SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 14
BAB I 
PENDAHULUAN 
1. LATAR BELAKANG 
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan 
pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang 
yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah penyebab 
obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan tetapi yang paling 
sering pada neonatus. Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital 
dimana tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan 
abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus 
secara spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah keluarnya 
feses secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen 
yang tidak adalion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat 
menyebabkan dilatasi usus proksimal. 
Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch pada tahun 
1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang mendeskripsikan 
megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi terjadinya penyakit ini tidak 
diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana Robertson dan Kernohan menyatakan 
bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan peristaltik 
dibagian distal usus defisiensi ganglion. Penyakit hisprung terjadi pada 1/5000 kelahiran 
hidup. Insidensi hisprung di Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 
5000 kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkay kelahiran 35 
permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit hisprung. 
Insidens keseluruhan dari penyakit hisprung 1: 5000 kelahiran hidup, laki-laki lebih banyak 
diserang dibandingkan perempuan ( 4: 1 ). Biasanya, penyakit hisprung terjadi pada bayi 
aterm dan jarang pada bayi prematur. Penyakit ini mungkin disertai dengan cacat bawaan dan 
termasuk sindrom down, sindrom waardenburg serta kelainan kardiovaskuler. 
Selain pada anak, penyakit ini ditemukan tanda dan gejala yaitu adanya kegagalan 
mengeluarkan mekonium dalam waktu 24-48 jam setelah lahir, muntah berwarna hijau dan 
konstipasi faktor penyebab penyakit hisprung diduga dapat terjadi karena faktor genetik dan 
faktor lingkungan. 
2. TUJUAN 
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi dan menambah pengetahuan kepada para 
pembaca khususnya kepada mahasiswa Akademi keperawatan mengenai penyakit hisprung. 
ii
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. KONSEP DASAR 
1. Definisi Hisprung 
Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini merupakan 
keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada 
bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan 
(ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar dalam menjalanakan fungsinya sehingga 
usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk 
setiap individu. 
Penyakit hirschsprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada 
usus, dapat dari kolon sampai pada usus halus. (Ngastiyah, 1997 : 138). 
Penyakit hirschsprung adalah anomali kongenital yang mengakibatkan obstruksi mekanik 
karena ketidak adekuatan motilitas sebagian dari usus. (Donna L. Wong, 2003 : 507). 
 Macam-macam Penyakit Hirschprung 
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu : 
 Penyakit Hirschprung segmen pendek 
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan 70% dari 
kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki 
dibanding anak perempuan. 
 Penyakit Hirschprung segmen panjang 
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus 
halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun prempuan.(Ngastiyah, 1997 : 
138) 
ii 
2. Etiologi Hisprung 
 Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel ”Neural Crest” ambrional yang berimigrasi 
ke dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan submukoisa untuk 
berkembang ke arah kranio kaudal di dalam dinding usus. 
 Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di 
kolon. 
 Sebagian besar segmen yang aganglionik mengenai rectum dan bagian bawah kolon 
sigmoid dan terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan pada kolon. 
(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985 : 1134) 
a. Sering terjadi pada anak dengan ”Down Syndrome”. 
b. Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi 
kraniokaudal pada nyenterik dan submukosa dinding pleksus. (Suriadi, 2001 : 242).
ii 
3. Tanda dan Gejala 
Tanda dan gejala setelah bayi lahir 
 Tidak ada pengeluaran mekonium (keterlambatan > 24 jam) 
 Muntah berwarna hijau 
 Distensi abdomen, konstipasi. 
 Diare yang berlebihan yang paling menonjol dengan pengeluaran tinja / pengeluaran 
gas yang banyak. 
karena gejala tidak jelas pada waktu lahir.Gejala pada anak yang lebih besar 
 Riwayat adanya obstipasi pada waktu lahir 
 Distensi abdomen bertambah 
 Serangan konstipasi dan diare terjadi selang-seling 
 Terganggu tumbang karena sering diare. 
 Feses bentuk cair, butir-butir dan seperti pita. 
 Perut besar dan membuncit. 
4. Patofisiologi 
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan 
tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir 
selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini 
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan 
tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga 
mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus 
dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega 
Colon ( Betz, Cecily & Sowden). 
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan 
relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses 
terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal 
terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut 
melebar ( Price, S & Wilson ). 
5. Manifestasi Klinis 
 Kegagalan lewatnya mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan. 
 Konstipasi kronik mulai dari bulan pertama kehidupan dengan terlihat tinja seperti 
pita. 
 Obstruksi usus dalam periode neonatal. 
 Nyeri abdomen dan distensi. 
 Gangguan pertumbuhan.(Suriadi, 2001 : 242)
 Obstruk total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evaluai 
ii 
mekonium. 
 Keterlambatan evaluasi mekonium diikuti obstruksi periodic yang membaik secara 
spontan maupun dengan edema. 
 Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti 
dengan obstruksi usus akut. 
 Konstruksi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Diare 
berbau busuk dapat menjadi satu-satunya gejala. 
 Gejala hanya konstipasi ringan. 
(Mansjoer, 2000 : 380) 
 Masa Neonatal : 
a. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir. 
b. Muntah berisi empedu. 
c. Enggan minum. 
