SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 11
DOSEN :

 DRS. H. NASARUDDIN M. ALI




Nama    : RAHMATIA AZZINDANI
Nim     : A1C211123
JURUSAN : S1 AKUNTANSI
Kelas   : III AE 7 ( A )
Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia


Ejaan-ejaan untuk bahasa Melayu/ Indonesia mengalami beberapa tahapan sebagai berikut:


Ejaan van Ophuijsen

   Ejaan ini ditetapkan pada tahun 1901 yaitu ejaan bahasa Melayu dengan huruf
Latin. Van Ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku Nawawi
Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ciri-ciri dari ejaan ini
yaitu :

    1. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.
    2. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
    3. Tanda diakritik, seperti koma ain, hamzah dan tanda trema, untuk menuliskan
       kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dinamai’, dsb.
    4. Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya
       harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga
       digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.


Ejaan Soewandi

  Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, ejaan Van Ophuysen mengalami
beberapa perubahan. Pada tanggal 19 Maret 1947, Mr. Soewandi yang pada saat itu
menjabat sebagai Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan Republik
Indonesia meresmikan ejaan baru yang dikenal dengan nama Ejaan Republik, yang
menggantikan ejaan sebelumnya. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu :

    1. Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur.
    2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak,
       pak, maklum, rakjat.
    3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada anak2 (anak-anak), ber-
       jalan2 (berjalan-jalan), ke-barat2-an (kebarat-baratan).
    4. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata
       yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan
       dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.

    Pada Kongres II Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan, Prof. Dr. Prijono
mengajukan Pra-saran Dasar-Dasar Ejaan Bahasa Indonesia dengan Huruf Latin. Isi
dasar-dasar tersebut adalah perlunya penyempurnaan kembali Ejaan Republik yang
sedang dipakai saat itu. Namun, hasil penyempurnaan Ejaan Republik ini gagal
diresmikan karena terbentur biaya yang besar untuk perombakan mesin tik yang
telah ada di Indonesia.
Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)

    Usaha penyempurnaan ejaan terus dilakukan, termasuk bekerja sama dengan
Malaysia dengan rumpun bahasa Melayunya pada Desember 1959. Dari kerjasama
ini, terbentuklah Ejaan Melindo yang diharapkan pemakaiannya berlaku di kedua
negara paling lambat bulan Januari 1962. Namun, perkembangan hubungan politik
yang kurang baik antar dua negara pada saat itu, ejaan ini kembali gagal
diberlakukan.

   Pada awal Mei 1966 Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) yang sekarang
menjadi Pusat Bahasa kembali menyusun Ejaan Baru Bahasa Indonesia. Namun,
hasil perubahan ini juga tetap banyak mendapat pertentangan dari berbagai pihak
sehingga gagal kembali.


Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD)

   Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan
pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan
Presiden No. 57 tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan, sebagai patokanpemakaian ejaan itu.

   Karena penuntutan itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa
Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972,
No. 156/P/1972 ( Amran Halim, Ketua ), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang
lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat
putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedomaan Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurkan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.

   Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan
surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9
September 1987. Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut :

1. Perubahan Huruf
       Ejaan Soewandi            Ejaan yang Disempurnakan
  dj djalan, djauh           j   jalan, jauh
  J    pajung, laju          y   payung, layu
  nj njonja, bunji           ny nyonya, bunyi
  sj   isjarat, masjarakat   sy isyarat, masyarakat
  tj   tjukup, tjutji        c   cukup, cuci
  ch tarich, achir           kh tarikh, akhir
2. Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan Soewandi
   sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.
    F maaf, fakir
   v   valuta, universitas
   z   zeni, lezat

3. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai
   a:b=p:q
   Sinar-X

4. Penulisan di- atau ke- sebagai awalan, dan di atau ke sebagai kata depan dibeda-
   kan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang meng-
   ikutinya.
    di- (awalan)     di (kata depan)
   ditulis            di kampus
   dibakar            di rumah
   dilempar           di jalan
   dipikirkan         di sini
   ketua              ke kampus
   kekasih            ke luar negeri
   kehendak           ke atas

5. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2.
   Contoh : Anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat.

  Perubahan:
    Indonesia          Malaysia             Sejak
   (pra-1972)         (pra-1972)            1972
             tj             ch                 c
           dj                j                 j
           ch               kh                kh
          nj                ny                ny
          sj                sh                sh
           j                 y                 y
         oe*                 u                 u

    Catatan: Tahun 1947 "oe" sudah digantikan dengan "u".
Perbedaan dengan ejaan sebelumnya


Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:

   'tj' menjadi 'c' : tjutji → cuci
   'dj' menjadi 'j' : djarak → jarak
   'j' menjadi 'y' : sajang → sayang
   'nj' menjadi 'ny' : njamuk → nyamuk
   'sj' menjadi 'sy' : sjarat → syarat
   'ch' menjadi 'kh' : achir → akhir
   awalan 'di-' dan kata depan 'di' dibedakan penulisannya. Kata depan 'di' pada
    contoh "di rumah", "di sawah", penulisannya dipisahkan dengan spasi,
    sementara 'di-' pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang
    mengikutinya.
Sebelumnya "oe" sudah menjadi "u" saat Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan Ejaan
Republik. Jadi sebelum EYD, "oe" sudah tidak digunakan.

Untuk penjelasan lanjutan tentang penulisan tanda baca, dapat dilihat
pada Penulisan tanda baca sesuai EYD.




