Studi ini menganalisis pelaksanaan program perawatan kesehatan masyarakat oleh bidan desa di Kabupaten Agam, Jawa Barat. Penelitian menemukan bahwa pengetahuan, keterampilan, motivasi, sarana dan dana, serta persepsi manajemen berhubungan dengan kepatuhan pelaksanaan standar operasional prosedur perawatan kesehatan masyarakat. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kepatuhan standar operas
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
No.7 nurmalis 07_07
1. Working Paper Series No. 7
Juli 2007, First Draft
PELAKSANAAN PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT
OLEH BIDAN DESA DI KABUPATEN AGAM
Nurmalis, Widodo Wirawan, Kristiani
Katakunci:
perkesmas
manajemen
bidan
-Tidak Untuk Disitasi-
Program Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan,Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta 2007
2. Nurmalis, Widodo Wirawan, Krsitiani; WPS no.1 April 2006 1st draft
Public Health Nursing Implementation by Midwives in Agam District,
West Sumatera
Nurmalis1, Widodo Wirawan2, Kristiani3
Abstract
Background: The mother and under five year old children mortality rate at Agam District
in the year 2005 was still high. The number of high risked pregnant women handled and
referred to hospitals has not achieved the target even though village midwives have been
assigned to carry out the public health nursing (PHN) programs. This research was con-
ducted to get an overview of management of PHN programs implementation.
Methods: This research was an analytical research with cross sectional design using
quantitative and qualitative methods. The research subjects were village midwives, head
of health center, and the coordinator of PHN programs, with village midwives as the unit
of analysis. The research instruments were in-depth interview guide, questionnaires, and
document checklist.
Results: The knowledge of village midwives was correlated to the compliance towards
PHN standard operational procedures (p<0,05 r=0,326), but was not correlated to the
compliance towards its administration procedures (p>0,05 r=0,079). The skill of them was
correlated to the compliance towards PHN standard operational procedures (p<0,05
r=0,360), and also to the compliance towards its administration procedures (p<0,05
r=0,277). The motivation of them was correlated to the compliance towards PHN stan-
dard operational procedures (p<0,05 r=0,395), but was not correlated to the compliance
towards its administration procedures (p>0,05 r=0,188). The availability of facilities and
fund was correlated to the compliance towards PHN standard of procedures (p<0,05
r=0,518), and also to the compliance towards its administration procedures (p<0,05
r=0,425). The perception of PHN management by village midwives was correlated to the
compliance towards its standard operational procedures (p<0,05 r=0,559), and also to the
compliance towards its administration procedures (p<0,05 r=0,265). The most dominant
factor correlated to the compliance towards PHN standard of procedures was its man-
agement, while the most dominant factor correlated to the compliance towards its admini-
stration procedures was facilities and fund.
Conclusions: The quality of PHN programs implementation at Agam District was consid-
ered poor because of its inappropriate management, besides the limited facilities and
fund.
Keywords: Public health nursing, management, midwives
1
District Health Office of Agam, West Sumatera
2
Master of Health Service Management and Policy, Gadjah Mada University
3
Salam Health Center, Magelang District
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 2
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
3. Nurmalis, Widodo Wirawan, Krsitiani; WPS no.1 April 2006 1st draft
LATAR BELAKANG
Upaya kesehatan berbasis masyarakat dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi
masih sangat kurang dan perlu dilakukan perbaikan, terutama di pedesaan.
Penempatan bidan di desa sebagai tenaga kesehatan berperan sangat penting
dalam mengatasi masalah tersebut. Mereka ditempatkan dan bertugas di desa
yang mempunyai wilayah kerja satu sampai dua desa dalam melaksanakan tu-
gas pelayanan medis baik di dalam maupun di luar jam kerja dan bertanggung-
jawab langsung kepada kepala puskesmas1. Tujuan penempatan bidan desa ia-
lah untuk meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan melalui
puskesmas dan posyandu dalam rangka menurunkan angka kematian ibu, bayi
dan balita serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup
sehat2. Tetapi, beban kerja bidan desa, khususnya di Kabupaten Agam, semakin
bertambah seiring peluncuran program perawatan kesehatan masyarakat
(Perkesmas) secara Nasional. Perkesmas merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan di puskesmas dan terintegrasi kedalam kelompok upaya kesehatan
wajib maupun pengembangan. Tujuannya untuk pencegahan penyakit dan pen-
ingkatan kesehatan masyarakat dan mempertimbangkan masalah kesehatan
masyarakat yang mempengaruhi individu, keluarga, dan masyarakat.
