1. SINDROM STEVEN
JOHSON
Oleh :
SARIFUDIN
11.11.886
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN
MUNA
2014
Apa itu SSJ ?
Sindrom Stevens-Johnson, yang biasa
disingkat SSJ, adalah reaksi buruk yang
sangat gawat terhadap obat. Efek samping
obat ini mempengaruhi kulit, terutama
selaput mukosa. Juga ada versi efek
samping ini yang lebih buruk lagi, yang
disebut sebagai nekrolisis epidermis toksik
(toxic epidermal necrolysis/ TEN). Ada juga
versi yang lebih ringan, disebut sebagai
eritema multiforme (EM). Sindrom Stevens-
Johnson pertama diketahui pada 1922 oleh
dua dokter, Dr. Stevens dan Dr. Johnson,
pada dua pasien anak laki-laki. Namun
dokter tersebut tidak dapat menentukan
penyebabnya.
Apa Penyebab SSJ?
Hampir semua kasus SSJ dan TEN
disebabkan oleh reaksi toksik terhadap obat,
terutama antibiotik (mis. obat sulfa dan
penisilin), antikejang (mis. fenitoin) dan
obat antinyeri, termasuk yang dijual tanpa
resep (mis. ibuprofen). Terkait HIV,
penyebab SSJ yang paling umum adalah
nevirapine (hingga 1,5% penggunanya) dan
kotrimoksazol (jarang). Reaksi ini dialami
segera setelah mulai obat, biasanya dalam 2-
3 minggu. Walaupun abacavir dapat
menyebabkan reaksi gawat pada kulit,
reaksi ini tidak terkait dengan SSJ atau
TEN. EM dapat disebabkan oleh herpes
simpleks, tetapi penyakit ini jarang menjadi
gawat.
Apa tanda dan gejala SSJ?
SSJ biasanya mulai dengan demam, sakit
kepala, batuk, dan pegal, yang dapat
berlanjut dari 1-14 hari. Kemudian pasien
mengalami ruam datar berwarna merah pada
muka dan batang tubuh, sering kali
kemudian meluas ke sekujur tubuh dengan pola
yang tidak rata. Daerah ruam membesar dan
meluas, sering membentuk lepuh di tengahnya.
Kulit lepuh sangat longgar, dan mudah lepas
bila digosok.
Mengenal gejala awal SSJ dan segera
periksa ke dokter adalah cara terbaik untuk
mengurangi efek jangka panjang yang dapat
sangat mempengaruhi orang yang
mengalaminya. Gejala awal termasuk:
• Ruam
• Lepuh dalam mulut, mata, kuping,
hidung atau alat kelamin
Lepuh di mukosa mulut
• Bengkak pada kelopak mata, atau mata
merah
2. • Konjungtivitis (radang selaput yang
melapisi permukaan dalam kelopak mata
dan bola mata)
Konjungtivitis di SSJ
• Demam terus-menerus atau gejala
seperti flu
Bila kita mengalami dua atau lebih gejala
ini, terutama bila kita baru mulai memakai
obat baru, segera periksa ke dokter.
Pasien dengan SSJ berat
Siapa yang Dapat Mengalami SSJ
Semua orang di dunia dapat terkena SSJ.
Penyakit ini dapat mengenai segala usia dan
kedua jenis kelamin dengan kemungkinan
pada wanita lebih besar dibanding pada laki-
laki. Prevalensinya diperkirakan mengenai
1/1.000.000 penduduk di seluruh dunia, dan
sekita 1 diantara 200.000 penduduk di
amerika serikat.
Risiko Akibat SSJ
SSJ adalah reaksi yang gawat. Bila tidak
diobati dengan baik, reaksi ini dapat
menyebabkan kematian, umumnya 5-15%
orang dengan SSJ, walaupun angka ini
dapat dikurangi dengan pengobatan yang
baik sebelum gejala menjadi terlalu gawat.
Reaksi ini juga dapat menyebabkan
kebutaan total, kerusakan paru, dan
beberapa masalah lain yang tidak dapat
disembuhkan.
Perlu pengetahuan yang baik tentang
psoriasis
Dengan pengetahuan yang baik akan
membantu menghindari kemungkinan
terjadinya penyakit ini di diri sendiri maupun
orang lain.menjalani hidup dengan gaya
hidup yang lebih sehat.
Bagaimana pengobatan SSJ?
SSJ yang berat dapat menyebabkan
kematian, karena itu pengobatan harus cepat
dan tepat.
• Pertama, dan paling penting, kita harus
segera berhenti penggunaan obat yang
dicurigai sebagai penyebab reaksi. Dengan
tindakan ini, kita dapat mencegah
pemburukan.
• Biasanya diberikan deksametason dengan
dosis 6 X 5 mg/hari intravena, Dosis
tersebut diberikan sampai lesi baru tidak
muncul lagi dan lesi lama mulai mengalami
resolusi. Lalu di tappering off.
• Dipilih antibiotik yang jarang menimbulkan
alergi, berspektrum luas, bakterisidal, dan
tidak ada kontraindikasi, misalnya:
sefotaksim, gentamisin sulfat, dan
netilmisin sulfat.
• Infus dapat diberikan dekstrosa 5%, NaCI
0,9%, dan ringer laktat dengan
perbandingan 1:1:1 dengan kecepatan 20
tetes/menit.
• Jaga keseimbangan elektrolit, bila
hipokalemia diberikan KCI 3 x 500 mg/han
per oral. Bila hipernatremia : diet rendah
garam.
• Untuk mencegah hipotrofi kelenjar adrenal
bagian korteks dapat diberikan ACTH
(Synacthen depol) dengan dosis 1
mg/minggu IM.
• Untuk mengatasi efek katabolik dan
kortikosteroid, diberikan diet tinggi protein.
Selain itu dapat pula diberikan anabolik,
misalnya nandroloks dekanoat dan
nandrolon fenilpropionat
• Untuk kulit umumnya tidak diperlukan
pengobatan topikal, tetapi pasien dapat
dimandikan, antara lain dengan larutan
permanganas kalikus 1:10.000. Bibir diolesi
dengan Kenalog in orabase.
• Jangan lupa konsultasi ke bagian yang
terkait dengan komplikasi penyakit ini