                                       Pengertian Ejaan


    Ejaan merupakan kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata,
kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf, atau serta penggunaan
tanda bacanya. Tiap negara mempunyai aturan ejaan tersendiri dalam
melambangkan bunyi-bunyi bahasa negaranya. Demikian juga di Indonesia, tercatat
ada 6 sejarah ejaan yang pernah dikenal di Indonesia. Dari enam ejaan tersebut,
ada 3 ejaan yang pernah diberlakukan bahkan salah satunya tetap dipakai sampai
saat ini yaitu Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), dan 3 ejaan lainnya belum sempat
di terapkan atau dipakai di Indonesia karena berbagai faktor.

    Dasar yang paling baik dalam melambangkan bunyi-ujaran atau bahasa adalah
satu bunyi-ujaran yang mempunyai fungsi untuk membedakan arti harus
dilambangkan dengan satu lambang tertentu. Dengan demikian pelukisan atas
bahasa lisan itu akan mendekati kesempurnaan, walaupun kesempurnaan yang
dimaksud itu tentulah dalam batas-batas ukuran kemanusiaan, masih bersifat relatif.
Walaupun begitu literasi (penulisan) bahasa itu belum memuaskan karena kesatuan
intonasi yang bulat yang menghidupkan suatu arus-ujaran itu hingga kini belum
dapat diatasi. Sudah diusahakan bermacam-macam tanda untuk tujuan itu tetapi
belum juga memberi kepuasan. Segala macam tanda baca untuk menggambarkan
perhentian antara, perhentian akhir, tekanan, tanda tanya, dan lain-lain adalah hasil
dari usaha itu. Tetapi hasil usaha itu belum dapat menunjukkan dengan tegas
bagaimana suatu ujaran harus diulang oleh yang membacanya.

   Segala macam tanda baca seperti yang disebut di atas disebut tanda baca atau
pungtuasi.

    Walaupun sistem ejaan sekarang didasarkan atas sistem fonemis, yaitu satu
tanda untuk satu bunyi, namun masih terdapat kepincangan-kepincangan. Ada
fonem yang masih dilambangkan dengan dua tanda (diagraf ), misalnya ng, ny, kh,
dan sy. Jika kita menghendaki kekonsekuenan terhadap prinsip yang dianut, maka
diagraf-diagraf tersebut harus dirubah menjadi monograf (satu fonem satu tanda). Di
samping itu masih terdapat kekurangan lain yang sangat mengganggu terutama
dalam mengucapkan kata-kata yang bersangkutan, yaitu ada dua fonem yang
dilambangkan dengan satu tanda saja yakni e (pepet) dan e (taling). Ini
menimbulkan dualisme dalam pengucapan.

   Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana
melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda-tanda
baca dan sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana
menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata
dengan kata. Pemotongan itu berguna terutama bagaimana kita harus memisahkan
huruf-huruf itu pada akhir suatu baris, bila baris itu tidak memungkinkan kita menulils
seluruh kata di sana. Apakah kita harus memisahkan kata bunga menjadi bu – nga
atau b – unga . Semuanya ini memerlukan suatu peraturan umum, agar jangan
timbul kesewenangan.

Batasan: Keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-lambang
bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang itu
(pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa disebut ejaan.




                             Pengembangan Kata


1. Denotatif dan Konotatif

       Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna
wajar ini
adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian
yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut
makna konseptual.

       Kata makan, misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut,
dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif. Makna
denotatif disebut juga dengan istilah: makna denatasional, makna kognitif, makna
konseptual, makna ideasional, makna referensial, atau makna proposional
(keraf,2002:2080). Disebut makna denotasional, konseptual, referensial dan
ideasional, karena makna itu mengacu pada referensi, konsep atau ide tertentu dari
suatu referensi. Disebut makna kognitif karena makna itu berhubungan dengan
kesadaran, pengetahuan dan menyangkut rasio manusia.

        Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat
dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah
makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau
pukul. Makna konotatif atau sering disebut juga makna kiasan, makna konotasional,
makna emotif, atau
makna evaluatif. Kata-kta yang bermakna konotatif atau kiasan biasanya dipakai
pada pembicaraaan atau karangan nonilmiah, seperti: berbalas pantun, peribahasa,
lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain. Karangan nonilmiah sangat
mementingan nilai-nilai estetika. Nilai estetika dibangun oleh bahasa figuratif dengan
menggunakan kata-kata konotatif agar penyampaian pesan atau amanat itu terasa
indah.

       Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar
kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif), tetapi kamar kecil berarti juga
jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata
itu adalah makna denotatif atau konotaif.

       Kata rumah monyet mengandung makna konotatif. Akan tetapi, makna
konotatif itu tidak dapat diganti dengan kata lain, sebab nama lain untuk kata itu
tidak ada yang yang tepat. Begitu juga dengan istilah rumah asap.

       Makna konotatif dan makna denotatif berhubungan erat dengan kebutuhan
pemakaian bahasa. Makan denotatif ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu
makna yang menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang
mempunyai tautan pikiran, perasaan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa
tertentu. Dengan kata lain, makna denotatif adalah makna yang bersifat umum,
sedankan makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus.

Contoh:
Dia adalah wanita cantik (denotatif)
Dia adalah wanita manis (konotatif)

      Kata cantik lebih umum dari pada kata manis. Kata cantik akan memberikan
gambaran umum tentang seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis terkandung
suatu maksud yang lebih bersifat memukau perasaan kita.

       Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula besifat jelek. Kata-kata
yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti kata tolol (lebih jelek dari pada
bodoh), mampus (lebih jelek dari pada mati), dan gubuk (lebih jelek dari pada
rumah). Di pihak lain, kata-kata itu dapat pula mengandung arti kiasan yang terjadi
dari makna denotatif referen lain. Makna yang dikenakan kepada kata itu dengan
sendirinya akan ganda sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal
ini.
Contoh lain:
Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaaan
masyarakat.
      Kata membanting tulang (makna denotatif adalah pekerjaan membanting
sebuah tulang) mengandung makna “berkerja keras” yang merupakan sebuah kata
kiasan. Kata membanting tulang dapat kita masukan ke dalam golongan kata yang
bermakna konotatif.

       Kata-kata yang dipakai secara kiasan pada suatu kesempatan penyampaian
seperti ini disebut idiom atau ungkapan. Semua bentuk idiom atau ungkapan
tergolong dalam kata yang bermakna konotatif.

Kata-kata idiom atau ungkapan adalah sebagai berikut:
Keras kepala
Panjang tangan,
Sakit hati, dan sebagainya.


2. Kata Konkrit dan Kata Abstrak

      Kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindra disebut kata konkrit.
Contoh:meja, rumah, mobil, air, cantik.

      Jika acuannya sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra, kata itu disebut
kata abstrak.
Contoh: ide, gagasan, kesibukan, keinginan, angan-angan, kehendak dan
perdamaian.

       Kata abstrak digunakan untuk menggungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak
mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan
tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu
karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat.

       Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkrit
mempunyai referensi objek yang dapat diamati. Pemakaian dalam penulisan
bergantung pada jenis dan tujuan penulisan. Karangan berupa deskripsi fakta
menggunakan kata-kata konkrit, seperti: hama tanaman penggerak, penyakit radang
paru-paru, Virus HIV. Tetapi karangan berupa klasifikasi atau generalisasi sebuah
konsep menggunakan kata abstrak, seperti: pendidikan usia dini, bahasa
pemograman, High Text Markup Language (HTML). Uraian sebuah konsep biasanya
diawali dengan detil yang menggunakan kata abstrak dilanjutkan dengan detil yang
menggunakan kata konkrit.

Contoh:
  1. APBN RI mengalami kenaikan lima belas persen (kata konkrit)
  2. Kebaikan (kata abstrak) seseorang kepada orang lain bersifat abstrak. (tidak
      berwujud atau tidak berbentuk)
  3. Kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak.
3. Sinonim
       Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna
yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya
ada kesamaan atau kemiripan.

       Sinonim ini dipergunakan untuk mengalihkan pemakaian kata pada tempat
tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaianya bentuk-
bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan
mengonkritkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu)
akan terwujud. Dalam hal ini pemakai bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang
paling tepat untuk dipergunakannya sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang
dihadapinya.

Contoh:
Agung, besar, raya.
mati, mangkat, wafat, meninggal.
cahaya, sinar.
ilmu, pengetahuan.
penelitian, penyelidikan.


4. Antonim

      Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim
disebut juga dengan lawan kata.
Contoh :
keras, lembek      surga, neraka
naik, turun        laki-laki, perempuan
kaya, miskin       atas, bawah


5. Homonim

      Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang
sama, dan ejaannya sama.

Contoh:
Bu Andi bisa membuat program perangkat lunak komputer dengan berbagai bahasa
pemrograman. (bisa = mampu)
Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk diteliti (bisa = racun).


6. Homofon

      Homofon adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang
sama, dan ejaannya berbeda.
Contoh:
Guci itu adalah peninggalan masa Kerajaan Kutai (masa = waktu)
Kasus tabrakan yang menghebohkan itu dimuat di media massa. (massa =
masyarakat umum)


7. Homograf

      Homograf adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang
beda, dan ejaannya sama.

Contoh:
Bapak dia seorang pejabat teras pemerintahan yang menjadi tersangka korupsi.
(teras= pejabat tinggi)
Kami tidur di teras karena kunci rumah dibawa oleh Andi. (teras = bagian rumah)


8. Polisemi

      Polisemi adalah suatu kata yang memiliki banyak pengertian.

Contoh:
Kepala desa
Kepala surat


9. Hipernim

      Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim
dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya.

Contoh :
Hantu, ikan, kue


10. Hiponim

      Hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim.

Contoh :
Pocong, kantong wewe, sundel bolong, kuntilanak, pastur buntung, tuyul,
genderuwo, dan lain-lain.
Lumba-lumba, tenggiri, hiu, nila, mujair, sepat, dan lain-lain.
Bolu, apem, nastar nenas, biskuit, bika ambon, serabi, tete, cucur, lapis, bolu kukus,
dan lain-lain.
Kata Kajian

       Kata yang perlu ditelaah lebih jauh lagi maknanya karena tidak bisa langsung
dipahami oleh semua orang.
Kata yang dipakai untuk suatu pengkajian atau kepentingan keilmuan.
Kajian berarti hasil mengkaji.

Ciri-ciri:
- Hanya dikenal orang tertentu (ilmuwan, cendekia)
- Dipakai dalam kegiatan-kegiatan ilmiah.


Kata populer

        Kata yang dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat dalam kehidupan sehari-
hari.

Ciri-ciri:
- mudah diketahui, dimengerti dan dipakai oleh masyarakat luas.
- dipakai dalam kehidupan sehari hari.

