaian mutu pelayanan kebidananPenilaian mutu pelayanan kebidanan
Penilaian mutu pelayanan kebidananrsd kol abundjani
 
Konsep dasar mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan
Konsep dasar mutu pelayanan kesehatan dan kebidananKonsep dasar mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan
Konsep dasar mutu pelayanan kesehatan dan kebidananyolandaputri18
 
Mutu pelayanan asuhan keperawatan
Mutu pelayanan asuhan keperawatanMutu pelayanan asuhan keperawatan
Mutu pelayanan asuhan keperawatanSulistia Rini
 
Modul 1 kb 2 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
Modul 1 kb 2 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatanModul 1 kb 2 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
Modul 1 kb 2 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatanUwes Chaeruman
 
Industri pelayanan kesehatan iv
Industri pelayanan kesehatan ivIndustri pelayanan kesehatan iv
Industri pelayanan kesehatan ivAgus Candra
 
Indikator Mutu Layanan Kesehatan
Indikator Mutu Layanan KesehatanIndikator Mutu Layanan Kesehatan
Indikator Mutu Layanan KesehatanErlina Wati
 
Jasa pelayanan kesehatan
Jasa pelayanan kesehatan Jasa pelayanan kesehatan
Jasa pelayanan kesehatan Hell Rohmika
 

Mais procurados (18)

Mutu pelayanan kesehatan
Mutu pelayanan kesehatanMutu pelayanan kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan
 
Konsep Dasar Jaminan Mutu
Konsep Dasar Jaminan MutuKonsep Dasar Jaminan Mutu
Konsep Dasar Jaminan Mutu
 
Konsep Dok Kep
Konsep Dok KepKonsep Dok Kep
Konsep Dok Kep
 
Makalah sistem sistem rujukan pelayanan di indonesia
Makalah sistem sistem rujukan pelayanan di indonesiaMakalah sistem sistem rujukan pelayanan di indonesia
Makalah sistem sistem rujukan pelayanan di indonesia
 
Rumah sakit sebagai industri
Rumah sakit sebagai industriRumah sakit sebagai industri
Rumah sakit sebagai industri
 
Mutu pelayanan kesehatan
Mutu pelayanan kesehatanMutu pelayanan kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan
 
Pengantar adm kes
Pengantar adm kesPengantar adm kes
Pengantar adm kes
 
Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan
Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi KeperawatanManfaat dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan
Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan
 
Manfaat program jaminan mutu
Manfaat program jaminan mutuManfaat program jaminan mutu
Manfaat program jaminan mutu
 
Penilaian mutu pelayanan kebidanan
Penilaian mutu pelayanan kebidananPenilaian mutu pelayanan kebidanan
Penilaian mutu pelayanan kebidanan
 
Konsep dasar mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan
Konsep dasar mutu pelayanan kesehatan dan kebidananKonsep dasar mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan
Konsep dasar mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan
 
Mutu pelayanan asuhan keperawatan
Mutu pelayanan asuhan keperawatanMutu pelayanan asuhan keperawatan
Mutu pelayanan asuhan keperawatan
 
Modul 1 kb 2 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
Modul 1 kb 2 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatanModul 1 kb 2 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
Modul 1 kb 2 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
 
Industri pelayanan kesehatan iv
Industri pelayanan kesehatan ivIndustri pelayanan kesehatan iv
Industri pelayanan kesehatan iv
 
Instalasi Gawat Darurat dan Etalase Rumah Sakit
Instalasi Gawat Darurat dan Etalase Rumah SakitInstalasi Gawat Darurat dan Etalase Rumah Sakit
Instalasi Gawat Darurat dan Etalase Rumah Sakit
 
Indikator Mutu Layanan Kesehatan
Indikator Mutu Layanan KesehatanIndikator Mutu Layanan Kesehatan
Indikator Mutu Layanan Kesehatan
 
Angelina rendang
Angelina rendangAngelina rendang
Angelina rendang
 
Jasa pelayanan kesehatan
Jasa pelayanan kesehatan Jasa pelayanan kesehatan
Jasa pelayanan kesehatan
 

Semelhante a Bab 1 UT RAHA

SI & PI 6, Achmad Lukman Harun, Hapzi Ali, Sistem Informasi Kesehatan di Pusk...
SI & PI 6, Achmad Lukman Harun, Hapzi Ali, Sistem Informasi Kesehatan di Pusk...SI & PI 6, Achmad Lukman Harun, Hapzi Ali, Sistem Informasi Kesehatan di Pusk...
SI & PI 6, Achmad Lukman Harun, Hapzi Ali, Sistem Informasi Kesehatan di Pusk...Achmad Lukman Harun
 
BAB I.docx
BAB I.docxBAB I.docx
BAB I.docxjumina2
 
chici widya.docx
chici widya.docxchici widya.docx
chici widya.docxRADICOM1
 
ANALISIS PROSES PELAYANAN KESEHATAN.pptx
ANALISIS PROSES PELAYANAN KESEHATAN.pptxANALISIS PROSES PELAYANAN KESEHATAN.pptx
ANALISIS PROSES PELAYANAN KESEHATAN.pptxayupamilih
 
7 si pi, jemmy esrom serang, hapzi ali, sistem informasi kesehatan di puskesm...
7 si pi, jemmy esrom serang, hapzi ali, sistem informasi kesehatan di puskesm...7 si pi, jemmy esrom serang, hapzi ali, sistem informasi kesehatan di puskesm...
7 si pi, jemmy esrom serang, hapzi ali, sistem informasi kesehatan di puskesm...JEMMY ESROM SERANG
 
Penilaian mutu pelayanan kebidanan melalui konsep pdca
Penilaian mutu pelayanan kebidanan melalui konsep pdcaPenilaian mutu pelayanan kebidanan melalui konsep pdca
Penilaian mutu pelayanan kebidanan melalui konsep pdcakhusnuleza
 
Indikator mutu pelayanan kebidanan
Indikator mutu pelayanan kebidanan Indikator mutu pelayanan kebidanan
Indikator mutu pelayanan kebidanan pjj_kemenkes
 
Kb1 etik dan legal praktik keperawatan pasien dengan prosedur sd
Kb1 etik dan legal praktik keperawatan pasien dengan prosedur sdKb1 etik dan legal praktik keperawatan pasien dengan prosedur sd
Kb1 etik dan legal praktik keperawatan pasien dengan prosedur sdpjj_kemenkes
 
Manajemen mutu dalam pelayanan kesehatan
Manajemen mutu dalam pelayanan kesehatanManajemen mutu dalam pelayanan kesehatan
Manajemen mutu dalam pelayanan kesehatanAndy Rahman
 