Program Perkesmas yang seharusnya dilaksanakan oleh tenaga keperawatan,
dilaksanakan oleh bidan desa karena keterbatasan tenaga perawat. Jumlah
tenaga bidan di Agam sebesar 250 orang, 96 orang di antaranya ialah bidan
desa, sedangkan jumlah perawat hanya 137 orang. Kondisi tersebut mendasari
kebijakan program perawatan kesehatan masyarakat dilaksanakan oleh bidan.
Sejak penerapan Perkesmas oleh bidan, derajat kesehatan yang berkaitan den-
gan perawatan kesehatan masyarakat di Agam belum memenuhi target terutama
untuk kasus bayi kurang gizi. Harapan yang belum tercapai dimungkinkan oleh
kelemahan managemen meliputi input (tenaga, dana dan sarana) atau proses
(pengelolaan) di tingkat puskesmas. Indikator untuk menilai mutu pelayanan ke-
sehatan dapat dilihat dari tingkat kepatuhan atau compliance rate terhadap SOP
(standard operational procedure). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengelolaan program Perkesmas oleh puskesmas di Kabupaten Agam. Menge-
tahui faktor input dan proses, mengetahui hubungan antara sumberdaya manu-
sia, dana dan sarana, serta persepsi bidan tentang manajemen puskesmas
dalam Perkesmas dengan kualitas pelayanan dan kualitas administrasi, dan
mengetahui gambaran kualitas pelaksanaan Perkesmas dan cakupan pelak-
sanaannya.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini ialah penelitian analitik dengan observasi sesaat (cross sec-
tional) menggunakan metode kuantitatif didukung kualitatif. Unit analisis peneli-
tian ialah bidan desa dengan unit observasi kegiatan Perkesmas yang dilaksana-
kan di desa. Di kabupaten Agam terdapat 96 orang bidan desa yang bertugas di
wilayah kerja puskesmas Kabupaten Agam. Semua bidan desa tersebut dijadi-
kan subyek penelitian ini. Peneliti juga melakukan wawancara mendalam terha-
dap 2 orang kepala puskesmas dan 2 orang pemegang program Perkesmas.
Variabel independen penelitian ini yaitu faktor input yang terdiri dari sumberdaya
manusia (SDM) maupun sarana dan dana serta persepsi manajemen program
Perkesmas yang dilakukan oleh bidan desa. Variabel dependen ialah proses pe-
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 3
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
4. Nurmalis, Widodo Wirawan, Krsitiani; WPS no.1 April 2006 1st draft
laksanaan program Perkesmas yang terdiri dari kualitas pelayanan dan kualitas
administrasi pelayanan. Instrumen penelitian ialah kuesioner, pedoman wawan-
cara, daftar tilik, catatan lapangan, dan tape recorder.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sumberdaya Manusia. Responden penelitian ini berjumlah 80 orang bidan desa.
Latar belakang responden sebagian besar berpendidikan D1 Kebidanan (87,5%)
sedangkan yang berpendidikan D3 hanya sebesar 12,5 persen. Responden yang
telah mengikuti pelatihan Perkesmas hanya 22,5 persen, 77,5 persen lainnya
belum pernah mengikutinya. Responden berusia rata-rata 32,1 tahun, paling
muda berusia 21 dan yang paling tua berusia 41 tahun. Masa kerja responden
rata-rata 8,61 tahun. Pengetahuan dan motivasi responden diukur dengan kue-
sioner sedangkan keterampilan diukur dengan check list. Pengetahuan dan ket-
erampilan bidan tentang Perkesmas rata-rata cukup bagus. Motivasi responden
tergolong baik (skor motivasi rata-rata 3,11). Jumlah responden berpengetahuan
rendah sebesar 27,5 persen, kategori sedang sebesar 60 persen dan dalam
kategori tinggi hanya 12,5 persen. Sebagian besar responden berketerampilan
sedang (60%), berketerampilan rendah 15 persen dan berketerampilan tinggi 25
persen. Motivasi responden sebagian besar tergolong sedang (65%), bermotivasi
rendah dan tinggi masing-masing sebesar 17,5 persen.
Dana dan Sarana. Sarana yang dimiliki oleh bidan desa diketahui melalui obser-
vasi. Hasil observasi menunjukkan ketersediaan sarana dan dana sebagian be-
sar responden tergolong dalam kategori cukup, yaitu 75 persen. Responden
dengan ketersediaan sarana dan dana kurang sebesar 5 persen dan responden
dengan kategori lengkap sebesar 20 persen.