  Contoh:                Contoh:
  Kata kajian            Kata Populer
  aktivitas              kegiatan
  filter                 penyaring
  kotemplasi             merenung
  pasien                 orang sakit
  alumnus                lulusan
  rangking               peringkat
  mengevaluasi           menilai
  introspeksi            koreksi diri
  volume                 isi
  target                 sasaran
  motivasi               dorongan
  imajinasi              khayalan
  fiktif                 tidak nyata
  karakter               perangai
  agenda                 rencana
  argumen                pendapat

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Bahasa baku
Bahasa bakuBahasa baku
Bahasa baku
mbanarti
 
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektifMakalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
Warnet Raha
 
Pancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Pancasila Sebagai Dasar Negara pptPancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Pancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Aisyah Turidho
 
Pentingnya berbahasa indonesia dengan baik dan benar
Pentingnya berbahasa indonesia dengan baik dan benarPentingnya berbahasa indonesia dengan baik dan benar
Pentingnya berbahasa indonesia dengan baik dan benar
Lutfi Ramadani
 

Mais procurados (20)

Power point bahasa indonesia
Power point bahasa indonesiaPower point bahasa indonesia
Power point bahasa indonesia
 
Makalah Fonologi Fonetik dan Fonemik
Makalah Fonologi Fonetik dan FonemikMakalah Fonologi Fonetik dan Fonemik
Makalah Fonologi Fonetik dan Fonemik
 
Materi Bahasa Indonesia Dasar
Materi Bahasa Indonesia DasarMateri Bahasa Indonesia Dasar
Materi Bahasa Indonesia Dasar
 
Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa Indonesia
Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa IndonesiaKonsep Bahasa dan Fungsi Bahasa Indonesia
Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa Indonesia
 
Ejaan bahasa indonesia
Ejaan bahasa indonesia Ejaan bahasa indonesia
Ejaan bahasa indonesia
 
Bahasa baku
Bahasa bakuBahasa baku
Bahasa baku
 
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektifMakalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
 
Ppt. bhs.indonesia
Ppt. bhs.indonesiaPpt. bhs.indonesia
Ppt. bhs.indonesia
 
Kemajemukan Masyarakat Indonesia
Kemajemukan Masyarakat IndonesiaKemajemukan Masyarakat Indonesia
Kemajemukan Masyarakat Indonesia
 
Pancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Pancasila Sebagai Dasar Negara pptPancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Pancasila Sebagai Dasar Negara ppt
 
Pentingnya berbahasa indonesia dengan baik dan benar
Pentingnya berbahasa indonesia dengan baik dan benarPentingnya berbahasa indonesia dengan baik dan benar
Pentingnya berbahasa indonesia dengan baik dan benar
 
Ppt bahasa baku dan bahasa nonbaku
Ppt bahasa baku dan bahasa nonbakuPpt bahasa baku dan bahasa nonbaku
Ppt bahasa baku dan bahasa nonbaku
 
Makalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa IndonesiaMakalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa Indonesia
 
ppt nilai - nilai pancasila masa kini
ppt nilai - nilai pancasila masa kinippt nilai - nilai pancasila masa kini
ppt nilai - nilai pancasila masa kini
 
Morfologi
MorfologiMorfologi
Morfologi
 
berbahasa indonesia yang baik dan benar
berbahasa indonesia yang baik dan benarberbahasa indonesia yang baik dan benar
berbahasa indonesia yang baik dan benar
 
Pembinaan dan pengembangan bi
Pembinaan dan pengembangan biPembinaan dan pengembangan bi
Pembinaan dan pengembangan bi
 
Reduplikasi
ReduplikasiReduplikasi
Reduplikasi
 
Sintaksis
SintaksisSintaksis
Sintaksis
 
1. identitas nasional
1. identitas nasional1. identitas nasional
1. identitas nasional
 

Destaque (7)

Makalah bahasa indonesia tentang ejaan
Makalah bahasa indonesia tentang ejaanMakalah bahasa indonesia tentang ejaan
Makalah bahasa indonesia tentang ejaan
 
Ricki k
Ricki kRicki k
Ricki k
 
Makalah bahasa indonesia.doc
Makalah bahasa indonesia.docMakalah bahasa indonesia.doc
Makalah bahasa indonesia.doc
 
Aturan Penulisan Kata dan Unsur Serapan.ppt
Aturan Penulisan Kata dan Unsur Serapan.pptAturan Penulisan Kata dan Unsur Serapan.ppt
Aturan Penulisan Kata dan Unsur Serapan.ppt
 
Hakikat bahasa indonesia sebagai alat komunikasi mahasiswa
Hakikat bahasa indonesia sebagai alat komunikasi mahasiswaHakikat bahasa indonesia sebagai alat komunikasi mahasiswa
Hakikat bahasa indonesia sebagai alat komunikasi mahasiswa
 
Makalah Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia
Makalah Analisis Kesalahan Berbahasa IndonesiaMakalah Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia
Makalah Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia
 
2.pengertian sejarah fungsi dan kedudukan
2.pengertian sejarah fungsi dan kedudukan2.pengertian sejarah fungsi dan kedudukan
2.pengertian sejarah fungsi dan kedudukan
 

Semelhante a Sejarah ejaan bahasa indonesia

EJAAN BAHASA INDONESIA.ppt
EJAAN BAHASA INDONESIA.pptEJAAN BAHASA INDONESIA.ppt
EJAAN BAHASA INDONESIA.ppt
IcNSgaming
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
aechacha366
 

Semelhante a Sejarah ejaan bahasa indonesia (20)

Ejaan, Diksi, Kalimat, dan Paragraf Bahasa Indonesia
Ejaan, Diksi, Kalimat, dan Paragraf Bahasa IndonesiaEjaan, Diksi, Kalimat, dan Paragraf Bahasa Indonesia
Ejaan, Diksi, Kalimat, dan Paragraf Bahasa Indonesia
 
Ejaan, EYD dan PUEBI
Ejaan, EYD dan PUEBIEjaan, EYD dan PUEBI
Ejaan, EYD dan PUEBI
 
