Praktikum ekosistem sungai dilakukan di Sungai Gajah Wong yang dibagi menjadi tiga stasiun. Parameter fisika, kimia, dan biologi diukur untuk menentukan kualitas air. Hasilnya menunjukkan stasiun satu dan tiga memiliki kualitas air rendah berdasarkan indeks keanekaragaman biota, sedangkan stasiun dua memiliki kualitas air baik dengan indeks keanekaragaman makrobentos dan plankton tinggi.
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Ekosistem sungai 1
1. EKOSISTEM SUNGAI
Julia Setiawati Wahyuningsih
2013/353905/PN/13515
Teknologi Hasil Perikanan
Intisari
Praktikum ekologi perairan dengan acara ekosistem sungai dilaksanakan pada tanggal 8 April
2014 pukul13.45 WIB sampai selesai di Sungai Gajah Wong. Lokasi pengamatan dibagi menjadi
tiga stasiun pengamatan.Masing-masing stasiun mengukur berbagai parameter perairan yang
mencakup parameter fisik (suhu udara, suhu air, kecepatan arus, debit), parameter kimia ( DO,
CO2 bebas, pH, alkalinitas), dan parameter biologi (plankton, makrobentos). Dilakukan
pengukuran beberapa parameter tersebut bertujuan untuk mengetahui perbedaan populasi
plankton dan makrobentos pada setiap stasiun pengamatan yang fluktuatif dan mempunyai
kecenderungan korelasi yang sesuai dengan faktor-faktor pembatasnya. Hal tersebut digunakan
untuk mengukur kualitas air masing-masing stasiun berdasarkan indeks deversitas plankton dan
makrobentos. Berdasarkan hasil yang diperoleh parameter fisik terukur suhu udara tertinggi 300C
dan suhu air tertinggi 29 0C. kecepatan arus air tertinggi 0,135 m/s dan debit tertinggi 0,19692
m3/s. DO tertinggi diperoleh 9,6 ppm, CO2 bebas 20 ppm dan pH perairan tertinggi 7,13 serta
alkalinitas air 114,6 ppm. Densitas plankton tertinggi pada stasiun tiga 1606 idv/L dan terendah
pada stasiun dua 1104 idv/L sedangkan diversitas plankton tertinggi pada stasiun dua 2,03 dan
terendah pada stasiun tiga 1,74. Densitas makrobentos tertinggi pada stasiun tiga 77
idv/m2,terendah pada stasiun satu 58 idv/m2 sedangkan diversitas makrobentos tertinggi pada
stasiun dua 2,03 sedangkan yang terendah pada stasiun 0,25. Densitas gastropoda tertinggi pada
dtasiun dua 210 idv/m2 sedangkan terendah pada stasiun tiga 10 idv/m2 .Pada stasiun satu dan
tiga kualitas air kurang begitu baik yang ditandai dengan kurangnya indeks deversitas biota,
sedangkan stasiun dua kualitas airnya relatif baik dengan tingginya indeks deversitas
makrobentos dan plankton.
Kata Kunci: densitas, deversitas, ekosistem, gastropoda, Plankton
PENDAHULUAN
Ekologi dalam pemahaman kuantitatif relatif masih baru. Umpamanya jumlah beberapa
matahari, jumlah air, dan luasan tanah untuk satu pohon (Rosoedarmo. Et.al, 1992).
Air merupakan komponen yang penting bagi manusia dan makhluk lainnya. Bukan hanya air saja
yang menjadi penting bagi kehidupan manusia namun juga organisme-organisme yang hidup
didalamnya. Organisme yang hidup di air biasanya memiliki sebuah peranan penting bagi
manusia, entah itu positif maupun negatif. Meskipun begitu, organisme-organisme tersebut harus
2. tetap dijaga dan dipertahankan guna menjaga keseimbangan ekosistem. Keseimbangan tersebut
dapat dijaga dengan tidak mencemari perairan-perairan misalnya saja sungai. Dengan menjaga
keseimbangan ekosistem sungai diharapkan biodeversitas organisme-organisme dapat
berkembang dengan baik dan dapat mendukung kehidupan manusia.