Persepsi terhadap Manajemen Perkesmas
Persepsi responden terhadap pengelolaan program Perkesmas diukur dengan
kuesioner. Kuesioner terdiri dari pertanyaan tentang kegiatan pengelolaan pro-
gram Perkesmas yang pernah dilakukan oleh Puskesmas terhadap responden.
Responden yang menilai program Perkesmas dikelola Puskesmas dengan cu-
kup baik sebesar 57 persen. Responden yang menilai menilai program Perkes-
mas dikelola Puskesmas dengan kurang baik sebesar 22,5 persen dan yang
menilai baik hanya 20 persen.
Kepatuhan terhadap Asuhan Perkesmas
Kepatuhan terhadap asuhan Perkesmas merupakan salah satu indikator kualitas
pelayanan, dibagi menjadi 2 yaitu pengelolaan asuhan oleh bidan dan observasi
dokumentasi Perkesmas oleh bidan. Responden umumnya mengaku telah cukup
mempunyai kepatuhan terhadap asuhan keperawatan (65%), responden yang
kurang baik melaksanakan asuhan Perkesmas sesuai standar sebesar 17,5 per-
sen. Responden yang telah melaksanakan asuhan keperawatan Perkesmas se-
cara baik hanya 17,5 persen. Hasil observasi dokumen asuhan keperawatan
menunjukkan sebagian besar responden tergolong cukup mematuhi asuhan
Perkesmas (73,8%) sedangkan tergolong kurang mematuhi pelaksanaan admin-
istrasi asuhan 7,4 persen. Responden yang tergolong telah mematuhi adminis-
trasi asuhan keperawatan sebesar 18,8 persen.
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 4
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
5. Nurmalis, Widodo Wirawan, Krsitiani; WPS no.1 April 2006 1st draft
Hubungan antara faktor input dan kegiatan pelayanan Perkesmas yang dilakukan
oleh bidan diketahui dengan uji correlation product moment. Hasilnya dipaparkan
dalam tabel berikut.
Tabel 1. Hubungan antara Input dengan Kepatuhan Pelaksanaan
Asuhan Perkesmas
Kepatuhan Pelaksanaan
Variabel Asuhan Perkesmas
r p
Pengetahuan 0.326 0.003
Keterampilan 0.360 0.001
Motivasi 0.395 0.000
Sarana dan Dana 0.518 0.000
Manajemen Program dari Puskesmas 0.559 0.000
Hasil uji correlation product moment menunjukkkan bahwa kepatuhan pelak-
sanaan terhadap asuhan Perkesmas oleh bidan berhubungan dengan pengeta-
huan, keterampilan, motivasi, sarana dan persepsi tentang manajemen Puskes-
mas (p<0,05). Semakin baik pengetahuan responden tentang Perkesmas, se-
makin patuh terhadap asuhan keperawatan Perkesmas. Keterampilan responden
berhubungan secara signifikan dengan kepatuhan terhadap asuhan Perkesmas
(p<0,05) dengan koefisien korelasi sebesar 0,360. Responden yang mempunyai
keterampilan lebih baik, semakin patuh terhadap standar asuhan Perkesmas.
Motivasi responden juga berhubungan secara signifikan dengan kepatuhan ter-
hadap asuhan Perkesmas (p<0,05) dengan koefisien korelasi sebesar 0,395. Hal
tersebut bermakna bahwa responden yang mempunyai motivasi yang semakin
baik, semakin patuh asuhan Perkesmas. Hubungan ketersediaan sarana dan
dana hasil observasi dengan kepatuhan pelaksanaan asuhan Perkesmas
menunjukkan signifikansi (p<0,05) dengan koefisien korelasi sebesar 0,518. Re-
sponden yang mempunyai ketersediaan sarana dan dana yang semakin lengkap,
semakin patuh asuhan Perkesmas. Hubungan persepsi manajemen program
Perkesmas oleh puskesmas dengan kepatuhan pelaksanaan asuhan Perkesmas
menunjukkan signifikansi (p<0,05) dengan koefisien korelasi sebesar 0,559. Re-
sponden yang mempunyai persepsi yang semakin baik terhadap manajemen
program oleh puskesmas, semakin patuh terhadap standar asuhan Perkesmas.
Hubungan antara kepatuhan administrasi pelayanan Perkesmas dengan faktor
input dijelaskan dalam tabel berikut.