d. Distensi abdomen. 
 Masa bayi dan anak-anak : 
a. Konstipasi 
b. Diare berulang 
c. Tinja seperti pita, berbau busuk 
d. Distensi abdomen 
e. Gagal tumbuh(Betz, 2002 : 197) 
6. Komplikasi 
 Gawat pernapasan (akut) 
 Enterokolitis (akut) 
 Striktura ani (pasca bedah) 
 Inkontinensia (jangka panjang) 
(Betz, 2002 : 197) 
 Obstruksi usus 
 Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit 
 Konstipasi 
(Suriadi, 2001 : 241) 
7. Pemeriksaan Diagnostik 
 Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap and 
mencari sel ganglion pada daerah submukosa. 
 Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan dibawah 
narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatic.
 Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada penyakit ini klhas 
terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase. 
 Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus. 
ii 
(Ngatsiyah, 1997 : 139) 
 Foto abdomen ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon. 
 Enema barium ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon. 
 Biopsi rectal ; untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion. 
 Manometri anorektal ; untuk mencatat respons refleks sfingter interna dan eksterna. 
(Betz, 2002 : 197). 
8. Penatalaksanaan 
Pembedahan hirschsprung dilakukan dalam 2 tahap, yaitu dilakukan kolostomi loop atau 
double-barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertropi dapat kembali 
normal (memerlukan waktu 3-4 bulan), lalu dilanjutkan dengan 1 dari 3 prosedur berikut : 
a. Prosedur Duhamel enarikan kolon normal kearah bawah dan menganastomosiskannya 
dibelakang usus aganglionik. 
b. Prosedur Swenson : Dilakukan anastomosis end to end pada kolon berganglion dengan 
saluran anal yang dibatasi. 
c. Prosedur saave : Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap utuh. Kolon yang 
bersaraf normal ditarik sampai ke anus. 
d. Intervensi bedah 
Ini terdiri dari pengangkatan ari segmen usus aganglionik yang mengalami obstruksi. 
Pembedahan rekto-sigmoidektomi dilakukan teknik pull-through dapat dicapai dengan 
prosedur tahap pertama, tahap kedua atau ketiga, rekto sigmoidoskopi di dahului oleh suatu 
kolostomi. Kolostomi ditutup dalam prosedur kedua. 
1. Persiapan prabedah 
 Lavase kolon 
 Antibiotika 
 Infuse intravena 
 Tuba nasogastrik 
 Perawatan prabedah rutin 
 Pelaksanaan pasca bedah 
1. Perawatan luka kolostomi 
2. Perawatan kolostomi 
3. Observasi distensi abdomen, fungsi kolostomi, peritonitis dan peningkatan suhu. 
4. Dukungan orangtua, bahkan kolostomi sementara sukar untuk diterima. Orangtua 
harus belajar bagaimana menangani anak dengan suatu kolostomi.
B. ASUHAN KEPERAWATAN HIRSPRUNG 
1. Pengkajian 
 Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, 
ii 
tanggal pengkajian, pemberi informasi. 
 Keluhan utama 
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan pengkajian, pada 
klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen, kembung, muntah. 
 Riwayat kesehatan sekarang 
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir, 
distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal. 
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya 
klien mengatasi masalah tersebut. 
 Riwayat kesehatan masa lalu 
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan, persalinan dan 
kelahiran, riwayat alergi, imunisasi. 
 Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak. 
 Riwayat psikologis 
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan rendah 
diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya. 
 Riwayat kesehatan keluarga 
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita 
Hirschsprung. 
 Riwayat social 
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam mempertahankan 
hubungan dengan orang lain. 
 Riwayat tumbuh kembang 
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB. 
 Riwayat kebiasaan sehari-hari 
Meliputi – kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas. 
2. Pemeriksaan Fisik 
 Sistem integument 
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat capilary 
refil, warna kulit, edema kulit. 
 Sistem respirasi 
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan 
 Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal, 
frekuensi denyut nadi / apikal. 
ii 
 Sistem penglihatan 
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata 
 Sistem Gastrointestinal 
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya kembung 
pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan karakteristik muntah) 
adanya keram, tendernes. 
3. Diagnosa Keperawatan 
Pre operasi 
 Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanya 
daya dorong. 
 Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang 
inadekuat. 
 Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare. 
 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen. 
Post operasi 
 Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan 
 Nyeri b/d insisi pembedahan 
 Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan kolostomi. 
4. Intervensi Keperawatan 
PRE OPERASI 
A. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak 
adanya daya dorong. 
Tujuan : klien tidak mengalami ganggguan eliminasi dengan kriteria defekasi normal, tidak 
distensi abdomen. 
Intervensi : 
 Monitor cairan yang keluar dari kolostomi. 
Rasional : Mengetahui warna dan konsistensi feses dan menentukan rencana selanjutnya 
 Pantau jumlah cairan kolostomi. 
Rasional : Jumlah cairan yang keluar dapat dipertimbangkan untuk penggantian cairan 
 Pantau pengaruh diet terhadap pola defekasi. 
Rasional : Untuk mengetahui diet yang mempengaruhi pola defekasi terganggu.
B. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang 
ii 
inadekuat. 
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria dapat mentoleransi diet sesuai 
kebutuhan secara parenteal atau per oral. 
Intervensi : 
 Berikan nutrisi parenteral sesuai kebutuhan. 
Rasional : Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan 
 Pantau pemasukan makanan selama perawatan. 
Rasional : Mengetahui keseimbangan nutrisi sesuai kebutuhan 1300-3400 kalori 
 Pantau atau timbang berat badan. 
Rasional : Untuk mengetahui perubahan berat badan 
C. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare. 
Tujuan : Kebutuhan cairan tubuh terpenuhi dengan kriteria tidak mengalami dehidrasi, turgor 
kulit normal. 
Intervensi : 
 Monitor tanda-tanda dehidrasi. 
Rasional : Mengetahui kondisi dan menentukan langkah selanjutnya 
 Monitor cairan yang masuk dan keluar. 
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh 