Ekosistem merupakan tingkat yang lebih tinggi dari komunitas atau merupakan satu
kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi hubunan antara keduanya
(Irwan,1992). Sungai adalah perairan umum yang airnya mengalir terus menerus pada arah
tertentu, berasal dari air tanah, air permukaan yang akhirnya bermuara ke laut. Sungai sebagai
perairan umum yang berlokasi di darat dan merupakan suatu ekosistem terbuka yang
berhubungan erat dengan sistem-sistem terestrial dan lentik. Sungai adalah lingkungan alam
yang banyak dihuni oleh organisme (Odum,1996).
Pada ekosistem ini kecepatan arus merupakan faktor pembatas terpenting
(Probosunu,2011). Ekosistem sungai dihuni oleh berbagai kelompok biota organisme perairan
yaitu : neuston, plankton (fitoplankton,zooplankton), nekton, bentos, perifiton (Probosunu,2011).
Peredaran ikan diperairan serta kepadatan gerombolan disebabkan oleh kegiatan antar
individu ikan itu dan keadaan sekelilingnya yang meliputi segi-segi kimiaiwi, phsyik, dan
biologis. Ilmu yang mempelajari hubungan antara suatu organisme lainnya disebut ekologi.
Didalam air keadaan sekeliling dari pada suatu populasi ikan adalah organism lainnnya yang
berbeda dalam kelompok-kelompok di habitat yang berbeda-beda. Semua merupakan
“masyarakat” dalam suatu perairan berikut habitat dan semua yang mendukung disebut
ekosistem (Soemarto, 1983).
Zonasi pada habitat air mengalir adalah mengarah ke longitudinal, yang menunjukkan
bahwa tingkat yang lebih atas berada di hulu dan kemudian mengalir ke hilir. Menurut
Semartowo (1980) pada habitat air mengalir ini, perubahan-perubahan terjadi akan nampak pada
bagian atas dari aliran air karena adanya kemiringan, volume air atau komposisi kimia yang
berubah. Sungai yang merupakan ekosistem lotik termasuk ekosistem terbuka yang mendapat
masukan unsur hara dari kikisan tanah sejak dari bagian huluhingga hilir sungai.
Dalam praktikum ini akan dilaksanakan pengamatan mengenai ekosistem sungai dengan
metode plot yang berukuran 40 cm x 40 cm. Dalam metode ini akan diambil substrat untuk
mengetahui kepadatan makrobentos untuk mempelajari kualitas air sungai berdasarkan indeks
biodeversitas perairan. Kemudian setelah didapatkan sampel percobaan berupa kepadatan
plankton dan makrobentos maka dapat dipelajari korelasi antara beberapa tolok ukur lingkungan
dengan kepadatan plankton maupun makrobentos. Dari praktikum ini diharapkan diketahui
kualitas perairan untuk menemukan solusi penanggulangan bagi perairan tersebut. Selain itu
diharapkan seluruh praktikan dapat mengidentifikasi perbedaan populasi plankton yang
mempunyai kecenderungan korelasi yang sesuai dengan faktor-faktor pembatasnya. Faktor
pembatas ini disebut faktor abiotik (Selvich,2005).
3. METODOLOGI
Sungai yang dipilih sebagai tempat praktikum adalah Sungai Gajah Wong. Dipilih Sungai
Gajah Wong karena tempat tersebut memiliki potensi sebagai habitat plankton dan makrobentos.
Selain itu juga bertujuan untuk mengukur kualitas perairan sungai. Praktikum ini dilaksanakan
pada hari Selasa, 8 April 2014antara pukul 13.45 WIB sampai selesai.
Adapun metode yang digunakan dalam praktikun ini adalah metodeplot dengan ukuran
40 cm x 40 cm. Bukan hanya mempelajari populasi makrobentos maupun plankton saja, namun
dalam praktikum ini juga akan dipilajari beberapa parameter yang mempengaruhi populasi
makrobentos maupun plankon sebagai tolok ukur kualitas perairan sungai. Parameter tersebut
mencakup kecepatan arus, debit, suhu air, suhu udara, pH, kadar oksigen terlarut (DO), CO2
bebas, dan alkalinitas dalam suatu perairan.
Cara kerja praktikum ini dimulai dengan penentuan stasiun pengamatan yang dibagi
menjadi tiga stasiun yang berbeda. Kemudian dilakukan pengambilan cuplikan berupa plot-plot.