Sistem manajemen rawat jalan rumah sakit indonesia
  Sistem manajemen rawat jalan rumah sakit indonesia  Sistem manajemen rawat jalan rumah sakit indonesia
Sistem manajemen rawat jalan rumah sakit indonesiaSiti Julaiha
 
Kualitas Kepuasan R S
Kualitas Kepuasan  R SKualitas Kepuasan  R S
Kualitas Kepuasan R SDenny Tandya
 
Disiplin dan standar pelayanan kebidanan
Disiplin dan standar pelayanan kebidananDisiplin dan standar pelayanan kebidanan
Disiplin dan standar pelayanan kebidananBayu Fijrie
 
Modul 1 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
Modul 1 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatanModul 1 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
Modul 1 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatanUwes Chaeruman
 
Makalah teori sistem pelayanan kesehatan
Makalah teori sistem pelayanan kesehatanMakalah teori sistem pelayanan kesehatan
Makalah teori sistem pelayanan kesehatanSeptian Muna Barakati
 

Semelhante a Bab 1 UT RAHA (20)

Manfaat program jaminan mutu
Manfaat program jaminan mutuManfaat program jaminan mutu
Manfaat program jaminan mutu
 
Manfaat program jaminan mutu
Manfaat program jaminan mutuManfaat program jaminan mutu
Manfaat program jaminan mutu
 
Manfaat program jaminan mutu
Manfaat program jaminan mutuManfaat program jaminan mutu
Manfaat program jaminan mutu
 
SI & PI 6, Achmad Lukman Harun, Hapzi Ali, Sistem Informasi Kesehatan di Pusk...
SI & PI 6, Achmad Lukman Harun, Hapzi Ali, Sistem Informasi Kesehatan di Pusk...SI & PI 6, Achmad Lukman Harun, Hapzi Ali, Sistem Informasi Kesehatan di Pusk...
SI & PI 6, Achmad Lukman Harun, Hapzi Ali, Sistem Informasi Kesehatan di Pusk...
 
BAB I.docx
BAB I.docxBAB I.docx
BAB I.docx
 
chici widya.docx
chici widya.docxchici widya.docx
chici widya.docx
 
Ppt data dan yankes
Ppt data dan yankesPpt data dan yankes
Ppt data dan yankes
 
ANALISIS PROSES PELAYANAN KESEHATAN.pptx
ANALISIS PROSES PELAYANAN KESEHATAN.pptxANALISIS PROSES PELAYANAN KESEHATAN.pptx
ANALISIS PROSES PELAYANAN KESEHATAN.pptx
 
7 si pi, jemmy esrom serang, hapzi ali, sistem informasi kesehatan di puskesm...
7 si pi, jemmy esrom serang, hapzi ali, sistem informasi kesehatan di puskesm...7 si pi, jemmy esrom serang, hapzi ali, sistem informasi kesehatan di puskesm...
7 si pi, jemmy esrom serang, hapzi ali, sistem informasi kesehatan di puskesm...
 
Penilaian mutu pelayanan kebidanan melalui konsep pdca
Penilaian mutu pelayanan kebidanan melalui konsep pdcaPenilaian mutu pelayanan kebidanan melalui konsep pdca
Penilaian mutu pelayanan kebidanan melalui konsep pdca
 
Indikator mutu pelayanan kebidanan
Indikator mutu pelayanan kebidanan Indikator mutu pelayanan kebidanan
Indikator mutu pelayanan kebidanan
 
Kb1 etik dan legal praktik keperawatan pasien dengan prosedur sd
Kb1 etik dan legal praktik keperawatan pasien dengan prosedur sdKb1 etik dan legal praktik keperawatan pasien dengan prosedur sd
Kb1 etik dan legal praktik keperawatan pasien dengan prosedur sd
 
Manajemen mutu dalam pelayanan kesehatan
Manajemen mutu dalam pelayanan kesehatanManajemen mutu dalam pelayanan kesehatan
Manajemen mutu dalam pelayanan kesehatan
 
Sistem manajemen rawat jalan rumah sakit indonesia
  Sistem manajemen rawat jalan rumah sakit indonesia  Sistem manajemen rawat jalan rumah sakit indonesia
Sistem manajemen rawat jalan rumah sakit indonesia
 
Pasien safety
Pasien safetyPasien safety
Pasien safety
 
Kualitas Kepuasan R S
Kualitas Kepuasan  R SKualitas Kepuasan  R S
Kualitas Kepuasan R S
 
Disiplin dan standar pelayanan kebidanan
Disiplin dan standar pelayanan kebidananDisiplin dan standar pelayanan kebidanan
Disiplin dan standar pelayanan kebidanan
 
Modul 1 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
Modul 1 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatanModul 1 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
Modul 1 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
 
Makalah teori sistem pelayanan kesehatan
Makalah teori sistem pelayanan kesehatanMakalah teori sistem pelayanan kesehatan
Makalah teori sistem pelayanan kesehatan
 
Tugas 10 mmpk
Tugas 10 mmpkTugas 10 mmpk
Tugas 10 mmpk
 

Mais de Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Mais de Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Bab 1 UT RAHA