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docxBAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
 
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docxBAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
 
Ejaan 2
Ejaan 2Ejaan 2
Ejaan 2
 
01 Bahasa__Indonesia__Tentang__Ejaan.ppt
01 Bahasa__Indonesia__Tentang__Ejaan.ppt01 Bahasa__Indonesia__Tentang__Ejaan.ppt
01 Bahasa__Indonesia__Tentang__Ejaan.ppt
 
EJAAN BAHASA INDONESIA.ppt
EJAAN BAHASA INDONESIA.pptEJAAN BAHASA INDONESIA.ppt
EJAAN BAHASA INDONESIA.ppt
 
ppt b indo_20231023_212323_0000.pdf
ppt b indo_20231023_212323_0000.pdfppt b indo_20231023_212323_0000.pdf
ppt b indo_20231023_212323_0000.pdf
 
Ejaan Bahasa Indonesia.ppt
Ejaan Bahasa Indonesia.pptEjaan Bahasa Indonesia.ppt
Ejaan Bahasa Indonesia.ppt
 
Bahasa indonesia (pnj) 1
Bahasa indonesia (pnj) 1Bahasa indonesia (pnj) 1
Bahasa indonesia (pnj) 1
 
Ejaan1
Ejaan1Ejaan1
Ejaan1
 
Mahir Berbahasa Indonesia
Mahir Berbahasa IndonesiaMahir Berbahasa Indonesia
Mahir Berbahasa Indonesia
 
1. Sejarah Bahasa Indonesia.pptx
1. Sejarah Bahasa Indonesia.pptx1. Sejarah Bahasa Indonesia.pptx
1. Sejarah Bahasa Indonesia.pptx
 
Bahasa
BahasaBahasa
Bahasa
 
Ejaan
EjaanEjaan
Ejaan
 
S yuliani
S yulianiS yuliani
S yuliani
 
ejaan-bahasa-indonesia1 Edit.ppt
ejaan-bahasa-indonesia1 Edit.pptejaan-bahasa-indonesia1 Edit.ppt
ejaan-bahasa-indonesia1 Edit.ppt
 
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.ppt
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.pptBahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.ppt
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.ppt
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Tiyemmmmmmmm
TiyemmmmmmmmTiyemmmmmmmm
Tiyemmmmmmmm
 

Mais de Rahmatia Azzindani

Populasi dan pembangunan ekonomi
Populasi dan pembangunan ekonomiPopulasi dan pembangunan ekonomi
Populasi dan pembangunan ekonomi
Rahmatia Azzindani
 
Laporan laba rugi dan laba ditahan
Laporan laba rugi dan laba ditahanLaporan laba rugi dan laba ditahan
Laporan laba rugi dan laba ditahan
Rahmatia Azzindani
 
Bab 3 & 4 sia dan laporan keuangan
Bab 3 & 4 sia dan laporan keuanganBab 3 & 4 sia dan laporan keuangan
Bab 3 & 4 sia dan laporan keuangan
Rahmatia Azzindani
 
Akuntansi keuangan dan kerangka konseptual
Akuntansi keuangan dan kerangka konseptualAkuntansi keuangan dan kerangka konseptual
Akuntansi keuangan dan kerangka konseptual
Rahmatia Azzindani
 
PKM-K (“MASASI TELUR ASIN” Telur Asin Rasa Manis-Asam-Pedas)
PKM-K (“MASASI TELUR ASIN” Telur Asin Rasa Manis-Asam-Pedas)PKM-K (“MASASI TELUR ASIN” Telur Asin Rasa Manis-Asam-Pedas)
PKM-K (“MASASI TELUR ASIN” Telur Asin Rasa Manis-Asam-Pedas)
Rahmatia Azzindani
 
PKM-K (Buku Bekas, Sumber Ilmu, Sumber Penghasilan)
PKM-K (Buku Bekas, Sumber Ilmu, Sumber Penghasilan)PKM-K (Buku Bekas, Sumber Ilmu, Sumber Penghasilan)
PKM-K (Buku Bekas, Sumber Ilmu, Sumber Penghasilan)
Rahmatia Azzindani
 

Mais de Rahmatia Azzindani (20)

Pengaruh Implementasi SIMDA, Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah dan Penerapan...
Pengaruh Implementasi SIMDA, Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah dan Penerapan...Pengaruh Implementasi SIMDA, Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah dan Penerapan...
Pengaruh Implementasi SIMDA, Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah dan Penerapan...
 
Pengaruh Implementasi SIMDA, Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah dan Penerapan...
Pengaruh Implementasi SIMDA, Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah dan Penerapan...Pengaruh Implementasi SIMDA, Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah dan Penerapan...
Pengaruh Implementasi SIMDA, Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah dan Penerapan...
 
Populasi dan pembangunan ekonomi
Populasi dan pembangunan ekonomiPopulasi dan pembangunan ekonomi
Populasi dan pembangunan ekonomi
 
Pp laba ditahan
Pp laba ditahanPp laba ditahan
Pp laba ditahan
 
Neraca dan laporan arus kas
Neraca dan laporan arus kasNeraca dan laporan arus kas
Neraca dan laporan arus kas
 
Laporan laba rugi dan laba ditahan
Laporan laba rugi dan laba ditahanLaporan laba rugi dan laba ditahan
Laporan laba rugi dan laba ditahan
 
Kas dan rekonsiliasi bank
Kas dan rekonsiliasi bankKas dan rekonsiliasi bank
Kas dan rekonsiliasi bank
 