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 5
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
6. Nurmalis, Widodo Wirawan, Krsitiani; WPS no.1 April 2006 1st draft
Tabel 2. Hubungan antara Input dengan Kepatuhan Administrasi
Asuhan Perkesmas
Kepatuhan Administrasi Asuhan
Variabel Perkesmas
r P
Pengetahuan 0.079 0.487
Keterampilan 0.277 0.013
Motivasi 0.188 0.095
Sarana dan Dana 0.425 0.000
Manajemen Program dari Puskesmas 0.265 0.017
Hasil uji correlation product moment menunjukkan bahwa kepatuhan pelak-
sanaan terhadap asuhan Perkesmas oleh bidan hanya berhubungan dengan
keterampilan, ketersediaan sarana dan dana serta persepsi tentang manajemen
puskesmas (p<0,05). Koefisien korelasi keterampilan sebesar 0,277. Hubungan
ketersediaan sarana dan dana dengan kepatuhan pelaksanaan administrasi
asuhan Perkesmas menunjukkan signifikansi (p<0,05) dengan koefisien korelasi
sebesar 0,425. Hubungan persepsi manajemen program Perkesmas oleh pusk-
esmas dengan kepatuhan pelaksanaan administrasi asuhan Perkesmas menun-
jukkan signifikan (p<0,05) dengan koefisien korelasi sebesar 0,265. Responden
yang mempunyai persepsi yang semakin baik terhadap manajemen program
oleh puskesmas, semakin patuh terhadap pengisian administrasi asuhan
Perkesmas.
Dari hasil uji korelasi product moment didapatkan bahwa faktor input yang ber-
hubungan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan ialah pengetahuan, ket-
erampilan, motivasi, sarana dan dana. Persepsi tentang manajemen program
Perkesmas dari puskesmas juga berhubungan secara signifikan dengan pelak-
sanaan asuhan keperawatan. Variabel-variabel tersebut akan diuji dengan uji
statistik regresi linier untuk mengetahui determinasi dominan terhadap pelak-
sanaan asuhan keperawatan. Hasil uji regresi linier menunjukkan bahwa R2 se-
besar 0,715 dan signifikan secara statistik. Hasil tersebut bermakna secara ber-
samaan. Determinasi pengetahuan, keterampilan, motivasi, sarana dan dana
serta persepsi tentang manajemen program Perkesmas dari puskesmas terha-
dap pelaksanaan asuhan keperawatan sebesar 71,5 persen. Determinasi varia-
bel lain yang tidak diteliti sebesar 28,5 persen. Determinasi dominan terhadap
pelaksanaan asuhan keperawatan ialah persepsi bidan terhadap manajemen
program dari Puskesmas karena mempunyai nilai beta paling besar, yaitu 0,357.
Hal tersebut berarti bahwa pesepsi responden tentang manajemen program dari
puskesmas mempunyai kontribusi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan
sebesar 35,7 persen.
Temuan tersebut diperkuat hasil wawancara mendalam dengan pemegang pro-
gram Perkesmas di puskesmas. Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa
puskesmas tidak melakukan pemantauan kualitas pelayanan Perkesmas yang
dilakukan bidan pada saat kunjungan rumah. Pemantauan hanya dilakukan ber-
dasarkan laporan bulanan dari bidan desa. Pemantauan laporan dilakukan hanya
untuk mengetahui jumlah cakupan bukan untuk memantau kualitas pelayanan
Perkesmas oleh bidan desa. Di puskesmas lain, pemantauan dilakukan dalam
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 6
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
7. Nurmalis, Widodo Wirawan, Krsitiani; WPS no.1 April 2006 1st draft
pertemuan bulanan. Koordinator puskesmas akan menanyakan pada petugas
yang bersangkutan mengenai penyebab kegagalan pencapaian target. Hasil
wawancara dengan salah satu bidan menjelaskan bahwa bidan hanya mengerja-
kan laporan yang diminta puskesmas, sehingga data dari bidan desa terkadang
kurang valid. Pemberian laporan yang kurang valid bertujuan agar bidan tidak
ditegur oleh puskesmas. Ini disebabkan puskesmas belum melakukan pengawa-
san secara intensif karena belum mempunyai petugas khusus yang mengelola
program Perkesmas. Pengelola kegiatan Perkesmas sering bertugas rangkap
dengan program lain. Ketidakadaan petugas pengelola program Perkesmas
menyebabkan manajemennya di puskesmas tidak berjalan dengan baik. Pihak
puskesmas juga menilai bahwa pelaksanaan Perkesmas tidak berjalan lancar
karena kurang pembinaan dan pelatihan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Agam.