  • 1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sarana pelayanan kesehatan/sarpelkes (Rumah Sakit, Klinik, Laboratorium, Puskesmas) adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud meliputi peralatan medis dan nonmedis harus memenuhi standar pelayanan, persyaratan keamanan, keselamatan dan laik pakai. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 16 ayat 2, peralatan medis sebagaimana dimaksud diatas harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang. Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang diperlukan setiap orang. Hal ini telah didasari sejak berabad-abad yang lalu, dari bentuk pelayanan kesehatan oleh murid-murid Aesculapius yang dikenal dengan persaudaraan Aesculapid di Yunani, yang merupakan kumpulan para ahli kedokteran modern pada zamannya dengan Aesculapius sebagai maha gurunya dan Hippocrates dengan sumpahna untuk menjunjang tinggi profesi kedokteran. Dan seterusnya sampai saat ini para ahli kedokteran dan kesehatan senantiasa berusaha meningkatkan mutu dirinya, profesinya, maupun peralatan kedokerannya demikian pula, kemampuan manajerial 1
  • 2. kesehatan, khususnya manajemen mutu pelayanan kesehatan juga ditingkatkan. Memasuki abad ke 21, yang semakin maju, adalah sudah seharusnya, bahwa pendekatan mutu paripurna yang berorientasi pada kepuasan pelanggan atau pasien menjadi strategi utama bagi organisasi pelayanan kesehatan di Indonesia, agar supaya tetap eksis, ditengah persaingan global yang semakin ketat. Pada tahun 2003, kawasan Asia Tenggara akan menjadi kawasan perdagangan bebas. Pada tahun 2010, Negara-negara maju di kawasan Asia Pasifik akan membuka pintunya lebar-lebar bagi komoditi dan jasa yang kita hasilkan. Sebaliknya pada tahun 2020, kita harus membuka lebar pasaran kita untuk menerima komoditi dan jasa dari Negara maju. Hal ini berarti bahwa pada saat itu, kita harus mampu bersaing, khususnya dalam pelayanan kesehatan, tidak hanya dengan sesame sejawat dalam negeri, namun benar-benar harus mampu bersaing dengan sejawat Negara lain yang mungkin lebih maju atau bahkan sangat maju atau sangat professional. Salah satu strategi yang paling tepat dalam mengantisipasi adanya persaingan adalah melalui pendekatan mutu paripurna (Total Quality Management) atau peningkatan mutu berkelanjutan (Continue Quality Improvement) dalam pelayanan kesehatan yang berorientasi selain pada proses pelayanan yang bermutu, juga mutu pelayanan kesehatan yang sesuai dengan keinginan pelanggan atau pasien, dengan motto yang masih actual sampai saat ini “Pasien adalah Raja di Rumah Sakit atau Puskesmas”, suatu pergesaran paradigm yang seharusnya terjadi, bukan “Dokter yang menjadi raja di rumah sakit atau puskesmas”. Semuanya ini jelas memerlukan upaya-upaya yang cukup kompleks. Untuk itu semua jajaran dari pejaat struktural dan pejabat fungsional dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya, namun juga yang paling penting adalah mengubah sikap mental pejabat yang ingin dilayani menjadi pelayan kesehatan yang dipercaya. 2
  • 3. Organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas, praktek dokter, apotek, laboratorium dan sebagainya pada dasarnya adalah organisasi jasa pelayanan umum. Oleh karenanya rumah sakit dan puskesmas dan organisasi pelayanan kesehatan lainnya sebagai pelayanan pelayan masyarakat perlu memiliki karakter mutu pelayanan kesehatan prima yang sesuai denga harapan pasien, selain diharapkan membentuk pelayanan medis yang bermutu. Hal tersebut seharusnya disadari oleh para manajer kedokteran dan kesehaan di segala lapisan dan kedudukan termasuk tenaga medis, paramedik, apotek, laboratorium, petugas dapur, petugas transportasi ambulance, petugas kebersihan dan seluruhnya. Dalam sebuah organisasi pemecahan masalah dan pembuatan keputusan adalah salah satu dari proses manajemen yang sangat penting khususnya dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Hal ini dikarenakan bahwa pada hakekatnya fungsi-fungsi manajemen lainnya dilatar belakangi oleh adanya sebuah keputusan yang diambil oleh seorang manajer yang kemudian secara hirarkis dibuat oleh lini-lini manajemen di tingkat staf-staf yang diperlukan. Selain itu, masalah pengambilan keputusan merupakan hal yang paling mendasar dimiliki oleh decision maker demi kesuksesan sebuah organisasi. Pemahaman terhadap akar permasalahan adalah hal yang dominan sehingga pengambilan keputusan dapat dipertanggungjawabkan. Pengambilan keputusan juga mutlak dibutuhkan bagi manajer pelayanan kesehatan dengan usaha meminimalisir resiko, pemanfaatan dan penghematan anggaran serta efisiensi dan efektivitas sebuah kegiatan agar menjamin kualitas sebuah pelayanan kesehatan. Rumah sakit seyogyanya mempertimbangkan bahwa pelayanan di rumah sakit merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional dibidang pelayanan kesehatan dan tingkat pelayanan yang akan membangun suatu kontinuitas pelayanan. Maksud dan tujuannya adalah menyelaraskan kebutuhan pasien dibidang pelayanan kesehatan dengan pelayanan yang tersedia di rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya. Hasilnya 3
  • 4. adalah meningkatkan mutu pelayanan pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah sakit. Informasi diperlukan untuk membuat keputusan yang benar tentang : Kebutuhan pasien yang mana yang dapat dilayani rumah sakit, Pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien serta Transfer dan pemulangan pasien yang tepat ke rumah atau ke palayanan lain. Banyak harapan yang dikemukakan tentang mutu pelayanan kesehatan. Dalam makalah ini akan diuraikan masalah yang berkaitan dengan pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, metode statistik, dan tentang evaluasi pelayanan kesehatan. Dikemukakan pula tentang standarisasi dan akreditasi pelayanan kesehatan yang merupakan bagian dari kegiatan menjaga mutu pelayanan kesehatan. Meskipun yang dikemukakan sebagian besar adalah standarisasi dan akreditasi rumah sakit, namun apabila lebih dicermati berbagai hal dapat menjadi acuan untuk Puskesmas maupun organisasi pelayanan kesehatan yang lain. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi rumusan masalah yaitu bagaimana Data Dan Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini ialah untuk mengetahui Data Dan Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan. 4
