Dokumen tersebut membahas tentang tata cara berwudhu, mandi, dan tayammum menurut ayat Al-Maidah 6. Secara garis besar, Allah SWT menjelaskan perintah bersuci dan penjelasan tata cara berwudhu, mandi, dan tayammum serta penjelasan tentang kondisi yang dapat memindahkan dari wudhu ke tayammum.
1. Tafsir Al-Quran ; Tentang Wudhu’, Mandi dan Tayammum
Rifki Aminuddin_PAI 3A
TENTANG WUDHU’, MANDI dan TAYAMUM
(KAJIAN TAFSIR SURAT AL-MAIDAH : 6)
A. Firman Allah SWT ;
B. ( معا نئ ا لمؤر داتMakna Satuan Kata)
يَا أَيُّهَا
َالَّذين
ِ
آمنُوا
َ
إِذَا
قُمتُم
ْ ْ
إِلَى
َ
الصََّلة
فَاغسلُوا
ِ ْ
َُ
وجُوهكم
ُ
ْ
وأَيديَكُم
ِْ َ
إِلَى المرافِق
ِ ََْ
وامسحُوا
َ ْ َ
بِرءوسكُم
ِ ُ ُ
وأَرجلَكم
ُْ ُ ْ َ
إِلَى الكعبَيْن
ِ َْْ
وإن كنتُم
ْ ُْ ْ ِ َ
جنُبا
ُ
فَاطهَّروا
ُ َّ
وإن كنتُم
ْ ُْ ْ ِ َ
مرضَى
َْ
أَو
ْ
علَى
َ
سفَر
َ
أَو
ْ
تَجدُوا
ِ
ماء
َ
فَتَيَمموا
ُ َّ
صعِيدا
َ
َ
طيبا
ِ
فَامسحُوا
َ ْ
بِوجُوهكم
ُ
ُْ ِ
ُ ْ َ
وأَيدِيكم
ْ
ْ
ُمِ نه
َّ
ُ ما يُريدُ اّلل
ِ َ
ليَجْ عَل
َ
ِ
ُْ َ
علَيكم
ْ
مِ ن حَرج
َ ْ
ْ َ
ولَكِن
ُ يُريد
ِ
ليُطهركم
ُْ َِ َ ِ
وليُتِم
َّ ِ َ
ُنِعمتَه
َْ
ُْ َ
علَيكم
ْ
لَعَلَّكم
ُْ
َتَشكُرون
ُ ْ
Hai Sekalian
Orang-orang yang
beriman
apabila
Hendak (berdiri)
mengerjakan
Solat
Maka basuhlah
Mukamu
Dan tanganmu
Sampai siku
Dan sapulah
Kepala kalian
Dan (basuh) kaki
Sampai mata kaki
Dan jika kamu
junub
Maka mandilah
Dan apabila kamu
sakit
atau
dalam
perjalanan
Atau
1
memperoleh
air
Maka bertayamumlah
Dengan tanah
Yang baik (bersih)
sapulah
mukamu
Dan tanganmu
Dengan tanah itu
Allah tidak
menjadikan
kamu
menyulitkan
tetapi
Dia hendak
membersihkanmu
Dan menyempurnakan
Nikmat-Nya
kepadamu
Supaya kamu
bersyukur
2. Tafsir Al-Quran ; Tentang Wudhu’, Mandi dan Tayammum
Rifki Aminuddin_PAI 3A
َأَحدٌ مِ نكم مِ ن
ُْْ َ
ْ
ِالغَائِط
أَو
ْ
َلمستُم
ُ ْ َ َ
النِساء
َ َ
فَلَم
ْ
Kembali dari
Tempat buang air
Atau
Menyentuh
Wanita
Kamu tidak
C. ( ا لتر جمةTERJEMAH AYAT)
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit1 atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh2 perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih) sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya
kamu bersyukur.
D. ) معا نى ا ال جما لىMAKSUD SECARA GLOBAL(
Secara garis besar, Allah SWT menjelaskan 4 hal :
1. Perintah bersuci dan penjelasan tatacara berwudhu, mandi, dan tayammum.
2. Penjelasan tentang uzur yang dapat memindahkan dari wudhu ke
tayammum dan sebab-sebabnya.
3. Syukur merupakan alasan pemberian nikmat
E. ( ا لتفسى اآلسالمPENJELASAN AYAT SECARA GLOBAL)
1. يا أَيها الَّذِينَ آمنُوا إذَا قُمتُم إلَى الصالة
ِ َ َّ
ِ ْ ْ ِ َ
َ ُّ َ
َ َّ
Dalam kamus Al-Munawir, الصالةartinya doa. Secara lahiriah shalat berarti
beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat – syarat yang
telah ditentukan (Sidi Gazalba,88).
Adapun secara hakikinya ialah berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara
yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan didalam jiwa rasa
kebesaran-Nya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya atau mendzahirkan hajat dan
keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau
dengan kedua-duanya. (Hasbi Asy-Syidiqi, 59).