Bab 3 & 4 sia dan laporan keuangan
Bab 3 & 4 sia dan laporan keuanganBab 3 & 4 sia dan laporan keuangan
Bab 3 & 4 sia dan laporan keuangan
 
Akuntansi keuangan dan kerangka konseptual
Akuntansi keuangan dan kerangka konseptualAkuntansi keuangan dan kerangka konseptual
Akuntansi keuangan dan kerangka konseptual
 
Prilaku biaya
Prilaku biayaPrilaku biaya
Prilaku biaya
 
Metode pengumpulan biaya 1
Metode pengumpulan biaya 1Metode pengumpulan biaya 1
Metode pengumpulan biaya 1
 
Hpp bersama & sampingan
Hpp bersama & sampinganHpp bersama & sampingan
Hpp bersama & sampingan
 
Harga pokok proses
Harga pokok prosesHarga pokok proses
Harga pokok proses
 
Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrikBiaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik
 
Biaya bahan baku
Biaya bahan bakuBiaya bahan baku
Biaya bahan baku
 
Aliran biaya manufaktur
Aliran biaya manufakturAliran biaya manufaktur
Aliran biaya manufaktur
 
konsep biaya
konsep biayakonsep biaya
konsep biaya
 
PKM-K (“MASASI TELUR ASIN” Telur Asin Rasa Manis-Asam-Pedas)
PKM-K (“MASASI TELUR ASIN” Telur Asin Rasa Manis-Asam-Pedas)PKM-K (“MASASI TELUR ASIN” Telur Asin Rasa Manis-Asam-Pedas)
PKM-K (“MASASI TELUR ASIN” Telur Asin Rasa Manis-Asam-Pedas)
 
PKM-K (Buku Bekas, Sumber Ilmu, Sumber Penghasilan)
PKM-K (Buku Bekas, Sumber Ilmu, Sumber Penghasilan)PKM-K (Buku Bekas, Sumber Ilmu, Sumber Penghasilan)
PKM-K (Buku Bekas, Sumber Ilmu, Sumber Penghasilan)
 
Metode pengumpulan biaya 2
Metode pengumpulan biaya 2Metode pengumpulan biaya 2
Metode pengumpulan biaya 2
 