 Berikan caiaran sesuai kebutuhan dan yang diprograrmkan. 
Rasional : Mencegah terjadinya dehidrasi 
D. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen. 
Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria tenang, tidak menangis, tidak 
mengalami gangguan pola tidur. 
Intervensi : 
 Kaji terhadap tanda nyeri. 
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan langkah selanjutnya 
 Berikan tindakan kenyamanan : menggendong, suara halus, ketenangan. 
Rasional : Upaya dengan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri 
 Kolaborsi dengan dokter pemberian obat analgesik sesuai program. 
Rasional : Mengurangi persepsi terhadap nyeri yamg kerjanya pada sistem saraf pusat 
POST OPERASI 
A. Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan 
Tujuan :memberikan perawatan perbaikan kulit setelah dilakukan operasi 
 kaji insisi pembedahan, bengkak dan drainage.
 Berikan perawatan kulit untuk mencegah kerusakan kulit. 
ii 
 Oleskan krim jika perlu. 
B. Nyeri b/d insisi pembedahan 
Tujuan :Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria tenang, tidak menangis, tidak 
mengalami gangguan pola tidur. 
 Observasi dan monitoring tanda skala nyeri. 
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan langkah selanjutnya 
 Lakukan teknik pengurangan nyeri seperti teknik pijat punggung dansentuhan. 
Rasional : Upaya dengan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri 
 Kolaborasi dalam pemberian analgetik apabila dimungkinkan. 
Rasional : Mengurangi persepsi terhadap nyeri yamg kerjanya pada sistem saraf pusat 
C. Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan 
kolostomi. 
Tujuan : pengetahuan keluarga pasien tentang cara menangani kebutuhan irigasi, 
pembedahan dan perawatan kolostomi tambah adekuat. 
Intervensi : 
 Kaji tingkat pengetahuan tentang kondisi yang dialami perawatan di rumah dan 
pengobatan. 
 Ajarkan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan, kecemasan dan perhatian 
tentang irigasi rectal dan perawatan ostomi. 
 Jelaskan perbaikan pembedahan dan proses kesembuhan. 
 Ajarkan pada anak dengan membuat gambar-gambar sebagai ilustrasi misalnya 
bagaimana dilakukan irigasi dan kolostomi. 
 Ajarkan perawatan ostomi segera setelah pembedahan dan lakukan supervisi saat 
orang tua melakukan perawatan ostomi. 
5. Evaluasi 
 Pre operasi Hirschsprung 
a. Pola eliminasi berfungsi normal 
b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi 
c. Kebutuhan cairan dapat terpenuhi 
d. Nyeri pada abdomen teratasi 
 Post operasi Hirschsprung 
a. Integritas kulit lebih baik 
b. Nyeri berkurang atau hilang 
c. Pengetahuan meningkat tentang perawatan pembedahan terutama pembedahan kolon
BAB III 
PENUTUP 
A. KESIMPULAN 
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah. Baik masalah 
fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah pertumbuhan dan perkembangan anak dengan 
penyakit hisprung yaitu terletak pada kebiasaan buang air besar. Orang tua yang 
mengusahakan agar anaknya bisa buang air besar dengan cara yang awam akan menimbulkan 
masalah baru bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang benar mengenai penyakit hisprung harus 
difahami dengan benar oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk 
tecapainya tujuan yang diharapkan perlu terjalin hubungan kerja sama yang baik antara 
pasien, keluarga, dokter, perawat maupun tenaga medis lainnya dalam mengantisipasi 
kemungkinan yang terjadi. 
B. SARAN 
Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang penyakit 
hsaprung. Walaupun dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari 
kesempurnaan. 
ii
DAFTAR PUSTAKA 
 Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan 
ii 
Pediatrik. Edisi ke-3. Jakarta : EGC. 
 Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC 
 Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto. 
 Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Sri Kurnianingsih 
(Fd), Monica Ester (Alih bahasa) edisi – 4 Jakarta : EGC. 
 Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U Pendit. 
Jakarta : EGC. 
 Carpenito , Lynda juall. 1997 . Buku saku Diagnosa Keperawatan.Edisi ke -^. Jakarta 
: EGC 
 Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1991. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-2 . Jakarta 
: FKUI . 
 Mansjoer , Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran .Edisi Ke-3 . Jakarta : Media 
Aesulapius FKUI
MAKALAH 
ASUHAN KEPERAWATAN 
HISPRUNG 
DISUSUN OLEH : 
NAMA : HASRAT 
NIM : 11.11.926 
TINGKAT : II. B 
AKADEMI KEPERAWATAN 
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA 
2013 
ii
KATA PENGANTAR 
Alhamdulillahirobbil ‘Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT 
yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat 
menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan 
sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga 
selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW, 
kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku 
umatnya. 
makalah ini penulis membahas mengenai “ASUHAN KEPERAWATAN HISPRUNG” dengan 
makalah ini penulis mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. Penulis 
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam 
menyelesaikan makalah ini. 
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya. 
ii 
Raha, Juli 2013 
Penyusun
DAFTAR ISI 
Kata pengantar......................................................................................................... i 
Daftar isi.................................................................................................................... ii 
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1 
1. Latar Belakang............................................................................................ 1 
2. Permasalahan............................................................................................... 1 
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2 
A. Konsep Dasar Hisprung...... ....................................................................... 2 
B. Asuhan Keperawatan Hisprung................................................................... 6 
BAB III PENUTUP................................................................................................. 10 
3.1. Kesimpulan......................................................................................................... 10 
3.2. Saran................................................................................................................. 10 
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 11 
ii