Dalam konteks ayat di atas, dapat dipahami bahwa perintah berwudhu hanya
diwajibkan kepada mereka yang tidak dalam keadaan suci
Tatacara Berwudhu :فَاغسلُوا وجوهكم وأ َْيديَكم إِلَى المرافِق وامسحوا بِرءوسكم وأَرجلَكم إِلَى الكعبَيْن
ُ َ ْ َ ِ َ َْ
ُْ ُ ْ َ ُْ ِ ُ ُ
ُْ ِ َ ُْ َ ُ ُ ِ ْ
ِ َْْ
( الغسلmencuci/mandi) adalah mengalirkan air atas segala sesuatu yang bertujuan
untuk menghilangkan kotoran atau yang lainnya. Sementara ulama menambahkan
keharusan menggosok anggota badan saat mengalirkan air.
( الوجوهjamak dari Wajh/wajah). Dan batas-batas wajah adalah memanjang dari
puncak permukaan kening sampai ke bagian paling bawah dagu,dan melebar dari
telinga kiri sampai telinga kanan. Mengenai sampai dimanakah orang yang
1
Maksudnya: sakit yang tidak boleh kena air.
Artinya: menyentuh. Menurut jumhur ialah: menyentuh sedang sebagian mufassirin ialah:
menyetubuhi.
2
2
3. Tafsir Al-Quran ; Tentang Wudhu’, Mandi dan Tayammum
Rifki Aminuddin_PAI 3A
berjanggut panjang mencucinya,terdapat dua pendapat pertama mengatakan wajib
membasuhnya dengan air karena ia bertempat pada wajah.Pendapat kedua
disunahkan untuk menyela-nyelakan air ke janggut yang tebal 3x (HR.Tirmizi)3.
( االىدىjamak dari yad/tangan) Batas-batasnya dalam wudhu adalah dari ujung jari
sampai ke siku,yang merupakan pangkal zira dan ujung lengan atas (a’dud)4.
( الرأسkepala, bagian yang diusap adalah bagian selain wajah) Namun,para fuqaha
di berbagai kota berbeda pendapat mengenai ukuran minimal yang seharusnya
mencapai kefardhuan mengusap kepala. Menurut Asy-Syafi’i, dalam hal ini cukup
dengan hanya mengusap sehelai rambut, selama sudah bisa dikatakan mengusap.
Sedangkan menurut Iman Malik berkata , “seluruh kepala wajib diusap,untuk
ihtiyat (hati-hati). Lalu Menurut Abu Hanifah mewajibkan mengusap seperempat
saja karena mengusap dilakukan dengan telapak tangan,sedangkan telapak tangan
itu kira-kira seperempat bagian kepala.
( الكعبينdua mata kaki,yaitu dua tulang yang tampak menonjol di kiri-kanan
persendian betis) Maksudnya basuhlah kakimu sampai kedua mata kaki
2. uzur yang dapat memindahkan dari wudhu ke tayammum dan sebab
sebabnya وإِن كنتُم جنُبًا فَاطهروا وإِن كنتُم مرضى أَو علَى سفَر أَو جاء أَحدٌ منكم منَ الغَائِط أَو
ُ ْ ُْ ْ َ
َ ْ َ ْ َ ْ ْ ُ ْ َ ُ َّ َّ
ْ ِ ْ ِ ُِْْ َ َ َ ْ ٍ َ
ِْ ُْ
ُالمستُم النِِّساء فَلَم ت َجد ُوا ماء فَتَيَمموا صعيدًا طيِّبًا فَامسحوا بوجوهكم وأ َْيدِيكم منه
َِ
ُ َّ ً َ
ِ ْ َ َ ُ ْ َ
َِ
َ ُْ ِ ُ ُِ ُ َ ْ
( الجنبmufrod,musanna,dan jamak. Juga sebagai muzakkar dan muannas. Yang
dimaksud adalah hubungan kelamin ) Maksud ayat,dan apabila junub sebelum
mengerjakan salat maka mandilah5 Termasuk keluarnya mani karena mimpi.
Kalau kamu sakit,yakni sakit umpamanya seperti cacar,kudis,koreng,luka dan
penyakit kulit berbahaya lainnya jika terkena air.
Atau kamu dalam perjalanan yang apapun alasannya,sulit melakukan wudhu dan
mandi. ( الغَائطsecara etimologi artinya tempat atau tanah yang rendah, sedangkan
ِ ِ ْ
dalam syara’,maksudnya buang air besar atau kecil) maksud ayat atau kamu
berhadas dengan hadas yang mewajibkan wudu ketika hendak mengerjakan salat
dan lainnya seperti tawaf,yakni hadas kecil.
Yang dimaksud mulasamah disini adalah bersentuhan,yang sama-sama dilakukan
oleh kedua belah pihak,laki-laki dan perempuan (senggama),yang mewajibkan
mandi,yakni disebut hadas besar.
Apabila kamu mengalami salah satu dari ketiga keadaan tersebut,yakni
sakit,bepergian,atau tidak ada air untuk wudhu atau mandi,maka ambilah tanah
(debu) atau suatu tempat permukaan tanah yang suci tanpa najis. Menurut Imam
Syafei, tanah yang dapat menyuburkan tumbuhan. Lalu pukulkanlah kedua
tanganmu,kemudian usapkan pada wajah dan tangan sampai pergelangan
tangan,sehingga bekas tanah itu mengenainya.