Sejarah ejaan bahasa indonesia

  • 1. DOSEN : DRS. H. NASARUDDIN M. ALI Nama : RAHMATIA AZZINDANI Nim : A1C211123 JURUSAN : S1 AKUNTANSI Kelas : III AE 7 ( A )
  • 2. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia Ejaan-ejaan untuk bahasa Melayu/ Indonesia mengalami beberapa tahapan sebagai berikut: Ejaan van Ophuijsen Ejaan ini ditetapkan pada tahun 1901 yaitu ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Van Ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu : 1. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang. 2. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer. 3. Tanda diakritik, seperti koma ain, hamzah dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dinamai’, dsb. 4. Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa. Ejaan Soewandi Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, ejaan Van Ophuysen mengalami beberapa perubahan. Pada tanggal 19 Maret 1947, Mr. Soewandi yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan Republik Indonesia meresmikan ejaan baru yang dikenal dengan nama Ejaan Republik, yang menggantikan ejaan sebelumnya. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu : 1. Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur. 2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat. 3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada anak2 (anak-anak), ber- jalan2 (berjalan-jalan), ke-barat2-an (kebarat-baratan). 4. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang. Pada Kongres II Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan, Prof. Dr. Prijono mengajukan Pra-saran Dasar-Dasar Ejaan Bahasa Indonesia dengan Huruf Latin. Isi dasar-dasar tersebut adalah perlunya penyempurnaan kembali Ejaan Republik yang sedang dipakai saat itu. Namun, hasil penyempurnaan Ejaan Republik ini gagal diresmikan karena terbentur biaya yang besar untuk perombakan mesin tik yang telah ada di Indonesia.
  • 3. Ejaan Melindo (Melayu Indonesia) Usaha penyempurnaan ejaan terus dilakukan, termasuk bekerja sama dengan Malaysia dengan rumpun bahasa Melayunya pada Desember 1959. Dari kerjasama ini, terbentuklah Ejaan Melindo yang diharapkan pemakaiannya berlaku di kedua negara paling lambat bulan Januari 1962. Namun, perkembangan hubungan politik yang kurang baik antar dua negara pada saat itu, ejaan ini kembali gagal diberlakukan. Pada awal Mei 1966 Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) yang sekarang menjadi Pusat Bahasa kembali menyusun Ejaan Baru Bahasa Indonesia. Namun, hasil perubahan ini juga tetap banyak mendapat pertentangan dari berbagai pihak sehingga gagal kembali. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57 tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokanpemakaian ejaan itu. Karena penuntutan itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 ( Amran Halim, Ketua ), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedomaan Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurkan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987. Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut : 1. Perubahan Huruf Ejaan Soewandi Ejaan yang Disempurnakan dj djalan, djauh j jalan, jauh J pajung, laju y payung, layu nj njonja, bunji ny nyonya, bunyi sj isjarat, masjarakat sy isyarat, masyarakat tj tjukup, tjutji c cukup, cuci ch tarich, achir kh tarikh, akhir
  • 4. 2. Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya. F maaf, fakir v valuta, universitas z zeni, lezat 3. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai a:b=p:q Sinar-X 4. Penulisan di- atau ke- sebagai awalan, dan di atau ke sebagai kata depan dibeda- kan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang meng- ikutinya. di- (awalan) di (kata depan) ditulis di kampus dibakar di rumah dilempar di jalan dipikirkan di sini ketua ke kampus kekasih ke luar negeri kehendak ke atas 5. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2. Contoh : Anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat. Perubahan: Indonesia Malaysia Sejak (pra-1972) (pra-1972) 1972 tj ch c dj j j ch kh kh nj ny ny sj sh sh j y y oe* u u Catatan: Tahun 1947 "oe" sudah digantikan dengan "u".
  • 5. Perbedaan dengan ejaan sebelumnya Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:  'tj' menjadi 'c' : tjutji → cuci  'dj' menjadi 'j' : djarak → jarak  'j' menjadi 'y' : sajang → sayang  'nj' menjadi 'ny' : njamuk → nyamuk  'sj' menjadi 'sy' : sjarat → syarat  'ch' menjadi 'kh' : achir → akhir  awalan 'di-' dan kata depan 'di' dibedakan penulisannya. Kata depan 'di' pada contoh "di rumah", "di sawah", penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara 'di-' pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Sebelumnya "oe" sudah menjadi "u" saat Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan Ejaan Republik. Jadi sebelum EYD, "oe" sudah tidak digunakan. Untuk penjelasan lanjutan tentang penulisan tanda baca, dapat dilihat pada Penulisan tanda baca sesuai EYD. Pengertian Ejaan Ejaan merupakan kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf, atau serta penggunaan tanda bacanya. Tiap negara mempunyai aturan ejaan tersendiri dalam melambangkan bunyi-bunyi bahasa negaranya. Demikian juga di Indonesia, tercatat ada 6 sejarah ejaan yang pernah dikenal di Indonesia. Dari enam ejaan tersebut, ada 3 ejaan yang pernah diberlakukan bahkan salah satunya tetap dipakai sampai saat ini yaitu Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), dan 3 ejaan lainnya belum sempat di terapkan atau dipakai di Indonesia karena berbagai faktor. Dasar yang paling baik dalam melambangkan bunyi-ujaran atau bahasa adalah satu bunyi-ujaran yang mempunyai fungsi untuk membedakan arti harus dilambangkan dengan satu lambang tertentu. Dengan demikian pelukisan atas bahasa lisan itu akan mendekati kesempurnaan, walaupun kesempurnaan yang dimaksud itu tentulah dalam batas-batas ukuran kemanusiaan, masih bersifat relatif. Walaupun begitu literasi (penulisan) bahasa itu belum memuaskan karena kesatuan intonasi yang bulat yang menghidupkan suatu arus-ujaran itu hingga kini belum dapat diatasi. Sudah diusahakan bermacam-macam tanda untuk tujuan itu tetapi
  • 6. belum juga memberi kepuasan. Segala macam tanda baca untuk menggambarkan perhentian antara, perhentian akhir, tekanan, tanda tanya, dan lain-lain adalah hasil dari usaha itu. Tetapi hasil usaha itu belum dapat menunjukkan dengan tegas bagaimana suatu ujaran harus diulang oleh yang membacanya. Segala macam tanda baca seperti yang disebut di atas disebut tanda baca atau pungtuasi. Walaupun sistem ejaan sekarang didasarkan atas sistem fonemis, yaitu satu tanda untuk satu bunyi, namun masih terdapat kepincangan-kepincangan. Ada fonem yang masih dilambangkan dengan dua tanda (diagraf ), misalnya ng, ny, kh, dan sy. Jika kita menghendaki kekonsekuenan terhadap prinsip yang dianut, maka diagraf-diagraf tersebut harus dirubah menjadi monograf (satu fonem satu tanda). Di samping itu masih terdapat kekurangan lain yang sangat mengganggu terutama dalam mengucapkan kata-kata yang bersangkutan, yaitu ada dua fonem yang dilambangkan dengan satu tanda saja yakni e (pepet) dan e (taling). Ini menimbulkan dualisme dalam pengucapan. Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda-tanda baca dan sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata dengan kata. Pemotongan itu berguna terutama bagaimana kita harus memisahkan huruf-huruf itu pada akhir suatu baris, bila baris itu tidak memungkinkan kita menulils seluruh kata di sana. Apakah kita harus memisahkan kata bunga menjadi bu – nga atau b – unga . Semuanya ini memerlukan suatu peraturan umum, agar jangan timbul kesewenangan. Batasan: Keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-lambang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa disebut ejaan. Pengembangan Kata 1. Denotatif dan Konotatif Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan, misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif. Makna denotatif disebut juga dengan istilah: makna denatasional, makna kognitif, makna