Dalam plot yang telah ditentukan kemudian diambil berbagai macam substrat yang ada di
dalamnya. Kemudian dilakukukan identifikasi dan perhitungan makrobentos dan plankton
dengan menggunakan mikroskop. Setelah data cuplikan didapatkan maka dapat ditentukan
indeks deversitas makrobentos dengan rumus Shannon-Wiener yakni H=-niN 2logniN. Adapun
H mewakili indeks keanekaragaman, ni mewalili cacah individu suatu genus dan N adalah cacah
individu seluruh genera.sedangkan densitas atau kepadatan makrobentos dinyatakan dalam
satuan individu per luas plot dengan rumus
D= cacah organismeV sampel air x V botolV SR idv /L.
Pada masing-masing stasiun pengamatan dilakukan pengukuran beberapa tolok ukur lingkungan
yakni parameter fisik yang melipui kecepatan arus, debit air, suhu air dan suhu udara dengan
menggunakan termometer. Sedangkan untuk parameter kimia meliputi DO yang diukur dengan
menggunakan metode Winkler yakni DO = 1000/50 x A x 0,1 mg/Ldimana A adalah volume
titrasi 1/80 N Na2S2O3. CO2 bebas dengan menggunakan metode alkalimetri yakni CO2 bebas =
1000/50 x Y x 1mg/L dimana Y adalah volume titrasi 1/44 N NaOH. Dan alkalinitas dengan
menggunakan metode alkalimetri yakni rumus Alkalinitas = 1000/50 x (X+Y) x 1 mg/L dimana
X dan Y adalah volume titrasi 1/50 N H2SO4. Untuk parameter biologi sendiri mencakup
densitas, deversitas plankton dan makrobentosyang dapat diukur dengan rumus deversitas
Shannon-Wiener.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain : kertas pH atau pH meter, larutan MnSO4,
larutan reagen oksigen, larutan H2SO4 pekat, larutan 1/80 N Na2S2O3, larutan KOH-KI, larutan
1/40 N Na2S2O3, larutan 1/44 N NaOH, larutan 1/50 H2SO4, larutan 1/50 N HCl, larutan
indikator amilum, larutan indikator Phenolphphtalein(PP) larutan indikator Methyl Orange
(MO), larutan indikator Bromcresol Green/Methyl Red (BCG/MR), dan larutan 4% formalin.
Alat- alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain : bola tenis meja, stop-watch
atau arloji, roll-meter, meteran kain, atau penggaris, termometer, botol oksigen, erlenmeyer,
4. gelas ukur, pipet ukur, atau buret, pipet tetes, mikroburet, ember plastik, petersen grab, surber,
plot kayu/ bambu, sikat halus, kuas halus, saringan ( seine ). Mikroskop, kertas label dan pensil.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Praktikum ekologi perairan dengan acara ekosistem sungai ini dilaksanakan di Sungai
Gajah Wong. Sungai Gajah Wong yang menjadi lokasi tujuan praktikum dibagi menjadi tiga
stasiun pengamatan. Stasiun pertama berada di hulu dilakukan pengamatan oleh kelmpok satu,
stasiun kedua berada di tengah oleh kelompok dua, dan stasiun tiga di hilir oleh kelompok tiga.
Dari pengamatan ketiga stasiun maka didapatkan data sebagai berikut:
Hasil Pengamatan Parameter
Acara Ekosistem Sungai dan Estimasi Populasi Gastropoda
Praktikum Ekoper
Parameter Stasiun
1 2 3
Fisik
Suhu Udara (◦C) 26.2 28 30
Suhu Air (◦C) 27.2 29 29
Kecepatan Arus (m/s) 0.135 0.134 0.38
Debit (m3/s) 0.0796 0.19692 0.13
Kimia
DO (ppm) 5.22 9.6 4.08
CO2 (ppm) 20 8.93 9.6
Alkalinitas (ppm) 114.6 111.3 67.67
pH 7.13 7.1 7.2
Biologi
Densitas Plankton (idv/L) 1255 1104 1606
Diversitas Plankton 2.02 2,03 1,74
Densitas Makrobentos
(idv/m2)
58 69 77
Diversitas Makrobentos 0.25 2.03 1.48
Densitas Gastropoda
(idv/m2)
106 210 10
Cuaca Cerah Berawan Cerah berawan Cerah berawan
Vegetasi Pohon Bambu,
Kelapa, dan Pohon
Salak
Pohon Pisang,
Rumput Gajah
Rimbun
Bambu (rimbun)
5. Kondisi perairan sungai Gajah Wong bercuaca mendung dan tertutupi vegetasi
pepohonan yang lebat. Jenis vegetasi untuk stasiun pertama antara lain : pohon bambu,pohon
kelapa dan pohon salak . Untuk stasiun dua terdapat rumput gajah yang rimbun dan didomonasi
pohon pisang. Sedangkan untuk stasiun tiga lokasi sungai mempunyai kedalaman yang sedang.