ْ ِ َ َ َ ْ ِ ُْ ْ َ َ َ
َّ
3. Syukur merupakan alasan pemberian nikmat ما يُريد ُ اَّللُ ِليَجْ عل علَيكم من حرجٍ ولَكن
ِ َ
ُيُريد ُ ِليُطهركم و ِليُتِم نعمتَهُ علَيكم لَعَلَّكم تَشك
ُ ْ َ َ ْ ِ َّ َ ْ ُ َ ِِّ َ
ْ ُْ
َرون
ُ
ْ
ِ
3
Muhammad Nasib Ar-Rifai,Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,Jakarta:Gema Insani,2004,jilid 2,hlm 42
Ahmad Mustafa Al-Maraghi,Terjemah Tafsir al maraghi,Semarang: Pt Karya Toha Putra,Jilid
6,hlm. 118
5
Jalaluddin al-Mahally,Jalaluddin Asy-Syuyuthi,Terjemah Tafsir Jalalaen,Bandung:Sinar Baru
Gresindo hlm 431
4
3
4. Tafsir Al-Quran ; Tentang Wudhu’, Mandi dan Tayammum
Rifki Aminuddin_PAI 3A
Allah tidak menghendaki dalam syariat kesulitan dengan kewajiban-kewajiban
berwudhu, mandi dan tayamum itu. Dia tidak memberikan syariat selain yang
memuat kebaikan dan manfaat.
Akan tetapi,dia hendak membersihkan kamu dari kotoran,kehinaan,kemungkaran.
Sehingga kamu menjadi umat yang bertubuh paling bersih,berjiwa paling suci.
Dan agar sempurnakan nikmatnya bagimu. Yaitu Islam telah menerangkan syariatsyariat agamanya. Maka disyariatkan keduanya yakni taharah jasmani dan ruhani.di
samping membiasakan untuk tetap dekat dan taat kepada Allah,takut jika
melakukan kesalahan. Taharah yang Allah jadikan syarat sah solat adalah berfungsi
sebagai pembersih jasmani dan pemberi semangat.
Dengan mempermudah ibadah,betapa agung nikmat Allah dan betapa wajibnya
hamba-hambaNya untuki senantiasa bersyukur,bersyukur atas segala nikmat yang
nampak maupun tidak terlihat.
F. ( التفسىر التفصىلىPENJELASAN AYAT SECARA RINCI)
Asbabunnuzul ayat (Sebab Turunnya Ayat). Dalam hadis yang diriwayatkan oleh
Bukhari yang isinya antara lain: bahwa dalam suatu perjalanan, kalung Aisyah yang
hilang di tempat yang bernama: Baida, sehingga terpaksa rombongan Nabi
bermalam di tempat itu. Pada waktu subuh Rasulullah bangun lalu mencari air
untuk berwudu tetapi beliau tidak mendapat air, maka turunlah ayat ini.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata,
"Kami keluar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sebagian safar
Beliau, sehingga ketika kami berada di tengah lapangan atau berada dalam pasukan,
tiba-tiba kalungku lepas, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengirim
beberapa orang untuk mencari kalung itu, sedangkan sebagian lagi tetap bersama
Beliau. Saat itu, mereka tidak berada di dekat air dan tidak ada orang yang
membawa air, lalu sebagian orang mendatangi Abu Bakar Ash Shiddiq dan berkata,
"Tidakkah kamu melihat apa yang dilakukan Aisyah, ia telah membuat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam diam di tempat, demikian juga para sahabatnya padahal
mereka tidak di dekat air dan tidak ada yang memilikinya." Maka Abu Bakar
datang, sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tertidur meletakkan
kepalanya di pahaku. Abu Bakar berkata, "Kamu telah membuat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat berhenti, padahal mereka tidak di
dekat air dan tidak membawa air." Aisyah berkata, "Abu Bakar mencelaku dan
berkata kepadaku apa yang dikehendaki Allah. Ia memicit pinggangku dengan
tangannya dan tidak ada yang menghalangiku untuk bergerak kecuali karena
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sedang berada di atas pahaku. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bangun di pagi harinya tanpa memiliki air, maka Allah
menurunkan ayat tayammum, lalu mereka pun bertayammum." Usaid bin Khudhair
berkata, "Ini bukanlah berkah pertama kali yang datang kepadamu wahai Abu
Bakar." Aisyah berkata, "Maka kami bangunkan unta, di mana aku berada di
atasnya, lalu kami menemukan kalung di bawahnya." 6
6
Imam Bukhari meriwayatkan di beberapa tempat dalam kitab shahihnya, namun di sana (juz 9
hal. 321) disebutkan, "Kalung milik Asmaa' hilang, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
mengirim beberapa orang untuk mencarinya…dst.", sedangkan di juz 11 hal. 135 disebutkan,
bahwa Aisyah meminjam kalung itu dari Asmaa'. Dengan demikian kalung tersebut milik Asmaa'
yang dipinjam oleh Aisyah radhiyallahu 'anha.
4
5. Tafsir Al-Quran ; Tentang Wudhu’, Mandi dan Tayammum
Rifki Aminuddin_PAI 3A
Adapun penjelasan Al-Maidah ayat 6 antara lain :
َ َّ
1) /يا أَيها الَّذِينَ آمنُوا إذَا قُمتُم إلَى الصالةHai orang-orang yang beriman, apabila kamu
ِ ْ ْ ِ َ
َ ُّ َ
hendak mengerjakan shalat sedangkan kamu dalam keadaan berhadats –
batasan ini disebutkan dalam hadits-, maka berwudhulah, yakni basuhlah
muka kamu seluruhnya dan tangan kamu ke siku, yakni sampai siku, dan
sapulah, sedikit atau sebagian atau seluruh kepala kamu dan basuhlah atau
sapulah kedua kaki-kaki sampai kamu sampai dengan kedua mata kaki, dan
jika kamu junub, yakni keluar mani dengan sebab apapun dan atau
berhalangan shalat bagi wanita maka mandilah, yakni basahilah seluruh
bagian badanmu. sebab Allah tidak menerima shalat tanpa wudhu.7
Menurut jumhur ulama bahwa bersuci itu tidak wajib atas orang yang hendak
melakukan salat,kecuali kalau dia hadas.