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Kongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinalKongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinalHerry Utama
 
kelainan kongenital saluran cerna
kelainan kongenital saluran cerna kelainan kongenital saluran cerna
kelainan kongenital saluran cerna helmy lisik miko
 
Penyakit hirschprung dan malformasi anorektal(1)
Penyakit hirschprung dan malformasi anorektal(1)Penyakit hirschprung dan malformasi anorektal(1)
Penyakit hirschprung dan malformasi anorektal(1)Anggra Loaloa
 
Kongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinalKongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinalHerry Utama
 
Ilmu bedah kolon2
Ilmu bedah kolon2Ilmu bedah kolon2
Ilmu bedah kolon2Iva Maria
 
Kelainan genetik perkembangan sistem digestif
Kelainan genetik perkembangan sistem digestifKelainan genetik perkembangan sistem digestif
Kelainan genetik perkembangan sistem digestifMitayani Mitayani
 
Invaginasi retro aai copy
Invaginasi retro aai   copyInvaginasi retro aai   copy
Invaginasi retro aai copyAzis Aimaduddin
 
Lp + askep perbaikan
Lp + askep perbaikanLp + askep perbaikan
Lp + askep perbaikanacidbesajja
 
Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan Hipospadia
Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan HipospadiaAsuhan Keperawatan pada Anak Dengan Hipospadia
Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan HipospadiaFransiska Oktafiani
 
Hirschprung's disease
Hirschprung's diseaseHirschprung's disease
Hirschprung's diseaseNova Ci Necis
 
Hirschsprung nrb
Hirschsprung nrbHirschsprung nrb
Hirschsprung nrbAgnes Putri
 

Mais procurados (18)

Kongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinalKongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinal
 
kelainan kongenital saluran cerna
kelainan kongenital saluran cerna kelainan kongenital saluran cerna
kelainan kongenital saluran cerna
 
Penyakit hirschprung dan malformasi anorektal(1)
Penyakit hirschprung dan malformasi anorektal(1)Penyakit hirschprung dan malformasi anorektal(1)
Penyakit hirschprung dan malformasi anorektal(1)
 
Atresia Esofagus
Atresia EsofagusAtresia Esofagus
Atresia Esofagus
 
Kongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinalKongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinal
 
Hirschsprung disease
Hirschsprung diseaseHirschsprung disease
Hirschsprung disease
 
Invaginasi
InvaginasiInvaginasi
Invaginasi
 
Ilmu bedah kolon2
Ilmu bedah kolon2Ilmu bedah kolon2
Ilmu bedah kolon2
 
askep intususepsi
askep intususepsiaskep intususepsi
askep intususepsi
 
Kelainan genetik perkembangan sistem digestif
Kelainan genetik perkembangan sistem digestifKelainan genetik perkembangan sistem digestif
Kelainan genetik perkembangan sistem digestif
 
Prolaps Rektum
Prolaps RektumProlaps Rektum
Prolaps Rektum
 
Referat vicki
Referat vickiReferat vicki
Referat vicki
 
Invaginasi retro aai copy
Invaginasi retro aai   copyInvaginasi retro aai   copy
Invaginasi retro aai copy
 
Lp + askep perbaikan
Lp + askep perbaikanLp + askep perbaikan
Lp + askep perbaikan
 
Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan Hipospadia
Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan HipospadiaAsuhan Keperawatan pada Anak Dengan Hipospadia
Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan Hipospadia
 
Hirschprung's disease
Hirschprung's diseaseHirschprung's disease
Hirschprung's disease
 
Hirschsprung nrb
Hirschsprung nrbHirschsprung nrb
Hirschsprung nrb
 
Hirschprung
HirschprungHirschprung
Hirschprung
 

Destaque

Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaSeptian Muna Barakati
 
Kedudukan hukum islam setelah amandemen uud 1945
Kedudukan hukum islam setelah amandemen uud 1945Kedudukan hukum islam setelah amandemen uud 1945
Kedudukan hukum islam setelah amandemen uud 1945Septian Muna Barakati
 
Makalah kewarganegaraan upaya pembelaan negara
Makalah kewarganegaraan upaya pembelaan negaraMakalah kewarganegaraan upaya pembelaan negara
Makalah kewarganegaraan upaya pembelaan negaraSeptian Muna Barakati
 
Makalah konsep dasar keperawatan desentralisasi pembangunan kesehatan
Makalah konsep dasar keperawatan desentralisasi pembangunan kesehatanMakalah konsep dasar keperawatan desentralisasi pembangunan kesehatan
Makalah konsep dasar keperawatan desentralisasi pembangunan kesehatanSeptian Muna Barakati
 
Tugas individu makalah imunoglobulin
Tugas individu makalah imunoglobulinTugas individu makalah imunoglobulin
Tugas individu makalah imunoglobulinSeptian Muna Barakati
 

Destaque (18)

Leaflet perawatan kolostomi KABUPATEN MUNA
Leaflet perawatan kolostomi  KABUPATEN MUNA Leaflet perawatan kolostomi  KABUPATEN MUNA
Leaflet perawatan kolostomi KABUPATEN MUNA
 