Pada stasiun ini sungai mendapat penyinaran yang kurang dari sinar matahari karena banyaknya
vegetasi yang menjulang tinggi da rimbun di sekitar lokasi yang didominasi dengan pohon
bambu. Substat berupa batu dan warna air jernih. Aktivitas yang ada disekitar pengamatan
digunakan untuk mandi dan untuk area menembak burung.
Ketiga stasiun tersebut kemudian dilakuakan berbagai pengamatan parameter yang
digunakan sebagai parameter pengukuran indeks diversitas plankton dan makrobentos. Parameter
yang diamati adalah parameter fisik yang meliputi suhu udara, suhu air, debit, dan kecepatan air.
Berdasarkan tabel diatas di stasiun tiga pada parameter fisik terukur suhu udara tertinggi
300C dan suhu air tertinggi 29 0C. kecepatan arus air sungai di stasiun ini adalah 0,135 m/s dan
debitnya 0,19692 m3/s yang merupakan debit tertinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya. DO
yang diperoleh adalah 9,6 ppm, CO2 bebasnya 20 ppm dan terukurnya pH perairan 7,13 yang
termasuk dalam pH normal perairan serta alkalinitas airnya 114,6 ppm. Densitas plankton
tertinggi ada pada stasiun tiga sebanyak 1606 idv/L dan yang terendah pada stasiun dua sebanyak
1104 idv/L sedangkan diversitas plankton tertinggi ada pada stasiun dua yaitu 2,03 dan yang
terendah pada stasiun tiga yaitu 1,74 . Densitas makrobentos tertinggi pada stasiun tiga sebanyak
77 idv/m2,terendah pada stasiun satu sebanyak 58 idv/m2sedangkan diversitas makrobentos
tertinggi pada stasiun dua yaitu 2,03 sedangkan yang terendah pada stasiun 0,25. Densitas
gastropoda tertinggi pada dtasiun dua sebanyak 210 idv/m2 sedangkan terendah pada stasiun tiga
sebanyak 10 idv/m2 .Grafik yang diperoleh dari hasil suhu udara dan suhu air adalah :
Pengamatan suhu dimaksudkan untuk mengetahui kondisi perairan dan interaksi antara
suhu dengan aspek kesehatan habitat dan biota air lainnya. Hasil grafik yang diperoleh dari
praktikum ini menunjukkan bahwa suhu udara pada stasiun tiga cukup tinggi yaitu 300C,
sedangkan yang terendah adalah stasiun satu dengan suhu 26,20C. Untuk suhu air yang tertinggi
terdapat pada stasiun dua dan stasiun tiga yaitu 290C, sedangkan yang terendah pada stasiun satu
dengan suhu 27,20C. Menurut shyham 2010,”semakin tingginya kedudukan suatu tempat,
temperatur udara di tempat tersebut akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah
suatu tempat, temperatur udara akan semakin ringgi”. Suhu yang cukup tinggi di stasiun II dan
III mungkin disebabkan oleh kesalahan pada pengukuran, karena sangat mustahil jika suhu yang
terukur di stasiun I memiliki rentan yang jauh beda dengan stasiun II dan III yaitu dari 27,20C ke
290C. Suhu yang lebih tinggi dapat saja terjadi jika di sekitar lokasi ada pembuangan limbah
industri seperti tekstil atau semacamnya yang menggunakan bahan kimia berbahaya lainnya
yanga menyebabkan suhu perairan sekitar lebih tinggi.