Dinas Kesehatan Agam belum membuat petunjuk pelaksanaan untuk program
Perkesmas yang sesuai untuk puskesmas. Sasaran Perkesmas yang terlalu
banyak menyebabkan pimpinan puskesmas kebingungan untuk mengembang-
kan program ini di wilayahnya. Pihak puskesmas berharap dinas kesehatan
memberikan pedoman pelaksanaan Perkesmas di puskesmas.
Hasil wawancara dengan pihak dinas menginformasikan bahwa laporan Perkes-
mas hanya sekedar memenuhi kebutuhan administrasi, sehingga tidak memberi
target pencapaian cakupan sesungguhnya. Variabel yang berhubungan dengan
pelaksanaan administrasi asuhan keperawatan ialah keterampilan, sarana dan
dana serta persepsi manajemen program dari puskesmas. Hasil uji regresi linier,
didapatkan R2 sebesar 0,471 dan signifikan secara statistik. Hasil tersebut ber-
makna secara bersamaan dengan determinasi keterampilan, sarana dan dana
serta persepsi tentang manajemen program Perkesmas dari puskesmas terha-
dap pelaksanaan administrasi asuhan keperawatan sebesar 47,1 persen. Deter-
minasi variabel lain yang tidak diteliti sebesar 52,9 persen. Determinasi dominan
ialah ketersediaan sarana dan dana karena mempunyai nilai beta paling besar,
yaitu 0,348. Sarana dan dana mempunyai kontribusi terhadap pelaksanaan ad-
ministrasi asuhan keperawatan sebesar 34,8 persen.
Dana juga menjadi kendala bagi bidan dalam menjalankan program Perkesmas.
Bidan desa tidak mendapat uang transportasi untuk melakukan kunjungan
rumah. Biasanya bidan justru mendapatkan dana dari keluarga yang dikunjungi
sebagai jasa pelayanan pengobatan. Fenomena ini menunjukkan bahwa ke-
mungkinan bidan hanya akan mengunjungi pasien kelompok risiko yang men-
gundang dan memberikan uang jasa saja.
Kualitas Pelaksanaan Perawatan dan Pencapaian Program Perkesmas
Target pencapaian Perkesmas menurut Dinas Kesehatan Agam sebesar 15 %.
Dari dokumen dinas ditemukan 6 puskesmas yang mencapai target tersebut dan
15 puskesmas lainnya tidaknya. Ditemukan 8 puskesmas yang mempunyai kuali-
tas pelaksanaan perawatan sangat baik karena memenuhi semua daftar obser-
vasi. Tiga belas puskesmas tidak mempunyai dokumen lengkap. Dari 6 puskes-
mas yang mencapai target hanya 2 puskesmas yang mempunyai pengelolaan
yang baik, sedangkan 4 puskesmas yang lain mempunyai pengelolaan yang ku-
rang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pencapaian cakupan dipengaruhi
oleh pengelolaan puskesmas. Puskesmas yang mengelola program Perkesmas
dapat memenuhi target yang ditetapkan.
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 7
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
8. Nurmalis, Widodo Wirawan, Krsitiani; WPS no.1 April 2006 1st draft
Dari 6 puskesmas yang mencapai target yang ditetapkan, hanya 1 puskesmas
yang mempunyai bidan dengan kepatuhan asuhan keperawatan dalam kategori
baik. Di sisi lain, terdapat 1 puskesmas yang tidak mencapai target namun mem-
punyai bidan dengan tingkat kepatuhan baik. Fenomena serupa juga terjadi pada
kepatuhan administrasi asuhan keperawatan. Terdapat 1 puskesmas yang
memiliki bidan dengan kepatuhan administrasi asuhan keperawatan dalam kate-
gori baik dan mencapai target. Disisi lain, terdapat 1 puskesmas yang mempun-
yai bidan dengan kepatuhan administrasi yang baik namun cakupan belum ter-
capai. Jumlah puskesmas yang mencapai target dengan tingkat kepatuhan bidan
dalam melaksanakan asuhan keperawatan dijelaskan dalam tabel 3.