Makalah koloid sma 1 raha
Makalah koloid sma 1 rahaMakalah koloid sma 1 raha
Makalah koloid sma 1 raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lamaMakalah hubungan asfiksia dengan portus lama
Makalah hubungan asfiksia dengan portus lama
 
Kedudukan hukum islam setelah amandemen uud 1945
Kedudukan hukum islam setelah amandemen uud 1945Kedudukan hukum islam setelah amandemen uud 1945
Kedudukan hukum islam setelah amandemen uud 1945
 
Makalah dampak globalisasi
Makalah dampak globalisasiMakalah dampak globalisasi
Makalah dampak globalisasi
 
Makalah kewarganegaraan upaya pembelaan negara
Makalah kewarganegaraan upaya pembelaan negaraMakalah kewarganegaraan upaya pembelaan negara
Makalah kewarganegaraan upaya pembelaan negara
 
Makalah kimia tentang koloid
Makalah kimia tentang koloidMakalah kimia tentang koloid
Makalah kimia tentang koloid
 
Makalah kesetahan dan gizi
Makalah kesetahan dan giziMakalah kesetahan dan gizi
Makalah kesetahan dan gizi
 
Makalah hiv aids
Makalah hiv aidsMakalah hiv aids
Makalah hiv aids
 
Jenis
JenisJenis
Jenis
 
Nia makalah promkes remaja
Nia makalah promkes remajaNia makalah promkes remaja
Nia makalah promkes remaja
 
Tugas makalah asri
Tugas makalah asriTugas makalah asri
Tugas makalah asri
 
Makalah konsep dasar keperawatan desentralisasi pembangunan kesehatan
Makalah konsep dasar keperawatan desentralisasi pembangunan kesehatanMakalah konsep dasar keperawatan desentralisasi pembangunan kesehatan
Makalah konsep dasar keperawatan desentralisasi pembangunan kesehatan
 
Makalah protein nabati
Makalah protein nabatiMakalah protein nabati
Makalah protein nabati
 
Makalah kesling pembuangan sampah
Makalah kesling pembuangan sampahMakalah kesling pembuangan sampah
Makalah kesling pembuangan sampah
 
Tugas individu makalah imunoglobulin
Tugas individu makalah imunoglobulinTugas individu makalah imunoglobulin
Tugas individu makalah imunoglobulin
 
Makalah sejarah sepak bola
Makalah sejarah sepak bolaMakalah sejarah sepak bola
Makalah sejarah sepak bola
 
Makalah kimia unsur
Makalah kimia unsurMakalah kimia unsur
Makalah kimia unsur
 

Semelhante a OPTIMALKAN

Makalah hisprong
Makalah hisprongMakalah hisprong
Makalah hisprongWarnet Raha
 
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptx
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptxPPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptx
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptxHalmaFaujiah
 
hisprung Kelompok 4 non reg a bu henik
hisprung Kelompok 4 non reg a bu henikhisprung Kelompok 4 non reg a bu henik
hisprung Kelompok 4 non reg a bu henikDewi_Dera
 
hisprung Kelompok 4 non reg a bu henik
hisprung Kelompok 4 non reg a bu henikhisprung Kelompok 4 non reg a bu henik
hisprung Kelompok 4 non reg a bu henikChelia Adnara
 
Analisis kasus gastroschisis
Analisis kasus gastroschisisAnalisis kasus gastroschisis
Analisis kasus gastroschisisKiki Taqiyyah
 
304906675 referat-intususepsi
304906675 referat-intususepsi304906675 referat-intususepsi
304906675 referat-intususepsissuser37779f
 
Hirschsprungs-Disease-YSH.pptx
Hirschsprungs-Disease-YSH.pptxHirschsprungs-Disease-YSH.pptx
Hirschsprungs-Disease-YSH.pptxRezza6
 
PPT TUGAS KEPERAWATAN ANAK KELOMPOK 5.pptx
PPT TUGAS KEPERAWATAN ANAK KELOMPOK 5.pptxPPT TUGAS KEPERAWATAN ANAK KELOMPOK 5.pptx
PPT TUGAS KEPERAWATAN ANAK KELOMPOK 5.pptxNurHajijah11
 
Ileus obstruktif dan emriologi saluran cerna .pptx
Ileus obstruktif dan emriologi saluran cerna .pptxIleus obstruktif dan emriologi saluran cerna .pptx
Ileus obstruktif dan emriologi saluran cerna .pptxAyuDarmaPutri
 
Kelainan pada usus halus
Kelainan pada usus halusKelainan pada usus halus
Kelainan pada usus halusNova Ci Necis
 
Asuhan keperawatan anak dengan masalah penyakit hisprung.pptx
Asuhan keperawatan anak dengan masalah penyakit hisprung.pptxAsuhan keperawatan anak dengan masalah penyakit hisprung.pptx
Asuhan keperawatan anak dengan masalah penyakit hisprung.pptxUungKuriyah
 

Semelhante a OPTIMALKAN (20)

Makalah hisprong
Makalah hisprongMakalah hisprong
Makalah hisprong
 
Makalah hisprong (2)
Makalah hisprong (2)Makalah hisprong (2)
Makalah hisprong (2)
 
Makalah hisprong
Makalah hisprongMakalah hisprong
Makalah hisprong
 
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptx
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptxPPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptx
PPT KEL.4 HIRSCHPRUNGS.pptx
 
hisprung Kelompok 4 non reg a bu henik
hisprung Kelompok 4 non reg a bu henikhisprung Kelompok 4 non reg a bu henik
hisprung Kelompok 4 non reg a bu henik
 
hisprung Kelompok 4 non reg a bu henik
hisprung Kelompok 4 non reg a bu henikhisprung Kelompok 4 non reg a bu henik
hisprung Kelompok 4 non reg a bu henik
 