  • 7. konseptual, makna ideasional, makna referensial, atau makna proposional (keraf,2002:2080). Disebut makna denotasional, konseptual, referensial dan ideasional, karena makna itu mengacu pada referensi, konsep atau ide tertentu dari suatu referensi. Disebut makna kognitif karena makna itu berhubungan dengan kesadaran, pengetahuan dan menyangkut rasio manusia. Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul. Makna konotatif atau sering disebut juga makna kiasan, makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Kata-kta yang bermakna konotatif atau kiasan biasanya dipakai pada pembicaraaan atau karangan nonilmiah, seperti: berbalas pantun, peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain. Karangan nonilmiah sangat mementingan nilai-nilai estetika. Nilai estetika dibangun oleh bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif agar penyampaian pesan atau amanat itu terasa indah. Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif), tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata itu adalah makna denotatif atau konotaif. Kata rumah monyet mengandung makna konotatif. Akan tetapi, makna konotatif itu tidak dapat diganti dengan kata lain, sebab nama lain untuk kata itu tidak ada yang yang tepat. Begitu juga dengan istilah rumah asap. Makna konotatif dan makna denotatif berhubungan erat dengan kebutuhan pemakaian bahasa. Makan denotatif ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan pikiran, perasaan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna denotatif adalah makna yang bersifat umum, sedankan makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus. Contoh: Dia adalah wanita cantik (denotatif) Dia adalah wanita manis (konotatif) Kata cantik lebih umum dari pada kata manis. Kata cantik akan memberikan gambaran umum tentang seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis terkandung suatu maksud yang lebih bersifat memukau perasaan kita. Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula besifat jelek. Kata-kata yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti kata tolol (lebih jelek dari pada bodoh), mampus (lebih jelek dari pada mati), dan gubuk (lebih jelek dari pada rumah). Di pihak lain, kata-kata itu dapat pula mengandung arti kiasan yang terjadi dari makna denotatif referen lain. Makna yang dikenakan kepada kata itu dengan sendirinya akan ganda sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal ini.
  • 8. Contoh lain: Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaaan masyarakat. Kata membanting tulang (makna denotatif adalah pekerjaan membanting sebuah tulang) mengandung makna “berkerja keras” yang merupakan sebuah kata kiasan. Kata membanting tulang dapat kita masukan ke dalam golongan kata yang bermakna konotatif. Kata-kata yang dipakai secara kiasan pada suatu kesempatan penyampaian seperti ini disebut idiom atau ungkapan. Semua bentuk idiom atau ungkapan tergolong dalam kata yang bermakna konotatif. Kata-kata idiom atau ungkapan adalah sebagai berikut: Keras kepala Panjang tangan, Sakit hati, dan sebagainya. 2. Kata Konkrit dan Kata Abstrak Kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindra disebut kata konkrit. Contoh:meja, rumah, mobil, air, cantik. Jika acuannya sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra, kata itu disebut kata abstrak. Contoh: ide, gagasan, kesibukan, keinginan, angan-angan, kehendak dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk menggungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat. Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkrit mempunyai referensi objek yang dapat diamati. Pemakaian dalam penulisan bergantung pada jenis dan tujuan penulisan. Karangan berupa deskripsi fakta menggunakan kata-kata konkrit, seperti: hama tanaman penggerak, penyakit radang paru-paru, Virus HIV. Tetapi karangan berupa klasifikasi atau generalisasi sebuah konsep menggunakan kata abstrak, seperti: pendidikan usia dini, bahasa pemograman, High Text Markup Language (HTML). Uraian sebuah konsep biasanya diawali dengan detil yang menggunakan kata abstrak dilanjutkan dengan detil yang menggunakan kata konkrit. Contoh: 1. APBN RI mengalami kenaikan lima belas persen (kata konkrit) 2. Kebaikan (kata abstrak) seseorang kepada orang lain bersifat abstrak. (tidak berwujud atau tidak berbentuk) 3. Kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak.
  • 9. 3. Sinonim Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Sinonim ini dipergunakan untuk mengalihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaianya bentuk- bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mengonkritkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal ini pemakai bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk dipergunakannya sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapinya. Contoh: Agung, besar, raya. mati, mangkat, wafat, meninggal. cahaya, sinar. ilmu, pengetahuan. penelitian, penyelidikan. 4. Antonim Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim disebut juga dengan lawan kata. Contoh : keras, lembek surga, neraka naik, turun laki-laki, perempuan kaya, miskin atas, bawah 5. Homonim Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang sama, dan ejaannya sama. Contoh: Bu Andi bisa membuat program perangkat lunak komputer dengan berbagai bahasa pemrograman. (bisa = mampu) Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk diteliti (bisa = racun). 6. Homofon Homofon adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang sama, dan ejaannya berbeda.
  • 10. Contoh: Guci itu adalah peninggalan masa Kerajaan Kutai (masa = waktu) Kasus tabrakan yang menghebohkan itu dimuat di media massa. (massa = masyarakat umum) 7. Homograf Homograf adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang beda, dan ejaannya sama. Contoh: Bapak dia seorang pejabat teras pemerintahan yang menjadi tersangka korupsi. (teras= pejabat tinggi) Kami tidur di teras karena kunci rumah dibawa oleh Andi. (teras = bagian rumah) 8. Polisemi Polisemi adalah suatu kata yang memiliki banyak pengertian. Contoh: Kepala desa Kepala surat 9. Hipernim Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya. Contoh : Hantu, ikan, kue 10. Hiponim Hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim. Contoh : Pocong, kantong wewe, sundel bolong, kuntilanak, pastur buntung, tuyul, genderuwo, dan lain-lain. Lumba-lumba, tenggiri, hiu, nila, mujair, sepat, dan lain-lain. Bolu, apem, nastar nenas, biskuit, bika ambon, serabi, tete, cucur, lapis, bolu kukus, dan lain-lain.
  • 11. Kata Kajian Kata yang perlu ditelaah lebih jauh lagi maknanya karena tidak bisa langsung dipahami oleh semua orang. Kata yang dipakai untuk suatu pengkajian atau kepentingan keilmuan. Kajian berarti hasil mengkaji. Ciri-ciri: - Hanya dikenal orang tertentu (ilmuwan, cendekia) - Dipakai dalam kegiatan-kegiatan ilmiah. Kata populer Kata yang dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat dalam kehidupan sehari- hari. Ciri-ciri: - mudah diketahui, dimengerti dan dipakai oleh masyarakat luas. - dipakai dalam kehidupan sehari hari. Contoh: Contoh: Kata kajian Kata Populer aktivitas kegiatan filter penyaring kotemplasi merenung pasien orang sakit alumnus lulusan rangking peringkat mengevaluasi menilai introspeksi koreksi diri volume isi target sasaran motivasi dorongan imajinasi khayalan fiktif tidak nyata karakter perangai agenda rencana argumen pendapat