Tabel 3. Kepatuhan Bidan dalam Asuhan Keperawatan dan
Pencapaian Program Perkesmas di Puskesmas Kabupaten Agam
Kepatuhan Asuhan Per- Tercapai Tidak tercapai Total
kesmas N % n % n %
Baik 1 16.7 1 6.7 2 9.5
Cukup 4 66.7 14 93.3 18 85.7
Kurang 1 16.7 0 .0 1 4.8
Kepatuhan administrasi
Asuhan Perkesmas
Baik 1 16.7 1 6.7 2 9.5
Cukup 5 83.3 12 80.0 17 81.0
Kurang 0 0 2 13.3 2 9.5
Bidan desa pelaksana program Perkesmas di Kabupaten Agam sebanyak 96
orang dan hanya 80 orang menjadi responden penelitian ini. Bidan-bidan terse-
but sebagian besar berpendidikan D1 Kebidanan, namun sebagian besar mereka
belum pernah mendapatkan pelatihan Perkesmas. Walaupun belum mendapat-
kan pelatihan program Perkesmas, bidan desa yang menjadi responden telah
mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang cukup bagus, karena rata-rata
skor pengetahuan dan keterampilannya lebih dari 80 persen. Motivasi mereka
menjalankan program tersebut juga cukup baik. Ketersediaan dana dan sarana
penunjang dalam kegiatan Perkesmas belum semua memadai.
Bidan menilai manajemen puskesmas belum optimal melakukan pengelolaan
program Perkesmas. Sebagian besar bidan menilai puskesmas belum melaku-
kan pembagian wilayah dan evaluasi kegiatan kunjungan rumah. Bidan menilai
hanya 56 persen rata-rata skor pengelolaan program Perkesmas yang telah dila-
kukan puskesmas. Hasil pemeriksaan dokumen administrasi asuhan keperawa-
tan menunjukkan bahwa sebagian besar bidan belum melakukan pencatatan
nomor register, waktu, rencana tindakan serta pelaksanaan dan waktu pelak-
sanaanya. Skor rata-rata kualitas pemberian pelayanan hanya 61 persen yang
telah dilakukan oleh bidan dan hanya 51 persen pencatatan yang dilakukan oleh
bidan. Hasil uji korelasi product moment menunjukkan bahwa faktor input ber-
hubungan dengan kualitas pelayanan dan kualitas administrasi pelayanan. Fak-
tor input yang berhubungan dengan kualitas pelayanan keperawatan ialah pen-
getahuan, keterampilan Perkesmas dan motivasi petugas yang menjalankannya
serta sarana dan dana program. Faktor input yang berhubungan dengan kualitas
pelayanan tidak semuanya berhubungan dengan kualitas pelayanan administratif
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 8
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
9. Nurmalis, Widodo Wirawan, Krsitiani; WPS no.1 April 2006 1st draft
Perkesmas. Hanya keterampilan serta sarana dan dana yang berhubungan den-
gan kualitas pelayanan administratif. Input ialah sumber daya baik sumber daya
manusia maupun sumber daya yang lain yang dibutuhkan untuk menjalankan
suatu sistem3.
Pengetahuan merupakan kumpulan informasi yang bersifat menjelaskan berba-
gai gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan
untuk menguasai gejala tersebut berdasarkan penjelasan yang ada4. Keterampi-
lan ialah hasil dari latihan yang berulang, yang dapat disebut perubahan yang
meningkat atau progresif oleh orang yang mempelajari keterampilan tadi sebagai
hasil dari aktivitas tertentu4. Bidan desa yang berpengetahuan, keterampilan
serta motivasi yang semakin tinggi mempunyai kualitas pelayanan Perkesmas
yang semakin baik. Pengetahuan dan keterampilan bidan cukup tinggi karena
berdasarkan latar belakang didapatkan rata-rata bidan yang menjadi responden
penelitian ini telah berpengalaman. Rata-rata responden telah berpengalaman
sekitar 11 tahun dalam pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan kebidanan.
Pengalaman tersebut juga berpengaruh terhadap keterampilan bidan dalam
menjalankan program Perkesmas. Bidan desa yang mempunyai motivasi se-
makin tinggi, pelayanan yang diberikannya juga semakin berkualitas. Motivasi
ialah keadaan dalam diri seseorang yang menimbulkan kekuatan, menggerak-
kan, mendorong, mengarahkan, atau menyalurkan perilakunya untuk mencapai
tujuan5. Individu yang mempunyai motivasi yang kuat akan melaksanakan peker-
jaan dengan sungguh-sungguh, sebaliknya individu dengan motivasi yang le-
mah/rendah akan melaksanakan pekerjaan dengan sekedarnya saja. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa bidan akan mempunyai kualitas pelayanan
yang baik jika mempunyai motivasi yang kuat.