6. Perbedaan suhu air dan suhu udara umumnya dikarenakan kapasitas air lebih besar
daripada kapasitas udara. Suhu udara dipermukaan bumi adalah relative, tergantung pada faktor-
faktor yang mempengaruhinya seperti misalnya lamanya penyinaran matahari. Hal itu dapat
berdampak lansung akan adanya perubahan suhu di udara. Kenaikan suhu air akan menimbulkan
beberapa akibat sebagai berikut : (1) jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun. (2) kecepatan
reaksi kimia meningkat. (3) kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu.(4) jika batas suhu
yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya akan mati. (Fardiaz, 1992)
Kecepatan arus dan debit air akan sangat mempengaruhi keberadaan plankton karena
plankton merupakan organiame akuatik yang mikroskopik yang biasanya berenang atau
tersuspensi dalam air, tidak bergerak atau hanya bergerak sedikit untuk melawan atau mengikuti
arus (Wibisono,2005). Kecepatan arus dan debit air masing-masing stasiun juga merupakan
parameter fisik yang penting. Stasiun satu mempunyai kecepatan arus 0,135 m/s dan debit air
sebesar 0,0796 m3/s.kecepatan arus untuk stasiun dua berkisar 0,134 m/s dan debit airnya
0,19692 m3/s. sedangkan untuk stasiun tiga kecepatan arus mencapai 0,38 m/s dan debit airnya
sebesar 0,13 m3/s. stasiun tiga memiliki kecepatan arus yang relatif tinggi karena topografi dasar
perairannya berbatu.Sehingga stasiun tiga memiliki kecepatan arus tinggi, stasiun dua agak
rendah, kemudian stasiun satu meskipun tidak jauh berbeda dari stasiun dua. Untuk debit air
stasiun dua memiliki debit tertinggi kemungkinan pada lokasi ini memiliki kedalaman perairan
yang relatif dalam dibandingkan kedua stasiun lainnya.
Parameter selanjutnya yang menjadi perhatian adalah parameter kimia. Dalam perameter
ini diambil sampel DO,CO2 bebas, alkalinitas dan pH.Pada stasiun satu kadar DO sebesar 5,22
ppm, stasiun dua sebesar 9,6 ppm, dan stasiun tiga 4,08 ppm. Kandungan CO2 bebas stasiun satu
bernilai 20 ppm, stasiun dua 8,93 ppm, dan stasiun tiga 9,6 ppm. Kadar oksigen terlarut di alam
umumnya < 2 ppm. Kalau kadar DO dalam air tinggi maka akan mengakibatkan instalasi
menjadi berkarat, oleh karena itu diusahakan kadar oksigen terlarutnya 0 ppm yaitu melalui
pemanasan (Setiaji, 1995).
Persentase oksigen di sekeliling perairan dipengaruhi oleh suhu perairan, salinitas
perairan, ketinggiantempat dan plankton yang terdapat di perairan (di udara yang panas, oksigen
terlarut akan turun). Daya larut oksigen lebih rendah dalam air laut jika
dibandingkan dengan daya larutnya dalam air tawar. Daya larut O2 dalam air limbah kurang dari
95% dibandingkan dengan daya larut dalam air tawar (Setiaji,1995). Besarnya kadar oksigen di
dalam air tergantung juga pada aktivitas fotosintesis organisme di dalam air. Semakin banyak
bakteri di dalam air akan mengurangi jumlah oksigen di dalam air.Kandungan CO2 bebas yang
kecil mengindikasikan kualitas suatu perairan. Dengan kandungan CO2 bebas yang relatif kecil
maka kondisi perairan tersebut semakin subur. Jika disajikan dalam bentuk grafik maka akan
membentuk pola sebagai berikut :
Parameter kimia selanjutnya adalah alkalinitas dan pH. Stasiun satu, dua, tiga memilki
nilain pH berturut-turut adalah 7,13 ; 7,1 ; 7,2. sedangkan untuk alkalinitas stasiun satu bernilai
114,6 ppm, stasiun dua 111,3 ppm, dam stasiun tiga 67,67 ppm. Hubungan antara alkalinitas dan
pH adalah hubungan yang saling mengimbangi. Alkalinitas secara umum menunjukkan
konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir keasaman pH dalam perairan tersebut.