Menurut Quraisy Shihab, “menunjukkan perlunya niat bersuci guna sahnya
wudhu, karena kalimat telah akan mengerjakan berarti adanya tujuan mengerjakan,
dan tujuan itu adalah niat, dan niat yang dimaksud adalah untuk melaksanakan
shalat, bukan untuk membersihkan diri atau semacamnya, baik diucapkan maupun
tidak”. Sedangkan menurut Imam Al-Maraghi, “ada dua janji antara seorang hamba
dengan Robbnya : janji rububiyyah dan janji ketaatan. Setelah Allah memenuhi
janji yang pertama kepada hamba, yaitu dengan menjelaskan yang halal dan haram
dalam makanan dan perkawinan, maka Allah meminta kepada hamba untuk
memenuhi janji yang kedua, yaitu janji ketaatan. Ketaatan yang paling besar setelah
keimanan adalah shalat. Shalat tidak akan sah kecuali dengan bersuci (thaharah).
Oleh karena itu Allah menyebutkan fardhu-fardhu wudhu.
Jika yang mau mengerjakan shalat dalam keadaan berhadats, ia wajib berwudhu
ِّ
sesuai dengan sabda Rasulullah saw : “ /ال يقبل اَّلل صالة أحدكم إذا أحدث حتى يتوضأAllah
tidak menerima shalat salah seorang kamu jika ia berhadats sampai ia berwudhu”.
(HR. Ahmad, Bukhari, dan Muslim)
Tapi jika dalam keadaan berwudhu, maka ia sunnah berwudhu. Sabda
Rasululah saw : “ /الوضوء على الوضوء نور على نورWudhu di atas wudhu adalah cahaya
di atas cahaya”. (HR. Rozin).
Fardhu (rukun) wudhu sebagaimana disebutkan dalam ayat ada 4 :
( , /فَاغسلُوا وجوهكم وأ َْيديَكم إِلَى المرافِق وامسحوا بِرءوسكم وأَرجلَكم إِلَى الكعبَيْنmaka basuhlah
ِ ْ
ُ َ ْ َ ِ َ َْ
ُْ ُ ْ َ ُْ ِ ُ ُ
ُْ ِ َ َُْ ُ ُ
ِ ْ َْ
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki), yaitu :
1. Membasuh muka, yaitu mulai dari rambut sebelah muka atau dahi
sampai dengan dagu dan dari telinga kanan sampai telinga kiri.
2. Membasuh dua tangan dengan air bersih mulai dari ujung jari
sampai dengan dua siku.
3. Menyapu kepala, cukup menyapu sebagian kecil dari kepala
menurut mazhab Syafii. (Menurut mazhab Maliki: harus menyapu
seluruh kepala, sedang menurut mazhab Hanafi: cukup menyapu
seperempat kepala saja.)
7
M.Quraisy Shihab,Tafsir Al-Misbah,Jakarta:Lentera Hati,jilid 3,hlm 34
5
6. Tafsir Al-Quran ; Tentang Wudhu’, Mandi dan Tayammum
Rifki Aminuddin_PAI 3A
4. Membasuh dua kaki mulai dari jari-jari sampai dengan dua mata
kaki. Kesemuanya itu dengan menggunakan air.
Perbedaan membasuh dengan menyapu adalah : membasuh adalah mengalirkan
air pada sesuatu (yang dibasuh) agar kotoran yang ada padanya hilang, sedangkan
menyapu adalah menyentuh sesuatu yang disapu dengan tangan yang basah.
Sedang dua rukun lagi yang diambil dari Hadis ialah:
a. Niat, pekerjaan hati dan tidak disebutkan dalam ayat ini tetapi niat
itu diharuskan pada setiap ibadah sesuai dengan hadis:
“ "/ إنما األعمال بالنياتSesungguhnya segala amalan adalah dengan
niat". (H.R. Bukhari dan Muslim dari Umar bin Khattab)
b. Tertib, artinya mengurutkan pekerjaan tersebut di atas sesuai dengan
urutan yang disebutkan Allah dalam ayat ini. Jika diamati ayat di
atas, terlihat bahwa anggota badan yang diperintahkan untuk disapu
dan dibasuh, disebut dalam susunan urutan dari wajah, tangan,
kemudian kembali lagi ke atas yaitu kepala dan terakhir kaki. Jika
diambil urutan tubuh manusia, maka seharusnya yang disebut
terlebih dahulu adalah kepala, wajah, tangan, dan kaki. Di sisi lain,
kata yang digunakan pun berbeda. Ini menunjukkan keharusan
adanya urutan dalam melakukan wudhu sesuai dengan urutan yang
disebut ayat ini. Demikian pendapat mayoritas ulama, sesuai pula
dengan sabda Nabi SAW yang berbunyi : “ /ابدأوا بما بدأ هللاKamu
mulailah dengan apa yang dimulai oleh Allah”. (H.R. An Nasa'i dari
Jabir bin Abdillah)
2) Setelah Allah menjelaskan wajib menggunakan air dalam berwudhu dan
mandi ketika mau shalat, Allah menjelaskan bahwa kewajiban
menggunakan air itu terikat dengan dua hal : adanya air dan mampu
menggunakan air tanpa menimbulkan bahaya. Jika orang yang mau
mengerjakan shalat dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan yang tidak
mendapatkan air, maka Allah memberikan kemurahan kepadanya untuk
bertayammum lantaran hadats kecil dan hadats besar. Inilah yang
disebutkan dalam ayat : ( وإن كنتُم مرضى أَو علَى سفَر أَو جاء أَحد ٌ منكم منَ الغَائِط أَو
َ ْ َ ْ َ ْ ُْ ْ ِ َ
ْ ِ ْ ِ ُْ ِْ َ َ َ ْ ٍ َ
َ
ُ ِ ُ ُ ُ َ ْ
ِْ ُْ
ُ /المستُم النِِّساء فَلَم ت َجد ُوا ماء فَتَيمموا صعيدًا طيِِّبًا فَامسحوا بِوجوهكم وأ َْيدِيكم منهdan jika kamu
َِ
ُ َّ َ ً َ
ِ ْ َ َ ُ ْ َ َ
َ ْ
sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu.