  • 5. BAB 1I PEMBAHASAN DATA DAN JAMINAN MUTU LAYANAN KESEHATAN 2.1 Pengertian 1. Data Data merupakan salah satu hal utama yang dikaji dalam masalah Teknologi Informasi dan Komunikasi. Penggunaan dan pemanfaatan data sudah mencakup banyak aspek. Berikut adalah pembahasan definisi data berdasarkan berbagai sumber. Data menggambarkan sebuah representasi fakta yang tersusun secara terstruktur, dengan kata lain bahwa “Generally, data represent a structured codification of single primary entities, as well as of transactions involving two or more primary entities .” (Vercellis, 2009: 6). Selain deskripsi dari sebuah fakta, data dapat pula merepresentasikan suatu objek sebagaimana dikemukakan oleh Wawan dan Munir (2006: 1) bahwa “Data adalah nilai yang merepresentasikan deskripsi dari suatu objek atau kejadian (event) “ Dengan demikian dapat dijelaskan kembali bahwa data merupakan suatu objek, kejadian, atau fakta yang terdokumentasikan dengan memiliki kodifikasi terstruktur untuk suatu atau beberapa entitas. 2. Informasi Informasi merupakan sesuatu yang dihasilkan dari pengolahan data. Data yang sudah ada dikemas dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah informasi yang berguna. Berikut adalah definisi informasi berdasarkan berbagai sumber. Informasi merupakan suatu hasil dari pemrosesan data menjadi sesuatu yang bermakna bagi yang menerimanya, sebagaimana dikemukakan oleh Vercellis (2009: 7) “Information is the outcome of extraction and processing activities carried out on data, and it appears meaningful for those who 5
  • 6. receive it in a specific domain .” Selain merupakan hasil dari pengolahan data, informasi juga menggambarkan sebuah kejadian, sebagaimana dikemukakan oleh Wawan dan Munir (2006: 1) bahwa “Informasi merupakan hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian (event) yang nyata (fact) dengan lebih berguna dan lebih berarti “. Dengan demikian informasi dapat dijelaskan kembali sebagai sesuatu yang dihasilkan dari pengolahan data menjadi lebih mudah dimengerti dan bermakna yang menggambarkan suatu kejadian dan fakta yang ada. 3. Mutu Banyak pengertian tentang mutu antara lain: 1. Mutu adalah tingkat kesempurnaan dan penampilan sesuatu yang sudah diamati ( Wnston Dictionary, 1956 ) 2. Mutu adalah sifat ang dimiliki oleh suatu progam ( Donabedian,1980 ) 3. Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri suatu barang atau jasa yang didalamnya terkandung pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para pengguna ( DIN ISO 8402, 1986 ) Jadi , Mutu ( quality ) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuan dalam memuaskan kebutuhan konsumen, baik kebutuhan yang dinyatakan maupun kebutuhan yang tersirat. Mutu juga adalah suatu konsep yang multi dimensi, artinya pengertiannya akan berbeda-beda dari orang per orang tergantung pada kepentingan, latar belakang kehidupan, pendidikan, dan harapan seseorang terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan. Beberapa pengertian tentang mutu pelayanan kesehatan: 1. Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap jasa pemakai pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata- rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi ( Azhrul Aswar,1996 ) 6
  • 7. 2. Mutu pelayanan kesehatan adalah Memenuhi dan melebihi kebutuhan serta harapan pelanggan melalui peningkatan yang berkelanjutan atas seluruh proses. Pelanggan meliputi pasien, keluarga, dan lainnya yang datang untuk mendapatkan pelayanan dokter, karyawan ( Mary R. Zimmerman ) Pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan baik perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat. Pelayanan Medik Dasar adalah bagian dari pelayanan kesehatan yang dilandasi ilmu klinik (clinical science). Pelayanan medik dasar merupakan pelayanan medik perorangan yang meliputi aspek: a. Pencehahan primer (health promotion & specific protection) yang dapat dilakukan oleh tenga non medik dan medik/kesehatan b. Pencegahan sekunder, yang terdiri dari deteksi dini dan pengobatan serta pembatasan cacat c. Pencegahan tersier, berupa rehabilitsi medik yang dilakukan oleh dokter/perawat, sesuai dengan kompetensi yang berkaitan dengan keahliannya. Pelayanan kesehatan adalah tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang di satu pihak menimbulkan kepuasan pelanggan (pasien/klien) sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata pelanggan, serta di pihak lain tatacara penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan etika profesi yang telah ditetapkan. Secara umum pengertian mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar, effisien, dan efektif serta diberikan secara aman dan menuaskan secara norma , etika, hukum dan sosial budaya 7
  • 8. dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah , serta masyarakat konsumen. Selain itu mutu pelayanan kesehatan diartikan berbeda sebagai berikut : 1. Menurut pasien/ masyarakat empati , menghargai, dan tanggap sesuai dengan kebutuhan dan ramah. 2. Menurut petugas kesehatan adalah bebas melakukan segala sesuatu secara profesional sesuai dengan ilmu pengetahuan, keterampilan , dan peralatan yang memenuhi standar. 3. Menurut manajer / administrator adalah mendorong manager untuk mengatur staf dan pasien/ masyarakat yang baik. 4. Menurut yayasan atau pemilik adalah menuntut pemilik agar memiliki tenaga profesional yang bermutu dan cukup. Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi tentang masalah peayanan kesehatan seharusnya pedoman yang dipakai adalah hakekat dasar dari diselenggaranya pelayanan kesehatan tersebut. Yang dimaksud hakekat dasar tersebut adalah memenuhi kebutuhan dan tuntunan para pemakai jasa pelayanan kesehatan yang apabila berhasil dipenuhi akan menimbulkan rasa puas (client satisfaction) terhadap pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Jadi yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan adalah menunjuk pada ringkat pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan kesehatan. Sekalipun pengertian mutu yang terkait dengan keputusan ini telah diterima secara luas , namun penerapannya tidaklah semudah yang diperkirakan. Masalah pokok yang ditemukan ialah karena kepuasan tersebut bersifat subjektif. Tiap orang, tergantung dari kepuasan yang dimiliki, dapat saja memiliki tingkat kepuasan yang berbeda untuk satu mutu pelayanan kesehatan yang sama. Disamping itu sering pula ditemukan pelayanan kesehatan yang sekalipun dinilai telah memuaskan pasien, namun 8