7. Dengan kadar pH yang relatif normal pada masing-masing stasiun maka dimungkinkan
organisme-organisme untuk hidup di perairan tersebut.
Dari uraian diatas maka dapat dijelaskan hubungan antara alkalinitas dan pH masing-
masing stasiun. Stasiun yang memiliki pH tinggi adalah stasiun satu kemudian stasiun tiga dan
yang terakhir stasiun dua. Sedangkan alkalinitas tinggi adalah stasiun satu kemudian stasiun dua
dan terakhir stasiun tiga. Mahida (1986) menyatakan bahwa limbah buangan industri dan rumah
tangga dapat mempengaruhi nilai pH perairan. Nilai pH dapat mempengaruhi spesiasi senyawa
kimia dan toksisitas dari unsur-unsur renik yang terdapat di perairan Secara grafik kedua
parameter kimia tersebut memilki pola yang sama. Semakin tinggi CO2 nya maka alkalinitasnya
semakin naik. Saat alkalinitasnya naik maka pH akan turun. Nilai alkalinitas yang baik berkisar
30 – 500. Perairan dengan nilai alkalinitas tinggi lebih produktif dari pada perairannya dengan
nilai alkalinitasnya rendah (Effendi, 2003).
Parameter selanjutnya yaitu parameter biologi,yang diukur adalah densitas dan diversitas
plankton, makrobentos dan gastropoda. Dari kepadatan yang diperoleh yakni kepadatan plankton
dan makrobentos maka dari tiap stasiun indeks deversitas plankton dan makrobentos dapat
diketahui. Untuk kepadatan plankton sendiri berturut-turut dari stasiun satu, dua, dam tiga adalah
1255 idv/L, 1104 idv/L, dan 1606 idv/L. Untuk stasiun satu memiliki densitas makrobentos
sebesar 58 idv/plot, stasiun dua 69 idv/plot, dan stasiun tiga 77 idv/plot. Untuk densitas
gastropoda stasiun satu,dua dan tiga berturut-turut 106 idv/m2 ; 210 idv/m2 ; 10 idv/m2 .
Jika dijadikan dalam bentuk grafik akan membentuk pola sebagai berikut :
Grafik tersebut menggambarkan bahwa stasiun tiga memiliki kepadatan plankton lebih
tinggi jika dibandingkan dengan kedua stasiun yang lainnya, hal ini desebabkan kondisi perairan
pada stasiun tiga mendapatkan sinar matahari yang cukup.Sedangkan untuk stasiun tiga menjadi
stasiun yang tingkat kepadatan gastropodanya paling tinggi. Faktor yang menjadikan stasiun tiga
memiliki kepadatan tinggi selain parameter kimia seperti DO, CO2 bebas, alkalinitas, dan Ph
adalah kondisi fisik perairan. Faktor sinar matahari menjadi faktor yang penting karena dangan
sinar matahari fitoplankton yang berada pada perairan tersebut dapat melakukan proses
fotosintesis. Proses fotosintesis yang berlangsung di dalam air membawa perbaikan lingkungan,
karena dalam sintesa tersebut timbul gas oksigen dan memperkaya air akan kandungan
oksigennya (Prawiro,1988). Hal tersebutlah yang memicu banyaknya keanekaragaman plankton
pada stasiun tiga. Dari proses fotosintesis tersebut maka akan memicu pertumbuhan
mikroorganisme khususnya plankton dalan perairan tersebut karena tingginya DO dan adanya
bahan-bahan organik yang berasal dari limbah rumah tangga yang merupakan nutrien dan
makanan bagi banyak organisme air.
Deversitas plankton stasiun dua memiliki nilai yang paling tinggi dengan ukuran 2,03
disusul oleh stasiun satu dengan ukuran 2,02 dan kemudian stasiun tiga dengan 0,174. sedangkan
8. untuk deversitas makrobentos stasiun dua memiliki tingkat kepadatan yang cukup tinggi dengan
nilai 2,03, stasiun tiga dengan nilai 1,48 dan stasiun satu dengan 0,25.
Faktor yang menyebabkan tingginya makroorganisme pada stasiun dua adalah kandungan unsur-
unsur hara yang terdapat pada perairan tersebut. Unsur hara atau nutrien tersebut dapat berasal
dari kikisan tanah dari hulu hingga hilir. Selain itu, juga berasal dari limbah buangan kotoran
hewan ternak masyarakat sekitar dan limbah rumah tangga yang mengalir kedalam perairan.