Analisis kasus gastroschisis
Analisis kasus gastroschisisAnalisis kasus gastroschisis
Analisis kasus gastroschisis
 
Hirschprung-Disease-ppt.pdf
Hirschprung-Disease-ppt.pdfHirschprung-Disease-ppt.pdf
Hirschprung-Disease-ppt.pdf
 
Hirschsprung-1.pptx
Hirschsprung-1.pptxHirschsprung-1.pptx
Hirschsprung-1.pptx
 
304906675 referat-intususepsi
304906675 referat-intususepsi304906675 referat-intususepsi
304906675 referat-intususepsi
 
Hisprung
HisprungHisprung
Hisprung
 
Hirschsprungs-Disease-YSH.pptx
Hirschsprungs-Disease-YSH.pptxHirschsprungs-Disease-YSH.pptx
Hirschsprungs-Disease-YSH.pptx
 
PPT TUGAS KEPERAWATAN ANAK KELOMPOK 5.pptx
PPT TUGAS KEPERAWATAN ANAK KELOMPOK 5.pptxPPT TUGAS KEPERAWATAN ANAK KELOMPOK 5.pptx
PPT TUGAS KEPERAWATAN ANAK KELOMPOK 5.pptx
 
Konsep dasar pemenuhan eliminasi fecal
Konsep dasar pemenuhan eliminasi fecalKonsep dasar pemenuhan eliminasi fecal
Konsep dasar pemenuhan eliminasi fecal
 
Eliminasi fekal
Eliminasi fekalEliminasi fekal
Eliminasi fekal
 
Lp eleminasi
Lp eleminasiLp eleminasi
Lp eleminasi
 
Ileus obstruktif dan emriologi saluran cerna .pptx
Ileus obstruktif dan emriologi saluran cerna .pptxIleus obstruktif dan emriologi saluran cerna .pptx
Ileus obstruktif dan emriologi saluran cerna .pptx
 
Kelainan pada usus halus
Kelainan pada usus halusKelainan pada usus halus
Kelainan pada usus halus
 
Asuhan keperawatan anak dengan masalah penyakit hisprung.pptx
Asuhan keperawatan anak dengan masalah penyakit hisprung.pptxAsuhan keperawatan anak dengan masalah penyakit hisprung.pptx
Asuhan keperawatan anak dengan masalah penyakit hisprung.pptx
 
Askep atresia ani
Askep atresia aniAskep atresia ani
Askep atresia ani
 

Mais de Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Último

Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 

Último (20)

Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 

OPTIMALKAN

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan tetapi yang paling sering pada neonatus. Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak adalion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus proksimal. Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch pada tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi ganglion. Penyakit hisprung terjadi pada 1/5000 kelahiran hidup. Insidensi hisprung di Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000 kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkay kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit hisprung. Insidens keseluruhan dari penyakit hisprung 1: 5000 kelahiran hidup, laki-laki lebih banyak diserang dibandingkan perempuan ( 4: 1 ). Biasanya, penyakit hisprung terjadi pada bayi aterm dan jarang pada bayi prematur. Penyakit ini mungkin disertai dengan cacat bawaan dan termasuk sindrom down, sindrom waardenburg serta kelainan kardiovaskuler. Selain pada anak, penyakit ini ditemukan tanda dan gejala yaitu adanya kegagalan mengeluarkan mekonium dalam waktu 24-48 jam setelah lahir, muntah berwarna hijau dan konstipasi faktor penyebab penyakit hisprung diduga dapat terjadi karena faktor genetik dan faktor lingkungan. 2. TUJUAN Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi dan menambah pengetahuan kepada para pembaca khususnya kepada mahasiswa Akademi keperawatan mengenai penyakit hisprung. ii
  • 2. BAB II PEMBAHASAN A. KONSEP DASAR 1. Definisi Hisprung Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap individu. Penyakit hirschsprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada usus, dapat dari kolon sampai pada usus halus. (Ngastiyah, 1997 : 138). Penyakit hirschsprung adalah anomali kongenital yang mengakibatkan obstruksi mekanik karena ketidak adekuatan motilitas sebagian dari usus. (Donna L. Wong, 2003 : 507).  Macam-macam Penyakit Hirschprung Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu :  Penyakit Hirschprung segmen pendek Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan 70% dari kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibanding anak perempuan.  Penyakit Hirschprung segmen panjang Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun prempuan.(Ngastiyah, 1997 : 138) ii 2. Etiologi Hisprung  Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel ”Neural Crest” ambrional yang berimigrasi ke dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan submukoisa untuk berkembang ke arah kranio kaudal di dalam dinding usus.  Disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di kolon.  Sebagian besar segmen yang aganglionik mengenai rectum dan bagian bawah kolon sigmoid dan terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan pada kolon. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985 : 1134) a. Sering terjadi pada anak dengan ”Down Syndrome”. b. Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi kraniokaudal pada nyenterik dan submukosa dinding pleksus. (Suriadi, 2001 : 242).
  • 3. ii 3. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala setelah bayi lahir  Tidak ada pengeluaran mekonium (keterlambatan > 24 jam)  Muntah berwarna hijau  Distensi abdomen, konstipasi.  Diare yang berlebihan yang paling menonjol dengan pengeluaran tinja / pengeluaran gas yang banyak. karena gejala tidak jelas pada waktu lahir.Gejala pada anak yang lebih besar  Riwayat adanya obstipasi pada waktu lahir  Distensi abdomen bertambah  Serangan konstipasi dan diare terjadi selang-seling  Terganggu tumbang karena sering diare.  Feses bentuk cair, butir-butir dan seperti pita.  Perut besar dan membuncit. 4. Patofisiologi Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden). Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson ). 5. Manifestasi Klinis  Kegagalan lewatnya mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan.  Konstipasi kronik mulai dari bulan pertama kehidupan dengan terlihat tinja seperti pita.  Obstruksi usus dalam periode neonatal.  Nyeri abdomen dan distensi.  Gangguan pertumbuhan.(Suriadi, 2001 : 242)
  • 4.  Obstruk total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evaluai ii mekonium.  Keterlambatan evaluasi mekonium diikuti obstruksi periodic yang membaik secara spontan maupun dengan edema.  Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut.  Konstruksi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Diare berbau busuk dapat menjadi satu-satunya gejala.  Gejala hanya konstipasi ringan. (Mansjoer, 2000 : 380)  Masa Neonatal : a. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir. b. Muntah berisi empedu. c. Enggan minum. d. Distensi abdomen.  Masa bayi dan anak-anak : a. Konstipasi b. Diare berulang c. Tinja seperti pita, berbau busuk d. Distensi abdomen e. Gagal tumbuh(Betz, 2002 : 197) 6. Komplikasi  Gawat pernapasan (akut)  Enterokolitis (akut)  Striktura ani (pasca bedah)  Inkontinensia (jangka panjang) (Betz, 2002 : 197)  Obstruksi usus  Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit  Konstipasi (Suriadi, 2001 : 241) 7. Pemeriksaan Diagnostik  Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap and mencari sel ganglion pada daerah submukosa.  Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan dibawah narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatic.
  • 5.  Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada penyakit ini klhas terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.  Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus. ii (Ngatsiyah, 1997 : 139)  Foto abdomen ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.  Enema barium ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.  Biopsi rectal ; untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.  Manometri anorektal ; untuk mencatat respons refleks sfingter interna dan eksterna. (Betz, 2002 : 197). 8. Penatalaksanaan Pembedahan hirschsprung dilakukan dalam 2 tahap, yaitu dilakukan kolostomi loop atau double-barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertropi dapat kembali normal (memerlukan waktu 3-4 bulan), lalu dilanjutkan dengan 1 dari 3 prosedur berikut : a. Prosedur Duhamel enarikan kolon normal kearah bawah dan menganastomosiskannya dibelakang usus aganglionik. b. Prosedur Swenson : Dilakukan anastomosis end to end pada kolon berganglion dengan saluran anal yang dibatasi. c. Prosedur saave : Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap utuh. Kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus. d. Intervensi bedah Ini terdiri dari pengangkatan ari segmen usus aganglionik yang mengalami obstruksi. Pembedahan rekto-sigmoidektomi dilakukan teknik pull-through dapat dicapai dengan prosedur tahap pertama, tahap kedua atau ketiga, rekto sigmoidoskopi di dahului oleh suatu kolostomi. Kolostomi ditutup dalam prosedur kedua. 1. Persiapan prabedah  Lavase kolon  Antibiotika  Infuse intravena  Tuba nasogastrik  Perawatan prabedah rutin  Pelaksanaan pasca bedah 1. Perawatan luka kolostomi 2. Perawatan kolostomi 3. Observasi distensi abdomen, fungsi kolostomi, peritonitis dan peningkatan suhu. 4. Dukungan orangtua, bahkan kolostomi sementara sukar untuk diterima. Orangtua harus belajar bagaimana menangani anak dengan suatu kolostomi.
  • 6. B. ASUHAN KEPERAWATAN HIRSPRUNG 1. Pengkajian  Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, ii tanggal pengkajian, pemberi informasi.  Keluhan utama Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen, kembung, muntah.  Riwayat kesehatan sekarang Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir, distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal. Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya klien mengatasi masalah tersebut.  Riwayat kesehatan masa lalu Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan, persalinan dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.  Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.  Riwayat psikologis Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.  Riwayat kesehatan keluarga Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita Hirschsprung.  Riwayat social Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam mempertahankan hubungan dengan orang lain.  Riwayat tumbuh kembang Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.  Riwayat kebiasaan sehari-hari Meliputi – kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas. 2. Pemeriksaan Fisik  Sistem integument Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat capilary refil, warna kulit, edema kulit.  Sistem respirasi Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan  Sistem kardiovaskuler