Imam Syafei berpendapat bahwa tanah tersebut berpotensi menumbuhan
tumbuhan, sesuai FimanNya :
“ Dan tanah yang baik, tanam-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah”
(Q.S.Al-Araf : 58).
Imam Ibn Hanbal juga berpendapat sama berpegang kepada hadits Nabi
SAW yang menyatakan : “kita diistimewakan atas (umat) manusia yang lain dalam
tiga hal ; shaf (barisan) kita seperti shaf-shaf malaikat, dijadikan buat kita semua
bumi sebagai masjid (tempat sujud) dan dijadikan tanahnya sebagai sarana
penyucian jika kita tidak mendapatkan air” (HR. Muslim).
6
7. Tafsir Al-Quran ; Tentang Wudhu’, Mandi dan Tayammum
Rifki Aminuddin_PAI 3A
Iman Abu Hanifah memahaminya segala sesuatu yang merupakan bagian
dari bumi termasuk pasir, batu yang tidak najis.
Sedangkan Imam Malik lebih memperluas pengertian kata Sha’idan,
pepohonan tumbuhan atau semacamnya.
Kesimpulan dari perbedaan pendapat di atas adalah tidak ada perbedaan
pendapat, semua sepakat menggunakan tanah yang suci.
Dalam ayat ini Allah menyebutkan 4 hal yang membolehkan tayammum :
1. dalam keadaan sakit yang tidak bisa menggunakan air karena
dikhawatirkan akan memberatkan penyakit.
2. dalam perjalanan yang tidak mendapatkan air (sebetulnya perjalanan
itu tidak dimaksud dalam ayat ini, tapi yang dimaksud adalah tidak
adanya air, karena biasanya dalam perjalanan orang sulit
mendapatkan air).
3. dalam keadaan berhadats kecil yang diungkapkan dengan kembali
dari tempat buang air (kakus). Asal arti ( )الغَائِطadalah tempat yang
ِ ْ
rendah dari permukaan tanah. Yaitu kiasan dari buang air besar atau
kecil. Ayat yang digunakan mengajarkan bagaimana menggunakan
kata-kata sopan dalam menceritakan hal-hal yang seharusnya
dirahasiakan, untuk menghindari masing-masing lawan bicara tidak
diketahui orang, atau malu jika menyebutnya.
4. persentuhan kulit laki-laki dengan perempuan, yang oleh Ali, Ibnu
Abbas dan lainnya dari kalangan sahabat, dan sebagian ulama fiqh
diartikan jima’; dan oleh Umar dan Ibnu Mas’ud, dan sebagian
ulama fiqh diartikan dengan persentuhan kulit biasa.
Cara tayammum ialah dengan meletakkan kedua belah telapak tangan
kepada debu tanah yang bersih lalu disapukan ke muka, kemudian meletakkan lagi
kedua telapak tangan ke atas debu tanah yang bersih, lalu telapak tangan yang kiri
menyapu tangan kanan mulai dari belakang jari-jari tangan terus ke pergelangan
sampai dengan siku dari siku turun ke pergelangan tangan lagi untuk
menyempurnakan penyapuan yang belum tersapu, sedang telapak tangan yang
sebelah kanan yang berisi debu tanah untuk disapukan pula ke tangan sebelah kiri
dengan cara yang sama seperti menyapu tangan kanan. Demikianlah cara Nabi
bertayamum.
Menyapu tangan dengan debu sampai siku ini adalah pendapat madzhab
Hanafi dan Syafi’I karena tayammum adalah pengganti wudhu, sebagaimana dalam
wudhu membasuh tangan sampai siku, maka dalam tayammum juga menyapu
tangan sampai siku. Juga berdasarkan hadits mauquf dari Ibnu Umar :
“ /التيمم ضربتان: ضربة للوجه، وضربة لليدين إلى المرفقينTayammum itu dua tepukan,
pertama untuk wajah, dan kedua untuk kedua tangan sampai kedua siku”.
Sedangkan Mazhab Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa bertayamum cukup
dengan memukulkan atau menyentuhkan telapak tangan sekali ke tanah, lalu
dengan tanah yang ada di telapak tangan itu wajah dan tangan dibasuh.