  • 9. ketika ditinjau dari kode etik serta standar pelayanan profesi, kinerjanya tetap tidak terpenuhi. Kesimpulan, Jadi mutu pelayanan kesehatan menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, di mana di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata- rata penduduk, akan tetapi di pihak lain dalam tatacara penyelenggaraannya juga sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan adalah suatu proses upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan berdasarkan standar yang telah ditetapkan serta menentukan dan melaksanakan cara pemecahan masalah mutu sesuai dengan kemampuan yang ada dan menilai hasil yang dicapai guna menyusun saran trindaklanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. 2.2 Data Dan Jaminan Mutu Layanan Kesehatan 1. Data dan informasi Keberhasilan penerapan jaminan mutu layanan kesehatan sangat bergantung pada ketersediaan informasi yang tapat dan akurat yang dapat digunakan. Informasi adalah hasil pengumpulan data setelah data itu diolah, dianalisis dan diinterprestasi. Suatu keputusan baru dapat dibuat setelah informasi yang dierlukan tersedia. Ketetapan suatu keputusan yang diambil akan bergantung pada keakuratan informasi yang tersedia dan ketersediaan informasi yang tepat waktu. Data yang terdapat dalam Tabel 19.1 adalah berat bdan bayi yang lahir di puskesmas Sumberwaras dalam gram selama bulan Januari dan Februari tahun 1999. Coba buat data tersebut menjadi informasi! 9
  • 10. Berdasarkan rata-rata hitung berat badan bayi yang lahir pada bulan Januari dan Februari, informasi yang diperoleh, antara lain: Dalam bulan Januari rata-rata berat badab bayi lahir adalah 2933 g. Dalam bulan Februari rata-rata berat badan bayi adalah 2700 g. Dalam bulan februari rata-rata berat badan bayi lahir mengalami penurunan. Informasi tersebut dapat pula disajikan degan cara lain, yaitu dengan membandingkan berat badan bayi lahir dengan bayi lahir dengan berat badan bayi lahir normal (2500 gram), seperti berikut: Table 19.1 Berat badan bayi lahir (dalam gram) Januari 3500 3300 2800 3400 2200 2900 3100 2400 2800 26.400 Februari 2700 2200 2900 3100 2400 2400 2800 3100 21.600 Sumber: dikutip dari Mimeograph Modul Pemanfaatan Data, Pemecahan Masalah Bersumber Daya Tim Dalam bulan Jauari, 2 dari 9 kelahiran menghasilkan bayi dengan berat badan di bawah 2500 gram atau berat badan bayi lahir rendah (BBLR). Dalam bulan Februari, 3 dari 8kelahiran menghasilkan bayi dengan berat badan di bawah 2500 gram atau berat badan bayi lahir rendah (BBLR) 10
  • 11. Proporsi bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) mengalami peningkatan dalam bulan februari dan jika ditampilkan dengan grafik akan terlihat seperti grafik di bawah ini. 25 20 15 Bayi BB normal 10 Bayi BB rendah 5 0 Januari Februari Perhitungan rata-rata berat badan bayi lahir tidak lazim dilakukan, yang pentingdiketahui adalah jumlah bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) karena diperlukan untuk melakukan tindak lanjut. 2. Sumber dan jenis data Pengalaman dan pengamatan lapangan menunjukkan bahwa penggunaan data dalam siklus pemecahan masalah mutu layanan kesehatan merupakan salah satu matarantai kegiatan yang paling lemah. Oleh sebab itu, sumber, jenis data, dan metode perolehan data perlu dijelaskan. Data yang berada di lingkunga Puskesmas dapat berasal dari rekam medic, catatan puskesmas, masyarakat, dan sebagainya. Data juga dapat dibagi menjadi dua jenis, data kualitatif dan data kuantitatif. Selain itu data juga dapat dikelompokkan berdasarkan motode pengumpulannya, antara lain: Data perimer, yaitu data yang di peroleh langsung dari sumbernya, misalnya keluhan pasien atau hasil wawancara dengan pasien. 11
  • 12. Data skunder, yaitu data yang diperoleh tidak langsung dari sumbernya, misalnya diambil dari rekam medic, laporan puskesmas atau catatan puskesmas. Data saling tsilang atau Cross sectional data data, yaitu data yang dikumpulkan pada suatu saat tertentu, misalnya jumlah pasien pada hari kamis atau jumlah kelahiran pada tanggal 3 Februari 1999. Data longitudinal, yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu, misalnya jumlah kasus diare tifa bulan berturut-turu, jumlah layanan antenatal setiap bulan dalam tiga tahun berturut-turut. Data longitudinal dapat digunakan untuk melihat kecenderungan, pola penyakit musiman, atau data diluar kisaran. 3. Besar sampel Ada beberapa rumus yang dapat digunakan untuk menetukan besar sampel pengumpulan data. Besar sampel dalam penggunaan siklus pemecahan masalah mutu layanan kesehatan tidak terlalu penting, karena pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan bukan kegiatan penelitian atau riset. Kumpulkan data sampe anda yakin bahwa anda telah memahami pola yang terkumpul sehingga dapat membuat suatu keputusan. Ada kalanya diperlukan 15 sampel saja, tetapi ada kalanya juga diperlukan 100 sampel atau lebih. Besar smpel dapat ditentukan berdasarkan variasi data dan jenis keputusan yang akan dibuat. Apabila tidak ada variasi jawaban, pengumpulan data tidak perlu banyak. Pengumpulan data dapat dihentikan jika data telah menunjukkan arah suatu keputusan yang jelas. Contoh, seorang pasien diberi obat Cotrimoxazole. Sore harinya pasien itu datang ke puskesmas dengan keluhan gatal pada seluruh badan disertai wajah yang bengkak akibat reaksi minum obat Cotrimoxazole. 12
  • 13. Table 19.2 Alasan 15 Ibu bersalindengan bantuan dukun Alasan Jumlah Ibu Biaya dukun murah 6 Takut dijahit oleh bidan 4 Bidan tempat tinggalnya jauh 3 Duku kerabat saya 1 Biasa bersalin dengan dukun 1 Jumlah 15 Jika demikian puskesmas tidak perlu mengumpulkan data lain sebelum mengambil keputusan untuk mengganti obat antibiotika lain. Dengan data tunggal saja sudah cukup untuk membuat keputusan. Contoh lain, karena ada keluhan masyarakat, puskesmas melakukan wawancara kepada 30 anggota masyarakat. Wawancara tersebut ternyata menghasilkan 26 jenis usulan untuk memperbaiki layanan kesehatan puskesmas. Hasil wawancara tersebut menunjukkan variasi yang begitu besar sehingga diperlukan pengumpulan data yang lebih banyak lagiagar keputusan untuk memperbaiki layanan kesehatan puskesmas dapat ditentukan. Contoh lain, untuk mengetahui mengapa ibu lebih suka melakukan persalinan dengan bantuan dukun dari pada bidan, melakukan wawancara terhadap 15 ibu yang melakukan persalinan dengan bantuan dukun. Hasilnya antara lain 6 ibu menjawab dukun murah, 4 ibu menjawaab takut jahit oleh bidan, 3 ibu menjawab tempat tinggal bidan jauh, seorang ibu menjawab dukun adalah kerabatnya, dan seorang lagi menjawab sudah biasa bersalin dengan bantuan dukun. Meskipun terdapat 5 jenis jawaban, tetapi jawaban yang terbanyak ialah biaya dukun murah, takut dijahit oleh bidan, dan tempat tinggal bidan jauh. Apakah diperlukan pengumpulan data lagi ? apakah akan terjadi perbuhan distribusi jawaban ? kemungkinan besar tidak akan terjadi perubahan distribusi jawaban, pengumpulan data tidak diperlukan lagi. Berdasarkan hasil pengumpulan data tersebut kita sudah dapat bisa mengambil suatu keputusan. Contoh, pada sebuah puskesmas, terdapat sedikit sekali balita dengan diaknosis pneumonia yang datang berobat kembali 13