  • 7. Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal, frekuensi denyut nadi / apikal. ii  Sistem penglihatan Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata  Sistem Gastrointestinal Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan karakteristik muntah) adanya keram, tendernes. 3. Diagnosa Keperawatan Pre operasi  Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanya daya dorong.  Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat.  Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.  Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen. Post operasi  Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan  Nyeri b/d insisi pembedahan  Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan kolostomi. 4. Intervensi Keperawatan PRE OPERASI A. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanya daya dorong. Tujuan : klien tidak mengalami ganggguan eliminasi dengan kriteria defekasi normal, tidak distensi abdomen. Intervensi :  Monitor cairan yang keluar dari kolostomi. Rasional : Mengetahui warna dan konsistensi feses dan menentukan rencana selanjutnya  Pantau jumlah cairan kolostomi. Rasional : Jumlah cairan yang keluar dapat dipertimbangkan untuk penggantian cairan  Pantau pengaruh diet terhadap pola defekasi. Rasional : Untuk mengetahui diet yang mempengaruhi pola defekasi terganggu.
  • 8. B. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang ii inadekuat. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria dapat mentoleransi diet sesuai kebutuhan secara parenteal atau per oral. Intervensi :  Berikan nutrisi parenteral sesuai kebutuhan. Rasional : Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan  Pantau pemasukan makanan selama perawatan. Rasional : Mengetahui keseimbangan nutrisi sesuai kebutuhan 1300-3400 kalori  Pantau atau timbang berat badan. Rasional : Untuk mengetahui perubahan berat badan C. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare. Tujuan : Kebutuhan cairan tubuh terpenuhi dengan kriteria tidak mengalami dehidrasi, turgor kulit normal. Intervensi :  Monitor tanda-tanda dehidrasi. Rasional : Mengetahui kondisi dan menentukan langkah selanjutnya  Monitor cairan yang masuk dan keluar. Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh  Berikan caiaran sesuai kebutuhan dan yang diprograrmkan. Rasional : Mencegah terjadinya dehidrasi D. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen. Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria tenang, tidak menangis, tidak mengalami gangguan pola tidur. Intervensi :  Kaji terhadap tanda nyeri. Rasional : Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan langkah selanjutnya  Berikan tindakan kenyamanan : menggendong, suara halus, ketenangan. Rasional : Upaya dengan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri  Kolaborsi dengan dokter pemberian obat analgesik sesuai program. Rasional : Mengurangi persepsi terhadap nyeri yamg kerjanya pada sistem saraf pusat POST OPERASI A. Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan Tujuan :memberikan perawatan perbaikan kulit setelah dilakukan operasi  kaji insisi pembedahan, bengkak dan drainage.
  • 9.  Berikan perawatan kulit untuk mencegah kerusakan kulit. ii  Oleskan krim jika perlu. B. Nyeri b/d insisi pembedahan Tujuan :Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria tenang, tidak menangis, tidak mengalami gangguan pola tidur.  Observasi dan monitoring tanda skala nyeri. Rasional : Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan langkah selanjutnya  Lakukan teknik pengurangan nyeri seperti teknik pijat punggung dansentuhan. Rasional : Upaya dengan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri  Kolaborasi dalam pemberian analgetik apabila dimungkinkan. Rasional : Mengurangi persepsi terhadap nyeri yamg kerjanya pada sistem saraf pusat C. Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan kolostomi. Tujuan : pengetahuan keluarga pasien tentang cara menangani kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan kolostomi tambah adekuat. Intervensi :  Kaji tingkat pengetahuan tentang kondisi yang dialami perawatan di rumah dan pengobatan.  Ajarkan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan, kecemasan dan perhatian tentang irigasi rectal dan perawatan ostomi.  Jelaskan perbaikan pembedahan dan proses kesembuhan.  Ajarkan pada anak dengan membuat gambar-gambar sebagai ilustrasi misalnya bagaimana dilakukan irigasi dan kolostomi.  Ajarkan perawatan ostomi segera setelah pembedahan dan lakukan supervisi saat orang tua melakukan perawatan ostomi. 5. Evaluasi  Pre operasi Hirschsprung a. Pola eliminasi berfungsi normal b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi c. Kebutuhan cairan dapat terpenuhi d. Nyeri pada abdomen teratasi  Post operasi Hirschsprung a. Integritas kulit lebih baik b. Nyeri berkurang atau hilang c. Pengetahuan meningkat tentang perawatan pembedahan terutama pembedahan kolon
  • 10. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah. Baik masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah pertumbuhan dan perkembangan anak dengan penyakit hisprung yaitu terletak pada kebiasaan buang air besar. Orang tua yang mengusahakan agar anaknya bisa buang air besar dengan cara yang awam akan menimbulkan masalah baru bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang benar mengenai penyakit hisprung harus difahami dengan benar oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan perlu terjalin hubungan kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat maupun tenaga medis lainnya dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi. B. SARAN Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang penyakit hsaprung. Walaupun dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. ii
  • 11. DAFTAR PUSTAKA  Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan ii Pediatrik. Edisi ke-3. Jakarta : EGC.  Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC  Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.  Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Sri Kurnianingsih (Fd), Monica Ester (Alih bahasa) edisi – 4 Jakarta : EGC.  Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U Pendit. Jakarta : EGC.  Carpenito , Lynda juall. 1997 . Buku saku Diagnosa Keperawatan.Edisi ke -^. Jakarta : EGC  Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1991. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-2 . Jakarta : FKUI .  Mansjoer , Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran .Edisi Ke-3 . Jakarta : Media Aesulapius FKUI
  • 12. MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN HISPRUNG DISUSUN OLEH : NAMA : HASRAT NIM : 11.11.926 TINGKAT : II. B AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA 2013 ii
  • 13. KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil ‘Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya. makalah ini penulis membahas mengenai “ASUHAN KEPERAWATAN HISPRUNG” dengan makalah ini penulis mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya. ii Raha, Juli 2013 Penyusun
  • 14. DAFTAR ISI Kata pengantar......................................................................................................... i Daftar isi.................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1 1. Latar Belakang............................................................................................ 1 2. Permasalahan............................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2 A. Konsep Dasar Hisprung...... ....................................................................... 2 B. Asuhan Keperawatan Hisprung................................................................... 6 BAB III PENUTUP................................................................................................. 10 3.1. Kesimpulan......................................................................................................... 10 3.2. Saran................................................................................................................. 10 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 11 ii