Kemudian di akhir ayat Allah swt berfirman :
َّ
3) ( َ /ما يُريد ُ اَّللُ ِليَجْ عَل علَيكم من حرجٍ ولَكن يُريد ُ ِليُطهركم و ِليُتِم نِعمتَهُ علَيكم لَعَلَّكم تَشكرونAllah
ُ ُ ْ ْ ُ ْ ُ ْ َ َ ْ َّ َ ْ ُ َ ِّ ِ َ
ِ ْ ِ َ َ َ ْ ِ ُْ ْ َ َ
ِ َ
tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu
dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur). Pada
7
8. Tafsir Al-Quran ; Tentang Wudhu’, Mandi dan Tayammum
Rifki Aminuddin_PAI 3A
akhir ayat ini Allah menyebutkan hikmah disyari’atkannya wudhu dan
tayammum, yaitu memberikan kemudahan kepada manusia dan
menghilangkan kesulitan dari mereka. Sekali-kali Allah tidak
menginginkan kesulitan dalam syari’atnya tentang wudhu, mandi, dan
tayammum, karena Allah Maha Pengasih dan Penyayang terhadap mereka.
Wudhu dikaitkan/difahami dengan keimanan8; yaitu dibalik wudhu ada nilai
syariat yang besar, thaharah ini adalah tindakan aktivitas menyucikan fisik dan ruh
sekaligus dalam satu aktivitas,akan tetapi kesucian ruhani lebih kuat. Karena
apabila berhalangan menggunakan air,maka yang bersangkutan diharuskan
mengganti dengan tayamum ,yang tidak lain untuk mewujudkan aspek ruhani yang
lebih kuat,lebih lagi karena Islam ini adalah manhaj umum segala kondisi,hikmah
ini tidak hilang oleh kondisi bagaimanapun. Orang beriman mempunyai kekhasan
akan adzar/tanda wudhu dan akhlaqnya yang lain. Nanti di hari kiamat adzar wudhu
akan terlihat sinarnya, sehingga di sunahkan oleh Rasulullah agar yang terbasuh
dilebihkan. Jika membasuh sikut dilebihkan, kepala hendaknya diusap semuanya
(walau dalam rukunnya boleh hanya sebagian), dalam rukunnya membasuh hanya
sampai mata kaki maka hendaknya membasuhnya dilebihkan hingga kaki. Wajah
adalah bagian terpenting hingga dijadikan yang pertama untuk dibasuh. Orang yang
berwudhu dianjurkan untuk membasuh lengan atasnya beserta kedua tangannya,
berdasarkan hadits yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
r.a. Ia mengatakan bahwa Rasulullah S.A.W bersabda,"Sesunggunya umatku akan
dipanggil pada hari kiamat dalam keadaan ghurran muhajjaliin (putih bercahaya)
karena bekas air wudhu. Barang siapa diantara kalian yang sanggup untuk
memperpanjang cahaya putihnya, maka lakukanlah.9
Ketika peristiwa Fathul Mekkah, Rosulullah SAW masuk ke dalam kota
Mekkah untuk menaklukannya setelah 11 tahun dia terasing di Madinah, dengan
penuh rindu agar satu waktu tanah tumpah darahnya itu dapat hendak
dibebaskannya dari masyarakat jahiliyyah. Seketika beliau memasuki kota itu,
dengan penuh kemenangan, dan orang-orang yang dahulu memusuhi dan
mengusirnya telah berdiri di pinggir jalan menonton kedatangannya dengan penuh
ketakutan, kalau-kalau Nabi Muhammad SAW membalas dendam, tetapi apa yang
diperbuat ? Beliau mengendarai tunggangannya, tetapi beliau merunduk serendahrendahnya ke bumi, sampai tangannya dapat mencapai tanah. Diambilnya tanah
pasir itu segenggam, lalu ditaburkannya ke atas kepalanya sendiri. Untuk menekan
perasaannya, jangan sampai merasa sombong atas kemenangannya. 10 Inilah satu
analisa mengenai penggantian air dengan tanah untuk tayamum, tujuannya adalah
kebersihan lahir dan batin.
Apa yang disyariatkan Allah pasti akan membawa kebaikan dan manfaat
bagi mereka. Yang diinginkan Allah adalah membersihkan mereka dari segala
kotoran fisik dan kotoran non fisik dengan menghilangkan rasa malas dan lesu
setelah junub, membangkitkan semangat, membuat jiwa bersih dan tenang dalam
bermunajat kepada Allah. Allah juga menginginkan untuk menyempurnakan
nikmat-Nya kepada mereka dengan memadukan antara kesucian fisik dengan
8
Sayyid Quthb,Tafsir Fi Zhilalil Quran,Jakarta:Gema Insani,2004,jilid 6,hlm 276
(Fat-hul Baari (I/283);dan Muslim(I/216).[Al-Bukhari no.136, Muslim no.246)
10
Prof Dr Hamka,Tafsir al-azhar,Jakarta: PT Pustaka Panjimas,Juz 6,hlm 145
9
8
9. Tafsir Al-Quran ; Tentang Wudhu’, Mandi dan Tayammum
Rifki Aminuddin_PAI 3A
kesucian rohani, menjelaskan cara ibadah, agar mereka dapat menunaikan syukur
dan terus bersyukur yang diwajibkan kepada mereka atas nikmat yang Allah
berikan kepada mereka.