Sarana dan dana juga berhubungan dengan kualitas pelayanan dan kualitas ad-
ministratif pelayanan. Hal tersebut berarti bahwa bidan desa yang mempunyai
kelengkapan sarana dan dana akan memberikan pelayanan dan administrasi pe-
layanan yang berkualitas. Sarana dan dana menjadi faktor yang dominan mem-
pengaruhi kualitas administrasi pelayanan Perkesmas. Salah satu sarana yang
menghambat proses pelaksanaan ialah keterbatasan formulir pelaporan. Sekitar
80 persen responden tidak mempunyai formulir pelaporan. Formulir pelaporan
berfungsi sebagai bahan evaluasi program. Input yang baik membutuhkan mana-
jemen yang mendukung jalannya proses agar proses berjalan dengan baik. Hasil
uji korelasi antara faktor manajemen program dengan pelaksanaan asuhan ke-
perawatan dan adminisatrasi asuhan keperawatan menunjukkan bahwa puskes-
mas yang mengelola program Perkesmas dengan baik, mempunyai kualitas pe-
layanan dan kualitas administrasi yang baik. Pengelolaan program Perkesmas
oleh puskesmas merupakan lingkungan dari program Perkesmas, karena bidan
desa merupakan tenaga kesehatan yang ditempatkan di desa dan bertanggung
jawab kepada puskesmas yang melingkupinya.
Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset utama suatu organisasi, baik or-
ganisasi bisnis maupun organisasi nirlaba, karena keberhasilan dan kelestarian
suatu organisasi di masa depan dipengaruhi oleh kemampuan SDM yang di-
milikinya6. Manusia sebagai faktor input terpenting dalam proses manajemen dan
faktor non manusia merupakan faktor input yang menentukan terwujudnya
kegiatan-kegiatan (proses) agar menjadi langkah-langkah nyata untuk mencapai
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 9
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
10. Nurmalis, Widodo Wirawan, Krsitiani; WPS no.1 April 2006 1st draft
hasil (output)7. Manajemen ialah ilmu tentang penggunaan sumberdaya secara
efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi3. Faktor dominan
yang mempengaruhi kualitas pelaksanaan program perkesmas oleh bidan desa
ialah pengelolaan dari puskesmas. Fungsi pengawasan, pembinaan dan
penilaian dalam kegiatan perkesmas oleh bidan desa dilakukan oleh puskesmas,
karena puskesmas sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap masalah
kesehatan di wilayah kerjanya. Manajemen merupakan proses merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan untuk mencapai
tujuan organisasi dengan menggunakan sumberdaya organisasi8. Hasil peneli-
tian ini menunjukkan bahwa sumberdaya yang berkualitas belum dikelola dengan
baik sehingga kualitas pelayanan belum optimal. Pengelolaan belum optimal di
tingkat puskesmas juga berdampak pada pencapaian cakupan. Berdasarkan ha-
sil observasi dokumentasi didapatkan beberapa puskesmas yang mempunyai
administrasi lengkap namun hasil pencapaian program perkesmasnya sangat
rendah. Salah satu kemungkinan sebab terjadinya fenomena tersebut karena
program hanya disusun di atas kertas untuk kepentingan akreditasi puskesmas.
Peningkatan kualitas merupakan aktifitas teknis dan manajemen untuk mengukur
karakteristik kualitas suatu produk dibandingkan dengan hasil yang diinginkan9.
Oleh karenannya, untuk meningkatkan kualitas dalam pelayanan Perkesmas,
peran puskesmas harus ditingkatkan terutama dalam pengawasan, pembinaan
dan penilaian. Menjalankan fungsi pengawasan, pembinaan dan penilaian meru-
pakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kepuasan kerja bidan desa.
Dalam manajemen mutu, proses menjadi fokus perhatian karena harus diken-
dalikan agar dapat mempertahankan keunggulan atau meningkatkan kinerja total
dari suatu proses9. Salah satu ciri dari sistem pengendalian kualitas yaitu terda-
pat aktifitas yang berorientasi pada tindakan untuk mencegah kerusakan produk
karena kesalahan dan kelalaian dalam proses produksi. Upaya pengendalian
kualitas merupakan tindakan preventif dalam manajemen mutu. Kegiatan peman-
tauan, pembinaan dan evaluasi program akan lebih efektif bila dilakukan oleh
pimpinan10. Dengan demikian supervisi berjenjang harus dilakukan tidak hanya
puskesmas kepada bidan, namun dinas kesehatan juga harus melakukan super-
visi pada puskesmas agar termotivasi untuk melaksanakan program Perkesmas
secara optimal.