  • 14. setelah dua hari beobat di rumah. Setelah dilakukan pengamatan terhadap seorang perawat yang selalu menangani balita batuk dan kesulitan bernapas, hasilnya dicatat pada table 19.3.apakah data tersebut sudah cukup untuk megambil suatu keputusan terhadap perawat tersebut. Table 19.3 Hasil pengamatan terhadap perawat yang sedang melakukan penyuluhan kesehatan kepada ibu yang balitanya menderita pneumonia. Apakah perawat Memberitahu kapan ibu harus kembali Balita A Balita B Balita C Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Meminta ibu mengulangi apa pesan yang telah disampaikan oleh perwat Menanyakan kepada ibu apakah ingin mengajukan pertanyaan tersebut Berdasarkan data yang terkumpul, diambil kesimpulan bahwa perawat tidak melakukan penyuluhan kesehatan dengan baik sehingga para ibu-ibu tidak membawah balitanya untuk melakukan tidak lanjut setelah dua hari beobat dirumah. Semua kegiatan perawat, konsisten tidak dilakukan. Dengan demikian kemungkinan besar data yang terkumpul itu sudah cukup untuk mengambil suatu kesimpulan dan keputusan. Mengapa demikian? Pengalaman menunjukkan bahwa petugas kesehatan umumnya cenderung konsisten dalam memberikan layanan kesehatan. Perawat itu ternyata konsisten tidak melakukan penyuluhan kesehatan yang bai, yaitu tidak member tahu kapan ibu harus datang kembali ke Puskesmas 14
  • 15. membawa balitanya, tidak menanyakan apakh ibu mengerti pesan apa yang telah disampaikan, dan tidak member kesempatan pada ibu untuk bertanya. Contoh lain, dengan wilayah kerja suatu puskesmas, jumlah bayi yang telah mendapat imunisasi lengkap sangat sedikit. Penyebebnya, kemungkinan besar ialah ibu tidak mengetahui manfaat imunisasi dan jenis penyakit apa saja yang dapat di cegah dengan imunisas. Untuk membuktikan hal tersebut dilakukan wawancara terhadap 25 ibu yang sedang membawa anaknya untuk imunisasiyaitu sewaktu akan meninggalkan puskesmas. Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan penyakit apa saja yang dapat dicegah dengan imunisasi. Hasil wawancara tersebut dapat dilihat dalam table 19.4. Table 19.4 Jawaban wawancara 25 ibu Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi Tetanus Tuberkolosis (TBC) Polio Batuk rejan Campak Difteri Hepatitis Malaria Kurang darah Jumlah ibu yang memberi jawaban 19 18 14 12 10 5 4 3 1 Table 19.5 Jawaban yang benar hasil wawancara 25 ibu Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi 7 jenis penyakit 6 jenis penyakit 5 jenis penyakit 4 jenis penyakit 3 jenis penyakit 2 jenis penyakit 1 jenis penyakit Julah ibu yang dapat menyebutkan jenis penyakit 1 2 2 3 5 15 7 15
  • 16. Meskipun jawabanya sangat bervariasi, jika kita simak dengan cermat maka dari jawaban yang di berikan oleh 25 ibu terdapat 2 macam jawaban, yaitu jawaban yang benar dan jawaban yang salah. Untuk jelas lihat table 19.5. hanya 52% dari ibu yang dapat menjawab dengan benar 3 jenis penyakit atau lebih yang dapat dicegah dengan imunisasi sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dari para ibu tersebut mengenai imunisasi perlukan ditingkatkan. Kesimpulan apa yang dapat dibuat dari data yang telah terkumpul di atas? Dari contoh di atas dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa tidak perlu melakukan analisis yang terlalu rinci atau kompleks karena sesungguhnya yang ingin diketahui hanyalah apakah ibu mengetahui jenis-jenis penyakit yang dapat di cengah dengan melakukan imunisasi. Jawaban pertanyaan tersebut tentu saja tidak, karena hanya 52% dari 25 ibu yang diwawancarai mengetahui 3 atau lebih peyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Contoh lain, suatu puskesmas menghadapi masalah terlalu banyaknya jumlah suntukan yang di berikan kepada pasien yang berobat. Untuk mengetahui pnyebabnya dilakukan pengamatan register harian selama 2 bulan berturut-turutterhadap setiap petugas puskesmas yang telah member suntikkan kepada pasien di puskesmas. Data yang terkumpul dimuat dalam table 19.6. Jika dilihat, jumlah rata-rata hitung suntikan yang dilakukan oleh setiap petugas puskesmas tidak terlalu banyak berbeda, meskipun suntikan terbanyak dilakukan oleh petugas B dan suntikan yang paling sedikit dilakukan oleh petugas C. Namun, apabila dicermati, petugas B pernah memberikan ≥11 suntikan selama 6 hari berturut-turut, mengapa? Apakah petugas B mendapat tugas tertentu? Sebaliknya petugas C, pernah selama 10 hari tidak pernah memberikan suntikan, apakah dia tidak masuk kerja? Dengan melihat hasil data yang telah dikumpulkan tersebut belum dapat disimpulkan bahwa banyaknya suntikan tersebut bukan karena ulah seseorang atau beberapa petugas saja. Apakah perlu mengumpulkan data lagi? Tentu saja perlu, tetapi untuk data yang lain, bukan sepertin data terdahulu. 16
  • 17. Agar pengumpulan data dapat dilakukan dengan mudah dan data yang terkumpul tertata sesuai kebutuhan, diperlukan suatu instrumen pengumpulan data, yaitu: Lembar periksa (checkseet) Daftar tilik atau (checklist) Kuesioner (questionnaires), dengan bentuk pertanyaan yang jelas atau spesifik dalam kalimat yang sederhana dan tidak memberikan pengertian ganda serta tidak sugestif. Tabel 19.8 Matriks data ibu-ibu balitanya pneumonia tidak kembali ke puskesmas Kemungkinan penyebab Ibu tidak tahu bahwa harus kembali ke puskesmas setelah 2 hari beobat di rumah Ibu menganggap tidak perlu kembali kepuskesmas setelah 2 hari Pertanyaan data Sumber data Metodologi Berapa % ibu mengetahui bahwa harus kembali ke puskesmas setelah 2 hari berobat di rumah? Berapa % ibu yang anak-anaknya menderita pneumonia menganggap penting periksa ulang? Ibu yang kembali tidak Wawancara Ibu yang kembali tidak Wawancara Sumber : dikutip dari mimeograph modul pemanfaatan data. Pemecahan masalah bersumber daya tim Contoh lain, dalam wilayah kerja suatu puskesmas banyak ibu yang tidak membawa balitanya yang menderita pneumonia kembali berobat ke puskesmas setelah 2 hari berobat di rumah. Untuk mengetahui penyebab masalah mengapa ibu tidak membawa balitanya ke puskesmas setelah 2 hari berobat di rumah, kelompok pemecah masalah membuat metriks dapat seperti tabel 19.8. 17