Syaikh As Sa'diy membuat kesimpulan dari ayat ini, yang penulis ringkas sbb.:
1. Mengamalkan apa yang disebutkan dalam ayat di atas termasuk bagian
dari keimanan, karena Allah memulainya dengan kata-kata "Wahai
orang-orang yang beriman!...dst" yakni wahai orang-orang yang
beriman! Kerjakanlah apa yang disyari'atkan kepadamu sebagai
konsekuensi imanmu.
2. Perintah memasang niat ketika hendak shalat. Hal ini diambil dari katakata "Idzaa qumtum ilash shalaah".
3. Suci (dari hadats kecil dan hadats besar) termasuk syarat sah shalat.
4. Bersuci tidaklah wajib karena masuknya waktu shalat, tetapi wajib
karena hendak mengerjakan shalat.
5. Semua perbuatan yang disebut sebagai shalat, baik shalat fardhu
maupun sunat, demikian juga yang fardhu kifayah seperti shalat jenazah
disyaratkan harus bersuci. Bahkan menurut kebanyakan ulama untuk
sujud (saja) disyaratkan harus suci, seperti untuk sujud syukur dan sujud
tilawah.
6. Yang wajib adalah mengusap (untuk kepala), oleh karenanya jika
seseorang mencuci kepalanya dan tidak menjalankan tangannya, maka
belum cukup, karena sama saja ia tidak mengerjakan yang diperintahkan
Allah.
7. Perintah membasuh kedua kaki sampai mata kaki, dan dalam hal ini
pembahasannya sama dengan membasuh tangan.
8. Di dalam ayat tersebut terdapat bantahan kepada kaum Rafidhah jika
menggunakan qira'at (bacaan) jumhur yaitu dengan difat-hahkan lafaz
"arjulakum", dan tidak bolehnya mengusap kedua kaki ketika terbuka.
9. Di dalamnya terdapat isyarat menyapu kedua sepatu (khuffain) ketika
memakai sepatu, jika lafaz "arjulakum" dikasrahkan menjadi
"arjulikum".
10. Perintah tertib adalah dalam keempat anggota badan yang disebutkan
dalam ayat di atas (wajah, tangan, kepala dan kaki), adapun tertib dalam
hal berkumur-kumur dan beristinsyaq (menghirup air ke hidung), atau
antara yang kanan dengan kiri (baik tangan atau kaki), maka tidak wajib,
namun dianjurkan mendahulukan berkumur-kumur, lalu beristinsyaq
dan mendahulukan yang kanan daripada yang kiri serta mendahulukan
mengusap kepala daripada mengusap telinga.
11. Perintah mandi dari junub.
12. Wajib meratakan membasuh ke seluruh badan dalam mandi (yakni
meratakan air ke seluruh badan), karena Allah menyandarkan kata
"tathahhur" (menjadi suci) kepada badan.
13. Hadats kecil ikut masuk ke dalam hadats besar, oleh karenanya hal itu
dapat diwakili dengan memasang niat untuk mandi, lalu meratakan air
ke seluruh badan, karena Allah tidak menyebut selain "faththahharuu"
dan tidak menyebutkan harus mengulangi wudhu'.
9
10. Tafsir Al-Quran ; Tentang Wudhu’, Mandi dan Tayammum
Rifki Aminuddin_PAI 3A
14. Junub mencakup kepada orang yang keluar mani baik dalam keadaan
sadar atau sedang tidur atau berjima' meskipun tidak keluar maninya.
15. Barang siapa yang ingat bahwa dirinya mimpi, namun tidak
mendapatkan basahnya, maka ia tidak wajib mandi karena belum
terwujud junub.
16. Disebutkan nikmat Allah kepada hamba-hamba-Nya dengan adanya
syari'at tayammum.
17. Termasuk sebab yang membolehkan tayammum adalah sakit yang
membahayakan dirinya jika menggunakan air.
18. Termasuk sebab yang membolehkan tayammum adalah safar dan selesai
dari buang air kecil atau besar ketika tidak ada air. Untuk sakit boleh
bertayammum meskipun ada air jika merasa bahaya menggunakannya,
sedangkan yang lain (safar dan buang air) membolehkan tayammum
ketika tidak ada air meskipun tidak safar.
19. Yang keluar dari dua jalan; buang air kecil atau buang air besar dapat
membatalkan wudhu'.
20. Sebagian ulama berdalil dengan ayat ini untuk menetapkan tidak
batalnya wudhu' kecuali karena dua perkara ini (keluar dari dua jalan),
oleh karenanya tidak batal karena memegang kemaluan.
21. Dianjurkan menggunakan kata-kata kiasan untuk hal-hal yang nampak
buruk jika diucapkan.
22. Menyentuh wanita dengan syahwat membatalkan wudhu' pembahasan
lebih jelasnya lihat catatan kaki sebelumnya].
23. Syarat tidak adanya air untuk sahnya tayammum.
24. Ketika ada air meskipun sedang dalam shalat, menjadikan
tayammumnya batal.
25. Jika telah masuk waktu shalat dan tidak ada air, maka seseorang harus
mencarinya di tempatnya atau di sekitarnya, berdasarkan kata-kata "lam
yajid".