PENUTUP
Kesimpulan. Input bidan dalam pelaksanaan program Perkesmas cukup baik
karena pengetahuan dan keterampilan bidan tentang Perkesmas cukup bagus
dan mempunyai motivasi yang baik. Sarana yang dimiliki bidan belum lengkap
dan dana untuk transportasi kunjungan rumah belum tersedia. Persepsi bidan
tentang manajemen program Perkesmas oleh puskemas masih rendah. Proses
pelaksanaan Perkesmas berdasarkan kepatuhan terhadap asuhan keperawatan
dan kepatuhan terhadap administrasi asuhan keperawatan belum sesuai dengan
standar. Pengetahuan bidan desa berhubungan dengan kepatuhan asuhan
Perkesmas namun tidak berhubungan dengan kepatuhan administrasinya. Ket-
erampilan bidan desa berhubungan dengan kepatuhan asuhan Perkesmas, dan
juga berhubungan dengan kepatuhan administrasinya. Motivasi bidan desa
hanya berhubungan dengan kepatuhan asuhan perkesmas, namun tidak ber-
hubungan dengan kepatuhan administrasinya. Ketersediaan sarana penunjang
dan dana berhubungan dengan kualitas dan kepatuhan asuhan perkesmas dan
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 10
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
11. Nurmalis, Widodo Wirawan, Krsitiani; WPS no.1 April 2006 1st draft
kepatuhan administrasinya. Persepsi bidan tentang manajemen program
perkesmas bidan desa berhubungan dengan kepatuhan asuhan perkesmas, dan
juga berhubungan dengan kepatuhan administrasi asuhan perkesmas. Faktor
yang paling dominan mempengaruhi kepatuhan asuhan keperawatan ialah per-
sepsi bidan terhadap manajemen program, sedangkan faktor yang paling domi-
nan mempengaruhi kepatuhan administrasinya ialah sarana dan dana. Penca-
paian target belum menjamin kualitas pengelolaan yang baik terbukti adanya be-
berapa puskesmas yang sudah mencapai target tetapi belum diikuti dengan
kualitas pengelolaan dan pelayanan program Perkesmas.
Saran. Perlu upaya dinas kesehatan untuk meningkatkan kepatuhan asuhan
Perkesmas bagi bidan desa terutama untuk pengetahuan dan keterampilan den-
gan menyelenggarakan pelatihan perkesmas bagi bidan desa agar pelayanannya
oleh mereka semakin bermutu, meningkatkan pengawasan dan pembinaan ter-
hadap puskesmas untuk mengelola program Perkesmas, terutama pembinaan
administratif pencatatan dan pelaporan melalui bimbingan dan supervisi di pusk-
esmas, menyediakan sarana terutama formulir pelaporan dan didistribusikan me-
lalui puskesmas kepada bidan desa, menyediakan dana transportasi dari dana
operasional program agar pencapaian melalui kunjungan rumah meningkat.
Puskesmas disarankan mengelola program Perkesmas secara efektif dan efisien
melalui mini lokakarya, khususnya berkaitan supervisi pada bidan agar kualitas
pelayanan bidan semakin meningkat, dan melaksanakan pembinaan administratif
pencatatan dan pelaporan melalui bimbingan dan supervisi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI (2001) Konsep Kebidanan. Jakarta
2. Depkes RI (1992) Panduan Bidan di Tingkat Desa. Jakarta
3. Muninjaya, G.A.A. (2004) Manajemen Kesehatan, EGC, Jakarta
4. Suriasumantri, JS. (2003) Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta
5. Whitherington (1991) Psikologi Pendidikan. Rhineka Cipta. Jakarta
6. Berelson, B dan Steiner, G.A. (1994) Manajemen Sumberdaya Manusia,
diterjemahkan oleh Bambang Sukoco, Armico, Bandung
7. Handoko, T.H. (2001) Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,
BPFE, Yogyakarta
8. Hanafi, M.M. (2003) Manajemen, UPP AMP – YKPN Yogyakarta
9. Gaspersz, V. (2003). Metode Analisis untuk Peningkatan Kualitas. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
10. Dharma, A. (2004) Manajemen Supervisi, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 11
http://lrc-kmpk.ugm.ac.id