  • 18. Berikut bentuk untuk data di atas. Ibu tidak tahu bahwa harus kemabli ke puskesmas setelah 2 hari berobat di rumah, kuisionernya antara lain dapat dibuat sebagai berikut : 1. Apakah ibu mengetahui bahwa balita ibu harus di bawa kembali ke puskesmas untuk periksa ulang ? 2. Jika jawabannya tahu, dilanjutkan dengan pertanyaan berikut, kapan anaknya harus dibawa kembali kepuskesmas ? Ibu tidak menganggap perlu kembali ke puskesmas setelah 2 hari, di sisni ibu kemungkinan besar akan menjawab perlu, tetapi perlu dilanjutkan dengan pernyataan yang berikut : 1. Apakah perlu membawa balita ibu kembali ke puskesmas setelah 2 hari berobat di rumah ? jika jawabannya perlu, dilanjutkan dengan pernyataan berikut. 2. Apa perlunya membawa balita ibu kembali ke puskesmas setelah 2 hari berobat di rumah ? Dari jawaban ini akan terlihat apakah ibu mengerti arti penting membawah balitanya ke puskesmas setelah 2 hari berobat di rumah. Apabila jawabanya biasa saja, berarti ibu tidak tidak/kurang mengerti arti penting membawa balitanya kembali berobat ke puskesmas setelah 2 hari berobat di rumah. Jika jawabanya untuk dilihat dokter pakah balitanya menjadi lebih baik atau lebih parah atau perlu diperiksa oleh dokter untuk mendapat obat lain dan seterusnya. Berarti ibu mengerti mengapa harus membawa balitanya ke puskesmas setelah 2 hari berobat di rumah. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data yang berbentuk kuesioner ada 3 macam, antara lain : 18
  • 19. - Kuesioner tertutup (closed ended ) - Kuesioner terbuka (open ended) - Kuesioner kombinasi Kuesioner Tertutup Pada kuesioner tertutup, responden hanya akan memilih jawaban yang telah disediakan, misalnya : - Benar atau salah - Sering, jarang, tidak pernah - Ya atau tidak Pengelolaan dan analisis data yang dikumpulkan dengan kuesioner tertutup (closed ended) relatif lebih muda karena dapat di kualifikasikan. Kuesioner Terbuka Pada kuesioner terbuka (open ended) , responden harus memberikan uraian dari jawaban pernyataan yang terdapat dalam kuesioner sehingga data yang terkumpul relatif akan lebih sulit di analisis. Kuesioner Kombinasi Dengan membuat kuesioner gabungan yang terdiri dari kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka, informasi yang di peroleh akan lebih luas. Data dapat dikumpulkan dengan berbagia cara. Cara pengumpulan data yang akan digunakan akan disesuaikan dengan tujuan pengumpulan data dan dat apa yang diinginkan serta umber data apa yang diperlukan. Pengamatan Langsung Data yang diproleh dari pengamatan langsung merupakan data yang relatif paling baik. Pengamatan langsung ini dapat dilakukan dngan 3 cara, yaitu : Pengamatan langsung dengan daftar tilik 19
  • 20. cara ini sangat lazim di gunakan untuk melihat apakah telah terjadi suatu penyimpangan, misalnya penyimpanan terhadap prosedur atau standar layanan kesehatan. Pengamatan langsung tanpa daftar tilik Cara ini kurang baik, sebab hasil pengamatannya akan menjadi sangat subyektif dan kemungkinan besar setiap pengamatan akan memberikan hasil pengamatan yang berbeda sehingga akan menyulit dalam membuat kesimpulannya. Mystery shopper Mystery shopper maksudnya pengamatan dilakukan oleh seorang yang tidak dikenal atau misterius. Setelah dilatih, pengamatan misterius itu akan berpura-pura menjadi pasien dan mencatat semua yang dialaminya selama menjadi pasien. Cara ini dapat pula dilakukan dengan bertanya langsung kepada pasien. Pemeriksaan Kartu Rekam Medik Rekam medik pasien puskesmas seringkali tidak lengkap dan tidak akurat, namun suatu rekam medik. Selalu rekam dapat memberikan informasi yang bermanfaat mengenai mutu layanan kesehatan. Misalnya , kesalahan diognosis, kesalahan pengobatan, terhenti, terhenti, atau terputusnya suatu pengobatan, kegagalan pengobatan pada penyakit kronis, gagalnya rencana pemeriksaan ulang atau tidak lanjut yang telah di jadwalkan, kelengkapan data, dan tidak terlaksnannya rujukan pasien. Wawancara Wawancara adalah salah satu cara pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab pada seorang atau sekelompok orang atau responden untuk meminta pendapat atau keterangan mengenai sesuatu hal yang dianggap perlu dan penting. Wawancara ada 2 macam, yaitu; 1. Wawancara perorangan 20
  • 21. Wawancara perorangan diguanakan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku perorangan. 2. Wawancara kelopok Wawancara kelompok adalah wawancara yang dilakukan kepada sekelompok responden, (5-10 orang). Wawancara kelompok tidak dapat digunakan untuk memperoleh informasi pribadi, pendapat dan tanggapan pribadi, data kuantitatif, serta informasi yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh penerimaan masyarakat atau kelompok. Ada satu bentuk wawancara kelompok yang disebut dengan nama diskusi kelompok terarah (focus group discussion, FGD). Pelaksanaan diskusi ini harus memenuhi syarat, antara lain : kelompok responden harus setara dan homogen jumlah responden dalam kelompok 5-10 orang dilaksanakan pada tempat yang netral dan harus dipandu oleh seorang fasilitator yang dibantu oleh seorang pembuat catatan, jika mungkin dilengkapi pula dengan alat perekam, baik audio maupun visual. Lama diskusi 1-2 jam Persiapan diskusi kelompok terarah antara lain, menetapkan tujuan diskusi, menyusun skenario dan pertanyaan untuk pengarahan, menentukan responden , dan memberikan pemberitahuan kepada responden. Manfaat diskusi kelompok terarah antara lain, peserta akan terangsang untuk memikirkan atau mengajukan gagasan baru setelah mendengar apa yang di ungkapkan peserta lain dn menimbulkan keberanian kepada peserta untuk berbicara mengenai sesuatu hal, setelah mendengar peserta lain mengungkapkan persoalan tersebut. Dapat mengetahui apakah ada hal yang dipertentangkan. Jika terjadi perdebatan di antara peserta, perdebatan itu menunjukkan bahwa para peserta mempunyai suatu gagasan atau pandangan yang kuat sehingga berupaya mempertahankannya. 21