26. Barang siapa yang mendapatkan air namun kurang cukup untuk
menyucikan sebagiannya anggota badannya, maka ia tetap
menggunakan air itu, selebiihnya ia tayammumkan.
27. Air yang berubah karena sesuatu yang suci lebih didahulukan daripada
bertayammum. Hal itu, karena air yang berubah, tetap dianggap sebagai
air sehingga masih masuk dalam kata-kata "falam tajiduu maa'an".
28. Bertayammum harus disertai niat, berdasarkan kata-kata "Fa
tayammamuu".
29. Tayammum dianggap cukup dengan segala sesuatu yang nampak di
permukaan bumi baik berupa tanah maupun lainnya. Oleh karena itu,
ayat "famsahuu biwujuuhikum wa aidiikum minh" bisa karena melihat
kepada ghalibnya, yakni pada umumnya ada debu, di mana ia mengusap
wajah darinya, bisa juga sebagai pengarahan kepada yang lebih utama,
yakni jika permukaan bumi itu ada debunya, maka hal itu lebih utama.
30. Yang ditayammumkan adalah wajah dan tangan saja, tidak anggota
badan yang lain.
10
11. Tafsir Al-Quran ; Tentang Wudhu’, Mandi dan Tayammum
Rifki Aminuddin_PAI 3A
31. Lafaz "Biwujuuhikum" mencakup semua wajah, yakni semua wajahnya
dikenakan dalam tayammum, hanya saja dikecualikan bagian hidung
dan mulut serta yang berada di bawah rambut meskipun tidak lebat.
32. Kedua tangan yang diusap adalah sampai pergelangan saja, karena
"kedua tangan" jika disebut secara mutlak adalah sampai pergelangan.
Jika disyaratkan sampai ke siku tentu Allah akan sebutkan sebagaimana
dalam wudhu'.
33. Ayat ini umum tentang bolehnya bertayammum untuk semua hadats,
baik hadts besar maupun hadats kecil, bahkan ketika badan bernajis.
Karena Allah menjadikan tayammum sebagai pengganti bersuci dengan
menggunakan air. Namun menurut jumhur ulama, tayammum tidak
ditujukan jika badan bernajis, karena susunan ayat ini berkenaan dengan
hadats.
34. Bagian yang diusap dalam tayammum baik untuk hadats besar maupun
hadats kecil adalah sama, yaitu wajah dan tangan.
35. Mengusap dalam tayammum dikatakan cukup dengan apa saja, baik
dengan tangan atau lainnya, karena Allah berfirman, "fam sahuuu" dan
tidak menyebutkan sesuatu yang digunakan untuk mengusap, sehingga
dengan apa saja boleh.
36. Disyaratkan harus tertib dalam bertayammum sebagaimana dalam
wudhu', karena Allah memulainya dengan wajah kemudian kedua
tangan.
37. Syari'at yang ditetapkan Allah tidak ada sedikit pun kesempitan dan
kesulitan, bahkan hal itu merupakan rahmat untuk menyucikan mereka
dan menyempurnakan nikmat-Nya kepada mereka.
38. Sucinya bagian luar dengan air atau tanah merupakan penyempurnaan
terhadap kesucian batin seseorang dengan tauhid dan tobat yang
sesungguhnya.
39. Bertayammum, meskipun tidak dirasa dan dilihat kesucian seseorang,
namun di dalamnya terdapat penyucian maknawi yang muncul dari
mengikuti perintah Allah.
40. Sepatutnya seorang hamba mentadabburi hikmah dan rahasia di balik
syari'at Allah, baik dalam syari'at bersuci maupun syari'at lainnya agar
bertambah pengetahuan dan ilmunya, serta bertambah rasa syukur dan
cinta kepada-Nya, di mana syari'at-syari'at itu mencapaikan seseorang
kepada derajat-derajat yang tinggi.11
G. ( الخال صKESIMPULAN)
1. Allah telah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk bersuci dan
menjelaskan tata caranya.
2. Uzur yang dapat memindahkan dari wudhu ke tayammum adanya air dan
mampu menggunakan air tanpa menimbulkan bahaya dan sebab yang
disebut adalah junub, sakit dan berpergian (musafir) atau berhadas
11
http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-al-maidah-ayat-6.html#sthash.YEy1mWd6.dpuf
diakses 28 November 2013 pukul 21.00
11
12. Tafsir Al-Quran ; Tentang Wudhu’, Mandi dan Tayammum
Rifki Aminuddin_PAI 3A
3. Manusia wajib bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah
kepadanya.
Daftar Pustaka
Nasib Ar-Rifai, Muhammad. 2004.Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,Jakarta:Gema
Insani, ,jilid 2
Mustafa Al-Maraghi, Ahmad .2004.Terjemah Tafsir al maraghi,Semarang: Pt
Karya Toha Putra,Jilid 6
al-Mahally,Asy-Syuyuthi,Jalaluddin.2008.TerjemahTafsir Jalalaen,Bandung:Sinar
Baru Gresindo
Shihab, M.Quraisy.2002.Tafsir Al-Misbah,Jakarta:Lentera Hati,jilid 3
Quthb, Sayyid . 2004.Tafsir Fi Zhilalil Quran,Jakarta:Gema Insani ,jilid 6
Hamka,Tafsir al-azhar,Jakarta: PT Pustaka Panjimas,Juz 6
http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-al-maidah-ayat6.html#sthash.YEy1mWd6.dpuf diakses 28 November 2013 pukul 21.00
12