Masukan bahan organik dan unsur hara akan mempengaruhi senyawa kimia yang terkandung
dalam air sungai. Masukan yang terus-menerus ke dalam air sungai akan menentukan jenis biota
yang mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan perairan tersebut (Probosunu,2011).
Hal tersebut menandakan bahwa pada stasiun satu dan tiga kualitas air kurang begitu baik
yang ditandai dengan kurangnya indeks deversitas biota, sedangkan stasiun dua dapat dikatakan
kualitas airnya relatif baik dengan tingginya indeks deversitas makrobentos dan plankton.
KESIMPULAN
Dari praktikum ini maka dapat disimpulkan Gajah Wong sebagai tempat praktikum ekologi
perairan dengan acara ekosistem sungai merupakan habitat plankton dan makrobentos.
Keberagaman parameter pada setiap stasiun pengamatan menyebabkan perbadaan populasi
plankton dan makrobentos pada setiap stasiun pengamatan. Indeks deversitas plankton dan
makrobentos dapat dijadikan sebagai tolok ukur kualitas lingkungan perairan. Kualitas perairan
pada stasiun dua dapat dikatakan relatif baik karena memiliki deversitas makrobentos yang
cukup tinggi dibanding dengan dua stasiun lainnya. Sedangkan untuk stasiun satu dapat
dikatakan memiliki kualitas perairan yang kurang baik karena indeks deversitas plankton dan
makrobentosnya relatif kecil. jika indeks diversitas suatu daerah rendah maka kualitas airnya
buruk.
Saran
Dalam pelaksanaan praktikum ekologi perairan dengan acara ekosistem sungai secara umum
dapat dikatakan berjalan dengan baik. Namun dalam pelaksanaannya di lapangan masih saja
tedapat kendala. Yang menjadi masalah dalam hal ini adalah kesulitan praktikan pemula untuk
penggunaannya sehingga dapat mempengaruhi penentuan titik akhir titrasi yang secara langsung
dapat berpengaruh pada perhitungan yang kurang tepat terhadap parameter kimia yang diukur.
Untuk perairan sungai sendiri pembuangan limbah secara langsung harus segera dihentikan guna
mencegah berlanjutnya kerusakan ekosistem sungai. Untuk itu, perlu adanya suatu penyuluhan
pada masyarakat akan pentingnya keseimbangan ekosistem di alam sehingga kegiatan
pembuangan limbah ke sungai dapat dikurangi atau bahkan dapat dihentikan.
Daftar Pustska
9. Effendi.2003.Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Kanisius:Yogyakarta.
Fardiaz, S.1992.Polusi Air dan Udara,Kanisius:Yogyakarta.
Irwan.1992.Ekosistem Komunitas dan Lingkungan.Jakarta:Bumi Aksara.
Mahida, U.N. 1986. Pencemaran dan Pemanfaatan Limbah Industri.Rajawali
Press:Jakarta.
Odum,T.Howard.1992.Ekologi system. Rajawali:Yogyakarta.
Prawiro, H. Ruslan.1988.Ekologi Lingkungan Pencemeran. Setya Wacana:Semarang.
Probosunu,Namastra.2011.Petunjuk Praktikum Ekologi Perairan.Laboratorium Ekologi Perairan
Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada:Yogyakarta.
Resosoedarmo, S; kuswata, k dan Aplilani, S.1992.Pengantar Ekologi. PT Remaja
Rosdakarya:Bandung.
Setiaji, B.1995. Baku Mutu Limbah Cair untuk Parameter Fisika, Kimia pada
Kegiatan MIGAS dan Panas Bumi. Lokakarya Kajian Ilmiah tentang
Komponen, Parameter, Baku Mutu Lingkungan dalam Kegiatan Migas dan
Panas Bumi, PPLH UGM:Yogyakarta.
Selvich.2005.”PengkajianSalinitas”.http://www.inovasionline.com/sri/Pengkajian_Salinitas.pdf.2
15 April 2014.14.00 WIB.
Wibisono.2005.Hikmah Kelimpahan Plankton.Universitas Sumatera Utara:Medan.