  • 22. Berikut contoh penggunaan rekam medik sebagai sumber data. Di suatu puskesmas banyak sekali ibu yang tidak membawa balitanya yang menderita pneumonia kembali berobat ke puskesmas setelah 2 hari berobat di rumah. Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap 25 rekam medik balita yang di diagnosis menderita pneumonia, ternyata hanya 25 % ibu yang membawa balitannya kembali berobat ke puskesmas. Untuk mencari penyebab ketidak hadiran ibu tersebut di puskesmas guan tindak lanjut, dilakukan wawancara terhadap 15 ibu yang balitannya didiagnosis menderita pneumonia sewaktu ibu tersebut akan meninggalkan peskesmas. (exit interview). Hasil wawancara dapat dilihat dalam tabel 19.9 Tabel 19.9 Jawaban wawancara 15 ribu yang balitanya menderita pneumonia No 1 2. Pertanyaan Apakah ibu perlu membawa kembali anak ke puskesmas untuk periksa ulang ? Kapan ibu harus membawa anak ibu kembali ke peskesmas untuk tindak lanjut ? Setealh 2 hari Setelah 3 hari Jawaban ibu Ya 5 Tidak 10 4 1 Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulak bahwa: Hanya ibu (26,6%) yang mengetahui bahwa harus membawa kembali anaknya setelah 2 hari. Hanya dengan membuat 2 pertanyaan, dapat terungkap mengapa ibu tidak datang kembali ke puskesmas untuk tidak lanjut setelah 2 hari berobat di rumah, yaitu karena ketidaktahuan. Penyebab ketidaktahuan mungkin karena tidak dilakukan penyuluhan kesehatan 22
  • 23. kepada ibu atau penyuluhan kesehatan dilakukan tetapi pesannya tidak didengar dan tidak dimengerti oleh ibu. Karena penyebab masalah adalah penyuluhan kesehatan, maka harus dilakukan pengamatan langsung terhadap petugas puskesmas yang sedang memberi penyuluhan kesehatan kepada ibu yang anaknya menderita pneumonia. 23
  • 24. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dengan demikian dapat dijelaskan kembali bahwa data merupakan suatu objek, kejadian, atau fakta yang terdokumentasikan dengan memiliki kodifikasi terstruktur untuk suatu atau beberapa entitas. Dari data dapat di hasilkan suatu informasi. Informasi merupakan sesuatu yang dihasilkan dari pengolahan data. Data yang sudah ada dikemas dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah informasi yang berguna. Berikut adalah definisi informasi berdasarkan berbagai sumber. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan adalah suatu proses upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan berdasarkan standar yang telah ditetapkan serta menentukan dan melaksanakan cara pemecahan masalah mutu sesuai dengan kemampuan yang ada dan menilai hasil yang dicapai guna menyusun saran trindaklanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Keberhasilan penerapan jaminan mutu layanan kesehatan sangat bergantung pada ketersediaan informasi yang tapat dan akurat yang dapat digunakan. Informasi adalah hasil pengumpulan data setelah data itu diolah, dianalisis dan diinterprestasi. Suatu keputusan baru dapat dibuat setelah informasi yang dierlukan tersedia. Ketetapan suatu keputusan yang diambil akan bergantung pada keakuratan informasi yang tersedia dan ketersediaan informasi yang tepat waktu. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan 24
  • 25. serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya. b. Saran Diharapkan agar ketersediaan informasi yang tapat dan akurat yang dapat selalu digunakan di unit-unit pelayanan kesehatan. Karena keberhasilan penerapan jaminan mutu layanan kesehatan sangat bergantung pada ketersediaan informasi yang tapat dan akurat yang dapat digunakan. Informasi adalah hasil pengumpulan data setelah data itu diolah, dianalisis dan diinterprestasi. Suatu keputusan baru dapat dibuat setelah informasi yang dierlukan tersedia. Ketetapan suatu keputusan yang diambil akan bergantung pada keakuratan informasi yang tersedia dan ketersediaan informasi yang tepat waktu. Sehingga dengan begitu dapat meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas maupun di unit-unit pelayanan kesehatan lainnya. Agar selalu menerapkan Asuhan keperawatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien maupun keluarga, sehingga dapat menentukan asuhan keperawatan yang sesuai baik bagi individu maupun keluarga. Komunikasi dengan pasien maupun keluarga perlu ditingkatkan terutama mengenai sesuatu yang berhubungan dengan rencana dan tujuan keperawatan yang akan diberikan, sehingga pasien atau keluarga mengetahui rencana dan jenis perawatan yang akan diterimanya. Meningkatkan disiplin kepada karyawan yang sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga dapat menumbuhkan kehandalan pelayanan kesehatan dan akhirnya meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas maupun di unit-unit pelayanan kesehatan lainnya pula. 25
  • 26. DAFTAR PUSTAKA Aditama. Tjandra Yoga. 2002. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Universitas Indonesia Press. Jakarta, Wijono, Djoko, 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Vol. I, Surabaya, Airlangga, University Press. _______, 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Vol. II, Surabaya, Airlangga, University Press. Boy S, Sabarguna. 2004. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Penerbit Konsorsium Rumah Sakit Islam Jateng DI Yogyakarta, Imbalo S, Pohan. 2007. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran. Ecg, Depkes. 2008. Petunjuk Tehnis Program Jaminan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas dan Jaringannya. Jakarta : Dirjen Binkesmas. Ahmad Djojosugito, 2001. Kebijakan Pemerintah Dalam Pelayanan Kesehatan Menyongsong AFTA 2003, Pusat Data dan Informasi PERSI, Jakarta, Azwar. Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara. Jakarta. Depkes RI, 1996. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Cetakan IV, Jakarta. Effendy. Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi Kedua. EGC : Jakarta. Eli Nurachma, 2007.Asuhan Keperawatan Bermutu Di Rumah Sakit, Jurnal Keperawatan dan Penelitian Kesehatan, Jakarta. Entjang. I.. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti. Jakarta. 26
  • 27. Guwandi. 1991.Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Rineka Cipta. Jakarta. Laksono Trisantoro, 2005. Good Governance dan Sistem Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Surabaya. Evy. 2011. Jaminan Mutu Dan Manajemen Pelayanan. Tersedia di: http://evynurhidayah.blogspot.com/2011/02/jaminan-mutu-dan-manajemenpelayanan.html. Diakses Pada Tanggal 18 Mei 2013 Hermawan, lukas. 2010. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar. Tersedia di: http://drlukashermawan.blogspot.com/2010/01/jaminan-mutu-playanankesehatan-dasar.html . Diakses Pada Tanggal 18 Mei 2013 Hardy. 2011. Mutu Pelayanan Kesehatan. Tersedia di: http://hardysengawang.blogspot.com/2011/12/makalah-mutu-pelayanankesehatan.html. Diakses Pada Tanggal 18 Mei 2013 Saputra, Rudy. 2010. Jaminan Mutu Dan Manajemen Pelayanan. Tersedia di: http://www.carantrik.com/2010/04/jaminan-mutu-dan-manajemenpelayanan.html . Diakses Pada Tanggal 18 Mei 2013 27